ILMU BERKHOTBAH (PENTINGNYA, PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
I) Pentingnya khotbah. II) Pengkhotbah. III) Macam-macam khotbah. IV) Penyusunan khotbah. V) Penyampaian khotbah. VI) Lain-lain. 
ILMU BEKHOTBAH (PENTINGNYA, PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN)
gadget, education
Alexander Whyte:

“Only once did God choose a completely sinless preacher.” [= Hanya sekali Allah memilih seorang pengkhotbah yang sama sekali tak berdosa.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 94.

Watchman-Examiner:

“A Scotch woman said to her minister, ‘I love to hear you preach. You get so many things out of your text that aren’t really there.” [= Seorang wanita Skotlandia berkata kepada pendetanya, ‘Aku senang mendengar engkau berkhotbah. Kamu mendapatkan begitu banyak hal dari text yang tidak sungguh-sungguh / betul-betul ada di sana.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 531-532.

Orin Philip Gifford:

“Paul’s preaching usually ended in a riot or in a revival.” [= Khotbah Paulus biasanya berakhir dalam suatu huru hara atau dalam suatu kebangunan rohani.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 526.

George Dana Boardman:

“The world is dying for want, not of good preaching, but of good hearing.” [= Dunia sedang sekarat karena kekurangan, bukan tentang pengkhotbahan yang baik, tetapi tentang pendengaran yang baik.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 523.

Charles Simmons:

“‘I have heard many great orators,’ said Louis XIV to Massilon, ‘and have been highly pleased with them; but whenever I hear you, I go away displeased with myself.’ This is the highest encomium that could be bestowed on a preacher.” [= ‘Aku telah mendengar banyak ahli pidato / pengkhotbah yang fasih’ kata Louis XIV kepada Massilon, ‘dan telah sangat disenangkan oleh mereka; tetapi kapanpun aku mendengar kamu, aku pergi dengan tidak senang dengan diriku sendiri’. Ini adalah pujian tertinggi yang bisa diberikan kepada seorang pengkhotbah.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 530.

Anonymous: “It is in vain for the preacher to hope to please all alike. Let a man stand with his face in what direction he will, he must necessarily turn his back on one-half of the world” [= Sia-sia untuk seorang pengkhotbah untuk berharap menyenangkan semua orang. Biarlah seseorang berdiri dengan wajahnya menghadap ke arah manapun yang ia inginkan, ia pasti menghadapkan punggungnya kepada setengah dunia ini] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 522.

Dalam berkhotbah jangan senangkan orang, tetapi senangkan Tuhan (Galatia 1:10).

D. Martyn Lloyd-Jones: “I have been forty-two years in the ministry, and the main part of my work has been preaching; not exclusively, but the main part of it has been preaching.” [= Aku telah 42 tahun dalam pelayanan, dan bagian utama dari pekerjaanku adalah berkhotbah; bukan secara exklusif, tetapi bagian utama darinya adalah berkhotbah.] - ‘Preaching and Preachers’, hal 9.

D. Martyn Lloyd-Jones: “to me the work of preaching is the highest and the greatest and the most glorious calling to which anyone can ever be called.” [= bagi saya pekerjaan dari khotbah adalah panggilan yang tertinggi dan paling mulia pada mana siapapun bisa pernah dipanggil.] - ‘Preaching and Preachers’, hal 9.

Untuk menggambarkan tingginya kedudukan seorang pengkhotbah, ada orang yang mengatakan:

· “God had only one Son, and He made Him a preacher” (= Allah hanya mempunyai satu Anak, tetapi Ia membuatNya menjadi seorang pengkhotbah).

· “If God calls you to be a preacher, do not stoop down to be a king!” (= Jika Allah memanggilmu untuk menjadi seorang pengkhotbah, janganlah merendahkan diri untuk menjadi seorang raja).

D. Martyn Lloyd-Jones: “the most urgent need in the Christian Church today is true preaching; and as it is the greatest and the most urgent need in the Church, it is obviously the greatest need of the world also” (= kebutuhan yang paling mendesak dalam Gereja Kristen saat ini adalah khotbah yang benar; dan karena itu adalah kebutuhan yang paling besar dan paling mendesak dalam Gereja, itu jelas juga merupakan kebutuhan yang paling besar dari dunia) - ‘Preaching and Preachers’, hal 9.

D. Martyn Lloyd-Jones: “While men believed in the Scriptures as the authoritative Word of God and spoke on the basis of that authority you had great preaching. But once that went, and men began to speculate, and to theorise, and to put up hypotheses and so on, the eloquence and the greatness of the spoken word inevitably declined and began to wane” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 13.

D. Martyn Lloyd-Jones: “These men were pulpiteers rather than preachers. I mean that they were men who could occupy a pulpit and dominate it, and dominate the people. They were professionals. There was a good deal of the element of showmanship in them, and they were experts at handling congregations and playing on their emotions. In the end they could do almost what they liked with them. Now this, I am sure, has produced a reaction; and that is a very good thing. These pulpiteers were to me - with my view of preaching - an abomination; and it is they who are in many ways largely responsible for this present reaction” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 13-14.

D. Martyn Lloyd-Jones: “They have argued that the people should have a greater part in the service and so they have introduced ‘responsive reading’, and more and more music and singing and chanting. ... It has been illuminating to observe these things; as preaching has declined, these other things have been emphasised; and it has all been done quite deliberately. It is a part of this reaction against preaching; and people have felt that it is more dignified to pay this greater attention to ceremonial, and form, and ritual” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 16.

D. Martyn Lloyd-Jones: “Still worse has been the increase in the element of entertainment in public worship - the use of films and the introduction of more and more singing; the reading of the Word and prayer shortened drastically, but more and more time given to singing. You have a ‘song leader’ as a new kind of official in the church, and he conducts the singing and is supposed to produce the atmosphere. But he often takes so much time in producing the atmosphere that there is no time for preaching in the atmosphere! This is a part of this whole depreciation of the message” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 17.

D. Martyn Lloyd-Jones: “Then on top of this, there is the giving of testimonies. It has been interesting to observe that as preaching as such has been on the decline, preachers have more and more used people to give their testimonies; and particularly if they are important people in any realm. This is said to attract people to the Gospel and to persuade them to listen to it. If you can find an admiral or a general or anyone who has some special title, or a baseball player, or an actor or actress or film-star, or pop-singer, or somebody well-known to the public, get them to give their testimony. This is deemed to be of much greater value than the preaching and the exposition of the Gospel” (= Lalu pada puncak dari hal ini, di sana ada pemberian kesaksian-kesaksian. Merupakan sesuatu yang menarik untuk memperhatikan bahwa pada waktu khotbah ada dalam keadaan menurun / merosot, pengkhotbah-pengkhotbah makin lama makin banyak menggunakan orang-orang untuk memberikan kesaksian-kesaksian mereka; dan secara khusus jika mereka adalah orang-orang penting dalam bidang apapun. Ini dikatakan untuk menarik orang-orang kepada Injil dan untuk membujuk mereka untuk mendengarkannya. Jika kamu bisa menemukan seorang laksamana atau seorang jendral atau siapapun yang mempunyai gelar khusus tertentu, atau seorang pemain basket, atau seorang aktor atau aktris atau bintang film, atau penyanyi lagu pop, atau seseorang yang terkenal bagi masyarakat umum, suruhlah mereka untuk memberikan kesaksian mereka. Ini dianggap mempunyai nilai yang jauh lebih besar dari khotbah dan exposisi dari Injil) - ‘Preaching and Preachers’, hal 17.

