10 KHOTBAH KEBAKTIAN KEBANGUNAN ROHANI (4)

Pdt.Budi Asali,M.Div.

1.Orang kristen K.T.P.


Pendahuluan: dalam hal duniawi / jasmani, kalau kita tidak bisa membedakan barang yang asli dan palsu, kita bisa rugi. Misalnya menerima uang palsu. Demikian juga dalam dunia rohani. Misalnya gereja yang mengambil seorang nabi palsu sebagai pendeta, atau menggunakan orang Kristen KTP sebagai majelis / guru sekolah minggu, atau orang kristen yang menikahi orang kristen KTP. Tetapi paling celaka adalah ‘orang Kristen’ yang tidak menyadari kepalsuan kekristenannya, atau dengan kata lain, orang Kristen KTP yang mengira dirinya adalah orang Kristen sejati. Karena itu hari ini saya mengajak saudara untuk membahas tentang hal ini.
10 KHOTBAH KEBAKTIAN KEBANGUNAN ROHANI (4)
Catatan: orang kristen KTP adalah orang yang hanya KTP (kartu tanda penduduk)nya saja yang kristen. Ada juga yang menganggap KTP sebagai singkatan Kristen Tanpa Pertobatan. Yang jelas ini adalah orang kristen yang hanya kristen secara lahiriah, dan karena itu tidak sungguh-sungguh kristen.

I) Dasar Kitab Suci tentang adanya orang Kristen KTP.

1) Dalam Perjanjian Lama ada ‘orang-orang kristen’ KTP, seperti:

· Korah, Datan dan Abiram (Bil 16).

· Akhan (Yos 7).

· Raja Saul (1Sam 9-dst).

2) Dalam Perjanjian Baru kita juga melihat orang-orang kristen KTP seperti:

¨ Yudas Iskariot.

¨ Ananias dan Safira (Kis 5).

¨ Simon tukang sihir (Kis 8:9-24).

¨ Diotrefes (3Yoh 9-10), dsb.

3) Dasar Kitab Suci yang lain tentang adanya orang-orang kristen KTP:

· Mat 13:24-30,36-43 - perumpamaan lalang di antara gandum.

· Yohanes 15:1-7 - ranting yang berbuah dan yang tidak berbuah.

· Yohanes 6:66 - banyak ‘murid’ yang berhenti ikut Yesus karena mendengar ajaran yang keras! Bdk. Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”. Kata-kata ini menunjukkan bahwa kalau seseorang tidak tetap di dalam firman / berhenti ikut Yesus, maka ia bukan benar-benar murid Yesus!

· Mat 7:15-23 - nabi-nabi palsu yang pada akhir jaman ditolak oleh Yesus.

· 1Yoh 2:18-19 - banyak anti-kristus yang muncul dari kalangan kristen, dan text ini menunjukkan bahwa mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada mereka / gereja.

· 2Petrus 2:1-3 - guru-guru palsu.

· Ibr 6:4-6 - orang yang murtad.

· Yudas 4,12 - orang-orang yang menyusup ke dalam gereja.

· Yak 2:17-20 - orang yang mengaku beriman, tetapi tidak mempunyai perbuatan baik sebagai bukti pertobatan.

II) Perbedaan orang Kristen yang sejati dengan orang Kristen KTP.


1) Orang Kristen yang sejati harus mempunyai keyakinan keselamatan.

Dalam metode penginjilan E. E. (Evangelism Explosion / Ledakan Penginjilan) ada 2 pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui apakah yang akan diinjili ini adalah orang yang sungguh-sungguh kristen atau tidak. Pertanyaan pertama adalah: ‘Kalau kamu mati malam ini, yakinkah kamu bahwa kamu akan masuk surga?’. Kalau jawabannya ‘Tidak’, itu menunjukkan orang itu bukan kristen atau bukan kristen yang sejati.

Memang, kalau saudara tidak yakin akan selamat / masuk surga, saya yakin saudara memang belum selamat dan tidak akan masuk surga (kecuali saudara bertobat dengan sungguh-sungguh). Dengan kata lain, saudara adalah orang kristen KTP.

a) Kekristenan memang mempunyai keyakinan keselamatan.

Apa dasar dari pandangan ini?

1. Kristen adalah agama yang hanya mengandalkan iman kepada Yesus Kristus untuk keselamatan.

Dalam agama lain (termasuk Katolik) perbuatan baik menentukan keselamatan, atau setidaknya mempunyai andil dalam keselamatan. Ini menyebabkan dari sudut agama itu sendiri tidak mungkin ada keyakinan keselamatan, karena siapa yang bisa tahu banyaknya dosa atau perbuatan baik yang ia lakukan selama hidupnya? Tetapi dalam kekristenan, keselamatan didapatkan hanya karena iman kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan karena itu orang kristen bisa, dan bahkan harus, mempunyai keyakinan keselamatan.

2. Adanya ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa orang kristen harus yakin akan keselamatannya, seperti:

· 1Yoh 5:13 - “Semuanya ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.

· Ro 8:16 - “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”.

Arti Ro 8:16 ini adalah bahwa Roh Kudus meyakinkan kita yang percaya bahwa kita adalah anak Allah, dan kalau kita yakin bahwa kita adalah anak Allah, maka kita pasti akan yakin akan keselamatan kita.

3. Orang kristen sejati harus percaya bahwa Kristus mati disalib untuk menebus semua dosanya, baik dosa asal, dosa yang lalu, yang sekarang, maupun yang akan datang, tanpa kecuali. Hal ini ditunjukkan oleh kata-kata ‘segala’ atau ‘semua’ dalam ayat-ayat di bawah ini:

· Kol 2:13 - “Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaran-mu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita”.

· 1Yoh 1:7,9 - “(7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. ... (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.

· Tit 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk mem-bebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.

· Yeh 36:25 - “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu”.

Ada orang yang tidak bisa percaya bahwa Kristus sudah mati untuk menebus dosa-dosa kita yang akan datang, dengan alasan bahwa dosa-dosa itu belum terjadi. Orang seperti ini harus ingat bahwa Kristus mati disalib sekitar 2000 tahun yang lalu, dan pada waktu itu dosa-dosa kita yang lampaupun belum terjadi. Kalau Ia bisa mati untuk dosa-dosa itu, mengapa Ia tidak bisa mati untuk dosa-dosa kita yang akan datang?

Sekarang, bisakah orang yang percaya bahwa Yesus mati menebus semua dosanya masih ragu-ragu akan masuk surga? Dosa yang mana yang menyebabkan ia berpikir bahwa ia masih bisa masuk neraka? Bukankah ia percaya semua dosanya sudah ditebus? ‘Percaya bahwa Yesus mati untuk semua dosanya’ dan ‘takut kalau-kalau ia akan masuk ke neraka / tidak yakin ia akan masuk surga’ adalah 2 hal yang kontradiksi / bertentangan, yang tidak mungkin bisa ada dalam diri seseorang secara bersamaan. Jadi, kalau seseorang betul-betul percaya bahwa Yesus telah mati untuk semua dosanya (yang lalu, yang sekarang, maupun yang akan datang, tanpa kecuali), maka ia pasti yakin akan masuk surga.

Dalam hidupnya ia memang masih berdosa dan akan berbuat dosa lagi terus sampai ia mati. Tetapi kalau ia percaya bahwa Kristus telah mati untuk semua dosanya, termasuk semua dosa-dosa yang akan datang, maka tidak ada alasan bagi dia untuk meragukan keselamatannya. Sebaliknya, kalau ia masih tidak yakin akan masuk surga atau masih takut kalau-kalau akan masuk neraka, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak percaya bahwa Yesus telah mati untuk semua dosanya, dan ini menunjukkan bahwa ia hanyalah orang kristen KTP.

Illustrasi: saudara mempunyai hutang kepada si A. Si B merasa kasihan kepada saudara dan lalu membayar semua hutang itu, dan lalu memberitakan hal itu kepada saudara. Kalau saudara betul-betul percaya kata-kata si B bahwa ia telah membayar seluruh hutang saudara kepada si A, mungkinkah saudara masih takut untuk bertemu si A, dengan alasan takut ditagih hutang? Kalau saudara masih takut, itu menunjukkan saudara tidak percaya bahwa si B telah membayar seluruh hutang saudara.

Memang kebanyakan orang kristen yang tidak yakin selamat itu, menganggap bahwa dirinya belum tentu selamat karena dirinya masih banyak dosa. Kalau saudara adalah orang seperti ini, maka pikirkan / renungkan hal-hal ini:

¨ Saudara percaya bahwa Yesus mati untuk semua dosa saudara yang banyak itu atau tidak?

¨ Saudara mengandalkan keselamatan karena perbuatan baik saudara atau mengandalkan jasa penebusan Kristus yang saudara terima dengan iman? Bdk. Kis 13:38-39 Ro 3:24,27-28 Gal 2:16,21 Ef 2:8-9.

¨ Semua orang kristen yang lain juga banyak dosa, bahkan mungkin lebih banyak dari saudara. Mengapa mereka bisa yakin selamat sedangkan saudara tidak? Jelas ada yang tidak beres dengan iman saudara!

¨ ‘Masih banyak dosa’ bukan alasan yang sah untuk meragukan keselamatan. Alasan yang sah untuk meragukan keselamatan adalah kalau dalam hidup saudara sama sekali tidak ada pengudusan / perubahan hidup ke arah positif (lihat point 4 di bawah).

b) Keyakinan keselamatan ini bukanlah keyakinan yang dipaksakan, dimana orang itu berusaha meyakin-yakinkan dirinya sendiri bahwa ia pasti akan masuk surga. Keyakinan yang benar datang / diberikan oleh Roh Kudus. Ini terlihat dari Ro 8:16 yang sudah saya bahas di atas, yang menunjukkan bahwa Roh Kudus itu meyakinkan kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Karena keyakinan ini diberikan oleh Roh Kudus, maka keyakinan ini akan ada tanpa dipaksakan. Pada waktu ditanya: ‘Apakah kalau kamu mati kamu yakin akan masuk surga?’, maka dengan hati yang sungguh-sungguh yakin, ia bisa berkata ‘Ya!’.

Ada orang kristen yang kalau ditanya: ‘Kalau kamu mati, apakah kamu yakin kamu akan masuk surga?’, lalu menjawab: ‘Menurut Kitab Suci begitu’. Saya sangat curiga dengan jawaban seperti ini. Memang keyakinan dalam diri kita didasarkan pada Kitab Suci. Tetapi jawaban orang itu bisa menunjukkan bahwa sebetulnya ia sendiri tidak yakin, tetapi ia berusaha yakin karena Kitab Suci mengatakan demikian.

c) ‘Keyakinan keselamatan’ ini berbeda dengan ‘keyakinan bahwa Tuhan mengasihi saya’. Memang 2 hal ini bisa ada bersamaan, tetapi bisa juga tidak. Kalau saudara sekedar merasa bahwa Tuhan mengasihi saudara, tetapi saudara tidak yakin akan selamat / masuk surga, saudara tetap adalah orang kristen KTP.

d) Sekalipun sebagai orang Reformed saya tidak percaya bahwa orang kristen yang sejati bisa kehilangan keselamatan, tetapi saya percaya bahwa orang kristen yang sejati bisa kehilangan keyakinan keselamatan (bdk. Mat 11:2-6 yang menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis mengalami kegoncangan iman yang hebat sampai meragukan ke-Mesias-an Yesus). Kehilangan keyakinan keselamatan biasanya terjadi karena hidup dalam dosa, dan / atau tidak dijaganya persekutuan dengan Tuhan, dan ini mungkin sekali memang diberikan oleh Tuhan dengan tujuan untuk mempertobatkan orang tersebut. Karena itu, kalau dulu saudara betul-betul pernah yakin akan keselamatan saudara, tetapi sekarang ragu-ragu lagi, maka introspeksilah diri saudara. Bertobatlah dari dosa-dosa, dan kembalilah dekat dengan Tuhan.

Kalau saudara lulus dalam ‘testing’ pertama ini, dalam arti saudara betul-betul yakin akan keselamatan saudara, jangan terlalu cepat merasa senang. Lihat dulu apakah saudara juga lulus dalam testing-testing yang berikut.

2) Orang Kristen yang sejati mempunyai pengertian yang benar tentang dasar-dasar kekristenan / Injil (Mat 13:23 - tanah subur itu ‘mendengar firman itu dan mengerti’).

Catatan: Perhatikan bahwa saya katakan ‘dasar-dasar kekristenan’, bukan doktrin-doktrin yang tinggi-tinggi seperti Predestinasi, Allah Tritunggal, dan sebagainya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persoalan ini:

a) Tanpa mendengar dan mengerti Injil, seseorang tidak mungkin bisa percaya kepada Yesus. Ini terlihat dari Ro 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.

Jadi, orang yang tidak pernah mendengar Injil, atau orang yang tidak mau mendengar Injil atau bersikap acuh tak acuh setiap kali mendengar Injil, tidak bisa percaya!

Charles Haddon Spurgeon: “I would far rather have a man an earnest, intense opposer of the gospel than have him careless and indifferent. You cannot do much with a man if he will not speak about religion, or will not come to hear what you have to say concerning the things of God” (= Aku lebih senang kalau seseorang itu merupakan penentang yang sungguh-sungguh dari Injil dari pada kalau orang itu tidak peduli dan acuh tak acuh. Engkau tidak bisa berbuat banyak dengan seseorang jika ia tidak mau berbicara tentang agama, atau tidak mau datang untuk mendengar apa yang engkau katakan mengenai hal-hal tentang Allah) - ‘The Soul Winner’, hal 114.

Demikian juga dengan orang gila dan idiot, dan bayi di bawah 2-3 tahun, apalagi bayi yang masih ada dalam kandungan, tidak bisa mengerti Firman Tuhan / Injil (ini saya katakan karena ada hamba Tuhan yang mengajarkan untuk menginjili bayi, yang bahkan masih dalam kandungan).

b) Apa saja yang termasuk Injil / dasar-dasar kekristenan?

Kitab Suci menunjukkan bahwa ‘iman yang menyelamatkan’ (saving faith) adalah iman kepada Kristus, dan ini harus berhubungan dengan penebusan dosanya dan bukan sekedar percaya bahwa Yesus ada, bisa menyembuhkan penyakit, bisa melakukan mujijat, menolong dari problem, dsb.

Ini terlihat dari banyak ayat seperti:

· Ro 3:25a - “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya”. NIV: ‘through faith in his blood’ (= melalui iman dalam / kepada darahNya).

· Ro 5:9 - “Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah”.

· Mat 1:21 - nama ‘Yesus’ diberikan karena Ia yang menyelamatkan umatNya dari dosa.

Jadi, pengertian minimal yang harus ada pada seorang kristen adalah bahwa Yesus adalah Allah, yang telah menjadi manusia, dan mati disalib untuk menebus dosa-dosanya, dan bahwa ia diselamatkan bukan karena perbuatan baiknya, tetapi semata-mata karena jasa penebusan Kristus, yang ia terima melalui iman.

c) Orang yang lulus pada testing pertama, tetapi gagal pada testing yang kedua, tetap adalah orang Kristen KTP. Atau dengan kata lain, orang yang ‘yakin selamat’ tetapi tidak mempunyai pengertian yang benar tentang Injil, tetap adalah orang kristen KTP.

Dalam metode Penginjilan E. E. (Evangelism Explosion), kalau orang yakin akan keselamatannya, maka diberikan pertanyaan kedua yang berbunyi: “kalau kamu mati malam ini dan menghadap Tuhan, dan Tuhan bertanya: ‘Mengapa aku harus memasukkan kamu ke surga?’, apa jawabmu?”. Sebetulnya pertanyaan ini bisa disederhanakan menjadi: ‘Mengapa kamu yakin selamat?’. Melalui jawaban atas pertanyaan ini diharapkan kita bisa mengetahui benar tidaknya pengertian orang itu tentang dasar kekristenan.

Kalau seseorang yakin akan keselamatannya, tetapi pada waktu ditanya: ‘Mengapa kamu yakin selamat?’, ia menjawab: ‘Karena aku sudah dibaptis’, atau, ‘Karena aku sudah rajin ke gereja / sudah berusaha hidup baik’, maka itu menunjukkan bahwa ia mempercayai ‘keselamatan karena perbuatan baik’, dan menunjukkan bahwa ia tidak mengerti tentang Injil (karena Injil tidak pernah mengajarkan ajaran keselamatan karena perbuatan baik, yang memang merupakan ajaran sesat), dan ini menunjukkan bahwa ia tetap adalah seorang kristen KTP. Keyakinan keselamatannya adalah keyakinan yang palsu!

3) Orang Kristen yang sejati pasti mempunyai kerinduan / cinta dan sikap hormat / tunduk pada Firman Tuhan.

Yoh 8:47 - “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.’”.

Bandingkan juga dengan Maz 119:16,20,24,40,70,72,77,92,113,119,127, 143,159 Kis 2:41-42 Kis 16:14 1Pet 2:2-3.

Orang yang belum percaya adalah orang yang mati secara rohani (Yoh 10:10 Ef 2:1), sehingga tidak mungkin bisa mempunyai kerinduan pada hal-hal rohani seperti Firman Tuhan.

1Kor 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.

Tetapi kalau ia sudah dilahir-barukan oleh Roh Kudus, apalagi sudah percaya kepada Kristus, maka ia pasti akan rindu pada Firman Tuhan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang kerinduan pada Firman Tuhan ini:

a) ‘Rindu terhadap Firman Tuhan’ berbeda dengan sekedar ‘mau mendengar Firman Tuhan’.

Kalau seseorang sekedar ‘mau mendengar Firman Tuhan’, maka ia tidak akan terlalu mengusahakan hal itu. Kasarnya ia akan mempunyai motto: ‘ada Firman Tuhan baik, tidak ada ya sudah’.

Tetapi kalau seseorang betul-betul rindu Firman Tuhan, maka ini akan diwujudkan dengan mencari Firman Tuhan, baik itu Katekisasi, Pemahaman Alkitab, membaca Alkitab dalam Saat Teduh, mengikuti Bible Camp, Seminar, membeli dan membaca buku-buku rohani, dsb. Keadaannya akan mirip dengan orang yang sedang jatuh cinta yang merindukan sang pacar. Ia rela meninggalkan apa saja asal bisa bertemu dengan sang pacar. Pernahkah saudara mempunyai kerinduan seperti ini terhadap Firman Tuhan?

b) Ini berbeda dengan orang yang senang belajar, atau orang yang karena memang senang pada agama, lalu senang mendengar Firman Tuhan (dan senang juga mendengar pelajaran agama lain). Yang seperti ini biasanya tidak akan tahan lama, tetapi akan menjadi bosan.

c) ‘Senang mendengar khotbah’ belum tentu sama dengan ‘rindu / senang pada Firman Tuhan’.

Orang yang senang mendengar khotbah karena khotbahnya penuh lelucon, cerita, atau penghiburan, dsb, tidak berarti bahwa ia betul-betul rindu Firman Tuhan (bdk. 2Tim 4:3-4). Sebaliknya orang yang betul-betul rindu Firman Tuhan bisa saja sangat tidak senang mendengar khotbah yang tidak ada isinya, khotbah yang tanpa arah, dan apalagi khotbah yang sesat.

d) Seorang kristen yang sejati bisa saja tidak menyenangi khotbah / Firman Tuhan yang tidak sesuai dengan tingkat kerohaniannya. Misalnya, seorang bayi kristen, yang sebetulnya rindu Firman Tuhan, bisa saja tidak menyenangi Firman Tuhan yang terlalu sukar / berat untuknya. Ini seperti bayi yang senang dengan susu, tetapi belum bisa makan daging. Ini bukan menunjukkan kristen KTP, tetapi bayi kristen. Ia memang sudah selamat, tetapi ia harus bertumbuh dan melatih diri untuk bisa mendengar Firman Tuhan yang lebih sukar (1Kor 3:1-2 Ibr 5:11-14). Sebaliknya, orang kristen yang dewasa dalam iman, bisa saja tidak menyenangi ‘susu’ / Firman Tuhan yang terlalu mudah / sederhana.

e) Orang kristen yang IQnya / pendidikannya rendah juga bisa mengalami hal yang sama seperti bayi kristen di atas, pada waktu menerima pelajaran Firman Tuhan yang terlalu sukar, misalnya dengan menggunakan penguraian gramatika bahasa Yunani ataupun Inggris.

Sebaliknya orang yang IQnya tinggi / berpendidikan tinggi bisa tidak senang atau merasa bosan pada waktu mendengar Firman Tuhan yang disusun untuk orang yang berpendidikan rendah, misalnya dengan digunakannya banyak ilustrasi. Orang yang pandai ini sudah mengerti sekalipun tanpa ilustrasi, tetapi si pengkhotbah memberinya ilustrasi lagi, dan bukan hanya satu tetapi beberapa. Ini bisa membosankan bagi dia, padahal belum tentu ia tidak rindu Firman Tuhan!

f) Orang kristen sejati yang dulu pernah rindu pada Firman Tuhan, bisa saja pada suatu saat rohaninya mundur, terjerat kembali oleh dosa, dsb, sehingga kehilangan kerinduannya akan Firman Tuhan. Ini tidak menunjukkan bahwa ia adalah orang kristen KTP. Orang kristen KTP tidak pernah rindu pada Firman Tuhan.

g) Orang yang rindu Firman Tuhan pasti akan merasakan sukacita dalam hati pada waktu mendapat pengertian yang baru tentang Tuhan / Firman Tuhan, bahkan pada waktu pengertian baru itu menegur dia. Sukacita ini berbeda dengan rasa senang yang bersifat daging, yang muncul waktu mendengar lelucon dalam khotbah!

h) Kerinduan terhadap Firman Tuhan ini juga harus disertai sikap hormat / tunduk pada Firman Tuhan.

4) Orang Kristen yang sejati pasti mengalami pengudusan / perubahan hidup ke arah yang positif (Yak 2:17,26).

a) Pemberian Roh Kudus kepada orang yang percaya kepada Kristus menyebabkan terjadinya pengudusan, karena Roh Kudus ini menghasilkan buah Roh (Gal 5:22-23). Pengudusan langsung dimulai setelah percaya, dan merupakan proses yang tidak akan pernah selesai seumur hidup kita. Tidak ada pengudusan dimana orangnya mendadak menjadi suci / saleh luar biasa, misalnya yang dilakukan oleh kalangan Kharismatik dengan menengking semua roh jahat dalam diri orang itu. Pengudusan yang merupakan proses seumur hidup ini sesuai dengan gambaran ‘buah’, yang mula-mula kecil dan perlahan-lahan menjadi makin besar dan makin matang.

b) Karena pengudusan merupakan buah dari Roh Kudus yang ada di dalam kita, maka pengudusan orang kristen muncul dari dalam, bukan dipaksakan dari luar. Misalnya dalam persoalan pergi ke gereja, ia akan melakukan hal itu bukan sekedar karena didesak orang lain, tetapi karena hatinya memang ingin ke gereja. Demikian juga dalam belajar Firman Tuhan, memberitakan Injil, dsb.

c) Pekerjaan Roh Kudus yang menguduskan ini akan menyebabkan orang kristen itu mulai membenci dosa, dan kebencian terhadap dosa ini akan terus bertumbuh, dan menyebabkan ia tidak mungkin meremehkan dosa, atau bersikap santai / acuh tak acuh pada waktu ia tahu bahwa ia telah berbuat dosa. Pada saat yang sama dalam diri orang itu akan muncul dan bertumbuh suatu kecintaan pada kebenaran / kesucian. Kedua hal ini bisa terlihat dari:

· Maz 101:3 - “Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku”.

· Maz 119:104 - “Aku beroleh pengertian dari titah-titahMu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta”.

· Maz 119:128 - “Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titahMu; segala jalan dusta aku benci”.

· Maz 119:163 - “Aku benci dan merasa jijik terhadap dusta, tetapi TauratMu kucintai”.

· Sikap Yesus, rasul-rasul, nabi-nabi, orang-orang saleh pada waktu mereka marah karena adanya dosa.

d) Pekerjaan Roh Kudus yang menguduskannya ini menyebabkan orang itu akan mengalami konflik dalam dirinya, yaitu konflik antara kecenderungan daging / manusia lamanya untuk berbuat dosa, dan pekerjaan Roh Kudus yang mendorongnya pada kekudusan. Kadang-kadang seakan-akan ada kebencian dan kecintaan sekaligus pada suatu dosa tertentu. Ini sesuai dengan ayat-ayat di bawah ini:

· Mat 26:41 - “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah”.

· Gal 5:17 - “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki”.

· Ro 7:15-23 - “(15) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (16) Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. (17) Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. (18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. (22) Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, (23) tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku”.

Karena itu, selama dalam diri saudara memang ada pengudusan / keinginan untuk mentaati Tuhan, maka jangan menganggap daya tarik kepada dosa dalam diri saudara itu sebagai bukti bahwa saudara adalah orang Kristen KTP. Sebaliknya, jaman sekarang saya sering mendengar kesaksian seseorang / pendeta yang mengatakan bahwa sejak ia menjadi orang kristen, ia tidak tertarik kepada perempuan lain, langsung tidak senang dengan rokok (padahal dulunya ia adalah seorang perokok), dan sebagainya. Menurut saya kesaksian seperti itu, yang menunjukkan tidak adanya konflik, justru tidak alkitabiah, dan mungkin sekali hanya merupakan bualan bodoh dari orang yang tidak mengerti Kitab Suci.

e) Tidak adanya / kurangnya pengudusan dalam satu / beberapa segi kehidupan, tidak / belum menunjukkan bahwa orangnya adalah orang kristen KTP. Kalau ia adalah orang kristen KTP, maka ia tidak mengalami pengudusan sama sekali, kecuali pengudusan yang dipaksakan dari luar (karena takut kepada polisi atau orang tua dsb), yang sebetulnya bukanlah pengudusan.

f) Dalam menyoroti pengudusan, yang disoroti bukanlah apakah orangnya saleh atau tidak, tetapi apakah orangnya menjadi lebih baik atau tidak. Jadi, orang saleh yang memang saleh dari kecil, tetapi tidak mengalami kemajuan dalam kesalehannya, bukanlah orang kristen. Sebaliknya, sekalipun seorang kristen masih banyak mempunyai kekurangan / kelemahan, tetapi kalau ia mengalami kemajuan dalam pengudusannya, maka ia adalah orang kristen sejati.

g) Orang kristen yang sejati bisa mengalami pengudusan, tetapi lalu terhenti. Karena itu ada ayat-ayat seperti 2Pet 1:5-7 dan 1Tes 4:1,10 yang menyuruh kita untuk berusaha melakukan pengudusan dengan lebih bersungguh-sungguh lagi. Ini tidak menunjukkan bahwa ia adalah orang kristen KTP.

2Pet 1:5-7 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.

1Tes 4:1,10 - “(1) Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. ... (10) Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya”.

h) Orang yang mengalami kemajuan dalam pengudusan biasanya justru merasa bahwa dirinya begitu kotor / berdosa (bdk. Ro 7:18-19 1Tim 1:15b). Mengapa? Karena pengudusan menyebabkan ia dekat dengan Tuhan yang maha suci, dan itu otomatis akan menyebabkan ia merasa kotor. Disamping itu pengudusan mensyaratkan pertumbuhan pengertian Firman Tuhan, dan pertumbuhan pengertian Firman Tuhan ini juga membuat orangnya makin menyadari dosanya.

5) Orang Kristen sejati pasti punya keinginan untuk menyelamatkan orang lain (Yoh 1:41,45 Mat 9:9-10 Kis 8:1-4 1Kor 9:16b).


Keinginan menyelamatkan orang lain itu bisa diwujudkan dengan mengajaknya ke gereja, memberitakan Injil kepadanya, mendoakannya, dan memberi kesaksian yang baik kepadanya.

Charles Haddon Spurgeon: “I will not believe that you have tasted of the honey of the gospel if you can eat it all yourself” (= Aku tidak akan percaya bahwa engkau sudah mengecap madu Injil jika engkau bisa memakan sendiri semuanya) - ‘Morning and Evening’, February 19, evening.

Kalau saudara sebetulnya mempunyai beban untuk memberitakan Injil, tetapi takut melakukannya, maka itu mungkin masih menunjukkan bahwa saudara adalah orang kristen sejati. Tetapi kalau saudara sama sekali tidak mempunyai beban untuk memberitakan Injil / menyelamatkan orang lain, itu menunjukkan bahwa saudara sendiri belum pernah diselamatkan.

6) Satu hal lagi yang bisa ditambahkan adalah orang kristen KTP seringkali merasa jengkel / tersinggung kalau ia diinjili, apalagi kalau ditanya: ‘Apakah kamu yakin akan masuk surga?’.

Orang kristen yang sejati, seharusnya senang / bersukacita kalau orang kristen lain mentaati Tuhan (2Yoh 4 3Yoh 3-4). Karena itu, pada saat ia melihat orang kristen memberitakan Injil, sekalipun penginjilan itu ditujukan kepadanya, ia harus senang / bersukacita. Ia seharusnya memuji orang yang memberitakan Injil itu dan mendorongnya untuk terus melakukannya kepada orang lain, bukan lalu jengkel dan memarahinya, karena hal ini bisa menyebabkan orang itu justru lalu berhenti mem-beritakan Injil.

III) Tanggapan kita.

1) Untuk orang kristen yang sejati.

Kalau saudara adalah kristen yang sejati, dan saudara bertemu dengan orang kristen merasa bahwa dirinya adalah orang kristen KTP, dan saudara sendiri juga yakin adalah ia adalah orang kristen KTP, maka:

a) Janganlah menghibur dia dengan menutup-nutupi ke-kristen-KTP-an orang itu atau meyakinkan bahwa sebetulnya ia adalah kristen sejati.

Ini bukan hanya dusta, tetapi juga ‘membunuh’ orang itu! Ini sama seperti seorang dokter yang setelah mengetahui bahwa pasiennya terkena kanker, lalu berusaha menghiburnya dengan mengatakan bahwa keadaannya baik-baik saja.

