13 KHOTBAH KRISTEN KEBANGUNAN ROHANI (3)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

1.Anak yang hilang

LUKAS 15:11-32

I) Anak bungsu.
13  KHOTBAH KRISTEN KEBANGUNAN ROHANI (3)
Anak bungsu ini menggambarkan orang berdosa.

1) Dosa anak bungsu.

a) Minta bagian harta / warisan selagi ayahnya masih hidup (Lukas 15: 12).

Hukum Yahudi mengharuskan orang tua mewariskan kekayaannya kepada anak-anaknya. Anak sulung selalu mendapat dua bagian / dua kali lipat dari anak-anak yang lain. Jadi, dalam kasus ini, karena bapa itu mempunyai dua anak, maka anak sulung mendapat 2/3 bagian, sedang anak bungsu mendapat 1/3 bagian. Jadi, ia memang seha-rusnya mempunyai bagian warisan, tetapi hal yang kurang ajar dari anak bungsu itu adalah bahwa ia memintanya selagi ayahnya masih hidup. Seakan-akan ia berkata: ‘Kalau kamu mati, itu toh menjadi milikkku, jadi berikan sekarang saja, seakan-akan kamu sudah mati!’.

b) Setelah ayahnya menuruti permintaannya, anak bungsu itu menjual segala miliknya / warisannya, lalu pergi meninggalkan ayahnya ke negeri yang jauh, dan berfoya-foya (ay 13 bdk. ay 30). Ia tidak merampok, menyakiti, atau membunuh bapanya; ia hanya men-jauhinya dan tidak mempedulikannya! Sebetulnya dari semula inilah tujuannya. Inti dari keinginannya adalah bahwa ia tidak mau hidup dikuasai / diatur ayahnya. Ia ingin bebas, sehingga bisa berfoya-foya dan mencari kesenangan sesuka hatinya.

Penerapan: Apakah saudara juga tidak ingin dikuasai / diatur oleh Allah? Allah memang mempunyai banyak peraturan, seperti:

· tidak boleh bekerja pada hari Minggu, tetapi harus menggunakan hari itu untuk berbakti dan melayani Tuhan.

· harus memberikan persembahan persepuluhan.

· jangan berdusta, harus bekerja dengan jujur.

· jangan berzinah, dilarang mempunyai PIL atau WIL, istri lebih dari satu, dsb.

· jangan mencari pasangan yang tidak seiman.

Apakah saudara senang berada di bawah peraturan-peraturan itu atau apakah saudara ingin bebas dari padanya? Kalau saudara ingin bebas, maka saudara sama seperti anak bungsu itu. Dan perhatikan bahwa dalam ay 32 anak bungsu itu digambarkan sebagai:

¨ mati (secara rohani).

¨ hilang.

Jangan anggap enteng kondisi mati rohani dan terhilang ini, karena kalau saudara biarkan, ini membawa saudara ke neraka! Bandingkan juga dengan Yes 53:6a yang berbunyi: “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri”.

2) Akibat dosa anak bungsu (ay 14-16).

a) Ia menghabiskan harta miliknya.

b) Pada waktu ada bencana kelaparan, ia menjadi melarat / miskin.

c) Ia terpaksa menjadi penjaga babi.

Perlu diingat bahwa babi adalah binatang haram bagi orang Yahudi, sehingga ini jelas adalah pekerjaan yang hina.

d) Pada waktu ia lapar dan ingin mengisi perutnya dengan makanan babi, tidak seorangpun mau memberikannya kepadanya.

Dosa memang mula-mula menawarkan / menjanjikan dan bahkan mem-berikan kesenangan, tetapi pada akhirnya pasti membawa penderitaan dan kehinaan.

Penderitaan dan kehinaan akibat dosa itu bisa terjadi dalam dunia ini, misalnya:

· orang mencuri lalu masuk penjara.

· orang yang mempunyai PIL / WIL lalu keluarganya berantakan.

· orang yang menimbun harta, tetapi hatinya tidak damai.

· orang yang menggunakan ecstasy, lalu kecanduan, sehingga meng-habiskan uangnya.

· dsb.

Kalau tidak terjadi dalam dunia ini, maka pasti akan terjadi dalam kekekalan nanti (bandingkan dengan Maz 73, atau dengan cerita Lazarus dan orang kaya dalam Luk 16:19-31)!

3) Pertobatan anak bungsu (ay 17-21).

a) Ia merenung (ay 17), dan lalu sadar akan dosanya (ay 18-19).

Untuk bisa bertobat dari dosa, kita perlu menggunakan otak (bukan perasaan tok!) untuk merenung! Keduniawian dan dosa sering mem-buat kita ‘lupa daratan’. Karena itu berilah waktu untuk merenungkan hal-hal ini:

· Apakah selama ini saudara sudah hidup sesuai kehendak Tuhan?

· Apakah saudara mendekat kepada Tuhan atau menjauh dari Tuhan / tidak mempedulikan Tuhan?

· Apakah hidup saudara memuliakan Tuhan atau sebaliknya me-malukan Tuhan?

· Apakah saudara makin mengasihi Tuhan atau mempunyai hati yang hambar terhadap Tuhan?

· Apakah saudara menyenangkan Tuhan atau diri saudara sendiri?

b) Ia mengambil keputusan (ay 18-19).

Tidak ada gunanya saudara sadar dosa, kalau saudara tidak mau mengambil keputusan untuk meninggalkan dosa itu dan kembali kepada Tuhan!

c) Ia melakukan keputusannya, dan kembali kepada bapanya (ay 20).

Ada orang yang setelah mengambil keputusan untuk bertobat, lalu ditarik kembali oleh dosa / hal-hal duniawi, sehingga tidak jadi me-lakukan keputusannya (bandingkan dengan istri Lot)! Tetapi anak bungsu ini tidak demikian. Ia melakukan keputusannya.

Catatan: ini adalah perumpamaan, sehingga tidak menjelaskan segala sesuatu. Tetapi Kitab Suci jelas mengatakan bahwa kalau saudara adalah orang berdosa yang mau kembali kepada Tuhan, saudara harus datang kepada Yesus, yang adalah satu-satunya Penebus, Pengantara, dan jalan kepada Bapa (Yoh 14:6 1Tim 2:5).

d) Ia mengakui dosanya (ay 21).

Ia tidak mencari kambing hitam, seperti Adam yang menyalahkan Hawa, dan Hawa yang menyalahkan ular (Kej 3:12-13). Ia juga tidak menyalahkan roh foya-foya, roh zinah, dsb. Sebaliknya ia mengakui bahwa dirinya telah berdosa.

Dalam Kitab Suci ada orang-orang yang mengaku dosa, tetapi tetap binasa, seperti:

1. Firaun (Kel 9:27 10:16). Ia memang mengaku dosa, tetapi itu hanya disebabkan karena hukuman dosa, dan begitu hukumannya hilang, ia kembali kepada dosanya.

2. Raja Saul (1Sam 15:24-25). Ia mengaku dosa dan bahkan minta ampun dosa, tetapi hanya karena alasan egois, yaitu karena ia tidak ingin kehilangan mahkotanya!

3. Yudas Iskariot (Mat 27:4). Ia mengaku dosa, tetapi tidak bertobat!

Kalau saudara meniru orang-orang ini, saudara tetap binasa sekalipun mengaku dosa!

Tetapi anak bungsu ini betul-betul sadar akan dosanya, menyesalinya dengan sungguh-sungguh, kembali kepada bapanya, dan mengakui dosanya. Orang semacam ini tidak mungkin ditolak oleh Allah.

Maz 51:19 - “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah”.

II) Bapanya.

Satu pendeta pada waktu memimpin Pemahaman Alkitab tentang Luk 15:11-32 ini, pernah menanyakan: ‘Siapa lakon dalam cerita ini? Anak bungsu atau anak sulung?’. Ia membenarkan jawaban yang saya berikan: ‘Bapanya’.

Memang, bapa itulah yang merupakan lakon dalam perumpamaan ini, karena penekanan utama dari perumpamaan ini adalah untuk menunjukkan sikap Allah kepada orang berdosa yang bertobat. Karena itu mari kita sekarang menyoroti sikap bapa ini.

1) Bapa ini menunggu-nunggu.

Dari mana kita bisa melihat hal itu? Dari ay 20 yang mengatakan: “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya. ... Ayahnya itu berlari men-dapatkan dia”.

Di surat kabar kita sering membaca ada orang tua, yang karena anaknya yang kurang ajar / meninggalkannya, lalu menulis bahwa mulai hari itu mereka tidak bertanggung jawab atas perbuatan anak itu.

Tetapi bapa dalam perumpamaan ini tidaklah demikian. Bahkan mungkin sekali sejak kepergian anak bungsunya itu, bapa ini sering melihat ke arah jalanan, sambil mengharap kembalinya anak bungsunya ini. Karena itu pada waktu anak bungsu itu masih jauh, bapa itu telah melihatnya, dan lalu lari mendapatkannya.

Penerapan: Apakah saudara adalah orang berdosa yang belum pernah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, atau apakah saudara adalah orang kristen sejati yang telah menjauhkan diri dari Tuhan, ingatlah bahwa Bapa yang mencintai saudara itu menunggu-nunggu kedatangan / pertobatan saudara! Ia ingin saudara datang / kembali kepada Dia. Maukah saudara mengecewakan Dia, atau maukah saudara datang / kembali kepada Dia?

2) Bapa ini tergerak oleh belas kasihan (ay 20a).

Ia melihat keadaan anaknya, yang mungkin sekali kurus, kotor, ber-pakaian compang camping, dan hatinya tergerak oleh belas kasihan. Puji Tuhan bahwa Allah itu mempunyai belas kasihan kepada manusia berdosa. Ini menyebabkan Ia memberikan kasih karunia, yaitu hal baik yang sama sekali tidak layak kita dapatkan, kepada kita yang adalah manusia berdosa. Andaikata Allah selalu menemui orang berdosa dengan keadilan, celakalah kita! Tetapi Dia tidak demikian! Karena itu janganlah takut untuk bertobat dan datang / kembali kepada Dia.

Maz 103:8-9 - “TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita”.

Catatan: Kata-kata yang saya garisbawahi itu akan menunjukkan bahwa Allah tidak adil, andaikata Yesus tidak pernah menderita dan mati untuk menebus dosa kita! Tetapi dengan adanya penebusan Kristus terhadap dosa-dosa kita, Allah bisa melakukan hal itu dan tetap adil! Allah bisa mengampuni / tidak menghukum orang berdosa karena Yesus sudah membayar hutang dosa itu!

3) Bapa itu lari mendapatkan anaknya, merangkul dan mencium dia (ay 20b).

a) Lari. Ia tidak berjalan perlahan-lahan atau menunggu anaknya yang datang kepadanya, tetapi ia lari kepada anaknya. Ini menunjukkan kerinduan yang luar biasa kepada anaknya.

b) Merangkul dan mencium anaknya.

· padahal anaknya mungkin sekali berbau babi.

· kata Yunani yang diterjemahkan ‘mencium’ sebetulnya berarti ‘kissed fervently’ (= mencium dengan keras / sunguh-sungguh). Jadi bapa itu tidak mencium asal-asalan (seperti ciuman antara suami istri yang sudah saling bosan), tetapi mencium dengan sungguh-sungguh, dengan hati yang penuh kasih.

Dari semua ini jelas terlihat bahwa bapa itu:

a. Tidak jual mahal dalam menerima anaknya kembali.

b. Tidak memberikan persyaratan-persyaratan lebih dahulu sebelum menerima kembali anaknya. Bandingkan ini dengan ajaran Roma Katolik, yang kalau pastornya memberikan pengampunan dosa, selalu memberikan ‘semacam hukuman’ (acts of penance) yang harus dilakukan lebih dulu oleh orang yang minta ampun dosa.

c. Menerima kembali anaknya dengan tangan terbuka, padahal anaknya ragu-ragu apakah bapanya mau menerimanya kembali atau tidak (ia minta diterima sebagai hamba, karena merasa tidak layak menjadi anak - ay 19,21).

Penerapan: Kalau saudara ragu-ragu apakah Allah mau menerima saudara atau tidak, maka sadarilah bahwa semua keraguan itu datang dari setan! Allah pasti mau menerima semua orang yang bertobat / datang kepadaNya melalui Kristus!

Yoh 6:37 - “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.

4) Bapa itu tidak lagi mengingat-ingat dosa anak bungsu itu.

Dalam ay 21 anak bungsu itu mengakui dosa, tetapi jawaban bapa dalam ay 22 sama sekali tidak menyinggung-nyinggung dosa anak bungsu itu. Di sinilah terletak keindahan kasih Allah! Kalau kita manusia mengampuni seseorang, kita masih mengingat kesalahan orang itu. Tetapi kalau Bapa mengampuni kesalahan kita, Ia tidak mengingat-ingatnya lagi!

Yes 43:25 - “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu”.

Mikha 7:19 - “Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kembali kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut”.

5) Bapa itu menerima anak bungsu itu sebagai anak.

Ini terlihat dari:

a) Dalam ay 18b-19 anak itu merencanakan untuk berkata: “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa”, tetapi dalam ay 21 ia baru mengucapkan “Bapa, aku telah ber-dosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa”. Sebelum ia mengucapkan kata-kata “jadikanlah aku seba-gai salah seorang upahan bapa”, bapanya sudah memotong kata-katanya! Bapanya tidak mau mendengarkan kata-kata yang ber-hubungan dengan ketidaklayakan anak itu menjadi anak! Mengapa? Jelas karena ia mau menerimanya sebagai anak!

Bdk. Yoh 1:12 - “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya”.

b) Bapa itu memerintahkan supaya anak itu diberi jubah, cincin dan sepatu (ay 22).

1. Bapa itu menyuruh memberi jubah (bukan koteka!) yang adalah tanda kehormatan (Ester 6:8-9).

2. Bapa itu menyuruh memberi cincin, yang merupakan pemberian otoritas (Ester 3:10 8:2).

3. Bapa itu menyuruh memberi sepatu (ini seharusnya adalah ‘sandal’). Perlu diketahui bahwa seorang hamba selalu telanjang kaki!

Semua pemberian ini menunjukkan secara jelas bahwa Bapa itu menerima anak itu sebagai anak!

6) Bapa itu mengadakan pesta (ay 23-24 bdk. Luk 15:7,10).

Kalau saudara adalah orang berdosa yang belum pernah datang kepada Kristus, datanglah sekarang juga kepada Bapa melalui Yesus Kristus yang adalah satu-satunya Penebus, Juruselamat dan Pengantara antara Allah dan manusia! Dia pasti menerima saudara!

Kalau saudara adalah orang kristen yang sudah menjauh dari Tuhan, bertobatlah dan kembalilah kepadaNya. Ia pasti mau menerima saudara!

III) Anak sulung.

Cerita / perumpamaan ini belum selesai. Ada anak sulung yang belum dibahas. Apa yang terjadi dengan anak sulung pada waktu ia tahu bahwa bapanya mengadakan pesta untuk menyambut adiknya yang kembali?

1) Ia menjadi marah dan tidak mau ikut pesta (ay 28).

Anak sulung ini merupakan gambaran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang bersungut-sungut melihat para pemungut cukai dan orang berdosa datang kepada Yesus dan mendengarkan Dia (ay 1-2). Ingat bahwa untuk menangani orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat inilah Yesus lalu memberikan 3 perumpamaan berturut-turut dalam Luk 15:3-32 ini.

Anak sulung ini juga bisa menggambarkan ‘orang kristen’ yang sok suci, yang tidak senang melihat orang berdosa datang kepada Tuhan.

Penerapan: apakah saudara adalah orang kristen seperti itu? Kalau ada seorang pelacur bertobat dan datang ke gereja saudara, apakah saudara senang atau jengkel?

2) Ia iri hati (ay 29-30).

Anak sulung berkata: untuk anak bungsu bapanya menyembelih anak lembu tambun, sedangkan untuknya bapanya tidak pernah menyembelih seekor anak kambing sekalipun. Saya berpendapat bahwa kata-kata anak sulung ini belum tentu benar. Adalah biasa orang merasa dirinya tidak diberkati pada waktu iri hati melihat orang lain diberkati!

3) Ia meninggikan dirinya sendiri dan menjelek-jelekkan adiknya (ay 29-30). Tindakan seperti ini memang ciri khas orang Farisi (bdk. Luk 18:11-12).

a) Ia meninggikan dirinya sendiri (ay 29).

· Ia mengaku bertahun-tahun melayani bapanya (ay 29a).

Sesuatu yang menarik di sini adalah bahwa kata ‘melayani’ dalam bahasa Yunaninya tidak menggunakan kata DIAKONEO, yang artinya adalah ‘I serve’ (= Aku melayani), tetapi menggunakan DOULEUO, yang artinya adalah ‘I serve as a slave’ (= Aku melayani sebagai hamba / aku menghambakan diri). Bandingkan kata DOULEUO ini dengan kata DOULOS yang berarti hamba / budak. NIV: ‘I’ve been slaving for you’ (= aku telah memperhambakan diri kepadamu).

Jadi anak sulung ini tidak melayani dengan kasih / sukacita, karena ia melayani sebagai budak / hamba!

· Ia mengaku tidak pernah melanggar perintah bapanya (ay 29b).

Orang yang bersifat self-righteous (= orang yang merasa diri sendiri benar) selalu berpikir demikian (Luk 18:11-12 Luk 18:21).

Tentu saja kata-kata ini tidak bisa dipercaya.

b) Ia menjelek-jelekkan adiknya (ay 30).

· ia berkata bahwa adiknya ‘memboroskan harta kekayaan bapa’, padahal adiknya memboroskan kekayaannya sendiri.

· ‘bersama-sama dengan pelacur-pelacur’.

Sekalipun ini mungkin saja benar, tetapi juga belum tentu benar. Dari mana ia tahu bahwa adiknya melakukan itu?

4) Ia tidak mengakui adiknya sebagai saudara / adik (ay 30).

Dalam ay 30 ia menyebut adiknya bukan dengan sebutan ‘saudaraku’ atau ‘adikku’ tetapi ‘anak bapa’!

Penutup:

Kalau saudara adalah orang berdosa yang mau bertobat seperti anak bungsu, dan lalu saudara menjumpai bahwa dalam gereja ada banyak orang kristen seperti anak sulung, yang tidak mau menerima saudara, janganlah kecewa, karena yang penting adalah bahwa Bapa menerima saudara!

Kalau saudara adalah orang dalam gereja yang seperti anak sulung, sadarilah bahwa sebetulnya saudara lebih terhilang dari anak bungsu itu! Sekalipun anak bungsu itu berdosa, tetapi setidaknya ia sadar akan dosanya dan kembali kepada bapanya. Tetapi saudara tidak pernah sadar akan dosa apalagi bertobat, dan sekalipun terhadap Bapa saudara itu dekat di mata, tetapi sebetulnya jauh di hati! Sadarilah bahwa saudara juga adalah orang berdosa dan datanglah sungguh-sungguh kepada Bapa melalui Yesus Kristus sebagai Penebus / Juruselamat saudara, karena kalau tidak kata-kata Yesus di bawah ini akan menjadi kenyataan dalam diri saudara.

· Mat 8:11-12: “Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak, dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kege-lapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi”.

· Mat 21:28-32 - “Tetapi apa pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal dan pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya? Jawab mereka: Yang terakhir. Kata Yesus kepada mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perem-puan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, tetapi kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu meli-hatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya”.

Maukah saudara bertobat dan datang kepada Yesus?

-AMIN-

2.undangan pesta

LUKAS 14:15-24

I) Undangan diberikan pada saat pesta sudah siap.

Pada saat itu, kalau orang mau mengadakan pesta, maka jauh hari sebelum pesta itu diadakan, undangan sudah dikirimkan kepada para tamu. Dalam undangan itu sudah ditetapkan tempat pesta itu dan juga tanggal pada saat pesta itu akan diadakan. Tetapi jam pesta tidak diberitahukan. Lalu orang yang mengadakan pesta itu mengadakan segala persiapan untuk pesta. Setelah persiapan untuk pesta itu siap (pada tanggal yang sudah ditentukan), maka orang yang mengadakan pesta itu mengirim hamba-hambanya untuk mengundang (undangan ke dua) orang-orang yang tadinya telah diundang untuk datang.

Hal ini sebetulnya bisa terlihat pada ay 17 tetapi Kitab Suci bahasa Indonesia terjemahannya kurang tepat.

NIV: ‘At the time of the banquet he sent his servant to tell those who had been invited: come for now everything is ready’ (= Pada saat perjamuan ia mengirim hambanya untuk memberitahu mereka yang telah diundang: datanglah karena sekarang segala sesuatu telah siap).

Penggunaan bentuk ‘past perfect tense’ (had been invited) menunjukkan bahwa orang-orang itu sudah mendapat undangan sebelum hamba itu mem-beritahukan bahwa pesta telah siap.

Bandingkan dengan Ester 5:8 (undangan pertama) dan Ester 6:14 (undang-an ke dua).

Jadi, adanya undangan ke dua menunjukkan bahwa pesta telah siap!

Orang yang mengadakan pesta itu, jelas menggambarkan Allah sendiri. Sama seperti orang itu sudah menyiapkan pesta, demikian juga Allah telah menyiapkan keselamatan bagi kita.

Bahwa keselamatan sudah siap, terbukti dari:

1) Kata-kata ‘sudah selesai’ yang diucapkan Yesus di atas kayu salib (Yoh 19:30).

Yesus sudah dicambuki habis-habisan, dipakukan pada kayu salib, mengalami kehausan yang luar biasa, mengalami keterpisahan dengan Allah dsb untuk membereskan dosa kita! Lalu Ia berkata ‘sudah selesai’! Renungkan kata-kata Yesus ini! Keselamatan kita sudah diselesaikan di atas kayu salib. Kita hanya tinggal menerimanya dengan cuma-cuma. Ro 3:23-24 berbunyi: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.

2) Kebangkitan Tuhan Yesus dari antara orang mati.

Upah dosa ialah maut (Kej 2:16-17 Roma 6:23), dan kalau Yesus belum selesai membereskan dosa manusia, Ia tidak akan bisa bangkit dari antara orang mati.

3) Kenaikan Yesus ke surga.

Yesus datang ke dunia karena ditugaskan oleh Bapa untuk membereskan dosa manusia. Kalau dosa belum dibereskan dan Ia mau pulang ke surga, Ia tidak akan diterima oleh Bapa. Bahwa Ia diterima oleh Bapa, menunjukkan bahwa tugasNya sudah selesai.

Ini adalah sesuatu yang sangat penting! Keselamatan kita sudah siap! Dosa kita sudah dibayar lunas, pengampunan dosa, pembenaran orang berdosa, perdamaian dengan Allah, pengangkatan menjadi anak Allah, hidup kekal, sukacita dan damai sejahtera, semuanya sudah tersedia! Semua sudah siap!

Karena pesta sudah siap (disiapkan oleh orang yang mengadakan pesta), maka para undangan itu tidak perlu melakukan apa-apa lagi (membawa piring, gelas, makanan, dsb).

Demikian juga, karena keselamatan sudah siap, untuk mendapatkan kesela-matan kita yang diundang tidak perlu melakukan apa-apa lagi (memperbaiki hidup kita, membuangi dosa, dsb). Kita hanya perlu menerima undangan itu dengan datang kepada Yesus.

Setelah pesta siap, maka ada hamba yang memberikan undangan untuk datang. Demikian juga, karena keselamatan itu sudah siap, maka Allah memanggil saudara melalui hamba-hambaNya. Pada saat seorang kristen (pendeta, penginjil, guru sekolah minggu, orang kristen biasa) memberitakan Injil kepada saudara, itu adalah panggilan Allah kepada saudara!

II) Ada penolakan terhadap undangan (ay 18-20).

Orang-orang dalam ay 18-20 sudah menerima undangan pertama dan sudah berjanji untuk datang. Tetapi waktu pesta sudah siap dan undangan kedua diberikan, mereka menolak. Ada yang menolak dengan halus (ay 18-19 - disertai permintaan maaf); ada yang menolak dengan kasar (ay 20 tanpa minta maaf). Demikian juga dalam dunia rohani ada banyak orang seperti ini. Kelihatannya mereka mau datang kepada Yesus. Mereka mau diajak ke gereja, mau dibaptis, mau belajar Kitab Suci, mau melayani Tuhan, mau memberi persembahan dsb, tetapi waktu mereka betul-betul ditantang untuk datang kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Juruselamat dan Tuhan, mereka menolak!

Orang-orang dalam ay 18-20 memberikan alasan-alasan penolakan:

· ay 18 - karena baru membeli ladang.

· ay 19 - karena baru membeli lembu (kata ‘kebiri’ seharusnya tidak ada).

· ay 20 - karena baru kawin.

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari alasan-alasan ini:

1) Ay 18 - Alasan yang berhubungan dengan milik.

Ay 19 - Alasan yang berhubungan dengan pekerjaan.

Ay 20 - Alasan yang berhubungan dengan istri / keluarga.

Hal-hal ini (milik, pekerjaan, keluarga) memang sering menjadi pengha-lang untuk datang kepada Yesus. Misalnya:

· tidak bisa datang ke gereja karena harus menjaga rumah.

· tidak bisa ke gereja karena bekerja pada hari Minggu.

· tidak bisa ikut Kebaktian / Pemahaman Alkitab karena menjaga anak.

· sibuk bekerja, tidak ada waktu untuk Tuhan.

· keluarga / orang tua tidak mengijinkan untuk dibaptis, ke gereja, dll.

2) Hal-hal yang baik bisa menghalangi kita untuk menerima hal yang terbaik.

Ladang, lembu, istri bukanlah hal yang berdosa. Mereka semua baik. Tetapi semua itu bisa menghalangi untuk menerima yang terbaik (pesta). Karena apa? Karena salah prioritas!

Demikian juga dalam dunia rohani. Milik saudara, pekerjaan saudara, keluarga saudara bukanlah sesuatu yang berdosa. Tetapi kalau itu saudara prioritaskan lebih dari keselamatan, maka semua itu menghalangi saudara untuk menerima yang terbaik.

3) Alasan-alasan dalam ay 18-20 adalah alasan-alasan yang dibuat-buat.

Melihat ladang, mencoba lembu bukanlah sesuatu yang urgent / men-desak! Orang yang baru kawin memang bebas dari wajib militer (Ul 24:5) supaya bisa bersenang-senang. Tetapi orang yang baru kawin tidak dilarang untuk ikut pesta. Apalagi pesta termasuk bersenang-senang!

Jelas bahwa semua alasan-alasan ini cuma dibuat-buat.

Banyak orang membuat-buat alasan untuk menolak Yesus, misalnya dengan berkata:

· banyak orang kristen brengsek.

Padahal orang dunia ini juga brengsek, tetapi mereka mau hidup di dunia dan berteman dengan orang dunia.

· sibuk, tidak ada waktu.

Tetapi untuk hal-hal lain (pesta kawin, HUT, dsb) ada waktu!

· gerejanya jauh.

Tetapi untuk hal-hal lain (belanja, piknik, undangan pernikahan) bisa pergi walaupun jauh!

· dilarang oleh keluarga. Dari pada geger dengan keluarga, yang jelas bukan merupakan sesuatu yang dikehendaki Tuhan, lebih baik me-nolak Yesus. Terhadap alasan ini perlu saudara ingat bahwa Yesus berkata dalam Mat 10:34-36 - “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memi-sahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya”. Karena itu jangan terlalu cepat berkata bahwa Allah tidak menghendaki saudara geger dengan keluarga! Dalam persoalan se-perti ini Allah menghendaki saudara geger dengan siapapun!

Jangan membuat-buat alasan. Tuhan tahu isi hati saudara!

4) Alasan yang sesungguhnya: mereka tidak menghargai pesta itu!

Mereka sudah diundang jauh hari sebelumnya. Mengapa mereka tidak mengatur waktu untuk bisa datang ke pesta? Mengapa mereka justru membeli ladang / lembu atau kawin menjelang pesta? Jelas karena mereka tidak menghargai baik pestanya maupun orang yang meng-adakan pesta!

Orang yang menolak Injil boleh mempunyai 1001 macam alasan, tetapi alasan sebenarnya adalah:

a) Mereka tidak menghargai keselamatan.

Mereka lebih perduli pada hal-hal duniawi (uang, keluarga, kesehatan, pekerjaan, study, dll). Bahkan pikiran mereka dipenuhi dengan hal-hal itu, sehingga tidak ada tempat dalam pikiran mereka untuk kese-lamatan jiwa mereka! Kalau saudara adalah orang yang seperti itu, ingatlah bahwa suatu hari saudara akan mati, dan tanpa keselamatan saudara akan masuk neraka! Bandingkan dengan:

· Mat 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.

· Perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh (Luk 12:16-21).

b) Mereka tidak menghargai Allah sendiri.

Orang dunia mungkin mau beragama, pergi ke gereja, berbuat baik, belajar Firman Tuhan, dsb. Tetapi mereka tidak akan memperdulikan, apalagi mengasihi Allah. Kalau saudara adalah orang yang seperti itu, ingatlah bahwa Allah mengasihi saudara! Tetapi kalau saudara terus menolak Dia, Ia akan menghakimi dan menghukum saudara!

III) Sikap orang yang mengadakan pesta.

Undangannya ditolak! Bagaimana sikapnya?

1) Murka (ay 21).

Penolakan terhadap undangan adalah penghinaan! Ia tidak mau menerima alasan-alasan itu! Demikian juga kalau saudara menolak undangan Allah untuk diselamatkan melalui Kristus, maka Allah juga murka kepada sau-dara! Ia tidak mau menerima alasan apapun! Ia murka!

Bahkan, sebetulnya karena kita lahir dalam dosa (karena kita keturunan Adam), dan kita lahir sebagai anak setan, maka sejak kita lahir murka Allah sudah ada di atas kita. Lalu Allah ingin berdamai dengan kita. Ia menjadi manusia dan mati bagi dosa kita. Lalu Ia memanggil kita untuk mau datang kepada Kristus, sehingga bisa diperdamaikan dengan Dia. Kalau kita menolak, itu berarti kita tidak mau berdamai dengan Dia! Maka murka Allah akan tetap ada di atas kita.

Yoh 3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya”.

Murka itu akan dinyatakan sepenuhnya pada saat saudara mati dan masuk neraka! Pada saat ini murka itu belum dinyatakan sepenuhnya, tetapi murka itu ada di atas saudara! Kalau saudara tidak merasa men-derita (semua baik-baik saja), jangan menganggap murka Allah itu tidak ada! Saudara ‘baik-baik‘, karena murka Allah itu belum dinyatakan! Tetapi kalau saudara terus tidak mau bertobat dan datang kepada Kristus, maka pada akhirnya murka itu akan dinyatakan sepenuhnya! Dan kita tidak tahu kapan ini akan terjadi! Karena itu cepatlah bertobat!

2) Menolak orang yang tadinya diundang (ay 24).

Ada 3 hal yang ingin saya bahas dari ay 24 ini.

a) Ay 24 - ‘Aku berkata kepadamu’. Kata ‘mu’ di sini dalam bahasa Yunaninya ada dalam bentuk jamak! Padahal kata ‘hamba’ dalam ay 17 ada dalam bentuk tunggal. Jadi, ay 24 ini sebetulnya sudah tidak lagi termasuk dalam perumpamaan. Dalam ay 24 ini Yesus berbicara ditujukan kepada pendengarNya, yaitu orang-orang Yahudi / Farisi. Sesuatu yang menarik adalah bahwa Yesus berkata ‘jamuanKu’ (ay 24). Dalam ay 16 orang yang mengadakan pesta jelas menggam-barkan Allah. Tetapi dalam ay 24 Yesus berkata ‘jamuanKu’. Jadi, ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah!

b) ‘Tak menikmati jamuanKu’ (ay 24) bukanlah suatu keadaan netral / tak menderita! Itu adalah hukuman! ‘Tidak masuk surga’ berarti ‘masuk neraka’! Karena itu hati-hati dengan doktrin tentang Allah yang adalah kasih. Itu tidak boleh diartikan seakan-akan Ia tidak menghukum kalau manusia tidak mau bertobat. Hati-hati mengatakan bahwa Yesus tidak datang untuk menghakimi / menghukum tetapi untuk menyelamatkan (Yoh 3:17 Yoh 12:47). Pada kedatangan pertama Ia memang datang untuk menyelamatkan, tetapi kalau saudara tidak mau datang kepada-Nya untuk diselamatkan, maka pada kedatangan kedua Ia akan menghakimi dan menghukum saudara!

c) Ay 24 ini mengajar kita bahwa kita tidak bisa menolak undangan seenak kita. Ada orang yang menolak dan berkata ‘Nanti saja, lain kali!’. Tetapi ingat bahwa penolakan kita mengundang penolakan Allah! Karena itu Yes 55:6 berkata: ‘Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui’.

3) Ia mengundang orang lain (ay 21b-23).

Ia tidak membatalkan pesta itu, tetapi Ia mengundang orang lain! Kalau ada orang menolak undangan Allah yang ingin menyelamatkannya, maka Allah tidak akan terus menunggui orang itu, tetapi Ia akan terus memberi-kan undanganNya kepada orang lain (bdk. Luk 9:5 Kis 13:51 Kis 18:6).

Undangan kepada orang lain ini merupakan gambaran dari undangan Allah kepada orang-orang non Yahudi (bdk. Ul 32:21 Ro 11:17-21).

Dalam Ro 11:17 Yahudi / Israel digantikan oleh non Israel. Tetapi dalam Ro 11:21 ada peringatan: “Kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang yang asli (orang Yahudi), Ia juga tidak akan menyayangkan kamu (orang non Yahudi)”. Maksudnya: kalau Allah tidak menyayangkan orang Yahudi yang tidak percaya, Allah juga tidak akan menyayangkan kita yang tidak mau percaya!

Jadi, kalau saudara menolak undangan Allah untuk datang kepada Yesus, Allah akan mengalihkan undangan itu kepada orang lain! Prinsip-nya adalah: Tuhan tidak mau memberikan sesuatu kepada orang yang tidak menghargai (bdk. Mat 7:6 - “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu”). Dan karena itu saya berpendapat bahwa ini berlaku bukan hanya untuk keselamatan saja, tetapi juga untuk Firman Tuhan. Kalau saudara terus mengacuhkan Firman Tuhan, misalnya dengan tidak datang dalam Pemahaman Alkitab, maka jangan kaget kalau suatu kali Tuhan memindahkan Firman Tuhan dari diri saudara!

Dalam ay 23 ada kata ‘paksa’. Ini tidak bisa dijadikan dasar untuk berkata bahwa dalam Pemberitaan Injil kita boleh betul-betul memaksa seseorang secara fisik. Tetapi bagaimanapun dalam arti tertentu memang ada unsur pemaksaan dalam Pemberitaan Injil. Apa unsur pemaksaannya?

· Pemberitaan Injil adalah suatu perintah untuk datang dan percaya kepada Yesus.

