PENYEBAB DAN SUMBER SUKACITA KITA (LUKAS 15:10;2 KORINTUS 5:19)

Pdt. Tumpal Hutahaean, M.Th.
PENYEBAB DAN SUMBER SUKACITA KITA (LUKAS 15:10;2 KORINTUS 5:19)
Kita sering berpikir bahwa kebahagiaan itu adalah apa yang kita dapat dari luar. Kita kadang berpikir bahwa kebahagiaan kita adalah berdasarkan apa yang kita miliki yang bisa memuaskan kita. 

Kebahagiaan seperti itu adalah kebahagiaan sementara. Sukacita yang sejati karena Injil yang menjamin sukacita kita di surga. Apa perbedaan antara sukacita surgawi dan sukacita duniawi? Sukacita duniawi tidak memberikan jaminan di surga, namun sukacita surgawi yang kita miliki di dunia akan membuat kita bersukacita ketika kita bertemu dengan Tuhan di surga. Sukacita surgawi adalah jaminan yang paling sejati yang membuktikan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan. 

Di surga kita akan menemukan nilai keagungan, sukacita, dan kekekalan Tuhan. Ketika kita yang masih di dunia ini memberitakan Injil kemudian satu jiwa bertobat, maka para malaikat di surga akan bersukacita. Sukacita injil berarti ‘dari sukacita menuju sukacita’. Kita yang sudah memiliki sukacita itu diberikan mandat untuk membagikan sukacita itu juga kepada orang lain.

1) Latar Belakang Masalah

Mulai kapan manusia kehilangan sukacita atau kebahagiaan hati atau hidup? Pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Di mana ada dosa, di situ ada kekhawatiran, ketakutan, ketidakpercayaan, dan keresahan. Jadi ketika manusia sudah jatuh ke dalam dosa, sukacita dan bahagia itu terhilang. Ini karena dosa telah merusak peta dan teladan Allah.

Bagaimana manusia dapat memperoleh kembali sukacita atau kebahagiaan dalam hidupnya? Kita bukan mengejar apa yang dikatakan dunia dan kita tidak menikmati apa yang ditawarkan dunia. Kita bukan mengambil apa yang diberikan dunia untuk kita miliki baru kita bisa merasakan sukacita. Sukacita kita adalah ketika kita dipulihkan kembali sebagai peta dan teladan Tuhan dan dipulihkan kembali sehingga kita memiliki kuasa sebagai anak-anak Allah serta ketika kita dipulihkan kembali sehingga kita memiliki potensi untuk menikmati dan bersukacita dalam Tuhan berkaitan dengan menggenapkan Kerajaan Allah. 

Ini berarti sukacita yang Tuhan berikan adalah dari dalam ke luar, bukan sebaliknya. Sukacita itu tidak berhenti pada diri kita untuk kita nikmati sendiri tetapi sukacita itu akan penuh di dalam diri kita sehingga kita memberitakan sukacita itu kepada orang-orang. 

Ketika orang-orang sangat menikmati film yang mereka tonton di bioskop, maka mereka akan mengajak orang lain untuk menonton film itu. Ketika kita menemukan makanan yang sangat murah dan sangat enak, maka kita akan membagikan informasi tersebut kepada orang lain. Ketika kita sudah mendapatkan sukacita dari Tuhan, maka kita tidak mungkin menahan berita Injil itu untuk diri kita sendiri. Kita akan tergerak untuk menceritakan berita Injil kepada orang lain dan bersaksi kepada mereka mengapa kita bahagia.

Apa artinya sukacita surgawi? Sukacita surgawi, selama kita hidup di dalam dunia, adalah sukacita yang mengandung kairos dan nilai kekekalan. Sukacita itu akan kita bawa ke surga dan sukacita itu menjamin bahwa kita adalah anak-anak Tuhan. Di surga nanti Tuhan tidak akan bertanya berapa kekayaan kita, pengalaman kita, dan kekuasaan kita. Tuhan akan bertanya berapa banyak jiwa yang kita sudah menangkan bagi Tuhan serta berapa banyak jiwa yang bertumbuh dan melayani bersama-sama dengan kita. 

Jadi sukacita sejati itu bukan berkaitan dengan harta, kekuasaan, dan kepopuleran. Di surga, semua itu menjadi sampah. Oleh karena itu Paulus berani berkata dengan jelas bahwa semua yang dibanggakannya dan dianggapnya penting di masa lampau, misalnya kesukuan (sebagai orang Yahudi), jabatan (sebagai orang Farisi), kewarganegaraan (sebagai orang Roma), dan kelompok (sebagai orang Sanhedrin), sudah dianggap sebagai sampah karena Kristus (Filipi 3:8). 