Sebaliknya saudara harus meyakinkan bahwa ia adalah kristen KTP, belum diselamatkan, akan masuk neraka kalau tidak bertobat.

b) Injililah ia dan desak ia untuk percaya kepada Yesus.

Saudara harus rajin / tekun memberitakan Injil kepadanya sambil banyak berdoa. Bandingkan dengan Pkh 11:4-6 - “(4) Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai. (5) Sebagaimana engkau tidak mengetahui jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim seorang perempuan yang mengandung, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah yang melakukan segala sesuatu. (6) Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik”.

Catatan: memang sebetulnya ayat ini tidak khusus berbicara tentang Pemberitaan Injil, tetapi bisa diterapkan pada Pemberitaan Injil.

c) Sebelum orang itu bertobat, jangan memberi pelayanan kepada orang itu, apalagi suatu jabatan yang penting, karena ini bisa mengacaukan gereja.

2) Untuk orang kristen KTP.

Kalau dari pelajaran di atas saudara menyimpulkan bahwa diri saudara sendiri adalah orang kristen KTP, maka:

a) Ingatlah bahwa saya memberitakan semua ini bukan karena saya membenci saudara, ingin memaki-maki saudara dsb. Saya memberitakan semua ini justru karena saya mengasihi saudara, dan saya ingin saudara menjadi orang kristen yang sejati dan sungguh-sungguh diselamatkan!

b) Bertobatlah dan percayalah kepada Yesus. Keselamatan / hidup kekal bukan ada di dalam gereja, tetapi di dalam Kristus .

Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.

1Yoh 5:11-12 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.

c) Kalau saudara tidak bisa percaya pada saat ini, maka teruslah berusaha mendengar Injil, karena “iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran akan firman Kristus” (Ro 10:17).

Illustrasi: Apa yang harus dilakukan suami istri yang ingin punya anak? Berdoa dan sering melakukan hubungan sex! Mengapa? Karena hubungan sex merupakan cara yang dipakai Tuhan untuk memberi anak. Demikian juga karena Injil dipakai oleh Tuhan untuk mempertobatkan, maka orang kristen KTP harus sering mendengar Injil.

-AMIN-

2.Yohanes 18:1-11

I) Pencarian / penangkapan terhadap Yesus.

1) Yesus ditangkap oleh pasukan Romawi.

Kata ‘pasukan’ (ay 3) dalam bahasa Yunaninya adalah SPEIRA. William Barclay (hal 222) berkata ini bisa mempunyai 3 kemungkinan arti:

· Ini menunjuk kepada ‘a Roman cohort’ (= satu satuan tentara Romawi), dan 1 cohort terdiri dari 600 orang.

· Ini menunjuk kepada ‘a cohort of auxilliary soldiers’ (= suatu pasukan tentara pembantu), yang terdiri dari 1000 orang, yaitu 240 pasukan berkuda dan 760 pasukan yang berjalan kaki.

· kadang-kadang (agak jarang), ini menunjuk kepada ‘the detachment of men called a maniple which was made up of two hundred men’ (= suatu pasukan yang disebut maniple yang terdiri dari 200 orang).

Kalaupun diambil yang terkecil dari 3 arti di atas ini, maka itu berarti mereka datang dengan 200 orang! Ini jumlah yang luar biasa untuk menangkap hanya 1 orang!

Tentara itu membawa lentera dan suluh, padahal Barclay (hal 223) berkata bahwa masa Paskah adalah masa bulan purnama dan malam itu hampir sama terangnya seperti siang. Mereka tidak membutuhkan lentera dan suluh untuk mencari jalan, tetapi mereka mungkin mengira bahwa Yesus akan bersembunyi di pohon-pohon / semak-semak dsb, sehingga mereka membawa lentera dan suluh.

2) Yesus ditangkap di taman Getsemani (ay 1 Mat 26:36), menggunakan pengkhianatan dan ciuman dari Yudas (Mat 26:48-49 Luk 22:47-48).

a) Yudas adalah salah satu dari 12 murid.

John Henry Jowett: “Our Master was betrayed by a disciple, ‘one of the twelve.’ The blow came from one of ‘His own household.’ ... The devil would rather gain one belonging to the inner circle than a thousand who stand confessed as the friends of the world” (= Tuan kita dikhianati oleh seorang murid, ‘seorang dari 12 murid’. Pukulan datang dari salah seorang dari ‘rumah tangganya sendiri’. ... Setan lebih senang mendapatkan satu orang dari lingkaran dalam dari pada 1000 orang yang mengaku sebagai sahabat dari dunia) - ‘Spring of the Living Water’, March 23.

Penerapan: karena itu kalau saudara sudah adalah orang kristen, lebih-lebih orang kristen yang aktif dalam gereja, saudara harus lebih waspada. Setan jauh lebih senang menjatuhkan saudara dari pada menjatuhkan 1000 ‘orang dunia’! Apakah saudara waspada dalam menjaga diri saudara, misalnya dalam saat teduh / kehidupan doa, dalam belajar Firman Tuhan, dalam pengudusan, dsb?

b) Yudas mengkhianati Yesus menggunakan ciuman.

Leon Morris (NICNT): “John omits any reference to the kiss of Judas (Matt. 26:49; Mark 14:45; Luke 22:47), which would have taken place at this juncture. He is not concerned to tell us everything that happened, but rather to show Jesus’ complete control of the situation” [= Yohanes menghapus ciuman Yudas (Mat 26:49; Mark 14:45; Luk 22:47), yang seharusnya terjadi waktu ini. Ia tidak berminat untuk menceritakan kepada kita segala sesuatu yang terjadi, tetapi menunjukkan pengontrolan Yesus sepenuhnya atas situasi itu] - hal 743.

c) Yudas mengkhianati Yesus di Taman doa (Getsemani).

John Henry Jowett: “our Master was betrayed in the garden of prayer. In the most hallowed place the betrayer gave the most unholy kiss. He brought his defilement into the most awe-inspiring sanctuary the world has ever known. And so may it be with me. I can kindle the unclean fire in the church. I can stab my Lord when I am on my knees. While I am in apparent devotion I can be in league with the powers of darkness” (= Tuan kita dikhianati di taman doa. Di tempat yang paling kudus si pengkhianat memberikan ciuman yang paling tidak kudus. Ia membawa pengotoran / pencemaran ke dalam tempat kudus yang paling membangkitkan rasa hormat yang dikenal oleh dunia. Dan hal yang sama bisa terjadi dengan saya. Saya bisa menyalakan api yang najis dalam gereja. Saya bisa menikam Tuhan saya pada waktu saya sedang berlutut / berdoa. Pada waktu kelihatannya saya sedang beribadah saya bisa sedang bersekutu dengan kuasa kegelapan) - ‘Spring of the Living Water’, March 23.

d) Yudas mengkhianati Yesus demi uang (Mat 26:14-16).

John Henry Jowett: “And this ‘dark betrayal’ was for money! The Lord of Glory was bartered for thirty pieces of silver! And the difference between Judas and many men is that they often sell their Lord for less! From the power of Mammon, and from the blindness which falls upon his victims, good Lord, deliver me!” (= Dan ‘pengkhianatan gelap’ ini adalah demi uang! Tuhan kemuliaan ditukar dengan 30 keping perak! Dan perbedaan antara Yudas dan banyak orang adalah bahwa mereka sering menjual Tuhan mereka dengan harga kurang dari itu! Tuhan yang baik, selamatkanlah / lepaskanlah aku dari kuasa Mammon / dewa uang, dan dari kebutaan yang menimpa korban-korbannya) - ‘Spring of the Living Water’, March 23.

II) Sikap Yesus waktu ditangkap.

1) Yesus berinisiatif menyerahkan diri (ay 4-6).

Leon Morris (NICNT): “The Lord knows all the things that are coming upon Him, and in the light of this knowledge goes out to meet the soldiers. He is not ‘arrested’ at all. He has the initiative and He gives Himself up. First He asks whom they are seeking. When they say, ‘Jesus of Nazareth’, He replies, ‘I am’, which may well mean ‘I am Jesus of Nazareth’. But the answer is in the style of deity (see on 8:58). This must have been a most unexpected move on His part. The soldiers had come out secretly to arrest a fleeing peasant. In the gloom they find themselves confronted by a commanding figure, who so far from running away comes out to meet them and speaks to them in the very language of deity” [= Tuhan tahu segala sesuatu yang mendatangiNya, dan dalam terang pengetahuan ini Ia keluar untuk menemui tentara-tentara itu. Ia sama sekali tidak ‘ditangkap’. Ia yang melakukan inisiatif dan Ia menyerahkan diriNya sendiri. Pertama-tama Ia bertanya siapa yang sedang mereka cari. Ketika mereka berkata: ‘Yesus dari Nazaret’, Ia menjawab: ‘Akulah Dia / Aku adalah’, yang bisa berarti ‘Aku adalah Yesus dari Nazaret’. Tetapi jawaban ini ada dalam gaya ilahi (lihat 8:58). Ini pasti merupakan gerakan yang paling tidak terduga dari Dia. Tentara-tentara datang secara diam-diam untuk menangkap orang rendahan yang lari. Dalam kegelapan mereka menemukan diri mereka sendiri dihadapkan pada seseorang yang memerintah, yang bukannya melarikan diri tetapi datang menemui mereka dan berbicara kepada mereka dalam bahasa ilahi] - hal 743.

Catatan:

· Perlu diketahui bahwa kata-kata yang diterjemahkan ‘Akulah Dia’ secara hurufiah hanyalah ‘I am’ (= Aku adalah). Ini disebut bahasa ilahi karena dihubungkan dengan kata-kata ‘Aku adalah Aku’ dalam Kel 3:14a, dan ‘Akulah Aku’ [NIV: ‘I AM’ (= Aku adalah)] dalam Kel 3:14b.

· Saya berpendapat bahwa para tentara itu, yang adalah tentara Romawi, tidak mungkin mengerti ‘bahasa ilahi’ itu, tetapi mereka pasti bisa merasakan kewibawaan dari Yesus.

Kata-kata Yesus ‘Akulah Dia’ menyebabkan para penangkapNya rebah (ay 6).

Calvin: “We may infer from this how dreadful and alarming to the wicked the voice of Christ will be, when he shall ascend his throne to judge the world. At that time he stood as a lamb ready to be sacrificed; his majesty, so far as outward appearance was concerned, was utterly gone; and yet when he utters but a single word, his armed and courageous enemies fall down. And what was the word? He thunders no fearful excommunication against them, but only replies, It is I. What then will be the result, when he shall come, not to be judged by a man, but to be the Judge of the living and the dead; not in that mean and despicable appearance, but shining in heavenly glory, and accompanied by his angels?” [= Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan betapa mengerikan dan menakutkan bagi orang jahat suara Kristus nanti, pada waktu Ia naik ke atas tahta untuk menghakimi dunia. Pada saat itu (pada saat Ia ditangkap) Ia berdiri sebagai Domba yang siap untuk dikorbankan, dan keagunganNya, sejauh kita melihatnya secara lahiriah / dari luar, sama sekali hilang. Tetapi pada saat Ia mengucapkan sepatah kata, musuh-musuhNya yang bersenjata dan berani jatuh ke tanah. Dan apa kata yang Ia ucapkan? Ia tidak mengguntur dengan suatu pengucilan yang menakutkan terhadap mereka, tetapi hanya menjawab: ‘Akulah Dia’. Apa yang akan terjadi, pada saat Ia datang nanti, bukan untuk dihakimi oleh manusia, tetapi untuk menjadi Hakim bagi orang yang hidup dan orang yang mati; bukan dalam penampilan yang buruk dan hina, tetapi bersinar dalam kemuliaan surgawi, dan diiringi malaikat-malaikatNya?] - hal 192.

Charles Haddon Spurgeon: “When in His humiliation he did but say to the soldiers, ‘I am He,’ they fell backward; what will be the terror of His enemies when He shall more fully reveal Himself as the ‘I am?’” (= Jika dalam perendahanNya Ia hanya berkata kepada tentara-tentara itu ‘Akulah Dia’ dan mereka rebah ke belakang; bagaimana ketakutan dari musuh-musuhNya pada waktu Ia akan menyatakan diriNya sendiri secara lebih penuh sebagai ‘Aku adalah’?) - ‘Morning and Evening’, October 15, morning.

2) Yesus berusaha melindungi murid-muridNya (ay 7-9).

Kristus mengucapkan ay 7-8 untuk melindungi domba-dombaNya (ay 9).

Leon Morris (NICNT): “The Good Shepherd takes thought for His sheep at the very hour in which He goes forth to arrest, trial and death. It may be that this is behind His request for them to repeat that it is ‘Jesus of Nazareth’ for whom they are looking. Out of their own mouth, in a twice-repeated statement, He leads them to declare in effect that their business is not with the disciples” (= Gembala yang baik memikirkan domba-dombaNya pada saat Ia menuju pada penangkapan, pengadilan dan kematian. Mungkin hal ini ada di belakang permintaanNya bagi mereka untuk mengulang bahwa adalah ‘Yesus dari Nazaret’ yang sedang mereka cari. Dari mulut mereka sendiri, dalam pernyataan yang diulang dua kali, Ia sebenarnya mengarahkan mereka untuk menyatakan bahwa urusan mereka bukanlah dengan murid-murid) - hal 744.

Penerapan: Kita harus meniru Kristus dalam persoalan ini, yaitu dalam penderitaan apapun tetap memikirkan orang lain!

Apa yang Yesus lakukan ini menunjukkan bahwa keadaan kritis apapun tidak bisa menghancurkan keselamatan kita!

Calvin: “Whenever, therefore, either wicked men or devils make an attack upon us, let us not doubt that this good Shepherd is ready to aid us in the same manner” (= Karena itu, kapanpun orang jahat atau setan menyerang kita, janganlah kita meragukan bahwa Gembala yang baik ini siap menolong kita dengan cara yang sama) - hal 193.

Penjelasan tentang ay 9:

Kata-kata seperti ay 9 sudah pernah diucapkan dalam Yoh 6:39 10:28 17:12, dan selalu dalam arti rohani. Bagaimana mungkin sekarang diucapkan dalam arti jasmani? Perhatikan penjelasan dari kutipan-kutipan di bawah ini.

Calvin: “This passage appears to be inappropriately quoted, as it relates to their souls rather than to their bodies; for Christ did not keep the apostles safe to the last, but this he accomplished, that, amidst incessant dangers, and even in the midst of death, still their eternal salvation was secured. I reply, the Evangelist does not speak merely of their bodily life, but rather means that Christ, sparing them for a time, made provision for their eternal salvation. Let us consider how great their weakness was; what do we think they would have done, if they had been brought to the test? While therefore, Christ did not choose that they should be tried beyond the strength which he had given to them, he rescued them from eternal destruction. ... And, indeed, we see how he continually bears with our weakness, when he puts himself forward to repel so many attacks of Satan and wicked men, because he sees that we are not yet able or prepared for them. In short, he never brings his people into the field of battle till they have been fully trained, so that even in perishing they do not perish, because there is gain provided for them both in death and in life” [= Bagian ini kelihatannya dikutip secara tidak tepat, karena bagian itu berhubungan dengan jiwa mereka dan bukannya dengan tubuh mereka; karena Kristus tidak menjaga rasul-rasul itu aman (secara jasmani) sampai akhir, tetapi ini yang Ia kerjakan, yaitu bahwa di tengah-tengah bahaya yang tidak henti-hentinya, dan bahkan di tengah-tengah kematian, keselamatan kekal mereka tetap terjamin / aman. Saya menjawab, sang Penginjil (rasul Yohanes) tidak berbicara semata-mata untuk kehidupan jasmani mereka, tetapi memaksudkan bahwa Kristus, menyelamatkan mereka untuk sementara waktu, membuat persiapan untuk keselamatan kekal mereka. Marilah kita mempertimbangkan betapa besarnya kelemahan mereka pada saat itu; apa yang kita pikir akan terjadi, jika mereka dibawa kepada ujian? Karena itu, pada waktu Kristus memilih bahwa mereka tidak dicobai / diuji melampaui kekuatan yang telah diberikan kepada mereka, Ia menyelamatkan mereka dari penghancuran kekal. ... Dan memang, kita melihat betapa secara terus menerus Ia memikul / sabar terhadap kelemahan kita, pada waktu Ia mengajukan diriNya sendiri untuk menolak begitu banyak serangan Setan dan orang-orang jahat, karena Ia Ia melihat bahwa kita belum mampu atau belum siap untuk hal-hal itu. Singkatnya, Ia tidak pernah membawa umatNya ke dalam medan pertempuran sampai mereka dilatih dengan sepenuhnya, sehingga bahkan dalam penghancuran mereka tidak hancur, karena ada keuntungan yang disediakan bagi mereka baik dalam mati maupun dalam hidup] - hal 193-194.

Leon Morris (NICNT): “Some object that the object of the saying as originally given was spiritual, but here it is physical. But an arrest of the disciples at this moment would have been a very severe test of faith and it might well have caused them great spiritual harm. It is unnecessary to see an opposition. To preserve them physically was to preserve them spiritually” (= Beberapa orang keberatan bahwa tujuan dari kata-kata itu pada waktu mula-mula diberikan adalah rohani, tetapi di sini tujuannya adalah fisik / jasmani. Tetapi penangkapan terhadap murid-murid pada saat ini akan merupakan ujian iman yang sangat berat, dan itu bisa menyebabkan kerugian / kerusakan rohani yang besar. Adalah tidak perlu untuk menganggap bahwa di sini terjadi pertentangan / kontradiksi. Memelihara mereka secara fisik berarti memelihara mereka secara rohani) - hal 744-745.

3) Waktu Petrus membelaNya dengan pedang, Yesus justru menegur Petrus (ay 10-11a).

Petrus menghadapi situasi kritis itu dengan caranya sendiri dan dengan kekuatannya sendiri (ay 10), dan Yesus menegurnya (ay 11a Mat 26:52-54), dan lalu menyembuhkan telinga orang yang putus itu (Luk 22:51).

a) Peristiwa ini menunjukkan keberanian Petrus.

Sekalipun tindakannya ini salah, tetapi dalam tindakan ini kita juga melihat suatu hal yang positif dalam diri Petrus yaitu keberaniannya menghadapi ratusan tentara demi Kristus.

William Barclay: “Peter was soon to deny his master, but at that moment he was prepared to take on hundreds all alone for the sake of Christ. We may talk of the cowardice and the failure of Peter; but we must never forget the sublime courage of this moment” (= Petrus akan segera menyangkal Tuannya, tetapi pada saat itu ia siap untuk menghadapi ratusan orang sendirian demi Kristus. Kita boleh berbicara mengenai sikap pengecut dan kegagalan Petrus, tetapi kita tidak boleh melupakan keberaniannya yang luhur / agung pada saat ini) - hal 224.

b) Apa salahnya Petrus sehingga ia ditegur?

· Tindakan Petrus bertentangan dengan rencana Allah tentang kematian Kristus untuk menebus dosa manusia.

Sebetulnya membela diri dalam keadaan terpaksa tidaklah salah; lihat orang Yahudi pada jaman Ester (Ester 9). Tetapi dalam kasus penangkapan Kristus ini, Kristus memang harus ditangkap dan mati untuk dosa kita. Ini dinyatakan oleh Kristus dengan berkata bahwa Ia harus minum cawan yang diberikan oleh Bapa kepadaNya (ay 11b). Jadi di sini Petrus melakukan sesuatu yang bertentangan Rencana Allah, dan karena itu ia disalahkan.

· Tindakan Petrus ini bisa menyebabkan fitnahan yang ditujukan kepada Kristus kelihatannya benar.

Fitnahan / tuduhan terhadap Yesus banyak sekali, misalnya Ia difitnah / dituduh sebagai:

* penjahat (Yoh 18:30).

* menganggap diri sebagai raja (Yoh 18:33-35 19:12).

* penyesat bangsa Yahudi, melarang membayar pajak kepada Kaisar (Luk 23:2a).

Calvin: “Christ having already been more than enough hated by the world, this single deed might give plausibility to all the calumnies which his enemies falsely brought against him” [= Kristus telah lebih dari cukup dibenci oleh dunia, tindakan ini (tindakan Petrus memotong telinga) bisa membuat semua fitnahan yang dituduhkan secara salah kepadaNya oleh musuh-musuhNya menjadi kelihatan benar / bisa diterima] - hal 195.

· Yesus tidak memberi Petrus otoritas untuk melakukan hal itu.

Dalam Luk 22:49 dikatakan bahwa murid-murid bertanya: ‘Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?’. Tetapi sebelum Yesus menjawab, Petrus sudah menyerang dengan pedangnya.

Calvin: “It was exceedingly thoughtless in Peter to attempt to prove his faith by his sword, while he could not do so by his tongue. When he is called to make confession, he denies his Master; and now, without his Master’s authority, he raises a tumult” (= Merupakan tindakan yang sangat ceroboh / tanpa dipikir dari Petrus untuk mencoba membuktikan imannya dengan pedangnya, padahal ia tidak bisa membuktikan imannya dengan lidahnya. Pada waktu ia dipanggil untuk membuat pengakuan, ia menyangkal Tuannya, dan sekarang, tanpa otoritas Tuannya, ia menimbulkan keributan) - hal 195.

· yang menangkap adalah alat negara, kepada siapa orang kristen harus tunduk (Ro 13:1).

· Kerajaan Kristus bukan kerajaan dunia, tetapi kerajaan rohani.

Bdk. Yoh 18:36 - “Jawab Yesus: ‘KerajaanKu bukan dari dunia ini; jika KerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi KerajaanKu bukan dari sini.’”.

Calvin: “Warned by so striking an example, let us learn to keep our zeal within proper bounds; and as the wantonness of our flesh is always eager to attempt more than God commands, let us learn that our zeal will succeed ill, whenever we venture to undertake any thing contrary to the word of God. ... We are also reminded, that those who have resolved to plead the cause of Christ do not always conduct themselves so skillfully as not to commit some fault; and, therefore, we ought the more earnestly to entreat the Lord to guide us in every action by the spirit of prudence” [= Diperingatkan oleh contoh yang menyolok seperti ini, marilah kita belajar untuk menjaga semangat kita dalam batasan yang benar; dan karena kecerobohan / ketidak-disiplinan daging kita selalu siap untuk berusaha lebih dari yang Allah perintahkan, biarlah kita mengerti bahwa semangat kita akan menjadi sesuatu yang buruk (?), kapanpun kita berusaha untuk melakukan apapun yang bertentangan dengan firman Allah. ... Kita juga diingatkan, bahwa mereka yang telah memutuskan untuk membela perkara Kristus tidak selalu bertingkahlaku dengan cekatan sedemikian rupa sehingga tidak melakukan suatu kesalahan; dan karena itu, kita harus makin sungguh-sungguh memohon dengan sangat kepada Tuhan untuk memimpin kita dalam setiap tindakan dengan roh kebijaksanaan] - hal 195.

4) Ay 11b - ‘bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?’.

a) Yesus tahu akan kehendak Bapa, dan karena itu Ia berkata bahwa Ia harus meminum cawan itu.

Tadinya waktu di Taman Getsemani, Ia berdoa supaya cawan itu berlalu, tetapi menambahinya dengan kata-kata: ‘janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki’ (Mat 26:39b), dan ‘jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’ (Mat 26:42b).

Tetapi sekarang Ia tahu bahwa Ia harus meminum cawan itu.

Catatan: kalau Yesus bisa tidak tahu, maka itu merupakan pikiran manusiaNya (bdk. juga Mat 24:36). Pikiran ilahinya jelas maha tahu!

b) Dalam Kitab Suci kata ‘cawan’ / ‘anggur’ sering berhubungan dengan penderitaan dan murka Allah.

Maz 75:9 - “Sebab sebuah piala ada di tangan TUHAN, berisi anggur berbuih, penuh campuran bumbu; Ia menuang dari situ; sungguh, ampasnya akan dihirup dan diminum oleh semua orang fasik di bumi”.

Yes 51:17,22 - “(17) Terjagalah, terjagalah, bangunlah, hai Yerusalem, hai engkau yang telah meminum dari tangan TUHAN isi piala kehangatan murkaNya, engkau yang telah meminum, menghirup habis isi cangkir yang memusingkan! ... (22) Beginilah firman Tuhanmu, TUHAN, Allahmu yang memperjuangkan perkara umatNya: ‘Sesungguhnya, Aku mengambil dari tanganmu piala dengan isinya yang memusingkan, dan isi cangkir kehangatan murkaKu tidak akan kauminum lagi”.

Yer 25:15 - “Beginilah firman TUHAN, Allah Israel, kepadaku: ‘Ambillah dari tanganKu piala berisi anggur kehangatan amarah ini dan minumkanlah isinya kepada segala bangsa yang kepadanya Aku mengutus engkau”.

Yeh 23:31-33 - “(31) Engkau hidup mengikuti kelakuan kakakmu, sebab itu Aku akan memberi engkau minum dari pialanya. (32) Beginilah firman Tuhan ALLAH: Engkau harus minum dari piala kakakmu, piala yang dalam dan lebar mulutnya, yaitu piala yang banyak isinya; menjadi tertawaan dan olok-olok engkau. (33) Engkau akan penuh kemabukan dan dukacita. Piala kengerian disertai kesunyian ialah piala kakakmu Samaria”.

Wah 14:10 - “maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murkaNya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba”.

Wah 16:19 - “Lalu terbelahlah kota besar itu menjadi tiga bagian dan runtuhlah kota-kota bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Maka teringatlah Allah akan Babel yang besar itu untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman murkaNya”.

Jadi ‘cawan’ di sini menunjuk pada penderitaan sebagai akibat dari murka Allah yang seharusnya dipikul oleh manusia sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka. Kristus ‘meminum cawan / anggur itu’, dengan membiarkan diriNya ditangkap, dicambuki, disalibkan sampai mati, supaya kita tidak perlu meminum cawan / anggur itu.

Tetapi ada satu syarat, yaitu kita harus mau percaya / menerima Kristus sebagai Juruselamat kita. Maukah saudara percaya kepada Dia?

-AMIN-

3.Pengadilan dan penyaliban Yesus

Yohanes 18:28-19:18

I) Yesus diserahkan kepada Pilatus (Yoh 18:28-32).

1) Ini mereka lakukan karena di bawah penjajahan Romawi mereka dilarang menjatuhkan dan melaksanakan hukuman mati. Dalam kasus Stefanus (Kis 7:57-60), mereka melanggar peraturan itu.

2) Tuduhan orang-orang Yahudi terhadap Yesus.

Dalam sidang Mahkamah Agama tuduhan mereka yang terutama adalah penghujatan, karena Yesus menganggap diri sebagai Anak Allah (Mat 26:63-66). Tetapi mereka tahu bahwa tuduhan seperti itu tidak akan ada artinya di depan Pontius Pilatus, dan karena itu di depan Pilatus mereka mengubah tuduhan itu menjadi:

· Yesus adalah seorang penjahat (Yoh 18:29-30).

· menyesatkan bangsa, melarang orang membayar pajak kepada Kaisar, dan menyatakan diri sebagai raja (Lukas 23:2).

Semua ini jelas merupakan tuduhan palsu. Kebencian mereka terhadap Yesus menyebabkan mereka melakukan segala macam cara asalkan bisa membunuh Yesus.

William Barclay: “Hatred is a terrible thing and does not hesitate to twist the truth” (= Kebencian adalah hal yang mengerikan dan tidak segan-segan untuk membengkokkan kebenaran) - hal 236.

3) Penyerahan kepada Pilatus ini harus terjadi supaya nubuat Yesus tentang kematianNya digenapi (Yoh 18:32 - “Demikianlah hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Ia akan mati”).

a) Yesus telah mengatakan bahwa Ia harus mati melalui salib (Yoh 12:32 Mat 20:19 Mat 26:2), padahal hukuman mati untuk seorang penghujat seharusnya adalah perajaman (Im 24:16). Dengan dilaksanakannya hukuman mati oleh pihak Romawi, maka akhirnya Yesus mati melalui penyaliban, seperti yang telah Ia nubuatkan.

b) Yesus juga telah menubuatkan bahwa Ia harus diserahkan ke tangan orang non Yahudi (Mat 20:19). Karena itu Ia harus mati di tangan orang Romawi, bukan di tangan orang Yahudi.

Catatan: dalam Mat 20:19, kata-kata ‘bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘bangsa-bangsa’; NIV/NASB menterjemahkan ‘Gentiles’ / ‘bangsa-bangsa non Yahudi’.

II) Pilatus mengadili Yesus (18:33-19:15).

Dalam proses pengadilan ini terjadi dialog yang cukup banyak antara Yesus dan Pilatus, dan antara Pilatus dengan orang-orang Yahudi. Ada beberapa hal yang ingin saya soroti dari dialog ini.

1) Yesus adalah Raja (18:33-37a).

Yoh 18:37b - “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja”.

William Hendriksen: “The reply cannot mean, ‘That is what you are saying, but I have never said that,’ The immediately following context leaves room for only one interpretation, namely, that Jesus in replying, ‘You say that I am a king,’ definitely meant that Pilate was correct in inferring that the prisoner possessed and claimed royal authority! Note what follows: ‘For this purpose was I born,’ etc. Hence, the meaning is ‘I am, indeed, a king; I was born for this very purpose.’” (= Jawaban ini tidak bisa berarti: ‘Itu adalah yang kaukatakan, tetapi Aku tidak pernah mengatakan itu’. Kontext setelahnya hanya memungkinkan satu penafsiran, yaitu bahwa Yesus dalam menjawab: ‘Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja’, secara jelas memaksudkan bahwa Pilatus benar dalam menyimpulkan bahwa sang tahanan mempunyai dan mengclaim otoritas raja! Perhatikan bagian berikutnya: ‘Untuk itulah Aku lahir’ dst. Jadi, artinya adalah ‘Aku memang adalah seorang raja; Aku lahir untuk tujuan ini’) - hal 409.

