YESUS DIBAWA MENGHADAP MAHKAMAH AGAMA (MATIUS 26:57-68)
Ev. Agustina Karpada, STh.
bisnis, otomotif, gadget |
PENDAHLUAN:
Sekarang kita akan memasuki minggu sengsara Tuhan Yesus yang ke-7, di mana Yesus menjalani masa-MASA pemeriksaan / diadili. Dalam pembahasan tentang Yesus diadili, ke-4 kitab Injil sama-sama menulisnya, hanya saja ada perbedaan dalam urut-urutanan proses pengadilan serta tentang pihak-pihak yang mengadili Yesus.
Injil Matius, Markus dan Yohanes menerangkan urut-urutannya pengadilan terhadap Yesus dimulai dari Mahkamah Agama kemudian Pilatus sedangkan Injil Lukas menerangkan bahwa yang mengadili Yesus adalah Mahkamah Agama lalu Pilatus lalu Herodes dan kembali ke Pilatus lagi. Sekalipun ada perbedaan dalam urut-urutannya, namun itu tidaklah bertentangan satu dengan lainnya. Mahkamah Agama, Pilatus, Herodes adalah orang-orang berpengaruh yang memiliki jabatan tertinggi sehingga mereka sangat disengani dan ditakuti oleh masyarakat.
Kelihatannya menurut mereka, Yesus dianggap sebagai seorang “penjahat” kelas kakap, yang sangat berbahaya, karena itu mereka semua harus turun tangan dalam mengadili Yesus. Mengapa demikian? Padahal kita tahu bahwa Yesus dari sisi Manusia-Nya sama sekali tidak berdosa, mana mungkin Dia dianggap sebagai seorang “penjahat”? Sangat menyedihkan sekali kalau ada orang yang sampai menganggap Yesus demikian rendahnya, tetapi salah satu sebabnya adalah karena orang tersebut tidak pernah tahu dan mengenal siapa Yesus sebenarnya. Hari ini kita akan fokus mempelajari tentang Yesus di hadapan Mahkamah Agama.
Matius 26:57-68 : (57) Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua. (58) Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu. (59) Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, (60) tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta.Tetapi akhirnya tampillah dua orang, (61) yang mengatakan: “Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan dapat membangunnya kembali dalam tiga hari.” (62) Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: “Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?” (63) Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.” (64) Jawab Yesus: “Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.” (65) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakainnya dan berkata: “Ia menghujat Allah, untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. (66) Bagaimana pendapat kamu?” Mereka menjawabdan berkata: “Ia harus dihukum mati.” (67) Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya;orang-orang lain memukul Dia, (68) dan berkata: “Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?”
Perlakuan-perlakuan apa saja yang dilakukan terhadap Yesus saat diadili? Bagaimana sikap Yesus ketika diadili? Hal ini diceritakan juga di dalam Injil Markus dan Lukas, kecuali Yohanes. Kita akan mempelajari kisah ini dalam 3 bagian besar.
Matius 26:59 : Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati Setelah Yesus ditangkap, Ia langsung dibawa menghadap Mahkamah Agama untuk diadili. Siapakah Mahkama Agama dan apa saja tugas-tugasnya? Mahkamah Agama yang disebut Sanhedrin, terdiri dari ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, orang-orang Saduki dan tua-tua bangsa Yahudi, berjumlah 71 orang, dengan Imam Besar sebagai ketua. Tugas dari Mahkamah Agama adalah:
1.Menjalankan hukum sipil Yahudi dan hukum kriminal dalam tingkat tertentu.
2.Memiliki kekuasaan administratif.
3.Memerintahkan penahanan oleh pejabat-pejabat pengadilannya sendiri
Matius. 26:47: Waktu Yesus masih berbicara, datanglah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama2 dia serombongan besar orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi.
Mengadili perkara-perkara yang tidak mengakibatkan hukuman mati, sedangkan perkara hukuman mati harus mendapat persetujuan gubernur (procurator) Romawi (Yohanes 18:31 Kata Pilatus kepada mereka: “Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu.” Kata orang-orang Yahudi itu: “Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang.”), walaupun keputusan gubernur biasanya sesuai dengan apa yang diminta oleh Mahkamah Agama, yang didalam hukum Yahudi mempunyai kekuasaan hidup dan mati (Matius. 26:66 :(Kayafas) Bagaimana pendapat kamu?” Mereka menjawab dan berkata: “Iaharus dihukum mati.”). Karena Mahkamah Agama mempunyai tugas danwewenang yang sangat besar pada waktu itu, maka Yesus dibawa menghadap Mahkamah Agama terlebih dahulu.