Jika ada orang Kristen yang mengejar uang, kepuasan, dan kenikmatan namun mengorbankan pelayanan dan sukacita surgawi maka sebenarnya orang itu sedang tersesat di dalam dunia. Ia sebenarnya sedang mengejar sesuatu yang fana sedangkan semua itu tidak tercatat di surga.

Mungkinkah sukacita surgawi bisa hilang dalam kehidupan anak Tuhan? Yudas kehilangan sukacita, namun apakah itu membuktikan bahwa sukacita bisa hilang? Sukacita surgawi dari Tuhan tidak bisa hilang. Orang yang mati dalam keberdosaan, kesedihan, keputusasaan, atau masalah hidup di mana ia kehilangan sukacita itu sebenarnya belum mendapatkan satu jaminan dari Allah Roh Kudus. 

Jadi jikalau dalam hati kita ada Allah Roh Kudus dan Allah adalah sukacita (Mazmur 43:4), maka seperti tertulis dalam Yohanes 16 Allah akan menjamin sukacita surgawi dalam kehidupan kita. Tidak ada kuasa manapun juga dan tidak ada perkara apapun juga termasuk kegagalan dan penderitaan yang bisa merebut sukacita surgawi yang sudah ditanamkan di dalam hati kita.

2) Mengapa Manusia tidak Bersukacita atau Berbahagia?

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, manusia kehilangan sukacita dan kebahagiaan yang sejati. Mungkinkah anak Tuhan bisa kehilangan sukacita dan kebahagiaan untuk sementara waktu di dalam hidupnya? Mungkin. Mengapa itu bisa terjadi? Pertama, karena kita mengalami ketakutan tanpa iman. Ketika kapal para murid menghadapi angin sakal, mereka seperti mau mati saja (Matius 14:24). Mereka saat itu kehilangan sukacita dan kebahagiaan. Mereka merasa kacau ketika berada di tengah lautan dan mereka merasa terguncang. 

Di sini kita melihat bahwa ketakutan tanpa iman dapat merebut sukacita kita karena kita tidak mendemonstrasikan kuasa Allah atas alam yang mengatasi segala ketakutan. Jadi terkadang orang-orang mengalami masalah mental salah satunya karena iman tidak memimpin ketakutannya. Ada pemuda yang sungguh malang karena mengalami tuli saraf. Sejak ia masih di kelas 2 SMA, tanda-tanda gangguan telinga itu sudah muncul. Ketika ia duduk di bangku kuliah, ia sudah hampir tidak bisa mendengar. 

Oleh karena itu ia harus memakai alat yang mahal di telinganya seharga 64 juta Rupiah. Jadi ia harus membayar mahal untuk bisa mendengar. Untuk berkomunikasi dengannya seringkali orang-orang harus menggunakan tulisan. Ia sungguh takut ketika melihat orang mati. Ia juga memiliki banyak ketakutan lain di dalam hidupnya. Di dalam bagian ini ia harus mengerti bagaimana menghadapi segala ketakutan di dalam hidupnya. Oleh karen itu ia harus membaca Alkitab. Di sanalah terdapat sumber kekuatan iman kita. 

Iman itu bertumbuh karena mendengar Firman Tuhan (Roma 10:17). Ia juga harus rajin bersekutu dengan Tuhan. Semua ketakutan itu berasal dari Setan. Tuhan sudah menebusnya dan Tuhan sudah memprogram hidupnya untuk mengalami damai sejahtera dan sukacita. Setiap suara yang memperkuat ketakutannya yang tidak suci sebenarnya berasal dari Setan. 

Jadi ia harus rajin beribadah kepada Tuhan. Terkadang kita pun bisa masuk ke dalam situasi-situasi tertentu dan mengalami ketakutan tanpa iman sampai kita tidak lagi memiliki sukacita. Amsal mengatakan: Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang (Amsal 17:22). 

Terkadang ketika kita semakin bertambah usia, kita semakin kehilangan sukacita. Mungkin ini karena tubuh kita semakin menjadi lemah dan menjadi mudah sakit ketika kita menjadi semakin tua. Kita harus memiliki hati yang gembira di dalam Tuhan supaya segala ketakutan kita dikalahkan serta kita lebih melihat kepada Tuhan yang besar atas hidup kita.

