SATU SAKIT SEMUA SAKIT (GALATIA 6:1-10;1 KORINTUS 12:12-26)

Pdt.Esra Alfred Soru.
SATU SAKIT SEMUA SAKIT (GALATIA 6:1-10;1 KORINTUS 12:12-26)."Satu sakit semua sakit’ adalah sebuah tema yang menggambarkan kesatuan, kebersamaan dan kepedulian. Konsep ini dibangun dari kenyataan bahwa orang percaya adalah satu ‘TUBUH’. 
SATU SAKIT SEMUA SAKIT (GALATIA 6:1-10;1 KORINTUS 12:12-26)
gadget, bisnis, otomotif
Kepada jemaat di Korintus yang bertikai tentang masalah karunia, Paulus memberi nasihat dengan memakai analogi tubuh (1 Korintus 12 :12-26) di mana Paulus katakan bahwa orang percaya adalah satu tubuh (ay.12-14) dan ini menunjuk pada gereja universal.

1 Korintus 12:12-14 – (1 Korintus 12 :12) Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. (1 Korintus 12 :13) Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. (1 Korintus 12 :14) Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.

Juga tidak ada satu pun dari antara orang-orang percaya yang tidak masuk ke dalam tubuh ini (1 Korintus 12:16).

1 Korintus 12 :15-16 - (15) Andai kata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? (16) Dan andai kata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?

Masing-masing anggota tubuh itu mempunyai fungsi dan peranan sendiri-sendiri (ay.17-19)

1 Korintus 12 :17-19 - (1 Korintus 12:17) Andai kata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andai kata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? (18) Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya. (1 Korintus 12:19) Andai kata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh?

Dan akhirnya, masing-masing anggota itu saling membutuhkan dan melengkapi (1 Korintus 12 :19-24)

1 Korintus 12:20-24 - (1 Korintus 12:20) Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh. (1 Korintus 12:21) Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan engkau." (22) Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. (1 Korintus 12:23) Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. (1 Korintus 12:24) Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus

Inti dari semuanya adalah agar masing-masing anggota itu saling memperhatikan, saling bersimpati (1 Korintus 12:25-26)

1 Korintus 12:25-26 – (1 Korintus 12:25) supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. (1 Korintus 12:26) Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.
Jadi jika kita adalah orang percaya maka kita semua adalah satu tubuh. Karena kita semua adalah satu tubuh maka satu sakit semua sakit.

“Satu sakit semua sakit” menggambarkan sifat di mana turut merasakan penderitaan saudara seiman. Penderitaan seseorang adalah penderitaan bersama. Kebahagiaan seseorang juga menjadi kebahagiaan bersama.

Roma 12:15 : Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!

Di dalam surat Galatia ini, Paulus juga menganjurkan 2 sikap praktis agar dapat mencapai kondisi kebersamaan itu yakni :

I. KESEDIAAN UNTUK MENGANGKAT ORANG LAIN YANG JATUH

Ayat 1 ( Galatia 6) mengatakan :

“Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.

Salah satu cara praktis yang perlu dilakukan dalam rangka hidup dalam prinsip “Satu sakit semua sakit” adalah kesediaan untuk menuntun orang yang jatuh ke dalam dosa kepada jalan yang benar. Ini yang diajarkan firman Tuhan tetapi sering kali yang terjadi adalah kita mensyukuri dan menghakimi orang yang telah jatuh ke dalam dosa, bahkan mengucilkan mereka. Kita diperintahkan untuk memimpin orang itu kembali ke jalan yang benar. Apa maksudnya? Alkitab terjemahan DRB menerjemahkannya sebagai “instruct” (memerintahkan) sedangkan KJV menerjemahkan kata ini sebagai “restore” (memulihkan).

Kata ‘memimpin’ di sini memakai bahasa Yunani ‘katartizo’ . Kata ini biasa digunakan untuk seorang dokter yang mengambil sesuatu (membedah) yang tumbuh dalam tubuh seseorang atau seorang tabib yang sementara menyambung tulang yang patah maupun seorang yang sementara mereparasi barang yang rusak. Dengan demikian ide yang tampak dalam bagian ini sama sekali tidak memberikan kesan penghakiman melainkan penyembuhan. Bukan penghukuman melainkan perbaikan. Perhatikan bunyi ayat tersebut dalam terjemahan lama :

TL : Hai saudara-saudaraku, jikalau seorang kedapatan di dalam barang sesuatu kesalahan, hendaklah kamu, yang rohani itu, membaikkan orang yang demikian, dengan roh yang lemah lembut sambil memperhatikan dirimu sendiri, supaya jangan engkau juga kena pencobaan.

Satu hal lagi yang dikatakan oleh Paulus adalah bahwa semua itu harus dilakukan dalam roh lemah lembut.

Galatia 6: 1 : “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.