II. YESUS DIADILI.
Kita telah melihat bahwa ketua dewan / majelis Mahkama Agama adalah Imam Besar, maka untuk pertama kalinya Yesus dibawa menghadap Imam Besar untuk diadili / diperiksa. Pada waktu itu, yang menjabat sebagai Imam Besar adalah Kayafas.
Matius 26:57 : Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua.
Yohanes 18:12-13 : (12) Maka pasukan prajurit serta perwiranya serta penjaga2 yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. (13) Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar.
Kayafaslah yang memutuskan bahwa Yesus harus dibunuh demi seluruh bangsa, dan rencana pembunuhan terhadap Yesus itu sebenarnya sudah dilakukan di rumahnya.
Yohanes 11:49-53 : (49) Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa2, (50) dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.” (51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu dia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. (53) Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.
Orang seperti inilah yang menjadi ketua Mahkamah Agama yang mengadili Yesus! Sudah jelas ia tidak mungkin bersikap adil / mencari kebenaran dalam mengadili Yesus. Tentang peristiwa ini Calvin berkata : “Imam Besar merupakan gambaran satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia; orang-orang yang duduk bersamanya dalam dewan / mahkamah itu menggambarkan seluruh gereja Allah; tetapi semua mereka bersatu untuk memadamkan satu-satunya harapan keselamatan ... Kejahatan manusia yang seperti itu tidak boleh membingungkan orang-orang percaya”. Kalau pada zaman itu saja keadaan gereja bisa begitu jelek, jangan heran kalau saat ini, menjelang akhir zaman, hal itu akan terulang lagi. Bahkan bisa-bisa keadaan gereja akan lebih jelek dari itu. Kalau hal ini terjadi, janganlah saudara, sebagai orang yang percaya, menjadi bingung. Tetaplah setia dan ikut Tuhan dengan tekun!
Ketika itu telah berkumpul juga ahli-ahli Taurat dan tua-tua serta Imam-imam kepala. Mereka semua berkumpul bukan hanya sekedar mau menyaksikan bagaimana Yesus diadili oleh Imam Besar, tetapi juga mau menggunakan kesempatan itu untuk mencari kesalahan Yesus supaya dapat dihukum. Mereka sudah mempersiapkan kesaksian-kesaksian yang menurut mereka akan menjadi bukti bagi Kayafas supaya Yesus diadili secara serius dan dijatuhi hukuman.
Namun demikian, kesaksian-kesaksian mereka tidak bisa dijadikan sebagai bukti yang kuat untuk menghukum Yesus, sehingga mereka harus mendatangkan saksi yang mungkin bisa memberikan kesaksian yang kuat sehingga dapat dijadikan bukti kuat. Namun hal itupun gagal.
Matius 26:59- 60 : (59) Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, (60) tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang.
Tetapi akhirnya mereka mengajukan dua saksi yang bisa memberikan kesaksian yang serta dilanjutkan lagi dengan jawaban Yesus atas pertanyaan Kayafas dalam ayat 60-64, sehingga akhirnya itu menjadi bukti yang kuat dalam hal menjatuhkan hukuman kepada Yesus. Salah satu hal yang menjadi alasan mengapa mereka (Mahkamah Agama) mempersiapkan saksi dengan kesaksian palsunya adalah karena kebencian mereka sekian waktu lamanya terhadap Yesus. Mereka selalu mencari-cari kesempatan untuk menemukan kesalahan Yesus supaya Yesus dapat dihukum, tetapi selalu gagal. Maka ketika Yesus yang ada di hadapan mereka dalam kondisi sebagai seorang terdakwa yang sedang terbelenggu, tidak disia-siakan kesempatan itu. Ini membuktikan bahwa mereka bukan mencari / mau menegakkan kebenaran / keadilan! Mereka hanya punya satu keinginan, yaitu membunuh Yesus. Kadang-kadang kitapun demikian. Ketika kita sekian lamanya membenci seseorang, kita merencanakan kejatuhannya tetapi selalu gagal, hingga ketika ada kesempatan untuk menjalankan rencana kita tersebut, maka kita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Kita akan terus berusaha sedemikian rupa supaya orang yang selama ini kita benci mendapatkan apa yang kita kehendaki supaya puaslah keinginan kita. Laporan-laporan palsu, bahkan bukti-bukti palsu yang direkayasa untuk membuktikan kebersalahan dari orang tersebut.