Kedua, kita kehilangan sukacita dalam hidup karena kita mengalami kekhawatiran tanpa iman. Terkadang sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan kita jadikan bahan kekhawatiran kita misalnya persoalan makanan, minuman, dan masa depan kita. Tuhan mengajarkan kita untuk memandang pemeliharaan Allah atas burung dan bunga bakung (Matius 6:26, 28). Apa solusinya menurut Tuhan? 

Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Apa yang ditambahkan ketika kita mengutamakan Kerajaan Allah? Tuhan akan menambahkan iman dan hikmat kita. Terkadang kita bisa mengalami kekhawatiran yang berlebihan. Jika kita membiarkan semua itu, maka kita bisa mengalami anxiety disorder yaitu kecemasan yang berlebihan. 

Banyak orang pada zaman ini merasa cemas bahkan bunuh diri karena foto di media sosialnya kurang disukai. Jadi ada orang-orang di zaman ini yang mengalami krisis pujian. Ini karena mereka tidak memiliki komunitas. Terkadang kita mengalami kekhawatiran yang berlebihan sampai kita tidak percaya bahwa Tuhan adalah Gembala Agung kita. Maka dari itu kekhawatiran tanpa iman bisa mendatangkan dosa dan menjadi dosa. 

Ada orang-orang yang tidak khawatir sama sekali akan hidupnya bahkan untuk hal-hal yang penting. Mereka sebenarnya sedang mengalami kepercayaan diri yang berlebihan. Setiap kita mungkin pernah mengalami kekhawatiran tanpa iman yang membuat kita kehilangan sukacita. Kita mungkin pernah berada dalam situasi yang begitu menjepit kita di mana kita tidak bisa lagi tersenyum. Terkadang apa yang kita harapkan tidak tercapai sehingga kita kehilangan sukacita. Di dalam hal ini kita membutuhkan hikmat Tuhan.

Ketiga, kita kehilangan sukacita dalam hidup karena kita mengalami penyakit hati: iri, amarah, benci, sungut-sungut, dan lainnya. Luka di luar bisa dengan mudah disembuhkan, namun luka di dalam hati sangat sulit disembuhkan. Hampir tidak ada obat untuk luka dalam hati kecuali orang itu menyerahkan semuanya ke dalam tangan Tuhan dan ia mendapatkan pengampunan serta penghiburan dari Tuhan. Kain membunuh Habel karena penyakit hati yaitu iri hati, amarah, kebencian, dan sungut-sungut. Semua itu bisa mendatangkan perbuatan kejahatan. 

Penyakit hati akan meredam kepekaan hati dan mematikan fungsi hati nurani. Firman Tuhan menyatakan bahwa Roh Kudus berdiam di dalam hati kita dan barangsiapa hatinya sudah dipenuhi Roh Kudus pasti akan mendapatkan jaminan dari Allah Roh Kudus sehingga ia tidak mungkin bisa melakukan sesuatu karena iri hati, kebencian, dan lainnya melampaui penyertaan Tuhan. Dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus menyampaikan kepada orang-orang yang beribadah agar mereka berdamai dahulu dengan saudara mereka sebelum memberikan persembahan kepada Allah (Matius 5:23-25). 

Tuhan tidak mau penyakit hati kita menguasai diri kita karena kita sudah menjadi milik Tuhan. Kita tidak mau diperbudak oleh amarah, benci, dan sungut-sungut. Kemarahan yang berlebih bisa mendatangkan guncangan jiwa yang berakibat menjadi penyakit bipolar. Orang yang bersangkutan bisa mengalami kesedihan atau kegembiraan yang berlebihan. Mereka bisa menggigit pulpen sampai patah atau tangannya sampai berdarah dalam situasi-situasi yang membuat mereka sedih. Namun ketika mereka sedang bergembira, mereka bisa menjadi terlalu gembira sampai kehilangan kendali. Semua gangguan ini bisa ada karena menyimpan penyakit hati dan tidak segera dibereskan.

Di dalam hal ini Firman Tuhan begitu tajam melihat kita semua. Allah adalah sukacita. Saat kita percaya kepada Tuhan, Tuhan menjamin sukacita kita. Dosa membuat kita gagal untuk menikmati itu semua. Ketika kita menjadi anak Tuhan, iman kita menjadi tidak bertumbuh karena dosa. Maka kita terlihat kalah oleh ketakutan, kekhawatiran, dan penyakit hati. 