· Pemberitaan Injil mengandung suatu ancaman bagi yang menolak.

· Dalam Pemberitaan Injil ada desakan untuk percaya kepada Yesus!

Paksaan ini menunjukkan kesungguhan Allah dalam menyelamatkan! Ini justru menunjukkan kasih Allah! Demikian pula kalau ada orang kristen yang ‘memaksa‘ (terus mendesak) saudara untuk percaya kepada Yesus, jangan menganggap itu sebagai tindakan yang menyebalkan! Itu justru merupakan bukti bahwa orang kristen itu mengasihi saudara dan ingin supaya saudara diselamatkan!

IV) Pengganti para undangan (ay 21-23).

Mereka dikatakan sebagai orang miskin, cacat, buta, lumpuh (ay 21b). Mereka ada di jalan, lorong dan lintasan (ay 21b,23), yang mungkin berarti bahwa mereka adalah orang gelandangan.

Orang-orang ini kelihatannya justru sama sekali tidak siap untuk ikut pesta! Orang miskin tidak mempunyai pakaian pesta, orang cacat, buta, lumpuh akan sukar pergi ke pesta. Tetapi sekalipun mereka tidak siap, ada dua hal yang penting:

1) Pestanya sudah siap!

Kesiapan pesta ini tidak tergantung kepada yang diundang, tetapi tergantung kepada yang mengundang! Apakah saudara merasa diri saudara belum siap menerima keselamatan? Saudara masih terlalu banyak dosa? Ingat bahwa keselamatan sudah siap! Yesus yang menyi-apkannya bagi saudara dengan mati di salib dan bangkit dari antara orang mati!

2) Mereka mau datang.

Mereka tak mencari alasan untuk menolak! Orang-orang dalam ay 18-20 lebih siap, tetapi mereka mencari alasan untuk menolak. Orang-orang di sini lebih tidak siap, tetapi tidak mencari alasan untuk menolak! Mereka mau datang! Itu yang penting!

Bagaimana dengan saudara? Maukah saudara datang kepada Yesus dan menerima keselamatan yang sudah Ia sediakan?

-AMIN-

3.Yesus pembawa damai

(Kejadian 49:8-10)

Sekalipun Kej 49:3-27 merupakan berkat Yakub kepada anak-anaknya (Kejadian 49: 28), tetapi itu juga merupakan nubuat (ay 1).

I) Arti nubuat ini.

1) Ay 8-10a jelas menunjukkan bahwa Yehuda akan menurunkan raja-raja.

2) Ay 10b: ini ayat sukar yang terjemahannya berbeda-beda.

KJV: ‘until Shiloh come’ (= sampai Shiloh datang).

NASB: ‘until Shiloh comes’ (= sampai Shiloh datang).

KS Indonesia: ‘sampai dia datang yang berhak atasnya’.

NIV/RSV: ‘until he comes to whom it belongs’ (= sampai dia yang mem-punyainya datang).

Rupanya KS Indonesia, RSV, NIV menterjemahkan dari suatu manuscript yang berbeda yang berbunyi ‘until Selloh comes’ [Derek Kidner (Tyn-dale)], yang bisa berarti:

· ‘till what is his comes’ (= sampai miliknya datang).

Ini seperti Septuaginta / LXX yang menterjemahkan: ‘till Judah’s full heritage appears’ (= sampai warisan penuh dari Yehuda muncul).

· ‘until he comes, to whom it belongs’ (= sampai dia yang mempu-nyainya datang).

Ini seperti terjemahan KS Indonesia, NIV, RSV.

Tetapi kebanyakan penafsir mempertahankan terjemahan KJV/NASB: ‘until Shiloh comes’ (= sampai Shiloh datang).

Sekarang, apa artinya Shiloh? Macam-macam arti:

· Shiloh = Tranquility (= ketenangan / kesentosaan).

· Shiloh = The Peaceable One (= Orang yang suka damai).

· Shiloh = The Pacifier (= Pembawa damai / perdamaian).

Keil & Delitzsch:

Kata Shiloh diturunkan dari kata Shalah, yang berarti to be quiet (= tenang), to enjoy rest (= menikmati ketenangan), security (= keamanan). Shiloh tidak harus menunjuk pada tempat (a place of rest) tetapi bisa menunjuk kepada orang, yaitu ‘the man of rest’ (= manusia damai) atau ‘the bearer of rest’ (= pembawa damai).

II) Penggenapan nubuat ini.

1) Pada jaman Musa, Yehuda sudah menduduki tempat terutama di antara semua suku (Bil 2:2-3 Bil 7:12 Bil 10:14).

2) Setelah Yosua mati, Yehuda yang pertama menyerang orang Kanaan yang tersisa (Hak 1:1-2).

3) Pada jaman hakim-hakim, hakim pertama berasal dari suku Yehuda, yaitu Otniel (Hak 3:9 bdk. Yos 15:1-12,13-19,20-63).

4) Dalam perang saudara antara suku-suku Israel melawan suku Benyamin, suku Yehuda yang maju dahulu (Hak 20:18).

5) Raja Daud berasal dari suku Yehuda (bdk. 1Taw 28:4).

Tetapi mengapa raja pertama, yaitu Saul, bukan dari suku Yehuda, tetapi dari suku Benyamin? Calvin berkata: karena sekalipun Allah mau ada raja, tetapi Israel minta terlalu cepat dan minta dengan motivasi yang salah, sehingga Allah memberi raja yang salah, yaitu Saul.

6) Raja Salomo (Ibrani: Shelomoh), arti namanya adalah the peaceful one (= orang yang penuh damai). Baca 1Taw 22:9-10!

7) Puncak penggenapan adalah dalam diri Yesus / Mesias.

III) Yesus sebagai Pembawa Damai.

Bahwa Yesus adalah Pembawa Damai, juga terlihat dari:

1) Nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang lain:

a) Yes 9:5-6a (KS Inggris Yes 9:6-7a) menyebutNya The Prince of Peace / Raja Damai.

Kata Ibrani untuk peace / damai adalah Shalom.

b) Mikha 5:1-4 jelas merupakan nubuat tentang kelahiran Mesias, dan dalam ay 4nya dikatakan: ‘dia menjadi damai sejahtera (SHALOM)’ [NIV: he will be their peace (= ia akan menjadi damai sejahtera me-reka)].

2) Melkizedek, yang adalah TYPE dari Kristus, adalah raja Salem (Kej 14:18). Kata SALEM berarti peaceful (= penuh damai).

3) Pada Natal yang pertama, para gembala di padang melihat sejumlah malaikat menyanyi memuji Allah:

“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya” (Luk 2:14).

4) Mat 11:28-30 - “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan”.

5) Yoh 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”.

6) 2Kor 5:18a,19a - “... Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya ... Sebab Allah telah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka”.

7) Ef 2:11-18 - bacalah ini dalam Kitab Suci saudara!

Dari ayat-ayat di atas terlihat bahwa ada 3 macam damai yang menjadi tujuan Kristus datang ke dalam dunia:

1. Damai antara manusia berdosa dengan Allah (Ef 2:11-18 2Kor 5:18-19).

Ini hanya bisa tercapai melalui iman kepada Yesus (Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus”).

Yesus datang pada Natal yang pertama dengan tujuan utama untuk mendamaikan manusia berdosa dengan Allah. Untuk itu Ia mati disalib menebus dosa manusia. Sekarang, kalau saudara mau berdamai dengan Allah, saudara hanya perlu percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara! Maukah saudara?

2. Damai dalam hati (Mat 11:28-30 Yoh 14:27).

Rusaknya atau tidak adanya hubungan dengan Allah menyebabkan manusia tidak mempunyai damai dalam hati mereka (bdk. Kej 3). Sebaliknya yang ada hanyalah kegelisahan, kekosongan, kekuatiran, ketakutan, kesumpekan, dsb. Ada banyak orang yang berusaha men-dapatkan damai dengan mencari kekayaan, kesenangan, hiburan dsb. Tetapi semua itu paling banyak hanya bisa memberikan kesenangan semu yang bersifat lahiriah / di luar, dan yang tahan hanya sebentar saja! Tetapi kalau saudara mau datang kepada Yesus dan diperdamaikan dengan Allah, maka saudara akan mendapat damai di hati yang berbeda dengan damai yang semu dan lahiriah itu.

Yoh 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”.

3. Damai antara manusia dengan manusia (Ef 2:14-16).

Yesus pernah mengucapkan kata-kata yang mengejutkan dan sangat membingungkan banyak orang, yaitu dalam Mat 10:34-36 yang berbunyi:

“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya”.

Artinya: kalau ada suatu keluarga atau kelompok mendengar tentang Yesus, dan lalu sebagian menolak Yesus tetapi sebagian menerima Yesus, maka orang-orang yang menolak Yesus itu bisa menjauhi, memusuhi, menganiaya, dan bahkan membunuh orang-orang yang menerima Yesus. Contoh: Yoh 7:43 Yoh 9:16 Kis 14:1-4. Tentu saja kalau hal ini terjadi, itu bukanlah salah dari orang-orang yang menerima Yesus, dan lebih-lebih bukan salahnya Yesus, tetapi salahnya orang-orang yang menolak Yesus.

Tetapi sebaliknya, dua kelompok yang dulunya bermusuhan, setelah kedua kelompok itu sama-sama percaya kepada Yesus, lalu bersatu / berdamai. Misalnya: masuknya orang Samaria ke dalam gereja Yahudi (Kis 8).

Ketiga damai di atas dipengaruhi oleh dosa! Kalau kita berbuat dosa, apalagi dengan sengaja, maka:

· sekalipun kita tidak kembali menjadi musuh Allah, tetapi hubungan / persekutuan dengan Allah merenggang.

· damai dalam hati bisa hancur dan berubah menjadi kegelisahan, kesum-pekan dsb.

· damai dengan sesama, bahkan dengan sesama saudara seiman, tentu juga bisa hancur, dan berubah menjadi perpecahan, permusuhan dsb.

Kesimpulan / penutup:

Untuk saudara-saudara yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, berilah diri saudara diperdamaikan dengan Allah melalui iman kepada Kristus! Mungkin saudara tidak merasa perlu berdamai dengan Allah, karena saudara tidak pernah merasa bermusuhan dengan Allah. Tetapi ingat bahwa:

a) Sejak Adam jatuh ke dalam dosa, semua kita lahir dalam keadaan berdosa (dosa asal), dan ini menyebabkan sejak kita lahir, kita sudah ada di bawah murka Allah (Ef 2:1-3).

b) Setiap dosa yang kita lakukan, besar atau kecil, sengaja atau tidak, melalui kata-kata, hati pikiran atau tingkah laku kita, menyakiti Allah yang maha suci.

Karena itulah maka semua manusia membutuhkan perdamaian dengan Allah melalui Yesus Kristus ini! Maukah saudara datang kepada Yesus?

Untuk saudara-saudara yang sudah percaya, rayakanlah Natal tahun ini dengan suatu tekad untuk membuang semua dosa, supaya damai dengan Allah, damai dalam hati, dan damai dengan sesama bisa makin ditingkatkan, dan dengan demikian tujuan Yesus berNatal terwujud dalam hidup saudara. Maukah sau-dara? Tuhan memberkati saudara.

-AMIN-

4.Hari tuhan

2 PETRUS 3:3-15a

I) Pengejek-pengejek.

1) Mereka tidak percaya akan hari Tuhan (kedatangan Kristus yang kedua-kalinya), kiamat, penghakiman akhir jaman, dsb.

Argumentasi mereka:

a) Dari janji Tuhan.

· Mereka tahu tentang adanya janji Tuhan Yesus untuk datang ke-duakalinya (ay 4a).

· Rupanya mereka juga tahu bahwa beberapa dari janji-janji itu kelihatannya menunjukkan bahwa Kristus akan segera datang un-tuk keduakalinya (Matius 10:23 Matius 16:28 Mat 24:34).

· Karena itu, pada waktu mereka melihat Tuhan tidak datang-datang, mereka tidak sabar, dan mereka menganggap Tuhan lalai / lamban dalam menepati janjiNya (ay 4,9). Padahal Tuhan Yesus sudah memperingatkan akan adanya orang yang tidak sabar menantikan hari Tuhan (Luk 12:45 bdk. Yak 5:7-dst Ibr 10:36-dst).

b) Dari tidak berubahnya dunia / alam semesta (ay 4b).

Mereka berkata: sejak penciptaan, sampai bapa-bapa leluhur mati, dan bahkan sampai sekarang, segala sesuatu (alam semesta / dunia) tetap seperti semula. Jadi sampai kapanpun pasti juga tetap akan seperti ini.

2) Mereka bukan hanya tidak percaya pada hari Tuhan, tetapi lebih dari itu mereka melontarkan ejekan-ejekan (ay 3-4).

3) Mereka hidup menuruti hawa nafsunya (ay 3b).

Ketidakpercayaan mereka akan kedatangan Kristus keduakalinya, me-nyebabkan mereka tidak percaya pada penghakiman akhir jaman, dan ini menyebabkan mereka secara bebas hidup menuruti hawa nafsunya.

Dari sini terlihat bahwa kesalahan pemikiran secara doktrinal seringkali menyebabkan hidup yang salah / berdosa (bdk. 1Kor 15:32).

Michael Green (Tyndale): “There is an indissoluble link between conduct and conviction” (= Ada hubungan yang tidak bisa diputuskan antara tingkah laku dan keyakinan).

Penerapan: Karena itu dalam gereja hamba Tuhan harus mau mengajar doktrin, dan jemaat harus mau belajar doktrin, misalnya doktrin Allah Tritunggal, Kristologi, Predestinasi, doktrin akhir jaman, dsb. Firman Tuhan yang praktis memang penting, tetapi jika saudara hanya mau mendengar yang praktis, maka nanti saudara tidak akan bisa / mau menjalankan yang praktis itu, kalau saudara tidak mempunyai pengertian doktrinal yang baik!

II) Ajaran Petrus tentang Hari Tuhan.

1) Jawaban Petrus terhadap argumentasi para pengejek itu.

a) Tentang tidak berubahnya alam semesta / dunia (ay 5-7).

· Alam semesta / dunia ini bukannya tetap / tidak berubah (ay 5-7).

* Bumi berasal dari air dan oleh air (ay 5b).

NIV/NASB: ‘the earth was formed out of water and by water’ (= bumi dibentuk dari air dan oleh air).

KJV: ‘the earth standing out of the water and in the water’ (= bumi menonjol dari air dan dalam air).

Kata Yunaninya: SUNESTOSA. Dalam Kol 1:17 versi KJV kata yang sama diterjemahkan ‘consist’.

Ini menunjuk pada Kej 1:2-10. Bdk. Maz 136:6a Maz 24:2.

Pulpit Commentary: “Of course, neither St. Peter nor Moses is speaking in the language of science; their object was, not to teach scientific truth, but to present the great fact of creation in an aspect suitable to our poor capacities” (= Tentu saja, baik Petrus maupun Musa tidak berbicara dalam bahasa ilmiah; tujuan mereka bukan mengajarkan kebenaran ilmiah, tetapi menyatakan fakta besar tentang penciptaan dalam aspek yang sesuai dengan kapasitas kita yang rendah).

* Bumi dihancurkan oleh Tuhan dengan menggunakan air bah (ay 5-6).

Calvin: “the history of the deluge is an abundantly sufficient witness that the whole order of nature is governed by the sole power of God” (= sejarah air bah merupakan saksi yang lebih dari cukup bahwa seluruh keteraturan alam diperintah / diatur hanya oleh kuasa Allah).

* Nanti pada akhir jaman Tuhan akan menghancurkannya de-ngan api (ay 7,10,12).

· Alam semesta diciptakan dengan firman Tuhan, bumi dihancurkan oleh air bah juga karena firman Tuhan, dan kalau sekarang alam semesta terpelihara itu juga karena firman Tuhan (ay 5-7). Karena itu kalau nanti pada akhir jaman Tuhan menggunakan firmanNya untuk menghancurkan semua, itu bukan sesuatu yang aneh.

Sebetulnya semua ini sudah diketahui oleh para pengejek, tetapi Petrus mengatakan bahwa mereka sengaja tidak mau tahu (ay 5).

Penerapan: orang berdosa sering sengaja tidak mau tahu, karena penge-tahuan itu mengganggu / menggelisahkan mereka. Dengan tidak mau tahu, maka mereka bisa berdosa / menuruti hawa nafsu mereka dengan ‘lebih tenteram’.

Misalnya mereka tidak mau tahu bahwa dirinya adalah orang berdosa. Tidak mau tahu bahwa bagaimanapun ia berusaha berbuat baik, ia tetap penuh dengan dosa. Tidak mau tahu bahwa Allah itu adil dan suci, dan pasti menghukum manusia berdosa, dsb. Tetapi ketidak-mau-tahuan ini seperti orang sakit kanker yang tidak mau tahu akan kankernya! Ke-tidak-mau-tahuannya itu justru akan membunuhnya.

b) Tentang kelalaian Tuhan dalam menepati janjiNya (ay 8-9).

· Tuhan tidak terbatas oleh waktu (ay 8 bdk. Maz 90:4).

Ketidakterbatasan Tuhan oleh waktu ini menyebabkan ‘ayat-ayat yang seakan-akan menunjukkan bahwa Tuhan akan segera datang keduakalinya itu’ dan ‘tidak datang-datangnya Tuhan’ tidak ber-tentangan.

Catatan: hati-hati dengan penafsiran salah dari ay 8, yang menaf-sirkan 6 hari penciptaan sebagai 6000 tahun.

· Tuhan ‘menunda’ kedatanganNya bukan karena lalai pada janji-Nya, tetapi karena Ia sabar dan tak menghendaki ada yang binasa (ay 9 bdk. Ro 2:4).

* Apakah ay 9 ini bertentangan dengan Predestinasi? Tidak! Ada 2 kemungkinan untuk menafsirkan supaya ayat ini tidak ber-tentangan dengan doktrin Predestinasi:

Þ kehendak Allah di sini tidak menunjuk pada Rencana Kekal dari Allah, tetapi hanya menunjukkan pada sesuatu yang menyenangkan Allah kalau itu terjadi.

Seorang penafsir (Pulpit Commentary) mengatakan bahwa lebih tepat diterjemahkan ‘tidak menginginkan’ dari pada ‘tidak menghendaki’.

Bandingkan juga dengan Yeh 18:23,32 dan Yeh 33:11 yang mengatakan bahwa Allah tidak berkenan dengan kematian orang fasik.

Þ perhatikan bahwa mulai ay 3 Petrus berbicara tentang pengejek-pengejek. Dan Petrus selalu menggunakan kata ‘nya’ (Inggris: ‘their’) dan ‘mereka’ (Inggris: ‘they’). Tetapi mulai ay 8 ia mulai berbicara tentang orang kristen, dan ia terus menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘mu’ (ay 8,9,11,14,15). Jadi, mulai ay 8 itu kontex pembicaraan menyoroti orang kristen, dan karena itu ‘semua orang’ dalam ay 9 menunjuk pada ‘semua orang kristen’ / semua orang pilihan.

* Kata ‘lalai’ dan ‘kelalaian’ dalam ay 9 ini oleh NIV/NASB diterjemahkan ‘slow’ (= lamban) dan ‘slowness’ (= kelambanan).

* Penundaan / kelambanan ini disebabkan karena kesabaran Allah.

Dalam 1Pet 3:20 dibicarakan tentang kesabaran Allah sebelum air bah, dan sekarang dalam 2Pet 3:9 dibicarakan tentang kesabaran Allah sebelum kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.

Michael Green (Tyndale): “Not impotence but mercy is the reason for God’s delay” (= Bukan ketidakmampuan tetapi belas kasihan adalah alasan penundaan Allah).

2) Setelah menjawab argumentasi para pengejek, Petrus menegaskan bah-wa hari Tuhan akan datang (ay 10).

a) Dalam bahasa Yunaninya, kata Yunani HEXEI [= ‘will come’ (= akan datang)] diletakkan di awal ay 10. Ini untuk menekankan kepastian kedatangan Kristus!

b) Seperti pencuri (ay 10).

Persamaan dengan pencuri ini hanya dalam satu hal, yaitu: sama-sama datang pada saat yang tidak terduga / pada saat orang tidak siap sedia (bdk. Mat 24:42-44 1Tes 5:2-3 Wah 3:3).

Kedatangan Kristus yang keduakalinya tidak diberitahukan saatnya, dan tidak akan diberitahukan! Siapapun yang bisa menubuatkan saat keda-tangan Kristus keduakalinya pasti adalah orang yang kacau pengetahuan Kitab Sucinya! Mengapa tidak diberitahukan saatnya? Karena kalau diberitahukan saatnya, maka semua orang baru akan bersiap sedia 1 hari sebelumnya! Dengan tidak diberitahukan, maka orang harus ber-siap sedia senantiasa.

Calvin: “This has been added, that the faithful might be always watching, and not promise tomorrow to themselves” (= Ini ditambahkan, supaya orang yang setia / orang kristen selalu berjaga-jaga, dan tidak menjanjikan besok pada diri mereka sendiri).

c) Semua akan dihancurkan (ay 10-13 bdk. Wah 20:11b).

Ini bertentangan dengan ajaran Saksi Yehovah yang mengatakan bahwa kita nanti akan tinggal di bumi ini yang sudah disempurnakan.

d) Akan ada langit dan bumi yang baru dimana terdapat kebenaran (ay 13 bdk. Wah 21:1).

Tidak ada lagi dosa, setan, pencobaan, ketidakadilan, ketidakbenaran, dsb.

III) Sikap / tanggapan kita.

1) Anggap kesabaran Tuhan sebagai kesempatan untuk beroleh kese-lamatan (ay 15a).

Dalam bahasa Yunaninya kata ‘kesabaran’ dalam ay 15 sama dengan kata ‘sabar’ dalam ay 9. Kesabaran Tuhan adalah kesempatan untuk memperoleh keselamatan.

Saudara bisa menggunakan kesempatan itu dengan baik, yaitu dengan datang dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dia sudah mati di salib untuk menebus dosa saudara. Jangan sia-siakan penebusan ini, jangan sia-siakan darahNya yang sudah dicurahkan, jangan sia-siakan penderitaan dan kematianNya. Datanglah dan terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara!

Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya”.

Saudara bisa menyia-nyiakan kesempatan ini dengan:

· tetap menjadi orang kafir.

· tetap menjadi orang kristen KTP, yaitu pergi ke gereja, dibaptis, dsb, tetapi tidak percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tidak peduli Kristus dan tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Kristus.

Kalau ini pilihan saudara, ingatlah bahwa Kristus akan datang kedua-kalinya sebagai Hakim dan sebagai Tuhan dengan seluruh kemuliaanNya. Pada saat itu Fil 2:10-11 mengatakan bahwa segala lutut akan bertelut dan segala lidah akan mengaku ‘Yesus Kristus adalah Tuhan’. Orang yang semasa hidupnya percaya kepada Yesus, saat itu akan mengaku dengan sukacita; tetapi orang yang semasa hidupnya tidak percaya kepada Yesus, saat itu akan mengaku dengan terpaksa, dan tidak ada gunanya bagi mereka, karena mereka tetap akan dihukum.

Pada saat ini Yesus berulangkali mengundang saudara, tetapi kalau saudara terus mengabaikan undanganNya ini, nanti pada akhir jaman Ia akan mengusir saudara dari hadapanNya. Saudara bisa menolak undanganNya saat ini, tetapi saudara tidak bisa menolak perintahNya yang mengusir saudara dari hadapanNya nanti pada akhir jaman. Karena itu, gunakan kesempatan ini untuk datang dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, supaya saudara diselamatkan!

2) Menantikan kedatangan Tuhan yang keduakalinya (ay 12,14).

Dalam komentarnya tentang Yudas 21, Thomas Manton berkata:

“Love quickeneth desire: 2Peter 3:12, ‘Looking for and hastening to the coming of the Lord’. ... A harlot would have her husband defer his coming, but a chaste spouse thinketh he can never come soon enough. They that go a-whoring after the world, neither desire Christ’s coming, nor love his appearing; but ‘the Spirit of the bride saith, Come.’ They that love God look for it, Phil. 3:20, long for it, 2Tim. 4:8: they ‘love his appearing.’” (= Kasih menimbulkan kerinduan: 2Pet 3:12, ‘menantikan dan tergesa-gesa pada kedatangan Tu-han’. ... Seorang pelacur menginginkan suaminya menunda kedatangannya / kepulangannya (bdk. Amsal 7:19-20), tetapi pasangan yang suci / murni berpikir bahwa ia tidak pernah bisa pulang cukup pagi. Mereka yang melacur mengikuti dunia ini, tidak menginginkan kedatangan Kristus, dan juga tidak mengasihi / menyenangi pemunculanNya; tetapi ‘Roh dari pengantin perempuan berkata, Datanglah’ (Wah 22:17). Mereka yang mengasihi Allah menantikannya, Fil 3:20, merindukannya, 2Tim 4:8: mereka ‘mengasihi pemunculanNya’).

Thomas Manton melanjutkan: “This now informeth us what a difference there is between a child of God and wicked men. They wish this day would never come, and would be glad in their hearts to hear such news. The thought of Christ’s coming is their burden and torment. They have the spirit of the devil in them: ‘Art thou come to torment us before our time’? Mat. 8:29” (= Ini menginformasikan kita betapa besar perbedaan antara anak Allah dan orang-orang jahat. Mereka berharap hari itu tidak pernah datang, dan akan gembira dalam hati mereka mendengar kabar seperti itu. Pemikiran tentang kedatangan Kristus adalah beban dan siksaan mereka. Mereka mempunyai roh / semangat / pemikiran dari setan dalam diri mereka: ‘Apakah Engkau datang untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’ Mat 8:29).

Penerapan: jangan membiarkan krisis ekonomi menyebabkan saudara melupakan / mengabaikan kedatangan Kristus yang keduakalinya, dan tidak berjaga-jaga, tetapi terus mencari uang!

3) Mempercepat kedatangan hari itu (ay 12).

a) Dengan memberitakan Injil.

Allah ‘menunda’ kedatangan Yesus karena Ia ingin semua orang bertobat. Karena itu kalau kita ingin ‘mempercepat’ kedatangan Yesus, kita harus rajin memberitakan Injil (bdk. Mat 24:14).

b) Dengan doa.

Kita juga bisa mempercepat dengan doa. Kata-kata ‘datanglah kerajaanMu’ dalam doa Bapa Kami (Mat 6:10), mencakup hal ini.

Catatan: baik pada waktu dikatakan ‘menunda’ atau ‘mempercepat’ hari Tuhan, semua ini dari sudut pandangan manusia. Dari sudut pandang Tuhan, hari Tuhan sudah Ia tetapkan dan tidak akan berubah.

4) Menguduskan diri (ay 11,14).

Seorang penafsir mengatakan bahwa dalam 2Pet 2:13 dikatakan bahwa nabi-nabi palsu itu adalah ‘kotoran dan noda’ (Yunani: SPILOI KAI MOMOI); sedangkan dalam 1Pet 1:19 dikatakan bahwa Yesus ‘tak bernoda dan tak bercacat’ (AMOMOU KAI ASPILOU). Jadi kedua kata Yunani itu dibalik, dan lalu ditambahi huruf A, yang berarti ‘tidak’ (kata KAI artinya ‘dan’). Sekarang dalam ay 14 ini kita disuruh berusaha supaya tak bercacat dan tak bernoda (ASPILOI KAI AMOMETOI), berarti kita harus hidup seperti Kristus (bdk. 1Yoh 2:6).

Sekarang perlu direnungkan: kita hidup seperti nabi-nabi palsu itu atau seperti Kristus?

Calvin: “He, then, who waits for new heavens, must begin with renewal as to himself, and diligently aspire after it; but they who cleave to their own filth, think nothing, it is certain, of God’s Kingdom, and have no taste for anything but for this corrupt world” (= Maka, ia yang menantikan langit yang baru, harus mulai dengan pembaharuan berkenaan dengan dirinya sendiri, dan dengan rajin / tekun mencarinya / merindukannya; tetapi mereka yang memegang erat-erat kotorannya sendiri, pasti tidak berpikir apa-apa tentang Kerajaan Allah, dan tidak mempunyai selera untuk apapun selain dunia yang jahat ini).

-AMIN-

5.Damai dengan Allah

KOLOSE 1:19-29

I) Salib mendamaikan kita dengan Allah.

1) Kita (orang yang belum percaya) membutuhkan pendamaian dengan Allah. Mengapa? Karena:

a) Kita hidup jauh dari Allah (Kolose 1: 21 bdk. Ef 2:12b - ‘tanpa Allah’).

b) Kita memusuhi Allah dalam hati dan pikiran kita (ay 21).

1. ‘dalam hati dan pikiran’ (ay 21). Ini salah.

NASB: in mind (= dalam pikiran).

NIV: in your mind (= dalam pikiranmu).

2. Memusuhi Allah dalam pikiran ini tidak mesti diartikan bahwa dalam pikirannya manusia itu betul-betul membenci Allah dan menganggap Allah sebagai musuhnya. Tetapi maksudnya adalah bahwa kita selalu menginginkan hal-hal yang tidak disenangi oleh Allah (bdk. Ro 8:7-8).

Calvin: “We all, however, stand in need of Christ as our peace-maker, because we are the slaves of sin, and where sin is, there is enmity between God and men” (= Bagaimanapun kita semua membutuhkan Kristus sebagai pendamai kita, karena kita adalah hamba dosa, dan dimana dosa ada, di situ ada permusuhan antara Allah dengan manusia).

c) ‘Memusuhi Allah dalam pikiran’ akhirnya terwujud melalui ‘perbuatanmu yang jahat’ (ay 21).

Memang kalau pikiran kita tidak benar, maka lambat atau cepat kehidupan kita (kata-kata maupun tindakan) juga akan tidak benar.

Karena semua ini, maka murka Allah ada di atas kita (Ef 2:3 Yoh 3:36), dan kita membutuhkan pendamaian. Ini perlu disadari oleh semua manusia, yang belum percaya kepada Kristus!

2) Pendamaian oleh Kristus.

Ay 20: ‘oleh Dialah Ia mendamaikan segala sesuatu dengan diriNya ... sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus’.

Bdk. Ro 3:25 - “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pen-damaian karena iman, dalam darahNya”.

Calvin: “such is the determination of God - not to communicate himself, or his gifts to men, otherwise than by his Son. ‘Christ is all things to us: apart from him we have nothing. ... we cannot be joined to God otherwise than through him” (= begitulah ketetapan / penentuan Allah - tidak memberikan diriNya sendiri, atau karunia-karuniaNya kepada manusia kecuali melalui AnakNya. ‘Kristus adalah segala-galanya bagi kita: terpisah dari Dia kita tidak mempunyai apa-apa. ... kita tidak bisa disatukan / digabungkan dengan Allah kecuali melalui Dia).

Pendamaian manusia dengan Allah hanya dimungkinkan melalui Kristus karena Kristus sudah mati di salib, mencurahkan darahNya untuk mene-bus dosa kita. Ini yang seharusnya direnungkan / dikenang dalam mera-yakan Jum’at Agung! Kita harus merenungkan salib Kristus sedemikian rupa sampai kita betul-betul merasakan kasih Allah kepada kita, dan juga sampai kita membalas mengasihi Allah.

William Barclay: “The Cross is the proof that there is no length to which the love of God will refuse to go in order to win men’s hearts; and a love like that demands an answering love. If the Cross will not waken love in men’s hearts, nothing will” (= Salib adalah bukti bahwa tidak ada jarak yang tidak mau ditempuh oleh kasih Allah untuk memenangkan hati manusia; dan kasih seperti itu menuntut kasih balasan. Jika salib tidak membangunkan / menghidupkan kasih dalam hati manusia, maka tidak ada apapun yang akan membangunkan / menghidupkannya).

3) Siapa yang diperdamaikan dengan Allah?

Ay 20 mengatakan ‘segala sesuatu’ dan bahkan menambahi dengan kata-kata ‘baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga’.

Macam-macam tafsiran:

a) Malaikat juga punya dosa. Dasar Kitab Suci: Ayub 4:18 15:15.

Calvin mengatakan bahwa sekalipun malaikat tidak mempunyai dosa tetapi kesucian mereka kotor dibandingkan dengan kebenaran / kesucian Allah, sehingga mereka juga perlu pendamai.

Keberatan: malaikat hanya mempunyai 2 kemungkinan:

1. Jatuh dalam dosa ini. Ini menjadi setan dan para pengikutnya, dan yang ini jelas tidak ditebus (Ibr 2:14-17).

2. Tetap suci. Yang ini tidak membutuhkan penebusan / pendamaian.

b) Origen, yang menurut Hendriksen adalah Universalist yang pertama, berpendapat bahwa ini menunjukkan bahwa Iblis dan malaikat-malaikatnya juga ditebus, sehingga nanti pada akhirnya mereka juga diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Kristus.

c) Theodoret dan Erasmus: malaikat-malaikat itu bukan diperdamaikan dengan Allah, tetapi dengan manusia. Tetapi ini bertentangan dengan kata-kata ‘dengan diriNya’ dalam ay 20. Hebatnya Barclay menganggap ini sebagai ‘the most interesting suggestion’ (= usul yang paling menarik).

d) ‘Yang ada di sorga’ menunjuk kepada semua orang pilihan / percaya yang sudah mati, sedangkan ‘yang ada di bumi’ menunjuk kepada semua orang pilihan / percaya yang masih hidup.

Sebagai tambahan, bandingkan ini dengan ay 23: ‘dikabarkan di seluruh alam di bawah langit’. Ini salah terjemahan.

NIV: ‘has been proclaimed to every creature under heaven’ (= telah dikabarkan kepada setiap makhluk ciptaan di bawah langit).

NASB/Lit: ‘was proclaimed in all creation under heaven’ (= telah dikabarkan dalam semua ciptaan di bawah langit).

Ini tidak ditafsirkan bahwa Paulus memberitakan Injil kepada setan, binatang, atau batu / pohon, tetapi diartikan bahwa Paulus memberitakan Injil kepada ‘semua manusia’! Jadi ay 20 juga tidak perlu mencakup malaikat, setan atau binatang.

Tetapi mengapa untuk ay 20 kita tidak menafsirkan ‘semua orang’ tetapi ‘semua orang pilihan’? Karena:

1. Ay 20 tidak menyebut yang di neraka. Jadi memang ada orang yang tidak diperdamaikan dengan Allah.

2. Jika ‘segala sesuatu’ dalam ay 20 ini ‘semua orang’, maka ini menjurus pada Universalisme, karena ay 20 ini mengatakan ‘memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya’.

Calvin: “Should any one, on the pretext of the universality of the expression, move a question in reference to devils, whether Christ be their peace-maker also? I answer, No, not even of the wicked men: though I confess that there is a difference, inasmuch as the benefit of redemption is offered to the latter, but not to the former” (= Jika ada orang, dengan dalih keuniversalan pernyataan ini, menanyakan pertanyaan berkenaan dengan setan, apakah Kristus juga adalah pendamai mereka? Saya menjawab, Tidak, bahkan Kristus bukanlah pendamai orang-orang jahat: sekalipun saya mengakui bahwa ada perbedaan, karena keuntungan penebusan ditawarkan kepada orang-orang jahat, tetapi tidak kepada setan).