Pikirkan, apakah pantas sebagai orang Kristen kita melalukan hal yang seperti itu? Apakah kita pernah melakukan hal tersebut kepada orang-orang yang ada di dekat kita? Kalau kita pernah / sering melakukan hal seperti itu, maka kita tidak jauh beda dengan ahli-ahli Taurat dan Imam-imam kepala terhadap Yesus.
Adapun yang menjadi kesaksian dari 2 orang itu yang sekaligus menjadi tuduhan terhadap Yesus adalah tuduhan tentang Bait Allah.
a. Tuduhan Tentang Bait Allah.
Matius 26:60-61 : Tetapi akhirnya tampillah dua orang, (61) yang mengatakan: “Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan dapat membangunnya kembali dalam tiga hari.”
Ayat 61 : ‘Aku dapat merobohkan Bait Allah’.
Markus 14:58 : ‘Aku akan merobohkan Bait Suci’.
Tuduhan tentang Bait Allah ini sangat tidak masuk akal karena peristiwa ini terjadi dalam Yohanes 2:19, dan ini terjadi 3 tahun yang lalu! Lalu mengapa baru sekarang disidangkan? Jelas bahwa ini hanyalah tuduhan yang dicari-cari!
Catatan: peristiwa penyucian Bait Allah dalam Yoh 2 itu terjadi pada awal pelayanan Yesus. Itu peristiwa yang berbeda dengan penyucian Bait Allah dalam Matius 21:12-13 yang terjadi pada akhir pelayanan Yesus.
Juga dalam Yohanes 2:19 itu Yesus tidak berkata bahwa Ia dapat atau pun akan merobohkan Bait Allah! Ia berkata : ‘Rombak Bait Allah ini dan dalam 3 hari Aku akan mendirikannya kembali’. Yang Yesus maksudkan dengan ‘Bait Allah’ dalam Yohanes 2:19 itu bukanlah Bait Allah yang sesungguhnya tetapi ‘tubuhNya sendiri’ (Yohanes 2:21-22).
Dalam tuduhan inipun para saksi tidak sependapat.
Markus 14:59 - “Dalam hal inipun kesaksian mereka tidak sesuai yang satu dengan yang lain”.
Tuduhan berkenaan dengan Bait Allah juga pernah dialami oleh Stefanus (Kis 6:14), dan Paulus (Kis 21:28). Kisah Para Rasul 6:14 - “sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita.’”.
Kisah Para Rasul 21:28 - “sambil berteriak: ‘Hai orang-orang Israel, tolong! Inilah orang yang di mana-mana mengajar semua orang untuk menentang bangsa kita dan menentang hukum Taurat dan tempat ini! Dan sekarang ia membawa orang-orang Yunani pula ke dalam Bait Allah dan menajiskan tempat suci ini!’”.
Memang apa yang dialami oleh Yesus sering menjadi pengalaman pengikutNya!
Bdk. Yoh 15:18,20 - “(15) ‘Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. ... (20) Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firmanKu, mereka juga akan menuruti perkataanmu”.
Saksi-saksi itu bertentangan satu dengan yang lain (Markus 14:56). Padahal suatu kesaksian baru dianggap sah kalau ada sedikitnya 2-3 saksi yang tentunya setuju satu dengan yang lain (bdk. Bil 35:30 Ulangan 17:6 19:15 Matius 18:16 1Timotius 5:19 Ibrani 10:28). Selain itu, karena Yesus mengakui bahwa Ia adalah Mesias, Anak Allah, maka mereka menganggap serta menuduh Yesus menghujat Allah.
Matius 26:65-68 : (65) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakainnya dan berkata: “Ia menghujat Allah, untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat- Nya.
Perlakuan-perlakuan yang tidak adilpun diberikan kepada Yesus saat Ia diadili.
b. Pengadilan oleh Mahkamah Agama terhadap Yesus (Matius 26: 59-66).
Pengadilan ini dilakukan dengan melanggar banyak peraturan mereka sendiri, seperti :
1. Pengadilan ini dilakukan pada malam hari. Sedangkan mereka punya peraturan yang mengatakan bahwa semua kasus kriminal harus disidangkan pada pagi hari. Tetapi mungkin karena mereka takut murid-murid Yesus keburu mendatangkan bala bantuan, maka mereka melanggar peraturan mereka sendiri dan mereka menyidangkan Yesus pada malam hari.