Jadi, Yesus mengaku bahwa Ia memang adalah Raja, tetapi KerajaanNya bersifat rohani. Andaikata kerajaanNya bersifat duniawi maka hamba-hambaNya pasti akan melawan di bawah pimpinanNya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya (Yoh 18:36-37 bdk. Yoh 18:10-11).

Renungkan: apakah Yesus adalah Raja dalam hidup saudara?

2) Yesus memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:37b-38).

a) Yesus memberi kesaksian tentang kebenaran, dan setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu (Yoh 18:37b).

Kata ‘mendengarkan’ di sini harus diartikan ‘mendengar dan taat’, bukan ‘asal mendengar’!

b) Yoh 18:38 - “Kata Pilatus kepadaNya: ‘Apakah kebenaran itu?’. Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi ....”.

Ada yang mengatakan bahwa Pilatus mengatakan ini karena ingin tahu, tetapi Calvin berkata bahwa Pilatus mengatakan ini sebagai penghinaan / peremehan / ejekan. Calvin jelas benar karena Pilatus langsung keluar tanpa menunggu jawaban dari Yesus.

William Hendriksen: “Pilate blurts out: ‘What is truth,’ not realizing that the answer was standing in front of him” (= Pilatus mengatakan: ‘Apakah kebenaran itu’, tanpa menyadari bahwa jawabannya sedang berdiri di depannya) - hal 410. Bdk. Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan ....’”.

3) Pilatus tidak mendapati kesalahan pada diri Yesus.

Yoh 19:6b - “sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya”.

Dalam Injil Yohanes, ini adalah untuk ketiga-kalinya Pilatus mengatakan itu; yang pertama dan kedua ada dalam Yoh 18:38b dan Yoh 19:4b. Dan dalam Injil-injil yang lain hal itu tercatat dalam Mat 27:23,24 Mark 15:14 Luk 23:4,13-15,22.

Calvin: “he had several times acquitted him with his own mouth, in order that we may learn from it, that it was for our sins that he was condemned, and not on his own account” (= ia telah beberapa kali membebaskanNya dari tuduhan dengan mulutnya sendiri, supaya kita bisa mengertinya dari sini, bahwa untuk dosa-dosa kitalah Ia dihukum, dan bukan karena dosa-dosaNya sendiri) - hal 223.

4) Pilatus berusaha membebaskan Yesus.

a) Menyuruh orang Yahudi memilih: membebaskan Yesus atau Barabas (Yoh 18:39-40 bdk. Mat 27:15-19).

1. Pada saat itu ada kebiasaan untuk membebaskan seorang penjahat pada hari Paskah. Calvin mengatakan bahwa kebiasaan / tradisi melepaskan seorang penjahat pada hari Paskah merupakan kebiasaan yang salah, karena itu sama dengan membenarkan orang salah (bdk. Amsal 17:15).

2. Pilatus lalu menawarkan apakah ia harus membebaskan Yesus atau Barabas.

· Barabas adalah seorang penyamun dan pembunuh yang terkenal kejahatannya (18:40 bdk. Mat 27:15-26 Mark 15:6-15 Luk 23:17-25 Kis 3:14).

· Pilatus memberikan pilihan seperti itu, karena ia mengira bahwa orang-orang Yahudi itu tentu akan memilih untuk melepaskan Yesus dari pada melepaskan Barabas.

· Pilatus berpikir bahwa yang penting ia bisa membebaskan Yesus; tidak jadi soal sekalipun Yesus bebas dengan predikat ‘penjahat yang dibebaskan pada Paskah’.

3. Di luar dugaan Pilatus, orang-orang Yahudi, yang telah dihasut oleh imam-imam kepala dan tua-tua (Mat 27:20), meminta untuk melepaskan Barabas (18:40).

John Henry Jowett: “Barabbas rather than Christ! The destroyer of life rather than the Giver of life! This was the choice of the people; and it is a choice which has often stained and defiled my own life. When I choose revenge rather than forgiveness, I am preferring Barabbas to Christ. ... When I choose carnal passion before holiness, I am preferring Barabbas to Christ” (= Barabas dan bukannya Kristus! Pembunuh kehidupan dan bukannya Pemberi kehidupan! Ini adalah pilihan dari orang-orang itu; dan itu adalah suatu pilihan yang sering menodai dan menajiskan hidup saya sendiri. Pada saat saya memilih balas dendam dan bukannya pengampunan, saya memilih Barabas dan bukannya Kristus. ... Pada saat saya memilih nafsu daging lebih dari kekudusan, saya memilih Barabas dan bukannya Kristus) - ‘Spring of the Living Water’, March 28.

b) Menyesah Yesus (Yoh 19:1-5 bdk. Luk 23:22b).

1. Dalam Injil Yohanes diceritakan bahwa Pilatus menyesah Yesus sebagai suatu usaha untuk melepaskan Yesus dari kematian. Ia berpikir bahwa setelah Yesus disesah, orang banyak itu akan kasihan kepadaNya dan berhenti menuntut kematianNya (Ini jelas merupakan kompromi yang salah, karena kalau ia beranggapan Kristus tidak salah, ia tidak boleh mencambuki Kristus). Tetapi dalam Injil Matius dan Markus, penyesahan Yesus terjadi setelah persidangan selesai, dan ini merupakan pendahuluan terhadap penyaliban (Mat 27:26 Mark 15:15b). Karena itu ada penafsir yang mengatakan bahwa penyesahan terhadap Yesus dilakukan 2 x.

2. Sekarang mari kita perhatikan beberapa kutipan tentang tradisi pencambukan / penyesahan di bawah ini.

Pulpit Commentary: “This was no ordinary whip, but commonly a number of leather thongs loaded with lead or armed with sharp bones and spikes, so that every blow cut deeply into the flesh, causing intense pain” (= Ini bukannya cambuk biasa, tetapi biasanya merupakan sejumlah tali kulit yang dimuati / dibebani / diberi timah atau diperlengkapi dengan tulang-tulang runcing dan paku-paku, sehingga setiap cambukan mengiris dalam ke dalam daging, menyebabkan rasa sakit yang sangat hebat) - ‘Matthew’, hal 586.

William Hendriksen: “The Roman scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone. The stripes were laid especially (not always exclusively) on the victim’s back, bared and bent. The body was at times torn and lacerated to such an extent that deep-seated veins and arteries - sometimes even entrails and inner organs - were exposed. Such flogging, from which Roman citizens were exempt, often resulted in death” (= Cambuk Romawi ter­diri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama, tetapi tidak selalu hanya, pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkuk­kan. Tubuh itu kadang-kadang koyak dan sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam - kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam - menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi, sering berakhir dengan kematian) - hal 414.

William Barclay: “When a man was scourged he was tied to a whipping-post in such a way that his back was fully exposed. The lash was a long leather thong, studded at intervals with pellets of lead and sharpened pieces of bone. It literally tore a man’s back into strips. Few remained conscious throughout the ordeal; some dies; and many went raving mad” (= Pada waktu seseorang disesah ia diikat pada tiang pencambukan sedemikian rupa sehingga punggungnya terbuka sepenuhnya. Cambuk itu adalah tali kulit yang panjang, yang pada jarak tertentu ditaburi dengan butiran-butiran timah dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Itu secara hurufiah merobek punggung seseorang menjadi carikan-carikan. Sedikit orang bisa tetap sadar melalui siksaan itu; sebagian orang mati; dan banyak yang menjadi gila) - hal 244.

Leon Morris (NICNT): “Scourging was a brutal affair. It was inflicted by a whip of several thongs, each of which was loaded with pieces of bone or metal. It could make pulp of man’s back” (= Pencambukan adalah suatu peristiwa yang brutal. Hal itu diberikan dengan sebuah cambuk yang terdiri dari beberapa tali kulit, yang masing-masing diberi potongan-potongan tulang atau logam. Itu bisa membuat punggung orang menjadi bubur) - hal 790.

Leon Morris (NICNT): “... Josephus tells us that a certain Jesus, son of Ananias, was brought before Albinus and ‘flayed to the bone with scourges’ ... Eusebius narrates that certain martyrs at the time of Polycarp ‘were torn by scourges down to deep-seated veins and arteries, so that the hidden contents of the recesses of their bodies, their entrails and organs, were exposed to sight’ ... Small wonder that men not infrequently died as a result of this torture” (= Josephus menceritakan bahwa seorang Yesus tertentu, anak dari Ananias, dibawa ke depan Albinus dan ‘dikuliti sampai tulangnya dengan cambuk’ ... Eusebius menceritakan bahwa martir-martir tertentu pada jaman Polycarp ‘dicabik-cabik oleh cambuk sampai pada pembuluh darah dan arteri yang ada di dalam, sehingga bagian dalam yang tersembunyi dari tubuh mereka, isi perut dan organ-organ mereka, menjadi terbuka dan kelihatan’ ... Tidak heran bahwa tidak jarang orang mati sebagai akibat penyiksaan ini) - hal 790.

Sebetulnya saudara dan sayalah yang seharusnya dicambuki sebagai hukuman atas dosa-dosa kita, tetapi Kristus telah memikul hukuman kita. Dengan demikian kalau kita mau percaya kepadaNya, kita bebas dari hukuman dan mendapatkan hidup yang kekal. Bdk. Yes 53:5 - “oleh bilur-bilurNya kita telah menjadi sembuh”. Kesembuhan yang dimaksudkan di sini jelas adalah ‘kesembuhan rohani’.

3. Ternyata dengan cara ini Pilatus gagal lagi untuk membebaskan Yesus, karena orang-orang Yahudi sama sekali tidak merasa kasihan terhadap Yesus, dan tetap menuntut penyaliban terhadap Yesus (19:6-7).

Calvin: “we see here the amazing cruelty of the Jewish nation, whose minds are not moved to compassion by so piteous a spectacle; but all this is directed by God, in order to reconcile the world to himself by the death of his Son” (= kita melihat di sini kekejaman yang mengherankan dari bangsa Yahudi, yang pikirannya tidak tergerak kepada belas kasihan oleh tontonan yang begitu menyedihkan / memilukan; tetapi semua ini diarahkan oleh Allah, untuk mendamaikan dunia kepada diriNya sendiri oleh kematian AnakNya) - hal 215.

Calvin: “When he labours so earnestly, and without any success, we ought to recognise in this the decree of Heaven, by which Christ was appointed to death” (= Pada waktu ia berusaha dengan begitu sungguh-sungguh, dan tanpa hasil, kita harus mengenali dalam hal ini ketetapan Surga, dengan mana Kristus ditetapkan untuk mati) - hal 214.

5) ‘Pukulan mematikan’ dari orang-orang Yahudi terhadap Pilatus.

a) Yoh 19:12 - ‘Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar’.

Barclay (hal 236-dst) mengatakan bahwa sebelum peristiwa ini Pilatus sudah pernah melakukan 2 x kesalahan, yang dilaporkan kepada kaisar. Ancaman di sini berhubungan dengan kedua kesalahan terdahulu itu. Seakan-akan mereka berkata: ‘Pilatus, ingatlah bahwa engkau sudah punya 2 catatan kesalahan di hadapan kaisar. Kalau kali ini kami melaporkan kamu lagi, kamu pasti akan dipecat / dihukum oleh kaisar’.

William Barclay: “He was blackmailed into assenting to the death of Christ, because his previous mistakes had made it impossible for him both to defy the Jews and to keep his post. Somehow one cannot help being sorry for Pilate. He wanted to do the right thing, but he had not the courage to defy the Jews and do it. He crucified Jesus in order to keep his job” (= Ia dipaksa / diancam untuk menyetujui kematian Kristus, karena kesalahan-kesalahannya yang terdahulu menyebabkan tidak mungkin baginya untuk menentang orang-orang Yahudi dan mempertahankan jabatannya. Bagaimanapun juga seseorang tidak bisa tidak merasa kasihan kepada Pilatus. Ia ingin melakukan hal yang benar, tetapi ia tidak mempunyai keberanian untuk menentang orang-orang Yahudi dan melakukan hal yang benar itu. Ia menyalibkan Yesus untuk mempertahankan pekerjaannya) - hal 240.

Penerapan: pernahkah saudara ‘menyalibkan’ Yesus / menyakiti Yesus untuk mempertahankan pekerjaan saudara? Misalnya dengan mau menuruti perintah boss untuk berdusta?

b) Yoh 19:15 - “Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar”.

Pada waktu Roma menjajah mereka, dan lalu mengadakan sensus untuk mengatur perpajakan, orang-orang Yahudi melawan / memberontak, karena mereka berkeras bahwa Tuhan adalah raja mereka, dan hanya kepada Dia mereka mau membayar upeti / pajak. Tetapi sekarang, kebencian mereka kepada Yesus, dan keinginan mereka untuk membunuh Yesus menyebabkan mereka lalu berkata: “Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar” (Yoh 19:15).

William Barclay: “Never in history was the insanity of hatred so vividly shown” (= Dalam sejarah tidak pernah ditunjukkan kegilaan dari kebencian secara begitu hidup) - hal 236.

Tetapi, sekalipun kata-kata ini adalah dusta dan kemunafikan, kata-kata ini memaksa Pilatus memenuhi tuntutan mereka. Kalau tidak, ia akan digolongkan dengan Yesus sebagai pemberontak terhadap kaisar.

III) Pilatus menyerahkan Yesus untuk disalibkan (19:16-18).

1) Hal-hal yang perlu diketahui tentang tradisi penyaliban.

William Barclay: “There was no more terrible death than death by crucifixion. Even the Roman themselves regarded it with a shudder of horror. Cicero declared that it was ‘the most cruel and horrifying death.’ Tacitus said that it was a ‘despicable death.’ It was originally a Persian method of execution. It may have been used because, to the Persians, the earth was sacred, and they wished to avoid defiling it with the body of an evil-doer. So they nailed him to a cross and left him to die there, looking to the vultures and the carrion crows to complete the work. The Carthaginians took over crucifixion from the Persians; and the Romans learned it from the Carthaginians. Crucifixion was never used as a method of execution in the homeland, but only in the province, and there only in the case of slaves. It was unthinkable that a Roman citizen should die such a death. ... It was that death, the most dreaded in the ancient world, the death of slaves and criminals, that Jesus died” (= Tidak ada kematian yang lebih mengerikan dari pada kematian melalui penyaliban. Bahkan orang Romawi sendiri memandangnya dengan ngeri. Cicero menyatakan bahwa itu adalah ‘kematian yang paling kejam dan menakutkan’. Tacitus berkata bahwa itu adalah ‘kematian yang tercela / hina / keji’. Pada mulanya itu adalah cara penghukuman mati orang Persia. Itu digunakan karena bagi orang Persia bumi / tanah itu kudus / keramat, dan mereka ingin menghindarkannya dari kenajisan dari tubuh dari pelaku kejahatan. Jadi mereka memakukannya pada salib dan membiarkannya mati di sana, mengharapkan burung nazar dan burung gagak pemakan bangkai menyelesaikan pekerjaan itu. Orang Carthage mengambil-alih penyaliban dari orang Persia, dan orang Romawi mempelajarinya dari orang Carthage. Penyaliban tidak pernah digunakan sebagai cara penghukuman mati di tanah air mereka, tetapi hanya di propinsi-propinsi jajahan mereka, dan hanya dalam kasus budak. Adalah sangat tidak terpikirkan bahwa seorang warga negara Romawi harus mati dengan cara itu. ... Kematian seperti itulah, kematian yang paling ditakuti dalam dunia purba, kematian dari budak dan orang kriminil, yang dialami oleh Yesus) - hal 250.

Pulpit Commentary: “the most painful, barbarous, and ignominious punishment which the cruelty of man ever invented” (= hukuman yang paling menyakitkan, biadab / kejam, dan tercela / memalukan yang pernah ditemukan oleh kekejaman manusia) - ‘Matthew’, hal 585.

William Hendriksen: “Rome generally (not always!) reserved this form of punishment for slaves and those who had been convicted of the grossest crimes. ... It has been well said that the person who was crucified ‘died a thousand deaths.’ Large nails were driven through hands and feet (20:25; cf. Luke 24:40). Among the horrors which one suffered while thus suspended (with the feet resting upon a little tablets, not very far away from the ground) were the following: severe inflammation, the swelling of the wounds in the region of the nails, unbearable pain from torn tendons, fearful discomfort from the strained position of the body, throbbing headache, and burning thirst (19:28)” [= Roma pada umumnya (tidak selalu!) menyimpan jenis hukuman ini untuk budak-budak dan mereka yang terbukti bersalah dalam kejahatan-kejahatan yang paling besar. ... Dikatakan secara benar bahwa orang yang disalib ‘mati 1000 kali’. Paku-paku besar dipakukan menembus tangan dan kaki (20:25; bdk. Luk 24:40). Di antara hal-hal yang mengerikan yang diderita seseorang pada saat tergantung seperti itu (dengan kaki berpijak pada potongan kayu kecil, tidak terlalu jauh dari tanah) adalah hal-hal berikut ini: peradangan yang sangat hebat, pembengkakan dari luka-luka di daerah sekitar paku-paku itu, rasa sakit yang tidak tertahankan dari tendon-tendon yang sobek, rasa tidak enak yang sangat hebat karena posisi tubuh yang terentang, sakit kepala yang berdenyut-denyut, dan rasa haus yang membakar (19:28)] - hal 427.

Pulpit Commentary: “Nails were driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture, was never used” (= paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan) - ‘Matthew’, hal 588.

Catatan: kata-kata Hendriksen bertentangan dengan Pulpit Commentary, karena Hendriksen mengatakan ada tempat pijakan kaki, sedang Pulpit Commentary mengatakan tidak ada.

2) Yesus mengalami penghakiman dan penyaliban demi kita yang berdosa.

Calvin: “For the Son of God chose to stand bound before an earthly judge, and there to receive sentence of death, in order that we, delivered from condemnation, may not fear to approach freely to the heavenly throne of God” (= Karena Anak Allah memilih untuk berdiri dengan terikat di depan hakim dunia, dan menerima hukuman mati di sana, supaya kita, dibebaskan dari penghukuman, tidak usah takut mendekat secara bebas pada tahta surgawi Allah) - ‘Harmony of Matthew, Mark, Luke’, hal 275.

Calvin: “So then, the Son of God stood, as a criminal, before a mortal man, and there permitted himself to be accused and condemned, that we may stand boldly before God. His enemies, indeed, endeavoured to fasten upon him everlasting infamy; but we ought rather to look at the end to which the providence of God directs us. For if we recollect how dreadful is the judgment-seat of God, and that we could never have been acquitted there, unless Christ had been pronounced to be guilty on earth, we shall never be ashamed of glorying in his chains” (= Demikianlah, Anak Allah berdiri, sebagai seorang kriminil, di depan manusia yang fana / bisa mati, dan di sana mengijinkan dirinya sendiri dituduh dan dihukum, supaya kita bisa berdiri dengan berani di depan Allah. Musuh-musuhNya memang berusaha melekatkan padaNya hal yang buruk / memalukan yang bersifat kekal; tetapi kita harus melihat pada akhirnya kemana Providensia Allah mengarahkan kita. Karena jika kita mengingat betapa menakutkan tahta penghakiman Allah, dan bahwa kita tidak akan pernah bisa dibebaskan di sana, kecuali Kristus dinyatakan bersalah di bumi, kita tidak akan pernah malu untuk bermegah dalam belengguNya) - ‘Harmony of Matthew, Mark, Luke’, hal 275.

Kesimpulan / penutup.

Yesus sudah diadili, dihukum dan disalib bagi kita, dan karena itu kalau saudara mau percaya dan menerima Kristus sebagai Juruselamat saudara, maka semua dosa saudara akan diampuni, dan saudara tidak perlu takut pada penghakiman akhir jaman, dan saudara pasti akan masuk ke surga. Tetapi kalau saudara menolak Yesus, tidak ada pengampunan bagi saudara, dan penghakiman akhir jaman akan menjadi saat yang sangat menakutkan bagi saudara, dan saudara akan dihukum selama-lamanya di neraka. Pilihan ada di tangan saudara.

-AMIN-

4.Hari Kenaikan Kristus ke surga

I) Kenaikan ke surga.

1) Hal-hal yang terjadi pada waktu Kristus naik ke surga.

a) Perpindahan tempat.

Charles Hodge: “It was a local transfer of his person from one place to another; from earth to heaven. Heaven is therefore a place. ... If Christ has a true body, it must occupy a definite portion of space. And where Christ is, there is the Christian’s heaven” (= Itu merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat. ... Jika Kristus mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, tubuh itu harus menempati suatu ruangan / tempat tertentu. Dan dimana Kristus ada, di situlah surga orang kristen) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630, 631.

Herman Hoeksema: “This ascension must be conceived as consisting definitely in a change of place. In His human nature Christ departed from the earth and went into heaven both in body and soul. After His ascension He is according to His human nature no longer on earth, but in heaven only. This must be emphasized especially over against the Lutherans, who teach what is called the ubiquity of the human nature of Christ after His resurrection and ascension into heaven” (= Kenaikan ini harus dipahami sebagai perubahan tempat. Dalam hakekat manusiaNya, Kristus meninggalkan bumi dan pergi ke surga baik tubuh dan jiwaNya. Setelah kenaikanNya maka menurut hakekat manusiaNya Ia tidak lagi di bumi tetapi hanya di surga. Ini harus ditekankan khususnya menghadapi golongan Lutheran, yang mengajarkan apa yang disebut kemaha-adaan dari hakekat manusia Kristus setelah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 420.

Herman Hoeksema: “Heaven is a definite place, and not merely a condition” (= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.

b) Perubahan / pemuliaan lebih lanjut pada hakekat manusia Kristus.

Perubahan / pemuliaan itu dimulai pada saat kebangkitanNya dan disempurnakan pada waktu kenaikanNya ke surga.

Untuk ini perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

· Yohanes 7:39 - “Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”.

Kata ‘dimuliakan’ di sini jelas menunjuk pada kenaikan ke surga.

Bdk. Yohanes 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.

· Kis 9:3-5 22:6-8 26:12-15 Wah 1:12-16 menun­jukkan bahwa pada waktu Paulus dan Yohanes melihat Yesus (ini terjadi setelah Yesus naik ke surga), Yesusnya terlihat jauh lebih mulia (bersinar dsb) dari pada waktu Ia sudah bangkit tetapi belum naik ke surga.

2) Fungsi kenaikan Kristus ke surga.

a) Menunjukkan bahwa misiNya untuk menebus dosa kita sudah selesai.

Yoh 17:4-5 - “(4) Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukanNya. (5) Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada”.

Jadi, ayat di atas ini menunjukkan bahwa penyelesaian pekerjaan dijadikan dasar oleh Yesus untuk meminta Bapa mempermuliakan diriNya. Bapa, yang mengutus Yesus untuk turun ke dunia dan mem­bereskan dosa manusia, pasti tidak akan mau menerima Yesus kembali di surga / mempermuliakan Yesus, kalau misi / pekerjaan Yesus itu belum selesai. Jadi, andaikata ada satu dosa saja dari orang-orang pilihan yang belum dibereskan oleh Yesus, maka Ia tidak mungkin diterima oleh Bapa. Bahwa Bapa menerima Yesus kembali di surga / mempermuliakan Yesus, menunjukkan bahwa misi penebusan dosa manusia itu memang sudah sele­sai.

Jadi, sama seperti kebangkitan, maka kenaikan Yesus ke surga juga merupakan fakta / faktor yang menjamin bahwa semua dosa dari orang percaya sudah beres, dan dengan demikian juga menjamin kesela­matan orang percaya.

b) Mempersiapkan tempat di surga bagi kita yang percaya kepadaNya.

Yoh 14:2-3: “(2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada”.

Perlu diingat bahwa tempat yang Ia siapkan di surga bagi kita itu juga tergantung dari kehidupan kita. Dengan percaya kepada Yesus, bisa dikatakan kita sudah mempunyai kavling / tanah di surga. Tetapi bagaimana bangunan rumah kita di surga itu, tergantung dari kehidupan kita.

Wah 22:12 - “... Aku membawa upahKu untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya”.

Yer 17:10 - “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.’”.

Wah 20:12 - “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu”.

2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Dari semua ayat-ayat ini terlihat bahwa baik dalam menghukum, maupun dalam memberi pahala, Tuhan memberikannya menurut perbuatan / kehidupan orangnya masing-masing (berbeda satu dengan yang lain). Keadilan Allah mengharuskan Ia melakukan hal ini!

Kehidupan kita sebanding dengan bahan bangunan yang kita kirimkan kepada Yesus untuk membangun rumah kita di surga. Karena itu, makin kita beriman, saleh, melayani Dia dsb, makin bagus rumah kita di surga nanti. Sebaliknya, kalau saudara asal percaya kepada Yesus, tetapi dalam dunia ini saudara terus hidup untuk hal-hal duniawi saja, jangan kaget kalau di surga nanti saudara hanya ‘tinggal di tenda’!

Louis Berkhof: “But there will be different degrees, both of the bliss of heaven and of the punishment of hell. And these degrees will be determined by what is done in the flesh, Matt. 11:22,24; Luke 12:47,48; 20:47; Dan. 12:3; IICor. 9:6” (= Tetapi di sana akan ada tingkat-tingkat yang berbeda, baik tentang kebahagiaan di surga maupun hukuman di neraka. Dan tingkat-tingkat ini akan ditentukan oleh apa yang dilakukan dalam daging, Mat 11:22,24; Luk 12:47-48; 20:47; Dan 12:3; 2Kor 9:6) - ‘Systematic Theology’, hal 733-734.

c) Menunjukkan bahwa kita yang percaya juga akan naik ke surga.

Yoh 14:2-3 - “(2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada”.

Yoh 17:24 - “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan”.

Ef 2:6 - “dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga”.

Sama seperti kebangkitanNya, demikian juga kenaikanNya ke surga merupakan pola yang akan diikuti oleh semua orang yang percaya kepadaNya.

Herman Hoeksema (tentang Ef 2:4-6): “We must remember that Christ is our head, both in the juridical and in the organic sense of the word. ... His ascension is of central significance. He is the head of the body, the church. As such He represents all the elect. As the head of His own in the forensic sense of the word, He entered into death, bore all our iniquities on the accursed tree, blotted out all our sins, and obtained eternal righteousness. His righteousness is our righteousness; His death is our death; His resurrection is our resurrection. And so in that legal sense of the word His ascension is our ascension. ... But He is also the head of the body in the organic sense. We are members of His body; and we can never be separated from Him, our head. That He went to heaven means that centrally we are in heaven. He will not return to us, but He will draw us unto Himself, that we may also be where He is. And so we look up toward heaven by faith in the consciousness of our inseparable union with Christ our head, and confess that we have our flesh in heaven as a sure pledge that He as the head will also take up to Himself us His members” (= Kita harus ingat bahwa Kristus adalah kepala kita, baik dalam arti yuridis / hukum maupun dalam arti organik. ... KenaikanNya mempunyai arti yang pokok / utama / dasar. Ia adalah kepala dari tubuh, yaitu gereja. Sebagai kepala Ia mewakili semua orang pilihan. Sebagai kepala dari milikNya dalam arti hukum, Ia mengalami kematian, memikul semua kesalahan kita pada salib yang terkutuk, menghapus semua dosa kita, dan mendapatkan kebenaran kekal. KebenaranNya adalah kebenaran kita; kematianNya adalah kematian kita; kebangkitanNya adalah kebangkitan kita. Dan dengan demikian dalam arti hukum kenaikanNya adalah kenaikan kita. ... Tetapi Ia juga adalah kepala dari tubuh dalam arti organik. Kita adalah anggota-anggota dari tubuhNya; dan kita tidak pernah bisa dipisahkan dari Dia, kepala kita. Bahwa Ia pergi ke surga berarti bahwa secara dasari kita ada di surga. Ia tidak akan kembali kepada kita, tetapi Ia akan menarik kita kepada diriNya sendiri, supaya kita bisa berada dimana Ia ada. Dan dengan demikian kita melihat ke atas ke surga dengan iman dalam kesadaran akan kesatuan yang tak terpisahkan antara kita dengan Kristus, kepala kita, dan mengaku bahwa kita mempunyai daging kita di surga sebagai suatu jaminan yang pasti bahwa Ia sebagai kepala juga akan mengumpulkan kita anggota-anggotaNya kepada diriNya sendiri) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 425-426.

Calvin: “the Lord by his ascent to heaven opened the way into the Heavenly Kingdom, which had been closed through Adam (John 14:3). Since he entered heaven in our flesh, as if in our name, it follows, as the apostle says, that in a sense we already ‘sit with God in the heavenly places in him’ (Eph. 2:6), so that we do not await heaven with a bare hope, but in our Head already possess it” [= Tuhan oleh kenaikanNya ke surga membuka jalan ke dalam Kerajaan Surgawi, yang telah ditutup melalui Adam (Yoh 14:3). Karena Ia masuk ke surga dalam daging kita, seakan-akan dalam nama kita, akibatnya, seperti dikatakan oleh sang rasul, bahwa dalam arti tertentu kita sudah ‘duduk dengan Allah dalam tempat-tempat surgawi dalam Dia’ (Ef 2:6), sehingga kita tidak menantikan surga dengan suatu harapan semata-mata, tetapi sudah memilikinya dalam Kepala kita] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 16.

Catatan: Ef 2:6 (KJV): ‘And hath raised us up together, and made us sit together in heavenly places in Christ Jesus’ (= Dan telah membangkitkan kita bersama-sama, dan mendudukkan kita bersama-sama di tempat-tempat surgawi dalam Kristus Yesus). Perhatikan bentuk perfect tense yang digunakan!