Catatan: yang dimaksud dengan ‘wicked men’ (= orang-orang jahat), jelas adalah orang jahat yang tidak percaya, atau ‘reprobate’ (= orang yang ditentukan untuk binasa).

Lalu bagaimana kita bisa tahu kita orang pilihan atau bukan? Kalau saudara bisa percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka saudara adalah orang pilihan. Kalau saudara bukan orang pilihan, paling banter saudara hanya bisa menjadi orang kristen KTP.

II) Apa yang harus dilakukan setelah damai dengan Allah?

1) Pengudusan (ay 22).

Tujuan dari perdamaian itu adalah kekudusan (bdk. Ef 2:10).

Beberapa penafsir mengatakan bahwa ‘tak bercela dan tak bercacat di hadapan Allah’ ini menunjuk pada keadaan orang percaya pada akhir jaman. Memang sekalipun dalam hidup ini kita berjuang menguduskan diri, kita tetap tidak bisa menjadi ‘tak bercela dan tak bercacat di hadapan Allah’ pada akhir jaman. Kita tetap membutuhkan penghapusan dosa melalui darah Kristus. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita lalu boleh mengabaikan pengudusan itu! Kristus mati untuk dosa kita bukan supaya kita bisa terus hidup di dalam dosa! Bdk. 2Kor 5:15.

2) Bertekun dalam iman (ay 23).

a) Kata-kata ‘sebab itu’ di awal ay 23 merupakan terjemahan yang salah.

NIV/NASB: ‘if’ (= jika).

Yunani: EI (= jika).

Jadi ‘tak bercela dan tak bercacat di hadapan Allah’ dalam ay 22, hanya bisa terjadi kalau kita bertekun dalam iman.

William Hendriksen: “Divine preservation always presupposes human perseverance. Perseverance proves faith’s genuine character, and is therefore indispensable to salvation” (= Pemeliharaan ilahi selalu mensya-ratkan ketekunan manusia. Ketekunan membuktikan sifat asli dari iman, dan karena itu mutlak dibutuhkan).

b) Hal-hal yang bisa menggeser kita dari iman / pengharapan Injil adalah:

1. Ajaran sesat. Ini yang dipersoalkan oleh Paulus di Kolose ini.

2. Problem / kesukaran / penderitaan. Ingat akan tanah golongan ke 2 (Mat 13:5-6,20-21).

3. Daya tarik duniawi (uang, sex, kekuasaan, kesenangan). Ingat tanah golongan 3 (Mat 13:7,22).

c) Hal-hal yang perlu dilakukan supaya bisa bertekun dalam iman, adalah:

1. Belajar Firman Tuhan.

2. Berdoa.

3) Melayani Injil (ay 23b,25-28).

Ay 23: ‘pelayannya’ dimana kata ‘nya’ jelas menunjuk pada ‘Injil’.

William Hendriksen: “A minister of the Gospel is one who knows the gospel, has been saved by the Christ of the gospel, and with joy of heart proclaims the gospel to others. Thus he serves the cause of the gospel” (= Seorang pelayan Injil adalah seorang yang mengetahui Injil, telah diselamatkan oleh Kristus dari Injil, dan dengan sukacita dari hati memberitakan Injil kepada orang-orang lain. Jadi ia melayani gerakan Injil).

Pada hari Jum’at Agung ini renungkan seberapa aktifnya saudara dalam memberitakan Injil? Sudah cukup aktifkah? Atau sebaliknya kurang aktif? Atau sudah berkurang keaktifannya, dalam arti dulu aktif sekarang tidak?

Kristus mati bukan hanya untuk saudara, tetapi untuk semua orang pilihan, dan banyak dari orang pilihan yang belum mendengar Injil dan karenanya belum diselamatkan. Kita memang tidak bisa tahu yang mana dari orang-orang yang belum percaya itu yang adalah orang pilihan dan yang mana yang bukan, dan karena itu kita harus memberitakan Injil kepada semua orang.

4) Menderita untuk jemaat / gereja (ay 24).

a) Ay 24: ‘aku boleh menderita’.

NASB: ‘in my sufferings’ (= dalam penderitaan-penderitaanku). Ini bentuk jamak.

Kelihatannya pada saat menulis surat Kolose ini Paulus ada dalam penjara (bdk. 4:10,18). Ini jelas merupakan penderitaan yang hebat. Tetapi hebatnya, ia bersukacita karena hal itu (ay 24a)!

b) ‘aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam daging-ku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuhNya, yaitu jemaat’ (ay 24b).

Roma Katolik menafsirkan bahwa ay 24b ini menunjukkan bahwa penebusan Kristus tidak sempurna, perlu ditambahi dengan penderitaan dari para martir. Dan memang dalam ajaran Roma Katolik ada hal-hal yang sejalan dengan ketidaksempurnaan penebusan Kristus, seperti:

1. Api pencucian.

2. Perbuatan baik manusia punya andil dalam keselamatan.

Tetapi ay 24b ini tidak mungkin diartikan bahwa penebusan Kristus tidak sempurna, karena:

a. Itu bertentangan dengan ajaran Kitab Suci yang ditunjukkan oleh ayat-ayat seperti Yoh 19:30 dan Ibr 10:11-14.

b. Dalam surat Kolose Paulus justru menyerang ajaran sesat yang menekankan ketidak-cukupan penebusan Kristus, dan Paulus menekankan kecukupan penebusan Kristus. Jadi tidak mungkin dalam Kol 1:24 Paulus justru berbicara sebaliknya, dan dengan demikian menentang kata-katanya sendiri.

Herbert M. Carson (Tyndale): “Furthermore, he is dealing here at Colossae with a false teaching which denies the sufficiency of the work of Christ, and insists that it must be supplemented by asceticism and other human endeavours. Paul has replied in his opening chapter with an uncompromising stress on the preeminence of Christ, and the completeness of the redemption which He has accomplished. Is it then likely that he would cast this position to the winds and introduce a view which envisaged the perfecting of an incomplete atonement?” (= Selanjutnya, di sini di Kolose ia sedang menangani ajaran sesat yang menyangkal kecukupan pekerjaan Kristus, dan mendesak bahwa itu harus ditambahi dengan pertapaan dan usaha-usaha manusia yang lain. Paulus telah menjawab dalam pasal pembukaannya dengan penekanan yang tidak berkompromi pada penonjolan Kristus, dan kelengkapan / kesempurnaan dari penebusan yang telah Ia selesaikan. Lalu mungkinkah sekarang ia membuang pandangannya dan mengajukan suatu pandangan yang menggambarkan penyempurnaan dari suatu penebusan yang tidak lengkap?) - ‘The Epistles of Paul to the Colossians and Philemon’, hal 50.

Catatan: bagian yang saya garis bawahi itu mungkin menunjuk kepada ayat-ayat seperti Kol 1:13-14,20-22 - “(13) Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan AnakNya yang kekasih; (14) di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. ... (20) dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. (21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhiNya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, (22) sekarang diperdamaikanNya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematianNya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapanNya”.

Bandingkan juga dengan Kol 2:8-23 - “(8) Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. (9) Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan, (10) dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa. (11) Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, (12) karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati. (13) Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, (14) dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakanNya dengan memakukannya pada kayu salib: (15) Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenanganNya atas mereka. (16) Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; (17) semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (18) Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi, (19) sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala, dari mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya. (20) Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: (21) jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; (22) semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia. (23) Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi”.

c. Kata Yunani yang diterjemahkan ‘penderitaan’ tak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menunjuk kepada penderitaan Kristus dalam menebus dosa manusia.

Herbert M. Carson (Tyndale): “The very word used here for suffering, thlipsis, is nowhere used in the New Testament to describe the atoning death of Christ, and, as Lightfoot points out, it ‘certainly would not suggest a sacrificial act’” (= Kata yang digunakan di sini untuk penderitaan, THLIPSIS, tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan kematian Kristus untuk menebus dosa, dan, seperti ditunjukkan oleh Lightfoot, itu ‘pasti tidak menunjukkan suatu tindakan pengorbanan’) - ‘The Epistles of Paul to the Colossians and Philemon’, hal 50-51.

d. Dalam ay 25 Paulus menyebut dirinya ‘pelayan jemaat’. Jika dalam ay 24 ia memang mengajarkan bahwa penderitaan yang ia alami itu adalah untuk penebusan dosa, seharusnya ia mengaku diri sebagai ‘pengantara’ atau ‘penebus’.

Lalu, apa artinya ay 24b ini?

(1) Ini adalah penderitaan dalam pembangunan tubuh Kristus, dan dalam hal ini Kristus memberikan tempat untuk penderitaan lebih lanjut bagi para pengikutNya.

William Barclay: “He thinks of the sufferings through which he is passing as completing the sufferings of Jesus Christ himself. Jesus died to save his Church; but the Church must be upbuilt and extended; it must be kept strong and pure and true; therefore, anyone who serves the Church by widening her borders, establishing her faith, saving her from errors, is doing the work of Christ. And if such service involves suffering and sacrifice, that affliction is filling up and sharing the very suffering of Christ” (= Ia berpikir tentang penderitaan yang ia lalui sebagai melengkapi penderitaan Yesus Kristus sendiri. Yesus mati untuk menyelamatkan GerejaNya; tetapi Gereja harus dibangun dan diperluas; itu harus dijaga agar tetap kuat dan murni dan benar; karena itu, setiap orang yang melayani Gereja dengan memperluas batasan-batasannya, meneguhkan imannya, menyelamatkannya dari kesalahan, sedang melakukan pekerjaan Kristus. Dan jika pelayanan seperti itu mencakup penderitaan dan pengorbanan, penderitaan itu memenuhkan dan mengambil bagian dalam penderitaan Kristus).

James Fergusson (Geneva): “As the personal sufferings of Christ were for the church’s redemption, and to satisfy the Father’s justice for the sins of the elect, Acts 20:28, which he did completely, John 19:30; so the suffering of the saints are also for the church’s good, though not for her redemption or expiation of sin, neither in its guilt nor punishment, 1John 1:7; yet to edify the church by their example, James 5:10, to comfort her under sufferings, 2Cor. 1:6, and to confirm that truth for which they do suffer, Phil. 2:17” (= Seperti penderitaan pribadi Kristus adalah untuk penebusan gereja, dan untuk memuaskan keadilan Bapa terhadap dosa-dosa orang pilihan, Kis 20:28, yang Ia lakukan secara lengkap, Yoh 19:30; begitulah penderitaan dari orang-orang kudus juga untuk kebaikan gereja, sekalipun bukan untuk penebusannya atau penebusan / pembayaran dosa, tidak dalam kesalahannya ataupun hukumannya, 1Yoh 1:7; tetapi untuk mendidik gereja oleh teladan mereka, Yak 5:10, untuk menghibur gereja dalam penderitaan, 2Kor 1:6, dan untuk meneguhkan kebenaran untuk mana mereka menderita, Fil 2:17).

(2) Karena adanya kesatuan antara Kristus dan para pengikutNya, maka pada waktu pengikutNya menderita, Kristus juga menderita dalam dia.

James Fergusson (Geneva): “The sufferings of Paul, and of any other saints, are the sufferings of Christ, and the filling up of his sufferings; not as if Christ’s personal sufferings for the redemption of sinners were imperfect, and so to be supplied by the sufferings of others, (see Heb. 10:14) but such is that sympathy betwixt Christ and believers, Acts 9:4, and so strict is that union among them, whereby he and they do but make up one mystical Christ, 1Cor. 12:12, that in those respects the sufferings of the saints are his sufferings, to wit, the sufferings of mystical Christ, which are not perfect nor filled up, until every member of his body endure their own allotted portion and share” (= Penderitaan dari Paulus, dan dari orang kudus yang lain, adalah penderitaan Kristus, dan memenuhkan / melengkapi penderitaanNya; bukan seakan-akan penderitaan pribadi Kristus untuk penebusan orang berdosa adalah tidak sempurna, dan karena itu harus disuplai oleh penderitaan orang-orang lain, (lihat Ibr 10:14) tetapi begitulah simpati antara Kristus dan orang-orang percaya, Kis 9:4, dan begitu ketat persatuan antara mereka, dengan mana Ia dan mereka membentuk satu Kristus yang mistik, 1Kor 12:12, bahwa dalam hal itu penderitaan orang-orang kudus adalah penderitaanNya, yaitu, penderitaan dari Kristus mistik, yang tidak sempurna atau penuh, sampai setiap anggota tubuhNya menanggung bagian mereka).

Pulpit Commentary keberatan dengan pandangan ini dengan alasan sebagai berikut: “this view identifies Pauls’ sufferings with his Master’s while he expressly distinguishes them” (= pandangan ini mengidentikkan penderitaan Paulus dengan penderitaan TuanNya sementara ia secara jelas membedakan mereka).

(3) Ini ditinjau dari sudut musuh-musuh Kristus.

William Hendriksen: “... although Christ by means of the affliction which he endured rendered complete satisfaction to God, so that Paul is able to glory in nothing but the cross (Gal. 6:14), the enemies of Christ were not satisfied! They hated Jesus with insatiable hatred, and wanted to add to his afflictions. But since he is no longer physically present on earth, their arrows, which are meant especially for him, strike his followers. It is in that sense that all true believers are in his stead supplying what, as the enemies see it, is lacking in the afflictions which Jesus endured. Christ’s afflictions overflow toward us” [= ... sekalipun Kristus melalui penderitaan yang Ia tanggung memberikan pemuasan lengkap / penuh kepada Allah, sehingga Paulus bisa bermegah hanya dalam salib (Gal 6:14), musuh-musuh Kristus tidak dipuaskan! Mereka membenci Yesus dengan kebencian yang tidak terpuaskan, dan ingin menambah penderitaanNya. Tetapi karena Ia tidak lagi hadir secara jasmani di bumi ini, panah-panah mereka, yang sebetulnya dimaksudkan secara khusus untuk Dia, menyerang pengikut-pengikutNya. Adalah dalam arti ini dimana semua orang yang sungguh-sungguh percaya ada di tempatNya menyuplai apa, sebagaimana musuh-musuh itu melihatnya, yang kurang dalam penderitaan yang telah Yesus tanggung. Penderitaan Kristus meluap / melimpah kepada kita].

Bdk. Kis 9:4-5 2Kor 1:5 Gal 6:17 Fil 3:10 Wah 12:13 (‘perempuan’ = gereja).

Kesimpulan / penutup:

Untuk saudara yang belum yakin akan keselamatan / perdamaian dengan Allah, cepatlah datang kepada Kristus dan menerimaNya sebagai Juruselamat pribadi saudara. Untuk saudara yang sudah diperdamaikan dengan Allah, berjuanglah dalam pengudusan, bertekunlah dalam iman, aktiflah pemberitaan Injil, dan juga maulah dalam menderita bagi gereja! Kiranya Tuhan memberkati saudara.

-AMIN-

6.Keselamatan tidak bisa hilang

Roma 8:31-39

I) Keselamatan orang percaya.

Bagi orang percaya, semua tuduhan dan hukuman terhadap dosanya sudah bubar (ay 33-34 bdk. Yes 50:8-9a). Tetapi ay 33-34 versi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.

Roma 8: 33-34: “(33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? (34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”.

NASB: “(33) Who will bring a charge against God’s elect? God is the one who justifies; (34) who is the one who condemns? Christ Jesus is He who died, yes, rather who was raised, who is at the right hand of God, who also intercedes for us” [= (33) Siapa yang akan menuduh orang pilihan Allah? Allah adalah orang yang membenarkan; (34) siapa orang yang menghukum? Kristus Yesus adalah Dia yang telah mati, ya, bahkan yang telah dibangkitkan, yang ada di sebelah kanan Allah, yang juga membela / menengahi / berdoa syafaat untuk kita].

Jadi, ay 33-34 ini menunjukkan bahwa pembenaran Allah adalah jawab bagi orang yang mau menuduh kita. Dengan adanya pembenaran Allah ini, jelas bahwa semua tuduhan akan bubar (ay 33a). Sebetulnya dengan bubarnya tuduhan, maka otomatis hukuman juga bubar. Tetapi toh untuk membubarkan hukuman itu masih ditambahkan lagi ay 33b-34 yang menunjukkan 3 hal yaitu:

1) Kematian Kristus (ay 34a).

Kematian Kristus terjadi untuk menebus dosa kita / menanggung hukuman dosa kita. Ini jelas tidak memungkinkan kita dihukum, karena hukuman dosa kita sudah dipikul oleh Kristus di kayu salib.

2) Kebangkitan Kristus (ay 34b).

Penghapusan dosa memang terjadi karena kematian Kristus, tetapi bahwa dosa-dosa kita betul-betul sudah beres, dibuktikan oleh kebangkitan Kristus. Andaikata Kristus hanya mati di salib untuk menebus dosa kita, tetapi tidak bangkit dari antara orang mati, maka itu menunjukkan bahwa Ia tidak mampu membereskan dosa kita. Karena itu Paulus berkata bahwa jika Kristus tidak bangkit maka sia-sialah iman kita, karena sekalipun kita beriman, kita masih hidup dalam dosa.

1Kor 15:14,17 - “(14) Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. ... (17) Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”.

Tetapi kenyataannya adalah: Kristus sudah bangkit dari antara orang mati, dan itu membuktikan bahwa Ia sudah berhasil membereskan seluruh dosa kita. Kebangkitan Kristus membuktikan keefektifan kematian Kristus untuk menebus dosa kita. Karena itu dalam ay 34 ada kata-kata ‘bahkan lebih lagi’.

3) Keberadaan Kristus di sebelah kanan Allah sebagai Pembela / Pengantara / Jurusyafaat kita (ay 34c).

Jadi bisa dibayangkan jika kita (orang percaya) berbuat dosa, dan Bapa murka kepada kita, maka Yesus membela kita dengan berkata: ‘Bapa, Aku sudah menderita dan mati di salib untuk membayar dosa itu, ampu-nilah Dia!’. Dan Bapa yang adil, yang tidak mungkin akan menghukum dosa 2 x (pada diri Kristus dan pada diri kita), pasti akan mengampuni dosa kita itu!

Semua ini merupakan jawab bagi orang yang mau menghukum kita. Jadi semua ini menunjukkan secara dobel bahwa tidak mungkin bisa ada hukuman bagi kita. Ini sesuai dengan Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus”.

Renungkan: apakah saudara yakin bahwa saudara tidak mungkin akan dihukum?

II) Penderitaan bagi orang kristen.

Apa yang sudah kita bahas sampai sini merupakan hal yang enak / menyenangkan bagi orang kristen. Tetapi perlu diketahui bahwa kalau kita menjadi orang kristen / anak Allah, atau ada dalam keadaan diselamatkan, maka hidup kita tidak selalu enak. Paulus menunjukkan adanya beberapa hal yang tidak enak, yaitu:

1) Lawan.

Ay 31: “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”.

Bahwa dengan Allah kita tidak bisa dikalahkan, itu tidak berarti tidak ada orang yang melawan kita. Setan selalu menggerakkan anak-anaknya untuk melawan kita!

2) Orang yang mau menggugat / menghukum kita (ay 33).

Sekalipun tuduhan dan hukuman sebetulnya sudah bubar, itu tidak berarti bahwa tidak ada orang yang menuduh dan ingin menghukum kita. Setan bisa bekerja untuk menuduh dan menghukum kita, seringkali bahkan melalui diri kita sendiri, tetapi juga melalui orang lain. Misalnya:

· adanya pikiran bahwa dosa kita terlalu besar atau terlalu sering diulang sehingga Allah pasti tidak mengampuni kita.

· waktu kita berbuat dosa, ada orang yang ‘menyerang’ kita dengan berkata: ‘Hidupmu begitu kok yakin masuk surga’.

· orang agama lain / aliran lain (misalnya Islam, Saksi Yehuwa), yang menyatakan bahwa orang kristen justru pasti masuk neraka / dimusnahkan.

3) Macam-macam penderitaan (ay 35,36,38-39).

a) Ay 35: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?”.

· ‘penindasan’. Ini salah terjemahan.

NASB: ‘tribulation’ (= kesengsaraan).

Ini menunjukkan semua problem / penderitaan dari luar.

· ‘kesesakan’.

Ini menunjuk pada problem di dalam diri kita, seperti kesedihan, keputus-asaan, depresi, dsb.

· ‘penganiayaan’.

Ini menunjuk pada penyiksaan yang dilakukan oleh orang non kristen kepada kita karena iman, pelayanan dan ketaatan kita kepada Tuhan.

· ‘kelaparan’ dan ‘ketelanjangan’.

Ini menunjuk pada kemiskinan. Karena itu jangan heran kalau dalam situasi ekonomi ini ada banyak orang kristen yang menjadi miskin.

· ‘bahaya’ atau ‘pedang’.

Ini menunjuk pada hal-hal yang membahayakan jiwa kita.

b) Ay 36: “Seperti ada tertulis: ‘Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.’”.

Ini dikutip dari Maz 44:23 - “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami dianggap sebagai domba-domba sembelihan”.

Ini menunjukkan bahwa orang percaya selalu ada dalam bahaya. Ini terjadi ‘karena Engkau’, yaitu karena iman, ketaatan, pelayanan kepada Kristus.

c) Ay 38-39: “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

Ini menunjukkan banyak hal yang berusaha memisahkan kita dari Allah.

Apakah hal-hal di atas ini harus membuat kita menjadi takut?

III) Orang percaya tidak usah takut. Mengapa?

1) Karena Allah di pihak kita (ay 31).

Ay 31: ‘Jika Allah di pihak kita, siapakah lawan kita?’.

NIV: ‘If God is for us, who can be against us?’.

Kata ‘jika’ bukannya menunjukkan bahwa Allah bisa ada di pihak kita, tetapi bisa juga tidak. Hendriksen menafsirkan ini sebagai berikut: ‘Jika Allah di pihak kita, dan Ia memang di pihak kita, siapakah lawan kita?’. Bahwa Allah memang ada di pihak kita, terlihat dari kerelaanNya menyerahkan AnakNya bagi kita (ay 32).

Jika semua orang pro saudara, itu tidak ada artinya; tetapi sebaliknya jika Allah pro saudara, sekalipun semua orang anti saudara, saudara tidak perlu takut.

2) Allah mau menyerahkan AnakNya bagi kita; Ia tentu mau mengaruniakan segala sesuatu kepada kita.

Ay 32: “Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”.

a) ‘menyerahkanNya bagi kita semua’.

· ‘Menyerahkan’ berarti memberikan untuk disalib.

· ‘kita semua’ harus diartikan sesuai dengan kontex, yang mempersoalkan orang percaya / pilihan (bdk. ay 33).

b) Karena Allah mau menyerahkan AnakNya bagi kita, maka Ia pasti mau ‘mengaruniakan segala sesuatu’ kepada kita.

· Kata ‘mengaruniakan’ diterjemahkan dari kata Yunani KHARISETAI (= ‘freely give’ / memberi dengan cuma-cuma), yang mempunyai akar kata KHARIS (= grace / kasih karunia).

· ‘segala sesuatu’.

William G. T. Shedd menafsirkan bahwa kata ‘segala sesuatu’ ini menunjuk kepada “everything requisite to eternal life” (= segala sesuatu yang dibutuhkan untuk hidup yang kekal).

Kalau orang kristen bisa murtad sehingga gagal masuk surga, seperti yang dipercaya oleh orang Arminian, maka jelas ay 32 ini harus dihapus dari Kitab Suci!

John Murray kelihatannya berpandangan sama dengan Shedd.

Tetapi William Hendriksen berkata: “I can see no good reason to limit the expression ‘all things’ to spiritual blessings, as some do. ... The expression ‘all things’ should therefore be interpreted in an unqualified sense: material as well as spiritual things” (= Saya tidak bisa melihat alasan yang baik untuk membatasi ungkapan ‘segala sesuatu’ pada berkat rohani, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang. ... Karena itu ungkapan ‘segala sesuatu’ harus ditafsirkan dalam arti yang mutlak / tak terbatas: hal-hal yang bersifat materi maupun rohani).

Kalaupun William Hendriksen benar, bagian ini tetap tidak bisa diartikan seakan-akan Allah memanjakan kita sebagai anak-anakNya dengan memberikan apapun yang kita minta / inginkan. Ia adalah Bapa yang bijaksana, yang hanya memberikan apa yang baik kepada kita.

3) Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, atau dari kasih Allah dalam Kristus Yesus.

Ay 35,38-39: “(35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? ... (38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

a) Ay 35 mengatakan ‘kasih Kristus’ bukan ‘kasih Allah’ karena kasih Allah tidak bisa dicari di luar Kristus.

Juga istilah ‘kasih Kristus’ ini bukan menunjuk kepada ‘kasih kita kepada Kristus’, tetapi menunjuk kepada ‘kasih Kristus kepada kita’.

b) Ay 35b adalah contoh hal-hal yang sering kita anggap sebagai bukti bahwa kita ditinggal / tidak dipedulikan oleh Allah. Tetapi Paulus mengatakan bahwa ini tidak akan memisahkan kita dari kasih Kristus.

Kata ‘memisahkan’ dalam ay 35 itu, dalam bahasa Yunaninya adalah KHORISEI, yang sebetulnya berarti ‘menceraikan’, seperti dalam Mat 19:6 1Kor 7:10,11,15.

Dalam Perjanjian Lama, Allah ‘menceraikan’ Israel karena perzinahan rohani / penyembahan berhala yang mereka lakukan.

Yer 3:8 - “Dilihatnya, bahwa oleh karena zinahnya Aku telah menceraikan Israel, perempuan murtad itu, dan memberikan kepadanya surat cerai; namun Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia itu tidak takut, melainkan ia juga pun pergi bersundal”.

Tetapi dalam Perjanjian Baru, Allah tidak mungkin melakukan hal itu terhadap kita. Bandingkan dengan 2Tim 2:13 - “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya”.

Dalam hidup suami - istri, hal-hal dalam ay 35b itu bisa menyebabkan perceraian; seperti berita di koran beberapa waktu yang lalu yang menyatakan bahwa karena krisis moneter, maka banyak pasangan muda yang bercerai. Tetapi ay 35 ini menjamin bahwa Allah tidak akan menceraikan kita!

c) Ay 38-39: “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

Ini adalah hal-hal lain yang juga tidak bisa memisahkan / menceraikan kita dari Allah (Catatan: kata ‘memisahkan’ dalam ay 39 menggunakan kata Yunani yang sama dengan dalam ay 35):

1. ‘Maut’.

Ini menunjukkan bahwa kematian tidak bisa memisahkan kita dari Allah!

2. ‘Hidup’.

Kalau ajaran Arminian benar, bahwa orang bisa murtad sehingga kehilangan keselamatannya, maka itu berarti bahwa ‘hidup’ bisa memisahkan kita dari Allah! Tetapi di sini Paulus mengatakan bahwa bukan hanya ‘maut’, tetapi juga ‘hidup’, tidak bisa memisahkan kita dari Allah.

3. ‘Malaikat-malaikat’.

Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada malaikat yang baik, tetapi ada yang berpendapat bahwa ini menunjuk kepada malaikat yang jahat / setan. Kalau menunjuk pada malaikat yang baik, maka ini merupakan suatu hyperbole (= gaya bahasa yang melebih-lebihkan), sama seperti dalam Gal 1:8, karena malaikat yang baik tidak mungkin berusaha memisahkan kita dari Allah.

4. ‘Pemerintah-pemerintah’.

Ada yang menafsirkan bahwa ini menunjuk kepada setan, mungkin karena dalam Ef 6:12 kata itu menunjuk kepada setan. Tetapi bisa juga ini menunjuk kepada pemerintah manusia. Pemerintah bisa berubah sikap dari pro kristen / netral menjadi anti kristen (seperti dalam Kel 1:8-dst). Tetapi inipun tidak bisa memisahkan kita dari Allah.

Perlu diingat bahwa Ro 13:1b berkata: “tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah”.

Mengingat bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Ro 8:28), maka Ia pasti tidak akan memberikan pemerintah yang akan membuat kita terpisah dari Dia. Ia mungkin memberikan pemerintah yang anti kristen, tetapi Ia pasti memberi kekuatan bagi kita.

5. ‘Baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang’.

Bagian ini salah terjemahan, dan kesalahan penterjemahan ini menyebabkan bagian ini seolah-olah merupakan keterangan dari ‘pemerintah-pemerintah’, padahal sebetulnya bukan.

NASB: ‘nor things present, nor things to come’ (= tidak hal-hal sekarang, tidak hal-hal yang akan datang).

Jadi, bagian ini sebetulnya berdiri sendiri (terpisah dari ‘pemerintah-pemerintah’), dan menunjukkan bahwa ‘waktu’ tidak bisa memisahkan kita dari Allah. Dengan berlalunya waktu, maka godaan memang berubah, tetapi semua ini tetap tidak bisa memisahkan kita dari Allah. Ini jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci mengajarkan adanya jaminan keselamatan (sekali selamat pasti tetap selamat). Lagi-lagi terlihat, bahwa seandainya ajaran Arminian benar, bahwa orang kristen bisa murtad dan kehilangan keselamatannya, maka itu berarti bahwa ‘hal-hal yang akan datang’ ini harus dibuang dari ay 38-39.

Calvin: “The meaning then is, - that we ought not to fear, lest the continuance of evils, however long, should obliterate the faith of adoption. This declaration is clearly against the schoolmen, who idly talk and say, that no one is certain of final perseverance, except through the gift of special revelation, which they make to be very rare. By such a dogma the whole faith is destroyed, which is certainly nothing, except it extends to death and beyond death. But we, on the contrary, ought to feel confident, that he who has begun in us a good work, will carry it on until the day of the Lord Jesus” (= Jadi artinya adalah, bahwa kita tidak boleh takut, bahwa dengan berlanjutnya kejahatan, betapapun lamanya, akan bisa menghapuskan iman adopsi. Pernyataan ini jelas menentang para ahli theologia, yang berbicara dan mengatakan tanpa dasar, bahwa tidak seorangpun yang pasti akan ketekunan akhir, kecuali melalui karunia wahyu khusus, yang mereka katakan sebagai jarang terjadi. Dengan dogma seperti itu seluruh iman dihancurkan, dan memang iman itu kosong kecuali iman itu diperluas sampai kematian bahkan melampaui kematian. Tetapi sebaliknya kita harus merasa yakin bahwa Ia yang memulai pekerjaan yang baik di dalam kita, akan meneruskannya sampai hari Tuhan Yesus).

Bdk. Fil 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”.

6. ‘Kuasa-kuasa’.

Sama seperti ‘pemerintah-pemerintah’, kata ini bisa menunjuk pada kuasa setan ataupun manusia.

7. ‘Baik yang ada di atas, maupun yang ada di bawah’.

Bagian ini juga salah terjemahan, dan menyebabkan bagian ini seolah-olah menerangkan ‘kuasa-kuasa’, padahal seharusnya tidak.

NASB: ‘nor height, nor depth’ (= tidak ketinggian, tidak kedalaman).

Macam-macam penafsiran:

· ‘height’ / ‘ketinggian’ menunjuk pada keadaan yang enak / mulia; sedangkan ‘depth’ / ‘kedalaman’ menunjuk pada keadaan hina / tidak enak.

· Surga maupun neraka. Kalau diartikan seperti ini, mungkin ini merupakan hyperbole (= gaya bahasa yang melebih-lebihkan), karena orang beriman kepada Kristus tidak mungkin masuk neraka. Jadi artinya adalah: seandainya orang beriman bisa masuk neraka, itu tetap tidak akan memisahkan dia dari kasih Allah dalam Kristus Yesus Tuhan kita!

· apapun yang ada di surga maupun di bumi.

8. ‘Makhluk lain’.

NASB: ‘nor any other created thing’ (= tidak benda ciptaan lain yang manapun juga).

NIV: ‘nor anything else in all creation’ (= tidak suatu benda apapun dalam seluruh ciptaan).

Lit: ‘nor any other creature’ (= tidak makhluk ciptaan lain yang manapun juga).

Ini memberikan ketidak-mungkinan yang mutlak bagi seorang kristen untuk terpisah dari Allah / kasih Allah dalam Kristus Yesus!

Loraine Boettner: “The assurance that Christians can never be separated from the love of God is one of the greatest comforts of the Christian life. To deny this doctrine is to destroy the grounds for any rejoicing among the saints on earth; for what kind of rejoicing can those have who believe that they may at any time be deceived and led astray? ... It is not until we duly appreciate this wonderful truth, that our salvation is not suspended on our weak and wavering love to God, but rather upon His eternal and unchangeable love to us, that we can have peace and certainty in the Christian life” (= Kepastian / jaminan bahwa orang-orang kristen tidak pernah bisa dipisahkan dari kasih Allah adalah salah satu dari penghiburan terbesar dalam kehidupan kristen. Menyangkal doktrin ini sama dengan menghancurkan dasar untuk sukacita apapun di antara orang-orang kudus di bumi; karena sukacita apa yang bisa dimiliki oleh mereka yang percaya bahwa setiap saat mereka bisa ditipu dan disesatkan? ... Hanya kalau kita menghargai kebenaran luar biasa ini dengan seharusnya, bahwa keselamatan kita bukannya tergantung pada kasih yang lemah dan terombang-ambing dari kita kepada Allah, tetapi tergantung pada kasih yang kekal dan tidak bisa berubah dari Allah kepada kita, barulah kita bisa mempunyai damai dan kepastian dalam hidup kristen ini) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 194-195.

Loraine Boettner: “The saints in heaven are happier but no more secure than are true believers here in this world” (= Orang-orang kudus di surga lebih berbahagia tetapi tidak lebih aman / terjamin dari pada orang-orang percaya yang sejati di sini di dunia ini) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 183.

4) Kita lebih dari pemenang, oleh Dia yang mengasihi kita.

Ay 37: “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita”.

Mari kita soroti ay 37 ini sepotong demi sepotong.

a) ‘Dalam semuanya itu’ (ay 37).

‘Semuanya itu’ menunjuk pada penderitaan-penderitaan dalam ay 35-36. Dalam ay 37 Paulus memang mengatakan kita menang, bahkan lebih dari pemenang, tetapi Paulus juga mengatakan ‘dalam semuanya itu’, yang jelas menunjukkan bahwa kita mengalami semua penderitaan itu.

Bdk. Wah 7:14 - “Maka kataku kepadanya: ‘Tuanku, tuan mengetahuinya.’ Lalu ia berkata kepadaku: ‘Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba”.

Kalau Yesus harus mengalami kematian dan baru sesudah itu mengalami kebangkitan, kenaikan ke surga dan kedudukan di sebelah kanan Allah, maka kalau kita memang adalah pengikut Kristus, kita juga harus seperti itu. Kita mengalami bermacam-macam penderitaan, tetapi akhirnya kita menang!