D. Martyn Lloyd-Jones: “Another whole section in this connection has been the increasing emphasis upon ‘personal work’, as it is called, or ‘counselling’. ... You would find exactly the same thing - as preaching goes down personal counselling goes up” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 17.

D. Martyn Lloyd-Jones: “the primary task of the Church and of the Christian minister is the preaching of the Word of God.” [= tugas utama dari Gereja dan dari pendeta Kristen adalah mengkhotbahkan Firman Allah.] - ‘Preaching and Preachers’, hal 19.

Tetapi banyak yang berkata bahwa jemaat tak berminat terhadap Firman Tuhan. Jadi berikan berita politik, perang, perdamaian, kehidupan sosial, dsb.

Markus 1:38 - Yesus datang untuk memberitakan Injil. Tentu saja tujuan utama datang ke dunia adalah untuk mati di salib, karena tanpa itu pemberitaan Injil tak ada gunanya. Tetapi tujuan kedua adalah pemberitaan Injil. Ia mengutus para murid untuk memberitakan Injil. Juga perhatikan Kis 6 ketika para rasul ‘terdesak’ untuk melayani meja. Mereka tidak mau karena tahu bahwa tugas utama mereka adalah pelayanan firman.

D. Martyn Lloyd-Jones: “It was a social problem, perhaps partly a political problem, but certainly a very acute and urgent social problem. Surely the business of the Christian Church, and the leaders particularly, is to deal with this crying need? Why go on preaching when people are starving and in need and are suffering? That was the great temptation that came to the Church immediately; but the Apostles under the leading and the guidance of the Holy Spirit, and the teaching they had already received, and the commission they had had from their Master, saw the danger and they said, ‘It is not reason that we should leave the Word of God, and serve tables’” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 23.

D. Martyn Lloyd-Jones: “preaching is the primary task of the Church and therefore of the minister of the Church, that everything else is subsidiary to this, and can be represented as the outworking or the carrying out of this in daily practice” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 26.

D. Martyn Lloyd-Jones: “A man came - I think it was actually in Philadelphia - on one occasion to the great George Whitefield and asked if he might print his sermons. Whitefield gave this reply; he said, ‘Well, I have no inherent objection, if you like, but you will never be able to put on the printed page the lightning and the thunder.’ ... You can put the sermon into print, but not the lightning and the thunders. That comes into the act of preaching and cannot be conveyed by cold print” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 58.

D. Martyn Lloyd-Jones: “we are not to talk to people about the events of the week, things that have happened, things that have caught the headlines in the newspapers, political matters, or anything you like. There is the type of preacher who obviously depends upon what he reads in the newspapers for his message on Sunday; and he just makes comments on this. ... Other men seem to rely almost entirely upon their reading, in some cases their reading of novels. They tell people about the last novel they have read, about its story and its message, and try to give a moral application or a moral twist at the end” (= kita tidak boleh berbicara kepada orang-orang tentang peristiwa-peristiwa dari minggu itu, hal-hal yang telah terjadi, hal-hal yang telah menjadi pokok berita dalam surat kabar, persoalan-persoalan politik, atau apapun yang kamu sukai. Ada type pengkhotbah yang secara jelas bergantung pada apa yang ia baca dalam surat kabar untuk beritanya pada hari Minggu; dan ia hanya memberikan komentar tentang hal ini. ... Orang-orang lain kelihatannya bersandar hampir sepenuhnya pada bacaan mereka, dalam beberapa kasus bacaan mereka tentang buku-buku novel. Mereka menceritai orang-orang tentang novel terakhir yang telah mereka baca, tentang ceritanya dan beritanya, dan mencoba untuk memberikan penerapan moral atau suatu belokan moral pada bagian akhir) - ‘Preaching and Preachers’, hal 59.

D. Martyn Lloyd-Jones: “Preaching which is nothing but evangelistic is obviously inadequate. Preaching, on the other hand, which is never evangelistic is equally inadequate” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 64.

D. Martyn Lloyd-Jones: “A type of preaching that is sometimes, indeed very frequently today, regarded as non-theological is evangelistic preaching. ... That, to me, is quite wrong, and indeed monstrous. I would be prepared to argue that in many ways evangelistic preaching should be more, rather than less theological, than any other, and for this good reason. Why is it that you call people to repent? Why do you call them to believe the gospel? You cannot deal properly with repentance without dealing with the doctrine of man, the doctrine of the Fall, the doctrine of sin and the wrath of God against sin. Then when you call men to come to Christ and to give themselves to Him, how can you do so without knowing who He is, and on what grounds you invite them to come to Him, and so on. In other words it is all highly theological. Evangelism which is not theological is not evangelism at all in any true sense” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 65.

D. Martyn Lloyd-Jones: “a sermon should always be expository.” [= suatu khotbah harus selalu bersifat exposisi.] - ‘Preaching and Preachers’, hal 71.

D. Martyn Lloyd-Jones: “As you start preparing your sermon you must begin with the exposition of your passage or single verse. This is essential, this is vital; as I have said, all preaching must be expository. You do not start with a thought, even though it be a right thought, a good thought; you do not start with that, and than work out an address on that. You must not do that, because, if you do, you will find that you will be tending to say the same thing each time; you will be repeating yourself endlessly. If there were no other argument for expository preaching this, to me would be a sufficient in and of itself; it will preserve and guarantee variety and variation in your preaching. It will save you from repetition; and that will be a good thing for your people as well as for yourself!” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 75.

D. Martyn Lloyd-Jones: “it should be clear to people that what we are saying is something that comes out of the Bible. ... I have known men who have just opened the Bible to read the text. They then shut the Bible and put it on one side and go on talking. I think that is wrong from the standpoint of true preaching. We are always to give the impression, and it may be more important than anything we say, that what we are saying comes out of the Bible, and always comes out of it. That is the origin of our message, this is where we have received it” [= harus jelas bagi orang-orang bahwa apa yang sedang kita katakan adalah sesuatu yang keluar dari Alkitab. ... Saya tahu orang-orang yang hanya membuka Alkitab untuk membaca textnya. Lalu mereka menutup Alkitab dan meletakkannya di satu sisi dan melanjutkan berbicara. Saya pikir itu adalah salah dari sudut pandang khotbah yang benar. Kita harus selalu memberikan kesan, dan itu bisa lebih penting dari apapun yang kita katakan, bahwa apa yang sedang kita katakan keluar dari Alkitab, dan selalu keluar darinya. Itu adalah asal usul / sumber dari berita kita, ini adalah dari mana kita telah menerimanya] - ‘Preaching and Preachers’, hal 75.

Contoh: Stephen Tong jarang buka Kitab Suci, khususnya kalau seminar.

D. Martyn Lloyd-Jones: “there must be progression in the thought, that each one of these points is not independent, and is not, in a sense, of equal value with all the others. Each is a part of the whole, and in each you must be advancing and taking the matter further on. You are not simply saying the same thing a number of times, you are aiming at an ultimate conclusion. ... You must and on a climax” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 77.