Calvin: “Hence arises a wonderful consolation: that we perceive judgment to be in the hands of him who already destined us to share with him the honor of judging (cf. Matt. 19:28)! Far indeed is he from mounting his judgment seat to condemn us! How could our most merciful Ruler destroy his people? How could the Head scatter his own members? How could our Advocate condemn his clients? For if the apostle dares exclaim that with Christ interceding for us there is no one who can come forth to condemn us (Rom. 8:34,33), it is much more true, then, that Christ as Intercessor will not condemn those whom he has received into his charge and protection. No mean assurance, this - that we shall be brought before no other judgment seat than that of our Redeemer, to whom we must look for our salvation!” [= Karenanya muncul suatu penghiburan yang sangat indah: bahwa kita memahami bahwa penghakiman ada di tanganNya yang telah mentakdirkan kita untuk bersama dengan Dia melakukan kehormatan penghakiman (bdk. Mat 19:28)! Jauhlah dari padaNya untuk naik ke kursi penghakimanNya untuk menghukum kita! Bagaimana Pemerintah kita yang paling berbelas-kasihan itu bisa menghancurkan rakyatNya? Bagaimana Kepala bisa menyebarkan / menyemburatkan anggota-anggotaNya sendiri? Bagaimana Pengacara kita bisa menghukum kliennya? Karena jika sang rasul berani menyerukan bahwa dengan Kristus membela kita maka tidak ada orang yang akan menggugat / menghukum kita (Ro 8:34,33), maka lebih benar lagi, bahwa Kristus sebagai Pembela tidak akan menghukum mereka yang telah Ia terima ke dalam tanggung jawab dan perlindunganNya. Ini bukanlah keyakinan yang tidak berarti bahwa kita tidak akan dibawa ke depan kursi penghakiman dari siapapun selain kursi penghakiman Penebus kita, kepada siapa kita harus memandang untuk keselamatan kita] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 18.

d) Supaya Roh Kudus turun.

Yoh 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.

Apa sebabnya Roh Kudus tidak bisa turun kecuali kalau Kristus naik ke surga? Itu tidak pernah dijelaskan secara explicit dalam Kitab Suci. Mungkin karena Roh Kudus berfungsi untuk menerapkan karya penebusan Kristus kepada manusia, sehingga selama karya penebusan belum selesai, Roh Kudus tidak akan diturunkan.

Yang jelas Yesus menyatakan bahwa Ia harus naik ke surga, dan barulah Roh Kudus bisa turun. Dengan demikian Yesus tidak lagi menyertai orang percaya secara jasmani, tapi secara rohani / melalui Roh KudusNya (Mat 26:11 Yoh 14:16,18,19). Dengan demikian Ia bisa menggenapi janji-janjiNya dalam ayat-ayat seperti:

· Mat 18:20 - “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.’”.

· Mat 28:20b - “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

Calvin: “Christ left us in such a way that his presence might be more useful to us - a presence that had been confined in a humble abode of flesh so long as he sojourned on earth” (= Kristus meninggalkan kita dengan cara sedemikian rupa sehingga kehadiranNya bisa lebih berguna bagi kita - suatu kehadiran yang telah dibatasi dalam tempat tinggal yang rendah dari daging selama ia tinggal di bumi) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 14.

Calvin: “Therefore, we always have Christ according to the presence of majesty; but of his physical presence it was rightly said to his disciples, ‘You will not always have me with you’ (Matt. 26:11)” [= Karena itu, kita selalu mempunyai Kristus menurut kehadiran dari keagungan; tetapi tentang kehadiran jasmaniNya secara benar dikatakan kepada murid-muridNya, ‘Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu’ (Mat 26:11)] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 14.

II) Duduk di sebelah kanan Allah.

1) Arti kalimat ini.

Kata-kata ini tidak boleh diartikan secara hurufiah. Kata-kata ini berarti:

a) Kristus menduduki / mendapat tempat terhormat / mulia di surga.

b) Kristus memerintah atas Gereja dan alam semesta.

Juga kata ‘duduk’ tidak boleh diartikan bahwa Kristus beristirahat / bermalas-malasan di surga. Dan perlu dicamkan bahwa Kitab Suci tidak selalu mengatakan bahwa Kristus duduk di sebelah kanan Allah.

· Ro 8:34 (NIV): ‘is at the right hand of God’ (= ada di sebelah kanan Allah).

· 1Pet 3:22 (NIV): ‘is at God's right hand’ (= ada di sebelah kanan Allah).

· Kis 7:56 - ‘berdiri di sebelah kanan Allah’.

2) Pekerjaan yang dilakukan oleh Kristus di surga ialah:

a) Memerintah sebagai Raja.

Bandingkan dengan kata-kataNya sesaat sebelum Ia naik ke surga, dalam Mat 28:18 - “Yesus mendekati mereka dan berkata: ‘KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”.

Saya berpendapat bahwa pada masa sukar dan berbahaya saat ini, dimana segala sesuatu tidak menentu, dan kerusuhan / kekacauan / teror dan bahkan perang bisa terjadi setiap saat, hal ini adalah seauatu yang harus kita renungkan. Dibalik apapun yang terjadi, yang seolah-olah menunjukkan bahwa Tuhan tidak memerintah / berkuasa, atau yang seolah-olah menunjukkan bahwa nasib kita ada di tangan orang-orang yang mempunyai kuasa, sebetulnya Tuhan tetap memerintah. Karena itu nasib kita ada di tanganNya, yang mengasihi kita dan pasti mengarahkan segala sesuatu untuk kebaikan kita.

b) Menjadi Imam / Pengantara (Ibr 4:14 7:24,25 8:1-6 1Yoh 2:1).

Charles Hodge: “An essential part, and that a permanent one, of his priestly office was to be exercised in heaven. He there makes constant intercession for his people” (= Suatu bagian yang penting, dan itu adalah sesuatu yang kekal, dari tugas keimamanNya harus dilaksanakan di surga. Di sana Ia melakukan pembelaan terus menerus untuk umatNya) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 634.

Penutup / kesimpulan.

Kristus sudah mati, bangkit dan naik ke surga, dan dengan semua itu menyelesaikan pekerjaan penebusan bagi kita. Kalau sampai sekarang saudara belum percaya kepada Yesus, cepatlah percaya kepadaNya, karena itu menjamin bahwa sama seperti Ia naik ke surga demikian juga saudara akan naik ke surga. Kalau saudara sudah percaya dan sudah diselamatkan, berusahalah untuk lebih banyak mengarahkan mata saudara ke surga.

Kol 3:1-4 - “(1) Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, dimana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. (2) Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. (3) Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. (4) Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan”.

-AMIN-

5.Hak dan kewajiban kita

berhubungan dengan roh kudus

I) Hak kita berhubungan dengan Roh Kudus (2Kor 1:21-22).

2Korintus 1:21-22 - “(21) Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, (22) memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”.

Hak-hak / hal-hal yang kita terima adalah:

1) Pengurapan.

Perhatikan kata-kata ‘Allah yang telah mengurapi’ dalam ayat di atas.

Bdk. Kis 10:37b-38 - “... tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa”.

Charles Hodge: “In like manner Christians are spoken of as anointed, because by the Spirit they are consecrated to God and qualified for his service. ... When Paul says here, ‘hath anointed us’, he means by ‘us’ all Christians, and of course the anointing to which he refers is that which is common to all believers” (= Dengan cara yang sama orang Kristen dikatakan diurapi, karena oleh Roh mereka dikuduskan bagi Allah dan memenuhi syarat untuk pelayananNya. ... Pada waktu Paulus berkata di sini, ‘telah mengurapi kita’, yang ia maksudkan dengan ‘kita’ adalah semua orang Kristen, dan tentu saja pengurapan yang ia maksudkan adalah pengurapan yang bersifat umum bagi semua orang percaya) - hal 400.

2) Pemeteraian.

Perhatikan kata-kata ‘memeteraikan tanda milikNya atas kita’ dalam 2Kor 1:22 di atas.

Ef 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu.

Charles Hodge: “A seal is used, 1. To indicate proprietorship. 2. To authenticate or prove to be genuine. 3. To preserve safe or inviolate. The Holy Spirit, which in one view is an unction, in another view is a seal. He marks those in whom he dwells as belonging to God. They bear the seal of God upon them. ... He also bears witness in the hearts of believers that they are the children of God. He authenticates them to themselves and others as genuine believers. And he effectually secures them from apostasy and perdition. ... This last idea is amplified in the next clause; and hath given the earnest of the Spirit in our hearts” (= Suatu meterai digunakan, 1. Untuk menunjukkan kepemilikan. 2. Mengesahkan atau membuktikan keaslian. 3. Menjaga supaya aman atau tidak dilanggar / tidak hancur. Roh Kudus, yang dari satu sisi adalah suatu pengurapan, dari sisi yang lain adalah suatu meterai. Ia menandai mereka, dalam siapa Ia tinggal, sebagai milik Allah. Mereka mempunyai meterai Allah pada diri mereka. ... Ia juga bersaksi dalam hati orang-orang percaya bahwa mereka adalah anak-anak Allah. Ia mengesahkan mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang-orang lain sebagai orang-orang percaya yang sejati. Dan Ia secara effektif mengamankan mereka dari kemurtadan dan kebinasaan / kehancuran / penghukuman. ... Gagasan terakhir ini diperkuat dalam anak kalimat selanjutnya; ‘dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan’) - hal 400-401.

3) Pemberian Roh Kudus sebagai jaminan

Perhatikan kata-kata ‘yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita’ (2Kor 1:22).

Ada 2 bagian lain dalam Kitab Suci yang menunjukkan bahwa Roh Kudus diberikan kepada orang percaya sebagai jaminan.

· 2Kor 5:5 - “Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita”.

· Ef 1:14 - “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.

Charles Hodge: “The Holy Spirit is itself the earnest, i. e. at once the foretaste and pledge of redemption. The word ARRABON, pledge, is a Hebrew word, ... It is properly that part of the purchase money paid in advance, as a security for the remainder. ... So certain, therefore, as the Spirit dwells in us, so certain is our final salvation” (= Roh Kudus itu sendiri adalah jaminan, yaitu sekaligus suatu icip-icip dan jaminan penebusan. Kata ARRABON, jaminan, adalah suatu kata Ibrani, ... Itu sebetulnya merupakan bagian dari uang pembayaran yang dibayarkan lebih dulu, sebagai suatu jaminan untuk pembayaran sisanya. ... Karena itu, sepasti Roh itu tinggal di dalam kita, begitulah pastinya keselamatan akhir kita) - hal 401.

Baik no 2 maupun no 3 menunjukkan bahwa orang percaya itu aman dalam Kristus. Tetapi seakan-akan ini belum cukup, ayat di atas masih berbicara tentang ‘peneguhan dalam Kristus’ (2Kor 1:21 - ‘Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus’).

Charles Hodge: “As by the pronouns ‘we’ and ‘us’, in what precedes, the apostle had meant himself and Silas and Timothy, here where he has reference to all believers he unites them with himself, ‘us with you’. The constancy in faith which God gave was not a gift peculiar to teachers, but common to all true Christians” (= Kalau dengan kata ganti orang ‘kami’, dalam bagian yang sebelumnya, sang rasul memaksudkan dirinya sendiri dan Silas dan Timotius, maka di sini dimana ia memaksudkan semua orang percaya, ia mempersatukan mereka dengan dirinya sendiri, ‘kami bersama-sama dengan kamu’. Ketetapan dalam iman yang Allah berikan bukanlah suatu karunia yang khusus bagi para guru / pengajar, tetapi umum bagi semua orang Kristen yang sungguh-sungguh) - hal 399-400.

Charles Hodge: “There is but one thing stated in these verses, and that is that God establishes or renders his people firm and secure in their union with Christ, and in their participation of the benefits of redemption. How he does this, and the evidence that he does it, is expressed or presented by saying he hath anointed, sealed, and given us the earnest of the Spirit” (= Hanya ada satu hal yang dinyatakan dalam ayat-ayat ini, dan itu adalah bahwa Allah meneguhkan atau membuat umatNya teguh dan aman dalam persatuan mereka dengan Kristus, dan dalam partisipasi mereka terhadap keuntungan penebusan. Bagaimana Ia melakukan hal ini, dan bukti bahwa Ia melakukan hal ini, dinyatakan atau disajikan dengan mengatakan bahwa Ia telah mengurapi, memeteraikan, dan memberikan kita jaminan Roh) - hal 401.

II) Kewajiban kita berhubungan dengan Roh Kudus (Ef 4:30 1Tes 5:19).

1) Jangan mendukakan Roh Kudus (Ef 4:30).

Ef 4:30 - “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan”.

a) Kata-kata ‘yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan’ dalam Ef 4:30b menunjukkan bahwa orang yang dilarang mendukakan Roh Kudus ini adalah orang kristen yang sejati.

b) Istilah ‘mendukakan Roh Kudus’ menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah seorang pribadi! Ini perlu dicamkan pada waktu menghadapi ajaran sesat seperti Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa Roh Kudus hanyalah suatu kuasa / pengaruh dari Allah.

Herbert Lockyer: “A mere influence cannot be grieved. When we speak of grief, we speak of personality. Grief is connected with feelings and feelings with personality” (= Sekedar suatu pengaruh tidak bisa didukakan. Pada waktu kita berbicara tentang kedukaan, kita berbicara tentang kepribadian. Kedukaan berhubungan dengan perasaan dan perasaan berhubungan dengan kepribadian) - ‘The Holy Spirit of God’, hal 212.

c) Karena kasih dari Roh Kudus itu hebat, maka kedukaanNya bisa sangat dalam.

Herbert Lockyer: “Grieving the Spirit, we grieve a loving friend. ... The deeper the love, the keener the grief. Thus, the grief of the Spirit can be very deep, seeing His love is divine” (= Mendukakan Roh, kita mendukakan seorang sahabat yang mengasihi. ... Makin dalam kasih, makin hebat kedukaannya. Jadi, kedukaan Roh bisa sangat dalam, mengingat kasihNya bersifat ilahi) - ‘The Holy Spirit of God’, hal 213.

d) Dengan mendukakan Roh Kudus kita secara otomatis mendukakan diri kita sendiri.

Herbert Lockyer: “By grieving Him we do not lose nor drive the Holy Spirit out of our hearts, which, of course, is impossible. When we grieve the Spirit we lose the joy, power, and assurance of the saved state” (= Dengan mendukakan Dia kita tidak kehilangan ataupun mengusir Roh Kudus dari hati kita, yang jelas adalah mustahil. Pada waktu kita mendukakan Roh Kudus kita kehilangan sukacita, kuasa, dan keyakinan keselamatan) - ‘The Holy Spirit of God’, hal 212.

Herbert Lockyer: “What we must never forget is that in troubling the Spirit we also trouble ourselves. ... If we make the loving Spirit sad, the reflex of such sadness will be felt in our own feelings. ... Contrariwise, in pleasing Him we ourselves are filled with pleasure” (= Apa yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa dalam mendukakan Roh kita juga mendukakan diri kita sendiri. ... Jika kita membuat Roh yang mengasihi itu sedih, pantulan dari kesedihan seperti itu akan terasa dalam perasaan kita sendiri. ... Sebaliknya, dalam menyenangkan Dia kita sendiri akan dipenuhi dengan kesenangan) - ‘The Holy Spirit of God’, hal 213.

e) Kita mendukakan Roh Kudus kalau kita memberontak terhadapNya / berbuat dosa.

Kasus-kasus dimana seseorang / sekelompok orang mendukakan Allah / Roh Kudus:

· Maz 78:40-41 - “(40) Berapa kali mereka memberontak terhadap Dia di padang gurun, dan menyusahkan hatiNya di padang belantara! (41) Berulang kali mereka mencobai Allah, menyakiti hati Yang Kudus dari Israel”.

· Yes 63:10 - “Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka”.

Kedua-duanya disebabkan oleh pemberontakan. Kita memberontak terhadap Allah kalau kita melakukan dosa, khususnya dosa yang disengaja dan dilakukan dengan sikap tegar tengkuk.

2) Jangan memadamkan Roh Kudus.

1Tes 5:19 - “Janganlah padamkan Roh”.

Apa artinya, dan bagaimana kita bisa, memadamkan Roh?

a) Memadamkan semangat pelayanan.

Herbert Lockyer: “Resist the Spirit (Acts 7:51). Man as a sinner can resist the Spirit. ... Grieve the Spirit (Eph. 4:30). ... man as a saint can grieve the Spirit. ... Quench the Spirit (1Thess. 5:19). Man as a servant can quench the Spirit” [= Menentang / menolak Roh (Kis 7:51). Manusia sebagai orang berdosa bisa menentang / menolak Roh. ... Mendukakan Roh (Ef 4:30). ... Manusia sebagai orang kudus bisa mendukakan Roh. ... Memadamkan Roh (1Tes 5:19). Manusia sebagai seorang pelayan bisa memadamkan Roh] - ‘The Holy Spirit of God’, hal 218-219.

Tafsiran ini kelihatannya didukung oleh 2 ayat di bawah ini:

· 2Tim 1:6 - “Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu”.

· 1Tim 4:14 - “Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua”.

Kata ‘mengobarkan’ secara hurufiah artinya adalah ‘menyalakan’, ‘menyebabkan terbakar’, ‘mengobarkan lagi’, atau ‘menjaga agar tetap berkobar’.

Sekarang mari kita melihat 2Tim 1:6-8 - “(6) Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. (7) Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (8) Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah”.

Kalau kita melihat 2Tim 1:6-8 itu, maka kelihatannya pengobaran karunia itu terjadi melalui keberanian memberitakan Injil dan kerelaan menderita karena Injil, dan sebaliknya kalau seorang kristen tidak memberitakan Injil / takut memberitakan Injil / malu memberitakan Injil maka ini sama dengan memadamkan Roh.

Kalau saya katakan ‘berani memberitakan Injil’, maka tentu yang saya maksudkan adalah ‘berani memberitakan Injil yang benar’, bukan ‘Injil yang diubahkan’.

Bambang Noorsena dari Gereja Orthodox Syria berulang-ulang membanggakan bahwa ‘berita Injil’ yang ia beritakan terhadap orang Islam, sekalipun tidak mempertobatkan orang Islam itu, tetapi tidak menyebabkan orang itu memusuhinya. Ia bahkan menyalahkan orang kristen yang dikecam karena memberitakan Injil; karena mereka tidak ‘bijaksana’ dalam memberitakan Injil. Dia sendiri karena memberitakan ‘Injil’ dengan cara yang ‘bijaksana’, lalu tidak dikecam. Saya menganggap ini sebagai suatu keanehan. Mengapa?

Karena pemberitaan Injil mempunyai 2 kemungkinan: atau orang yang kita injili itu bertobat / percaya kepada Yesus, atau orang itu akan menolak Injil. Kalau ia menolak, maka yang sering terjadi adalah bahwa ia bukan sekedar menolak Injil, tetapi sekaligus menolak / membenci / memusuhi kita. Ini terjadi pada diri Yesus, Petrus, Paulus, dan rasul-rasul yang lain, yang karena penginjilan dimusuhi, dianiaya, dan bahkan dibunuh / mati syahid.

Bandingkan juga dengan:

¨ Yoh 15:18-19 - “(18) Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. (19) Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.

¨ Luk 6:22-23,26 - “(22) Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. (23) Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. ... (26) Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu”.

Karena itu, kalau berita Injil dari Bambang Noorsena tidak mempertobatkan tetapi tetap tidak menyebabkan permusuhan, pasti ada sesuatu yang salah dengan ‘berita Injil’nya. Kebijaksanaan (baca: kebijaksinian) duniawi dari Bambang Noorsena ini telah memodifikasi Injil sehingga bisa diterima oleh orang Islam, misalnya dengan mengatakan bahwa Yesus hanyalah ‘tuan’ dan bukan ‘Tuhan’, atau dengan tidak mengakui adanya 3 pribadi dalam Allah Tritunggal (Yesus sebelum inkarnasi hanya diakui sebagai existence / keberadaan, bukan sebagai person / pribadi). Dengan kata lain, ia memberitakan suatu ‘Injil yang berbeda’ atau ‘Yesus yang lain’ dengan yang ada dalam Kitab Suci.

Bandingkan dengan:

* Gal 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.

* 2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”.

Sekarang mari kita kembali pada 2Tim 1:6 - “Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu”.

Tentang ayat ini Calvin berkata: “This exhortation is highly necessary; for it usually happens, and may be said to be natural, that the excellence of gifts produces carelessness, which is also accompanied by sloth” (= Peringatan ini sangat penting; karena biasanya terjadi, dan bisa dikatakan merupakan sesuatu yang alamiah, bahwa keunggulan / kehebatan dari karunia-karunia menimbulkan kesembronoan, yang juga disertai dengan kemalasan) - hal 189.

Orang yang mempunyai hanya sedikit karunia juga mempunyai kecenderungan untuk tidak melayani, tetapi menguburkan talentanya (Mat 25:18), tetapi orang yang mempunyai karunia yang hebat mempunyai kecenderungan untuk bersikap malas / sembrono, melayani asal-asalan dsb. Misalnya, pengkhotbah yang pandai berkhotbah, fasih bicara, lalu merasa tidak perlu mempersiapkan khotbah, karena merasa mampu berkhotbah tanpa persiapan. Guru Sekolah Minggu yang pandai mendongeng, merasa mampu mendongeng dengan baik biarpun tanpa persiapan, dan karena itu lalu tidak merasa perlu mempersiapkan ajarannya dengan sebaik-baiknya. Demikian juga orang yang mempunyai karunia menyanyi, lalu ikut koor / vocal group tanpa latihan yang serius, dsb.

Calvin: “Let us therefore remember that we ought to apply to use the gifts of God, lest, being unemployed and concealed, they gather rust” (= Karena itu baiklah kita ingat bahwa kita harus menggunakan karunia-karunia Allah, supaya jangan mereka berkarat karena tidak dipakai dan disembunyikan) - hal 189.

Penerapan: apakah saudara tidak pernah melayani Tuhan? Atau apakah saudara dulu melayani, tetapi sekarang mulai malas? Ingat bahwa Roh Kudus diberikan sebagai pengurapan untuk memperlengkapi saudara dalam pelayanan (lihat point I,1 di atas). Karena itu gunakanlah hidup saudara untuk melayani Tuhan!

b) Memadamkan terang Roh Kudus dalam hati kita dengan mengabaikan pengajaran Firman Tuhan.

Calvin menganggap bahwa kata ‘memadamkan’ dalam 1Tes 5:19 itu muncul karena Roh Kudus mempunyai fungsi menerangi hati kita. Tetapi Roh Kudus menerangi kita melalui FirmanNya, sehingga kalau Firman Tuhan disia-siakan / diabaikan, maka itu sama dengan memadamkan Roh. Calvin juga memperhatikan bahwa 1Tes 5:19 (tentang memadamkan Roh) disusul oleh 1Tes 5:20, yang melarang orang kristen menganggap rendah nubuat / pengajaran Firman, dan ia menganggap bahwa menganggap rendah nubuat / khotbah merupakan salah satu hal yang memadamkan Roh.

Calvin: “as the Spirit of God illuminates us chiefly by doctrine, those who give not teaching its proper place, do, so far as in them lies, quench the Spirit. ... Let every one, therefore, who is desirous to make progress under the direction of the Holy Spirit, allow himself to be taught by the ministry of the prophet” (= karena Roh Allah menerangi kita / memberi pencerahan kepada kita terutama oleh pengajaran, mereka yang tidak memberikan tempat yang benar pada pengajaran, sejauh ini tergantung kepada mereka, memadamkan Roh. ... Karena itu, baiklah setiap orang yang ingin membuat kemajuan di bawah pimpinan Roh Kudus, mengijinkan dirinya sendiri untuk diajar oleh pelayanan nabi) - hal 299.

Calvin juga membandingkan hal ini dengan orang yang dibicarakan dalam Ibr 6:4-6, yaitu orang yang hatinya pernah diterangi oleh Roh Kudus tetapi yang akhirnya murtad.

Penerapan: apakah saudara mengabaikan Firman Tuhan? Apakah saudara mengabaikan khotbah dalam Kebaktian? Apakah saudara mengabaikan Pemahaman Alkitab?

c) Ada juga yang mengatakan bahwa pemadaman Roh ini bisa terjadi karena pengabaian terhadap doa / saat teduh atau karena kelalaian berbakti / bersekutu. Juga bisa terjadi karena dosa, keduniawian / cinta dunia / uang (Mat 6:24 Yak 4:4), dsb.

Kesimpulan / penutup.

Kita mempunyai hak-hak yang hebat berhubungan dengan Roh Kudus. Kita diurapi, dimeteraikan, diberi jaminan, sehingga kita tidak bisa kehilangan keselamatan. Tetapi kita juga mempunyai kewajiban, yaitu membuang dosa, rajin melayani Tuhan, dan rajin belajar Firman Tuhan. Dengan demikian kita tidak mendukakan atau memadamkan Roh.

-AMIN-

6). 2 KORINTUS 4:16-5:10

I) Arah hidup Paulus.

1) Manusia lahiriah Paulus semakin merosot (2Korintus 4:16).

‘Manusia lahiriah’ bukan menunjuk kepada ‘manusia lama’, tetapi kepada ‘tubuh’. Keadaan makin merosot ini tentu bukan hanya berlaku atas diri Paulus, tetapi juga atas semua manusia, termasuk saudara dan saya. Tidak ada orang yang tambah lama tambah kuat atau tambah lama tambah sehat! Semua orang menjadi makin tua, makin lemah, dan makin sakit-sakitan!

2) Paulus mengalami penderitaan.

2Korintus 4:17 - ‘Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini’. Ini terjemahan yang kurang tepat.

NIV: ‘For our light and momentary troubles’ (= Karena kesukaran / penderitaan kita yang ringan dan sementara).

RSV: ‘For this slight momentary affliction’ (= Karena penderitaan sementara yang ringan ini).

KJV: ‘For our light affliction, which is but for a moment’ (= Karena kesukaran / penderitaan kita yang ringan, yang hanya untuk sementara).

NASB: ‘For momentary, light affliction’ (= Karena penderitaan ringan dan sementara).

Sekalipun dalam 2Kor 4:17 ia mengatakan bahwa penderitaannya ringan dan bersifat sementara, tetapi sebetulnya penderitaannya ini:

a) Sama sekali tidak ringan.

Bdk. 2Kor 5:4a - “Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan”. Bandingkan juga dengan:

· 1Kor 4:9-13 - “(9) Sebab, menurut pendapatku, Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia. (10) Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi kamu arif dalam Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami hina. (11) Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara, (12) kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; (13) kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini”.

· 2Kor 1:8-9 - “(8) Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. (9) Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati”.

· 2Kor 11:23-29 - “(23) Apakah mereka pelayan Kristus? - aku berkata seperti orang gila - aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. (24) Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, (25) tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. (26) Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. (27) Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, (28) dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. (29) Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita?”.

b) Berlangsung terus menerus mulai saat ia bertobat sampai ia mati.

Ia mengatakan ‘sementara’ untuk mengkontraskan dengan penderitaan kekal di neraka.

Charles Hodge: “These afflictions in themselves, and as they affected Paul’s consciousness, were exceedingly great; ... His afflictions were not light in the sense of giving little pain. ... They were not momentary so far as the present life was concerned. They lasted from his conversion to his martyrdom” (= Penderitaan ini sendiri, dan ketika penderitaan itu menyerang kesadaran Paulus, adalah sangat hebat; ... Penderitaannya tidak ringan dalam arti bahwa penderitaan itu memberikan rasa sakit hanya sedikit. ... Penderitaan itu tidaklah bersifat sementara sejauh hidup yang sekarang ini yang dipersoalkan. Penderitaan itu berlangsung mulai saat pertobatannya sampai ia mati syahid) - hal 479-480.

3) Jauh dari Tuhan.

2Kor 5:6b - ‘kami masih jauh dari Tuhan’.

KJV/NASB: ‘we are absent from the Lord’ (= kami absen dari Tuhan).

RSV/NIV: ‘we are away from the Lord’ (= kami jauh dari Tuhan).

Calvin: “‘We are absent from the Lord.’ Scripture everywhere proclaims, that God is present with us: Paul here teaches, that we are absent from him. This is seemingly a contradiction; but this difficulty is easily solved, when we take into view the different respects, in which he is said to be present or absent. ... He is present with his believing people by the energy of His Spirit; he lives in them, resides in the midst of them, nay more, within them. But in the mean time he is absent from us, inasmuch as he does not present himself to be seen face to face, because we are as yet in a state of exile from his kingdom, and have not as yet attained that blessed immortality, which the angels that are with him enjoy” (= Kita absen dari Tuhan. Kitab Suci dimana-mana menyatakan bahwa Allah hadir dengan kita: Paulus di sini mengajarkan bahwa kita absen dari Dia. Ini kelihatannya merupakan kontradiksi; tetapi kesukaran ini mudah untuk diselesaikan, pada waktu kita memperhatikan sudut pandang yang berbeda dimana Ia dikatakan hadir atau absen / tidak hadir. ... Ia hadir bersama umatNya yang percaya oleh kekuatan RohNya; Ia hidup di dalam mereka, tinggal di tengah-tengah mereka, bahkan lebih dari itu, Ia tinggal di dalam mereka. Tetapi sementara itu Ia absen dari kita, karena Ia tidak menghadirkan diriNya sendiri untuk dilihat muka dengan muka, karena kita masih ada dalam keadaan pengasingan dari kerajaanNya, dan belum mencapai ke-tidak-bisa-binasa-an yang mulia, yang dinikmati oleh para malaikat yang bersama dengan Dia) - hal 220-221.

Dalam penjelasannya tentang 2Kor 5:7 Calvin berkata: “He states the reason, why it is that we are now absent from the Lord - because we do not as yet see him face to face. (1Cor. 13:12.) The manner of that absence is this - that God is not openly beheld by us” [= Ia menyatakan alasan, mengapa kita sekarang absen dari Tuhan - karena kita belum melihatNya muka dengan muka. (1Kor 13:12). Cara ke-absen-an / ketidak-hadiran itu adalah ini - bahwa Allah tidaklah terlihat secara terbuka oleh kita] - hal 221.