Ini kontras / berbeda sekali dengan ‘kemenangan’ versi Theologia Kemakmuran, dimana orang kristen dikatakan menjadi kaya raya, sembuh dari penyakit, sukses, dsb. Ini adalah ‘kemenangan’ tanpa salib, dan pada hakekatnya bukanlah kemenangan!

b) ‘kita lebih dari pada orang-orang yang menang’ (ay 37).

Berbicara tentang kemenangan di sini tidak bisa dilepaskan dari kemenangan Kristus dalam ay 34, yaitu:

· kemenangan melalui salib.

Sekalipun salib itu sendiri sebetulnya menunjukkan kekalahan, tetapi bahwa Yesus bisa mengatasi ketakutanNya di taman Getsemani sehingga akhirnya Ia mau mati di salib, jelas menunjukkan suatu kemenangan.

· kemenangan melalui kebangkitan.

Kebangkitan Yesus menunjukkan kemenanganNya terhadap maut, dosa dan setan.

· kenaikan ke surga dan keberadaan Yesus di sebelah kanan Allah, sebagai penguasa seluruh alam semesta.

Karena Yesus menang, kita yang beriman dan oleh iman itu dipersatukan dengan Yesus, juga pasti menang, bahkan lebih dari pemenang.

c) ‘oleh Dia yang telah mengasihi kita’ (ay 37).

NIV/NASB: ‘through Him’ (= melalui Dia).

Ini perlu dicamkan, karena kita tidak bisa menang dengan kekuatan kita sendiri. Kita hanya bisa menang melalui Dia.

Fil 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”.

NASB: “I can do all things through Him who strengthens me” (= Aku dapat melakukan segala sesuatu melalui Dia yang menguatkan aku).

Kesimpulan / Penutup:

Melalui kematian dan kebangkitanNya Yesus memberikan keselamatan kepada kita yang percaya. Kita memang akan mengalami banyak penderitaan, tetapi keselamatan kita terjamin. Sama seperti Kristus sudah menang, kitapun pasti menang! Tetapi tetaplah di dalam Dia dan bersandar kepadaNya. Maukah saudara? Tuhan memberkati saudara!

-AMIN-

7.Ular tembaga

Bilangan 21:4-9 Yohanes 3:14-15

I) Dosa Israel (Bil 21:4-5).

1) Berkata-kata melawan Allah (Bilangan 21:5).

Pernahkah / seringkah saudara berkata-kata melawan Allah? Itu bisa saudara lakukan dengan berbicara kepada Allah dalam doa, tetapi dengan hati yang jengkel kepada Tuhan. Atau mungkin bahkan ada yang cukup berani untuk memaki-maki Tuhan.

2) Berkata-kata melawan Musa (Bil 21:5).

Musa dipilih oleh Tuhan menjadi pemimpin bangsa Israel. Karena itu seharusnya mereka wajib untuk tunduk kepada Musa. Tetapi dalam kejengkelan mereka, mereka berkata-kata melawan / menentang Musa.

Mungkin saudara beranggapan bahwa dalam Bil 21 ini bangsa Israel dihukum berat bukan karena mereka berkata-kata menentang Musa tetapi karena mereka berkata-kata menentang Allah. Tetapi itu tidak benar. Lihatlah:

· Bil 12:1-dst. dimana Miryam dan Harun menentang Musa.

· Bil 14:1-dst. dimana umat Israel menentang Musa.

· Bil 16:1-dst dimana Korah, Datan dan Abiram menentang Musa.

maka saudara akan melihat bahwa mereka semua dihukum berat karena menentang Musa / hamba Tuhan.

Penerapan: dalam hidup kita juga ada orang-orang yang oleh Tuhan di-beri otoritas, misalnya:

¨ dalam keluarga: suami / orang tua mempunyai otoritas (bdk. Kel 20:12 Ef 5:22).

¨ dalam sekolah: guru / dosen mempunyai otoritas.

¨ dalam negara: pemerintah mempunyai otoritas (bdk. Ro 13:1-dst).

¨ dalam pekerjaan: boss / atasan mempunyai otoritas (bdk. 1Pet 2:18).

¨ dalam gereja: hamba Tuhan / majelis mempunyai otoritas.

Apakah saudara sering tidak tunduk / tidak menghormati orang-orang itu? Memang kalau mereka menyuruh sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan, tentu saudara tidak boleh mentaati mereka (bdk. Kis 5:29), tetapi saudara tetap harus menghormati mereka.

3) Tidak mau berjalan pada jalan Tuhan, dan bahkan menghina jalan Tuhan (Bil 21:5b).

Pada saat itu mereka dipimpin oleh Tuhan menggunakan tiang awan dan tiang api, tetapi mereka lalu menghina pimpinan Tuhan itu. Sekarang kita dipimpin dengan Firman Tuhan. Kita menghina jalan Tuhan kalau kita tidak senang terhadap Firman Tuhan itu atau kalau kita menganggapnya tidak bijaksana, tidak benar, atau tidak masuk akal. Misalnya: mengapa Tuhan mengijinkan punya istri cuma 1? Mengapa dilarang berzinah? Me-ngapa hari Sabat harus istirahat dan pergi ke gereja? Mengapa harus memberikan persembahan persepuluhan? Mengapa harus mengasihi musuh? Mengapa istri yang harus tunduk kepada suami dan bukan sebaliknya? Ingat, kita tidak mempunyai hak untuk mempertanyakan Firman Tuhan! Tugas kita adalah mengertinya dan mentaatinya, bukan menilai benar tidaknya, menghakiminya, dan menghinanya.

4) Menghina pemberian Tuhan (Bil 21:5c).

Di padang gurun mereka diberi makan manna, dan itu mereka sebut se-bagai ‘makanan hambar’ terhadap mana mereka ‘sudah muak’ (Bil 21:5c).

NIV: ‘And we detest this miserable food’ (= Dan kami benci / jijik terhadap makanan yang jelek ini).

NASB: ‘And we loathe this miserable food’ (= Dan kami benci / jijik terhadap makanan yang jelek ini).

Penerapan:

Dalam masa krisis moneter ini adalah sangat mudah untuk merasa tidak puas akan pemeliharaan Tuhan dan bahkan merendahkannya / meng-hinanya. Mungkin sekarang saudara harus makan beras kelas dua, memakai pakaian yang lebih jelek, naik kendaraan yang lebih rendah, dsb, tetapi pikirkanlah bahwa ada banyak orang di Indonesia saat ini yang akan senang mendapatkan hal itu, karena tingkat hidup mereka lebih rendah lagi dari saudara. Karena itu sebetulnya saudara harus bersyukur dan bukannya mengomel.

5) Tidak dapat lagi menahan hati (Bil 21:4).

NIV: ‘But the people grew impatient on the way’ (= Tetapi bangsa itu menjadi tidak sabar di jalan).

NASB: ‘and the people became impatient because of the journey’ (= dan bangsa itu menjadi tidak sabar karena perjalanan itu).

RSV: ‘and the people became impatient on the way’ (= dan bangsa itu menjadi tidak sabar di jalan).

KJV: ‘and the soul of the people was much discouraged because of the way’ (= dan jiwa bangsa ini menjadi kecil hati karena jalan itu).

Jadi sebetulnya sudah sejak lama mereka mau melakukan dosa-dosa yang sudah kita bahas di atas, tetapi mereka tahan-tahan. Mereka ber-usaha untuk sabar. Tetapi setelah beberapa lama, mereka tidak tahan lagi, mereka kehilangan kesabaran, dan mereka lalu melakukan dosa-dosa itu.

Penerapan: apakah saudara mengalami problem / penderitaan yang sela-ma ini saudara tahan-tahan, tetapi sekarang saudara sudah mencapai titik dimana saudara saudara mulai / sudah kehilangan kesabaran? Baca Yak 5:7-11.

II) Hukuman dosa (Bil 21:6).

Tuhan menghukum mereka dengan ‘ular tedung’ (Bil 21:6).

NIV: ‘venomenous snakes’ (= ular berbisa).

KJV/RSV/NASB: ‘fiery serpents’ (= ular berapi).

Disebut demikian karena kalau seseorang digigit ular ini ia akan merasa panas seperti terbakar.

Charles Haddon Spurgeon menceritakan tentang seseorang penjaga reptil di kebun binatang yang dalam keadaan mabuk lalu bermain-main dengan ular. Mula-mula ia mengambil seekor ular Maroko yang berbisa, dan bermain-main dengannya, tetapi ular itu tidak menggigit. Lalu ia mengambil seekor Kobra dan bermain-main dengannya, tetapi Kobra itu lalu menggigitnya di tengah-tengah kedua matanya. Lalu ia dibawa ke rumah sakit. Mula-mula suaranya hilang, lalu penglihatannya hilang, lalu pendengarannya hilang. Setelah itu denyut nadinya melemah, dan dalam waktu 1 jam setelah digigit, ia menjadi mayat (‘Christ in the Old Testament’, hal 257-258).

Hukuman seperti inilah yang diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Israel!

Pada jaman ini Tuhan tidak harus menghukum dengan ular tetapi Ia bisa menghukum dengan:

· penderitaan. Memang ada penderitaan yang diberikan kepada manusia bukan sebagai hukuman, tetapi sebagai ujian. Tetapi juga ada penderi-taan yang bisa menimpa manusia karena dosa-dosa mereka.

· keadaan tidak damai, sumpek, gelisah, kosong.

Di luar jalan Tuhan tidak mungkin ada damai! Boleh saja saudara kaya, dan bisa menikmati banyak hal-hal duniawi yang menyenangkan, tetapi saudara tidak mungkin mempunyai damai / sukacita di hati!

· kematian. Ini tidak bisa dihindari!

Illustrasi: ada dongeng kuno tentang seorang pedagang di Bagdad. Suatu hari ia suruh pelayannya pergi ke pasar. Pelayan itu kembali dengan muka pucat ketakutan. Tuannya bertanya: ‘Ada apa?’. Pelayan itu men-jawab: ‘Tuan, aku bertemu dengan maut. Maut itu melihat aku, lalu meng-gerak-gerakkan tangannya secara menakutkan. Tuan, aku takut sekali, tolong pinjami aku kuda, supaya aku bisa lari’. Tuan itu bertanya: ‘Kamu mau lari kemana?’. ‘Aku mau lari ke kota Samarra’. Tuan itu kasihan dan lalu meminjamkan kudanya dan pelayan itu lari ke kota Samarra. Tuan itu lalu merasa penasaran, dan ia lalu pergi ke kota untuk mencari maut itu. Waktu bertemu dengan maut, ia lalu bertanya: ‘Hai maut, mengapa kamu menakut-nakuti pelayanku?’. Maut menjawab: ‘Aku tidak menakut-nakuti dia. Aku hanya heran melihat dia di pasar di kota Bagdad ini, karena aku mempunyai perjanjian untuk bertemu dengan dia malam ini di kota Samarra’.

Penekanan cerita ini jelas, yaitu bahwa kematian tidak bisa dihindari. Bagi orang percaya, kematian bukan hukuman, tetapi pintu gerbang menuju surga. Tetapi bagi orang yang belum percaya kepada Yesus, kematian adalah hukuman / pintu gerbang neraka. Bisa datang lambat atau cepat, tetapi pasti datang! Siapa tahu ia mempunyai perjanjian untuk bertemu dengan saudara malam ini di kota ini? Siapkah saudara kalau ia datang malam ini?

· Neraka.

Ada banyak orang senang membuat neraka sebagai bahan guyonan. Misalnya dengan berkata: ‘Enak kalau masuk neraka bisa ketemu bin-tang-bintang film, sex bom, Marlyn Monroe, dsb’. Terhadap orang seperti ini saya cuma mau mengatakan bahwa saudara tidak akan menikmati pertemuan dengan Marlyn Monroe dengan sebuah kompor yang menyala diletakkan di bawah pantat saudara, lebih-lebih kalau saudara sedang berada dalam lautan yang menyala-nyala dengan api dan belerang (bdk. Wah 21:8), atau kalau saudara sedang dikerumuni dan digerogoti oleh milyaran ulat bangkai (zet) yang tidak bisa mati (bdk. Mark 9:44-48)!

III) Obat.

Karena hukuman Tuhan itu, Israel datang kepada Musa untuk minta ampun, dan Musa lalu berdoa untuk mereka (Bil 21:7). Dan Tuhan lalu memerintah-kan Musa membuat patung ulang tedung dan memasangnya pada sebuah tiang. Dan Tuhan berkata bahwa ‘setiap orang yang terpagut, jika ia meli-hatnya, akan tetap hidup’ (Bil 21:8b). Musa mentaati perintah Tuhan itu, dan ia membuat patung ular dari tembaga dan meletakkannya pada sebuah tiang, sehingga orang yang digigit ular bisa memandangnya dan menjadi sembuh.

Perlu dicamkan bahwa penekanan Bil 21:4-9 ini bukanlah dosa / hukuman dosa, tetapi ‘obat’ yang Tuhan berikan ini.

Ular tembaga ini merupakan TYPE dari Kristus, karena dalam Yoh 3:14-15 dikatakan sebagai berikut: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”.

Jadi, pada jaman itu Israel berdosa, Tuhan menghukum dengan ular. Untuk menyelamatkan dari hukuman, Tuhan memberi ular tembaga sebagai obat.

Pada jaman ini, kita berdosa, hukuman kekal menanti kita. Untuk menye-lamatkan kita dari hukuman, Tuhan memberi Kristus sebagai obat!

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari tentang obat yang Tuhan berikan ini:

1) Obat itu menggelikan / tidak masuk akal.

Coba pikirkan: kalau saudara jadi orang Israel yang kena gigit ular ber-bisa, dan saudara merasakan rasa sakit dan panas pada daerah sekitar gigitan itu, apakah saudara percaya bahwa hanya dengan memandang kepada patung ular tembaga itu saudara bisa sembuh? Bukankah itu tidak masuk akal? Bukankah ada banyak obat lain yang lebih masuk akal, seperti pergi ke dokter / tabib, mengikat bagian yang tergigit dsb?

Analoginya: Jaman sekarang Kristus juga adalah obat yang menggelikan.

1Kor 1:22-24 - “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah”.

Allah menjadi manusia, mati menebus dosa yang saat itu belum terjadi, kebangkitan, kenaikan ke surga, dsb, bagi banyak orang adalah hal-hal yang menggelikan dan tidak masuk akal. Karena itu mereka lalu mencari obat lain yang lebih masuk akal, misalnya dengan berusaha berbuat baik, beragama dsb.

Tetapi ingat! Obat yang menggelikan itu, baik patung ular tembaga maupun Kristus, diberikan oleh Allah! Orang yang bersandar kepada rasio / perasaannya sendiri dan menolak obat ini, pasti akan binasa. Tetapi sebaliknya, orang yang mau menerima obat ini akan selamat.

1Kor 1:21b - “Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil”.

Bandingkan ini dengan cerita tentang Naaman dalam 2Raja 5, yang juga diberi obat yang menggelikan, yaitu mandi 7 x di sungai Yordan, tetapi yang ternyata menyembuhkannya.

2) Obat itu adalah satu-satunya jalan untuk bebas dari hukuman, atau satu-satunya jalan keselamatan.

Tuhan tidak memberikan banyak patung binatang, atau memberikan satu patung ular tembaga, satu ular perak, satu ular emas dsb. Tuhan hanya memberikan satu ular dari tembaga, tidak ada yang lain. Kalau mereka menolak jalan itu dan mencari jalan yang lain, apakah dengan berobat kepada tabib / dukun, atau dengan mengikat bagian yang digigit, atau dengan mencari obat lain manapun juga, mereka pasti mati. Hanya kalau mereka mau memandang kepada ular tembaga yang dibuat Musa barulah mereka bisa sembuh.

Sebetulnya pemberian satu jalan keselamatan sudah pernah terjadi sebelum peristiwa ular tembaga ini, yaitu:

a) Bahtera Nuh (Kej 6-8).

Pada jaman Nuh itu, kalau orang tidak mau masuk ke dalam bahtera, maka tidak ada jalan lain baginya melalui mana ia bisa selamat. Pada waktu banjir itu mulai meninggi, ia mungkin akan mencoba naik pohon, naik atap rumah, naik gunung yang tinggi, dsb, tetapi ia akan tetap mati, karena air bah itu merendam seluruh dunia bahkan gunung yang tertinggi sekalipun (bdk. Kej 7:19-20). Jadi jelas bahwa bahtera itu adalah satu-satunya jalan keselamatan.

b) Darah pada ambang pintu (Kel 12:3-7,12-13,21-23,25-30 1Kor 5:7).

Pada waktu Allah mau menghukum orang Mesir dengan membunuh semua anak sulung, Allah memberikan jalan melalui mana bangsa Israel bisa lolos dari hukuman itu. Caranya adalah menyapukan darah domba Paskah pada ambang pintu. Dan ini adalah satu-satunya jalan melalui mana mereka bisa lolos dari hukuman Allah itu.

Selanjutnya, 1Kor 5:7b berbunyi: “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus”. Jadi, jelaslah bahwa anak domba Paskah yang darahnya merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, juga merupakan TYPE / gambaran dari Kristus.

Analoginya: Jaman ini, Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan. Ini terlihat dari banyak ayat di bawah ini:

· Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.

· Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.

· 1Yoh 5:11-12 - “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.

· 1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.

· Yoh 8:24b - “Jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu”.

Kalau saudara menolak satu-satunya jalan keselamatan ini, tidak peduli jalan lain apa yang saudara tempuh, saudara pasti akan binasa / masuk neraka. Tetapi kalau saudara mau menerima Yesus yang adalah satu-satunya jalan keselamatan, saudara akan selamat! Dan satu hal yang harus saudara camkan: yang adalah satu-satunya jalan keselamatan itu bukanlah gereja, tetapi Yesus. Saudara mungkin sudah datang ke gereja, tetapi kalau saudara belum datang kepada Yesus, saudara tidak akan selamat!

3) Obat itu dibutuhkan oleh semua orang.

Tidak ada orang yang setelah digigit tidak membutuhkan obat itu.

Analoginya: Jaman sekarang semua orang membutuhkan Kristus sebagai obat. Mengapa? Karena Kitab Suci mengatakan ‘semua orang telah ber-buat dosa’ (Ro 3:23). Banyak orang mengira mereka tidak membutuhkan Yesus. Mereka mengira bahwa dengan berbuat baik, membuang dosa dsb mereka bisa selamat / masuk surga. Tetapi ini salah dan bodoh! Semua manusia adalah orang berdosa, dan itu juga mencakup diri saudara, sehingga kalau tidak mempunyai Penebus dosa / Juruselamat dosa, maka mereka / saudara harus menanggung sendiri hukuman dosa itu dengan masuk ke neraka selama-lamanya.

IV) Kesembuhan / keselamatan.

Apa yang harus dilakukan dengan obat itu supaya sembuh / selamat?

Dalam Bil 21:9 orang Israel yang digigit ular itu harus memandang kepada patung ular tembaga itu, maka mereka akan sembuh.

Bagaimana dengan jaman sekarang? Bagaimana analoginya? Yoh 3:14-15 berkata: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepa-daNya beroleh hidup yang kekal”.

Jadi, kalau dahulu orang Israel hanya perlu memandang kepada patung ular tembaga, maka sekarang kita hanya perlu percaya kepada Yesus.

Dahulu tidak ada orang yang memandang ular tembaga tetapi tetap mati; sekarang tidak ada orang yang percaya kepada Yesus tetapi binasa / masuk neraka.

Pada saat itu, sudah ada orang-orang Israel yang mati. Untuk mereka ini tentu tidak ada obat. Tetapi untuk mereka yang masih hidup, apakah mereka baru digigit atau sudah hampir mati, belum terlambat untuk memandang kepada ular tembaga itu. Kalau mereka melakukan hal itu mereka pasti sembuh. Demikian juga dengan jaman sekarang. Untuk orang yang sudah mati tanpa Kristus, tidak ada obat lagi. Tetapi untuk orang yang masih hidup, apakah dia masih muda atau sudah tua dan hampir mati, tetap belum terlambat.

Pada saat itu, kalau orang menunda untuk memandang kepada ular tembaga itu, maka ia bisa terlambat. Sekarang juga demikian. Kalau saudara menun-da-nunda untuk percaya kepada Yesus, saudara bisa terlambat. Karena itu cepatlah datang kepada Yesus, besok mungkin sudah terlambat!

-AMIN-

8.Menyia-nyiakan keselamatan

Ibrani 2:1-4

I) Keselamatan yang besar.

Disebut ‘keselamatan yang sebesar itu’ (ay 3a), karena:

1) Mengampuni dosa yang bagaimanapun besarnya dan banyaknya.

Bandingkan dengan Yesaya 1:18 - “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba”. Jadi bukan seperti katrolan pada rapat kenaikan kelas, yang hanya mengatrol murid yang nilainya kurang sedikit!

Barnes’ Notes: “It is great, because it saves from great sins” (= Itu besar karena itu menyelamatkan dari dosa-dosa yang besar) - hal 1235.

2) Dilakukan dengan pengorbanan yang besar, yaitu dengan cara Allah berinkarnasi, lalu menderita dan mati di kayu salib, lalu bangkit, dsb.

3) Menyelamatkan kita dari hukuman yang sangat mengerikan di neraka.

Barnes’ Notes: “It is great, because it saves from great dangers” (= Itu besar, karena itu menyelamatkan dari bahaya yang besar) - hal 1235.

4) Membuat kita tidak jadi masuk neraka, tetapi masuk surga, dan itu semua dengan cuma-cuma, tanpa perbuatan / usaha kita, dan tanpa hukuman apapun (kita tidak percaya ‘api pencucian’!).

Semua ini memang menyenangkan bukan? Tetapi jangan senang dulu, karena besarnya keselamatan mempunyai konsekwensi. Perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini.

Calvin: “God would indeed have his gifts valued by us according to their worth. Then the more precious they are, the baser is our ingratitude when we do not value them. In a word, in proportion to the greatness of Christ will be the severity of God’s vengeance on all the despisers of his Gospel” (= Allah memang menghendaki karuniaNya dinilai oleh kita menurut nilainya. Makin berharga karunia itu, makin jelek / hina rasa tidak berterima kasih kita pada saat kita tidak menghargainya. Singkatnya, kerasnya pembalasan Allah terhadap semua orang yang menghina / memandang rendah Injil, akan sebanding dengan kebesaran Kristus) - hal 53.

Anugerah keselamatan itu memang luar biasa besarnya, tetapi ingat bahwa itu memberikan konsekwensi yang berat, yaitu: kalau keselamatan itu saudara abaikan maka pembalasan Allah nanti juga akan sangat besar!

II) Menyia-nyiakan keselamatan.

Ini bisa terjadi melalui 2 cara. Yang pertama adalah menyia-nyiakan keselamatan pada waktu itu ditawarkan kepada kita. Yang kedua adalah menerimanya, tetapi lalu lalai dalam memeliharanya sehingga diri kita hanyut dibawa arus.

1) Menyia-nyiakan keselamatan pada waktu ditawarkan.

Tentang kata ‘menyia-nyiakan’ dalam ay 3, Thomas Hewitt (Tyndale) berkata sebagai berikut: “The author does not say ‘if we reject’ but simply ‘if we neglect’; yet the latter quickly leads to the former” (= Si pengarang tidak berkata ‘jika kita menolak’ tetapi hanya ‘jika kita mengabaikan / menyia-nyiakan’; tetapi yang terakhir dengan cepat membawa kepada yang pertama) - hal 63.

Hewitt menambahkan bahwa kata Yunani yang digunakan di sini sama dengan yang digunakan dalam Mat 22:5 dimana tamu yang diundang itu dikatakan ‘tidak mengindahkan’ undangan itu.

Calvin: “Not only the rejection of the Gospel, but also its neglect, deserves the heaviest punishment” (= Bukan hanya penolakan terhadap Injil, tetapi juga pengabaiannya, layak mendapat hukuman yang terberat) - hal 53.

Editor Calvin’s Commentary menambahkan bahwa ‘menyia-nyiakan’ berarti ‘not to care for’ (= tidak mempedulikan / mengurus). Tidak mempedulikan / tidak mengurus keselamatan kita berarti menyia-nyiakan / mengabaikannya.

Pulpit Commentary: “Let professing Christians remember that they will miss salvation if they merely neglect it. As the farmer will lose his harvest by simple neglect, as the business man will become bankrupt by simple neglect, as the scholar will strip himself of his attainments by simple neglect, so the surest way by which to accomplish the irremediable ruin of the soul is just to ‘neglect so great salvation’” (= Biarlah orang yang mengaku Kristen ingat bahwa mereka akan tidak mendapatkan keselamatan jika mereka semata-mata mengabaikannya. Seperti petani akan kehilangan tuaiannya hanya oleh pengabaian, seperti seorang pengusaha akan menjadi bangkrut hanya oleh pengabaian, seperti seorang pelajar akan melucuti dirinya sendiri dari pencapaiannya hanya oleh pengabaian, demikianlah jalan yang paling pasti untuk mencapai kehancuran jiwa yang tak bisa disembuhkan / diperbaiki adalah hanya dengan ‘mengabaikan keselamatan yang sebesar itu’) - hal 53.

Pulpit Commentary: “Thousands of church-going people ignore the gospel, out of love of the world and secret repugnance of Christ and his cross” (= Ribuan orang yang rajin pergi ke gereja mengabaikan Injil, karena kasih kepada dunia dan kejijikan diam-diam terhadap Kristus dan salibNya) - hal 52.

Penerapan: apakah saudara peduli pada keselamatan saudara atau mengabaikan / tidak peduli pada keselamatan saudara? Ingat bahwa pergi ke gereja dan bahkan aktif di gereja belum tentu berarti bahwa saudara peduli dan mengurus keselamatan saudara!

Ingat juga bahwa bukan penolakan terhadap Injil saja yang akan menyebabkan penghukuman, tetapi juga penyia-nyiaan / pengabaian terhadap Injil! Jadi jangan merasa aman / sudah selamat hanya karena saudara adalah seorang simpatisan kristen, sudah pergi ke gereja dsb! Saudara mungkin tidak memusuhi Injil / Yesus, tetapi kalau saudara mengabaikan Injil / Yesus maka saudara tetap akan dihukum.

Saudara mungkin tidak mengabaikan gereja, pendeta, orang kristen yang lain, dsb, tetapi kalau saudara mengabaikan keselamatan / Injil / Yesus sendiri, maka saudara pasti binasa!

Hanya dengan mengabaikan keselamatan maka kita akan binasa / masuk neraka. Jadi untuk bisa binasa / masuk neraka tidak dibutuhkan dosa-dosa yang hebat!

Barnes’ Notes: “It needs not great sins to destroy the soul. Simple neglect will do it as certainly as atrocious crimes. Every man has a sinful heart that will destroy him, unless he makes an effort to be saved. And it is not merely the great sinner, therefore, who is in danger. It is the man who neglects his soul - whether a moral or an immoral man, a daughter of amiableness, or a daughter of vanity and vice” (= Tidak dibutuhkan dosa-dosa yang besar untuk menghancurkan jiwa. Suatu pengabaian semata-mata akan menghancurkannya dengan sama pastinya seperti kejahatan-kejahatan yang kejam / mengerikan. Setiap orang mempunyai hati yang berdosa yang akan meng-hancurkannya, kecuali ia melakukan usaha untuk diselamatkan. Dan karena itu, bukan hanya orang-orang yang sangat berdosa saja yang ada dalam bahaya. Yang ada dalam bahaya adalah orang yang mengabaikan jiwanya - apakah ia seorang laki-laki bermoral atau tidak bermoral, seorang perempuan yang ramah atau seorang perempuan yang melakukan kesia-siaan dan kejahatan) - hal 1234.

Catatan: ‘usaha untuk diselamatkan’ maksudnya bukan ‘berbuat baik supaya selamat’, tetapi ‘datang kepada Kristus supaya diselamatkan’.

Kalau saudara membaca koran tentang pembunuhan terhadap ‘ninja’ dimana kepalanya dipenggal, lalu disunduk dan diangkat ke atas, darahnya diminum, atau tentang pembunuhan terhadap preman dalam peristiwa Ketapang baru-baru ini, maka saudara mungkin beranggapan bahwa pembunuh-pembunuh bejat itu pasti masuk neraka. Tetapi ada 2 hal yang perlu diingat:

a) Orang sebejat itupun akan selamat kalau ia mau datang kepada Kristus. Ingat bahwa ‘keselamatan itu besar’!

b) Bukan hanya orang-orang sebejat itu yang akan masuk neraka, kalau tidak bertobat. Biarpun saudara tidak pernah melakukan dosa-dosa sebejat itu, tetapi saudara tetap adalah orang berdosa, sehingga kalau saudara mengabaikan keselamatan / Injil / Yesus, saudara juga akan masuk neraka!

2) Hanyut dibawa arus (ay 1).

Dari ay 1 ini terlihat bahwa kalau kita memperhatikan firman dengan lebih teliti, atau dengan kata lain kalau kita terus berpegang teguh pada firman, kita tidak akan hanyut, tetapi sebaliknya kalau kita tidak memperhatikan firman atau mulai mengabaikan firman, maka kita akan hanyut dibawa arus.

Pulpit Commentary: “To drift away from Christ is fearfully possible. It is so: 1. Because the soul is not always moored to Christ when it is brought to Christ. We regard it a doctrine of the New Testament that the true believer cannot be lost, that the salvation which on faith in Christ he receives is for ever, the might of Christ to supply all that is necessary to salvation being the warrant of it. Why, then, are these professing Christians warned against drifting away from Christ? It is possible to be brought to Christ without being anchored to him. A number of influences may lead one close to the Redeemer, between whom and Christ there is, nevertheless, no vital union, and as long as the tide runs that way his safety may not be suspected even by himself, but let the tide turn and his lack of union becomes apparent and he may drift away and be lost. 2. Because powerful adverse currents tend to carry the soul from the Saviour. Sometimes the current leads toward Christ. ... But it is not always that way; difficulties occur, winds of temptation blow, the tide of worldly custom runs high, the unseen force of depraved inclination gathers power; and then, however strong the cable, however firmly it may bind shore and ship together, it will creak and strain, and every fibre of it be needed to hold the ship in safety. But what if there be no cable, no vital faith, in that day? Then the soul will inevitably part company with Christ, leaving the harbour where it has lain so long, and be seen drifting away. 3. Because the departure of the soul from Christ may be for some time imperceptible. Drifting away is a departure silent, gradual, unnoticeable. At sunset the ship is close to shore and all is safe; without a warning it drops into the tide, and swings round, and with no sound but the ripple of the water is carried down the stream to the open sea, and the crew may sleep through it all. So, departure from Christ may be as involuntary and quiet as that; a silent, ceaseless, unconscious creeping back to old habits. There is its danger. Drifting away means leaving Christ without knowing it, till we find ourselves far out at sea, and a tide we cannot resist bearing us still further away. You have seen men who were once close to Christ, but whilst they slept they have unconsciously glided away, and by the current of worldliness been carried into the rapids and whirled along faster and faster, only waking to stare wildly at their helplessness, and close hands and eyes in despair for the final plunge into the eternal gulf” (= Hanyut dari Kristus adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Ini disebabkan: 1. Karena seseorang tidak selalu tertambat kepada Kristus pada waktu ia dibawa kepada Kristus. Kami menganggap ini sebagai doktrin dari Perjanjian Baru bahwa orang percaya yang sejati tidak bisa terhilang, bahwa keselamatan yang ia terima karena iman dalam Kristus adalah untuk selamanya, kekuatan Kristus untuk menyuplai semua yang diperlukan untuk keselamatan merupakan jaminan untuk hal itu. Lalu mengapa orang-orang yang mengaku Kristen ini diperingatkan supaya tidak hanyut dari Kristus? Adalah mungkin untuk dibawa kepada Kristus tanpa dijangkarkan kepada Dia. Banyak pengaruh bisa membawa seseorang dekat kepada Sang Penebus sekalipun antara dia dan Kristus tidak ada persatuan yang hidup, dan selama air pasang mendorongnya ke arah itu keselamatannya tidak akan dicurigai bahkan oleh dirinya sendiri, tetapi pada waktu air surut maka ketidakadaan persatuan ini akan menjadi nyata dan ia akan hanyut dan terhilang. 2. Karena arus kuat yang melawan cenderung memisahkan seseorang dari Sang Juruselamat. Kadang-kadang arus membawa kepada Kristus. ... Tetapi tidak selalu seperti itu; kesukaran-kesukaran terjadi, angin pencobaan bertiup, air pasang dari kebiasaan duniawi naik, kekuatan yang tak terlihat dari kecenderungan yang bejat mengumpulkan kekuatan; dan lalu, betapapun kuat kabelnya, betapapun teguhnya kabel itu mengikatkan kapal ke pantai, kabel itu akan berderik-derik dan menegang, dan setiap serat dari kabel itu dibutuhkan untuk menahan kapal itu dengan aman. Tetapi bagaimana jika di sana tidak ada kabel, tidak ada iman yang hidup, pada saat itu? Maka tidak bisa tidak orang itu akan terpisah dari Kristus, meninggalkan pelabuhan dimana ia sudah terletak begitu lama, dan terlihat hanyut. 3. Karena tindakan meninggalkan dari seseorang terhadap Kristus bisa untuk beberapa waktu tidak kelihatan / tidak terasa. Hanyut adalah suatu kepergian yang tenang, perlahan-lahan, tak terlihat. Pada saat matahari terbenam kapal dekat dengan pantai dan semua aman; tanpa peringatan kapal itu masuk ke dalam air pasang, dan terombang-ambing, dan tanpa ada bunyi kecuali riak dari air, ia dibawa arus ke laut lepas, dan anak buah kapal mungkin tidur selama itu. Begitu juga, meninggalkan Kristus bisa sama tak disengajanya dan sama tenangnya seperti itu; tindakan merangkak yang tenang, terus menerus, tak disadari, mengembalikan kita kepada kebiasaan-kebiasaan lama. Itulah bahayanya. Hanyut dari Kristus berarti meninggalkan Kristus tanpa mengetahuinya, sampai kita mendapatkan diri kita jauh di laut, dan air pasang yang tak bisa kita lawan membawa kita lebih jauh lagi. Engkau telah melihat orang-orang yang suatu saat pernah dekat dengan Kristus, tetapi sementara mereka tidur secara tak disadari mereka meluncur pergi, dan oleh arus keduniawian dibawa ke dalam aliran yang deras dan dihanyutkan makin lama makin cepat, dan pada waktu mereka bangun mereka memandang dengan bingung pada keadaan mereka yang tanpa harapan, dan melipat tangan dan menutup mata dalam keputus-asaan untuk loncatan terakhir ke dalam jurang yang kekal) - hal 68.