2. Pengadilan ini dilakukan pada masa Paskah.
Padahal mereka punya peraturan yang melarang pengadilan pada Paskah. Kalau mereka tidak bisa menunggu untuk menyidangkan Yesus pada pagi hari, bagaimana mungkin mereka bisa menunggu sampai masa Paskah itu selesai?
3. Mereka juga punya peraturan sebagai berikut : hanya kalau siding memutuskan bahwa terdakwa tidak bersalah, maka sidang boleh diselesaikan dalam 1 hari. Tetapi kalau sidang memutuskan bahwa terdakwa bersalah, maka harus ada selang waktu 1 malam sebelum vonis hukumannya dijatuhkan. Tujuannya adalah supaya ada waktu untuk menumbuhkan rasa belas kasihan terhadap terdakwa di dalam diri para juri / hakim. Tetapi di sini mereka melanggar peraturan ini karena mereka memutuskan bahwa Yesus bersalah dan sekaligus menjatuhkan hukuman mati, tanpa ada selang waktu di antaranya!
4. Mereka juga mempunyai peraturan bahwa saksi palsu harus dihukum mati. Tetapi di sini bukan saja saksi palsu itu dibiarkan, tetapi mereka sendirilah yang mencari saksi palsu itu (Matius 26: 59)!
Dari semua ini Barclay menyimpulkan: “The Jews had reached such a peak of hatred that any means were justified to put an end to Jesus” (Orang-orang Yahudi telah mencapai puncak kebencian yang sedemikian rupa sehingga mereka membenarkan segala cara untuk mengakhiri / membunuh Yesus).
Apakah saudara juga bertindak seperti ini kalau saudara membenci seseorang dan ingin menyingkirkannya (dari pekerjaan, sekolah, atau bahkan dari gereja!)?
Ingat bahwa membenci sudah merupakan dosa dari mana saudara harus bertobat. Apalagi kalau saudara menghalalkan seadanya cara (dusta, fitnah, sumpah palsu, adu domba dsb) untuk melampiaskan kebencian itu!
III. SIKAP YESUS KETIKA DIADILI
Matius 26:62-64 : (62) Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: “Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?” (63) Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.” (64) Jawab Yesus: “Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awanawan di langit.”
Dari ayat ini kita dapat melihat 2 sikap Yesus :
a. Yesus diam.
Kita melihat bahwa ketika saksi-saksi dusta melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap Yesus, Ia tidak membalas atau menjawab sedikitpun juga. Ia hanya diam. Ini mungkin menyebabkan Kayafas menjadi kesal dan langsung bertanya kepada Yesus tapi-lagi Yesus diam.
Matius 26:62-63 - (62) Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: “Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?” (63) Tetapi Yesus tetap diam.
Diamnya Yesus ini bukanlah sebuah kesalaha karena hukum saat itu berkata bahwa terdakwa memang mempunyai hak untuk diam ataupun untuk berbicara [bandingkan dengan kata-kata dalam film-film Amerika kalau ada polisi menangkap penjahat: “You have the right to remain silent. Anything you say can and will be used against you in the court of law” (kamu mempunyai hak untuk berdiam diri. Apapun yang kamu katakan bisa dan akan digunakan terhadap kamu di dalam pengadilan).
Mengapa Yesus diam / tidak menjawab? Selama 3 tahun lebih tokoh-tokoh Yahudi sering berusaha menjebak Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan. Tetapi waktu Yesus menjawab mereka, tidak pernah mereka bisa menang! Tetapi mengapa kali ini Yesus diam saja? Ada beberapa alasan :
1. Mereka / pertanyaan mereka tidak layak untuk dijawab!
Seseorang mengatakan : “The personal Word, like the written Word, declines to answer questions that are idle an insincere” (Firman yang berpribadi, sama seperti Firman yang tertulis, menolak untuk menjawab pertanyaan yang sia-sia dan tak tulus).
Karena itu kalau saudara bertanya kepada Tuhan, jangan mengharapkan jawaban dari Tuhan / Firman Tuhan, kecuali kalau saudara bertanya dengan penuh kesungguhan dan ketulusan!