D. Martyn Lloyd-Jones: “This is where the labour of preparing sermons comes in. The matter has to be given form, it must be moulded into shape. ... This involves considerable effort and labour. ... it is our business as preachers to hammer out our subject matter in order to get it into the form of a sermon. ... The preparation of sermons involves sweat and labour. It can be extremely difficult at times to get all this matter that you have found in the Scriptures into this particular form. It is like a potter fashioning something out of the clay, or like a blacksmith making shoes for a horse; you have to keep on putting the material into the fire and on to the anvil and hit it again and again with the hammer. Each time it is a bit better, but not quite right; so you put it back again and again until you are satisfied with it or can do no better. This is the most gruelling part of the preparation of a sermon; but at the same time it is a most fascinating and a most glorious occupation. It can be at times most difficult, most exhausting, most trying. But at the same time I can assure you that when you have finally succeeded you will experience one of the most glorious feelings that ever comes to a man on the face of this earth” (= Ini adalah dimana jerih payah tentang persiapan khotbah datang / masuk. Bahan harus diberi bentuk, itu harus dibentuk ke dalam suatu bentuk. ... Ini melibatkan usaha dan jerih payah yang banyak. ... merupakan urusan kita sebagai pengkhotbah-pengkhotbah untuk menyiapkan pokok persoalan untuk menjadikannya dalam bentuk dari suatu khotbah. ... Persiapan dari khotbah-khotbah melibatkan keringat dan jerih payah. Kadang-kadang bisa sangat sukar untuk memasukkan semua bahan yang telah kamu dapatkan dalam Kitab Suci ke dalam bentuk khusus ini. Itu seperti seorang penjunan membentuk sesuatu dari tanah liat, atau seperti seorang pandai besi membuat sepatu untuk seekor kuda; kamu harus terus menerus memasukkan bahan itu ke dalam api dan pada landasan dan memukulnya berulang-ulang dengan palu. Setiap kali itu menjadi lebih baik, tetapi belum cukup benar; maka kamu kembali melakukannya berulang-ulang sampai kamu puas dengannya atau tidak bisa melakukannya dengan lebih baik lagi. Ini adalah bagian yang paling sangat melelahkan dari persiapan suatu khotbah; tetapi pada saat yang sama itu adalah pekerjaan / kesibukan yang paling menarik dan paling mulia. Kadang-kadang itu bisa paling sukar, paling melelahkan, paling berat. Tetapi pada saat yang sama saya bisa meyakinkan kamu bahwa pada waktu kamu akhirnya berhasil, kamu akan mengalami salah satu perasaan yang paling mulia / agung yang pernah datang kepada seseorang di muka bumi ini) - ‘Preaching and Preachers’, hal 78,79,80.

Catatan: kalau saudara adalah seorang pengkhotbah dan saudara membaca kata-kata di atas ini dan tidak mengertinya, maka saudara bukanlah pengkhotbah yang mempersiapkan khotbah saudara dengan benar. Kalau saudara mempersiapkan khotbah saudara dengan benar, saudara bukan hanya akan mengertinya, tetapi saudara sudah mengalaminya.

Hal-hal penting tentang delivery of the sermon:

· Hati-hati dalam menggunakan bahasa asing, dan juga istilah theologia seperti Providence of God, Justification, dsb.

· bicaralah dengan suara yang cukup keras dan jelas dan tidak terlalu cepat.

· jangan makan makanan yang menimbulkan bau, seperti duren, petai, dsb.

· jangan terus melihat text sehingga tidak memandang jemaat. Memandang jemaat harus merata, bukan terus diarahkan pada satu sisi.

· pakaian rapi, hati-hati dengan wajah yang berkeringat, ingus, ludah di pinggir mulut, dsb.

D. Martyn Lloyd-Jones: “I would emphasise equally that the preacher nevertheless has to assess the condition of those in the pew and to bear that in mind in the preparation and delivery of his message” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 143. Dasar KS: 1Korintus 3:1-3.

D. Martyn Lloyd-Jones: “While it is the duty and the business of the preacher to make an assessment of his congregation, he must be careful that this is a true assessment and an accurate one” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 146.

John Stott: “As Spurgeon once commented, Christ said, ‘Feed my sheep ... Feed my lambs.’ Some preachers, however, put the food so high that neither lambs nor sheep can reach it. They seem to have read the text, ‘Feed my giraffes.’” (= ) - ‘Between Two Worlds’, hal 147.

John Stott: “Although we must not overestimate our congregation’s intellectual capacity, we must not underestimate it either” (= ) - ‘Between Two Worlds’, hal 147.

D. Martyn Lloyd-Jones: “The main danger confronting the pulpit in this matter is to assume that all who claim to be Christians, and who think they are Christians, and who are members of the Church, are therefore of necessity Christians. This, to me, is the most fatal blunder of all; and certainly the commonest. It is assumed that because people are members of the Church that they are Christians. This is dangerous and wrong for this reason, that if you assume that, you will tend therefore, in all your services, to preach in a manner suited to Christian believers. Your messages will always be instructional, and the evangelistic element and note will be neglected, perhaps, almost entirely. ... This, I think, has been one of the cardinal errors of the Church especially in this present century” (= Bahaya utama pada waktu menghadapi mimbar dalam hal ini adalah menganggap bahwa semua yang mengclaim sebagai orang-orang Kristen, dan yang berpikir / mengira bahwa mereka adalah orang-orang Kristen, dan yang adalah anggota-anggota dari Gereja, karena hal itu pasti adalah orang-orang Kristen. Ini, bagi saya, adalah kesalahan besar yang paling fatal dari semua; dan pasti merupakan kesalahan yang paling umum. Dianggap bahwa karena orang-orang adalah anggota-anggota dari Gereja maka mereka adalah orang-orang Kristen. Ini berbahaya dan salah karena alasan ini, bahwa jika engkau menganggap demikian, maka karena itu engkau akan cenderung, dalm semua pelayananmu, untuk berkhotbah dengan suatu cara yang cocok bagi orang-orang percaya Kristen. Beritamu akan selalu bersifat instruksi / mengajar, dan elemen dan nada penginjilan akan diabaikan, mungkin, hampir semuanya. ... Ini, saya pikir, telah menjadi salah satu dari kesalahan utama dari Gereja khususnya dalam abad sekarang ini) - ‘Preaching and Preachers’, hal 146.

Jones juga menceritakan tentang pengalaman pribadinya dimana ia pernah menjadi orang kristen KTP. Yang ia butuhkan adalah Injil, tetapi yang ia dengar adalah khotbah untuk orang yang sudah kristen. Ia juga menceritakan suatu peristiwa waktu ia berkhotbah di Toronto. Pendeta gereja minta ia menjelaskan sedikit tentang metode khotbahnya sebelum ia berkhotbah. Ia lalu berkata: pada Minggu pagi, saya khotbah kepada orang kristen, pada minggu sore saya khotbah kepada non kristen. Selesai kebaktian ia berdiri di pintu masuk untuk menyalami jemaat. Seorang ibu tua mau lewat dan pendeta gereja itu membisiki telinga Jones: “Itu adalah jemaat kaya yang terpenting di gereja ini karena menyumbang banyak untuk gereja”. Ibu itu bersalaman dengan Jones dan bertanya: apakah benar saya mendengar bahwa kamu berkhotbah dalam kebaktian pagi dengan asumsi bahwa pendengarnya kristen dan pada kebaktian sore dengan asumsi bahwa pendengarnya bukan kristen? Jones menjawab: ya. Ibu tua itu lalu berkata: kalau begitu aku mau datang dalam kebaktian sore. Selama ini ia tidak pernah datang dalam kebaktian sore, tetapi sore itu ia betul-betul datang. Dan setiap kali Jones khotbah di sana, ibu itu datang pada kebaktian sore. Jones menemui ibu itu di rumahnya dan ia menceritakan bahwa ia tidak puas dengan keadaan rohaninya. Ia tidak tahu akan posisinya sendiri. Padahal ia dianggap sebegai orang hebat, donatur gereja, dsb.