Ketakutan, kekhawatiran, dan penyakit hati kita bisa lebih besar daripada iman kita. Di saat itu kita tidak hanya kehilangan sukacita. Jika semua itu kita biarkan, maka kita bisa mengalami gangguan kejiwaan. Di sini kita harus percaya bahwa imanlah yang mengalahkan dunia (1 Yohanes 5:4). Iman itulah yang mengalahkan pikiran-pikiran kita yang liar. Iman mengalahkan segala respons emosi yang tidak suci. Iman juga memimpin kita mencapai sukacita itu di dalam Tuhan.

3) Dapatkah Sukacita atau Kebahagiaan dari Tuhan Terhilang atau Direbut oleh Kesedihan, Penderitaan Dunia, dan Lainnya?

Pernahkah kita mengalami kesedihan selama seminggu? Pernahkah kita bersedih selama sebulan? Pernahkah kita bersedih selama setahun? Pernahkah kita bersedih selama 2-3 tahun? Kesedihan itu mungkin muncul karena kita kehilangan orang-orang yang kita sayangi, kehilangan hal-hal yang kita suka, atau karena patah hati. 

Kita semua mungkin pernah mengalami kedukaan. Namun kalau kesedihan atau kedukaan kita itu sampai menghancurkan diri kita sendiri dan membuat kita tidak lagi bisa berfungsi, maka itu bukanlah program Tuhan. Di dalam dunia ini kita bisa mengalami dukacita dan penganiayaan namun ketika Yesus melihat kita lagi, maka kita akan bergembira. 

Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu (Yohanes 16:22). Inilah satu jaminan yang Tuhan berikan bagi kita. Ini berarti Tuhan mengizinkan kita bersedih ketika kita sedang mengalami ujian hidup dalam penderitaan. Tuhan bisa mengizinkan Setan mencobai kita sehingga kita bersedih dan menderita. 

Namun kita harus mengingat bahwa semua itu adalah latihan dari Tuhan atau ujian iman bagi kita. Taurat Tuhan menyejukkan dan menyenangkan hati kita. Kunci kedekatan kita dengan Tuhan adalah melaui Firman Tuhan. Ketika kita mendapatkan pencobaan atau ujian, kuncinya adalah kita harus dekat dengan Firman Tuhan. Kalau kita terus dekat dengan masalah dan kesedihan, maka semua itu akan semakin menempel pada kita dan di sana kebahagiaan kita akan hilang. Ini karena kita tidak mau melepaskan itu semua.

Terkadang kita bisa menderita karena kesalahan kita sendiri. Jika kita terlalu takut sampai tidak berani melepaskan barang apapun dari genggaman kita di dalam bis, maka tangan kita akan menjadi sangat pegal. Terkadang Tuhan mengizinkan kita mengalami masalah dan kesedihan namun kalau hati, emosi, dan pikiran kita terikat pada dan dikuasai oleh semua itu, maka kita akan menjadi orang yang stres. Ini karena kita terlalu menempel pada semua itu dan tidak berpikir bahwa Tuhan sanggup menyelesaikan semua itu. Tuhan sanggup memelihara hidup kita dan keluarga kita. 

Jika kita berpikir bahwa kita harus menyelesaikan semuanya dengan kekuatan kita sendiri, maka kita sudah salah berpikir. Kita adalah makhluk yang terbatas, namun Tuhan kita tidak terbatas. Pikiran, kekuatan, dan pengalaman kita itu terbatas, namun Allah itu sempurna dan sanggup bekerja melampaui seluruh kondisi kita. Di dalam hidup kita membutuhkan iman. Kita harus melakukan segala hal dalam iman, bukan ketakutan dan kekhawatiran. 

Kita bersyukur karena sukacita surgawi dari Tuhan tidak bisa direbut oleh siapapun juga di dunia ini. Kesedihan yang Tuhan izinkan di dalam hidup kita tidak bisa mengambil sukacita kita. Kita boleh menangis dalam kesedihan. Kita boleh berduka seperti Daud yang berduka ketika anak dalam kandungan Batsyeba meninggal, namun dukacita kita tidak boleh berlarut-larut (2 Samuel 12:15-23). Daud melihat semuanya dalam kacamata iman dan kedaulatan Tuhan sehingga setelah semua itu ia bangkit dan hidup dengan komitmen dan nilai pembaruan.