2. Ia memang tidak mau bebas. Ini adalah saatNya untuk mati menebus dosa kita!
3. Ia diam untuk menggenapi nubuat dalam Yesaya 53:7.
Yes 53:7- “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya”.
Diamnya / tidak menjawabnya Yesus pada waktu diadili, tidak harus kita tiru! Dalam sikon tertentu boleh ditiru, tetapi dalam situasi dan kondisi yang lain tidak. Alasannya:
Ini hanyalah merupakan bagian yang bersifat descriptive (menggambarkan), bukan didactic (= mengajar), dan karena itu ini tidak boleh dijadikan rumus dalam hidup kita. Hal yang sama kalau kita melihat bahwa Yesus berpuasa 40 hari, Yesus mempunyai hanya 12 murid, Yesus tidak menikah, dsb. Ini tentu bukan sesuatu untuk dijadikan rumus / pedoman hidup!
Petrus membela diri pada waktu diadili (Kis 4:1-22 5:26-33), demikian juga dengan Stefanus (Kisah Para Rasul 7:1-53) dan Paulus (Kis 22:1-22 23:1-10).
Dalam Matius 10:17-20 ada janji bahwa Roh Kudus akan memimpin kita dalam menjawab pertanyaan dalam pengadilan seperti itu! Apa gunanya janji seperti itu kalau kita harus meniru Yesus dengan bungkam 1000 bahasa pada saat diadili?
Kesimpulannya adalah kita harus tahu kapan saat berbicara dan kapan saat diam.
Pengkh 3:7b - “ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara”.
Contoh :
Saat diam.
Waktu mendengar firman Tuhan. Ingat bahwa sekalipun saudara bias berbicara sambil terus mendengar firman Tuhan, tetapi orang-orang di sekitar saudara mungkin sekali terganggu konsentrasinya! Atau dalam rapat, kalau ada satu yang berbicara, maka yang lain harus diam dan mendengarkan!
Saat berbicara.
Pada waktu berhadapan dengan orang yang belum percaya, berbicaralah dan beritakanlah Injil kepada dia! Pada waktu acara sharing, berbicaralah dan ceritakanlah pengalaman saudara dengan Tuhan, supaya orang yang lain juga bisa merasakan berkat. Pada waktu ada hal yang tidak benar terjadi dalam gereja, saudara harus berani berbicara dan berusaha menegakkan kebenaran!
b. Yesus menjawab.
Imam Besar bertanya pada Yesus :
Matius 26:63 : “…Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.”
Jika tadi Yesus diam, sekarang ia menjawab.
Matius 26:64 : Jawab Yesus: “Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.”
Mendengar jawaban itu, terkejutlah semua anggota Mahkamah Agama yang hadir dalam persidangan tersebut. Menurut mereka, Yesus telah menghujat Allah dengan jawaban-Nya itu. Hal itu bisa terlihat dari reaksi mereka terhadap Yesus terutama reaksi Kayafas.
Matius 26:65-68 : (65) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakainnya dan berkata: “Ia menghujat Allah, untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. (66) Bagaimana pendapat kamu?” Mereka menjawab dan berkata: “Ia harus dihukum mati.” (67) Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia, (68) dan berkata: “Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?” Imam Besar mengoyakkan pakaiannya (ay 65a). Kata ‘pakaian’ dalam ay 65 berasal dari kata Yunani HIMATIA, yang berarti ‘outer garments’ (pakaian luar).
Tetapi dalam bagian paralelnya dalam Markus 14:63, digunakan kata Yunani CHITONAS, yang berarti ‘under garments’ (pakaian sebelah dalam). (Jadi, Kayafas mengoyakkan pakaian luar maupun dalam). Pada saat Kayafas mengoyakkan pakaiannya, ia melakukan 2 kesalahan sekaligus karena :
Imam Besar dilarang mengoyakkan pakaiannya.
Imamat 21:10 - “Imam yang terbesar di antara saudara-saudaranya, yang sudah diurapi dengan menuangkan minyak urapan di atas kepalanya dan yang ditahbiskan dengan mengenakan kepadanya segala pakaian kudus, janganlah membiarkan rambutnya terurai dan janganlah ia mencabik pakaiannya”.
Ia bertindak munafik.