John Stott: “A preacher has to be like a squirrel and has to learn to collect and store matter for the future days of winter” (= ) - ‘Between Two Worlds’, hal 204.

D. Martyn Lloyd-Jones: “What is the process of preparation? I would lay it down as a first postulate that he is always preparing. I mean that literally. That does not mean to say that he is always sitting at a desk; but he is always preparing” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 165.

Ini dilakukan misalnya dengan mencatat illustrasi, membuat kliping, mencatat penafsiran yang bagus.

D. Martyn Lloyd-Jones: “The first great rule is that he must be very careful to maintain a general discipline in his life. ... Unlike men in professions and in business he is not tied of necessity by office hours and other conventions, or with conditions determined outside himself; he is, as compared with them, his own master. ... One of these is the danger of just frittering away your time, particularly in the morning. You start with the newspaper, and it is very easy to spend a great deal of time on this, quite unconsciously. Then there are weekly magazines and journals, and interruptions on the telephone and so on. ... Try to develop a system whereby you are not available on the telephone in the morning; let your wife or anyone else take message for you, and inform the people who are telephoning that you are not available. One literally has to fight for one’s life in this sense! ... Do not allow even the affairs of the Church to interfere with this. Safeguard your mornings! They must be given up to this great task of preparing for your work in the pulpit” (= Peraturan besar pertama adalah bahwa ia harus sangat hati-hati untuk memelihara suatu kedisiplinan umum dalam kehidupannya. ... Berbeda dengan orang-orang dalam profesi dan dalam bisnis, ia tidak harus terikat jam kantor dan konvension / rapat, atau dengan keadaan-keadaan yang ditentukan di luar dirinya sendiri; dibandingkan dengan mereka ia adalah tuan atas dirinya sendiri. ... Salah satu dari hal-hal ini adalah bahaya dari hanya membuang-buang waktumu, khususnya pada pagi hari. Kamu mulai dengan surat kabar, dan adalah sangat mudah untuk menghabiskan banyak waktu untuk hal ini, secara tak disadari. Lalu ada majalah-majalah dan jurnal-jurnal mingguan, dan interupsi-interupsi dari telpon dan seterusnya. ... Cobalah untuk mengembangkan suatu sistim dengan jalan mana kamu tidak dapat ditelpon pada pagi hari; biarlah istrimu atau siapapun yang lain menerima pesan untukmu, dan memberitahu orang-orang yang menelpon bahwa kamu tidak tersedia / tidak bisa dihubungi. Seseorang secara hurufiah harus berkelahi mati-matian dalam hal ini! ... Jangan ijinkan bahkan urusan-urusan Gereja mencampuri / mengganggu hal ini. Jagalah pagi harimu! Saat itu harus diserahkan pada tugas yang agung dari persiapan untuk pekerjaanmu di mimbar) - ‘Preaching and Preachers’, hal 166-167.

Dalam menentukan jam kerja, cara kerja, tidak setiap orang sama. Jones (hal 167-168) mengatakan bahwa setiap pengkhotbah harus mengenal dirinya sendiri. Tidak setiap orang bisa bangun dini hari lalu berdoa dan belajar. Ada yang justru bisa belajar pada siang hari dengan lebih baik. Karena itu kita harus mengenal diri sendiri, baru membuat program / jadwal kerja sesuai dengan diri kita.

D. Martyn Lloyd-Jones: “Prayer is vital to the life of the preacher. ... From every standpoint the minister, the preacher, must be a man of prayer” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 169,171.

John Stott: “Some preachers are very diligent students. Their desk is piled high with theological works, and they give their mind to the elucidation of the text. But they hardly if ever pray for light. Others are very diligent in prayer, but hardly ever engage in any serious study. We must not separate what God has joined” (= ) - ‘Between Two Worlds’, hal 222.

John Stott mengutip R. W. Dale: “work without prayer is atheism; and prayer without work is presumption” (= ) - ‘Between Two Worlds’, hal 223.

D. Martyn Lloyd-Jones: “the next essential in the preacher’s life - the reading of the Bible. ... My main advice here is: Read your Bible systematically. The danger is to read at random, and that means that one tends to be reading only one’s favourite passages. ... I would say that all preachers should read through the whole Bible in its entirety at least once a year” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 171,172.

Seorang pengkhotbah harus banyak membaca dan membaca buku yang bervariasi, seperti buku theologia, buku sejarah / biography, buku psikologi, dsb.

Dalam membaca, termasuk membaca Kitab Suci, juga harus mencari manfaat untuk diri sendiri, bukan hanya untuk mendapatkan bahan khotbah untuk orang lain!

D. Martyn Lloyd-Jones: “I reiterate that the object of all this reading is not primarily to get ideas for preaching. That is another terrible danger. As men tend to read their Bibles in order to get texts for sermon, so they tend to read books in order to get preaching material. ... He had virtually immured himself from any spiritual influence because he approached everything in this way. He had become a professional. He would read his Bible to get texts, he would read books to get ideas and so on” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 180.

Seorang pengkhotbah juga harus membaca bacaan biasa (bukan buku rohani) seperti surat kabar, majalah, dsb.

John Henry Newman:

“I read my Bible to know what people ought to do, and my newspaper to know what they are doing” (= Saya membaca Alkitab saya untuk mengetahui apa yang harus dilakukan manusia, dan membaca koran saya untuk mengetahui apa yang sedang mereka lakukan) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 52.

John Stott: “If you borrow from one man they called it ‘plagiarism’; if you borrow from a thousand, they call it ‘research’” [= Jika kamu menggunakan / mengambil dari satu orang mereka menyebutnya ‘penjiplakan’; jika kamu menggunakan / mengambil dari seribu, mereka menyebutnya ‘riset / penelitian’] - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 17.

John Stott: “The household of God urgently needs faithful stewards who will dispense to it systematically the whole Word of God, not the New Testament only but the Old as well, not the best known texts only, but also the less known, not just the passages which favour the preacher’s particular prejudices, but those which do not! We need more men today of the calibre of Charles Simeon of Cambridge, who wrote in his preface to the Horae Homileticae: ‘The author is no friend to systematizers in theology. He has endeavoured to derive from the Scriptures alone his views of religion, and to them it is his wish to adhere with scrupulous fidelity; never wresting any portion of the Word of God to favour a particular opinion, but giving to every part of it that sense, which it seems to him to have been designed by its great Author to convey’” (= ) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 25-26.

John Stott: “In the ideal sermon it is the Word itself which speaks, or rather God in and through His Word. The less the preacher comes between the Word and its hearers, the better” (= ) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal

John Stott: “” (= ) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal

John Stott: “A deaf church is a dead church” (= ) - ‘Between Two Worlds’, hal 113.