Tingkat kasih kita diukur dengan bagaimana kita memandang orang yang jatuh ke dalam dosa. Contohilah Yesus sewaktu ia menghadapi kasus perempuan berzinah yang diceritakan dalam Yohanes 8 di mana Yesus membenci dosanya tetapi mengasihi orangnya. Ini sama dengan kita harus membenci kanker, tapi tetap menyayangi penderitanya.

Sementara semua itu kita lakukan, kita juga perlu berhati-hati supaya kita sendiri tidak kena pencobaan (ay.1).

Ay 1 : “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.

Pencobaan apa? Pencobaan merasa diri lebih baik daripada orang yang sudah jatuh itu. Bandingkan dengan ayat 3 maupun terjemahan lama dan CEV :

Galatia 6:. 3 : “Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.

TL : Karena jikalau barang seorang menyangkakan dirinya indah padahal ia bukannya indah, ialah menipu dirinya sendiri.

CEV : If you think you are better than others, when you really aren't, you are wrong.

Inilah tantangan kita semua. Kita sering merasa diri lebih baik dari orang yang jatuh dalam dosa. Itulah sebabnya Paulus memberi nasihat :

Galatia 6: 4 - “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain”.

Bandingkan dengan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari :

BIS - Setiap orang harus memeriksa sendiri apakah kelakuannya baik atau tidak. Kalau baik, ia boleh merasa bangga atas hal itu. Tetapi tidak usah ia membandingkannya dengan apa yang dilakukan orang lain.

Karena itu janganlah kita membandingkan diri dengan orang lain tetapi bandingkan diri kita yakni apa yang kita sudah capai dengan apa yang seharusnya kita capai. Dengan cara seperti ini maka kita dapat mengembangkan pola hidup “Satu sakit semua sakit”.

II. KESEDIAAN UNTUK MEMBANTU ORNAG LAIN YANG KEKURANGAN.

Hal praktis yang kedua dalam pola hidup “Satu sakit semua sakit” adalah kerelaan untuk membantu orang yang kekurangan. Ide ini muncul beberapa kali dalam teks kita :

Galatia 6: 2 : Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.

Galatia 6:6 : Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.

Galatia 6: 9-10 : Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.

Kita adalah satu tubuh. Jika satu menderita maka semua menderita. Itulah sebabnya kita perlu hidup tolong menolong.

Kelihatannya tolong menolong dan perbuatan baik di sini dikaitkan dengan masalah materi. Perhatikan Galatia 6:6 :

TL : Hendaklah orang yang diajarkan firman itu memberi bahagian segala hartanya kepada yang mengajar itu.

Dengan demikian “perbuatan baik” yang dibicarakan dalam ayat-ayat selanjutnya adalah perbuatan baik dalam hal bantuan materi. Di sinilah dibutuhkan kepekaan kita untuk melihat saudara-saudara kita yang kekurangan.

Marilah belajar memberi kepada mereka yang kekurangan. Mungkin Rp. 10.000 tidak berarti bagi kita tetapi sangat berarti bagi mereka. Dengan melakukan itu kita bukan saja telah hidup dalam pola “Satu sakit semua sakit” tetapi juga kita akan diberkati.

Beberapa ayat berkaitan dengan sikap terhadap orang miskin :

Amsal 17:5 : Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya; siapa gembira karena suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman.

Amsal 19:17 : Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.

Bandingkan bunyi Amsal 19:17 ini dalam terjemahan lamanya :

TL : Barang siapa yang mengasihani orang miskin, ia itu memberi pinjam kepada Tuhan, maka Tuhan pun akan membalas kebajikannya.
Ayat-ayat lainnya adalah :

Amsal 22:9 : Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin.

Amsal 28:27 - Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki.

Seorang bernama Ang Tek Kun menulis sebuah puisi berjudul “Moment Kasih Sayang“. Bunyinya sebagai berikut :

Aku ingin mempersembahkan sekeranjang bunga tercantik untuk-Mu sebagai ungkapan aku mengasihi-Mu tapi engkau menolaknya : “Berikanlah bagi janda-janda miskin, karena demikianlah Aku ingin dikasihi”

Aku ingin membeli sekotak cokelat termanis untuk-Mu sebagai bahasa aku mencintai-Mu tapi Engkau menolaknya :“Berikan bagi anak-anak jalanan, karena demikianlah Aku ingin dicintai”


Aku ingin menyediakan makan malam tersyahdu untuk-Mu sebagai pertanda penuh perhatian tapi Engkau menolaknya : “Ajaklah kaum papa bersamamu karena demikian Aku ingin diperhatikan”
Bandingkan ini dengan 1 Yohanes 3:17 yang berbunyi :

‘Barang siapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?’

Kiranya ayat-ayat ini mendorong kita untuk memperhatikan kebutuhan orang-orang miskin dan kekurangan di sekitar kita.

Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :


Next Post Previous Post