Pada zaman itu, mengoyakkan pakaian adalah suatu tindakan yang umum untuk menyatakan kesedihan atau penyesalan, kadang-kadang atas dosanya sendiri, tetapi juga bisa atas dosa orang lain (Kej 37:29,34 Ayub 1:20 2Raja-raja 18:37 19:1 Kisah Para Rasul 14:14). Andaikata Yesus tidak mengakui dirinya sebagai Mesias / Anak Allah, mereka tidak punya alasan untuk menghukum mati Yesus. Tetapi Yesus ternyata tetap mengaku diri sebagai Mesias / Anak Allah, sehingga mereka punya alasan untuk menghukum mati Yesus. Ini pasti membuat Kayafas ingin bersorak karena girangnya. Tetapi yang ia lakukan adalah justru mengoyakkan pakaiannya! Betul-betul seorang pemain sandiwara!
Orang-orang yang lain lalu menghajar Yesus.
Matius 26:65-68 : (65) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakainnya dan berkata: “Ia menghujat Allah, untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. (66) Bagaimana pendapat kamu?” Mereka menjawab dan berkata: “Ia harus dihukum mati.” (67) Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orangorang lain memukul Dia, (68) dan berkata: “Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?”
Apakah Yesus membalas semua perbuatan jahat anggota dewan pada waktu itu? Sama sekali Yesus tidak melakukan perlawanan atas apa yang sedang dialami- Nya. Ini merupakan salah satu bukti ketaatan-Nya kepada Bapa di Sorga atas cawan yang harus diminum-Nya. Kita bisa membayangkan suasana yang terjadi di ruang persidangan pada waktu itu dan bagaimana perasaan Yesus ketika dipukul, diludahi serta diolok-olol. Mereka memperlakukan Dia seperti seorang “penjahat” besar yang sangat berbahaya bagi negara, sehingga mereka menyiksa dan menganiaya Dia sekehendak hati mereka. Tetapi sekali lagi, Yesus tidak pernah membalas semua perbuatan jahat dari anggota MA terhadap-Nya pada waktu itu. Yesus tetap sabar dan bertahan menghadapi Perlakuan-perlakuan mereka.
Salah satu alasan mengapa Yesus tetap sabar dan bertahan walaupun disakiti adalah karena kasih-Nya yang besar bagi dunia ini, termasuk mereka yang saat itu memukul, meludahi dan mengolok-olok Dia. Yesus menunjukkan teladan kasih-Nya yang mulia bagi kita ketika Ia menjalani masa-masa kesengsaraan- Nya. Ia bukan hanya mengalami kesengsaraan secara fisik, tetapi juga secara psikis. Yesus benar-benar menderita dan sengsara bagi kita.
Bagaimana dengan kita masing-masing? Apakah kita pun mampu bertahan menerima semua perlakuan tidak adil dari orang-orang yang ada di sekitar kita? Atau apa yang akan kita lakukan ketika kita difitnah, disakiti, dicelakai dan berbagai perlakuan tidak adil lainnya? Kadang-kadang kita tidak sabar ketika kita mendapat perlakuan-perlakuan yang menurut kita tidak adil, kita langsung saja membalasnya. Karena itu, marilah belajar dari teladan Yesus.
Peristiwa dipukul, diludahi, diolok di depan Mahkama Agama itu belumlah keseluruhan kesengsaraan yang dialami Yesus. Kita melihat kelanjutan kesengsaraan yang dialami Yesus, dicambuk, ditikam dengan tombak, ditendang, dsb-nya. Sangat menyakitkan, apalagi semuanya itu dialami Yesus tanpa ada satupun kesalahan yang dilakukan-Nya. Kesengsaraan yang kita alami tidak dapat dibandingkan dengan kesengsaraan yang dialami oleh Yesus. Tetapi Yesus mampu menghadapi semuanya dengan kesabaran yang penuh. Ingat bahwa kesengsaraan yang dialami-Nya itu murni dirasakan sebagai manusia sejati.
Kalau Yesus dengan kesengsaraan yang begitu hebat saja bisa dihadapi sampai akhir, maka kitapun harus bisa bertahan terhadap segala macam kesengsaraan apa pun yang menimpa kita. Tahu dan sadarkah kita akan semua penderitaan, kesengsaraan yang dialami Yesus untuk menebus dosa-dosa kita? Kalau kita tahu dan sadar, apakah yang telah kita lakukan sebagai bukti kasih kita kepada-Nya? Tetap percaya kepada Yesus dan teladanilah sikap-sikap-Nya ketika sedang berada di dalam kesukaran.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
= AMIN =