John Stott: “nothing could be more harmful to the Church than unfaithful preachers” (= ) - ‘Between Two Worlds’, hal 120.

The Biblical Illustrator (New Testament) tentang 2Pet 1:15: “They are dangerous teachers, that never were learners. While they will not be scholars of truth, they become masters of error” (= Mereka adalah guru-guru / pengajar-pengajar yang berbahaya, yang tidak pernah menjadi pelajar-pelajar. Pada waktu mereka tidak mau menjadi pelajar-pelajar dari kebenaran, mereka menjadi guru-guru dari kesalahan).

John Stott: “‘None will ever be a good minister of the Word of God unless he is first of all a scholar.’ (Calvin). Spurgeon had the same conviction. ‘He who has ceased to learn has ceased to teach. He who no longer sows in the study will no more reap in the pulpit.’” [= ‘Tak seorangpun akan pernah menjadi seorang pelayan Firman Allah yang baik kecuali ia pertama-tama menjadi seorang murid / pelajar’. (Calvin). Spurgeon mempunyai keyakinan yang sama. ‘Ia yang telah berhenti untuk belajar telah berhenti untuk mengajar. Ia yang tidak lagi menabur dalam belajar tidak lagi akan menuai di mimbar.’] - ‘Between Two Worlds’, hal 180.

John Stott: “Speaking to about 600 clergy in London in November 1979, Billy Graham said that, if he had his ministry all over again, he would make two changes. People looked startled. What could he possibly mean? First, he continued, he would study three times as much as he had done. He would take on fewer engagements. ‘I’ve preached too much,’ he said, ‘and studied too little.’ The second change was that he would give more time to prayer” (= ) - ‘Between Two Worlds’, hal 181.

John Stott mengutip kata-kata Dr. Donald Grey Barnhouse: “If I had only three years to serve the Lord, I would spend two of them studying and preparing” (= ) - ‘Between Two Worlds’, hal 181.

John Stott: “No sermon is really strong which is not strong in structure too. Just as bones without flesh make a skeleton, so flesh without bones makes a jellyfish. And neither bony skeleton nor jellyfish make good sermons” (= ) - ‘Between Two Worlds’, hal 229.

John Stott: “Theodore Parker Ferris gave some good advice about this. On the one hand, he said, ‘one picture is worth ten thousand words. A sermon that is entirely without pictures, without illustrations, is likely to reach only those whose intellectual discipline makes it possible for them to appreciate abstractions.’ On the other hand, ‘a sermon with too many illustrations is like a woman with too many jewels, and the jewels which are originally intended to enhance the figure, hide it.’” (= ) - ‘Between Two Worlds’, hal 243.

Haddon W. Robinson: “Psychological acceptance seldom comes by citing the Scriptures alone, though; it must also be gained through reasoning, proofs, and illustrations” (= ) - ‘Biblical Preaching’, hal 83.

Gunakan kalimat pendek, dan kata-kata yang sederhana.

John A. Broadus: “preaching is inextricably linked to the life of the church. ... the strength of the church is directly related to the strength of the pulpit” (= ) - ‘On the Preparation and Delivery of Sermons’, hal 7.

D. Martyn Lloyd-Jones: “I believe in using almost any special occasion as an opportunity for preaching the Gospel” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, hal 192.

Dalam persoalan penggunaan cerita, ilustrasi, humor / lelucon:

· D. Martyn Lloyd-Jones: “Our business is not to entertain people” (= Urusan kita bukanlah untuk menghibur orang-orang) - ‘Preaching and Preachers’, hal 233.

· D. Martyn Lloyd-Jones: “if you use too many illustrations in your sermon your preaching will be ineffective. To do so always means loss of tension. There is a type of preacher who after saying a few words says, ‘I remember’ - then out comes the story. Then after a few more remarks again, ‘I remember’. This means that the theme, the thrust of the Truth, is constantly being interrupted; it becomes a staccato, and in the end you feel that you have been listening to a kind of after-dinner speaker or entertainer and not to a man proclaiming a grand and a glorious Truth. If such preachers become popular, and they frequently do, they are popular only in a bad sense, because they are really nothing but popular entertainers” (= jika engkau menggunakan terlalu banyak ilustrasi dalam khotbahmu, khotbahpun akan tidak efektif. Melakukan hal itu selalu berarti kehilangan ketegangan. Ada suatu jenis pengkhotbah yang setelah mengatakan beberapa kata-kata mengatakan ‘Saya ingat’ - lalu keluarlah sebuah cerita. Lalu setelah beberapa ucapan / kata-kata lagi, lagi-lagi ‘Saya ingat’. Ini berarti bahwa thema, arah / tujuan dari Kebenaran, diinterupsi terus menerus; itu menjadi suatu staccato / pemutusan yang tiba-tiba / suatu pola khotbah, dan pada akhirnya engkau merasa bahwa engkau telah mendengar pada sejenis pembicara atau penghibur setelah makan, dan bukan pada seseorang yang memproklamirkan suatu Kebenaran yang besar dan mulia. Jika pengkhotbah-pengkhotbah seperti itu menjadi populer, dan mereka memang sering menjadi populer, maka mereka populer dalam arti yang buruk, karena mereka sebetulnya bukan lain dari pada penghibur-penghibur yang populer) - ‘Preaching and Preachers’, hal 234.

· D. Martyn Lloyd-Jones: “The only other thing I would say about stories and illustrations is that when you use them you should make sure of your facts. I remember when I was a young medical man listening to a sermon in which there was a great illustration which the preacher unfolded at some considerable length. His point was, the folly of the sinner in not paying attention to the first warnings of his conscience and so on. This was illustrated very elaborately by the story of a woman whom he had buried the week before. She had had a cancer in one breast, but by when she had gone to the doctor the secondary deposits had already spread to the spine and other parts of the her body. It was not too late for a cure. What was the matter with this woman? ‘Well,’ said the preacher, ‘the tragedy of this woman was she did not pay attention to the first twinge of pain.’ To me, listening as a medical man, the whole thing was utterly ridiculous. The trouble with that sort of cancer is that it does not give you any pain until it has generally advanced to a considerable extent; it grows insidiously and quietly. The trouble with that poor woman was not that she had ignored pain, but probably had ignored a small lump which she may have felt. The great illustration was ruined as far as I was concerned because the man did not know his facts” (= Satu-satunya hal lain yang akan saya katakan tentang cerita-cerita dan ilustrasi-ilustrasi adalah pada waktu engkau menggunakannya engkau harus pasti tentang fakta-faktamu. Saya ingat pada waktu saya adalah seorang medis / dokter yang masih muda saya mendengar suatu khotbah di dalam mana ada suatu ilustrasi yang besar yang oleh pengkhotbah itu dibukakan / dibentangkan dengan sangat panjang. Maksud / tujuannya adalah, kebodohan dari orang berdosa dalam tidak memperhatikan peringatan-peringatan pertama dari hati nuraninya dan seterusnya. Ini diilustrasikan secara sangat terperinci oleh cerita tentang seorang perempuan yang telah ia kuburkan minggu yang lalu. Ia telah mendapatkan kanker pada satu dadanya, tetapi pada waktu ia pergi ke dokter, tumpukan yang sekunder telah menyebar ke punggung / tulang belakang dan bagian-bagian lain dari tubuhnya. Sudah terlambat untuk suatu penyembuhan. Apa persoalannya dengan perempuan ini? ‘Yah’, kata sang pengkhotbah, ‘tragedi dari perempuan ini adalah ia tidak memperhatikan tusukan pertama dari rasa sakit’. Bagi saya, yang mendengar sebagai seorang medis / dokter muda, seluruh hal itu merupakan sesuatu yang menggelikan sepenuhnya. Problem dengan jenis kanker itu adalah bahwa itu tidak memberimu rasa sakit apapun sampai itu secara umum sudah maju / meluas sampai suatu tingkat yang luas; itu bertumbuh secara tersembunyi dan secara diam-diam. Problem dengan perempuan yang malang itu bukanlah bahwa ia telah mengabaikan rasa sakit, tetapi mungkin telah mengabaikan suatu benjolan yang kecil yang bisa telah ia rasakan. Sejauh bersangkutan dengan saya ilustrasi yang besar itu hancur karena orang itu tidak mengetahui fakta-faktanya) - ‘Preaching and Preachers’, hal 234.

