MENGAPA YESUS MENGATAKAN LAZARUS TIDUR PADAHAL SEBENARNYA MATI?
Pdt.Samuel T.Gunawan, M.Th.
(11) Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya." (12) Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh." (13) Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. (14) Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati; (15) tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya." (Yohanes 11:11-15)
Ketika Yesus menyebut Lazarus sedang tidur padahal sebenarnya ia mati, maka bagi para kritikus hal ini merupakan suatu kesalahan atau kekeliruan dalam catatan Alkitab. Benarkah demikian? Jawabannya tentu saja “tidak!” Berikut penjelasannya.
Pertama, pada saat mengatakan “Lazarus sedang tertidur” (Yohanes 11:11), Yesus sebenarnya sedang menggunakan majas atau gaya bahasa yang berbeda dari makna penggunaan aslinya atau makna harafiahnya. Suatu majas adalah kata atau frasa yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu selain makna harafiah dan maknanya yang lazim. Sebagai contoh, disebuha lapangan sepak bola, jika seseorang berkata “Elang pasti mengalahkan para Singa”, maka kita mengerti bahwa dia sedang berbicara tentang dua tim sepak bola yang sedang bertanding, dan bukannya secara harafiah bahwa burung-burung elang sedang menyerang singa-singa. Demikian juga konteks penggunaan kata “tertidur” dalam Yohanes 11:11-15 jelaslah Yesus sedang menggunakan sebuah majas, dan hal ini dipertegas di Yohanes 11:14 bahwa Yesus kemudian mengatakan dengan sebenarnya bahwa “Lazarus sudah mati”. Yesus perlu menjelaskan dengan terus terang bahwa Lazarus sebenarnya sudah mati sebagai tanggapan atas reaksi murid-muridnya yang berkata, “Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh” (Yohanes 11:12).
Jadi penggunaan kata “tertidur” untuk Lazarus yang mati sangat menarik perhatian para murid pada saat itu. Disini majas yang digunakan oleh Yesus adalah eufemisme, yaitu menggunakan kata-kata yang ekspresinya lebih lembut dan halus walaupun kata-kata tersebut tidak lazim penggunaannya secara harafiah. Tidur secara harafiah memang tidaklah sama dengan mati, tetapi saat menggunakan majas eufemisme maka makna kata tidur tersebut sama dengan mati.
Jadi penggunaan kata “tertidur” untuk Lazarus yang mati sangat menarik perhatian para murid pada saat itu. Disini majas yang digunakan oleh Yesus adalah eufemisme, yaitu menggunakan kata-kata yang ekspresinya lebih lembut dan halus walaupun kata-kata tersebut tidak lazim penggunaannya secara harafiah. Tidur secara harafiah memang tidaklah sama dengan mati, tetapi saat menggunakan majas eufemisme maka makna kata tidur tersebut sama dengan mati.
BACA JUGA: 10 KHOTBAH KEBAKTIAN KEBANGUNAN ROHANI (4)
Kedua, Yesus memang sengaja menggunakan kata “tertidur” untuk Lazarus yang mati tersebut karena memang di dalam budaya semitik pada saat itu kata “tidur”
digunakan juga untuk orang yang mati (bandingkan: Kejadian 47:30; Ulangan 31:16: Ayub 14:12; 2 Samuel 7:12). Karena itu, walaupun penulis Perjanjian Baru menggunakan bahasa Yunani untuk karya sastra dan berbagai literatur saat itu, namun kehidupan masyakarat semitik pada zaman Yesus tetap terasa pengaruhinya dalam percakapan dan berbagai ungkapan. (Semitik adalah suatu istilah yang digunakan dalam linguistik dan etnologi untuk merujuk kepada rumpun bahasa di Timur Tengah, yang sekarang disebut rumpun bahasa Semit). Dengan demikian merupakan hal yang wajar apabila Yesus menggunakan kata kerja Yunani “kekoimetai” yang berarti “telah tertidur”, berasal dari kata “koimaio” yang berarti “tidur” (Yohanes 11:11). Di dalam Alkitab kematian orang-orang percaya sering disebut sebagai “tidur”, misalnya di dalam Kejadian 47:30; 2 Samuel 7:12; Matius 27:52; Kisah Para Rasul 7:60; 1 Tesalonika 4:13. Alasannya karena ada kemiripan antara mati dengan tidur dan untuk menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir dari segala-galanya seperti yang diajarkan oleh anihilisme. Alkitab menunjukkan bahwa ada kebangkitan orang mati dan hidup setelah kematian (1Tesalonika 4:13-14). Kabar baiknya ialah bahwa kematian orang percaya selalu digambarkan dengan gambaran yang enak, misalnya : Firdaus (Lukas 23:43), Pangkuan Abraham (Lukas 16:22), Rumah Bapa (Yohanes 14:2), dan Diam Bersama Kristus (Filipi 1:23) Dengan demikian kematian bagi orang percaya bukanlah hal yang menakutkan melainkan suatu hal yang menguntungkan (Filipi 1:21) dan dan sangat berharga (Mazmur 116:15).MENGAPA YESUS MENGATAKAN LAZARUS TIDUR PADAHAL SEBENARNYA MATI?