Bdk. 1Kor 13:12 - “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal”.

4) Mati.

2Kor 5:1 - “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.

2Kor 5:8 - “tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”.

a) ‘kemah’.

Tubuh yang sekarang ini disebut ‘kemah’ untuk menunjukkan bahwa itu hanya bersifat sementara (bdk. 2Pet 1:13-14). Ini dikontraskan dengan ‘suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia’ (5:1b). NASB: ‘a building from God, a house not made with hands, eternal in the heavens’ (= suatu bangunan dari Allah, suatu rumah yang tidak dibuat oleh tangan, kekal di surga).

Bandingkan juga dengan Luk 16:9 yang sekalipun menggambarkan surga dengan sebutan ‘kemah’ tetapi menambahkan kata ‘abadi’. Juga bandingkan dengan Ibr 9:11 yang juga menyebutkan surga dengan istilah ‘kemah’, tetapi menambahkan kata-kata ‘yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, - artinya yang tidak termasuk ciptaan ini’.

b) ‘dibongkar’.

NASB: ‘is torn down’ (= dibongkar / dirobohkan).

RSV/NIV: ‘is destroyed’ (= dihancurkan).

KJV: ‘were dissolved’ (= larut / hancur).

Kata-kata ‘kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar’ maupun kata-kata ‘beralih dari tubuh ini’ artinya sama, yaitu ‘mati’. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

· Yes 38:9-12 - “(9) Karangan Hizkia, raja Yehuda, sesudah ia sakit dan sembuh dari penyakitnya: (10) Aku ini berkata: Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku. (11) Aku berkata: aku tidak akan melihat TUHAN lagi di negeri orang-orang yang hidup; aku tidak akan melihat seorangpun lagi di antara penduduk dunia. (12) Pondok kediamanku dibongkar dan dibuka seperti kemah gembala; seperti tukang tenun menggulung tenunannya aku mengakhiri hidupku; TUHAN memutus nyawaku dari benang hidup”.

· 2Pet 1:13-15 - “(13) Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. (14) Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (15) Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu”.

Jelas bahwa bukan hanya Paulus yang pasti mengalami kematian. Kita semua, termasuk saudara, juga demikian!

Penerapan: apakah saudara pernah memikirkan bahwa suatu saat, lambat atau cepat, saudara pasti mati? Siapkah saudara kalau kematian itu terjadi saat ini?

Bdk. Maz 90:10,12 - “(10) Masa hidup kami 70 tahun dan jika kami kuat, 80 tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. ... (12) Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”.

5) Menghadap takhta pengadilan Kristus.

2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

a) Kristus akan menjadi Hakim pada akhir jaman; ini membuktikan bahwa Ia adalah Allah.

Charles Hodge: “As Christ is to be the judge, as all men are to appear before him, as the secrets of the hearts are to be the grounds of judgment, it is obvious that the sacred writers believed Christ to be a divine person, for nothing less than omniscience could qualify any one for the office here ascribed to our Lord” (= Karena Kristus akan menjadi Hakim, karena semua orang akan menghadap di hadapanNya, karena rahasia dari hati adalah dasar penghakiman, jelaslah bahwa penulis-penulis sakral / kudus percaya bahwa Kristus adalah Pribadi ilahi, karena hanya kemaha-tahuan yang bisa memenuhi syarat bagi siapapun untuk jabatan / tugas yang di sini dianggap sebagai milik Tuhan kita) - ‘I & II Corinthians’, hal 501.

b) Menghadap takhta pengadilan Kristus.

Bukan hanya Paulus yang akan menghadap takhta pengadilan Kristus, semua orang, termasuk saudara, juga demikian! Kalau saudara sudah percaya kepadaNya, saudara tidak usah takut menghadapi hal itu.

1Yoh 4:17-18 - “(17) Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. (18) Di dalam kasih yang sempurna tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut ia tidak sempurna di dalam kasih”.

Tetapi kalau saudara belum percaya kepada Yesus, celakalah saudara pada waktu itu!

II) Hidup Paulus tetap benar. Mengapa bisa demikian?

1) Paulus tidak tawar hati.

2Kor 4:16 - “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari”.

Mengapa Paulus bisa tidak tawar hati?

a) Karena ia percaya adanya kebangkitan orang mati.

2Kor 4:14 - “Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diriNya”.

b) Karena ia percaya manusia batiniahnya diperbaharui dari hari ke hari.

2Kor 4:16b - ‘manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari’.

TB2: ‘manusia batiniah kami diperbarui dari hari ke hari’.

Tetapi benarkah manusia batiniah kita diperbarui dari hari ke hari? Bukankah kita sering merasa ada saat-saat dimana manusia batiniah kita justru makin merosot?

Pulpit Commentary: “Day by day? Ah! are there not idle days, apparently useless days, even days when prayer and holy service seem a burden? Doubtless; but we must not conclude that these seasons are altogether unprofitable. If we are learning nothing else, we are learning how weak and impotent we are, and how unreliable are our constitution and habits except we have daily renewing grace” (= Hari demi hari? Ah, apakah di sana tidak ada hari-hari yang sia-sia / terbuang percuma, kelihatannya merupakan hari-hari yang tak berguna, bahkan hari-hari dimana doa dan kebaktian / pelayanan kudus kelihatan sebagai suatu beban? Tidak diragukan; tetapi kita tidak boleh menyimpulkan bahwa saat-saat ini sama sekali tidak bermanfaat. Jika kita tidak sedang belajar sesuatu apapun, maka kita sedang belajar betapa lemah dan tak berdayanya kita, dan betapa tak dapat dipercayanya komponen-komponen yang membentuk kita dan kebiasaan kita kecuali kita mendapatkan kasih karunia yang memperbaharui kita setiap hari) - hal 99-100.

c) Karena ia menganggap penderitaannya ringan dan bersifat sementara (2Kor 4:17. Lihat pembetulan terjemahan di atas pada point I,2).

Kata ‘ringan’ dalam 2Kor 4:17 ini hanya dalam perbandingan dengan kemuliaan yang akan datang (dikontraskan dengan kata ‘weight’ dalam terjemahan NASB/Lit). Demikian juga kata ‘sementara’ tidak berarti ‘cuma sebentar’ tetapi dikontraskan dengan kata ‘kekal’.

Charles Hodge: “These afflictions in themselves, and as they affected Paul’s consciousness, were exceedingly great; ... His afflictions were not light in the sense of giving little pain. ... It was only by bringing these sufferings into comparison with eternal glory that they dwindled into insignificance. So also when the apostle says that his afflictions were but for a moment, it is only when compared with eternity. They were not momentary so far as the present life was concerned. They lasted from his conversion to his martyrdom” (= Penderitaan ini sendiri, dan ketika penderitaan itu menyerang kesadaran Paulus, adalah sangat hebat; ... Penderitaannya tidak ringan dalam arti bahwa penderitaan itu memberikan rasa sakit hanya sedikit. ... Hanya dengan membandingkan penderitaan ini dengan kemuliaan kekal maka penderitaan itu menjadi kecil sehingga tidak berarti. Begitu juga ketika sang rasul berkata bahwa penderitaannya hanya sebentar / singkat, itu hanya pada waktu dibandingkan dengan kekekalan. Penderitaan itu tidaklah bersifat sementara sejauh hidup yang sekarang ini yang dipersoalkan. Penderitaan itu berlangsung mulai saat pertobatannya sampai ia mati syahid) - hal 479-480.

d) Karena ia percaya penderitaannya mengerjakan kemuliaan baginya.

2Kor 4:17 - ‘mengerjakan bagi kami’.

Lit: ‘works for us’.

Alangkah berbedanya sikap Paulus di sini dengan sikap Yakub dalam Kej 42:36, dimana Yakub berkata: ‘Aku inilah yang menanggung segala-galanya’. Ini salah terjemahan.

NIV: ‘Everything is against me’ (= Segala sesuatu menentang aku).

KJV/NASB: ‘all these things are against me’ (= Semua hal ini menentang aku).

Adam Clarke: “All these things are against me, said poor desponding Jacob; whereas, instead of being against him, all these things were for him” (= Semua hal-hal ini menentang aku, kata Yakub yang putus asa; padahal semua hal-hal itu bukannya menentang dia, tetapi untuk dia).

Pulpit Commentary:

· “So God’s providences are often misinterpreted by his saints” (= Demikianlah providensia Allah sering disalah-mengerti / disalah-tafsirkan oleh orang-orang kudusNya).

· “How often the believer says, ‘All these things are against me.’ when he is already close upon that very stream of events which will carry him out of his distress into the midst of plenty, peace, and joy of a healed heart in its recovered blessedness” (= Betapa sering orang percaya berkata: ‘Semua hal ini menentang aku’ pada saat ia sudah dekat dengan aliran peristiwa-peristiwa yang akan membawanya keluar dari kesukaran / penderitaan ke tengah-tengah kelimpahan, damai dan sukacita dari hati yang disembuhkan dalam keberkatan yang dipulihkan).

Pada saat itu Yakub sebetulnya sudah dekat sekali dengan kebahagiaan yang luar biasa dimana ia bertemu kembali dengan Yusuf, dan semua yang ia alami ini mengerjakan baginya pertemuan yang berbahagia itu, tetapi pada saat seperti itu ia justru menjadi putus asa, dan mengira bahwa segala sesuatu menentangnya.

Bagi kita, karena kita mengetahui Kej 43-dst, maka kita bisa melihat betapa bodohnya Yakub. Tetapi bagi Yakubnya sendiri pada saat itu, segalanya terlihat gelap gulita, sehingga ia menjadi putus asa.

Penerapan: Kalau saudara adalah seorang anak Tuhan yang sungguh-sungguh, maka Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah bekerja menentang saudara. Sebaliknya Ia selalu bekerja untuk saudara! Bdk. Ro 8:28 (KJV): “... all things work together for good to them that love God” (= ... segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah).

Karena itu kalau saudara adalah anak Allah, dan pada saat ini segalanya kelihatan gelap gulita bagi saudara, jangan putus asa seperti Yakub. Percayalah bahwa Allah mengarahkan semua itu pada kebaikan saudara, dan mungkin sekali, sama seperti Yakub, saudara sudah dekat sekali dengan saat yang akan sangat membahagiakan saudara!

e) Ia tidak memperhatikan yang kelihatan / yang sementara tetapi yang tidak kelihatan / yang kekal.

2Kor 4:18 - “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal”.

2) Tabah.

2Kor 5:6,8 - ‘tabah’.

NASB/RSV: ‘good courage’ (= tabah / teguh hati). Ini yang diterima oleh Hodge.

NIV/KJV: ‘confident’ (= yakin).

Sekalipun selama hidup ia tetap jauh dari Tuhan / absen dari Tuhan, tetapi ia tetap tabah / yakin. Mengapa? Karena ia berjalan / hidup dengan iman bukan dengan penglihatan.

2Kor 5:7 - “Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”.

NASB: ‘For we walk by faith not by sight’ (= Karena kita berjalan dengan iman bukan dengan penglihatan).

NIV: ‘We live by faith not by sight’ (= Kita hidup dengan iman bukan dengan penglihatan).

Absennya kita dari Tuhan / jauhnya kita dari Tuhan (2Kor 5:6b) menyebabkan kita harus berjalan dengan iman, bukan dengan penglihatan.

3) Ia bukan hanya tidak takut mati, tetapi bahkan rindu pada kematian. Hal ini terlihat dari:

a) 2Kor 5:2-3.

· 2Kor 5:2 - “Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi (di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini)”.

* Kata-kata yang saya letakkan dalam tanda kurung itu seharusnya tidak pernah ada. Dalam terjemahan-terjemahan bahasa Inggris maupun TB2-LAI bagian itu tidak ada.

* 2Kor 5:2 - ‘mengenakan’. Rumah di surga itu digambarkan sebagai pakaian (5:3).

Charles Hodge: “As the house from heaven is spoken of as a garment, being houseless is expressed by the word ‘naked’” (= Sebagaimana rumah dari surga dikatakan sebagai pakaian, ‘tidak mempunyai rumah’ dinyatakan oleh kata ‘telanjang’) - hal 494.

· Mengeluh dalam 2Kor 5:2 ini disebabkan kerinduan pada surga, bukan seperti mengeluh dalam 2Kor 5:4 yang terjadi karena beratnya penderitaan.

b) 2Kor 5:4b - “karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama”. Ini salah terjemahan. TB2-LAI juga tidak memperbaiki kesalahan ini.

NASB: ‘because we do not want to be unclothed, but to be clothed’ (= karena kita tidak mau telanjang, tetapi berpakaian).

Mungkin artinya sama seperti 5:8 - “terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”.

Jadi ini lagi-lagi menunjukkan keinginan untuk mati.

Mengapa Paulus bisa tidak takut mati, dan bahkan rindu pada kematian?

1. Karena ia yakin akan keselamatannya.

¨ 2Kor 5:1 - “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.

Kata ‘tahu’ (bdk. 1Yoh 5:13) menunjukkan bahwa Paulus yakin akan keselamatannya. Demikian juga semua orang kristen harus yakin akan keselamatannya.

¨ 2Kor 5:5 - “Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita”.

Allahlah yang mempersiapkan kita supaya sesuai dengan rumah di surga itu, dan Ia memberikan kita Roh KudusNya sebagai jaminan.

Charles Hodge: “All therefore in whom the Spirit dwells, i.e. manifests his permanent presence by producing within them the Christian graces, have the pledge of immediate admission into heaven when they die, and of a glorious resurrection when the Lord comes” (= Karena itu semua di dalam siapa Roh itu tinggal, yaitu menyatakan kehadiranNya yang permanen dengan menghasilkan di dalam mereka kasih karunia Kristen, mempunyai jaminan tentang ijin masuk ke surga langsung pada waktu mereka mati, dan tentang kebangkitan yang mulia pada saat Tuhan datang) - hal 496.

Tetapi bagaimana ia bisa yakin akan masuk surga padahal 2Kor 5:10 mengatakan: “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”. Bukankah Paulus juga banyak dosanya seperti yang ia akui sendiri dalam Ro 7:18-19 1Tim 1:15 Gal 1:13 Fil 3:6a dsb? Jelas karena ia percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dosanya. Ini menyebabkan ia tidak mungkin bisa dihukum (Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus”).

Charles Hodge: “according to Scriptures and the doctrine of all Protestant churches, the blood of Jesus Christ cleanses from all sin, whether committed before or after baptism or conversion. ... On the ground of the one offering of Christ, by which those who believe are forever sanctified, (i.e. atoned for,) God does not impute to the penitent believer his sins unto condemnation. He is not judged by the law or treated according to its principles, for then no man could be saved. But he is treated as one for all whose sins, past, present, and future, an infinite satisfaction has been made, and who has a perpetual claim to that satisfaction so long as he is united to Christ by faith and the indwelling of his Spirit. ... The sacrifice of Christ avails for the sins committed from the foundation of the world to the final consummation. It affords a permanent and all-sufficient reason why God can be just and yet justify the ungodly” [= menurut Kitab Suci dan doktrin / ajaran semua gereja-gereja Protestant, darah Yesus Kristus menyucikan / membersihkan dari semua dosa, apakah itu dilakukan sebelum atau sesudah baptisan atau pertobatan. ... Berdasarkan satu korban Kristus, dengan mana mereka yang percaya dikuduskan (yaitu ditebus) untuk selamanya, Allah tidak memperhitungkan kepada orang percaya yang sudah menyesal / bertobat dosa-dosanya kepada penghukuman. Ia tidak dihakimi oleh hukum atau diperlakukan menurut prinsip-prinsip dari hukum itu, karena kalau demikian tidak ada orang yang bisa diselamatkan. Tetapi ia diperlakukan sebagai seseorang untuk siapa dosa-dosanya, yang lampau, yang sekarang, dan yang akan datang, telah dibuatkan pelunasan / penebusan yang tak terbatas, dan yang mempunyai hak yang kekal terhadap pelunasan / penebusan itu asalkan ia dipersatukan dengan Kristus oleh iman dan penghunian RohNya. ... Korban Kristus bermanfaat untuk dosa-dosa yang dilakukan sejak penciptaan dunia sampai akhir jaman. Itu memberikan alasan yang kekal dan mencukupi segala sesuatu mengapa Allah bisa adil dan tetap membenarkan orang yang jahat] - ‘I & II Corinthians’, hal 502-503.

2. Karena ia percaya bahwa begitu ia mati, ia langsung masuk surga.

¨ 2Kor 5:1 - “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.

NIV/NASB: ‘we have a building from God’.

Perhatikan kata ‘have’ yang ada dalam present tense. Ini menunjukkan bahwa begitu kita mati kita langsung mendapatkan rumah itu.

Charles Hodge: “The present tense, EKHOMEN, is used because the one event immediately follows the other; there is no perceptible interval between the dissolution of the earthly tabernacle and entering on the heavenly house. As soon as the soul leaves the body it is in heaven. ... The soul therefore at death enters a house whose builder is God” (= Present tense, EKHOMEN, digunakan karena peristiwa yang satu langsung mengikuti yang lain; di sana tidak ada selang waktu yang terlihat di antara hancurnya kemah duniawi dan masuknya ke rumah surgawi. Begitu jiwa meninggalkan tubuh, jiwa itu ada di surga. ... Karena itu pada saat kematian jiwa memasuki suatu rumah yang pembangunnya adalah Allah) - hal 489.

¨ 5:8b: ‘terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan’.

NASB: ‘to be at home with the Lord’ (= ada di rumah bersama Tuhan).

NIV: ‘at home with the Lord’ (= di rumah bersama Tuhan).

Lit: ‘to come home to the Lord’ (= pulang ke rumah kepada Tuhan).

Jadi, ini menunjukkan bahwa bagi Paulus ‘mati’ sama dengan ‘pulang ke rumah Bapa’ dan ini menunjukkan bahwa begitu seorang kristen mati ia langsung masuk surga.

Catatan: bagian ini juga menunjukkan bahwa keinginannya untuk mati, bukanlah sekedar merupakan keinginan yang bersifat egois untuk bebas dari segala penderitaan duniawi, tetapi karena ia ingin bersama dengan Tuhan. Bdk. Fil 1:23 - “aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus”.

Charles Hodge: “The soul of the believer does not cease to exist at death. It does not sink into a state of unconsciousness. It does not go into purgatory; but, being made perfect in holiness, it does immediately pass into glory. As soon as it is absent from the body, it is present with the Lord” (= Jiwa dari orang percaya tidak berhenti ada pada saat kematian. Jiwa itu tidak tenggelam / terbenam ke dalam keadaan tidak sadar. Jiwa itu tidak pergi ke api penyucian; tetapi, setelah disempurnakan dalam kekudusan, jiwa itu langsung masuk ke dalam kemuliaan. Begitu jiwa itu absen dari tubuh, jiwa itu hadir bersama Tuhan) - hal 488-489.

3. Karena tanpa kematian ia tidak bisa masuk surga.

Calvin: “they feel this life to be a burden, because in it they cannot enjoy true and perfect blessedness, because they cannot escape from the bondage of sin otherwise than by death, and hence they aspire to be elsewhere” (= mereka merasa hidup ini sebagai suatu beban, karena mereka tidak bisa melepaskan diri dari belenggu dosa selain oleh kematian, dan karena itu mereka ingin ada di tempat lain) - hal 218-219.

Bdk. 1Kor 15:50 - ‘daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah’. Karena itu harus mati dulu baru bisa masuk surga.

4) Baik hidup atau mati Paulus berusaha menyenangkan Tuhan.

2Kor 5:9 - “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepadaNya”.

NASB: ‘Therefore also we have as our ambition, whether at home or absent, to be pleasing to Him’ (= Karena itu juga kita mempunyai sebagai ambisi kita, apakah di rumah atau absen, untuk memperkenan / menyenangkan Dia).

Bdk. Ro 14:8 - “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan”.

Penerapan: apakah saudara mempunyai ambisi untuk menyenangkan Tuhan. Atau hanya ambisi untuk sukses secara duniawi, menjadi kaya, dsb.?

Mengomentari tentang 2Kor 5:10 (menghadap takhta pengadilan Kristus), William Barclay berkata: “Even when Paul was thinking of the life to come, he never forgot that we are on the way not only to glory, but also to judgment” (= Bahkan pada waktu Paulus sedang berpikir tentang kehidupan yang akan datang, ia tidak pernah melupakan bahwa kita ada dalam jalan bukan hanya menuju kemuliaan, tetapi juga menuju penghakiman) - hal 206.

Memang penebusan Kristus menyebabkan kita yang percaya kepadaNya tidak lagi bisa dihukum, tetapi pahala di surga tergantung pada kehidupan kita. Makin kita hidup memperkenan Allah, makin besar pahala kita, dan sebaliknya. Karena itu Paulus berusaha untuk hidup berkenan kepada Allah (2Kor 5:9). Kita seringkali cuma memikirkan tentang masuk surganya, sehingga kita cuma kepingin mati, tetapi kita tidak berusaha memperkenan Allah.

Penutup.

Semua orang mengalami kemerosotan secara jasmani, mengalami penderitaan, dan akhirnya akan mati dan menghadap pengadilan Kristus.

Kita bisa menghadapi semua itu dengan cara yang salah, misalnya:

· dengan tetap tidak mau percaya kepada Yesus.

· dengan menjadi kecewa dan putus asa.

· dengan mengarahkan hidupnya pada hal-hal duniawi, khususnya uang.

· dengan berjalan dengan penglihatan, bukan dengan iman.

· dengan hidup memperkenan diri sendiri, bukan memperkenan Allah.

· dengan sikap takut pada kematian dan pada penghakiman akhir jaman.

Tetapi kita juga bisa menghadapi semua itu dengan cara yang benar, seperti yang dilakukan oleh Paulus. Yang mana yang saudara pilih?

-AMIN-

7.Lazarus dan Orang kaya

LUKAS 16:19-31

I) Perumpamaan atau cerita yang betul-betul terjadi?

Para penafsir memperdebatkan apakah bagian ini merupakan suatu perumpamaan atau cerita yang betul-betul terjadi. Calvin menganggapnya sebagai cerita yang sungguh-sungguh, dan saya setuju dengan dia.

Calvin: “Some look upon it as a simple parable; but, as the name Lazarus occurs in it, I rather consider it to be the narrative of an actual fact” (= Sebagian orang memandangnya sebagai suatu perumpamaan; tetapi karena nama Lazarus ada di dalamnya, saya menganggapnya sebagai suatu cerita dari fakta yang sungguh-sungguh terjadi) - hal 184.

II) Bagian yang kelihatan (ay 19-22a,23a).

Bagian yang kelihatan adalah kehidupan dari 2 orang dalam cerita ini (Lazarus dan orang kaya) sampai mereka mati dan dikuburkan.

Sekarang mari kita mempelajari beberapa hal dari bagian ini.

1) Kedua orang itu sama-sama adalah orang Yahudi.

a) Untuk Lazarus itu terlihat dari namanya.

Nama Lazarus berasal dari kata Ibrani EL AZAR yang berarti ‘God has helped’ (= Allah telah menolong).

b) Untuk orang kaya ini terlihat dari:

1. Ia menyebut Abraham dengan sebutan ‘bapa’ (ay 24,27,30), dan Abraham menyebutnya dengan sebutan ‘anak’ (ay 25). Sebutan ‘bapa’ maupun ‘anak’ di sini tidak mungkin diartikan dalam arti rohani (seperti misalnya dalam Luk 19:9), karena orang kaya ini jelas bukan orang beriman. Jadi, sebutan ‘bapa’ maupun ‘anak’ harus diartikan secara jasmani, dan ini menunjukkan bahwa orang kaya ini adalah keturunan Abraham.

2. Ia mempunyai 5 saudara, dan Abraham mengatakan bahwa kelima saudaranya itu mempunyai ‘kesaksian Musa dan para nabi’ (ay 29), yang jelas menunjuk pada Perjanjian Lama. Bahwa mereka mempunyai Perjanjian Lama, jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang Yahudi (bdk. Ro 3:1-2). Kalau mereka adalah orang Yahudi, maka jelas bahwa orang kaya itu juga adalah orang Yahudi.

Catatan: para penafsir biasanya menyebut orang kaya ini dengan sebutan ‘Dives’, yang sebetulnya bukan merupakan suatu nama tetapi merupakan suatu kata bahasa Latin untuk ‘kaya’ (Barclay, hal 213).

2) Kedua orang ini mempunyai 2 kehidupan yang sangat kontras (ay 19-21).

a) Yang satu sangat kaya, yang lain sangat miskin.

Dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia dikatakan bahwa Lazarus adalah seorang ‘pengemis’ (ay 20). Demikian juga KJV dan NIV menterjemahkan ‘beggar’ (= pengemis).

Sebetulnya kata Yunani yang dipakai hanyalah berarti ‘orang miskin’, dan karena itu RSV/NASB yang menterjemahkan ‘a poor man’ (= seorang miskin), merupakan terjemahan yang lebih benar.

Barnes’ Notes: “‘Beggar.’ Poor man. The original word does not mean ‘beggar,’ but simply that he was ‘poor.’ It should have been so translated to keep up the contrast with the ‘rich man.’” (= ‘Pengemis’. Orang miskin. Kata orisinilnya tidak berarti ‘pengemis’ tetapi hanya bahwa ia ‘miskin’. Itu seharusnya diterjemahkan demikian untuk memelihara / melanjutkan kontras dengan ‘orang kaya’.) - hal 234.

Selanjutnya perlu diketahui bahwa untuk kata ‘orang miskin’ ini digunakan kata Yunani PTOCHOS. Dalam bahasa Yunani ada beberapa kata yang bisa diartikan sebagai ‘orang miskin’, yaitu PTOCHOS, PENES, dan PENICHROS, tetapi artinya sebetulnya agak berbeda. Kata PENES dan PENICHROS juga berarti ‘orang miskin’ tetapi ini menunjuk kepada ‘orang miskin yang masih mempunyai sedikit uang’. Tetapi kata PTOCHOS menunjuk kepada ‘orang miskin yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa’.

Pulpit Commentary mengomentari kata PTOCHOS dalam Mat 5:3 sebagai berikut:

· “PTOCHOS, in classical and philosophical usage, implies a lower degree of poverty than PENES (2Cor 9:9)” [= PTOCHOS, dalam penggunaan klasik dan filosofis, menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih rendah dari PENES (2Kor 9:9)] - hal 147.

· “The PENES may be so poor that he earns his bread by daily labour; but the PTOCHOS is so poor that he only obtains his living by begging ... The PENES has nothing superfluous, the PTOCHOS nothing at all” (= Orang yang PENES adalah orang yang begitu miskin sehingga ia mendapatkan roti / makanannya melalui kerja keras setiap hari; tetapi orang yang PTOCHOS adalah orang yang begitu miskin sehingga ia hanya mendapatkan penghidupannya melalui pengemisan ... Orang yang PENES tidak mempunyai apapun secara berlebihan, orang yang PTOCHOS sama sekali tidak mempunyai apapun) - hal 147.

Perbedaan ini ditunjukkan secara menyolok dalam cerita tentang seorang janda miskin yang memberikan seluruh uangnya kepada Tuhan dalam Luk 21:1-4 - “(1) Ketika Yesus mengangkat mukaNya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. (2) Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. (3) Lalu Ia berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. (4) Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.’”.

Dalam Luk 21:2 ada kata ‘miskin’ dan demikian juga dalam Luk 21:3, tetapi dalam Luk 21:2 digunakan kata Yunani PENICHROS sedangkan dalam Luk 21:3 digunakan kata Yunani PTOCHOS. Mengapa berbeda? Karena dalam Luk 21:2 sekalipun janda itu miskin, tetapi ia masih mempunyai uang sedikit (2 peser), dan karenanya digunakan kata PENICHROS. Tetapi setelah uangnya dipersembahkan semua, ia tidak mempunyai apa-apa lagi, sehingga dalam Luk 21:3 digunakan kata PTOCHOS.

b) Yang satu ‘setiap hari bersukaria dalam kemewahan’ / berpesta (ay 19); yang lain ‘ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu’ (ay 21).

William Barclay: “In that time there were no knives, forks or napkins. Food was eaten with hands and, in every wealthy houses, the hands were cleansed by wiping them on hunks of bread, which were then thrown away. That was what Lazarus was waiting for” (= Pada jaman itu tidak digunakan pisau, garpu atau serbet. Makanan dimakan dengan tangan dan dalam setiap rumah orang kaya, tangan dibersihkan dengan mengusapkannya pada potongan roti, yang lalu dibuang. Itulah yang ditunggu oleh Lazarus) - hal 213-214.

c) Yang satu mempunyai rumah; yang lain berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu (ay 20).

d) Yang satu berpakaian ‘jubah ungu dan kain halus’ (ay 19a); yang lain bahkan tidak bisa membeli perban untuk membalut luka-lukanya sehingga anjing-anjing menjilati luka-lukanya (ay 21b).

Andaikata cerita ini hanya berhenti sampai sini, maka jelas bahwa semua orang menginginkan kehidupan orang kaya itu, bukan kehidupan Lazarus. Bukankah demikian?

3) Kedua orang ini sama-sama mati (ay 22a,23a)!

Ditinjau dari satu sudut, orang miskin lebih sukar mati dari orang kaya. Mengapa? Karena orang kaya bisa membeli segala makanan yang enak-enak, sehingga menjadi gemuk, kolesterolnya naik, dan mudah terkena serangan jantung / stroke. Sedangkan orang miskin makanannya sederhana sehingga relatif bebas dari bahaya itu.

Tetapi, ditinjau dari sudut yang lain, orang miskin lebih mudah mati dibandingkan dengan orang kaya. Mengapa? Karena kalau orang kaya sakit, ia dengan mudah membeli obat, pergi ke dokter, bahkan kalau perlu berobat ke luar negeri, untuk menyembuhkan penyakitnya. Tetapi kalau orang miskin sakit, ia tidak bisa membeli obat atau pergi ke dokter, sehingga cepat mati.