Renungkan:

a) Sudahkah saudara betul-betul mempunyai hubungan pribadi dengan Kristus?

b) Apakah saat ini saudara tidak sedang perlahan-lahan, tanpa saudara sadari hanyut menjauhi Kristus? Mungkin mula-mula Saat Teduhnya ‘bogang-bogang’, lalu Pemahaman Alkitabnya mbolosan, lalu Kebaktiannya, lalu dosa-dosa lama kembali, dst. Jangan biarkan ini sebelum apa yang diceritakan dalam kutipan di atas terjadi pada diri saudara!

Satu hal yang perlu dicamkan adalah: Ibr 2:1-4 ini kelihatannya menunjukkan bahwa orang yang hanyut karena tidak memperhatikan Firman ini, juga adalah orang yang menyia-nyiakan / mengabaikan keselamatan!

III) Akibat penyia-nyiaan keselamatan.

Mari kita baca ay 2-3, dan bandingkan dengan Ibr 10:26-29. Kalau kita menolak / mengabaikan Injil, jangan berharap untuk selamat! Perhatikan pertanyaan ‘bagaimanakah kita akan luput’ (NIV: ‘how shall we escape’) pada awal ay 3. Ini mirip dengan pertanyaan Paulus dalam Ro 2:3b.

Pulpit Commentary: “The question is asked, ‘How shall we escape?’ The reply must be, ‘There is no escape.’” (= Pertanyaan ditanyakan: ‘Bagaimana kita akan luput?’. Jawabannya haruslah: ‘Tidak ada jalan untuk luput’) - hal 77.

Mengapa kita tidak bisa luput kalau kita menyia-nyiakan / mengabaikan keselamatan?

1) Karena Injil / Yesus adalah satu-satunya obat / jalan keselamatan (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12), maka penolakan / pengabaian terhadap Injil pasti mengakibatkan kebinasaan kekal.

Illustrasi: tenggelamnya Titanic, ada istri yang tidak mau naik sekoci penyelamat karena suaminya tidak boleh ikut. Karena ia menolak satu-satunya sekoci penyelamat yang ada, maka ia mati.

2) Yang mengabaikan Taurat saja tidak luput, apalagi yang mengabaikan Injil (ay 2-4).

Kata ‘karena itu’ pada awal ay 1 menghubungkan bagian ini dengan bagian sebelumnya. Dalam Ibr 1:5-14 penulis surat Ibrani ini menunjukkan bahwa Yesus lebih tinggi dari malaikat. Sekarang dalam Ibr 2:1-4 ia menunjukkan:

a) Hukum Taurat dikatakan dengan perantaraan malaikat (ay 2).

Dalam hukum Taurat sendiri tidak ada pernyataan explicit tentang hal ini, hanya dikatakan bahwa Tuhan turun ke gunung Sinai diiringi ribuan malaikat (Ul 33:2). Tetapi pernyataan dalam Ibr 2:2 ini didukung oleh Kis 7:53 dan Gal 3:19.

b) Injil mula-mula diberitakan oleh Kristus, lalu oleh rasul-rasul disertai mujijat yang meneguhkan kesaksiannya / menjamin kebenaran Injil itu (ay 3-4).

c) Pelanggaran terhadap Taurat tidak bebas dari hukuman.

Ay 2: ‘firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku’.

NASB: ‘proved unalterable’ (= terbukti tak bisa berubah).

NIV: ‘was binding’ (= mengikat).

KJV: ‘was steadfast’ (= tetap / tak berubah).

RSV: ‘was valid’ (= berlaku).

Ay 2a ini (bahwa firman / Taurat itu tak berubah / tetap berlaku) dibuktikan dengan ay 2b: ‘setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal’.

d) Kalau pelanggaran terhadap Taurat, yang disampaikan oleh malaikat itu saja, pasti menimbulkan hukuman, lebih-lebih dengan pengabaian terhadap Injil.

Mengapa pelanggaran terhadap Injil, yang mula-mula diberitakan oleh Yesus, lalu oleh rasul-rasul diteguhkan dengan tanda / mujijat, akan dihukum lebih berat dari pada pelanggaran terhadap Taurat, yang dikatakan dengan perantaraan malaikat? Bukan karena Injil lebih benar dari Taurat. Keduanya berasal dari Tuhan sehingga keduanya adalah benar / sama benarnya. Lalu mengapa ada perbedaan hukuman?

· Calvin: “The import of the whole is this, that the higher the dignity of Christ is than that of angels, the more reverence is due to the Gospel than to the Law” (= Maksud dari seluruhnya adalah bahwa martabat Kristus yang lebih tinggi dari malaikat mengharuskan hormat yang lebih besar terhadap Injil dari pada terhadap hukum Taurat) - hal 51.

· Prinsip yang dipakai adalah Luk 12:48b - “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut”. Juga bdk. dengan Mat 11:20-24.

Taurat dikatakan hanya melalui malaikat, tetapi Injil diberitakan oleh Kristus sendiri, dan lalu oleh rasul-rasul, yang disertai tanda / mujijat untuk meneguhkan kesaksiannya. Semua ini bisa lebih meyakinkan kita bahwa Injil itu benar dan Injil itu memang dari Tuhan. Jadi dalam pemberitaan Injil, ada lebih banyak terang yang secara teoretis lebih memudahkan kita untuk percaya. Karena adanya terang yang lebih banyak ini, maka berdasarkan Luk 12:48b (mungkin lebih baik lagi kalau dibaca mulai Luk 12:47), maka kalau Injil tetap tidak dipedulikan, maka hukumannya akan diperberat.

Pulpit Commentary: “Our greater privileges bring us under greater responsibilities in this way. ... The more amply verified revelation has the more imperative claim on our belief. The more convincing the evidence by which a truth is supported, the more binding is the obligation to believe that truth” (= Hak-hak kita yang lebih besar membawa kita pada kewajiban yang lebih besar dengan cara ini. ... Wahyu yang lebih banyak dibuktikan, mempunyai tuntutan yang sangat penting / mendesak pada kepercayaan kita. Makin meyakinkan bukti yang menopang suatu kebenaran, makin mengikat kewajiban kita untuk mempercayai kebenaran itu) - hal 58.

Ini alasan yang benar mengapa yang menolak / mengabaikan Injil dihukum lebih berat dari yang melanggar Taurat.

Banyak orang berpikir bahwa pada jaman Taurat, Allah menekankan kesucian dan keadilanNya, sedangkan pada jaman Injil, Allah menekankan kasihNya. Ini mungkin benar, tetapi ingat bahwa kalau seseorang tetap tidak bertobat sampai mati pada jaman Injil, maka ia akan dihukum lebih berat dari orang yang tidak bertobat pada jaman Taurat.

Jadi jelas bahwa menyia-nyiakan / mengabaikan keselamatan mempunyai konsekwensi yang sangat serius, dan karena itu jangan menyia-nyiakan / mengabaikan keselamatan.

IV) Bagaimana supaya tidak menyia-nyiakan keselamatan yang besar?

Kalau saudara belum percaya kepada Kristus, cepatlah datang dan percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat saudara. Besok mungkin sudah terlambat.

Kalau saudara sudah adalah orang kristen, jagalah supaya diri saudara tidak hanyut, dengan cara makin teliti memperhatikan Firman (ay 1).

Pulpit Commentary: “Faith is the cable which alone can moor us to Christ; but the Word of God has a vital bearing on faith; therefore, where the Scriptures are neglected, there is the utmost peril of drifting away” (= Iman adalah satu-satunya kabel yang bisa menambatkan kita kepada Kristus; tetapi Firman Allah mempunyai hubungan dengan iman; karena itu dimana Kitab Suci diabaikan di sana ada bahaya / resiko hanyut pada tingkat yang tertinggi) - hal 69.

Penerapan: banyaklah belajar / membaca Firman baik dari Kebaktian, Pemahaman Alkitab, Saat Teduh, makalah, cassette, dsb. Dan jangan hanya menjadi pendengar, tetapi jadilah juga pelaku Firman!

Kesimpulan / Penutup:

Pulpit Commentary: “How, then, ‘shall we escape, if we neglect so great salvation’? Can your temporal resources open up a way for your escape? Can your own arm save you? ‘Hast thou an arm like God?’ Can education, or science, or philosophy save you? There is but one Saviour from sin, even Jesus. Accepting him, we shall be saved with ‘so great salvation.’ Neglecting him and his salvation we shall be lost. You need not toil to secure your ruin. Neglect alone is sufficient to bring you under the most terrible condemnation and punishment. Disregard the offered salvation, and all the dread consequences of sin will fall upon you with pitiless and inflexible severity. ‘Therefore we ought to give more earnest heed to the things which we have heard’” (= Lalu, bagaimana ‘kita akan luput, jika kita mengabaikan keselamatan yang sebesar itu’? Bisakah sumber-sumber duniawimu membuka jalan untuk meluputkanmu? Bisakah lenganmu sendiri menyelamatkanmu? ‘Apakah lenganmu seperti lengan Allah?’. Bisakah pendidikan, atau ilmu pengetahuan, atau filsafat menyelamatkanmu? Hanya ada satu Juruselamat dari dosa, yaitu Yesus. Jika kita menerima Dia, kita akan diselamatkan dengan ‘keselamatan yang sebesar itu’. Jika kita mengabaikan Dia dan keselamatanNya maka kita akan terhilang. Engkau tidak perlu berjerih payah untuk memastikan kehancuranmu. Pengabaian saja sudah cukup untuk membawamu ke bawah kutukan dan hukuman yang paling mengerikan. Janganlah menghiraukan tawaran keselamatan, dan semua akibat yang menakutkan dari dosa akan menimpa engkau dengan kekerasan yang tak berbelas-kasihan dan tak dapat diubah. ‘Karena itu kita harus lebih teliti memperhatikan apa yang telah kita dengar’) - hal 59.

Catatan: Kata-kata ‘apakah lenganmu seperti lengan Allah’ dikutip dari Ayub 40:4 (dalam Kitab Suci bahasa Inggris Job 40:9).

-AMIN-

9.Kristus adalah pengharapan kita

Yesaya 8:21-9:6

I) Dunia dan pengharapan.

Sebagian dari text yang kita baca mula-mula menunjukkan keadaan menderita dan tanpa harapan.

Yesaya 8:21 - ‘lalu lalang’.

NIV: ‘roam through the land’ (= mengembara melalui / di seluruh negeri itu).

Ini menunjukkan bahwa mereka mengembara tanpa tempat tinggal. Tuhan menjanjikan negeri itu sebagai milik pusaka mereka, tetapi karena dosa maka Tuhan menghukum mereka sehingga harus mengembara tanpa tempat tinggal.

Yesaya  8:21 - mereka melarat dan lapar dan mengutuki raja dan Allahnya..

Calvin mengatakan bahwa kata ‘Allah’ di sini menunjuk kepada dewa-dewa / berhala mereka. Tadinya mereka mempunyai keyakinan kepada raja maupun dewa mereka, tetapi sekarang mereka mengutukinya. Ini langkah awal menuju pertobatan.

Tetapi E. J. Young mengatakan bahwa ‘Allah’ di sini betul-betul menunjuk kepada Allah. Jadi pada waktu mereka dihukum dengan penderitaan, mereka justru menjadi marah kepada Allah dan mengutukinya.

· 8:22 - mereka melihat ke langit / ke atas dan ke bawah / ke bumi, tetapi yang ada hanya kesesakan, kegelapan, kesuraman yang menghimpit.

· 8:23 - ‘kesuraman’, ‘negeri yang terimpit’, ‘Tuhan merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali’.

· 9:1 - ‘berjalan dalam kegelapan’, ‘diam di negeri kekelaman’.

· 9:3 - ‘kuk yang menekannya’, ‘gandar (NIV: ‘bar’; NASB: ‘staff’) yang di atas bahunya’, ‘tongkat si penindas’.

Sebetulnya keadaan tanpa harapan ini berlaku bukan hanya atas Israel, tetapi atas seluruh dunia.

Pengharapan yang saya maksud adalah yang bersifat rohani dan kekal, yaitu pengharapan akan pengampunan dosa, damai dengan Allah, masuk surga, bebas dari hukuman dsb.

1) Dalam dunia ini ada orang-orang yang secara duniawi merasa tidak punya harapan atau dianggap tidak mempunyai harapan.

Misalnya:

· orang miskin, bodoh, tak berpendidikan.

· orang yang mengalami problem berat, seperti dikeluarkan dari pekerjaan, problem rumah tangga, dsb.

· orang yang mempunyai penyakit yang tidak mungkin sembuh.

2) Dalam dunia ini ada orang yang merasa mempunyai harapan atau dianggap mempunyai harapan.

Misalnya:

· seorang yang pandai / berIQ tinggi, yang sekolahnya hebat, selalu juara dsb.

· seorang yang bisnisnya hebat, atau yang sekalipun belum hebat tetapi prospek bisnisnya bagus.

· seorang yang mempunyai jabatan tinggi.

Orang-orang seperti ini dianggap mempunyai ‘masa depan cerah’, tetapi sebetulnya ini hanyalah pengharapan duniawi yang semu, palsu, dan sementara, dan karenanya sebetulnya sama dengan tidak ada pengharapan.

Banyak orang ditipu oleh pengharapan duniawi yang semu / palsu dan sementara ini, sehingga mereka lalu berjuang mati-matian untuk bisa mempunyai gelar, kedudukan / jabatan tinggi, kekayaan, dsb!

Untuk membuktikan bahwa orang yang seperti ini tidak mempunyai harapan, sebetulnya gampang sekali. Mula-mula tanyakan: apa yang sekarang ini kamu kejar / usahakan? Belajar mati-matian supaya bisa punya gelar yang tinggi. Lalu? Setelah lulus dan mempunyai gelar tinggi, saya akan bekerja. Lalu? Saya mempunyai bisnis yang hebat, yang menghasilkan banyak uang. Lalu? Saya menjadi kaya, lalu membeli rumah, mobil, lalu menikah, punya keluarga yang bahagia, menyekolahkan anak dsb. Lalu? Ya, saya menjadi tua? Lalu? Ya akhirnya saya akan mati. Lalu?

Pengharapan apa yang bisa diberikan oleh hal-hal itu pada saat saudara mati dan harus menghadap tahta pengadilan Allah? Amsal 11:4 berkata: “Pada hari kemurkaan harta tidak bergu­na, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut”.

Bandingkan semua ini dengan:

· Luk 12:16-21 - perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh.

· Bandingkan dengan kitab Pengkhotbah: ‘segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari’ (Pengkhotbah 2:11b).

· 1Yoh 2:17 - ‘dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya’.

3) Dalam dunia ini ada orang yang mempunyai agama tertentu (non Kristen), yang berharap akan masuk surga.

Dari sudut agamanya sendiri tidak ada kepastian masuk surga, dan dari sudut kristen / Kitab Suci kita, ia bahkan pasti masuk neraka, karena tanpa Kristus tidak ada orang sampai kepada Bapa / Surga (Yoh 14:6).

Kesimpulan: dunia ini tidak mempunyai pengharapan! Mengapa semua ini terjadi? Waktu Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, dalam Kej 1:31 dikatakan ‘sungguh amat baik’. Manusia tidak mempunyai penderitaan, bersekutu dengan Tuhan, juga Adam dan Hawa mempunyai hubungan yang baik. Tetapi Kej 3 lalu menceritakan bahwa dosa masuk ke dalam dunia. Apa yang diakibatkan oleh hal itu?

· Manusia putus hubungan dengan Allah.

· Terjadi pertengkaran antar manusia. Adam melemparkan kesalahan kepada Hawa, yang tentunya menyebabkan Hawa jengkel. Kain membunuh Habel dsb.

· Penderitaan masuk ke dalam dunia, baik penderitaan batin (takut, gelisah, dsb) maupun fisik (penyakit, kemiskinan dsb).

· Kematian.

II) Kristus adalah pengharapan kita

Sekarang mari kita kembali kepada text khotbah hari ini. Text ini bukan hanya menggambarkan keadaan orang yang menderita dan tidak mempunyai pengharapan, tetapi juga menunjukkan bahwa keadaan lalu berbalik.

· 8:23a - ‘Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman’.

· 8:23b - ‘Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain’. Jangan pusingkan istilah ‘jalan ke laut’ dsb. Pokoknya ini adalah wilayah yang sama, yang tadinya direndahkan tetapi sekarang dimuliakan.

· 9:1 - ‘Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar’.

· 9:2 - ‘Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapanMu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan’.

· 9:3 - ‘kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas, telah Kaupatahkan ...’.

· 9:4 menunjukkan bahwa semua peralatan perang dimusnahkan, dan ini menunjukkan adanya damai.

Mengapa keadaan penderitaan dan tanpa harapan itu bisa berbalik? Jawabnya ada dalam 9:5 - ‘Karena seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita’. Ini jelas menunjuk pada kelahiran Yesus. Jadi, Natal / kelahiran Yesus memberikan pengharapan.

Catatan: Kitab Suci Indonesia benar dengan menterjemahkan ke dalam bentuk lampau (‘telah lahir’ dan ‘telah diberikan’). Ini memang merupakan suatu nubuat, tetapi untuk menunjukkan kepastian terjadinya hal itu, maka digunakan bentuk lampau.

E. J. Young: “He speaks of the birth as though it had already occurred, even though from his standpoint it was yet to take place in the future” (= Ia berbicara tentang kelahiran itu seakan-akan itu telah terjadi, sekalipun dari sudut pan-dangnya itu masih akan terjadi di masa yang akan datang) - hal 329.

Pada waktu manusia pertama kali jatuh ke dalam dosa, Tuhan memberikan suatu janji dalam Kej 3:15, yang memberikan pengharapan. Mesias ini dinanti-nantikan selama ribuan tahun oleh orang Yahudi, lalu datang pada Natal yang pertama, sekitar 2000 tahun yang lalu. Tetapi Yesus lalu ditangkap dan mati disalib. Sepertinya pengharapan yang tadinya muncul lalu hilang lagi. Tetapi tidak demikian, karena Ia lalu bangkit dari antara orang mati. Jadi kalau dikatakan bahwa Natal memberikan pengharapan, ingat bahwa Natal tidak bisa dipisahkan dari Jum’at Agung dan Paskah. Mengapa? Karena tadi sudah kita lihat bahwa dosalah yang menyebabkan semua kekacauan, penderitaan, dan keadaan tanpa harapan ini. Jadi dosa itu harus dibereskan. Tetapi upah dosa itu maut (Ro 6:23 Kej 2:16-17), sedangkan Allah tidak bisa mati. Jadi Allah harus menjadi manusia, dan itu yang terjadi pada Natal yang pertama, sekitar 2000 tahun yang lalu. Yesus memang datang dengan tujuan untuk mati menebus dosa kita. Tetapi setelah Ia mati, Ia lalu bangkit dan menunjukkan kemenanganNya atas setan, dosa dan maut. Melalui semua itu Ia membereskan dosa dan menyediakan pengharapan dan keselamatan bagi manusia.

Karena itulah Kitab Suci menyebut Kristus sebagai pengharapan kita.

· 1Tim 1:1 - “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita”.

Catatan: kata ‘dasar’ seharusnya tidak ada.

· Kol 1:27b - “Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan”.

Catatan: ‘di tengah-tengah kamu’ seharusnya adalah ‘di dalam kamu’.

Kata ‘kemuliaan’ tentu tidak menunjuk pada kemuliaan duniawi, tetapi menunjuk pada kemuliaan di sorga. Ada orang yang ikut Kristus hanya untuk hal-hal duniawi seperti kekayaan, kesembuhan dari penyakit jasmani, bebas dari problem dsb. Tetapi Paulus berkata dalam 1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.

Kalau 2 ayat di atas ini kita perhatikan dengan seksama, maka kita akan melihat bahwa tidak dikatakan bahwa ‘Kristus membawa / memberikan pengharapan’, tetapi dikatakan bahwa ‘Kristus adalah pengharapan’. Kalau dikatakan bahwa ‘Kristus membawa / memberikan pengharapan’, maka bisa saja kita menerima pengharapannya tetapi menolak Kristusnya. Tetapi kalau dikatakan bahwa ‘Kristus adalah pengharapan’, maka itu berarti bahwa menerima Kristus berarti menerima pengharapan dan menolak Kristus berarti menolak pengharapan.

Dalam suatu buku Saat Teduh ada suatu cerita sebagai berikut:

Seorang pendeta tertidur di ruang kerjanya, pada pagi hari, di suatu hari Natal, dan ia bermimpi tentang dunia dimana Yesus tidak pernah datang. Dalam mimpinya, ia melihat-lihat dalam rumahnya, dan ia tidak menjumpai hiasan-hiasan Natal. Ia lalu berjalan-jalan di jalan raya, tetapi tidak ada gereja-gereja. Ia kembali ke ruang belajarnya dan ia menjumpai bahwa semua buku-buku tentang Juruselamat sudah hilang. Tiba-tiba ada bel, dan seorang utusan memintanya untuk mengunjungi seorang ibu yang sedang sekarat. Ia cepat-cepat pergi ke rumah itu, dan ia berkata kepada anak dari ibu yang sedang sekarat itu: “Aku mempunyai sesuatu disini yang akan menghibur kamu”. Ia membuka Alkitabnya untuk mencari ayat-ayat hiburan yang sudah biasa ia gunakan, tetapi Alkitabnya berhenti pada Maleakhi, dan di sana tidak ada Injil maupun janji tentang pengharapan dan keselamatan dan ia hanya bisa menundukkan kepalanya dan menangis bersama anak itu di dalam keputusasaan yang pahit. Dua hari setelah itu, ia berdiri di sebelah peti mati ibu itu dan memimpin kebaktian penguburan, tetapi disana tidak ada berita penghiburan, tidak ada firman tentang kebangkitan yang mulia, tidak ada surga yang terbuka, tetapi hanya ada “engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” dan suatu perpisahan yang panjang dan kekal. Akhirnya ia menyadari bahwa Kristus tidak datang, dan ia menangis dengan pahit dalam mimpinya yang menyedihkan itu. Tiba-tiba ia terbangun, dan ia mendengar nyanyian Natal dari paduan suara gereja yang membuatnya sadar bahwa sebetulnya Kristus sudah datang! - ‘Streams in the Desert’, vol I, tgl 25 Desember.

A. F. Wells: “Take Christ out of Christmas, and December becomes the bleakest and most colorless month of the year” (= Ambillah / buanglah Kristus dari Natal, dan Desember menjadi bulan yang paling suram dan paling tak berwarna dalam sepanjang tahun) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 116.

Puji Tuhan karena Natal itu ada! Puji Tuhan karena Kristus sudah datang! Banyak orang mempersoalkan tanggal kelahiran, tempat kelahiran dari Kristus. Semua itu memang tidak diketahui dan tidak penting. Yang penting adalah fakta bahwa Kristus sudah datang, sebagai pengharapan bagi manusia, termasuk bagi saudara dan saya.

III) Tanggapan apa yang harus kita berikan?

1) Sadarilah bahwa saudara adalah orang berdosa, yang membutuhkan Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa.

Kalau saudara merasa diri baik, saudara tidak akan merasa butuh seorang Juruselamat / Penebus, dan Kristus juga tidak datang untuk saudara (Mat 9:12-13).

Ada seorang yang berkata: “There is more hope for a self-convicted sinner than there is for a self-conceited saint” (= Ada lebih banyak harapan untuk orang berdosa yang sadar akan dosanya sendiri dari pada untuk orang kudus / suci yang menipu dirinya sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 345.

Charles Haddon Spurgeon: “Nothing is more deadly than self-righteousness” (= Tidak ada yang lebih mematikan dari perasaan / anggapan bahwa diri sendiri itu benar) - ‘Morning and Evening’, September 29, morning.

Dalam membahas 1Yoh 1:8-10 William Barclay berkata: “Any number of people do not really believe that they have sinned and rather resent being called sinners. Their mistake is that they think of sin as the kind of thing which gets into the newspapers” (= Banyak orang tidak sungguh-sungguh percaya bahwa mereka telah berbuat dosa dan tersinggung / marah pada waktu disebut sebagai orang berdosa. Kesalahan mereka adalah bahwa mereka menganggap dosa sebagai hal-hal yang dimasukkan ke surat kabar) - hal 33.

Kata dosa dalam 1Yoh 1:8,9,10 adalah HAMARTIA, yang arti hurufiahnya adalah ‘a missing of the target’ (= suatu keluputan dari sasaran). Luputnya sedikit atau banyak, itu tetap namanya dosa. Sasaran seharusnya adalah Kitab Suci. Jadi kalau hidup kita tidak sesuai dengan Kitab Suci, apakah tidak sesuainya sedikit atau banyak, itu tetap adalah dosa.

Dalam arti seperti ini, tidak ada orang yang tidak berdosa (kecuali Kristusnya sendiri).

2) Percayalah kepada Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara.

Tidak cukup hanya sadar bahwa diri saudara adalah orang berdosa, tidak cukup bagi saudara untuk sekedar tahu / mengerti secara intelektual bahwa Yesus adalah Juruselamat dosa.

Saudara harus datang kepada Juruselamat dunia satu-satunya, yaitu Yesus Kristus, dan percaya kepada Dia sebagai Juruselamat dosa saudara dengan segenap hati saudara.

Ada seorang yang berkata: “Christmas began in the heart of God. It is complete only when it reaches the heart of man” (= Natal dimulai dalam hati Allah. Itu lengkap / sempurna hanya pada waktu itu mencapai hati manusia) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 113.

Kalau saudara percaya kepada Dia, maka saudara mendapatkan pengampunan dosa, perdamaian dengan Allah, keselamatan, dan saudara mempunyai pengharapan bahwa suatu saat kelak saudara akan masuk ke surga, dan terbebas dari segala penderitaan dan problem yang saudara alami di dunia ini / dalam hidup ini.

Kalau saya katakan ‘pengharapan’ itu bukan sekedar kemungkinan. Pengharapan kristen adalah sesuatu yang pasti, karena dilandasi oleh janji Tuhan. Janji apa / yang mana?

Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal”.

Pengharapan seperti ini bisa dimiliki oleh setiap orang, yang bagaimanapun jahatnya, dan bahkan pada saat hampir mati.

Penjahat yang mau mati di salib kelihatannya sudah tidak ada harapan. Ia adalah orang yang sangat jahat, dan ia hampir mati. Tetapi ia lalu datang kepada Kristus, dan berharap kepada Kristus. Ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Lukas 23:42). Dan Yesus menjawab: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43).

Tetapi jangan menjadi ‘orang pinter’ dengan berpikir lebih baik sekarang hidup dalam dosa, dan kalau mau mati baru bertobat dan percaya kepada Kristus. Mengapa? Karena saudara tidak tahu kapan maut itu akan datang. Bagaimana kalau maut datang dengan mendadak sehingga tak ada kesempatan untuk bertobat? Dan sekalipun maut tidak datang secara mendadak, jangan kira gampang untuk percaya / bertobat pada saat terakhir. Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”.

J. C. Ryle: “I know that people are fond of talking about deathbed evidences. They will rest on words spoken in the hour of fear and pain and weakness, as if they might take comfort in them about the friends they lose. But I am afraid in ninety-nine cases out of a hundred such evidences are not to be depended on. I suspect that, with rare exceptions, men die just as they have lived” (= Saya tahu bahwa banyak orang senang membicarakan bukti-bukti ranjang kematian. Mereka bersandar pada kata-kata yang diucapkan pada saat ketakutan dan sakit dan kelemahan, seakan-akan mereka bisa mendapatkan hiburan dalam kata-kata itu tentang sahabat mereka yang hilang / mati. Tetapi saya takut / kuatir bahwa 99 kasus dari 100 bukti-bukti seperti itu tidak bisa diandalkan. Saya menduga bahwa dengan perkecualian yang sangat jarang, orang mati sama seperti mereka telah hidup) - ‘Holiness’, hal 40.

Kitab Suci juga mengatakan bahwa kalau saudara menolak / mengabaikan Kristus, dan karenanya tidak mempunyai Kristus, saudara tidak mempunyai harapan. Dengan kata lain saudara akan dihukum selama-lamanya di dalam neraka.

Ef 2:12 - “bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijan-jikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia”.

Orang kafir disebut ‘tanpa Kristus’, ‘tanpa pengharapan’, dan ‘tanpa Allah’.

Memang ‘tanpa Kristus’ sama dengan ‘tanpa Allah’ (1Yoh 2:23), dan karena itu jelas juga sama dengan ‘tanpa pengharapan’.

Mengomentari Ef 2:12 ini Calvin berkata: “for him that is without Christ, there remains nothing but destruction” (= untuk dia yang tanpa Kristus, tidak ada yang tertinggal / tersisa selain penghancuran / pembinasaan) - hal 233.

Ada seseorang yang berkata: “Life with Christ is an endless hope, without Him a hopeless end” (= Hidup dengan Kristus adalah pengharapan yang tidak ada akhirnya, tanpa Dia suatu akhir tanpa harapan) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal 345.

3) Jangan miliki keselamatan dan pengharapan ini hanya bagi diri saudara sendiri. Bagikanlah juga kepada orang lain, dengan memberitakan Injil kepada mereka.

Charles Haddon Spurgeon: “I will not believe that you have tasted of the honey of the gospel if you can eat it all yourself” (= Aku tidak akan percaya bahwa engkau sudah mengecap madu Injil jika engkau bisa memakan sendiri semuanya) - ‘Morning and Evening’, February 19, evening.

-AMIN-

10.Gelar-gelar Kristus

Yesaya 9:5-6

I) Nubuat tentang kelahiran Yesus (ay 5a).

1) Ay 5a ini jelas merupakan nubuat tentang kelahiran Yesus.

Tetapi ada yang aneh dengan nubuat ini, yaitu dalam Kitab Suci Indonesia itu ditunjukkan dalam waktu lampau (ay 5: ‘telah lahir’ ... ‘telah diberikan’).

Tetapi Kitab Suci bahasa Inggris ada yang memberikannya dalam bentuk present tense (waktu sekarang), dan ada bahkan yang dalam future tense (waktu yang akan datang).

KJV/RSV/NIV: ‘is born ... is given’.

NASB: ‘will be born ... will be given’.

Sebetulnya yang benar justru adalah Kitab Suci Indonesia, karena dalam bahasa Ibraninya memang digunakan bentuk lampau.

E. J. Young: “He speaks of the birth as though it had already occurred, even though from his standpoint it was yet to take place in the future” (= Ia berbicara tentang kelahiran itu seakan-akan itu telah terjadi, sekalipun dari sudut pandangnya itu masih akan terjadi di masa yang akan datang) - hal 329.

Mengapa dalam bentuk lampau? Ada 2 kemungkinan jawaban:

a) Sekalipun ini adalah nubuat, tetapi digunakan bentuk lampau, seakan-akan hal itu sudah terjadi, untuk menunjukkan kepastian terjadinya nubuat itu.

b) Barnes’ Notes: “Not that he was born when the prophet spake. But in prophetic vision, as the events of the future passed before his mind, he saw that promised son, and the eye was fixed intently on him” (= Bukan bahwa ia telah dilahirkan pada waktu sang nabi berbicara. Tetapi dalam penglihatan yang bersifat nubuat, pada waktu peristiwa-peristiwa dari masa yang akan datang lewat di depan pikirannya, ia melihat anak yang dijanjikan itu, dan matanya diarahkan dengan sungguh-sungguh kepadanya) - hal 191.

Jadi, Yesaya menuliskannya dalam bentuk lampau, karena ia sudah melihat Anak itu dalam penglihatan yang diberikan kepadanya.

2) ‘seorang putera telah diberikan untuk kita’ (Yesaya 9: 5).

Menyoroti kata ‘telah diberikan‘ ini Barnes’ Notes memberi komentar sebagai berikut: “The Messiah was pre-eminently the gift of the God of love. Man had no claim on him, and God voluntarily gave his Son to be a sacrifice for the sins of the world” (= Mesias merupakan pemberian dari Allah yang adalah kasih. Manusia tidak mempunyai hak atasNya, dan Allah dengan sukarela memberikan AnakNya untuk menjadi korban untuk dosa-dosa dunia) - hal 191.

Bdk. Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal”.

II) Nama Kristus.

Ay 5b: ‘namanya disebutkan orang’. Ini tak berarti bahwa Kristus betul-betul dipanggil dengan nama ini. Artinya: Kristus layak mendapatkan sebutan-sebutan / nama-nama ini karena ini memang menunjukkan diri dan karakterNya.

Sekarang mari kita membahas nama-nama dalam ay 5b ini.

1) ‘Penasihat Ajaib’.

Ada 2 macam terjemahan.

RSV/NIV/NASB: ‘Wonderful Counsellor’ (= Penasihat Ajaib).

KJV: ‘Wonderful, Counsellor’ (= Ajaib, Penasihat).

a) Ada yang menyatukan kedua istilah ini menjadi satu nama (seperti KS Indonesia, RSV, NIV, NASB)

Yang menyatukan kedua istilah ini menganggap bahwa nama ini sesuai dengan Yes 28:29 (NIV): ‘wonderful in counsel’ / ‘ajaib dalam nasehat’ (KS Indonesia menterjemahkan ‘ajaib dalam keputusan’). Dalam Yes 28:29 itu hal itu ditujukan kepada YAHWEH. Dengan demikian pada waktu dalam ay 5b ini nama ini diberikan kepada Kristus, ini menunjukkan keilahian Kristus.

b) Tetapi ada yang memisahkan kedua istilah ini menjadi 2 nama (seperti KJV).

Kebanyakan buku-buku tafsiran yang saya pakai menganggap bahwa 2 istilah ini harus dipisah. J. A. Alexander menyatakan bahwa kata ‘wonderful’ / ‘ajaib’ (kata sifat) secara hurufiah terjemahannya adalah ‘wonder’ / ‘keajaiban’ (kata benda), dan karenanya memang lebih cocok kalau diterjemahkan sebagai 2 nama.

· ajaib / keajaiban.

Charles Haddon Spurgeon: “Beloved, there are a thousand things in this world, that are called by names that do not belong to them, but in entering upon my text, I must announce at the very opening, that Christ is called Wonderful, because he is so. God the Father never gave his Son a name which he did not deserve” (= Saudara yang kekasih, ada 100 hal di dunia ini, yang disebut dengan nama yang tidak semestinya, tetapi pada waktu memasuki text saya, saya harus mengumumkan pada pembukaannya, bahwa Kristus disebut Ajaib, karena Ia memang begitu. Allah Bapa tidak pernah memberi AnakNya nama yang tidak layak Ia dapatkan) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’, hal 108.

Mesias memang ajaib dalam keberadaanNya sebagai Allah dan manusia dalam 1 pribadi, dalam ajaranNya yang mengherankan banyak orang (bdk. Mat 7:28), dalam tindakanNya, dalam kelahiranNya dari perawan, kematianNya, kebangkitanNya dan kenaikanNya ke surga, dll.

Juga kasih karunia Allah yang menebus dosa kita dan menyelamatkan kita melalui kedatangan dan penebusan Kristus, lebih ajaib dari mujijat apapun.