4) Apa Sumber Sukacita atau Kebahagiaan Hati Kita?

Pertama, pengampunan dari Allah. Sukacita surgawi mula-mula Tuhan berikan pada awal pertobatan kita: pengampunan (Roma 15:13). Ketika kita bertobat, kita sadar bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang mendapatkan pengampunan. Di sana kita sadar bahwa kita seharusnya mendapatkan murka Tuhan namun karena anugerah-Nya kita tidak lagi dimurkai Tuhan. Pengalaman kita mendapatkan pengampunan, penebusan, dan anugerah serta pengalaman kita mendapatkan pembaruan dari Tuhan membuat kita bersukacita luar biasa. 

Kita bisa saja menjadi orang Kristen karena alasan budaya, keluarga, ikut-ikutan, atau karena alasan remeh misalnya karena kita suka suasana tenang di gereja, namun tanpa kelahiran baru dan pertobatan sejati, kita akan menjadi orang-orang Kristen yang biasa-biasa saja. Maka dari itu kita perlu mengalami pertobatan sejati. Itulah sukacita pertama kita karena kita tahu bahwa kita adalah pendosa besar yang harus dimurkai namun kita mendapatkan pengampunan dan hidup yang kekal. Kristus melakukan itu semua bagi kita dan itu membuat kita bersukacita.

Kedua, hidup dalam pimpinan Allah Roh Kudus. Kita akan mengalami sukacita sebagai bagian dari buah Roh (Galatia 5:22-23). Sukacita akan terus lahir dalam diri orang yang matang karakternya dalam situasi apapun juga. Banyak orang bertanya: mengapa orang Kristen masih bisa bernyanyi dan tersenyum dalam penderitaan? Itu membuktikan bahwa karakter kita sudah matang dalam Tuhan. 

Roma 14:17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Kita bersukacita ketika di dalam pesta kita mendapatkan makanan dan minuman namun itu hanya bersifat sementara. Maka dari itu gereja tidak boleh memanjakan jemaat dengan makanan dan minuman. 

Ini karena orientasi gereja adalah kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus. Ketika ada orang-orang yang bertobat melalui pelayanan gereja, Allah Roh Kudus dan malaikat di surga bersukacita. Ada orang kaya yang mengadakan pesta untuk 1500 orang di sebuah hotel yang begitu mewah, namun hanya sekitar 700-800 orang yang hadir. Ini berarti orang kaya tersebut mengalami kerugian yang besar karena banyak yang tidak hadir. Hal ini seharusnya menyedihkan orang itu, namun orang itu bisa tetap tersenyum karena ia sudah siap hati menghadapi kenyataan ini. 

Terkadang kita bisa kehilangan sukacita karena apa yang kita harapkan tidak terjadi, namun orang Kristen sejati tidak mungkin berlarut-larut dalam kesedihan atau kemarahan karena situasi yang ada. Ketika kita sudah hidup dalam Tuhan dan dipimpin oleh Roh Kudus, maka orientasi hidup kita akan selalu mengarah pada kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dari Roh Kudus. Mazmur 19:8 mengingatkan kita bahwa di dalam Tuhan ada sukacita dan kenikmatan. Jadi Tuhan adalah pemberi sukacita dan kenikmatan. Kita akan mendapatkan itu jika kita mau hidup di dalam Dia.

Ketiga, sukacita ketika bertemu dengan Tuhan dalam ibadah (Mazmur 16:11, 43:4). Tuhan adalah sumber kebahagiaan hati kita dan kenikmatan kita. Saat kita beribadah dan dipimpin oleh Firman Tuhan serta Allah Roh Kudus, sukacita itu akan mengalir dalam diri kita. Di sana kita akan berani melepaskan semua ketakutan dan kekhawatiran kita dan di sana kita akan berani untuk percaya kepada Tuhan sebagai Gembala Agung kita. 

Jika kita merasa sedih terus menerus, maka kita harus mengevaluasi diri kita. Sudahkah kita memiliki ketiga hal ini? Terakhir, sumbar sukacita dalam hidup kita adalah ketika hidup kita dapat dipakai Tuhan: melayani sesama anak Tuhan dan melayani orang yang belum percaya Injil (2 Korintus 1:24, Efesus 2:10, bandingkan Matius 13:44). 