Tetapi apakah seseorang itu kaya atau miskin, tua atau muda, sehat atau sakit-sakitan, tetap saja semua orang akan mati (bdk. Ibr 9:27 - “manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”).

Celakanya, kita tidak tahu kapan kematian itu akan ‘menjemput’ kita. Kalau itu terjadi pada hari ini, siapkah saudara?

4) Kedua orang ini sama-sama dikubur.

Memang untuk orang kaya disebutkan penguburannya (ay 23a), sedangkan untuk Lazarus tidak. Tetapi rasanya tidak mungkin Lazarus tidak dikubur, karena bau mayatnya pasti akan mengganggu banyak orang. Orang kaya diceritakan penguburannya sedangkan Lazarus tidak, karena Lazarus dikubur secara sederhana, sedangkan orang kaya dikubur dengan upacara yang hebat, peti mati yang mahal, kuburan yang indah dsb.

Biasanya manusia menyoroti kehidupan hanya sampai di sini. Kematian dan penguburan dianggap sebagai akhir segala-galanya. Karena itu manusia berusaha mati-matian untuk kehidupan yang sekarang ini! Tetapi dalam cerita ini, Yesus melanjutkan dengan menunjukkan bagian yang tidak kelihatan, yang seringkali diabaikan orang.

III) Bagian yang tidak kelihatan / tidak diperhatikan (ay 22b,23b-31).

Bagian yang tidak kelihatan ini diceritakan dalam ay 22b,23b-31. Jadi penceritaannya jauh lebih panjang dari bagian yang kelihatan tadi. Ini menunjukkan bahwa dalam hidup kita, kita harus lebih menekankan bagian yang tidak kelihatan ini.

Bdk. 1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.

Memang Kristus juga berguna untuk hidup yang sekarang ini, tetapi yang terutama Ia berguna untuk hidup setelah kematian. Jadi kalau selama ini saudara mempercayaiNya hanya sebagai penyembuh, pemberi berkat jasmani, penolong dari kesukaran, dsb, maka renungkan apa yang dikatakan oleh Paulus di sini! Percayalah kepada Kristus sebagai Juruselamat dosa, demi kehidupan saudara setelah kematian!

Dalam bagian yang tidak kelihatan ini diceritakan bahwa Lazarus ada di pangkuan Abraham (ay 22,23). Terjemahan ‘pangkuan’ sebetulnya adalah salah. NASB yang menterjemahkan secara hurufiah menggunakan kata ‘bosom’ (= dada). Jadi gambaran yang diberikan oleh cerita ini bukanlah bahwa Lazarus ini dipangku oleh Abraham seakan-akan ia adalah anak kecil, tetapi bahwa ia ada dalam pelukan Abraham, dan ini menunjukkan bahwa ia ada di surga.

Catatan: hal yang sama terjadi dalam Yoh 1:18, dimana kata ‘pangkuan’ seharusnya adalah ‘dada’.

Yoh 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya”.

Adam Clarke: “Abraham’s bosom was a phrase used among the Jews to signify the paradise of God” (= Dada Abraham merupakan suatu ungkapan yang digunakan di antara orang-orang Yahudi untuk menunjuk surganya Allah) - hal 465.

Sementara itu orang kaya digambarkan masuk ke ‘alam maut’ (ay 23). Kata-kata ‘alam maut’ ini menterjemahkan kata bahasa Yunani HADES, dan di sini jelas artinya adalah neraka [KJV/NIV: ‘hell’ (= neraka)], karena orang kaya itu ‘menderita sengsara’ (ay 23a), ‘sangat kesakitan dalam nyala api’ (ay 24b) dan ‘sangat menderita’ (ay 25b). Orang kaya ini adalah orang Yahudi, tetapi ia masuk ke neraka.

What money cannot buy.

“Money will buy a bed but not sleep; books but not brains; food but not appetite; finery but not beauty; a house but not a home; medicine but not health; luxuries but not culture; amusements but not happiness; religion but not salvation; a passport to everywhere but heaven” (= Uang bisa membeli ranjang tetapi tidak bisa membeli tidur; buku-buku tetapi tidak otak; makanan tetapi tidak nafsu makan; pakaian bagus / perhiasan tetapi tidak kecantikan; rumah tetapi tidak suasana rumah yang menyenangkan; obat tetapi tidak kesehatan; barang-barang lux / kemewahan tetapi tidak kebudayaan; hiburan tetapi tidak kebahagiaan; agama tetapi tidak keselamatan; sebuah paspor kemana saja kecuali ke surga).

Apa yang bisa kita pelajari dari semua ini?

1) Ini menunjukkan adanya kehidupan setelah kematian.

Dan Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa kehidupan yang sekarang ini singkat (Maz 90:10 Yak 4:14), sebaliknya hidup setelah kematian itu kekal.

2) Dalam kehidupan setelah kematian itu hanya ada 2 tempat yaitu surga dan neraka. Surga merupakan tempat yang menyenangkan, sedangkan neraka merupakan tempat penyiksaan yang mengerikan! Karena hanya ada 2 tempat setelah kematian, maka kalau saudara tidak masuk ke surga, maka tidak ada tempat lain yang tersisa selain neraka! Karena itu pastikan bahwa saudara sedang menuju ke surga!

3) Setelah kematian, kita akan langsung pergi ke surga atau ke neraka.

Ini bertentangan dengan:

a) Pandangan yang menyatakan adanya api pencucian (Roma Katolik).

Doktrin omong kosong ini memang tidak pernah mempunyai dasar Kitab Suci apapun kecuali yang diputar-balikkan semaunya sendiri.

b) Kepercayaan tentang adanya tempat penantian.

Orang yang percaya akan adanya tempat penantian mengatakan bahwa antara kematian sampai kedatangan Yesus yang keduakalinya kita ditaruh di tempat penantian itu. Tetapi perhatikan cerita ini. Orang kaya itu masih mempunyai 5 saudara yang masih hidup (ay 28), dan itu menunjukkan bahwa Yesus belum datang untuk keduakalinya. Tetapi ia sudah ada di neraka dan Lazarus sudah ada di surga. Jadi jelas bahwa tidak ada tempat penantian.

Memang sebelum kedatangan Yesus yang keduakalinya, yang masuk surga / neraka hanya jiwa / rohnya, dan itupun mungkin belum dengan pahala / hukuman yang seharusnya. Nanti pada saat Yesus datang keduakalinya, akan ada kebangkitan daging / orang mati, dan penghakiman akhir jaman. Maka barulah jiwa / roh dipersatukan kembali dengan tubuh dan orang itu masuk surga / neraka dengan pahala / hukuman yang seharusnya.

c) Pandangan yang berkata bahwa pada saat mati, jiwa kita terus tertidur di kuburan sampai Yesus datang keduakalinya. Perhatikan bahwa baik Lazarus maupun orang kaya bukannya tertidur / tidak sadar, tetapi sebaliknya sangat sadar! Orang kaya itu merasa sakit. Bagaimana mungkin ia merasa sakit kalau ia tidak sadar?

4) Sekarang keadaan terbalik; dan kontrasnya menjadi lebih menyolok dari pada ketika mereka berdua masih hidup di dunia (ay 23-24).

Keadaan orang kaya ini seperti yang digambarkan dalam Maz 49:17-21 - “(17) Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah, (18) sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia. (19) Sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia pada masa hidupnya, sekalipun orang menyanjungnya, karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri, (20) namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya, yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya. (21) Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan”.

5) Keadaan itu bersifat permanen / tidak bisa berubah (ay 25-26).

Orang kaya itu minta air (sekarang ia mengemis kepada Lazarus!), tetapi Abraham menolak permintaan itu (ay 25), dan mengatakan bahwa ada jurang yang tak terseberangi di antara surga dan neraka, sehingga tidak ada yang bisa menyeberang, baik dari surga ke neraka maupun dari neraka ke surga (ay 26). Ini menunjukkan bahwa sekali masuk surga akan selama-lamanya di surga dan sekali masuk neraka akan selama-lamanya di neraka!

Louis Berkhof: “Scripture represents the state of the unbelievers after death as a fixed state. The most important passage that comes into consideration here is Luke 16:19-31.” (= Kitab Suci menggambarkan keadaan orang-orang yang tidak percaya setelah kematian sebagai suatu keadaan yang tetap. Text yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam persoalan ini adalah Luk 16:19-31) - ‘Systematic Theology’, hal 693.

Kepermanenan di surga / neraka ini bertentangan dengan:

a) Ajaran yang mengatakan adanya ‘second chance’ (= kesempatan kedua). Mereka berkata bahwa kalau seseorang sampai mati tidak percaya Yesus, maka nanti akan diberi kesempatan kedua, dimana mereka akan diinjili di tempat penantian. Lebih sesat dari itu adalah ajaran Andereas Samudera, yang mengatakan bahwa setelah seseorang mati, rohnya bisa gentayangan dan merasuk orang yang masih hidup, dan roh ini bisa diinjili dan bisa bertobat dan diselamatkan. Ini semua adalah ajaran sesat, dan jelas bertentangan dengan cerita ini, karena dalam cerita ini orang kaya itu jelas sekali menyesal / bertobat, tetapi ia tidak bisa diselamatkan / diampuni!

William Hendriksen: “it will become clear that the one great truth here emphasized is that once a person has died, his soul having been separated from his body, his condition, whether blessed or doomed, is fixed forever. There is no such thing as a ‘second’ chance” (= akan menjadi jelas bahwa satu kebenaran besar / agung yang ditekankan di sini adalah bahwa sekali seseorang telah mati, setelah jiwanya terpisah dari tubuhnya, kondisinya, apakah diberkati atau dikutuk, tetap selama-lamanya. Tidak ada hal yang disebut ‘kesempatan kedua’) - hal 785.

b) Ajaran yang mengatakan bahwa hukuman di neraka itu hanya bersifat sementara.

Saya ingin memberikan beberapa kutipan kata-kata Spurgeon dari khotbahnya tentang Luk 16:26 yang diberi judul ‘The Bridgeless Gulf’ (= Jurang pemisah yang tidak mempunyai jembatan).

Spurgeon: “Human ingenuity has done very much to bridge great gulfs. Scarcely has the world afforded a river so wide that its floods could not be overleaped; or a torrent so furious that it could not be made to pass under the yoke. High above the foam of Columbia’s glorious cataract, man has hung aloft his slender but substantial road of iron, and the shriek of the locomotive is heard above the roar of Niagara. This very week I saw the first chains which span the deep rift through which the Bristol Avon finds its way at Clifton; man has thrown his suspension bridge across the chasm, and men will soon travel where only that which hath wings could a little while ago have found a way. There is, however, one gulf which no human skill or engineering ever shall be able to bridge; there is one chasm which no wing shall ever be able to cross; it is the gulf which divide the world of joy in which the righteous triumph, from that land of sorrow in which the wicked feel the smart of Jehovah’s sword. ... there is a great gulf fixed, so that there can be no passage from the one world to the other” (= Kepandaian manusia telah menjembatani banyak jurang besar. Hampir tidak ada sungai yang begitu lebar yang tidak bisa diseberangi; atau aliran air yang deras yang tidak bisa dilalui. Di atas air terjun Kolumbia, manusia telah menggantung jalan dari besi, dan bunyi lokomotif terdengar di atas gemuruh Niagara. Minggu yang baru lalu ini saya melihat rantai pertama membentang antara Bristol Avon dan Clifton; manusia telah membuat jembatan menyeberangi jurang itu, sehingga manusia segera bisa menyeberangi jurang yang dulunya hanya bisa diseberangi oleh burung yang bersayap. Tetapi ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh kepandaian dan teknologi manusia; ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh sayap manapun; itu adalah jurang yang memisahkan dunia sukacita dalam mana orang-orang benar menang; dari tanah kesedihan dalam mana orang-orang jahat merasakan tajamnya pedang Yehovah. ... disana terbentang suatu jurang yang besar sehingga tidak bisa ada jalan dari satu dunia ke dunia yang lain) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, hal 414.

Spurgeon: “The lost spirits in hell are shut in for ever” (= Roh-roh yang terhilang dalam neraka dikurung untuk selama-lamanya) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, hal 418.

Spurgeon: “You do not like the house of God; you shall be shut out of it. You do not love the Sabbath; you are shut out from the eternal Sabbath” (= Engkau tidak menyukai rumah Allah; engkau akan dihalangi untuk memasukinya. Engkau tidak mencintai Sabat; engkau dihalangi untuk memasuki Sabat yang kekal) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, hal 419-420.

Catatan: kata-kata ini berhubungan dengan Ibr 4:1-11.

Spurgeon: “As nothing can come from hell to heaven, so nothing heavenly can ever come to hell. ... Nay, Lazarus is not permitted to dip the tip of his finger in water to administer the cooling drop to the fire-tormented tongue. Not a drop of heavenly water can ever cross that chasm. See then, sinner, heaven is rest, perfect rest - but there is no rest in hell; it is labour in the fire, but no ease, no peace, no sleep, no calm, no quiet; everlasting storm; eternal hurricane; unceasing tempest. In the worst disease, there are some respites: spasms of agony, but then pauses of repose. There is no pause in hell’s torments” (= Sebagaimana tidak ada apapun yang bisa datang dari neraka ke surga, demikian juga tidak ada apapun yang bisa datang dari surga ke neraka. ... Tidak, Lazarus tidak diijinkan untuk mencelupkan ujung jarinya dalam air untuk memberikan tetesan penyejuk kepada lidah yang disiksa oleh api. Tidak setetes air surgawipun bisa menyeberangi jurang itu. Maka, lihatlah orang berdosa, surga adalah istirahat, istirahat yang sempurna - tetapi tidak ada istirahat di neraka; itu merupakan pekerjaan berat dalam api, tetapi tidak ada kesenangan, tidak ada damai, tidak ada tidur, tidak ada ketenangan; yang ada adalah angin topan selama-lamanya, badai yang kekal, angin ribut yang tidak henti-hentinya. Dalam penyakit yang terburuk, ada istirahat, kekejangan dari penderitaan, tetapi lalu istirahat yang tenang. Tetapi tidak ada istirahat dalam siksaan neraka) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, hal 421.

Spurgeon: “Heaven is the place of sweet communion with God ... There is no communion with God in hell. There are prayers, but they are unheard; there are tears, but they are unaccepted; there are cries for pity, but they are all an abomination unto the Lord” (= Surga adalah tempat persekutuan yang manis dengan Allah ... Tidak ada persekutuan dengan Allah dalam neraka. Di sana ada doa-doa, tetapi mereka tidak dijawab; ada air mata, tetapi tidak diterima; ada jeritan untuk belas kasihan, tetapi semuanya merupakan sesuatu yang menjijikkan bagi Tuhan) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, hal 421.

Spurgeon: “heaven’s blessings cannot cross from the celestial regions to the infernal prison-house. No, it is sorrow without relief, misery without hope, and here is the pang of it - it is death without end” (= berkat-berkat surgawi tidak bisa menyeberang dari daerah surgawi ke rumah penjara neraka. Tidak, itu adalah kesedihan tanpa keringanan, kesengsaraan tanpa pengharapan, dan inilah kepedihannya - itu adalah kematian tanpa akhir) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, hal 422.

Spurgeon: “There is only one thing that I know of in which heaven is like hell - it is eternal. ‘The wrath to come, the wrath to come, the wrath to come,’ for ever and for ever spending itself, and yet never being spent” (= Hanya ada satu hal yang saya ketahui dimana surga itu seperti neraka, yaitu bahwa itu bersifat kekal. ‘Murka yang akan datang, murka yang akan datang, murka yang akan datang’ untuk selama-lamanya dan selama-lamanya menghabiskan dirinya sendiri, tetapi tidak pernah habis) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, hal 422.

Kalau ada saudara yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, renungkanlah kata-kata Spurgeon yang mengerikan ini, dan cepatlah datang kepada Kristus sebelum terlambat!

6) Penyesalan setelah kematian tidak ada gunanya (ay 27-31).

Kalau orang kaya itu begitu ingin bahwa saudara-saudaranya diinjili dan diselamatkan, maka pasti ia sendiri juga sangat ingin untuk diselamatkan. Mungkin ia berpikir: ‘Andaikata aku dulu mau mempedulikan Injil yang diberitakan oleh pendeta / orang kristen itu kepadaku ...’. Ini semua sia-sia! Kalau mau bertobat dan percaya kepada Yesus, lakukanlah sekarang. Dalam kehidupan setelah kematian, penyesalan tidak berguna!

Louis Berkhof: “It (Scripture) also invariably represents the coming final judgment as determined by the things that were done in the flesh, and never speaks of this as dependent in any way on what occurred in the intermediate state” [= Itu (Kitab Suci) juga selalu menggambarkan bahwa penghakiman terakhir nanti ditentukan oleh hal-hal yang dilakukan dalam daging, dan tidak pernah berbicara bahwa hal ini tergantung dengan cara apapun pada apa yang terjadi pada saat antara kematian seseorang dan kedatangan Yesus yang keduakalinya] - ‘Systematic Theology’, hal 693.

2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi itu, yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris.

KJV: ‘in his body’ (= dalam tubuhnya).

RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ (= dalam tubuh).

Dalam bahasa Yunani memang digunakan kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.

Ini ayat yang sangat jelas dan kuat dalam persoalan ini. Penghakiman Kristus pada akhir jaman nanti hanya tergantung pada apa yang dilakukan seseorang dalam hidupnya / dalam tubuhnya, bukan pada apa yang dilakukannya setelah ia mati / ada di luar tubuhnya.

Jadi, seandainya penginjilan terhadap orang mati itu memungkinkan untuk dilakukan, dan seandainya orang mati itu bisa bertobat dan percaya kepada Yesus, itu tetap tidak akan diperhitungkan dalam penghakiman akhir jaman. Yang diperhitungkan hanyalah tindakan-tindakannya selama ia berada dalam tubuhnya.

IV) Mengapa Lazarus masuk surga dan orang kaya masuk neraka?

Apakah ini disebabkan karena Lazarus miskin dan menderita selama hidupnya di dunia sedangkan orang kaya hidup enak? Jadi setelah kematian keadaan lalu dibalik? Apakah kata-kata Abraham dalam ay 25 mengajarkan hal itu? Ay 25: “Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”.

Tidak, bukan itu alasannya. Abraham kaya tetapi ia masuk surga! Dan bisa saja seseorang miskin di dunia, dan setelah mati lalu masuk neraka!

Kalau begitu karena apa?

1) Untuk orang kaya.

a) Ia jelas mempunyai banyak dosa, termasuk dosa pasif, dimana ia tidak menolong Lazarus.

William Barclay: “As someone said, ‘It was not what Dives did that got him into gaol; it was what he did not do that got him into hell.’ ... It is a terrible warning that the sin of Dives was not that he did wrong things, but that he did nothing” (= Seperti dikatakan seseorang: ‘Bukan apa yang dilakukan oleh Dives yang memasukkannya ke dalam penjara; tetapi apa yang tidak dilakukannya yang memasukkannya ke dalam neraka’. ... Merupakan suatu peringatan yang mengerikan bahwa dosa Dives bukanlah bahwa ia melakukan hal-hal yang salah, tetapi bahwa ia tidak melakukan apa-apa) - hal 214.

Catatan: yang disebut dengan ‘Dives’ adalah orang kaya itu. Kata itu berasal dari kata Latin yang artinya ‘kaya’.

Bandingkan kata-kata Barclay di atas dengan:

· Yak 4:17 - “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.

· Mat 25:41-45 - “(41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku”.

Karena itu pada saat memikirkan dosa, jangan hanya memikirkan hal salah yang saudara perbuat, tetapi pikirkan juga hal baik yang tidak saudara lakukan, seperti:

¨ tidak ke gereja.

¨ tidak belajar Firman Tuhan.

¨ tidak berdoa.

¨ tidak melayani Tuhan / memberitakan Injil.

¨ tidak mengasihi Allah.

¨ tidak menolong orang yang membutuhkan pertolongan.

¨ dan sebagainya.

b) Ia tidak percaya kepada Kristus.

Dari mana kita tahu bahwa ia bukan orang percaya?

· dari ajaran seluruh Kitab Suci yang mengatakan bahwa orang percaya pasti diampuni dan masuk surga, sedangkan orang yang tidak percaya pasti masuk neraka.

· Bandingkan dengan Wah 20:15 - “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.

Orang kaya itu tidak punya nama; itu menunjukkan ia bukan orang percaya. Lazarus punya nama; itu menunjukkan ia orang percaya.

· Ay 29: “Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu”.

Norval Geldenhuys (NICNT): “From these words it follows that the rich man was lost because he did not listen to the Law and the Prophets, and not because he was rich” (= Dari kata-kata ini terlihat bahwa orang kaya itu terhilang karena ia tidak mendengarkan pada Hukum Taurat dan kitab para nabi, dan bukan karena ia kaya) - hal 430.

Dalam kontex Kitab Suci maka jelaslah bahwa point b) ini harus lebih ditekankan dari pada point a) di atas. Semua orang punya banyak dosa, baik aktif maupun pasif. Itu tidak menghalangi mereka masuk ke surga asal mereka mau percaya kepada Kristus. Tetapi orang yang tidak percaya kepada Kristus betapapun baik / saleh hidupnya dan betapapun sedikitnya dosanya, akan masuk ke neraka, karena ia tetap adalah orang berdosa yang harus dihukum untuk dosa-dosanya.

2) Untuk Lazarus.

Ia pasti juga adalah orang berdosa, tetapi ia adalah orang yang percaya. Ini menyebabkan ia masuk surga.

V) Tanggapan kita.

1) Untuk orang yang belum percaya.

Cepatlah bertobat dan percaya kepada Kristus (bdk. Kis 16:31 Yoh 3:16).

a) Jangan mencari mujijat dulu baru mau percaya. Mengapa?

· Karena Tuhan tidak selalu mau memberi mujijat (ay 27-31 bdk. 1Kor 1:22-23).

· Adanya mujijat tidak menjamin seseorang menjadi percaya (ay 30-31). Bandingkan dengan Yoh 11:47-53 Yoh 12:9-11 yang menunjukkan adanya mujijat, yaitu pembangkitan Lazarus oleh Yesus, tetapi yang terjadi bukannya pertobatan dari orang-orang Yahudi, tetapi sikap tegar tengkuk, yang mereka wujudkan dengan ingin membunuh Yesus maupun Lazarus.

b) Kita mempunyai Kitab Suci lengkap, bukan hanya Perjanjian Lama.

Kalau kelima saudara orang kaya itu tidak diberi mujijat, dan dianggap bisa percaya / bertobat karena mereka mempunyai Perjanjian Lama, apalagi kita yang hidup dalam jaman Perjanjian Baru, yang mempunyai seluruh Kitab Suci (Perjanjian Lama + Perjanjian Baru)!

Kitab Suci ini, khususnya Perjanjian Baru, memberitahu kita tentang kematian Yesus untuk dosa-dosa kita dan bahwa dengan percaya kepada Yesus kita pasti selamat.

Kita memang mempunyai keuntungan dibandingkan dengan orang-orang jaman Perjanjian Lama, yang hanya mempunyai Perjanjian Lama. Tetapi adanya keuntungan itu memberikan kita tanggung jawab yang lebih besar. Kalau kita tetap tidak percaya kepada Kristus, maka kita pasti akan mendapatkan hukuman yang lebih berat dari pada mereka yang tidak percaya / bertobat pada jaman Perjanjian Lama. Bdk. Luk 12:47-48. Karena itu cepatlah percaya, sebelum terlambat.

2) Untuk saudara yang sudah percaya tetapi hidup menderita.

Penderitaan bisa disebabkan karena dosa. Jadi periksalah hidup saudara. Kalau memang ada dosa, bertobatlah.

Tetapi penderitaan menimpa saudara belum tentu karena dosa. Bisa justru karena saudara taat kepada Tuhan. Kalau ini kasus saudara, maka jangan menganggap Tuhan tidak adil. Jangan hanya melihat bagian yang kelihatan, lihatlah / renungkanlah bagian yang tidak kelihatan dalam cerita ini. Tetaplah ikut Tuhan dalam suka maupun duka. Nanti saudara akan bertemu Dia dalam Kerajaan Surga.

-AMIN-

8.Yesaya 55:1-2

Pendahuluan: Beberapa minggu yang lalu di koran diberitakan adanya ‘perusahaan’ yang mengajak orang untuk menanamkan uang dengan keuntungan 300 % dalam beberapa hari. Kalau saudara menerima ajakan seperti itu, apakah saudara tidak curiga? Saya yakin, kalau saudara bukan orang bodoh, saudara pasti curiga. Mengapa? Karena itu adalah cara mendapatkan uang / keuntungan yang terlalu enak / gampang, dan kalau terlalu enak / gampang maka biasanya ada udang di balik batu. Kekristenan juga sering dicurigai / tidak dipercaya karena jalannya dianggap terlalu enak / gampang! Dalam hal apa terlalu enak / gampang? Dalam hal mendapatkan keselamatan. Dalam persoalan ini, kristen bertentangan dengan semua agama lain dan sekte. Tetapi sebelum saya membicarakan prinsip kristen dan agama-agama lain dan sekte-sekte, saya ingin membahas adanya 3 golongan manusia.

I) 3 golongan manusia.

1) Orang yang tidak merasa butuh keselamatan.

Yesaya 55: 1: ‘Ayo, hai semua orang yang haus’.

KJV: ‘Ho, every one that thirsteth’ (= Hai / Ayo, setiap orang yang haus).

Calvin memberikan alasan mengapa kata ‘Ho’ / ‘Ayo’ di gunakan.

Calvin: “for so great is the sluggishness of men that it is very difficult to arouse them. They do not feel their wants, though they are hungry; nor do they desire food, which they greatly need; and therefore that indifference must be shaken off by loud and incessant cries” (= karena begitu besar kemalasan / kelambanan manusia sehingga begitu sukar untuk membangunkan mereka. Mereka tidak merasakan kebutuhan mereka, sekalipun mereka lapar; juga mereka tidak menginginkan makanan, yang sangat mereka butuhkan; dan karena itu sikap acuh tak acuh itu harus disingkirkan oleh teriakan yang keras dan tak henti-hentinya) - hal 156.

Saya tidak tahu apakah penafsiran Calvin tentang kata ‘Ho’ / ‘Ayo’ ini bisa dibenarkan atau tidak, tetapi saya tahu / yakin bahwa memang ada banyak orang yang tidak merasakan kebutuhan akan keselamatan.

Mengapa orang tidak merasa haus / merasa membutuhkan keselamatan?

a) Mereka mabuk oleh hal-hal duniawi, seperti kesenangan, pesta, sex, pacaran, uang, hobby, dsb. Orang kaya lebih rawan terhadap hal-hal ini, karena dengan uangnya ia bisa menikmati banyak hal-hal duniawi, sehingga tidak merasakan kebutuhan rohaninya. Dan karena itu Yesus berkata bahwa orang kaya sukar masuk surga.

Mat 19:23-24 - “(23) Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (24) Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.’”.

b) Mereka terobsesi oleh problem / penderitaan duniawi, sehingga sama sekali tidak memikirkan kebutuhan rohaninya. Orang miskin lebih rawan terhadap hal ini.

c) Mereka berpikir bahwa kematian itu masih jauh, dan karenanya sekarang ini tidak perlu memikirkan kehidupan setelah kematian. Orang muda rawan terhadap pemikiran ini.

2) Orang yang merasa butuh keselamatan, tetapi merasa dirinya mampu mengusahakan keselamatan itu (ay 2a).

Ay 2a: “Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?”.

Mereka mengira bahwa dengan membeli sesuatu / makanan mereka bisa menjadi kenyang. Ini merupakan gambaran dari orang-orang yang mengusahakan sendiri keselamatannya, dengan berbuat baik dsb, dan mengira bahwa ini bisa menyelamatkan mereka.

Orang-orang yang berusaha dengan kekuatannya sendiri ini memang bisa saja merasa bahwa mereka berhasil.

Calvin: “They may, indeed, imagine that they are full, when they are swelled with vain confidence, but are like persons who, in consequence of being swollen with wind, do not perceive their hunger. Yet it would be better for them to be sore pressed by hunger and thirst, that it might lead them to call on the Lord with earnestness of heart” [= Mereka bisa saja berkhayal / mengira bahwa mereka kenyang, pada waktu mereka membengkak / menggelembung / dipenuhi kesombongan karena keyakinan yang sia-sia, tetapi mereka seperti orang yang, karena dipenuhi oleh angin (kembung), tidak merasa lapar. Tetapi jauh lebih baik bagi mereka untuk ditekan secara berat oleh rasa lapar dan haus, supaya itu bisa memimpin mereka untuk berseru kepada Tuhan dengan kesungguhan hati] - hal 158.

3) Orang yang merasa butuh keselamatan dan merasa dirinya sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk mengusahakan keselamatan.

II) Kristen vs agama-agama lain dan sekte-sekte.

Fritz Ridenour: “Many religions and cults admit the problem of sin, but their solution is always different from Christianity’s. While Christianity says that the only salvation from sin is faith in Jesus Christ and His atoning death on the cross, other religions seek salvation through good works or keeping rules and laws” (= Banyak agama dan sekte mengakui problem dosa, tetapi cara pemecahan / penyelesaian mereka selalu berbeda dengan cara pemecahan / penyelesaian dari kekristenan. Sementara kekristenan mengatakan bahwa satu-satunya keselamatan dari dosa adalah iman kepada Yesus Kristus dan kematianNya yang menebus di kayu salib, agama-agama lain mencari keselamatan melalui perbuatan-perbuatan baik atau dengan memelihara / mentaati peraturan-peraturan dan hukum-hukum) - ‘So What’s the Difference?’, hal 17.

Lihat ay 1-2a: “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?”.