Ia menambahkan: “the man with scientific knowledge, who may be listening to you, begins to doubt the validity of the Truth that you are enunciating. He feels that you are not a careful man; and that if you handle the Scripture in the same way as you are handling the thing about which he knows, well then you are not a man to whom he is prepared to give much time and attention” (= orang dengan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan, yang mungkin sedang mendengarmu, mulai meragukan keabsahan dari Kebenaran yang sedang engkau ucapkan. Ia merasa bahwa engkau bukanlah orang yang hati-hati / teliti; dan bahwa jika engkau menangani Kitab Suci dengan cara yang sama seperti engkau menangani hal tentang mana ia ketahui, maka engkau bukanlah orang kepada siapa ia siap untuk memberikan waktu dan perhatian) - ‘Preaching and Preachers’, hal 235.

Khotbah harus terorganisir dengan baik.

Warren Wiersbe & David Wiersbe: “God is not the author of confusion, but some preachers are, and they do it in God’s name” (= Allah bukanlah pencipta dari kekacauan, tetapi beberapa / sebagian pengkhotbah adalah demikian, dan mereka melakukannya dalam nama Allah) - ‘The Elements of Preaching’, hal 29.

Jangan terus menjelaskan apa yang sudah jelas / gamblang. Misalnya seperti Pdt. Jusuf B. S.

Warren Wiersbe & David Wiersbe: “Laboring the obvious bores people” (= Berjerih payah untuk hal yang jelas membosankan orang-orang) - ‘The Elements of Preaching’, hal 37.

Jangan menggunakan waktu terlalu lama untuk Pendahuluan / Introduction!

Hati-hati dalam menggunakan kata depan / perangkai.

Gunakan vocabulary yang sederhana. Hindari kata-kata sukar, atau beri terjemahan. Misalnya: ‘paradigma’.

D. Martyn Lloyd-Jones: “” (= ) - ‘Preaching and Preachers’, selesai.

Warren Wiersbe & David Wiersbe: “” (= ) - ‘The Elements of Preaching’, selesai.

Homiletics / ilmu berkhotbah

Pendahuluan.

Berkhotbah = menyampaikan pesan dari Tuhan atau menyampaikan Firman Tuhan. Bukannya menyenangkan orang, membuat orang tertawa, membuat orang terkesan, dsb.

Tujuan dari khotbah / pemberitaan Firman Tuhan: membawa orang yang belum percaya kepada Kristus, dan mendekatkan orang yang sudah percaya kepada Tuhan. Karena itu hal yang sangat penting untuk dipikirkan sebelum menyusun khotbah adalah: siapa pendengarnya? Keadaan rohaninya bagaimana? Sudah kristen atau kristen KTP atau kafir total? Kalau kafir apa agamanya? Berapa usianya? Apa pendidikannya? Bagaimana keadaan ekonominya? Kalau jemaatnya heterogen (terdiri dari bermacam-macam usia dan golongan), maka sebaiknya berkhotbah kepada yang rohani bawah (kafir / kristen KTP) dulu (bdk. Lukas 15:4).

2 bagian dari homiletics:

1) Isi (content) dari khotbah.

2) Penyampaian (delivery) dari khotbah.

Ada pengkhotbah yang bisa menyusun isi khotbahnya, tetapi penyampaiannya jelek. Ada juga yang sebaliknya. Pengkhotbah yang baik harus bisa dua-duanya.

Hal-hal yang penting dalam khotbah (topik maupun expository):

1) Sebaiknya khotbah dibagi dalam beberapa bagian, biasanya 2 atau 3 atau 4 bagian. Yang paling umum adalah 3 bagian.

2) Harus ada kemajuan pemikiran secara logis dalam bagian-bagian itu. Ini menyebabkan ada klimax dalam khotbah itu, bukannya tanpa klimax atau adanya anti-klimax.

Contoh: khotbah dengan topik ’dosa’.

a. Khotbah yang disusun tanpa kemajuan pemikiran sehingga tidak ada klimax: kerangkanya adalah sbb:

1. Membunuh adalah dosa (Keluaran 20:13).

2. Berzinah adalah dosa (Keluaran 20:14).

3. Mencuri adalah dosa (Keluaran 20:15).

Khotbah seperti ini kelihatan ‘datar’, tanpa kemajuan pemikiran, dan karenanya tanpa klimax.

b. Khotbah yang anti klimax: kerangka khotbahnya adalah sbb:

1. Apakah dosa itu?

2. Kristus mati di salib untuk dosa.

3. Kristus mencari orang berdosa.

c. Khotbah yang mempunyai kemajuan pemikiran dan klimax: kerangkanya adalah sbb:

1. Apakah dosa itu?

2. Hukuman dosa.

3. Kristus mati di salib untuk menebus dosa.

4. Tanggapan orang berdosa.

3) Terarah dan sistimatis.

Pada waktu membahas satu bagian, atau satu sub-bagian, kita harus bisa mengendalikan pembicaraan untuk tidak menyeleweng dari thema dari bagian itu (kecuali kalau sengaja menyeleweng untuk memberitakan Injil kepada satu orang tertentu), apalagi tahu-tahu membicarakan apa yang termasuk dalam sub-bagian berikutnya, atau kembali membicarakan sub-bagian sebelumnya. Ini membuat khotbah itu kelihatan mbulet / bertele-tele.

4) Khotbah harus lengkap / utuh, dan harus mempunyai solusi / jalan keluar. Jangan memberi khobah bersambung, yang belum selesai, dan tak ada solusinya. Ingat bahwa tak semua jemaat akan hadir lagi minggu depan!

5) Mempunyai penerapan.

Penerapan penting karena membuat khotbah itu relevan dengan kehidupan pendengar. Tanpa penerapan khotbah bisa kelihatan abstrak. Contoh orang yang bagus dalam memberi penerapan: Pdt. Hananiel, Ev. Evelyn dan Pdt. Gilbert Lumoindong.

6) Pemberian illustrasi dan contoh merupakan hal yang penting, khususnya kalau bagian itu sukar, atau khotbah ditujukan kepada orang yang belum kristen / kerohaniannya rendah, berpendidikan rendah, atau masih muda seperti anak / remaja.

Khotbah expository.