Ada yang membandingkan nama ini dengan Hak 13:18 dimana Malaikat TUHAN menjawab Manoah (ayah Simson) yang menanyakan namaNya dengan jawaban: ‘Mengapa engkau juga menanyakan namaKu? Bukankah nama itu ajaib?’. Jawaban ini jelas menunjukkan keilahian dari Malaikat TUHAN itu. Jadi dalam Yes 9:5 ini nama itu juga menunjukkan keilahian Kristus.

· ‘Counsellor’ (= Penasihat).

Bdk. Yesaya 11:2 yang menubuatkan bahwa pada Kristus ada ‘roh hikmat’. Kristus memang memberi kita hikmat sehingga kita menjadi bijaksana (bdk. Amsal 8:12-30 1Kor 1:24,30). Ia menasehati kita dari dalam melalui Roh Kudus, dan Ia juga menasehati kita dari luar melalui hamba-hambaNya / para pemberita Firman Tuhan.

Tentang nama ‘Counsellor’ (= Penasihat) ini Charles Haddon Spurgeon memberikan komentar sebagai berikut:

“It was by a Counsellor that this world was ruined. Did not Satan mask himself in the serpent, and counsel the woman with exceeding craftiness, that she should take unto herself of the fruit of the tree of knowledge of good and evil, in the hope that thereby she should be as God? Was it not that evil counsel which provoked our mother to rebel against her Maker, and did it not as the effect of sin, bring death into this world with all its train of woe? Ah! beloved, it was meet that the world should have a Counsellor to restore it, if it had a Counsellor to destroy it. It was by counsel that it fell, and certainly, without counsel it never could have arisen. But mark the difficulties that surrounded such a Counsellor. ‘Tis easy to counsel mischief; but how hard to counsel wisely! To cast down is easy, but to build up how hard!” (= Adalah karena seorang penasihat dunia ini dihancurkan / dirusakkan. Bukankah Setan menyembunyikan dirinya dalam ular, dan menasehati si perempuan dengan kelicikan yang hebat, sehingga ia mengambil bagi dirinya buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat, dengan harapan bahwa dengan itu ia akan menjadi seperti Allah? Bukankah nasehat jahat itu yang menyebabkan ibu kita memberontak terhadap Penciptanya, dan tidakkah itu sebagai akibat dosa membawa kematian ke dalam dunia ini dengan semua rentetan kesengsaraan / kutuk? Ah, saudara yang kekasih, adalah cocok bahwa dunia ini mempunyai seorang Penasihat untuk memulihkannya, jika dunia ini mempunyai seorang Penasihat untuk menghancurkannya. Adalah karena suatu nasehat dunia ini jatuh, dan pastilah tanpa nasehat dunia ini tak bisa dibangkitkan. Tetapi perhatikan kesukaran yang meliputi Penasihat itu. Adalah mudah untuk memberi nasehat yang jahat; tetapi alangkah sukarnya memberikan nasehat yang bijaksana! Menghancurkan itu mudah, tetapi alangkah sukarnya membangun) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’, hal 115.

2) ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).

E. J. Young: “Whereas the word ELOHIM in the Old Testament may some-times apply to beings lesser than God, such is not the case with EL. This desig-nation is reserved for the true God and for Him alone” (= Kalau kata ELOHIM dalam Perjanjian Lama kadang-kadang bisa digunakan terhadap makhluk yang lebih rendah dari Allah, tidak demikian halnya dengan EL. Nama ini disediakan untuk Allah yang benar dan hanya untuk Dia saja).

Louis Berkhof (hal 48) kelihatannya menentang pandangan E. J. Young ini, dan saya juga berpendapat bahwa kata-kata E. J. Young di sini adalah salah, karena jelas ada banyak kasus dimana kata EL digunakan bukan untuk menunjuk kepada Allah yang benar. Contoh:

· Kel 15:11 - “Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah (ELIM, bentuk jamak dari EL), ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusanMu, menakutkan karena perbuatanMu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?”.

· Kel 34:14 - “Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah (EL) lain, karena TUHAN, yang namaNya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu”.

· Ul 32:12 - “demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah (EL) asing menyertai dia”.

· Hak 9:46 - “Mendengar itu masuklah seluruh warga kota Menara-Sikhem ke dalam liang di bawah kuil El-Berit”. Bdk. Hak 9:33 dan 9:4 dimana digunakan kata ‘BAAL-BERIT’.

Tetapi istilah ‘Allah yang perkasa’ yang digunakan terhadap Yesus ini tetap menunjukkan keilahian Yesus, karena dalam Yes 10:21 istilah yang persis sama (EL GIBOR) digunakan untuk Allah. Jadi bahwa di sini istilah / nama ini diberikan kepada Kristus, menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.

Pulpit Commentary: “What the Messiah was to do, could be done by none less than God. He was to redeem mankind; he was to vanquish death and sin; he was to triumph over Satan; he was to be a meritorious Sacrifice. ‘God with us’ had already been declared to be one of his names (ch 7:14). Now he is announced as ‘God the Mighty One’” [= Apa yang harus dilakukan oleh Mesias, tidak bisa dilakukan oleh siapapun yang lebih rendah dari Allah. Ia harus menebus umat manusia; Ia harus mengalahkan kematian dan dosa; Ia harus menang atas Setan; Ia harus menjadi Korban yang bermanfaat. ‘Allah bersama / dengan kita’ telah dinyatakan sebagai salah satu dari nama-namaNya (pasal 7:14). Sekarang Ia diumumkan sebagai ‘Allah yang perkasa’] - hal 170.

3) ‘Bapa yang kekal’.

KJV/RSV/NIV: ‘everlasting Father’ (= Bapa yang kekal).

NASB: ‘eternal Father’ (= Bapa yang kekal).

a) Sebutan ‘Bapa’ bagi Kristus ini membingungkan, sehingga menim-bulkan ajaran sesat.

Pulpit Commentary: “He is the Son, and yet it can be said of him that he is the ‘Everlasting Father.’ This last assertion seems to be the most astonishing of them all. ‘The Son is the Father.’” (= Ia adalah Anak, tetapi bisa dikatakan tentang Dia bahwa Ia adalah ‘Bapa yang kekal’. Pernyataan terakhir ini kelihatannya merupakan yang paling mengherankan dari semua. ‘Anak adalah Bapa’) - hal 181.

Tafsiran ini jelas berbau ajaran Sabelianisme, yang merupakan ajaran sesat tentang Allah Tritunggal, karena ajaran ini mempercayai bahwa Allah Tritunggal bukan terdiri dari 3 pribadi tetapi 3 perwujudan. Jadi mereka beranggapan bahwa yang berinkarnasi menjadi manusia adalah Allah Bapa sendiri!

b) Dalam hubunganNya dengan pribadi-pribadi lain dalam Tritunggal, Kristus jelas tidak bisa disebut ‘Bapa’.

Charles Haddon Spurgeon: “the Messiah is not here called ‘Father,’ by way of any confusion with him who is pre-eminently called ‘THE FATHER.’ Our Lord’s proper name, so far as Godhead is concerned, is not the Father, but the Son. Let us beware of confusion. The Son is not the Father, neither is the Father the Son; and though they be one God, essentially and eternally, being for evermore one and indivisible, yet still the distinction of persons is to be carefully believed and observed” (= Mesias di sini tidak disebut ‘Bapa’ untuk mengacaukan dengan Dia yang disebut ‘Bapa’. Nama yang benar dari Tuhan kita, berkenaan dengan keilahian, bukanlah Bapa, tetapi Anak. Biarlah kita berhati-hati terhadap kekacauan. Anak bukanlah Bapa, dan Bapa bukanlah Anak; dan sekalipun mereka adalah satu Allah, secara hakiki dan kekal, karena selama-lamanya adalah satu dan tak terbagi-bagi, tetapi perbedaan pribadi harus tetap dipercaya dan diperhatikan) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’, hal 132.

Barnes’ Notes: “The term ‘Father’ is not applied to the Messiah here with any reference to the distinction in the Divine nature; for that word is uniformly, in the Scriptures, applied to the first, not to the second person of the Trinity” (= Istilah ‘Bapa’ di sini tidak diterapkan kepada Mesias berhubungan dengan perbedaan dalam hakekat ilahi; karena dalam Kitab Suci kata itu secara seragam diterapkan kepada pribadi pertama, bukan kepada pribadi kedua dari Tritunggal) - hal 193.

c) Dalam hubunganNya dengan orang percaya, bisakah Kristus disebut Bapa?

E. J. Young menafsirkan bahwa nama ini berarti bahwa Kristus itu adalah Bapa secara kekal. Dan Ia bertindak seperti seorang Bapa.

Tetapi bukankah Kitab Suci tidak pernah menyebut Kristus sebagai ‘Bapa’? Ia disebut ‘saudara kita’ (Ro 8:29 Mat 12:50 Mat 25:40 Ibr 2:11-12 bdk. Yoh 20:17).

Tetapi dalam Mat 9:2,22 Wah 21:7 Yesus menyebut ‘anakKu’ (tetapi, Wah 21:7 ini tentang Allah Bapa atau tentang Kristus?).

Saya sendiri tetap mempunyai kecondongan bahwa dalam hubunganNya dengan orang percayapun Kristus tidak cocok disebut ‘Bapa’.

d) Apa arti istilah ‘Bapa yang kekal’ ini?

Barnes’ Notes: “Literally, it is the Father of eternity” (= Secara hurufiah, ini adalah Bapa dari kekekalan) - hal 193.

Matthew Henry: “He is the everlasting Father, or the Father of eternity;” (= Ia adalah Bapa yang kekal, atau Bapa dari kekekalan;).

Adam Clarke: “‘The everlasting Father.’ ‘The Father of the everlasting age.’ Or ‎Abiy ‎ad‎, the Father of eternity.” (= ‘Bapa yang kekal’. ‘Bapa dari jaman yang kekal’. Atau ABIY AD, Bapa dari kekekalan.).

Jamieson, Fausset & Brown: “the ‘everlasting Father’ ... - literally, ‘The Father of eternity’ (AD).” [= sang ‘Bapa yang kekal’ ... - secara hurufiah, ‘Bapa dari kekekalan’ (AD)].

E. J. Young: “The word AD signifies perpetuity or duration. It may have the sense of eternity, as when Isaiah speaks of the ‘high and lofty One that inhabiteth eternity …’ (57:15).” [= Kata AD menunjuk / berarti kekekalan atau durasi. Itu bisa mempunyai arti kekekalan, seperti pada waktu Yesaya berbicara tentang ‘Seseorang yang tinggi yang menghuni kekekalan’ (57:15).].

Catatan: Yes 57:15 diambil dari KJV/RSV.

Dalam Yes 57:15 kata yang diterjemahkan ‘eternity’ (= kekekalan) adalah AD, yang menurut Bible Works 7 adalah suatu kata benda!

The Bible Exposition Commentary (New Testament): “‘Everlasting Father’ does not suggest that the Son is also the Father, for each Person in the Godhead is distinct. ‘Father of eternity’ is a better translation. Among the Jews, the word ‘father’ means ‘originator’ or ‘source.’ For example, Satan is the ‘father (originator) of lies’ (NIV John 8:44, NIV).” [= ‘Bapa yang kekal’ tidak menunjukkan / berarti bahwa Anak juga adalah Bapa, karena setiap Pribadi dalam Allah adalah berbeda. ‘Bapa dari kekekalan’ merupakan suatu terjemahan yang lebih baik. Di antara orang-orang Yahudi, kata ‘bapa’ berarti ‘pemulai’ atau ‘sumber’. Sebagai contoh, Iblis adalah ‘bapa (pemulai) dari dusta-dusta (NIV Yoh 8:44, NIV)].

Catatan: sekalipun kebanyakan Alkitab bahasa Inggris menterjemahkan ‘the eternal / everlasting Father’ (= Bapa yang kekal), tetapi ada yang menterjemahkan ‘the Father of eternity’ (= Bapa dari kekekalan), seperti CJB (The Complete Jewish Bible 1998), DBY (The Darby Bible 1884 / 1890), YLT (Young’s Literal Translation 1862 / 1898).

1. Kata ‘Bapa’ oleh Pulpit Commentary diartikan ‘Protector’ (= pelindung), seperti dalam Ayub 29:16 Ayub disebut sebagai ‘bapa bagi orang miskin’, dan dalam Yes 22:21 Elyakim disebut sebagai ‘bapa bagi penduduk Yerusalem’. Juga bisa ditambahkan arti ‘Creator’ (= Pencipta) dan ‘Preserver’ (= Pemelihara).

2. Calvin mengartikan istilah ini sebagai ‘Bapa dari kekekalan’, dimana ‘Bapa’ diartikan ‘author’ / ‘pencipta’ atau ‘sumber’.

Bandingkan dengan:

a. Yoh 8:44 - “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”.

b. Ibr 12:9 - “Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?”.

Dalam kedua ayat di atas ini, kelihatannya istilah ‘bapa’ harus diartikan sebagai ‘pencipta / sumber’.

3. Istilah ‘Bapa’ di sini harus diartikan sesuai dengan kebiasaan orang di sana pada jaman itu

Charles Haddon Spurgeon: “It is the manner of the Easterns to call a man the father of a quality for which he is remarkable. To this day, among the Arabs, a wise man is called ‘the father of wisdom;’ a very foolish man ‘the father of folly.’ The predominant quality in the man is ascribed to him as though it were his child, and he the father of it. Now, the Messiah is here called in the Hebrew ‘the father of eternity,’ by which is meant that he is pre-eminently the possessor of eternity as an attribute. Just as the idiom, ‘the father of wisdom,’ implies that a man is pre-eminently wise, so the term, ‘Father of eternity,’ implies that Jesus is pre-eminently eternal; that to him, beyond and above all others, eternity may be ascribed. ... not only is eternity ascribed to Christ, but he is here declared to be parent of it. Imagination cannot grasp this, for eternity is a thing beyond us; yet if eternity should seem to be a thing which can have no parent, be it remembered that Jesus is so surely and essentially eternal, that he is here pictured as the source and Father of eternity. Jesus is not the child of eternity, but the Father of it. Eternity did not bring him forth from its mighty bowels, but he brought forth eternity” (= Merupakan kebiasaan orang Timur untuk menyebut seseorang sebagai bapa dari kwalitet yang luar biasa / lain dari yang lain dalam dirinya. Sampai saat ini, di antara orang Arab, seorang yang bijaksana disebut ‘bapa dari hikmat’; seorang yang sangat bodoh disebut ‘bapa dari kebodohan’. Kwalitet yang utama / menonjol dalam seseorang dianggap berasal dari dia seakan-akan itu adalah anaknya, dan ia adalah bapa dari kwalitet itu. Sekarang, Mesias di sini disebut dalam bahasa Ibrani ‘bapa dari kekekalan’ dengan mana dimaksudkan bahwa ia adalah pemilik dari kekekalan sebagai suatu sifat. Sama seperti ungkapan ‘bapa dari hikmat’ menunjukkan bahwa orang itu bijaksana, demikian pula istilah ‘Bapa dari kekekalan’ menunjukkan bahwa Yesus itu kekal; sehingga di atas semua yang lain, kekekalan dianggap berasal dari dia. ... bukan hanya kekekalan dianggap berasal dari Kristus, tetapi di sini ia dinyatakan sebagai orang tua dari kekekalan. Imaginasi tidak dapat mengertinya, karena kekekalan merupakan sesuatu yang melampaui kita; tetapi jika kekekalan kelihatannya adalah hal yang tidak bisa mempunyai orang tua, haruslah diingat bahwa Yesus begitu kekal secara pasti dan hakiki, sehingga di sini ia digambarkan sebagai sumber dan Bapa dari kekekalan. Yesus bukanlah anak dari kekekalan, tetapi Bapa dari kekekalan. Kekekalan tidak melahirkannya, tetapi ia melahirkan kekekalan) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’, hal 134-135.

Barnes’ Notes: “it may be used in accordance with a custom in Hebrew and in Arabic, where he who possess a thing is called the father of it. Thus ‘the father of strength’ means strong; ‘the father of knowledge’, intelligent; ‘the father of glory’, glorious; ‘the father of goodness’, good; ‘the father of peace’, peaceful. According to this, the meaning of the phrase, ‘the Father of eternity’ is properly eternal” (= ini mungkin dipakai sesuai dengan kebiasaan dalam bahasa Ibrani dan Arab, dimana ia yang memiliki sesuatu disebut bapa dari sesuatu itu. Jadi, ‘bapa dari kekuatan’ berarti kuat; ‘bapa dari pengetahuan’ berarti pandai; ‘bapa dari kemuliaan’ berarti mulia; ‘bapa dari kebaikan’ berarti baik; ‘bapa dari damai’ berarti cinta damai. Menurut ini, arti dari ungkapan ‘Bapa dari kekekalan’ adalah kekal) - hal 193.

Barnes’ Notes: “He is not merely represented as everlasting, but he is introduced, by a strong figure, as even ‘the Father of eternity’, as if even everlasting duration owed itself to his paternity” (= Ia tidak semata-mata digambarkan sebagai kekal, tetapi ia diperkenalkan dengan suatu penggambaran yang kuat bahkan sebagai ‘Bapa dari kekekalan’, seakan-akan bahkan kekekalan berhutang dirinya sendiri kepada kebapaannya) - hal 193.

Apakah istilah ini hanya menunjukkan kekekalan Kristus, atau bahkan menunjukkan bahwa Kristus adalah pencipta, sumber, dan pemelihara dari kekekalan, itu tetap menunjukkan keilahian Kristus.

4) ‘Raja Damai’ [prince of peace (= pangeran damai)].

a) ‘Raja’ atau ‘Pangeran’?

Istilah yang benar memang adalah ‘Pangeran Damai’, tetapi saya berpendapat bahwa istilah ‘prince’ (= pangeran), digunakan karena Yesus adalah Anak Allah. Dengan memberi gelar ‘Pangeran’ kepada Yesus, maka secara implicit Allah Bapa digambarkan sebagai Raja. Tetapi saya berpendapat tidak terlalu jadi soal kalau kita mau menyebut Yesus sebagai ‘Raja Damai’, karena:

· kita tahu dari Yoh 5:18 dan Yoh 10:30-33 bahwa istilah ‘Anak Allah’ sebetulnya menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.

· ay 5b menunjukkan Yesus sebagai Raja.

Ay 5b: ‘dan lambang pemerintahan ada di atas bahunya’.

NIV: ‘and the government will be on his shoulders’ (= dan pemerintahan akan ada di atas bahunya).

Ini menunjukkan bahwa Kristus adalah Raja atau Kristus memegang pemerintahan.

· ay 6 juga menunjukkan Yesus sebagai Raja, bahkan sebagai Raja Damai.

Ay 6: ‘tahta Daud’.

Daud diberi janji bahwa kerajaannya akan kekal (2Sam 7:12-dst), dan ini digenapi dalam diri Kristus [bdk. Amos 9:11 - pondok Daud yang roboh dibangunkan kembali oleh Allah (dalam diri Kristus)].

J. A. Alexander: “the Messiah is not only called the Branch or Son of David (2Sam 7:12,13 Jer 23:5 33:15), but David himself (Jer 30:9 Ezek 34:23,24 37:24 Hos 3:5). The two reigns are identified, not merely on account of an external resemblance or a typical relation, but because the one was really a restoration or continuation of the other. ... The Jewish nation, as a spiritual body, is really continued in the Christian church” [= Mesias bukan hanya disebut sebagai Tunas atau Anak Daud (2Sam 7:12,13 Yer 23:5 33:15), tetapi juga disebut Daud sendiri (Yer 30:9 Yeh 34:23,24 37:24 Hos 3:5). Kedua pemerintahan ini disamakan, bukan semata-mata karena kemiripan lahiriah atau hubungan yang khas, tetapi karena yang satu betul-betul merupakan pemulihan atau kelanjutan dari yang lain. ... Bangsa Yahudi, sebagai suatu tubuh rohani, betul-betul dilanjutkan dalam Gereja Kristen] - hal 135.

Penerapan: Apakah Yesus adalah Raja dalam hidup saudara? Menjadikan Yesus sebagai Raja atau sebagai Tuhan dalam hidup kita, tidaklah terlalu berbeda. Jadi hal ini bisa dibandingkan dengan Luk 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”. Pemberitaan Injil oleh malaikat pada Natal yang pertama ini menggabungkan 2 gelar bagi Yesus, yaitu ‘Juruselamat’ dan ‘Tuhan’. Orang yang menerima Dia sebagai Juruselamat, juga harus menerimaNya sebagai Tuhan. Orang yang menolak Dia sebagai Tuhan, sebetulnya juga tidak pernah menerimaNya sebagai Juruselamat.

b) Raja / Pangeran Damai.

Yesus disebut Raja / Pangeran Damai karena:

· Ia mendamaikan manusia (yang mau percaya kepadaNya) dengan Allah (Ro 5:1 Ef 2:16-18 2Kor 5:18-21).

Siapapun saudara dan bagaimanapun jahatnya saudara, kalau saudara mau percaya kepada Yesus, maka saudara akan diperdamaikan dengan Allah. Sebaliknya, betapapun baiknya / salehnya saudara, saudara tetap mempunyai dosa yang menjadikan saudara musuh Allah. Jadi saudarapun harus percaya kepada Yesus supaya bisa diperdamaikan dengan Allah.

· Ia memberikan damai dalam hati orang yang percaya kepadaNya (Yoh 14:27 Mat 11:28-30).

E. J. Young: “True peace comes to us because a Child was born. That Child, and He alone, is the Prince of Peace. Would we have peace, it is to Him that we must go” (= Damai yang sejati datang kepada kita karena seorang Anak dilahirkan. Anak itu, dan hanya Dia saja, adalah Pangeran Damai. Jika kita menginginkan damai, kepada Dialah kita harus pergi) - hal 340.

· Ia mendamaikan orang dengan orang (Ef 2:14). Ini terwujud dalam persekutuan orang Kristen.

· E. J. Young: “This One is a Prince, and He seeks the greatness of His kingdom and of Himself not in war, as do ordinary rulers, but in peace” (= Orang ini adalah seorang Pangeran, dan Ia mengusahakan kebesaran KerajaanNya dan DiriNya sendiri bukan dalam perang, seperti yang dilakukan penguasa-penguasa biasa, tetapi dalam damai) - hal 339.

E. J. Young: “Peace and the government are mentioned together. This is striking, for most governments find their increase through war. Unlike other kingdoms, this one will grow through the means of peace, through the gracious working of the Spirit of God in the hearts of men and through the preaching of the gospel” (= Damai dan pemerintahan disebutkan bersama-sama. Ini menyolok, karena kebanyakan pemerintahan mendapatkan perluasan melalui perang. Tidak seperti kerajaan-kerajaan yang lain, yang ini akan bertumbuh melalui jalan damai, melalui pekerjaan kasih karunia dari Roh Allah dalam hati manusia dan melalui pemberitaan injil) - hal 343. Bdk. Mat 20:24-28 Mat 26:47-56 Luk 9:51-56 1Pet 2:23.

Penerapan: kalau saudara mau Kerajaan ini bertumbuh, banyaklah memberitakan Injil.

c) PemerintahanNya berbeda dengan pemerintahan seorang tiran / diktator.

Ini terlihat dari kata-kata ‘dengan keadilan dan kebenaran’ dalam ay 6b.

d) Kerajaan dari Raja Damai ini kekal, dan ini ditunjukkan oleh kata-kata ‘tidak akan berkesudahan’ dalam ay 6a, dan kata-kata ‘dari sekarang sampai selama-lamanya’ dalam ay 6c (bdk. Dan 2:44a Dan 7:27 Luk 1:32-33).

Bahwa Kerajaan ini kekal, jelas menunjukkan bahwa ini tidak menunjuk pada kerajaan yang berlangsung selama 1000 tahun (hurufiah) seperti yang dipercaya oleh sebagian orang kristen.

E. J. Young: “That interpretation which would apply this prophecy to a literal throne of David to be established in Jerusalem during a ‘millennium’ must be rejected for the following reasons: The reign begins with the birth of the YELED, who sits upon the throne of David and reigns eternally. To limit this reign to a period of one thousand years is to neglect the words, ‘there is no end.’ And to make the beginning coincide with the beginning of a millennium is to ignore the fact that it begins with the birth of the Child” (= Penafsiran yang menerapkan nubuat ini kepada tahta hurufiah dari Daud yang akan ditegakkan di Yerusalem pada kerajaan 1000 tahun harus ditolak karena alasan sebagai berikut: Pemerintahan itu dimulai dengan kelahiran dari sang YELED, yang duduk di atas tahta Daud dan memerintah secara kekal. Membatasi pemerintahan ini pada masa 1000 tahun berarti mengabaikan kata-kata ‘tidak akan berkesudahan’. Dan membuat permulaannya bertepatan dengan permulaan dari kerajaan 1000 tahun berarti mengabaikan fakta bahwa kerajaan itu dimulai dengan kelahiran dari sang Anak) - hal 343.

Catatan: YELED adalah kata Ibrani yang artinya ‘a boy’ (= seorang anak laki-laki).

e) KerajaanNya ini bertumbuh terus.

Sebetulnya hal ini bisa terlihat dari ay 6a. Tetapi ay 6a versi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, sehingga tidak menunjukkan hal itu.

Ay 6a: ‘Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan’.

NIV: ‘of the increase of his government and peace there will be no end’ (= tentang pertumbuhan dari pemerintahannya dan damai tidak akan berkesudahan).

NASB: ‘there will be no end to the increase of His government or of peace’ (= tidak akan ada kesudahan bagi pertumbuhan dari pemerintahaNya atau dari damai).

Adam Clarke: “his government increases, and is daily more and more extended, and will continue till all things are put under his feet” (= pemerintahanNya bertumbuh, dan makin hari makin meluas, dan akan berlanjut sampai segala sesuatu diletakkan di bawah kakiNya) - hal 65.

Bdk. 1Kor 15:25 - “Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya”.

Calvin: “Though the kingdom of Christ is in such a condition that it appears as if it were about to perish at every moment, yet God not only protects and defends it, but also extends its boundaries far and wide, and then preserves and carries it forward in uninterrupted progression to eternity. We ought firmly to believe this, that the frequency of those shocks by which the Church is shaken may not weaken our faith, when we learn that, amidst the mad outcry and violent attacks of enemies, the kingdom of Christ stands firm through the invincible power of God, so that, though the whole world should oppose and resist, it will remain through all ages. We must not judge of its stability from the present appearances of things, but from the promise, which assures us of its continuance and of its constant increase” (= Sekalipun kerajaan Kristus ada dalam keadaan sedemikian rupa dimana kelihatannya kerajaan itu akan binasa setiap saat, tetapi Allah bukan hanya melindungi dan mempertahankannya, tetapi juga memperluas batasannya, dan lalu memeliharanya dan meneruskannya dalam kemajuan yang tak putus-putusnya sampai kekekalan. Kita harus dengan teguh mempercayai hal ini, supaya goncangan-goncangan yang sering menimpa Gereja tidak melemahkan iman kita, pada waktu kita mempelajari / mendengar bahwa di tengah-tengah teriakan marah dan serangan bengis dari para musuh, kerajaan Kristus berdiri teguh melalui kuasa Allah yang tak terkalahkan, sehingga sekalipun seluruh dunia melawan dan menentang, kerajaan itu akan tetap ada sepanjang jaman. Kita tidak boleh menilai kestabilan kerajaan itu berdasarkan kelihatannya pada saat ini, tetapi dari janji, yang meyakinkan kita tentang kelanjutannya dan tentang pertumbuhan / perluasannya yang konstan) - hal 313-314.

Pulpit Commentary: “It must be progressive, because it has vitality, which necessarily involves increase and growth; it must be aggressive, because there is a war-spirit in all righteousness; it cannot abide quietly beside evil, or rest until all evil is conquered and won” (= Itu harus progresif / maju, karena itu mempunyai vitalitas / kekuatan yang hidup, yang pasti menyangkut pertambahan dan pertumbuhan; itu harus agresif, karena di situ ada roh perang dalam semua kebenaran; itu tidak bisa tinggal dengan tenang disamping kejahatan, atau beristirahat sampai semua kejahatan dikalahkan) - hal 183.

Penerapan: apakah saudara agresif dalam Pemberitaan Injil? Apakah saudara selalu ‘memerangi’ kejahatan?

Kesimpulan / penutup.

Calvin: “Now, to apply this for our own instruction, whenever any distrust arises, and all means of escape are taken away from us, whenever, in short, it appears to us that everything is a ruinous condition, let us recall to our remembrance that Christ is called Wonderful, because he has inconceivable methods of assisting us, and because his power is far beyond what we are able to conceive. When we need counsel, let us remember that he is the Counsellor. When we need strength, let us remember that he is Mighty and Strong. When new terrors spring up suddenly every instant, and when many deaths threaten us from various quarters, let us rely on that eternity of which he is with good reason called the Father, and by the same comfort let us learn to soothe all temporal distresses. When we are inwardly tossed by various tempests, and when Satan attempts to disturb our consciences, let us remember that Christ is The Prince of Peace, and that it is easy for him quickly to allay all our uneasy feelings. Thus will these titles confirm us more and more in the faith of Christ, and fortify us against Satan and against hell itself” (= Sekarang, untuk menerapkan ini bagi pengajaran kita, kapanpun ada ketidak-percayaan yang muncul, dan semua jalan keluar diambil dari kita, singkatnya, kapanpun kelihatan bagi kita bahwa segala sesuatu ada dalam kondisi yang hancur, biarlah kita mengingat bahwa Kristus disebut Ajaib, karena Ia mempunyai metode-metode yang tak dapat dibayangkan / dipahami untuk menolong kita, dan karena kuasaNya jauh melebihi apa yang bisa kita bayangkan. Pada waktu kita membutuhkan nasehat, biarlah kita mengingat bahwa Ia adalah Penasehat. Pada waktu kita membutuhkan kekuatan, biarlah kita mengingat bahwa Ia Perkasa dan Kuat. Pada waktu ketakutan yang baru mendadak muncul, dan pada waktu banyak kematian mengancam kita dari banyak sudut, biarlah kita bersandar pada kekekalan terhadap apa Ia dengan alasan yang benar disebut Bapa, dan oleh penghiburan yang sama biarlah kita belajar untuk menenangkan / menyejukkan semua kesukaran / kesusahan yang sementara. Pada waktu kita diombang-ambingkan secara batin oleh bermacam-macam badai, dan pada waktu Setan mencoba mengganggu hati nurani kita, biarlah kita mengingat bahwa Kristus adalah Raja / Pangeran Damai, dan bahwa adalah mudah bagiNya untuk menenangkan secara cepat semua perasaan gelisah / tak tenang kita. Demikianlah gelar-gelar ini akan membuat kita makin lama makin teguh dalam iman dari Kristus, dan membentengi kita terhadap Setan dan terhadap neraka sendiri) - hal 312-313.

-AMIN-

11.Penghakiman Allah

I Petrus 4:17-18

Kesucian dan keadilan Allah menyebabkan Ia harus / pasti melakukan peng-hakiman.

I) Penghakiman dimulai dalam gereja.

1) Kata-kata ‘sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai’ (1 Petrus 4: 17) menunjukkan bahwa yang dimaksud di sini bukanlah penghakiman terakhir pada akhir jaman nanti, tetapi penghakiman sekarang di dunia ini.

2) Sekarang perhatikan kata-kata ‘pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita’ (ay 17).

Kata-kata ‘Rumah Allah’ jelas menunjuk kepada ‘gereja’, dan kata ‘kita’ menunjuk kepada ‘orang kristen’. Jadi bagian ini mengatakan bahwa orang kristen / gereja akan dihakimi lebih dulu oleh Allah. Bdk. Yeh 9:6b.

Kadang-kadang Tuhan memulai penghakiman terhadap orang di luar gereja seperti dalam Zef 3:6-7, dengan tujuan supaya anak-anakNya menjadi takut dan lalu mentaatiNya. Tetapi kadang-kadang, dan mungkin pada umumnya, terjadi sebaliknya, dimana Allah menghakimi gereja / orang kristen lebih dulu, seperti yang dikatakan dalam ay 17 ini. Mengapa?

Calvin: “For though God is the judge of the whole world, yet he would have his providence to be especially acknowledged in the government of his own church” (= Karena sekalipun Allah adalah hakim dari seluruh dunia, tetapi Ia menginginkan bahwa providensiaNya diakui khususnya dalam peme-rintahan gerejaNya sendiri) - hal 138.

3) Pada waktu Tuhan menghakimi gereja, maka perlu diketahui bahwa Ia bersikap berbeda terhadap 2 golongan yang ada dalam gereja.

a) Terhadap orang kristen KTP, Tuhan bisa betul-betul menghukum.

Jadi mereka ini bisa saja mengalami hal-hal yang betul-betul mem-bawa kerugian bagi mereka (ingat bahwa Ro 8:28 hanya berlaku untuk orang kristen sejati). Bisa saja mereka mengalami hal-hal yang begitu berat, sehingga menjadi gila, murtad, bunuh diri dsb. Atau Tuhan membunuh mereka dan lalu membuang mereka ke dalam neraka.

Atau Tuhan bisa juga membiarkan orang-orang kristen KTP ini untuk sementara, dan nanti menghukum mereka bersama dengan ‘orang dunia’ pada akhir jaman / pada saat mereka mati. Bandingkan ini dengan Mat 13:28-30 dimana lalang dibiarkan sampai ‘musim menuai’ yang jelas menunjuk pada akhir jaman (Mat 13:39b), dan baru dibakar pada saat itu (Mat 13:40).

b) Terhadap orang kristen sejati.

Ada 3 hal yang Tuhan tidak bisa lakukan pada waktu Ia menghakimi orang kristen yang sejati / anak-anakNya sendiri:

1. Tuhan tidak bisa membuang mereka ini ke dalam neraka, atau menghancurkan keselamatan mereka.

Ini terlihat dari kata-kata ‘orang benar hampir-hampir tidak dise-lamatkan’ (ay 18).

‘Orang benar’ menunjuk kepada orang yang dibenarkan karena iman kepada Kristus (Ro 3:24 Ro 5:1,9). Sekalipun dalam faktanya hidup mereka tidak benar secara murni, tetapi mereka haruslah berjuang untuk hidup suci / benar (1Yoh 2:6).

Kata-kata ‘hampir-hampir tidak diselamatkan’ menunjukkan bahwa mereka tidak mungkin tidak selamat! Bdk. Mat 24:24.

Ada cerita tentang orang kristen dan orang kafir yang berbicara tentang neraka. Orang kafir itu lalu berkata: ‘Saya tidak percaya akan adanya neraka. Neraka adalah dunia yang penuh penderitaan ini. Sekarang kita ada di neraka’. Orang kristen itu lalu menjawab: ‘Ada 3 alasan mengapa saya yakin bahwa ini bukan neraka. Pertama: di sana ada air dan kamu bisa minum, sedang-kan tidak ada air dalam neraka. Kedua: saya sekarang sedang menginjili kamu, sedangkan tidak ada injil dalam neraka. Ketiga: saya orang kristen, dan tidak ada orang kristen dalam neraka’.

Saya cuma mau menekankan yang ketiga: tidak ada orang kristen masuk neraka!