Kita semua terbatas, lemah, dan tidak punya apa-apa, namun ketika kita dipakai oleh Tuhan maka itu menjadi sukacita terbesar kita. Siapakah diri kita yang bisa dipakai oleh Tuhan untuk melayani sesama anak Tuhan dan melayani jiwa-jiwa yang perlu bertobat? Profesi yang bisa dipakai dengan efektif sebagai agen perubahan adalah profesi guru atau dosen. Sebagai pengajar, kita bisa memengaruhi orang lain dan orang itu akan memengaruhi orang lain. Pengajar adalah agen kecerdasan dan agen perubahan. 

Profesi kedua adalah pejabat dalam nilai karier atau dalam nilai politik yang bergerak sebagai penentu kebijakan. Di sana kita akan lebih efektif untuk membuat perubahan. Profesi yang ketiga adalah pengusaha. Pengusaha yang sukses dengan jumlah pekerja yang mencapai puluhan sampai ratusan orang bisa memberikan pengaruh yang luas. Itu adalah posisi yang efektif. Namun ada satu profesi lain yang lebih efektif, yang mengubah dunia, yaitu pendeta, penginjil, atau misionaris.

Kita bersukacita ketika melayani sesama anak Tuhan karena kita adalah tubuh Kristus. Melayani orang yang belum percaya itu menghasilkan sukacita yang lebih besar. Inilah yang disebut sebagai sukacita surgawi. Paulus telah menyatakan bahwa kita sudah mendapatkan mandat untuk meneruskan sukacita itu kepada orang lain. Kita diselamatkan untuk melakukan pekerjaan yang baik yaitu pelayanan. 

Dalam Matius 13:44-46 kita membaca tentang orang yang mendapatkan sukacita ketika ia menemukan harta yang terpendam. Ini berarti sukacita harus dikejar. Terkadang di dalam prosesnya ada pengorbanan, namun sukacita surgawi itu membuat kita rela untuk membuang segala sesuatu supaya kita mendapatkan sukacita surgawi. Sukacita surgawi itulah harta yang terpendam itu, yaitu Kerajaan Allah (yang berbicara soal kebenaran, kedamaian, dan sukacita dari Allah Roh Kudus). 

Gereja bukanlah berbicara mengenai apa yang kita suka dan berapa banyak teman yang kita miliki di gereja, tetapi tentang apakah gereja itu mewakili Kerajaan Allah atau tidak. Kita harus melihat apakah gereja itu menyatakan kebenaran Allah atau tidak, menyatakan kedamaian atau tidak, dan melihat apakah gereja itu memberitakan Injil atau tidak. Sukacita surgawi berkaitan dengan hal ini. 

Di manakah sukacita surgawi kita? Manakah yang lebih besar dalam hidup kita: sukacita surgawi atau sukacita dunia? Mengapa sukacita dunia itu menjajah sukacita surgawi? Mengapa seluruh tawaran dunia menghambat kita meraih sukacita surgawi? Di sini kita harus mengerti bahwa Tuhan memprogram hidup kita dan Tuhan adalah sukacita. 

Tuhan merancang kita untuk menikmati seluruh pemeliharaan-Nya dalam sukacita surgawi. Di surga nanti setiap dari kita akan memiliki sukacita surgawi yang begitu nyata dan sejati ketika kita beribadah. Jadi di surga nanti kita akan memiliki sukacita sejati di dalam ibadah. Dalam surat Filipi ada tercatat 2 macam sukacita yaitu chara dan chairo. 


Ada 14 kata dalam surat Filipi yang menjelaskan kepada kita bagaimana Paulus sangat bersukacita dengan orang-orang Filipi yang bertahan dalam kesulitan dan penderitaan. Di dalam semua itu mereka tetap bertumbuh di dalam Tuhan. Paulus menyatakan bahwa ia bersukacita untuk semua itu. jadi ada 14 kata yang berhubungan dengan sukacita. Itu semua menyatakan kepada kita bahwa sukacita itu mulai dari dalam dan terpancar ke luar. 

Kita harus berjuang bersama-sama untuk meraih sukacita surgawi yang tercatat di surga. Tuhan tidak akan bertanya tentang kekayaan dan jabatan kita tetapi Tuhan akan bertanya apakah kita sudah mengerjakan sukacita itu dan apakah kita sudah membuat malaikat di surga bersorak sorai. Itulah sukacita yang mengandung kekekalan, yang tercatat di surga, dan yang mengandung jaminan atau bukti bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang sejati.PENYEBAB DAN SUMBER SUKACITA KITA (LUKAS 15:10;2 KORINTUS 5:19)
Next Post Previous Post