Ini adalah khotbah yang membahas ayat per ayat, bahkan membahas kata-kata dari ayat tersebut dan hubungannya satu sama lain, sehingga arti kata-kata dan ayat-ayat dalam kontex yang dibahas menjadi jelas (to expose = membuka / menyingkapkan).

Keuntungan khotbah expository yang berseri:

· membuat jemaat mengerti arti dari ayat Kitab Suci, dan hubungan antara ayat yang satu dengan ayat sebelum / sesudahnya, dan bahkan mengerti suatu kitab secara keseluruhan.

· sangat bervariasi, tidak akan kehabisan hal yang dibicarakan.

· bisa mendapatkan banyak hal yang tidak terpikirkan.

· pada waktu menegur orang, kita tidak dituduh menyengajanya (kecuali kalau kita melakukannya dengan memberikan penerapan).

· tidak menghabiskan waktu untuk memikirkan thema apa yang akan dibicarakan.

Kerugian khotbah expository:

¨ persiapannya jauh lebih lama dan lebih sukar, karena membutuhkan buku-buku tafsiran.

¨ pada waktu muncul persoalan, belum tentu bisa langsung membicarakannya karena tergantung text kita cocok dengan persoalan itu atau tidak.

Khotbah topik.

Biasanya khotbah topik tidak membahas satu ayat / text tertentu, tetapi menggunakan banyak ayat dari bermacam-macam buku dalam Kitab Suci yang berkenaan dengan topik yang sedang dibahas.

Keuntungan khotbah topical:

· bisa membahas suatu persoalan / topik secara tuntas, sehingga jemaat mengerti topik itu secara keseluruhan.

· begitu muncul persoalan kita bisa membahasnya.

· persiapannya tidak sukar.

· bagi jemaat, mendengarnya dan mengertinya juga lebih mudah.

Kerugian khotbah topical:

¨ cepat kehabisan topik / bahan pembicaraan, dan kita lalu terus menerus mengulang-ulang topik.

¨ mudah dituduh menyengaja menyusun khotbah untuk menyerang seseorang.

¨ bisa bingung mau khotbah thema apa, butuh waktu lama untuk menentukan thema.

¨ rawan terhadap penggunaan ayat yang ‘out of context’. Untuk menghindari ini, setiap menggunakan ayat, bacalah ayat-ayat sebelum maupun sesudahnya, untuk memastikan bahwa saudara tidak menggunakannya secara ‘out of context’.

¨ biasanya tidak mendalami arti dari ayat / text.

Contoh khotbah topik: khotbah saya tentang ‘Neraka’, yang kerangkanya adalah sbb:

I) Hal-hal yang perlu diketahui tentang neraka.

1) Neraka adalah tempat yang betul-betul ada.

2) Neraka adalah tempat dimana kita terpisah dari Allah untuk selama-lamanya.

3) Neraka adalah tempat penderitaan yang:

a) Luar biasa hebatnya.

b) Bersifat kekal / selama-lamanya.

II) Siapa saja yang seharusnya masuk neraka.

Pembahasan 8 golongan orang yang harus masuk neraka dalam Wahyu 21:8.

III) Jalan keluar dari Neraka.

1) Yesus sudah memikul neraka bagi kita

2) Kita harus percaya kepada Yesus.

Menggunakan ‘alat-alat’.

Penggunaan ‘alat-alat’, yaitu buku-buku penolong untuk mencari ayat-ayat yang bisa / akan digunakan adalah penting, apalagi untuk orang yang hafalan ayatnya hanya sedikit.

1) Nave’s Topical Bible.

Mungkin ini adalah buku yang paling enak digunakan kalau mau menyusun khotbah yang bersifat topik. Buku ini berisi ratusan topik yang disusun menurut abjad, dan di bawah masing-masing topik diberikan semua ayat yang berhubungan dengan topik tersebut, dan seringkali ayat-ayat itu masih diklasifikasikan lagi, sehingga mempermudah kita dalam menyusun khotbah.

Contoh: kita mau berkhotbah dengan topik ‘persembahan persepuluhan’. Maka kita harus tahu kata bahasa Inggris untuk ‘persembahan persepuluhan’, yaitu ‘Tithes’, dan kita lalu mencari kata ‘Tithes’ itu dalam Nave’s Topical Bible, dan kita akan menjumpai:

“TITHES. Paid by Abraham to Melchizedek, Gen 14:20; Heb 7:2-6. Jacob vows a tenth of all his property to God, Gen 28:22. Mosaic laws instituting, Lev 27:30-33; Num 18:21-24; Deut 12:6,7,17,19; 14:22-29; 26:12-15. Customs relating to, Neh 10:37-38; Amos 4:4; Heb 7:5-9. Tithe of tithes for priests, Num 18:26; Neh 10:38. Stored in the temple, Neh 10:38,39; 12:44 13:5,12; 2Chro 31:11,12; Mal 3:10. Payment of, resumed in Hezekiah's reign, 2Chro 31:5-10. Under Nehemiah, Neh 13:12. Withheld, Neh 13:10; Mal 3:8. Customary in later times, Matt 23:23; Luke 11:42; 18:12. Observed by idolators, Amos 4:4,5.”

Terjemahannya adalah sbb:

“Persembahan persepuluhan. Dibayarkan oleh Abraham kepada Melkisedek, Kej 14:20; Ibr 7:2-6. Yakub menazarkan sepersepuluh dari semua miliknya kepada Allah, Kejadian 28:22. Hukum Musa menetapkannya, Im 27:30-33; Bilangan 18:21-24; Ulangan 12:6,7,17,19; 14:22-29; 26:12-15. Kebiasaan yang berhubungan dengannya, Neh 10:37-38; Amos 4:4; Ibrani 7:5-9. Persembahan persepuluhan dari persembahan persepuluhan untuk imam, Bilangan 18:26; Nehemia 10:38. Disimpan di Bait Allah, Neh 10:38,39; 12:44 13:5,12; 2Taw 31:11,12; Mal 3:10. Pembayarannya, dilanjutkan dalam pemerintahan Hizkia, 2Taw 31:5-10. Di bawah Nehemia, Neh 13:12. Ditahan, Neh 13:10; Mal 3:8. Kebiasaan pada masa belakangan, Matius 23:23; Lukas 11:42; 18:12. Ditaati oleh penyembah berhala, Amos 4:4,5”.

Catatan:

· saya sengaja memilih yang pendek sebagai contoh. Perlu diketahui bahwa banyak topik yang memberikan ayat-ayat sangat banyak, kadang-kadang sampai puluhan halaman. Untuk kata ‘God’ digunakan 89 halaman! Tetapi ini masih dibagi dalam banyak sub-topic tentang ‘God’, seperti ‘Access to’ (= jalan masuk kepada), ‘Compassion of’ (= belas kasihan dari), ‘Creator’ (= Pencipta), dsb.

· kalau mau menyusun khotbah maka tentu saja semua ayat-ayat itu harus dibaca dalam Alkitab.