2. Tuhan tidak bisa betul-betul menghukum.

Bahwa orang percaya tidak bisa dihukum, terlihat jelas dari Ro 8:1 yang berbunyi: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus”.

Mengapa? Karena semua hukuman sudah ditanggung oleh Kristus di atas kayu salib.

Charles Haddon Spurgeon: “Memory looks back on past sins with deep sorrow for the sin, but yet with no dread of any penalty to come; for Christ has paid the debt of His people to the last jot and tittle, and received the divine receipt; and unless God can be so unjust as to demand double payment for one debt, no soul for whom Jesus died as a substitute can ever be cast into hell. It seems to be one of the very principles of our enlightened nature to believe that God is just; we feel that it must be so, and this gives us our terror at first; but is it not marvelous that this very same belief that God is just, becomes afterwards the pillar of our confidence and peace! If God is just, I, a sinner alone and without a substitute, must be punished; but Jesus stands in my stead and is punished for me; and now, if God is just, I, a sinner, standing in Christ, can never be punished” (= Ingatan melihat ke belakang kepada dosa-dosa yang lalu dengan kesedihan yang dalam untuk dosa, tetapi tanpa rasa takut terhadap hukuman yang akan datang; karena Kristus telah membayar hutang umatNya sampai pada hal yang paling kecil / remeh, dan telah menerima kwitansi ilahi; dan kecuali Allah itu bisa begitu tidak adil / benar sehingga menuntut pembayaran dobel untuk satu hutang, tidak ada jiwa, untuk siapa Yesus mati sebagai pengganti, bisa dicampakkan ke dalam neraka. Kelihatannya merupakan satu prinsip dari diri kita yang sudah diterangi untuk percaya bahwa Allah itu adil / benar; kita merasa bahwa haruslah demikian, dan ini mula-mula memberikan kita rasa takut; tetapi tidakkah merupakan sesuatu yang mengagumkan bahwa kepercayaan yang sama bahwa Allah itu adil / benar, setelah itu lalu menjadi pilar / tonggak dari keyakinan dan damai kita! Jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang berdosa, sendirian dan tanpa seorang pengganti, harus dihukum; tetapi Yesus telah menggantikan saya dan dihukum untuk saya; dan sekarang, jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang berdosa, berdiri dalam Kristus, tidak pernah bisa dihukum) - ‘Morning and Evening’, September 25, morning.

3. Tuhan tidak bisa memberikan sesuatu yang nantinya akan betul-betul merugikan anak-anakNya ini.

Awas, ini tidak berarti bahwa orang kristen tidak bisa mengalami hal yang tidak enak. Orang kristen bisa mengalami penderitaan apapun selama Tuhan melihat / menganggap bahwa penderitaan itu nanti akan membawa kebaikan baginya.

Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

Enak ya jadi orang kristen yang sejati? Karena itu jadilah kristen yang sejati! Jangan sekedar datang ke gereja, dibaptis, dsb, tetapi tidak sungguh-sungguh percaya kepada Kristus! Percayalah dan terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara.

Sekarang kita kembali pada penghakiman Allah terhadap anak-anakNya ini. Apa yang dilakukan oleh Allah pada waktu menghakimi orang kristen sejati dalam gereja ini? Allah ‘cuma’ menghajar / mendisiplin dalam kasih, demi kebaikan mereka.

Pulpit Commentary: “We are not to think of condemnatory judgment, but rather of the corrective judgment referred to in 1Cor. 11:32, ‘But when we are judged, we are chastened of the Lord, that we should not be condemned with the world” (= Kita tidak boleh berpikir tentang penghakiman yang menghukum, tetapi tentang penghakiman yang memperbaiki / mengoreksi yang ditunjukkan dalam 1Kor 11:32, ‘Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia’) - hal 204.

Ibr 12:6-11 - “karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya”.

Dari Ibr 12:6-11 ini terlihat dengan jelas bahwa hajaran / pendisiplinan itu diberikan oleh Tuhan untuk menyucikan kita sebagai anak-anakNya.

Alan M. Stibbs (Tyndale): “in so far as those who become Christians need purgatorial cleansing before they can share the heavenly glory, it is meted out to them, not in some intermediate state, but in this life” (= dalam persoalan dimana mereka yang menjadi orang Kristen membutuhkan penyucian sebelum mereka bisa mendapatkan kemuliaan surgawi, itu diberikan kepada mereka, bukan antara saat mereka mati dan kedatangan kedua dari Kristus, tetapi dalam hidup ini) - hal 163-164.

Tetapi sekalipun semua hajaran / pendisiplinan itu bertujuan baik jangan anggap remeh hajaran / pendisiplinan Tuhan ini. Kalau tadi saya menunjukkan ‘segi enak’ dari kata-kata ‘hampir-hampir tidak diselamatkan’, dimana kata-kata itu menunjukkan bahwa orang kristen yang sejati tidak bisa kehilangan keselamatannya, maka sekarang saya akan menunjukkan ‘segi tidak enaknya’ dari kata-kata itu. Kata-kata itu juga menunjukkan betapa beratnya ikut Kristus sampai akhir, dan betapa hebatnya pendisiplinan Tuhan atas diri mereka.

Calvin: “Absurd, then, are those interpreters who think that we shall be hardly and with difficulty saved, when we shall come before God in judgment; for it is the present and not the future time that Peter refers to; nor does he speak of God’s strictness or rigour, but shews how many and what arduous difficulties must be surmounted by the Christian before he reaches the goal” (= Maka, para penafsir itu menggelikan, yang berpendapat bahwa kita akan hampir tidak diselamatkan dan akan diselamatkan dengan sukar, pada waktu kita di hadapan Allah dalam penghakiman; karena Petrus menunjuk tentang masa sekarang dan bukannya tentang masa yang akan datang; juga ia tidak berbicara tentang keketatan dan kekerasan Allah, tetapi menunjukkan betapa banyak dan berat kesukaran-kesukaran harus diatasi oleh orang Kristen sebelum ia mencapai tujuan) - hal 141.

Barnes’ Notes: “By the question which he employs, he admits that the righteous are saved with difficulty, or that there are perils which jeopard their salvation, and which are of such a kind as to make it very near not to happen. They would indeed be saved, but it would be in such a manner as to show that the circumstances were such as to render it, to human appearances, doubtful and problematical” (= Melalui pertanyaan yang ia gunakan, ia mengakui bahwa orang benar diselamatkan dengan sukar, atau bahwa ada bahaya-bahaya yang membahayakan keselamatan mereka, dan yang adalah sedemikian rupa sehingga menyebabkannya hampir tidak terjadi. Mereka memang akan diselamatkan, tetapi itu akan terjadi dengan cara sedemikian rupa sehingga, menurut pandangan manusia, keadaan akan menjadi meragukan dan penuh problem) - hal 1432

Pulpit Commentary: “the righteous are ‘scarcely saved.’ Not that their salvation is for a moment doubtful; Christ is able to save even to the uttermost all who come to God by him. But salvation is a great and difficult work; we are bidden to work out our salvation with fear and trembling; and, work as we may, we could not work it out for ourselves, were it not that God worketh in us ‘both to will and to do of his good pleasure.’ The righteous is scarcely saved, because his enemies are so many and so strong, and he so weak and sinful; temptations swarm around him, and there are sinful lusts within his heart to which those temptations address themselves” (= orang benar ‘hampir-hampir tidak diselamatkan’. Bukan bahwa keselamatan mereka diragukan untuk saat yang pendek sekalipun; Kristus sanggup menyelamatkan sepenuhnya semua yang datang kepada Allah melalui Dia. Tetapi keselamatan adalah pekerjaan yang besar dan sukar; kita diminta untuk mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar / gemetar; dan sekalipun kita mengerjakannya, kita tidak pernah bisa mengerjakannya untuk diri kita sendiri, andaikata bukan Allah yang berkerja dalam diri kita ‘untuk menghendaki dan untuk melakukan menurut kerelaanNya’. Orang benar hampir tidak selamat, karena musuh-musuhnya begitu banyak dan begitu kuat, dan ia begitu lemah dan berdosa; pencobaan-pencobaan mengerumuninya, dan ada nafsu-nafsu berdosa dalam hatinya terhadap mana pencobaan-pencobaan itu ditujukan) - hal 182.

Contoh menyolok tentang hebatnya pendisiplinan Tuhan ini adalah dalam kasus nabi Yunus, yang ditelan ikan dan dibiarkan ada dalam perut ikan selama 3 hari. Karena itu kalau saudara adalah orang kristen sejati, maka janganlah meremehkan dosa. Sebaliknya kuduskan diri saudara dari segala dosa, seperti dusta, perzinahan, pikiran cabul, rokok, fitnah, kecintaan pada uang / dunia, dan juga dari dosa-dosa pasif seperti tidak melayani / memberitakan Injil, kurang berdoa, malas belajar Firman Tuhan, membolos dari kebaktian, dsb.

Pulpit Commentary: “God hates sin; he hates it most in those who are nearest to him. ... the sins of Christians, committed against light and against knowledge, are more grievous than the sins of those who know not the gospel” (= Allah membenci dosa; Ia membencinya paling hebat dalam mereka yang paling dekat dengan Dia. ... dosa-dosa orang Kristen, dilakukan terhadap terang dan pengetahuan, adalah lebih menyedihkan dari pada dosa-dosa dari mereka yang tidak mengenal injil) - hal 182.

Juga, karena kontex dari 1Pet 4:17-18 itu adalah orang kristen yang menderita, bahkan yang menderita demi Kristus (1Pet 4:12-16), maka adanya penghakiman kepada gereja ini menyebabkan kita:

· tidak boleh mundur, kecewa, dsb. Ingat ini juga sikap yang berdosa, yang akan dihakimi oleh Tuhan.

· tidak boleh meniru orang-orang jahat, karena pada akhirnya ini akan dihakimi lebih berat lagi.

II) Penghakiman terhadap orang dunia.

1) Tadi dikatakan bahwa Tuhan memulai penghakiman dalam gereja; dan sementara itu Ia belum menghakimi orang dunia / orang non kristen.

Sementara Tuhan menghakimi gereja dan belum menghakimi dunia, maka orang dunia, sekalipun sangat berdosa, kelihatannya bisa hidup enak dan bahkan makin lama makin jaya. Kesehatan, keuangan, bisnis / pekerjaan, study, keluarga, pacaran, dsb, semua bisa saja berjalan lancar.

Ini lalu bisa kelihatan sangat tidak adil. Orang kristen yang sekalipun berusaha taat, tetapi tetap mempunyai dosa, sehingga dihajar oleh Tuhan sehingga bisnis / ekonominya berantakan, kesehatannya memburuk, keluarganya kacau, dsb. Sedangkan orang dunia yang sama sekali tidak peduli Tuhan, dan hidup dalam dosa semaunya sendiri, justru kelihatannya hidup enak. Ini yang digambarkan dalam Maz 73 Yer 12:1-2 Luk 16:19-21 (Lazarus dan orang kaya).

Tetapi orang dunia yang hidup enak ini harus hati-hati, karena Kitab Suci mengatakan bahwa semua ini menunjukkan mereka ‘disimpan untuk hari penghakiman’.

2Pet 2:9-10a - “maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman, terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah”.

Bdk. juga dengan Maz 73:18-20 Maz 37:1-2.

Calvin: “God so regulates his judgments in this world, that he fattens the wicked for the day of slaughter” (= Allah mengatur penghakimanNya dalam dunia ini sedemikian rupa, sehingga Ia menggemukkan orang jahat untuk hari penyembelihan) - hal 139.

2) Lambat atau cepat, kalau orang dunia itu tidak bertobat / datang dan percaya kepada Kristus, maka Tuhan akan menghakimi mereka. Pada waktu Petrus berbicara tentang penghakiman Tuhan kepada orang di luar gereja, ia memaksudkan penghakiman pada akhir jaman.

Pada penghakiman akhir jaman, kecuali saudara mempunyai Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa, maka saudara tidak ada harapan untuk selamat, dan harus membayar sendiri dosa-dosa saudara!

Pulpit Commentary: “But if the righteous is scarcely saved, what hope of salvation have the careless and the slothful?” (= Tetapi jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, harapan keselamatan apa yang dimiliki oleh orang yang ceroboh dan malas?) - hal 182.

Bandingkan ini dengan ay 18: “Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?”.

Bandingkan juga dengan Ef 2:12 yang berbunyi: “bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia”.

Dalam Ef 2:12 ini orang kafir disebut ‘tanpa Kristus’, ‘tanpa pengharapan’, dan ‘tanpa Allah’.

Memang ‘tanpa Kristus’ sama dengan ‘tanpa Allah’ (1Yoh 2:23), dan karena itu jelas juga sama dengan ‘tanpa pengharapan’.

Mengomentari Ef 2:12 ini Calvin berkata: “for him that is without Christ, there remains nothing but destruction” (= untuk dia yang tanpa Kristus, tidak ada yang tertinggal / tersisa selain penghancuran / pembinasaan) - hal 233.

Ada seseorang yang berkata: “Life with Christ is an endless hope, without Him a hopeless end” (= Hidup dengan Kristus adalah pengharapan yang tidak ada akhirnya, tanpa Dia suatu akhir tanpa harapan) - ‘The Encyclo-pedia of Religious Quotation’, hal 345.

Mengapa orang yang tidak mempunyai Kristus ini tidak mempunyai harapan? Karena:

· semua mereka adalah orang berdosa, bahkan sangat berdosa (Ro 3:10-18,23).

· Allah itu suci dan adil, sehingga Ia membenci dosa dan pasti menghukum orang berdosa.

Nahum 1:3 - “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah”.

· perbuatan baik mereka tidak bisa menutupi / menebus dosa mereka.

Gal 2:16a - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus”.

Gal 2:21b - “... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.

Cynddylan Jones: “You might as well try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good works” (= Kamu boleh mencoba menyeberangi lautan Atlantik dengan perahu kertas; itu sama seperti kalau kamu mencoba untuk masuk ke surga dengan perbuatan baikmu).

3) Pada waktu Tuhan menghakimi orang di luar gereja, maka lagi-lagi Ia berhadapan dengan 2 golongan orang dunia:

a) Orang yang tidak pernah mendengar Injil.

Ini tetap akan dihukum secara kekal (Ro 10:13-14 Ro 2:12).

b) Orang yang pernah mendengar Injil tetapi tidak mau percaya.

Ini dihukum lebih berat lagi (bdk. Luk 12:47-48).

4) Hukuman Tuhan kepada orang-orang ini sangat mengerikan.

Ini terlihat dari:

a) Kristuspun jadi takut (Mat 26:38-39 Mark 14:34-36 Luk 22:41-44).

William Hendriksen, dalam tafsirannya tentang Mark 14:33, berkata:

“Did he, perhaps, here in Gethsemane see this tidal wave of God's wrath because of our sin coming?” [= Mungkinkah Ia, di sini di Getsemani, melihat datangnya gelombang pasang (= tsuna­mi) murka Allah karena dosa kita?].

Renungkan: bahwa Yesus bisa takut melihat murka Allah itu, menun­jukkan secara jelas betapa hebatnya dan mengerikannya murka Allah atas dosa-dosa kita itu!

b) Orang-orang lebih ingin ditimbun gunung dari pada menghadapi murka Allah itu (Luk 23:30 Wah 6:15-16).

c) Hukuman di neraka digambarkan oleh Kitab Suci dengan api, ulat bangkai, kegelapan yang paling pekat (Wah 21:8 Mark 9:43-48 Mat 22:13).

d) Begitu beratnya hukuman itu sehingga Petrus tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata, dan ia hanya memberikan pertanyaan:

· ‘bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?’ (ay 17b).

· ‘apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?’ (ay 18b).

KJV/Lit: ‘where shall the ungodly and the sinner appear?’ (= dimana orang jahat dan berdosa akan muncul?).

Barnes’ Notes: “where will they appear? I answer, (a) they will appear somewhere. They will not cease to exist when they pass away from this world. Not one of them will be annihilated; and though they vanish from the earth, and will be seen here no more, yet they will make their appearance in some other part of the universe. (b) They will appear at the judgment-seat, as all others will, to receive their sentence according to the deeds done in the body. It follows from this ... that there will be a state of future punishment, ... that the punishment of the wicked will be eternal, for it is the opposite of what is meant by ‘saved’. The time will never come when it will be said that they are ‘saved’! But if so, their punishment must be eternal!” [= dimana mereka akan muncul? Saya menjawab, (a) mereka akan muncul di suatu tempat. Mereka tidak akan berhenti ada pada waktu mereka meninggalkan dunia ini. Tidak seorangpun dari mereka akan dimusnahkan / dihapuskan keberadaannya; dan sekalipun mereka hilang dari dunia, dan tidak akan terlihat di sini lagi, tetapi mereka akan muncul di bagian lain dari alam semesta. (b) Mereka akan muncul di kursi-penghakiman, sama seperti orang-orang lain, untuk menerima hukuman sesuai dengan tindakan-tindakan yang dilakukan di dalam tubuh. Dari sini terlihat ... bahwa di sana akan ada suatu keadaan dari hukuman yang akan datang, ... bahwa hukuman orang jahat akan kekal, karena itu adalah lawan kata dari apa yang dimaksud dengan ‘selamat / diselamatkan’. Tidak pernah akan datang waktu dimana akan dikatakan bahwa mereka ‘selamat / diselamatkan’! Tetapi jika demikian, hukuman mereka haruslah kekal!] - hal 1433.

Catatan: Orang fasik dan orang berdosa ini mencakup semua orang yang tidak percaya kepada Kristus, bukan hanya penjahat, pemerkosa, dsb.

e) Dalam 1Pet 4:17-18 itu Petrus sebetulnya melakukan perbandingan.

Kalau orang benar saja, pada waktu dihakimi oleh Allah, harus mengalami hal-hal yang sangat berat, sehingga dikatakan ‘hampir-hampir tidak diselamatkan’, bagaimana jadinya dengan orang dunia yang berdosa dan tidak mempunyai Juruselamat / Penebus dosa?

Pulpit Commentary: “What fires of discipline, and what deep waters of sorrow, they have to go through to enter the kingdom! If this is what God’s children endure, what of those who are not his? If so heavy is the hand of chastening, educating love, what will the hand of judgment and wrath be!” (= Alangkah hebatnya api pendisiplinan, dan air kesedihan yang harus mereka lalui untuk masuk ke dalam kerajaan. Jika ini adalah apa yang harus ditanggung oleh anak-anak Allah, bagaimana dengan mereka yang bukan milikNya? Jika begitu berat tangan kasih yang menghajar dan mendidik, bagaimana wujudnya tangan penghakiman dan kemurkaan nanti?) - hal 194.

Pulpit Commentary: “‘If it begin first at us,’ says Peter, referring to himself and the persecuted to whom he wrote. It was only to begin first at them; it was not to stay with them. It was to pass on to them that obeyed not the gospel of God - and how? We may understand, with increasing severity; for the question is ominously asked, ‘What shall be the end of them that obey not the gospel of God?’ They experienced the beginnings of the storm: what would be their experience upon whom the storm, gathering volume as it proceeded, at last burst in all its fury?” (= ‘Jika itu dimulai pertama-tama pada kita’, kata Petrus, menunjuk kepada dirinya sendiri dan orang-orang yang dianiaya kepada siapa ia menulis. Itu hanya dimulai pertama-tama pada mereka; itu tidak akan tetap tinggal pada mereka. Itu akan diberikan kepada mereka yang tidak mentaati injil Allah - dan bagaimana? Kita boleh mengerti, dengan kekerasan yang bertambah / lebih hebat; karena pertanyaannya ditanyakan sebagai suatu ancaman, ‘Bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?’. Mereka mengalami permulaan dari badai: bagaimana pengalaman mereka terhadap siapa badai itu, yang mengumpulkan kekuatan pada waktu ia berlanjut, pada akhirnya meledak dengan seluruh kemarahannya?) - hal 205.

5) Karena itu, kalau saudara bukan orang kristen, dan bahkan juga kalau saudara adalah orang kristen KTP, cepatlah bertobat dengan datang dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara!

Kesimpulan / penutup.

Adanya penghakiman Allah ini menyebabkan:

· kita yang sudah percaya harus menguduskan diri, jangan mundur dari Tuhan, jangan meniru orang dunia.

· yang belum percaya, cepatlah percaya sebelum terlambat!

-AMIN-

12.Musik, setan & orang kristen

I SAMUEL 16:14-23

‘Roh jahat dari Tuhan / Allah’ (ay 14,15,16,23) yang mengganggu Saul bukanlah Roh Kudus, tetapi setan yang diperintah / diatur / diijinkan oleh Allah untuk datang kepada Saul dan mengganggu / menguasainya, membuatnya sumpek / gelisah / marah dsb, sebagai hukuman atas dosa-dosa Saul.

Sekarang kita akan memperhatikan pengobatan yang diusulkan oleh hamba-hamba Saul terhadap ‘penyakit’nya itu.

I) Usul untuk mengobati Saul.

1) Para hamba Saul mengusulkan untuk memanggil seorang pemain kecapi (ay 15-16), dan Saul menyetujui usul itu (1 Samuel 16: 17).

2) Seorang hamba Saul mengusulkan Daud, yang ia gambarkan dalam ay 18.

Penggambaran tentang Daud dalam ay 18b menunjukkan bahwa ada selang waktu cukup lama antara bagian ini dengan 1Sam 16:1-13. Sekarang ia bukan lagi seorang anak kecil, tetapi ‘pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit’.

Ada yang menganggap bahwa sebutan ‘pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit’ ini menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi setelah perkelahiannya melawan Goliat, tetapi Keil & Delitzsch (hal 171) berkata bahwa sebutan ini mungkin hanya menunjuk pada pengalaman Daud mengalahkan beruang dan singa yang ia ceritakan dalam 1Sam 17:34-35.

Semua ini bisa terjadi dalam diri Daud karena adanya Roh Tuhan pada dirinya (ay 13b). Ia bisa mengalahkan beruang, singa, dan bahkan Goliat, juga karena pertolongan Roh Tuhan itu, seperti yang terjadi dalam diri Simson (Hak 14:6,19 15:4-5,14-16).

II) Pemanggilan terhadap Daud.

1) Ay 19-20: Saul meminta Isai supaya anaknya, Daud, menjadi pelayannya; dan Isai mengirimkan Daud bersama roti, anggur dan anak kambing di atas keledai sebagai persembahan untuk Saul.

Memang pada waktu itu ada tradisi untuk selalu membawa sesuatu kalau menghadap raja, nabi dsb (bdk. 1Sam 9:6-8 1Raja 10:1-2,10), tetapi saya juga percaya bahwa Isai merasa sangat senang bahwa anaknya diminta untuk melayani Saul.

Penerapan: Apakah saudara juga bersikap begitu kalau Tuhan, yang ada-lah Raja di atas segala raja, meminta saudara atau anak saudara untuk melayani Dia?

2) Ay 21-22 menunjukkan bahwa Saul sudah menjadikan Daud pelayan dan pembawa senjatanya dan Saul menyukai Daud.

Ini kelihatannya bertentangan dengan 1Sam 17:55-58, yang menunjukkan bahwa Saul tidak kenal dengan Daud. Karena itu harus disimpulkan bahwa cerita dalam 1Sam 16-17 ini tidak chronologis / tidak sesuai dengan urut-urutan waktu! Jadi mula-mula terjadi pertemuan Saul dengan Daud dimana Daud bisa menghibur Saul dengan kecapinya (16:21a,23), tetapi Daud tidak langsung tinggal di istana Saul. Ia masih pulang dulu (bdk. 17:15). Setelah itu terjadi perkelahian Daud dengan Goliat. Tentu saja Saul tidak kenal orang yang main kecapi hanya satu kali untuknya, sehingga ia menanyakan tentang Daud (17:55-58). Setelah itu barulah Saul memintanya tinggal di istananya (16:21b-22 bdk. 18:2).

Barnes’ Notes: “The words here are the ultimate sequence of David’s first visit to Saul, and of his skill in music, and are therefore placed here; but they did not really come to pass till after David’s victory over Goliath (see 18:2). It is quite conceivable that if David had only played once or twice to Saul, and then returned to his father’s house for some months, Saul might not recognise him” [= Kata-kata di sini merupakan urutan / rentetan yang terakhir dari kunjungan pertama Daud kepada Saul, dan dari keahliannya dalam musik, dan karena itu ditempatkan di sini; tetapi itu tidak betul-betul terjadi sampai kemenangan Daud atas Goliat (lihat 18:2). Bisa dimengerti bahwa kalau Daud hanya bermain satu atau dua kali bagi Saul, dan lalu kembali ke rumah bapanya untuk beberapa bulan, Saul bisa tidak mengenalinya] - hal 41.

Pulpit Commentary: “This, and his being appointed one of Saul’s armour-bearers, happened only after the lapse of some time. ... It was apparently after the combat with Goliath that Saul sent to Jesse, and asked that David might be always with him” (= Ini, dan ditetapkannya ia sebagai salah satu pembawa senjata Saul, terjadi hanya setelah berlalunya beberapa waktu. ... Jelas bahwa setelah perkelahian dengan Goliat barulah Saul mengirim pesan kepada Isai, dan meminta supaya Daud boleh selalu bersama dengan dia) - hal 298.

3) Ini merupakan persiapan bagi Daud untuk menjadi raja.

Keil & Delitzsch: “This guidance on the part of God was a school of preparation to David for his future calling” (= Pimpinan ini dari pihak / sudut Allah merupakan sekolah persiapan bagi Daud untuk panggilannya di masa yang akan datang) - hal 172.

Mengapa? Karena di istana ini ia berhubungan dengan orang kelas atas, ia bisa mengenal seluk beluk kerajaan, dan bisa dikenal oleh orang-orang di istana.

Jadi di sini kita melihat pekerjaan Tuhan, yang menggunakan setan untuk menyerang Saul maupun usul dari para hamba Saul tentang pengobatan dengan kecapi, supaya Daud bisa dipersiapkan menjadi raja, sesuai dengan rencanaNya.

III) Musik dan setan.

Ay 23 menyatakan bahwa pada waktu roh jahat itu hinggap pada Saul dan Daud memainkan kecapinya, maka Saul merasa lega dan nyaman, dan roh jahat itu undur dari padanya. Bagian ini menimbulkan komentar yang positif maupun komentar yang negatif tentang musik.

1) Komentar yang positif tentang musik.

Pulpit Commentary: “Martin Luther found the inspiration of courage in the same manner. ‘Next to theology,’ he said, ‘I give the first place and the greatest honour to music.’” (= Martin Luther menemukan dorongan keberanian dengan cara yang sama. ‘Setelah theologia,’ katanya, ‘Saya memberikan tempat pertama dan kehormatan terbesar kepada musik’.) - hal 315.

Pulpit Commentary: “Music is a means of grace, and when rightly used conveys much spiritual benefit to men. It is ‘one of the fairest and most glorious gifts of God, to which Satan is a bitter enemy; for it removes from the heart the weight of sorrow and the fascination of evil thoughts’ (Luther)” [= Musik adalah suatu alat kasih karunia, dan pada waktu digunakan secara benar, memberikan banyak manfaat rohani bagi manusia. Itu merupakan ‘salah satu dari karunia-karunia Allah yang paling cantik dan mulia, terhadap mana setan merupakan musuh yang pahit; karena itu menyingkirkan dari hati beban kesedihan dan pesona dari pikiran jahat’ (Luther)] - hal 311.

Ada penafsir yang membandingkan bagian ini dengan 2Raja 3:15, dimana Elisa ketika sedang jengkel (2Raja 3:13) juga minta seorang pemain kecapi. Ini menenangkan dia, sehingga lalu bisa bernubuat (2Raja 3:15).

Pulpit Commentary: “Elisha, when chafed and disturbed in spirit, called for a minstrel, and was prepared by the soothing strains of his harp for prophetic inspiration (2Kings 3:15)” [= Elisa, pada waktu jengkel dan terganggu dalam roh, memanggil seorang pemusik / pemain kecapi, dan dipersiapkan oleh nada / alunan yang menenangkan dari kecapinya untuk suatu ilham yang bersifat nubuat (2Raja 3:15)] - hal 311.

2) Komentar negatif tentang musik.

Saya sendiri merasakan sebagai suatu kejutan (surprise) bahwa dalam bagian seperti ini ternyata ada banyak orang yang memberikan komentar yang negatif tentang musik. Tetapi saya berpendapat bahwa mereka benar, karena mereka melihat 2 hal:

a) Roh jahat itu kembali lagi kepada Saul, bahkan menguasainya dengan makin hebat (18:10 19:9-10). Ini menunjukkan ketidak-efektifan musik tersebut dalam menangani ‘penyakit’ Saul.

b) Saul tidak menggunakan musik itu dengan benar, karena ia tidak bertobat dari dosanya / tidak kembali kepada Tuhan.

Pulpit Commentary: “Temporary alleviations of mental disquietude. The servants of Saul were true philosophers in seeking diversion for their master. In cases of trouble, diversion from self and the causes of trouble always affords relief. This is recognised by guilty men, who seek diversion in business, or pleasure, or public affairs. It is a rule with some wicked men to plunge more deeply into public or private business in proportion as conscience has to be quieted. The diversion was of a nature to soothe the nervous system. Music has in it something refined and pure and remote from the turmoil and confusion of sinful life. As a curative or alleviative element in certain sickness its power has not been sufficiently developed. Saul felt the charm, and for a while the irritation consequent on internal conflict was toned down. The diversion would have increased effect if associated with spiritual song. There is evidence that David cultivated psalmody in his early years; and who can tell the subduing influence on the restless Saul as David poured forth to his harp strains of love and trust and hope in God! We see constantly that even the boldest of impenitent sinners are touched by sweet, simple hymns, which seem to call back a lost purity, and open up a gleam of hope for the most depraved. ... But in all cases of mere diversion the benefit is transitory. The old enmity remains. The old fears come back in force. The true remedy has not been sought. ... The cure for the internal miseries of men lies in self-renunciation and placing the soul at the mercy of the great Saviour. We must cease to seek rest and peace apart from his loving embrace” (= Pengurangan ketidaktenangan batin yang bersifat sementara. Hamba-hamba Saul adalah ahli-ahli filsafat yang sejati dalam mencari hiburan / pengalihan perhatian untuk tuan mereka. Dalam kasus kesusahan / kesukaran, pengalihan perhatian dari diri sendiri dan penyebab kesusahan / kesukaran itu, selalu memberikan / menghasilkan kelegaan. Ini diakui oleh orang-orang yang bersalah, yang mencari pengalihan perhatian dalam bisnis, atau kesenangan, atau urusan / pertemuan umum. Merupakan suatu kebiasaan bagi sebagian orang jahat untuk terjun lebih dalam ke dalam kesibukan umum atau pribadi, sebanding dengan hati nurani yang harus ditenangkan. Pengalihan perhatian itu bersifat menenangkan sistim syaraf. Musik mempunyai dalam dirinya sesuatu yang halus dan murni dan jauh dari kekacauan dan kebingungan dari kehidupan yang berdosa. Sebagai elemen penyembuh atau pereda / pengurang dari penyakit-penyakit tertentu kuasanya belum dikembangkan secara cukup. Saul merasakan daya tarik / pesona dari musik itu, dan untuk sementara kejengkelan, sebagai akibat dari konflik dalam batin, menurun. Hiburan / pengalihan perhatian itu akan bertambah pengaruhnya jika dihubungkan dengan nyanyian rohani. Ada bukti bahwa Daud mengembangkan nyanyian mazmur pada masa mudanya.; dan siapa bisa menceritakan pengaruh yang menundukkan pada Saul yang gelisah pada waktu Daud mencurahkan nada / alunan kecapinya tentang kasih dan kepercayaan dan pengharapan dalam Allah! Kita melihat secara tetap bahwa bahkan orang berdosa yang tak bertobat dan yang paling berani, disentuh oleh lagu pujian yang manis dan sederhana, yang kelihatannya memanggil kembali kemurnian yang hilang, dan membukakan secercah harapan untuk orang yang paling bejat. ... Tetapi dalam semua kasus dari semata-mata hiburan / pengalihan perhatian maka manfaatnya bersifat fana / tidak kekal. Permusuhan yang lama tetap tinggal. Rasa takut yang lama kembali dengan kuat. Obat yang benar belum dicari. ... Penyembuhan untuk kesengsaraan batin manusia terletak dalam penyangkalan diri dan peletakan jiwa pada belas kasihan dari Juruselamat yang Agung / Besar. Kita harus berhenti mencari istirahat dan damai terpisah dari pelukanNya yang penuh kasih) - hal 304.

Penerapan:

· pada waktu saudara sendiri mengalami kegelisahan:

* apakah saudara lalu mencari musik / hiburan / kesibukan untuk menenangkan hati yang gelisah itu? Hiburan / kesibukan itu bisa berupa jalan-jalan, piknik, olah raga, kumpul dengan teman-teman, nonton TV / bioskop, pacaran, dsb.

* apakah saudara menggunakan rokok / ganja / ecstasy untuk mem-buang kesumpekan / kegelisahan itu?

· pada waktu saudara menghadapi orang yang gelisah / tidak damai, janganlah meniru para hamba Saul dengan sekedar menawarkan obat yang semu dan sementara, baik itu musik, hiburan, kesibukan, atau hal lain apapun juga. Bawalah orang itu kepada Kristus!

Pulpit Commentary: “The harp, even David’s harp, cannot subdue the power of sin. This requires the power of David’s God. ... There is need to apply to the Son of David, who cast out unclean spirits by his word, and brought men to their right mind, ... The blackness of envy, the foulness of hatred, the demons of deceit, avarice, intemperance, and cruelty are expelled by nothing less than the grace of Christ” (= Kecapi, bahkan kecapi Daud, tidak bisa menundukkan kuasa dosa. Ini membutuhkan kuasa dari Allahnya Daud. ... Ada kebutuhan untuk menggunakan Anak Daud, yang mengusir roh najis dengan firman-Nya, dan membawa orang kembali pada pikiran yang sehat / benar, ... Kehitaman dari iri hati, kekotoran dari kebencian, setan penipuan, ketamakan, kehilangan penguasaan diri, dan kekejaman tidak bisa dibuang / dikeluarkan oleh sesuatu apapun yang kurang dari kasih karunia Kristus) - hal 316.

Catatan: istilah ‘Anak Daud’ di sini jelas menunjuk kepada Yesus.