Calvin berpendapat bahwa ‘air’, ‘roti’, ‘anggur’ dan ‘susu’ menunjuk kepada segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kehidupan rohani. E. J. Young mengatakan bahwa kata-kata itu menyimbolkan ‘berkat rohani’.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
Maz 42:2 - “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah”.
Maz 63:2 - “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepadaMu, tubuhku rindu kepadaMu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair”.
Amsal 9:4-6 - “(4) ‘Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari’; dan kepada yang tidak berakal budi katanya: (5) ‘Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur; (6) buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian.’”.
Yoh 4:10-15 - “(10) Jawab Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepadaNya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.’ (11) Kata perempuan itu kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? (12) Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?’ (13) Jawab Yesus kepadanya: ‘Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, (14) tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.’ (15) Kata perempuan itu kepadaNya: ‘Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.’”.
Wah 22:17 - “Roh dan pengantin perempuan itu berkata: ‘Marilah!’ Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: ‘Marilah!’ Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”.

Yang manapun yang benar dari kedua penafsiran tersebut di atas, jelas bahwa keselamatan tercakup dalam kata-kata itu.

Selanjutnya ay 1-2a menunjukkan adanya 2 cara untuk mendapatkan keselamatan / berkat rohani itu.

1) Dengan ‘uang pembayaran’ (ay 2a).

Ay 2a: “Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?”.

‘Uang pembayaran’ ini menunjuk pada usaha manusia / perbuatan baik manusia. Ini merupakan prinsip semua agama lain / sekte.

Calvin: “by the word ‘money’ he denotes all the industry, study, or labour which belongs to man. Not that God values a single farthings all our idle attempts to worship him, but because labours foolishly undertaken are reckoned valuable by the judgment of the flesh” (= dengan kata ‘uang’ ia menunjuk pada semua kerajinan, tindakan belajar, atau jerih payah manusia. Bukan bahwa Allah menghargai sepeserpun semua usaha yang tak berharga / sia-sia dari kita untuk menyembahNya, tetapi karena jerih payah yang dilakukan secara bodoh dianggap berharga oleh penilaian daging) - hal 158.

Di bawah ini saya menunjukkan bahwa agama-agama lain di dunia ini memang menekankan perbuatan baik / usaha manusia untuk mendapatkan keselamatan. Untuk menunjukkan hal itu, saya akan membahas secara singkat prinsip keselamatan dari agama-agama besar dalam dunia:

a) Yudaisme / agama Yahudi.

Fritz Ridenour (tentang ajaran Yudaisme / agama Yahudi tentang ‘keselamatan’): “Anyone, Jew or not, may gain salvation through commitment to the one God and moral living” (= Siapapun, orang Yahudi atau bukan, bisa mendapatkan keselamatan melalui komitmen kepada satu Allah dan hidup yang bermoral) - ‘So What’s the Difference’, hal 63.

b) Agama Hindu.

Fritz Ridenour (tentang keselamatan dalam agama Hindu): “Man is justified through devotion, meditation, good works and self-control” (= Manusia dibenarkan melalui pembaktian, meditasi, perbuatan baik dan penguasaan diri sendiri) - ‘So What’s the Difference’, hal 82.

c) Agama Buddha.

Fritz Ridenour (tentang keselamatan dalam agama Buddha): “Man is saved by self-effort only” (= Manusia diselamatkan hanya oleh usaha sendiri) - ‘So What’s the Difference’, hal 92.

Subhadra Bhiksu: A Buddhist Catechism: “No one can be redeemed by another. No God and no saint is able to shield a man from the consequences of evil doings. Every one of us must become his own redeemer” (= Tak seorangpun bisa ditebus oleh orang lain. Tidak ada Allah dan tidak ada orang suci yang bisa membentengi seorang manusia dari konsekwensi dari tindakan jahat. Setiap orang dari kita harus menjadi penebusnya sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 590.

d) Agama Islam.

Fritz Ridenour (tentang ajaran Islam tentang ‘keselamatan’): “Man earns his own salvation, pays for his own sins” (= Manusia memperoleh keselamatannya sendiri, membayar untuk dosa-dosanya sendiri) - ‘So What’s the Difference’, hal 72.

Catatan: kata ‘to earn’ sebetulnya berarti ‘memperoleh karena telah melakukan sesuatu’.

e) Dalam agama-agama lain secara umum.

Fritz Ridenour: “Many religions and cults admit the problem of sin, but their solution is always different from Christianity’s. While Christianity says that the only salvation from sin is faith in Jesus Christ and His atoning death on the cross, other religions seek salvation through good works or keeping rules and laws” (= Banyak agama dan sekte mengakui problem dosa, tetapi solusi mereka selalu berbeda dengan solusi dari kekristenan. Sementara kekristenan mengatakan bahwa satu-satunya keselamatan dari dosa adalah iman kepada Yesus Kristus dan kematianNya yang menebus di salib, agama-agama lain mencari keselamatan melalui perbuatan-perbuatan baik atau pemeliharaan peraturan-peraturan dan hukum-hukum) - ‘So What’s the Difference’, hal 17.

f) Agama Katolik.

Dalam persoalan ini Roma Katolik termasuk dalam kategori agama lain, karena dalam Roma Katolik:

1. Baptisan dianggap mutlak perlu untuk keselamatan, padahal baptisan jelas termasuk perbuatan baik / ketaatan.

2. Dipercaya adanya Mortal sin (= dosa besar / mematikan) dan Venial sin (= dosa kecil / remeh). Mortal sin dianggap bisa menghancurkan keselamatan seseorang. Jadi, supaya tetap selamat seseorang harus menjauhi mortal sin. Lagi-lagi terlihat bahwa ketaatan seseorang punya andil dalam keselamatannya.

Bahwa Katolik menekankan pentingnya perbuatan baik untuk keselamatan / masuk surga, juga bisa terlihat dari kutipan-kutipan di bawah ini:

· Fritz Ridenour: “Roman Catholicism teaches that faith is just the beginning of salvation, so the believer must constantly work throughout his life to complete the process” (= Roma Katolik mengajar bahwa iman hanyalah permulaan dari keselamatan, sehingga orang percaya harus terus menerus bekerja dalam sepanjang hidupnya untuk melengkapi proses itu) - ‘So What’s the Difference’, hal 41.

· Fritz Ridenour: “The Catholic believes that good works are necessary for salvation” (= Orang Katolik percaya bahwa perbuatan baik perlu untuk keselamatan) - ‘So What’s the Difference’, hal 45.

· Fritz Ridenour (tentang keselamatan dalam Roma Katolik): “Salvation is secured by faith plus good works - as channeled through the Roman Catholic Church” (= Keselamatan dipastikan oleh iman ditambah perbuatan baik - seperti yang disalurkan melalui Gereja Roma Katolik) - ‘So What’s the Difference’, hal 45-46.

Dalam kristen (yang Alkitabiah dan Injili), kita bisa selamat hanya karena iman / percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik kita. Jadi, dalam agama kristen, sekalipun perbuatan baik itu juga harus dilakukan, tetapi perbuatan baik itu sama sekali tidak punya andil dalam menyelamatkan kita / membawa kita ke surga.

Prinsip kristen ini sesuai dengan Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

Cynddylan Jones mengomentari Ef 2:8-9 sebagai berikut: “You might as well try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good works” (= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).

Martin Luther: “The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with an all-holy God” (= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.

2) Dengan cuma-cuma / gratis (ay 1); ini merupakan prinsip kekristenan.

Ay 1: “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!”.

Wah 22:17b - “barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”.

John Henry Jowett tentang Yes 55:1-7: “The refreshing waters are offered to ‘everyone’ that is thirsty. ... And the waters may be ours ‘without money and without price.’ ... No, we are asked to pay nothing, and for the simple reason that we ‘have nothing wherewith to pay.’ The reviving grace is given to us ‘freely,’ and all that we have to present is our thirst. And yet we spend and spend, we labour and labour, but we buy no bread of contentment, and the waters of satisfaction are far away. The satisfying bread cannot be bought; it can only be begged” (= Air yang menyegarkan ditawarkan kepada ‘setiap orang’ yang haus. ... Dan air itu bisa menjadi milik kita ‘tanpa uang dan tanpa harga / pembayaran’. ... Tidak, kita tidak diminta untuk membayar apa-apa, dan itu disebabkan karena alasan yang sederhana yaitu bahwa kita ‘tidak mempunyai apapun dengan mana kita bisa membayar’. Kasih karunia yang menghidupkan diberikan kepada kita ‘dengan cuma-cuma’, dan semua yang harus kita berikan adalah kehausan kita. Tetapi kita terus menghabiskan uang dan kita terus berjerih payah, tetapi kita tidak membeli roti kepuasan, dan air kepuasan berada jauh dari kita. Roti yang memuaskan tidak bisa dibeli; itu hanya bisa diminta / diterima melalui pengemisan) - ‘Springs of Living Water’, August 6.

Archbishop William Temple, yang dikutip oleh John Stott, berkata sebagai berikut: “All is of God. The only thing of my very own which I contribute to my redemption is the sin from which I need to be redeemed” (= Semua dari Allah. Satu-satunya hal dari diriku sendiri yang aku sumbangkan pada penebusanku adalah dosa dari mana aku perlu ditebus) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 44-45.

Mengapa keselamatan bisa cuma-cuma? Ro 3:23-24 - “(23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.

Juga perhatikan, bahwa sebelum Yes 55:1 yang berbicara tentang keselamatan yang cuma-cuma ini, terdapat Yes 53, yang menubuatkan penderitaan dan kematian Kristus untuk menebus dosa umat manusia. Memang, andaikata tidak ada Yes 53, tidak bisa ada Yes 55:1. Dengan kata lain, andaikata tidak ada penebusan yang dilakukan oleh Kristus di atas kayu salib, maka tidak mungkin bisa ada keselamatan yang diberikan secara gratis / cuma-cuma.

Anonymous: “Salvation is free for you because someone else paid” (= Keselamatan itu gratis bagimu karena seorang lain telah membayarnya) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 587.

Donald Lester: “We are saved by someone doing for us what we cannot do for ourselves” (= Kita diselamatkan oleh seseorang yang melakukan bagi kita apa yang tidak bisa kita lakukan untuk diri kita sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 589.

Ini yang menyebabkan orang sering berkata dengan sinis: Kok enak, kita yang dosa, Yesus yang memikul dosanya. Jalan yang terlalu gampang / enak ini dicurigai! Kalau manusia menawarkan apa yang terlalu enak / gampang, maka itu mungkin sekali perlu dicurigai. Tetapi kalau Tuhan menawarkan apa yang terlalu enak / gampang, saudara tidak perlu curiga. Mengapa? Karena Tuhan itu memang baik dan penuh kasih / kasih karunia! Adanya kasih karunia ini menyebabkan Ia mau memberikan yang baik kepada orang-orang yang tidak layak menerimanya!

Illustrasi: Seorang penginjil memberitakan Injil kepada seorang pekerja tambang. Pada waktu pekerja tambang itu mendengar bahwa untuk bisa diselamatkan ia hanya perlu percaya kepada Yesus, ia berkata: ‘Hanya percaya dan saya selamat? Kok gampang sekali?’. Penginjil itu lalu bertanya: ‘Dimana kamu bekerja?’. Pekerja tambang itu menjawab: ‘Puluhan atau bahkan ratusan meter di bawah permukaan tanah’. Penginjil itu bertanya lagi: ‘Wah, tentu sukar sekali bagi kamu untuk turun ke sana lalu naik lagi ke atas’. Pekerja itu menjawab: ‘Tidak sukar sama sekali. Karena perusahaan saya telah memasang sebuah lift, dan saya hanya tinggal masuk ke dalam lift itu dan lift itu akan membawa saya naik atau turun’. Lalu penginjil itu berkata: ‘Sama seperti perusahaanmu sudah bersusah payah memasang lift, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya, demikian juga Kristus sudah bersusah payah, menderita dan mati di kayu salib untuk menyediakan keselamatan bagimu, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya. Kamu hanya perlu masuk ke dalam Yesus / percaya kepada Yesus, dan Yesus akan mengangkat kamu ke surga!’.

III) Pemilihan dan konsekwensinya.

1) Orang yang termasuk golongan 1, mungkin tidak akan beragama. Kalaupun mereka beragama, mereka tidak akan bersikap serius dengan agamanya. Kalau saudara adalah orang seperti ini, saya ingin memberitahu beberapa hal:

a) Saudara adalah orang berdosa.

Ro 3:23 - “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.

b) Allah itu suci sehingga membenci dosa, dan juga adil sehingga pasti menghukum orang berdosa.

Nahum 1:3a - “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah”.

c) Lambat atau cepat, saudara akan mati, dan harus mempertanggung-jawabkan dosa-dosa saudara di hadapan Allah.

Ibrani 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.

2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Karena itu:

· Kalau saudara adalah orang kaya yang mabuk oleh kesenangan-kesenangan duniawi sehingga tidak mempedulikan keselamatan, maka nasib saudara akan menjadi seperti orang kaya dalam Luk 16:19-26 - “(19) ‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang”.

· Kalau saudara adalah orang miskin / menderita, yang hanya memikirkan penderitaan duniawi saudara, maka kalau dibandingkan dengan cerita dalam Luk 16:19-26 tadi, maka nasib saudara akan lebih buruk, baik dari Lazarusnya maupun dari orang kayanya, karena di dunia saudara mengalami nasib dari Lazarus, sedangkan setelah mati saudara akan mengalami nasib dari orang kaya.

· Kalau saudara adalah orang yang masih muda, jangan berpikir bahwa kematian itu masih lama. Tidak kurang orang yang mendadak mati pada waktu masih muda, baik karena kecelakaan, pembunuhan, bencana alam, penyakit, dsb. Karena itu janganlah mengabaikan keselamatan sekalipun saudara masih muda.

Calvin: “there is no man who is not in want of those ‘waters,’ and to whom Christ is not necessary; and therefore he invites all indiscriminately, without any respect of persons” (= tidak ada manusia yang tidak berada dalam keadaan butuh akan ‘air’ itu, dan bagi siapa Kristus itu tidak diperlukan; dan karenanya Ia mengundang semua orang tanpa membeda-bedakan, tanpa memandang orang) - hal 156.

2) Orang yang termasuk golongan 2 mungkin sekali akan masuk dalam agama-agama lain di luar kristen atau sekte-sekte, yang semuanya menekankan perbuatan baik untuk bisa selamat.

BACA JUGA: 11 KHOTBAH TENTANG KEBANGUNAN ROHANI (5)

Kalau saudara termasuk golongan ini, maka perhatikan ay 2 dimana Yesaya / Tuhan menegur orang yang menolak pemberian cuma-cuma dari Allah tetapi berjerih-payah untuk hal-hal yang tidak berguna (dalam soal rohani / keselamatan).

Ay 2a: “Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?”.

E. J. Young: “By means of a question the prophet, or rather God through the prophet, causes men to see the vanity of rejecting the free gift of salvation and seeking to labour to obtain it by their own efforts” (= Dengan menggunakan suatu pertanyaan, sang nabi, atau lebih tepat Allah melalui sang nabi, membuat manusia melihat kesia-siaan dari penolakan pemberian keselamatan secara cuma-cuma dan berusaha untuk bekerja untuk mendapatkannya dengan usaha mereka sendiri) - hal 375.

Perhatikan juga kata-kata ‘sesuatu yang bukan roti’ dan ‘sesuatu yang tidak mengenyangkan’ dalam ay 2 itu, yang menunjukkan bahwa orang-orang ini tertipu.

E. J. Young: “In seeking to purchase bread they are deceived, for what they obtain is not bread” (= Dalam berusaha membeli roti mereka tertipu, karena apa yang mereka dapatkan bukanlah roti) - hal 376.

Bdk. Amsal 14:12 mengatakan: “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut”.

3) Orang yang termasuk golongan ke 3 mempunyai kemungkinan besar untuk menjadi kristen / percaya kepada Kristus.

Mengapa saya katakan ‘kemungkinan besar’ dan bukannya ‘pasti’ menjadi kristen / percaya kepada Kristus? Karena bisa saja seseorang sadar dirinya berdosa, membutuhkan keselamatan, dan ia tidak mampu mengusahakannya sendiri, tetapi karena ia tidak pernah mendengar Injil, maka ia cuma bisa putus asa dalam keadaannya yang tanpa harapan itu.

Karena itu, kalau dalam ruangan ini ada orang yang seperti itu, saya ingin memberi tahu saudara 3 hal:

a) Pada saat Kristus menderita dan mati di kayu salib, Ia sudah memikul hukuman dari semua dosa saudara, baik yang lalu, sekarang maupun yang akan datang. Karena itulah maka di kayu salib Ia bisa berkata ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30).

b) Dalam Luk 5:31b-32 Kristus sendiri berkata: “(31b) Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; (32) Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat”.

Kata-kata ini tidak berarti bahwa di dunia ini ada orang benar. Bdk. Ro 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.

Jadi, yang dimaksud dengan ‘orang benar’ dalam Luk 5:32 itu adalah adalah orang berdosa yang mengira dirinya adalah orang benar. Sedangkan yang dimaksud dengan ‘orang berdosa’ adalah orang berdosa yang sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa.

c) Dalam Yoh 6:37b Yesus berkata: “barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.

Karena itu, saudara tidak perlu putus asa dengan keadaan saudara. Di dalam diri saudara sendiri tidak ada harapan. Di dalam usaha saudara sendiri juga tidak ada harapan. Tetapi dalam Kristus ada pengharapan! Karena itu datanglah kepada Kristus, percayalah dan terimalah Dia sebagai Juruselamat saudara, maka saudara akan menerima pengampunan dosa dan keselamatan / hidup yang kekal. Maukah saudara?

-AMIN-

9.Allah melawat umatNya

MATIUS 1:18-2:12

I) Allah melawat umatNya pada Natal.

Jaman sekarang, kalau seseorang berkata ‘Allah melawat umatNya’ maka biasanya ia berkata demikian karena melihat ada sesuatu yang spektakuler. Ini juga terjadi dalam jaman Kitab Suci, misalnya dalam Luk 7:16, dimana keluar kata-kata ‘Allah telah melawat umatNya’ setelah mereka melihat Yesus membangkitkan anak janda di Nain.

Tetapi dalam Natal 2000 tahun yang lalu itu, Allah melawat umatNya, dan tidak kelihatan ada hal-hal yang spektakuler, setidaknya untuk kebanyakan orang pada saat itu. Memang ada hal-hal yang spektakuler, seperti:

· kelahiran dari perawan. Tetapi siapa yang mengetahui hal ini selain Yusuf dan Maria?

· bala tentara sorga / malaikat yang memuji Allah (Lukas 2:13-14), tetapi lagi-lagi hanya beberapa gembala yang melihat hal ini.

· tanda bintang (Mat 2:2,9). Tetapi inipun hanya kelihatan oleh para orang Majus.

Sedangkan yang terlihat oleh orang banyak, sama sekali tidak spektakuler. Ini memang sesuai dengan nubuat Perjanjian Lama tentang Yesus.

Bdk. Yesaya 53:2-3 - “(2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. (3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan”.

Tetapi Kitab Suci mengatakan bahwa Yesus adalah Imanuel / God with us / Allah dengan kita / Allah beserta kita! Dengan kata lain, dalam diri Yesus, Allah telah melawat kita.

Penerapan: jangan selalu mengharapkan hal-hal yang spektakuler! Sekalipun Tuhan memang bisa melakukan hal seperti itu, tetapi tidak selalu Ia bekerja dengan cara demikian! Juga jangan beranggapan bahwa kalau tidak terjadi hal-hal yang spektakuler, Allah tidak melawat / tidak hadir / tidak bekerja.

II) Tujuan lawatan Allah dalam Natal.

Ada banyak tujuan kedatangan Yesus ke dalam dunia, seperti memberitakan Injil / Firman Tuhan (Mark 1:38 Luk 4:43), memberikan teladan hidup (Fil 2:5-8 Yoh 13:15), dsb. Tetapi tujuan utama kedatangan Yesus ke dalam dunia adalah menyelamatkan umatNya dari dosa.

Mat 1:21 - “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.’”.

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari Mat 1:21 ini:

1) Kata ‘menyelamatkan dari dosa’ artinya adalah:

a) Menebus dari dosa, mengampuni dosa, membebaskan dari hukuman dosa.

1. Nama ‘Yesus’ artinya memang adalah ‘Saviour’ (= Juruselamat), dan karena itu:

· dalam beriman kepada Yesus, saudara harus percaya kepadaNya sebagai Juruselamat dosa, bukan sekedar sebagai pelaku mujijat, teladan, pemberi berkat, penyembuh penyakit dsb.

· dalam penginjilan, hal inilah yang harus saudara tekankan! Kalau dalam penginjilan saudara terus berbicara tentang kesembuhan ilahi / mujijat, maka saudara akan menghasilkan ‘petobat’ yang hanya percaya kepada Yesus sebagai penyembuh / pelaku mujijat. Itu bukan hal yang salah (karena Yesus memang bisa menyembuhkan / melakukan mujijat), tetapi iman seperti itu tidak memadai dan belum menyelamatkan dia! Tetapi kalau dalam penginjilan saudara menceritakan kematian Kristus untuk menebus dosa, maka saudara akan menghasilkan petobat sejati yang betul-betul percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dosa.

2. Orang yang betul-betul percaya kepada Kristus betul-betul bebas dari hukuman dosa.

Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”.

b) Membebaskan dari perhambaan dosa (Yoh 8:34-36 1Pet 2:24).

1Pet 2:24 - “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran”.

Yoh 8:34b - “Setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa”.

Yoh 8:36 - “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka”.

Dengan demikian, kita yang tadinya diperhamba oleh dosa, tidak bisa berbuat baik, sekarang bisa berbuat baik. Dengan kata lain, kita mengalami pengudusan.

Orang Kristen yang sejati harus mengalami kedua hal di atas ini. Tetapi jaman sekarang banyak orang kristen yang yakin kalau dosanya sudah diampuni, tetapi hidupnya sama sekali tidak berubah. Kalau saudara adalah orang seperti itu ingatlah bahwa Yakobus berkata bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati!

Yak 2:17,26 - “(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.

Juga perhatikan kutipan-kutipan kata-kata J. C. Ryle dalam bukunya yang berjudul ‘Holiness’ (= Kekudusan) di bawah ini:

· “A ‘saint’, in whom nothing can be seen but worldliness or sin, is a kind of monster not recognized in the Bible” (= ‘Orang kudus’, dalam diri siapa tidak terlihat apapun kecuali keduniawian atau dosa, adalah sejenis monster yang tidak dikenal dalam Alkitab) - hal 19.

· “I do not understand how a man can be a true believer unto whom sin is not the greatest burden, sorrow and trouble” (= Aku tidak mengerti bagaimana seseorang bisa adalah orang percaya yang sejati kalau bagi dia dosa bukanlah beban, kesedihan dan kesukaran yang terbesar) - hal 38 (kata-kata ini dikutip J. C. Ryle dari John Owen).

· “I fear it is sometimes forgotten that God has married together justification and sanctification. They are distinct and different things, beyond question, but one is never found without the other. All justified people are sanctified, and all sanctified are justified. What God has joined together let no man dare to put asunder” (= Aku takut bahwa kadang-kadang dilupakan kalau Allah telah mengawinkan ‘pembenaran’ dan ‘pengudusan’. Tidak usah diragukan bahwa mereka memang adalah 2 hal yang berbeda, tetapi yang satu tidak pernah ada tanpa yang lain. Semua orang yang dibenarkan juga dikuduskan, dan semua yang dikuduskan juga dibenarkan. Apa yang telah dipersatukan Allah jangan ada yang berani menceraikannya) - hal 46.

· “He and sin must quarrel, if he and God are to be friends” (= Ia dan dosa harus bertengkar, kalau ia mau berteman dengan Allah) - hal 68.

2) ‘UmatNya’.

Ini tidak bisa diartikan ‘orang Yahudi saja’, tapi harus diartikan ‘orang pilihan Allah dari semua bangsa’. Yesus memang tidak datang hanya untuk bangsa Yahudi saja. Ini terlihat dengan jelas dari ayat-ayat seperti:

· Kej 12:3 - “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.’”.

· Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

· Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.

· Kis 10:34-35 - “(34) Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya”.

· Roma 11:11-24 - “(11) Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. (12) Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka. (13) Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi. Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku, (14) yaitu kalau-kalau aku dapat membangkitkan cemburu di dalam hati kaum sebangsaku menurut daging dan dapat menyelamatkan beberapa orang dari mereka. (15) Sebab jika penolakan mereka berarti perdamaian bagi dunia, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati? (16) Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan juga kudus, dan jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga kudus. (17) Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, (18) janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu. (19) Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas. (20) Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah! (21) Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu. (22) Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasanNya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahanNya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahanNya; jika tidak, kamupun akan dipotong juga. (23) Tetapi merekapun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali. (24) Sebab jika kamu telah dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan dengan keadaanmu itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri”.

3) Cara Kristus menyelamatkan.

Ia menyelamatkan kita dari dosa dengan jalan mati di atas kayu salib untuk menebus dosa kita. Karena Ia mau mati untuk menebus dosa inilah maka Ia harus dilahirkan (Mat 20:28 - “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”).

Ada orang yang mengatakan:

· “Yesus mati supaya kita bisa hidup”.

· “Anak Allah menjadi manusia, supaya manusia bisa menjadi anak Allah”.

4) Secara tidak langsung Mat 1:21 ini menunjukkan bahwa kalau Yesus tidak datang, maka umat manusia tidak akan bisa selamat.

Kalau memang sudah ada atau akan ada jalan keselamatan yang lain, apa perlunya Yesus datang ke dalam dunia, menderita dan mati disalib untuk menebus dosa? Hanya untuk memberikan tambahan satu jalan lagi padahal sudah ada banyak jalan? Itu bodoh dan konyol. Yang benar adalah: karena tidak ada jalan lain untuk selamat, maka Yesus datang ke dalam dunia dan mati disalib untuk menebus dosa, supaya tersedia jalan keselamatan satu-satunya bagi manusia!

Penerapan:

· jangan mencari jalan keselamatan di luar Kristus. Kalau mau selamat, datanglah dan percayalah kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan.

· banyaklah dan tekunlah dalam memberitakan Injil, bahkan dalam gereja (ingat akan lalang di antara gandum!), karena tanpa ini manusia akan masuk ke neraka.

III) 3 golongan orang dengan tanggapannya terhadap Natal.

1) Golongan Herodes.

a) Diri Herodes (Herodes yang Agung).

Ia adalah orang Idumea dan sebetulnya ia adalah seorang raja yang hebat, tetapi ia sangat mudah curiga dan kejam luar biasa. Ia bahkan membunuh istrinya sendiri, ibu mertuanya dan 3 anak laki-lakinya karena curiga bahwa mereka mau merebut tahtanya.

Sampai-sampai saat itu ada kata-kata dari kaisar yang berbunyi: ‘Lebih baik menjadi babinya Herodes dari pada menjadi anak laki-lakinya’. Mengapa? Karena Herodes, yang ingin menyenangkan orang Yahudi, memang tidak makan babi. Jadi kalau menjadi babinya aman. Tetapi menjadi anak laki-lakinya resikonya besar untuk dicurigai dan lalu dibunuh.

Catatan: dalam bahasa Yunani, kata ‘anak laki-laki’ adalah HUIOS, sedangkan kata ‘babi’ adalah HUOS, sehingga dalam bahasa Yunani kata-kata kaisar itu membentuk syair.

Bisakah saudara bayangkan bagaimana reaksinya ketika mendengar dari orang-orang Majus bahwa ada raja orang Yahudi yang baru dilahirkan? Semua orang tahu akan kekejamannya dan karena itu ketika ia mendengar dari orang-orang Majus tentang raja yang baru lahir, dikatakan oleh Kitab Suci bahwa ‘terkejutlah ia beser­ta seluruh Yerusalem’ (Mat 2:3).

Kata ‘terkejut’ di sini salah terjemahan; seharusnya adalah ‘terganggu’.

KJV/RSV/NASB: ‘was troubled’ (= terganggu).

NIV: ‘was disturbed’ (= terganggu).

Perhatikan bahwa ay 3 itu mengatakan bahwa bukan hanya Herodes saja yang merasa terganggu, tetapi juga seluruh Yerusalem. Mengapa? Karena seluruh Yerusalem, yang sudah mengenal watak Herodes, takut akan reaksi Herodes karena adanya Raja yang baru lahir itu.

b) Sikapnya terhadap Tuhan Yesus.

Ia menganggap kehadiran Tuhan Yesus ‘mengganggu’ kehidupannya / kedudukannya sehingga ia menentang Tuhan Yesus dan ingin membunuhNya.

Perlu diketahui bahwa orang yang memusuhi Yesus belum tentu memusuhi gereja. Herodes membangun Bait Allah, tetapi ia memusuhi Yesus. Jadi bisa saja saudara pro pada gereja / kekristenan (simpatisan kristen), tetapi memusuhi Yesus!

Yesus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi Herodes salah sangka terhadap maksud baik Yesus itu, dan ia justru memusuhi Yesus!

Penerapan: Apakah saudara adalah orang yang menolak Tuhan Yesus karena saudara merasa bahwa Tuhan Yesus ‘mengganggu’ hidup saudara? Ada macam-macam cara melalui mana saudara bisa merasakan Yesus sebagai gangguan, seperti:

· Mungkin agama saudara bertentangan dengan Yesus, dan karena itu saudara menganggap Yesus sebagai gangguan.

· Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu kenikmatan hidup saudara karena Yesus melarang saudara berzinah.

· Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu acara piknik saudara pada hari Minggu karena Ia menyuruh saudara untuk berbakti di gereja.

· Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu pekerjaan saudara karena Ia melarang saudara berdusta dan menyuruh saudara untuk hidup jujur.

· Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu pelajaran sekolah saudara karena ia melarang saudara tidak jujur pada waktu ulangan / ujian.

· Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu saudara dalam persoalan pacaran karena Ia melarang saudara berpacaran dengan orang yang tidak seiman.

· Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu kehidupan keluarga saudara karena keluarga saudara selalu aktirf di gereja sehingga menyebabkan saudara kesepian.

Kalau hal-hal seperti ini menyebabkan saudara lalu menolak Yesus, saudara tidak berbeda dengan Herodes!

Kalau saudara adalah orang seperti Herodes, ingatlah bahwa Yesus datang ke dalam dunia dengan maksud baik, yaitu untuk menyelamatkan dunia dari dosa. Kalau saudara terus membiarkan diri saudara salah paham tentang hal ini, dan terus memusuhi Yesus, maka akhirnya saudara tidak akan diselamatkan, dan saudara akan mengalami hukuman kekal karena dosa-dosa saudara! Karena itu bertobatlah dan datanglah kepada Yesus, dan terimalah Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara!

Illustrasi: Ada seorang petani yang mempunyai seekor anjing yang setia. Suatu hari petani itu mempunyai anak, dan pada waktu ia pergi ke sawah untuk bertani, ia meninggalkan bayinya dalam kamar beserta anjingnya. Pada waktu ia pulang dari sawah, anjingnya menyambutnya dengan mulut berlumuran darah. Ia kaget sekali dan menduga bahwa anjing itu telah membunuh bayinya. Ia marah sekali dan lalu memukuli anjing itu sampai mati. Tetapi pada waktu ia masuk ke kamar, ternyata bayi itu ada dalam keadaan sehat, dan di dekatnya ada bangkai seekor ular. Jadi anjing itu membela bayi itu dengan bertarung dengan ular itu dan membunuhnya. Anjing itu melakukan sesuatu yang sangat baik dan mulia, tetapi karena salah sangka, petani itu justru membunuhnya.

Ada banyak orang memusuhi Yesus karena salah sangka seperti ini! Yesus datang ke dalam dunia dengan maksud yang baik / mulia, yaitu untuk mati disalib bagi dosa dunia. Tetapi banyak orang salah sangka dan menganggap Yesus sebagai gangguan.

2) Golongan Imam dan ahli Taurat.

Mereka adalah rohaniwan / tokoh agama, dan mereka adalah orang-orang yang melayani Tuhan, mengerti dan bahkan hafal Firman Tuhan. Pada waktu ditanya dimana Mesias harus dilahirkan, mereka langsung ingat bahwa Perjanjian Lama mengatakan bahwa Mesias akan dilahirkan di Betlehem.

Bdk. ay 4-6: “(4) Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. (5) Mereka berkata kepadanya: ‘Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: (6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel.’”.

Bahwa mereka bisa menja­wab pertanyaan-pertanyaan tentang Firman Tuhan, dan bisa mengutip Mikha 5:1 dari Perjanjian Lama untuk menjawab pertanyaan Herodes / orang-orang Majus, menunjukkan bahwa mereka banyak belajar dan hafal akan Kitab Suci.

Tetapi imam-imam dan ahli-ahli Taurat yang tahu banyak tentang Firman Tuhan / Mesias ini, tidak mau pergi ke Betlehem untuk mencari Mesias. Mereka acuh tak acuh terhadap diri Tuhan Yesus sendiri.

Illustrasi: Sikap imam-imam dan ahli-ahli Taurat ini sama gilanya dengan pemuda yang datang ke rumah seorang gadis secara rajin, mempunyai dan menjalin hubungan yang baik dengan keluarga gadis itu, mempelajari dan mengerti banyak tentang gadis itu, mau melayani gadis itu, tetapi terhadap diri gadis itu sendiri ia acuh tak acuh / tak ada hubungan.

Penerapan: banyak orang Kristen yang mempunyai jabatan tinggi dalam gereja / sudah melayani Tuhan, mengerti banyak tentang Firman Tuhan, tetapi tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan, dan tidak pernah ‘datang’ kepada Yesus, dan bahkan sebetulnya sama sekali tidak peduli dengan diri Yesusnya sendiri. Mereka punya interest terhadap segala sesuatu dalam gereja (pendetanya, aliran gerejanya, aktivitasnya, jemaatnya, dsb) tetapi mereka acuh tak acuh terhadap diri Yesus sendiri. Orang seperti ini bisa menyusup dalam segala golongan dalam gereja, mulai anak sekolah minggu sampai pendeta!

Kalau sauda­ra adalah orang kristen yang seperti ini, jangan pernah harap bahwa kekristenan yang kosong seperti itu bisa menyelamatkan saudara! Karena yang paling utama dalam kekristenan adalah hubungan pribadi / pengenalan terhadap Yesusnya!

Bdk. Mat 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Terlihat sekali bahwa orang-orang ini adalah orang-orang kristen yang aktif di gereja, dan banyak melakukan pelayanan, bahkan pelayanan yang hebat-hebat / spektakuler, tetapi ternyata Yesus tidak pernah mengenal mereka!

Padahal, kalau mereka adalah orang-orang kristen yang sejati, Yesus pasti mengenal mereka. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

· Yoh 10:27 - “Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku”.

· Gal 4:9 - “Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?”.

· 2Tim 2:19 - “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’ dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.

3) Golongan orang-orang Majus.

a) Hal-hal yang tidak kita ketahui tentang orang-orang Majus ini:

1. Tidak diketahui dengan jelas dari mana datangnya orang-orang Majus ini. Kitab Suci hanya mengatakan bahwa mereka datang ‘dari Timur’.

2. Juga tidak diketahui berapa jumlah orang-orang Majus ini.

Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa mereka berjumlah 3 orang! Persembahan mereka yang 3 macam, yaitu emas, kemenyan dan mur, tidak membuktikan bahwa mereka ada 3 orang!

Penerapan: jadi, kalau saudara membuat drama tentang orang-orang Majus ini, saudara tidak harus menggunakan 3 orang Majus. Pokoknya harus lebih dari satu, karena istilah di sini menggunakan bentuk jamak. Tetapi jumlahnya boleh 2 atau 3 atau bahkan 12!

b) Orang-orang Majus ini kontras sekali dengan gembala-gembala yang datang pada waktu kelahiran Yesus (Luk 2:8-dst).

Orang-orang Majus: Para gembala:

- bukan orang Yahudi. - orang Yahudi.

- kaya (mereka memberi emas!). - miskin.

- berpendidikan. - tidak berpendidikan.

Ada 2 hal yang bisa kita dapatkan dari sini:

1. Bahwa Injil diberitakan kepada ‘gembala’ maupun ‘orang Majus’, menunjukkan bahwa Injil harus diberitakan kepada semua golongan (bangsa apapun, tingkat ekonomi dan pen­didikan yang bagaimanapun).

Renungkan: adakah golongan yang saudara anak tirikan dalam pemberitaan Injil? Bangsa / suku bangsa tertentu (yang fanatik dalam agama lain)? Golongan yang miskin? Golongan yang tidak berpendidikan?

2. Orang dari golongan apapun boleh datang kepada Kristus.

Bandingkan dengan Yoh 6:37b yang berbunyi: “barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.

c) Mereka mendapat petunjuk ‘bintang’ (ay 2,9,10).

Ada sesuatu yang mungkin terlihat aneh di sini. Apakah ini berarti bahwa orang Kristen boleh percaya / bermain-main dengan Astrology? Dalam mempersoalkan hal ini, perlu diingat bahwa Astrology / Horoscope berbeda dengan Astronomy / Ilmu Perbintangan.

1. Astronomy berasal dari 2 kata bahasa Yunani yaitu ASTRON (= bintang) + NOMOS (= hukum).

Ini menunjuk pada ilmu perbintangan, dan ini tentu tidak dilarang dalam kekristenan.

2. Astrology berasal dari 2 kata bahasa Yunani juga, yaitu ASTRON (= bintang) + LOGOS (= kata, ucapan, ajaran). Ini menunjuk pada ramalan yang didasarkan atas posisi bin­tang, atau yang lazim kita kenal dengan nama Horoscope.

Ini secara explicit dilarang dalam Kitab Suci / kekristenan, yaitu dalam Yes 47:13-15 yang berbunyi sebagai berikut: “(13) Engkau telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru memberitahukan apa yang akan terjadi atasmu! (14) Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api; api itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk berdiang! (15) Demikianlah faedahnya bagimu dari tukang-tukang jampi itu, yang telah kaurepotkan dari sejak kecilmu; masing-masing mereka terhuyung-huyung ke segala jurusan, tidak ada yang dapat menyelamatkan engkau”.

Sekarang, kalau Astrology / Horoscope itu memang dilarang, bagaimana mungkin Tuhan memberi petunjuk kepada orang-orang Majus itu dengan menggunakan sebuah bintang? Calvin menja­wab pertanyaan ini dengan mengatakan bahwa ‘bintang’ itu bukanlah bintang biasa, karena ay 9 menunjukkan bahwa ‘bintang’ itu mempunyai ‘kelakuan’ yang tidak seperti bintang-bintang yang lain.

Ay 9: “Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada”.

Dimana ada bintang yang mempunyai ‘kelakuan’ seperti itu? Jadi ini pasti bukan bintang biasa, tetapi ini adalah suatu mujijat yang merupakan alat Tuhan untuk memberi petunjuk kepada orang-orang Majus. Karena itu jelaslah bahwa hal ini tidak boleh dijadikan sebagai dasar untuk membenarkan Astrology / Horoscope!

d) Mereka tidak mengerti Firman Tuhan (sehingga harus berta­nya-tanya kepada Herodes); mereka hanya mendapat petunjuk ‘bintang’, tetapi mereka lalu mencari Yesus, rela berkorban dalam menempuh jarak jauh, sehingga akhirnya menemukan Yesus.

Alangkah kontrasnya golongan ini dengan golongan imam-imam dan ahli-ahli Taurat, yang sekalipun mengerti banyak ten­tang Firman Tuhan, tetapi acuh tak acuh terhadap Yesus sendiri.

Penerapan:

· sekalipun saudara tidak terlalu mengerti Firman Tuhan, dan sekalipun saudara adalah orang yang bodoh (kurang berpendidikan / mempunyai IQ yang rendah), tetapi kalau saudara mempunyai hati yang betul-betul mencari Tuhan dan kebenaran, Tuhan pasti akan menunjukkan jalan yang benar kepada saudara!

· sekalipun saudara tidak tahu terlalu banyak tentang kekristenan / Firman Tuhan, tetapi asal saudara tahu bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, yang lalu mati di salib untuk dosa saudara, maka tanggapilah hal / kebenaran yang sedikit itu dengan datang kepada Yesus!

e) Mereka menemukan bayi Yesus dalam sebuah rumah.

Mat 2:11 - “Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibuNya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur”.

Bahwa di sini dikatakan kalau bayi itu ada di dalam sebuah rumah, menunjukkan bahwa orang-orang Majus ini tidak pernah bertemu dengan para gembala, karena para gembala mengunjungi Yesus pada waktu Yesus masih ada di tempat hewan.

Luk 2:16 - “Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan”.

Penerapan: karena itu hati-hatilah pada waktu mengadakan drama Natal, supaya tidak mempertemukan orang-orang Majus dengan para gembala di kandang Yesus!

f) Mereka menyembah Yesus (ay 2,11).

1. Perhatikan bahwa mereka bukan menyembah Maria, dan bukan juga Yesus dan Maria, tetapi hanya Yesus saja!

Perhatikan komentar dari C. H. Spurgeon tentang bagian ini:

The old Reformers used to say, “Here is a bone that sticks in the throat of the Romanists, and they can neither get it up nor down, for it does not say, ‘They saw Mary and the young child’, the young child is put first, they came to see him; and it does not say that ‘they fell down and worshipped them’” If ever there was an opportunity for Mariolatry, surely this was the one, when the child was as yet newly-born, and depended so much upon his mother. Why did not the magi say “Ave Maria!” and commence at once their Mariolatry? Ay, but these were wise men; they were not priests from Rome, else might they have done it [= Tokoh-tokoh Reformasi kuno sering berkata: “Ini adalah tulang yang menyangkut di tenggorokan orang Roma (Katolik), dan mereka tidak dapat mengeluarkannya ataupun menelannya, karena ayat itu tidak berkata: ‘Mereka melihat Maria dan bayi itu’, bayi itu disebut lebih dulu, mereka datang untuk melihat Dia; dan ayat itu tidak berkata bahwa ‘mereka tersungkur dan menyembah mereka’”. Kalau ada kesempatan untuk melakukan penyembahan terhadap Maria, maka sebetulnya inilah kesempatannya, dimana bayi itu baru dilahirkan, dan sangat bergantung kepada ibuNya. Mengapa orang-orang Majus itu tidak berkata “Salam Maria!” dan lang­sung memulai penyembahan terhadap Maria? Ah, tetapi mereka ini adalah orang-orang yang bijaksana; mereka bukan pastor-pastor dari Roma, karena kalau demikian mereka mungkin sudah melakukannya] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’ , vol 3, hal 34.

Catatan: Perlu saudara ketahui bahwa dalam terjemahan KJV kata-kata ‘orang-orang majus’ dalam Mat 2:1 diterjemahkan ‘wise men’ (= orang-orang yang bijaksana).

Mat 2:1 - “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem”.

KJV: ‘Now when Jesus was born in Bethlehem of Judaea in the days of Herod the king, behold, there came wise men from the east to Jerusalem’ (= Pada saat Yesus dilahirkan di Betlehem Yudea pada jaman raja Herodes, lihatlah, orang-orang bijaksana / majus datang dari Timur ke Yerusalem).

2. Mereka menyembah Yesus sekalipun mereka melihat:

a. Seorang bayi yang lemah dan tidak berdaya.

Betul-betul membutuhkan iman yang luar biasa untuk mau menyembah seorang bayi seperti itu!

b. Orang tua Yesus miskin, bukan bangsawan / raja, dan bayi itu ada di dalam sebuah rumah (ay 11), bukan istana.

Keadaan Yesus sebagai bayi yang kelihatan lemah dan tak berdaya, dan keadaan dari Yusuf dan Maria yang miskin dan tidak punya kedudukan apa-apa, dan tempat sederhana yang menjadi tempat tinggal Bayi itu, ternyata tidak menjadi halangan bagi orang-orang Majus itu untuk percaya bahwa bayi miskin itu adalah Raja! Ini lagi-lagi menunjukkan iman yang luar biasa!

Penampilan lahiriah Yesus ini sesuai dengan nubuat dalam Yes 53:2b yang berbunyi ‘Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia’, tetapi mereka toh mau menyembahNya. Bandingkan dengan Mat 13:53-56 yang menunjukkan bahwa banyak orang tidak percaya kepada Yesus karena melihat penampilan lahiriahNya.

Mat 13:53-56 - “(53) Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ. (54) Setibanya di tempat asalNya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: ‘Dari mana diperolehNya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? (55) Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? (56) Dan bukankah saudara-saudaraNya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?’”.

Penerapan: Jangan menilai agama, buku (warnanya, bentuknya, cetakannya), gereja (besarnya dan indahnya gedungnya), pendeta (gelarnya, gagahnya), orang kristen, berdasarkan penampilan lahiriahnya! Ingat bahwa penampilan lahiriah seringkali menipu!

g) Mereka memberi persembahan yaitu: emas, kemenyan, mur.

Mat 2:11 - “Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibuNya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur”.

Origen (dan banyak penafsir lain) menganggap emas sebagai persembahan untuk seorang raja, kemenyan sebagai persembahan untuk Allah, dan mur sebagai persembahan untuk manusia.

William Barclay (dan banyak penafsir lain) menganggap emas sebagai persembahan untuk seorang raja, kemenyan sebagai persembahan untuk seorang imam, dan mur sebagai persembahan untuk orang mati (bdk. Yoh 19:39).

Tetapi Calvin tidak menyetujui tafsiran-tafsiran seperti ini, dan menganggap bahwa tafsiran-tafsiran ini tidak mempunyai dasar. Calvin hanya menganggap bahwa orang-orang Majus ini tentu memberikan barang-barang terbaik dari negeri mereka, sama seperti Yakub memberikan persembahan kepada penguasa Mesir barang-barang terbaik di Kanaan (Kej 43:11).

Penerapan: kalau saudara memang percaya kepada Yesus, berikan yang terbaik kepadaNya!

Kesimpulan:

Ada 3 golongan manusia dengan sikapnya yang berbeda-beda terhadap lawatan Allah dalam Natal / kedatangan Yesus. Yang mana menjadi sikap saudara?

-o0o-

10).1TIMOTIUS 1:12-17

I) Kristus datang ke dunia menyelamatkan orang berdosa (ay 15).

1) 1 Timotius 1: 15 ini menunjukkan bahwa orang berdosa membutuhkan keselamatan, dan kalau tidak mendapatkannya, mereka akan terhilang / masuk ke neraka selama-lamanya!

Disamping itu, secara tidak langsung 1Tim 1:15 ini menunjukkan bahwa kalau Yesus tidak datang ke dunia pada Natal yang pertama itu, maka umat manusia tidak akan bisa selamat. Mengapa? Karena kalau memang sudah ada atau akan ada jalan keselamatan yang lain, apa perlunya Yesus datang ke dalam dunia, menderita dan mati disalib untuk menebus dosa? Hanya untuk memberikan tambahan jalan satu lagi padahal sudah ada banyak jalan? Itu bodoh dan konyol. Yang benar adalah: karena tidak ada jalan untuk selamat, maka Yesus datang ke dalam dunia dan mati disalib untuk menebus dosa, supaya tersedia satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia!

Penerapan:

· jangan mencari jalan keselamatan di luar Kristus. Kalau mau selamat, datanglah dan percayalah kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan.

Calvin: “Not even the least drop of life can be found out of Christ” (= Tidak setetes kehidupan yang terkecil sekalipun dapat ditemukan / didapatkan di luar Kristus).

· banyaklah dan tekunlah dalam memberitakan Injil, bahkan dalam gereja (ingat akan lalang di antara gandum!), karena tanpa ini manusia akan masuk ke neraka.

2) Hendriksen mengatakan bahwa dalam kata-kata ‘datang ke dunia’ mencakup bukan hanya inkarnasi, tetapi juga penderitaan dan kematian.

3) Kristus datang untuk menyelamatkan orang berdosa, bukan orang baik. Bdk. Mat 9:9-13 - “(9) Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku.’ Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. (10) Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-muridNya. (11) Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: ‘Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?’ (12) Yesus mendengarnya dan berkata: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. (13) Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.’”.

Sebetulnya, ditinjau dari standard Allah, yaitu Kitab Suci, tidak ada orang baik / benar (Ro 3:10-12,23). Tetapi ada banyak orang, yang sekalipun berdosa, tetapi tidak merasakan dosa-dosanya. Orang seperti ini tidak bisa diselamatkan (bdk. Luk 18:9-14 Yoh 9:39-41).

Thomas Carlyle: “The deadliest sins were the consciousness of no sin” (= Dosa yang paling mematikan adalah ketidaksadaran akan adanya dosa) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 605.

Martin Luther: “The recognition of sin is the beginning of salvation” (= Pengenalan akan dosa adalah permulaan / awal keselamatan) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 607.

BACA JUGA: 13 KHOTBAH KRISTEN KEBANGUNAN ROHANI (3)

4) Kata-kata ‘menyelamatkan orang berdosa’ (bdk. Mat 1:21) mencakup penebusan dan pengampunan dosa, dan juga pembebasan dari perbudakan dosa (Ro 7:24-25 Gal 5:1 Yoh 8:34-36 1Pet 2:24).

II) Paulus ikut diselamatkan sekalipun ia yang paling berdosa.

1) Kejahatan / dosa-dosa Paulus.

Kata ‘penghujat’ (ay 13a) menunjukkan bahwa ia dulunya mengucapkan kata-kata yang menghina Kristus; sedangkan ‘penganiaya’ dan ‘orang ganas’ (ay 13a) menunjukkan bahwa ia dahulu adalah seorang penganiaya dan bahkan pembunuh orang kristen (bdk. Kis 7:58 8:1a 9:1-2,5,13-14 22:3-5 26:4-12 Filipi 3:6).

2) Sekalipun Paulus jahat, ia tidak sampai menghujat Roh Kudus.

a) Paulus tidak sampai menghujat Roh Kudus.

Kata-kata ‘semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman’ dalam ay 13b menunjukkan bahwa sekalipun Paulus menganiaya dan menghujat, tetapi ia tidak sampai menghujat Roh Kudus (bdk. Matius 12:31-32), karena ia melakukan semua itu tanpa pengetahuan, atau di luar iman.

William Hendriksen: “so great was his sin that, had it not been done in ignorance, it would have been unpardonable” (= begitu besar dosanya sehingga andaikata itu tidak dilakukan dalam ketidak-tahuan, itu menjadi dosa yang tidak bisa diampuni) - hal 82.

Bandingkan kata-kata ‘tanpa pengetahuan’ ini dengan:

· Luk 23:34 - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’.”.

· Kis 3:17 - “Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu”.

b) Ketika Paulus melakukan penganiayaan, ia mengira bahwa ia sedang melayani Tuhan.

Kis 26:9-10 - “(9) Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. (10) Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati”.

Bdk. Yoh 16:2 - “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah”.

3) Paulus mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling berdosa.

Ay 15b: ‘dan di antara mereka akulah yang paling berdosa’.

William Hendriksen: “This final clause has caused a wider variety of interpretation than almost any other in Paul’s writings” (= Anak kalimat terakhir ini telah menyebabkan perbedaan penafsiran yang lebih lebar dari pada hampir semua hal lain dalam tulisan Paulus) - hal 79.

Macam-macam penafsiran tentang bagian ini:

a) Paulus terlalu keras kepada dirinya sendiri. Ia menganggap dirinya adalah orang yang paling berdosa, padahal sebetulnya tidak demikian. Tetapi pandangan ini bertentangan dengan ‘infallibility of the Scripture’ (= Ketidakbersalahan Kitab Suci).

b) Aku termasuk dalam grup orang yang paling berdosa. Bdk. Kis 28:17 dimana kata ‘terkemuka’ di sana menggunakan kata Yunani yang sama.

c) Kata-kata Paulus di sini merupakan suatu Hyperbole. Bandingkan dengan 2Raja 17:10 yang juga merupakan suatu Hyperbole.

d) William Hendriksen: “he must have meant, ‘Of all sinners whom Christ Jesus came into the world to save, I am the greatest’” (= ia pasti memaksudkan: ‘Dari semua orang berdosa untuk siapa Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan, aku adalah yang terbesar) - hal 80.

Penafsiran ini sesuai dengan kata-kata ‘dan di antara mereka’ dalam ay 15b, karena kata ‘mereka’ menunjuk pada orang-orang yang diselamatkan oleh Kristus.

Adam Clarke menambahkan bahwa Paulus adalah yang paling berdosa di antara orang yang diselamatkan oleh Kristus sampai pada saat itu.

Catatan: dalam bagian ini Paulus menggunakan ‘present tense’ (bentuk sekarang). Ini tidak berarti bahwa pada saat itu, setelah menjadi rasul sekian lama, ia tetap lebih berdosa dari orang kristen yang lain. Ia menggunakan ‘present tense’ (= bentuk sekarang) karena ia meninjau seluruh kehidupannya sampai pada saat itu.

4) Sekalipun Paulus begitu jahat ia tetap diselamatkan (ay 13b,15,16a).

William Hendriksen menggunakan bagian ini sebagai dasar dari doktrin tentang predestinasi.

William Hendriksen: “Surely, had this grace not been sovereign, unconditional, it would never have found him!” (= Jelas bahwa andaikata kasih karunia ini bukannya berdaulat dan tak bersyarat, itu tidak akan pernah menemukan dia!) - hal 74.

III) Kalau Paulus bisa diselamatkan, kitapun bisa diselamatkan.

Ay 16 menunjukkan bahwa Paulus telah menjadi contoh bahwa orang yang sangat berdosapun bisa diselamatkan asal mau datang kepada Yesus.

Calvin: “when he, who had been a fierce and savage beast, was changed into a Pastor, Christ gave a remarkable display of his grace, from which all might be led to entertain a firm belief that no sinner, how heinous and aggravated soever might have been his transgression, had the gate of salvation shut against him” (= ketika ia, yang dahulunya adalah binatang yang galak dan buas, diubah menjadi seorang Pendeta / Gembala, Kristus memberikan pertunjukan yang luar biasa tentang kasih karuniaNya, dari mana semua bisa dibimbing untuk mempunyai kepercayaan yang teguh bahwa tidak ada orang berdosa, bagaimanapun mengerikan dan buruknya pelanggarannya, mendapati bahwa pintu gerbang keselamatan telah tertutup baginya) - hal 38-39. bdk. ay 16.

Calvin: “Our mind is always impelled to look at our worthiness; and as soon as our unworthiness is seen, our confidence sinks. Accordingly, the more any one is oppressed by his sins, let him the more courageously betake himself to Christ, relying on this doctrine, that he came to bring salvation not to the righteous, but to ‘sinners’” (= Pikiran kita selalu terdorong untuk melihat pada kelayakan kita; dan begitu ketidak-layakan kita terlihat, keyakinan kita tenggelam. Karena itu, makin seseorang tertekan / tertindas oleh dosa-dosanya, biarlah ia dengan makin berani membawa dirinya sendiri kepada Kristus, bersandar pada doktrin / ajaran ini, bahwa Ia datang untuk membawa keselamatan bukan bagi orang benar tetapi bagi ‘orang-orang berdosa’) - hal 39.

Martin Luther: “Be a sinner and sin mightily, but more mightily believe and rejoice in Christ” (= Jadilah orang berdosa, dan berdosalah dengan hebat, tetapi percayalah kepada Kristus dan bersukacitalah dalam Kristus dengan lebih hebat) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 607.

Catatan: kata-kata ini tentu tak boleh diartikan bahwa Luther menyuruh kita sengaja berbuat dosa. Kalau diartikan demikian akan bertentangan dengan Ro 6:1-2. Maksudnya adalah: sekalipun kita adalah orang yang sangat berdosa, iman kepada Kristus bisa mengatasi semua itu, dan karenanya kita harus tetap bersukacita.

Penerapan: apakah saudara menyadari bahwa diri saudara sangat berdosa? Jangan menganggap bahwa itu merupakan keadaan tanpa harapan. Kalau orang seperti Paulus bisa diselamatkan, maka saudara juga bisa, asal saudara mau datang kepada Yesus. Maukah saudara datang kepada Yesus?

Seseorang mengatakan: “Christmas began in the heart of God. It is complete only when it reaches the heart of man” (= Natal dimulai dalam hati Allah. Natal lengkap hanya pada saat Natal mencapai hati manusia) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 113.

IV) Orang yang sudah diselamatkan.

Paulus yang sudah diselamatkan ternyata berubah! Dan ia berubah ke arah yang positif! Dari mana kita melihat hal itu?

1) Sekarang ada iman dan kasih (ay 14b).

Kata ‘iman’ dalam ay 14 bertentangan dengan ‘ketidaktahuan’ dan ‘diluar iman’ dalam ay 13, dan kata ‘kasih’ dalam ay 14 bertentangan dengan kata ‘penganiaya’ dan ‘seorang ganas’ dalam ay 13.

2) Juga dari ay 12 terlihat bahwa Paulus melayani Tuhan (bdk. Gal 1:23) dan ia bahkan bersyukur karena pelayanan yang dipercayakan kepadanya!

Penerapan: Maukah saudara merayakan Natal tahun ini dengan berjanji untuk melakukan pelayanan bagi Tuhan?

Salah satu pelayanan yang sering ia lakukan adalah melakukan sharing seperti yang ia lakukan dalam ay 12-16 ini, dan juga dalam Kis 22 Kis 26 Gal 1-2 Fil 3.

H. A. Ironside: “There are many people who profess to be Christians who do not have any conversion story to tell. Of course I recognize the fact that some came to Christ early in life, as mere children; and they have but a hazy recollection, if any remembrance at all, of what took place at the time. We are not to discount their conversions because they cannot give a clear account of them. ... If people have passed through the years of childhood and come up to youth or maturity without accepting Christ, and then at last are convicted by the Spirit of God of sin, righteousness, and judgment, and they turn to the Lord and trust Him as Saviour, they ought to have a definite story of conversion to tell” (= Ada banyak orang yang mengaku sebagai orang Kristen yang tidak mempunyai cerita pertobatan untuk diceritakan. Tentu saya mengakui fakta bahwa sebagian orang datang kepada Kristus pada masa kecil, sebagai anak-anak; dan mereka hanya mempunyai ingatan yang kabur / tak jelas, atau tidak ada sama sekali, tentang apa yang terjadi pada saat itu. Kita tidak boleh mengabaikan pertobatan mereka karena mereka tidak bisa memberikan cerita yang jelas tentang hal itu. ... Jika seseorang melewati masa kanak-kanak dan menjadi remaja atau dewasa tanpa menerima Kristus, dan lalu akhirnya diyakinkan oleh Roh Allah tentang dosa, kebenaran, dan penghakiman, dan ia berbalik kepada Tuhan dan mempercayaiNya sebagai Juruselamat, mereka harus mempunyai cerita pertobatan yang pasti / tertentu untuk diceritakan) - hal 32,33.

Karena itu, dalam acara sharing, cobalah untuk men-sharing-kan pengalaman pertobatan saudara!

3) Dalam ay 17 Paulus memuji Tuhan.

Pada umumnya orang kristen terlalu banyak meminta dan bersungut-sungut, tetapi kurang dalam memuji Tuhan, padahal sudah mendapatkan keselamatan. Marilah kita lebih banyak merenungkan keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita, dan juga ketidak-layakan kita untuk diselamatkan, supaya kita bisa lebih banyak bersyukur dan memuji Tuhan.

Kesimpulan / penutup.

Kalau saudara adalah orang yang belum diselamatkan, datanglah kepada Tuhan Yesus saat ini juga. Kalau saudara sudah diselamatkan, berubahlah, atau makin berubahlah, supaya hidup dan pelayanan saudara bisa lebih menyenangkan dan lebih memuliakan Tuhan. https://teologiareformed.blogspot.com/
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America

-AMIN-
Next Post Previous Post