Pulpit Commentary: “‘Did the music banish the demon? Not so. But the high frame of mind into which the king was brought by it sufficed to limit at least the sphere of the operation of the evil spirit within him; while the full, clear, conscious life of faith on the part of Saul would have altogether destroyed the power of the wicked one. Besides, the silent intercessions of David sent up to heaven on the wings of the music of his harp must have contributed not a little to the results with which his melodies were crowned’ (Krummacher). ‘The Lord was with him’ (ver. 18)” [= ‘Apakah musik itu membuang setan? Tidak demikian. Tetapi keadaan mental / pikiran yang tinggi ke dalam mana sang raja dibawa olehnya, setidaknya cukup untuk membatasi bidang operasi dari roh jahat di dalam dirinya; sementara kehidupan iman yang penuh, jelas, dan sadar dari Saul akan sudah menghancurkan secara total kuasa dari si jahat. Disamping itu, doa syafaat yang oleh Daud dinaikkan secara diam-diam ke surga pada sayap dari musik kecapinya, pasti memberikan sumbangsih yang tidak sedikit terhadap hasil dengan mana lagu / nyanyiannya dimahkotai’ (Krummacher). ‘Tuhan menyertai dia’ (ay 18)] - hal 312.

Pulpit Commentary: “Saul was not completely cured of his malady. A breathing-space was afforded him for seeking God, and if he had faithfully availed himself of it he might have been permanently preserved from its return. But he failed to do so. On the indulgence of envy, ‘the evil spirit from God came upon him’ again (ch. 18:10; 19:10) with greater power than before (Matt. 12:45), and that which formerly calmed and gladdened him now excited him to demoniacal frenzy and murderous passion. ‘It is said that the evil spirit departed, but not that the good spirit returned. Saul’s trouble was alleviated, but not removed. The disease was still there. The results of David’s harp were negative and superficial. So it is with the sinner still. There are many outward applications which act like spiritual chloroform upon the soul. They soothe and calm and please, but that is all; they do not go below the surface, nor touch the deep-seated malady within. Our age is full of such appliances, literary and religious, all got up for the purpose of soothing the troubled spirits of men. Excitement, gaiety, balls, theatres, operas, concerts, ecclesiastical music, dresses, performances, what are all these but man’s appliances for casting out the evil spirit and healing the soul’s hurt without having recourse to God’s remedy’ (Bonar, ‘Thoughts and Themes’)” [= Saul tidak sepenuhnya disembuhkan dari penyakitnya. Ia diberi kesempatan untuk mencari Allah, dan andaikata ia memanfaatkannya dengan setia, ia mungkin telah dijaga / dipelihara secara permanen terhadap kembalinya roh jahat itu. Tetapi ia gagal melakukan hal itu. Dengan adanya iri hati, ‘roh jahat dari Allah datang kepadanya’ lagi (pasal 18:10; 19:10) dengan kuasa yang lebih besar dari sebelumnya (Mat 12:45), dan apa yang tadinya menenangkan dan menyenangkan dia, sekarang membangkitkannya pada kegilaan dari setan dan nafsu membunuh. ‘Dikatakan bahwa roh jahat pergi / meninggalkan, tetapi tidak dikatakan bahwa Roh yang baik kembali. Problem Saul dikurangi tetapi tidak disingkirkan. Penyakit itu tetap ada di sana. Hasil dari kecapi Daud adalah tidak ada dan bersifat semu. Demikian juga dengan orang berdosa sampai sekarang. Ada banyak obat luar yang bertindak seperti obat bius terhadap jiwa. Mereka menyejukkan dan menenangkan dan menyenangkan, tetapi itulah semuanya; mereka tidak masuk di bawah permukaan, atau menyentuh penyakit yang terletak di dalam. Jaman kita penuh dengan alat-alat seperti itu, yang berkenaan dengan kesusasteraan dan agama, semua bangkit untuk tujuan menenangkan roh manusia yang kacau. Kegembiraan, kegirangan, pesta dansa, teater, opera, konser, musik gerejani, pakaian, pertunjukan, apakah semua itu selain alat-alat manusia untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan rasa sakit pada jiwa tanpa kembali kepada obat Allah’ (Bonar, ‘Thoughts and Themes’)] - hal 312.

Perhatikan Mat 12:43-45 yang digunakan dalam kutipan ini!!!

Mat 12:43-45 - “Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini”.

Bagian ini bisa ditafsirkan sebagai berikut: orang berdosa mulai pergi ke gereja, tetapi tetap tidak percaya kepada Yesus. Akhirnya ia kembali kepada dosanya / murtad dan bahkan menjadi lebih jahat.

Tetapi bagian ini bisa ditafsirkan secara hurufiah. Jadi diartikan bahwa ada seorang yang betul-betul kerasukan setan, lalu setan diusir, tetapi ia tidak percaya kepada Yesus maupun mengisi dirinya dengan Firman Tuhan, sehingga setannya kembali dengan mengajak 7 teman yang lebih jahat. Mungkin inilah kasus Saul! Karena itu penyakit Saul akhirnya memburuk!

Pulpit Commentary: “the soothing and elevating effect of a ‘concord of sweet sounds’ must not be mistaken for the peace and joy of true religion. ... nothing but the Gospel of Christ and the power of his Spirit can effect the moral and spiritual renewal of man, and restore him to ‘his right mind’ (Mark 5:15)” [= Hasil penyejukan dan pengangkatan dari suatu ‘harmoni dari bunyi-bunyi yang manis’ tidak boleh disalah-mengerti sebagai damai dan sukacita dari agama yang benar. ... tidak ada apapun selain Injil Kristus dan kuasa dari RohNya yang bisa menghasilkan pembaharuan moral dan rohani manusia, dan memulihkannya pada ‘pikiran yang benar / sehat / waras’ (Mark 5:15)] - hal 312.

Penerapan: ini perlu direnungkan oleh:

· orang yang merasa ‘tenang / damai’ di dalam gereja.

· orang kristen yang mencari / menekankan gereja yang banyak puji-pujiannya karena di sana mereka bisa merasa ‘damai / sukacita’.

Kesimpulan:

Kalau saudara mengalami kesumpekan / kegelisahan dsb, asal saudara sudah betul-betul percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan kege-lisahan itu tidak disebabkan karena dosa yang sengaja saudara pertahankan, maka musik atau lagu puji-pujian bisa menolong saudara.

Jadi, kalau saudara adalah seorang guru sekolah minggu atau pengkhotbah, yang karena sedang sumpek / gelisah, lalu tidak bisa mempersiapkan Firman Tuhan yang akan saudara sampaikan, atau kalau saudara yang adalah pelajar / mahasiswa, yang karena sumpek tidak bisa belajar, atau saudara yang lain yang karena sumpek lalu tidak bisa bekerja, maka cobalah gunakan musik / lagu pujian. Ini bisa dilakukan dengan menyetel cassette lagu rohani, atau saudara sendiri menyanyi dan / atau main musik.

Tetapi kalau kegelisahan / kesumpekan itu disebabkan karena dosa, maka tentu saja saudara harus lebih dulu mengakui dosa / bertobat dari dosa itu. Tanpa itu, musik tidak akan berguna.

Lebih-lebih kalau saudara merasakan kegelisahan / kesumpekan karena saudara bukan orang kristen yang sejati / belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka musik / lagu pujian atau kesenangan duniawi apapun, paling banter hanya memberi damai yang palsu / ada di permukaan saja. Datanglah kepada Kristus, yang berkata dalam Yoh 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Ku-berikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”.

Agustinus mengatakan: “You have made us for yourself, O Lord, and our heart is restless until it rests in you” (= Engkau telah membuat kami untukMu sendiri, Ya Tuhan, dan hati kami gelisah / tidak tenang, sampai hati itu mendapatkan ketenangan dalam Engkau).

-AMIN-

13.Mortification

ROMA 8:13

Pendahuluan:

Kita semua tentu pernah merasakan adanya dosa-dosa yang terus melekat dalam diri kita, di dalam dosa mana kita sering jatuh bangun, sehingga tidak jarang kita mengalami perasaan frustrasi karena hal ini.

Karena itulah maka hari ini saya akan membahas tentang mortification.

I) Apakah mortification itu?

Dalam Ro 8:13 ini istilah mortification ini digambarkan dengan kata-kata ‘mematikan perbuatan-perbuatan tubuh’.

1) ‘Perbuatan-perbuatan tubuh’.

Kata ‘tubuh’ dalam ay 13b artinya sama dengan kata ‘daging’ dalam ay 13a. Jadi, ‘perbuatan tubuh / daging’ ini bisa disamakan dengan ‘kehidupan manusia lama’, yang menunjuk pada semua dosa dalam hidup kita.

2) ‘Mematikan’ (= to mortify).

a) ‘To mortify sin’ (= mematikan dosa) tidak berarti menutup-nutupi dosa, berpura-pura saleh, kesalehan lahiriah dsb.

John Owen: “When a man on some outward respects forsakes the practice of any sin, men perhaps may look on him as a changed man. God knows that to his former iniquity he hath added cursed hypocrisy, and is got in a safer path to hell than he was in before. He hath got another heart than he had, that is more cunning; not a new heart, that is more holy” (= Pada waktu seseorang kelihatan dari luar meninggalkan praktek dari suatu dosa, mungkin orang akan melihatnya sebagai orang yang telah berubah. Tetapi Allah tahu bahwa terhadap dosanya yang semula ia telah menambahkan kemunafikan yang terkutuk, dan ia telah mencapai jalan yang lebih aman menuju neraka dari pada sebelumnya. Ia telah mendapatkan hati yang lain yang lebih licik dari hatinya semula, bukan hati yang baru, yang lebih suci / kudus) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 25.

Mortification bukan cuma kesalehan di luar yang disebabkan karena karakter / kepribadian yang tenang, tidak mudah marah, sopan dsb. Kalau hatinya tetap penuh dengan kebencian, iri hati, percabulan dsb, maka di sini tidak ada mortification.

Penerapan: Apakah saudara hanya mempunyai kesalehan lahiriah (seperti pergi ke gereja, dibaptis, dsb), tetapi mempunyai hati yang tidak percaya dan jahat?

b) Artinya sama dengan ‘menyalibkan manusia lama’ / membuang dosa / semua yang tak sesuai dengan Firman Tuhan / kehendak Allah, bukan hanya secara lahiriah, tetapi juga di dalam hati.

Memang manusia lama ini sudah disalibkan dengan Kristus (Ro 6:6). Ini dimulai pada saat kelahiran baru (Ro 6:3-5). Tetapi ini harus dilanjutkan / ditingkatkan sampai pada kesempurnaan. Sekalipun memang dalam dunia ini kita tidak akan bisa mencapai kesempurnaan, tetapi itu harus menjadi tujuan kita.

II) Siapa yang harus melakukan mortification?

1) Orang yang diberi kewajiban ini adalah ‘kamu’ (Ro 8:13), yaitu orang kristen di Roma kepada siapa Paulus menuliskan surat ini. Ini terlihat lebih jelas lagi dari Kolose 3:5, karena kalau dilihat Kol 3:1-4 terlihat bahwa ini ditujukan kepada orang percaya.

2) Ada bahayanya kalau kita menyuruh orang yang belum percaya untuk melakukan mortification, yaitu ia tidak akan datang kepada Yesus, sebaliknya merasa diri bisa melakukan perbaikan hidup. Dan pada saat ia gagal melakukan mortification itu, ia bisa berpandangan bahwa kekristenan itu salah, membuang dosa itu sia-sia dsb. Ini menyebabkan ia makin menyerah kepada dosa.

Karena itu, terhadap orang yang belum percaya, kita hanya menginjilinya menyuruh­nya datang kepada Yesus, sedangkan terhadap orang percaya kita menyuruhnya melakukan mortification.

III) Mengapa kita harus terus melakukan mortification?

1) Karena dosa terus bertindak dalam diri kita menghasilkan perbuatan daging.

John Owen: “When sin lets us alone we may let sin alone; but as sin is never less quiet than when it seems to be most quiet, and its waters are for the most part deep when they are still, so ought our contrivances against it to be vigorous at all times and in all conditions, even where there is least suspicion” (= Kalau dosa membiarkan kita / tak mengganggu kita, maka kita boleh membiarkan dosa; tetapi karena dosa itu tidak pernah diam, dan airnya biasanya dalam pada waktu sedang tenang, maka usaha kita menentangnya harus bersemangat setiap saat dan dalam setiap kondisi, bahkan pada saat ada kecurigaan yang paling kecil) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 11.

2) Dosa bukan hanya akan terus bekerja / bertindak, tetapi kalau didiamkan / kalau tidak terus dimatikan, dosa itu akan melahir­kan dosa-dosa yang hebat, yang oleh Owen dikatakan sebagai ‘cursed, scandalous, soul-destroying sins’ (= dosa-dosa terkutuk, memalukan, menghancurkan jiwa).

John Owen: “Every unclean thought or glance would be adultery if it could; every covetous desire would be oppression, every thought of unbelief would be atheism, might it grow to its head” (= Setiap pikiran / pandangan mata yang najis akan menjadi perzinahan kalau memungkinkan; setiap keinginan yang tamak akan menjadi penindasan, setiap pikiran tentang ketidak-percayaan akan menjadi atheisme, kalau hal itu bisa tumbuh sampai puncaknya) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 12.

Bandingkan dengan:

· Ibr 3:13 - “Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan ‘hari ini’, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa”.

· Gal 5:19-21 - “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah”.

· 2Sam 11 - Daud mula-mula hanya melihat Batsyeba, tetapi lalu berzinah dengannya, membunuh Uria, dsb.

John Owen: “It is modest, as it were, in its first motions and proposals, but having once got footing in the heart by them, it constantly makes good its ground, and presseth on to some farther degrees in the same kind” (= Pada gerakan dan usul mula-mula dosa itu sopan, tetapi sekali mendapat tempat berpijak dalam hati kita, dosa itu merperkokoh posisinya, dan terus menekan ke tingkat yang lebih jauh) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 12.

Penerapan:

a) Kalau perzinahan itu mau menguasai saudara bisa saja mula-mula ia datang dengan sopan, dan mengajak saudara untuk ‘mengagumi keindahan ciptaan Tuhan’, tetapi lalu membawa saudara ke dalam perzinahan dalam hati (Mat 5:28), dan akhirnya ke dalam perzinahan fisik. Karena itu hati-hatilah dengan ‘sikap sopan’ dari dosa pada waktu ia pertama kali datang kepada saudara!

b) Kalau ketamakan mau menguasai saudara, mungkin mula-mula ia datang berjubahkan ayat Kitab Suci, seperti:

· 2Tes 3:10b - “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”.

· Amsal 6:6-8 - “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen”.

Tetapi lama-kelamaan ia akan mendesak saudara untuk mendapatkan uang makin lama makin banyak, dan membuat saudara tidak puas dengan berapapun banyaknya uang yang saudara miliki, dan mendorong saudara untuk mendapatkannya tanpa peduli caranya halal atau tida

John Owen menambahkan sebagai berikut:

“One lust, or a lust in one man, may receive many accidental improvements, heightenings, and strengthenings, which may give it life, power, and vigour, exceedingly above what another lust hath, or the same lust (that is, of the same kind and nature) in another man” [= Satu nafsu, atau suatu nafsu dalam satu orang, bisa menerima kemajuan, peningkatan dan penguatan, yang memberinya hidup, kekuatan, dan semangat yang jauh melebihi yang dipunyai oleh nafsu yang lain, atau nafsu yang sama (yaitu, nafsu dari jenis dan sifat yang sama) dalam diri orang lain] - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 29.

Maksudnya adalah: satu dosa tertentu, misalnya ketamakan bisa mengalami kemajuan sedemikian rupa dalam diri seseorang, sehingga melebihi dosa-dosa lain dalam diri orang tersebut, misalnya kesombongan, perzinahan, dan sebagainya. Juga bisa melebihi dosa yang sama, yaitu ketamakan, dalam diri orang lain.

John Owen juga memberi petunjuk tentang dosa yang sudah berkembang sampai pada taraf berbahaya:

a) Kalau dosa itu sudah mendarah daging untuk waktu yang lama.

Renungkan: apa dosa / kelemahan saudara yang sudah ada sejak kecil? Zinah? Sombong? Dusta? Pemarah? Pendendam? Malas? Suka ngaret?

b) Kalau kita menyetujui dosa itu, dan kita tidak berusaha untuk membunuhnya, atau sebaliknya, kita berusaha untuk membenarkan diri sekalipun ada dosa.

Misalnya:

· dapat pacar yang tidak seiman, dan kita berkata: yang penting orangnya baik, dan kadang-kadang dia juga mau pergi ke gereja.

· bisnis yang kotor tetap dipertahankan, dengan alasan semua orang juga begitu.

c) Kalau kita menghibur diri dengan mengatakan / berpikir bahwa Kristus sudah mati dan menebus dosa itu, lalu kita terus melakukan dosa itu.

· 2Raja 5:18 - “Dan kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam perkara yang berikut: Apabila tuanku masuk ke kuil Rimon untuk sujud menyembah di sana, dan aku menjadi pengapitnya, sehingga aku harus ikut sujud menyembah dalam kuil Rimon itu, kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam hal itu.’”.

Naaman mau meneruskan kebiasaannya untuk masuk ke kuil Rimon bersama rajanya, dan minta Tuhan mengampuni hal tersebut. Bahwa Elisa menyetujui, tidak berarti bahwa itu merupakan hal yang benar. Nabi juga bisa salah dan berkompromi!

· Yudas 4 - ‘menya­lahgunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu’!

· Ro 6:1-2 - “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”.

d) Kalau kita senang / mencintai dosa itu (sekalipun kita tak melakukannya).

3) Dosa memberikan banyak hal negatif, yaitu:

a) Merusak kerohanian, menghancurkan semangat dan damai.

John Owen: “Every unmortified sin will certainly do two things: - [1] It will weaken the soul, and deprive it of its vigour. [2] It wil darken the soul, and deprive it of its comfort and peace” [= Setiap dosa yang tidak dimatikan pasti akan melakukan 2 hal: (1) Dosa itu akan melemahkan jiwa, dan mencabut / menghilangkan semangat / kekuatannya. (2) Dosa itu akan menggelapkan jiwa, dan mencabut / menghilangkan penghiburan dan damai darinya] - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 22.

Contoh:

· Maz 38:5,9 - “(5) sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku. ... (9) aku kehabisan tenaga dan remuk redam, aku merintih karena degap-degup jantungku”.

· Maz 40:13 - “Sebab malapetaka mengepung aku sampai tidak terbilang banyaknya. Aku telah terkejar oleh kesalahanku, sehingga aku tidak sanggup melihat; lebih besar jumlahnya dari rambut di kepalaku, sehingga hatiku menyerah”.

KJV: ‘I am not able to look up’ (= Aku tidak bisa memandang ke atas).

· 1Yoh 2:15 - “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu”.

· 1Yoh 3:17 - “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?”.

· Tentang ‘kehilangan damai’ lihat:

* Im 26:17b,36-37a - “(17) Aku sendiri akan menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu, dan mereka yang membenci kamu akan menguasai kamu, dan kamu akan lari, sungguhpun tidak ada orang mengejar kamu. ... (36) Dan mengenai mereka yang masih tinggal hidup dari antaramu, Aku akan mendatangkan kecemasan ke dalam hati mereka di dalam negeri-negeri musuh mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan anginpun akan mengejar mereka, dan mereka akan lari seperti orang lari menjauhi pedang, dan mereka akan rebah, sungguhpun tidak ada orang yang mengejar. (37) Dan mereka akan jatuh tersandung seorang kepada seorang seolah-olah hendak menjauhi pedang, sungguhpun yang mengejar tidak ada, dan kamu tidak akan dapat bertahan di hadapan musuh-musuhmu”.

* Amsal 28:1 - “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.

* 1Raja 8:38 - “lalu seseorang atau segenap umatMu Israel ini memanjatkan doa dan permohonan di rumah ini dengan menadahkan tangannya - karena mereka masing-masing mengenal apa yang merisaukan hatinya sendiri - ”.

Kontext dari doa Salomo di sini adalah bahwa kalau orang Israel berbuat dosa kepada Tuhan. Kata-kata ‘apa yang merisaukan hatinya sendiri’, jelas menunjukkan bahwa dosa menghancurkan damai / sukacita.

Illustrasi: Ini seperti tanaman yang ditanam tanpa disiangi tanahnya, sehingga tumbuh banyak semak, rumput dsb disekeliling­nya. Tanaman itu mungkin saja bisa tetap hidup, tetapi tidak akan bagus / sehat.

Sebaliknya, ada janji yang diberikan kalau kita melakukan kewajiban ini, yaitu: ‘Engkau akan hidup’ (Ro 8:13).

Hidup disini dikontraskan dengan ‘mati’ dalam ay 13a atau ‘kebinasaan’ dalam Gal 6:8.

Mungkin kata ‘hidup’ ini tidak hanya menunjuk pada hidup yang kekal, tetapi juga pada kehidupan rohani yang kuat, penuh semangat dan sukacita. Seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam 1Tes 3:8 - ‘Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri’. Tentu maksud Paulus bukan sekedar ‘hidup kekal biasa’ tetapi hidup rohani yang penuh sukacita.

Jadi yang dijanjikan di dalam Ro 8:13 ini adalah: ‘Kamu akan mempunyai kehidupan rohani yang baik, bersemangat / kuat, dan menyenangkan saat ini, dan kamu akan menerima hidup kekal nanti’.

b) Tidak dilepaskan dari penderitaan, doa yang tidak dijawab.

Hos 5:13-15 - “Ketika Efraim melihat penyakitnya, dan Yehuda melihat bisulnya, maka pergilah Efraim ke Asyur dan mengutus orang kepada Raja ‘Agung’. Tetapi iapun tidak dapat menyembuhkan kamu dan tidak dapat melenyapkan bisul itu dari padamu. Sebab Aku ini seperti singa bagi Efraim, dan seperti singa muda bagi kaum Yehuda. Aku, Aku ini akan menerkam, lalu pergi, Aku akan membawa lari dan tidak ada yang melepaskan. Aku akan pergi pulang ke tempatKu, sampai mereka mengaku bersalah dan mencari wajahKu. Dalam kesesakannya mereka akan merindukan Aku”.

Zakh 7:8-14 - “(8) Firman TUHAN datang kepada Zakharia, bunyinya: (9) ‘Beginilah firman TUHAN semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing! (10) Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin, dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap masing-masing.’ (11) Tetapi mereka tidak mau menghiraukan, dilintangkannya bahunya untuk melawan dan ditulikannya telinganya supaya jangan mendengar. (12) Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui rohNya dengan perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu datang murka yang hebat dari pada TUHAN. (13) ‘Seperti mereka tidak mendengarkan pada waktu dipanggil, demikianlah Aku tidak mendengarkan pada waktu mereka memanggil, firman TUHAN semesta alam. (14) Oleh sebab itu Aku meniupkan mereka seperti angin badai ke antara segala bangsa yang tidak dikenal mereka, dan sesudahnya tanah itu menjadi sunyi sepi, sehingga tidak ada yang lalu lalang di sana; demikianlah mereka membuat negeri yang indah itu menjadi tempat yang sunyi sepi.’”.

Bdk. Yoh 9:31 Yesaya 59:1-2 Yes 1:15 Amsal 1:24-28.

c) Dosa sebabkan pelayanan kita tak diberkati / sia-sia.

Pelayanan tergantung pada doa. Kalau doa tak dijawab (no b) di atas, maka jelas pelayanan akan sia-sia.

Bdk. juga dengan:

· 1Korintus 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.

· 2Tim 2:20-22 - “Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni”.

d) Dosa menyebabkan kita dikeraskan hatinya.

Ibr 3:12-13 - “Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan ‘hari ini’, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa”.

Kekerasan hati ini menyebabkan kita menjadi tak takut kepada Allah, meremehkan / mengecilkan dosa itu, dsb.

e) Adanya hukuman / hajaran Tuhan.

Maz 89:32-33 - “(32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan”.

Bandingkan dengan Yunus yang ditelan ikan.

Bagaimana kalau ada orang kristen yang berbuat dosa tetapi dibiarkan oleh Tuhan? Mungkin belum waktunya (Tuhan masih sabar), atau mungkin ia bukan anak Tuhan, dan Tuhan tidak merasa perlu menghajar anaknya setan!

4) Dosa menyedihkan / mendukakan Roh Kudus (Ef 4:30).

IV) Bagaimana caranya melakukan mortification?

1) Cara melakukan kewajiban itu adalah: ‘melalui Roh Kudus’.

John Owen: “Mortification from a self-strength, carried on by ways of self-invention, unto the end of a self-righteousness, is the soul and substance of all false religion in the world” (= Tindakan mematikan dosa dengan kekuatan sendiri, dilakukan dengan cara-cara yang ditemukan sendiri, menuju kebenaran diri sendiri, adalah jiwa dan zat / inti dari semua agama palsu dalam dunia) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 7.

Dalam melakukan mortification ini harus ada kesadaran yang mendalam bahwa kita tidak mampu untuk melakukannya, dan hanya Roh Kudus yang mampu. Ini membuat kita harus bersandar kepada Dia dengan banyak berdoa! Tetapi bahwa Roh Kudus yang menguduskan kita dan mematikan dosa dalam diri kita, tidak berarti bahwa kita tak perlu berbuat apa-apa. Pengudusan / mortification termasuk synergistic, yaitu suatu hal yang terjadi karena kerja sama dua pihak, yaitu Allah / Roh Kudus dan manusia!

John Owen: “He works in us and with us, not against us or without us” (= Ia bekerja di dalam kita dan bersama kita, bukan menentang kita atau tanpa kita) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 20.

2) Kita tak boleh mengecilkan / meremehkan dosa itu. Kita harus mempunyai pengertian yang benar tentang kesalahan, bahaya, dan jahatnya dosa itu. Tidak adanya hal ini menyebabkan kita terus ada dalam dosa itu. Contoh:

· 2Raja 5:18 - Naaman adalah contoh orang yang meremehkan dosa.

· Amsal 7:23b - “sampai anak panah menembus hatinya; seperti burung dengan cepat menuju perangkap, dengan tidak sadar, bahwa hidupnya terancam”.

Orang ini terus mengikuti perempuan jalang, karena ia tidak sadar bahwa hidupnya terancam.

Bandingkan juga dengan ajaran Gereja Roma Katolik tentang venial sins (= dosa kecil), yang bahkan tidak perlu diakui.

Kita memang percaya adanya tingkat-tingkat dosa, tetapi kita tidak percaya adanya dosa yang boleh diremehkan! Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, upahnya adalah maut. Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, menimbulkan murka Allah / menjauhkan manusia dari Allah. Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, menyebabkan Kristus harus mati di atas kayu salib.

3) Kita tak boleh melakukan mortification itu hanya pada dosa-dosa tertentu saja, tetapi harus melakukannya pada semua dosa (bdk. 2Kor 7:1b - “marilah kita menyucikan diri dari semua pencemaran jasmani dan rohani”). Mengapa?

a) Biasanya orang memilih untuk membunuh dosa yang menyebabkan hidupnya tidak damai, tidak enak, dsb, tetapi membiarkan dosa yang tidak menyebabkan hal-hal itu. Ini menunjukkan bahwa morti­fication yang ia lakukan didasarkan pada self-love (= kasih pada diri sendiri)!

BACA JUGA: 12 KHOTBAH KEBANGUNAN ROHANI (2)

b) Bisa saja dosa-dosa yang mau kita buang itu tidak bisa mati, justru karena adanya dosa-dosa yang kita biarkan.

c) Allah sering menghukum satu dosa dengan membiarkan orang itu jatuh ke dalam dosa-dosa lain.

Maz 81:12-13 - “(12) Tetapi umatKu tidak mendengarkan suaraKu, dan Israel tidak suka kepadaKu. (13) Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!”.

Ro 1:24,26,28 - “(24) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. ... (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. ... (28) Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas”.

Jadi, dosa yang satu bisa berhubungan dengan dosa yang lain.

d) Dosa yang dibiarkan itu akan merusak persekutuan kita dengan Allah, dan rusaknya persekutuan dengan Allah ini menyebabkan kita tidak punya kekuatan untuk membuang dosa yang ingin kita buang.

Renungkan: dosa apa yang saudara biarkan dalam diri saudara?

4) Mortification harus dilakukan dengan terus menerus memerangi / melemahkan dosa itu. Jangan hanya kadang-kadang, karena pada saat kita berhenti memerangi dosa itu, maka ia bertumbuh / menguat.

John Owen: “Cease not a day from this work; be killing sin or it will be killing you” (= Jangan berhenti satu haripun dari pekerjaan ini; bunuhlah dosa atau dosa itu akan membunuhmu) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 9.

Tujuannya supaya dosa terus berkurang dalam kekuatannya, maupun dalam seringnya muncul dalam diri kita. Dosa, khususnya yang telah lama dipelihara dan menjadi kuat, harus dilemahkan / diperangi terus menerus. Inilah yang disebut dengan ‘menyalib­kan daging dengan segala keinginannya’ (Gal 5:24).

Perlu juga diketahui bahwa kalau seseorang disalibkan, maka mula-mula ia berontak, berteriak dsb, tetapi lama-kelamaan akan melemah dan mati. Demikian juga pada waktu kita menyalibkan dosa, maka sering terjadi bahwa dosa itu lalu justru kelihatan tambah hebat.

Catatan: Makin hebatnya dosa pada saat kita melakukan mortification sering membuat kita putus asa, merasa gagal / sia-sia, sehingga kita berhenti menyalibkan dosa itu, tetapi kalau penyaliban itu diteruskan, maka dosa itu akan melemah dan mati.

5) Melakukan hal-hal yang ‘tidak menyenangkan’ / bertentangan dengan dosa itu.

Contoh:

· kalau saudara suka ngaret / datang terlambat, maka janganlah sekedar datang persis pada waktunya, tetapi datanglah kepagian, bahkan sangat kepagian. Ini adalah sesuatu yang sangat tidak menyenangkan bagi sifat ngaret itu!

· kalau saudara medit / kikir, justru keluarkan uang, tetapi harus dengan cara yang benar, misalnya dengan memberikan uang kepada gereja / orang yang layak dibantu.

· kalau saudara tamak, justru tolak tawaran bisnis, sekalipun sebetulnya memungkinkan untuk menerimanya!

· kalau saudara sering tidak memberikan persembahan persepuluhan, justru berikan persembahan perlimaan, sekaligus untuk membayar hutang saudara kepada Tuhan!

· kalau saudara selalu hidup / berjalan dengan penglihatan / logika, justru saudara harus berani untuk mengambil resiko untuk hidup / berjalan dengan iman (bdk. 2Kor 5:7).

· kalau saudara sombong / senang dianggap hebat / disanjung, justru buatlah supaya saudara direndahkan. Misalnya: pada waktu berkumpul kumpul dengan teman-teman yang kaya, saudara pakai pakaian sederhana / murah, tanpa perhiasan. Atau dengan berani bertanya (sekalipun akan dianggap bodoh) pada waktu ada sesuatu yang tidak saudara mengerti dalam pembicaraan.

· kalau TV menjadi ‘allah lain’ dalam hidup saudara, maka saudara harus dengan sengaja tidak menonton acara yang saudara senangi sekalipun sebetulnya ada waktu untuk menontonnya.

· kalau saudara malas / tidak senang bersekutu dengan sesama saudara seiman, saudara justru harus mengadakan banyak waktu untuk bersekutu.

· kalau saudara malas melayani, justru saudara harus meminta pelayanan yang merepotkan!

· kalau saudara membenci / mendendam kepada seseorang, saudara justru harus mendoakan dia dan melakukan sesuatu yang baik kepadanya (Mat 5:44).

· kalau saudara senang memfitnah / menjelekkan orang, saudara justru harus membicarakan kebaikan orang.

· kalau saudara senang bersungut-sungut, saudara justru harus memuji Tuhan / bersyukur kepada Tuhan.

· kalau pikiran saudara sering kotor / cabul, saudara justru harus mengisinya dengan hal-hal yang baik, seperti Firman Tuhan (bdk. Fil 4:8).

· kalau saudara mempunyai keinginan menyeleweng, saudara justru harus mendekat kepada istri saudara dan menunjukkan kasih saudara kepadanya.

Bagian ini membutuhkan perenungan! Kelemahan apa yang ada pada diri saudara, dan hal apa yang bertentangan dengannya yang harus saudara lakukan?

6) Menjauhi pencobaan yang membawa kita pada dosa itu.

Perlu juga diketahui bahwa kalau dosa itu digambarkan seperti tanaman yang menghasilkan buah yang pahit / beracun, maka tidak cukup bagi kita untuk menghancurkan buahnya, tetapi seluruh tanaman beserta akarnya!

Pertama-tama kita harus mengenali dosa apa yang ada dalam diri kita, lalu kita harus mempelajari cara-caranya / siasat yang ia pakai dalam mengalahkan kita, situasi apa yang menguntungkan dia, dsb. Jadi, kita betul-betul seperti perang, dimana kita harus menyeli­diki kekuatan dan kelemahan dan taktik dari musuh kita.

John Owen: “This is a folly that possesses many who have yet a quick and living sense of sin. They are sensible of their sins, not of their temptations, - are displeased with the bitter fruit, but cherish the poisonous root” (= Ini adalah kebodohan yang merasuk / menguasai banyak orang yang mempunyai perasaan / pengertian yang cepat dan hidup tentang dosa. Mereka peka terhadap dosa mereka, tidak terhadap pencobaan mereka; tidak senang dengan buah yang pahit, tetapi menyayangi / memelihara / memberi makan akar yang beracun) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 118.

Adalah sesuatu yang kurang ajar kalau kita berdoa ‘jangan membawa kami ke dalam pencobaan’ (Mat 6:13a), tetapi kita terus menerus menyenangi dan mendatangi pencobaan!

Penerapan:

· kalau kelemahan saudara adalah perzinahan, maka saudara harus menjauhi film yang merangsang, buku / bacaan yang porno / membangkitkan nafsu, dan juga teman-teman yang omongannya erotis / cabul / membangkitkan nafsu, lebih-lebih teman yang mengajak untuk berzinah.

· kalau kelemahan saudara adalah dalam hal menonton TV, sumbangkan TV saudara ke gereja!

· kalau kelemahan saudara adalah merokok, jauhi teman yang merokok.

Renungkan: Apa kelemahan saudara, dan apa yang harus saudara lakukan untuk menjauhkan pencobaan yang menarik saudara ke dalam dosa itu?

7) Menghidupkan manusia baru (vivification).

Kalau mortification adalah mematikan manusia lama, maka vivification adalah menghidupkan manusia baru. Kalau mortification adalah sesuatu yang negatif, maka vivification adalah sesuatu yang positif. Kalau mortification adalah berusaha untuk berhenti berbuat dosa, maka vivification adalah berusaha berbuat baik. Kedua hal ini harus dilakukan secara serentak!

Contoh dari vivification:

· berbakti dengan rajin.

Saudara hanya boleh tidak datang dalam kebaktian kalau saudara sakit, atau hujan begitu lebat sampai banjir 3 meter!

· belajar Firman Tuhan melalui Pemahaman Alkitab, cassette khotbah, buku makalah!.

· Berdoa, secara pribadi maupun dalam Persekutuan Doa di gereja.

· Melayani / memberitakan Injil.

· Melakukan semua hal yang baik / sesuai dengan Firman Tuhan, seperti menolong orang, mengasihi istri, mentaati suami, dsb. https://teologiareformed.blogspot.com/
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America

-AMIN-
Next Post Previous Post