Menyusun khotbah dengan thema

‘Persembahan Persepuluhan’

Nave’s Topical Bible: “Persembahan persepuluhan. Dibayarkan oleh Abraham kepada Melkisedek, Kejadian 14:20; Ibr 7:2-6. Yakub menazarkan sepersepuluh dari semua miliknya kepada Allah, Kej 28:22. Hukum Musa menetapkannya, Im 27:30-33; Bil 18:21-24; Ulangan 12:6,7,17,19; 14:22-29; 26:12-15. Kebiasaan yang berhubungan dengannya, Neh 10:37-38; Amos 4:4; Ibrani 7:5-9. Persembahan persepuluhan dari persembahan persepuluhan untuk imam, Bilangan 18:26; Neh 10:38. Disimpan di Bait Allah, Neh 10:38,39; 12:44 13:5,12; 2Taw 31:11,12; Mal 3:10. Pembayarannya, dilanjutkan dalam pemerintahan Hizkia, 2Tawarikh 31:5-10. Di bawah Nehemia, Neh 13:12. Ditahan, Neh 13:10; Mal 3:8. Kebiasaan pada masa belakangan, Matius 23:23; Lukas 11:42; 18:12. Ditaati oleh penyembah berhala, Amos 4:4,5”.

1) Kejadian 14:20 Ibrani 7:2-6 - Abraham memberi persepuluhan kepada Melkisedek.

Kej 14:20 - “dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.’ Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya”.

Ibrani 7:2-6 - “(2) Kepadanyapun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. (3) Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan (seperti) Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya. (4) Camkanlah betapa besarnya orang itu, yang kepadanya Abraham, bapa leluhur kita, memberikan sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik. (5) Dan mereka dari anak-anak Lewi, yang menerima jabatan imam, mendapat tugas, menurut hukum Taurat, untuk memungut persepuluhan dari umat Israel, yaitu dari saudara-saudara mereka, sekalipun mereka ini juga adalah keturunan Abraham. (6) Tetapi Melkisedek, yang bukan keturunan mereka, memungut persepuluhan dari Abraham dan memberkati dia, walaupun ia adalah pemilik janji”.

2) Kejadian 28:22 - “Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepadaMu.’”.

3) Imamat 27:30-33 - “(30) Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN. (31) Tetapi jikalau seseorang mau menebus juga sebagian dari persembahan persepuluhannya itu, maka ia harus menambah seperlima. (32) Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi TUHAN. (33) Janganlah dipilih-pilih mana yang baik dan mana yang buruk, dan janganlah ditukar; jikalau orang menukarnya juga, maka baik hewan itu maupun tukarnya haruslah kudus dan tidak boleh ditebus.’”.

4) Bilangan 18:21-24 - “(21) Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan. (22) Maka janganlah lagi orang Israel mendekat kepada Kemah Pertemuan, sehingga mereka mendatangkan dosa kepada dirinya, lalu mati; (23) tetapi orang Lewi, merekalah yang harus melakukan pekerjaan pada Kemah Pertemuan dan mereka harus menanggung akibat kesalahan mereka; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun. Mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel, (24) sebab persembahan persepuluhan yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN sebagai persembahan khusus Kuberikan kepada orang Lewi sebagai milik pusakanya; itulah sebabnya Aku telah berfirman tentang mereka: Mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel.’”.

5) Ulangan 12:6-7 - “(6) Ke sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu. (7) Di sanalah kamu makan di hadapan TUHAN, Allahmu, dan bersukaria, kamu dan seisi rumahmu, karena dalam segala usahamu engkau diberkati oleh TUHAN, Allahmu”.

6) Ulangan 12:17-18 - “(17) Di dalam tempatmu tidak boleh kaumakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, ataupun sesuatu dari korban yang akan kaunazarkan, ataupun dari korban sukarelamu, ataupun persembahan khususmu. (18) Tetapi di hadapan TUHAN, Allahmu, haruslah engkau memakannya, di tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, engkau ini, anakmu laki-laki dan anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, dan orang Lewi yang di dalam tempatmu, dan haruslah engkau bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, karena segala usahamu”.

Tujuan lain dari persepuluhan adalah untuk pesta di rumah Tuhan (ini acara gereja!)

7) Ulangan 12:19 - “Hati-hatilah, supaya jangan engkau melalaikan orang Lewi, selama engkau ada di tanahmu”.

Peringatan untuk tidak melalaikan orang Lewi dengan tidak memberikan persepuluhan

bdk. Neh 13:10 - “Juga kudapati bahwa sumbangan-sumbangan bagi orang-orang Lewi tidak pernah diberikan, sehingga orang-orang Lewi dan para penyanyi yang bertugas masing-masing lari ke ladangnya”.

8) Ulangan 14:22-29 - “(22) ‘Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. (23) Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya untuk membuat namaNya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu. (24) Apabila, dalam hal engkau diberkati TUHAN, Allahmu, jalan itu terlalu jauh bagimu, sehingga engkau tidak dapat mengangkutnya, karena tempat yang akan dipilih TUHAN untuk menegakkan namaNya di sana terlalu jauh dari tempatmu, (25) maka haruslah engkau menguangkannya dan membawa uang itu dalam bungkusan dan pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, (26) dan haruslah engkau membelanjakan uang itu untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba, untuk anggur atau minuman yang memabukkan, atau apapun yang diingini hatimu, dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria, engkau dan seisi rumahmu. (27) Juga orang Lewi yang diam di dalam tempatmu janganlah kauabaikan, sebab ia tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama engkau. (28) Pada akhir tiga tahun engkau harus mengeluarkan segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu dalam tahun itu dan menaruhnya di dalam kotamu; (29) maka orang Lewi, karena ia tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama engkau, dan orang asing, anak yatim dan janda yang di dalam tempatmu, akan datang makan dan menjadi kenyang, supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau di dalam segala usaha yang dikerjakan tanganmu.’”.

9) Ulangan 26:12-15 - “(12) ‘Apabila dalam tahun yang ketiga, tahun persembahan persepuluhan, engkau sudah selesai mengambil segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu, maka haruslah engkau memberikannya kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim dan kepada janda, supaya mereka dapat makan di dalam tempatmu dan menjadi kenyang. (13) Dan haruslah engkau berkata di hadapan TUHAN, Allahmu: Telah kupindahkan persembahan kudus itu dari rumahku, juga telah kuberikan kepada orang Lewi, dan kepada orang asing, anak yatim dan kepada janda, tepat seperti perintah yang telah Kauberikan kepadaku. Tidak kulangkahi atau kulupakan sesuatu dari perintah-Mu itu. (14) Pada waktu aku berkabung sesuatu tidak kumakan dari persembahan kudus itu, pada waktu aku najis sesuatu tidak kujauhkan dari padanya, juga sesuatu tidak kupersembahkan dari padanya kepada orang mati, tetapi aku mendengarkan suara TUHAN, Allahku, aku berbuat sesuai dengan segala yang Kauperintahkan kepadaku. (15) Jenguklah dari tempat kediaman-Mu yang kudus, dari dalam sorga, dan berkatilah umat-Mu Israel, dan tanah yang telah Kauberikan kepada kami, seperti yang telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyang kami--suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.’”.

10) Neh 10:38 Bilangan 18:26 - orang Lewi (dikontextualisasikan sebagai pendeta) juga harus memberi persepuluhan.

Neh 10:38 - “Seorang imam, anak Harun, akan menyertai orang-orang Lewi itu, bila mereka memungut persembahan persepuluhan. Dan orang-orang Lewi itu akan membawa persembahan persepuluhan dari pada persembahan persepuluhan itu ke rumah Allah kami, ke bilik-bilik rumah perbendaharaan”.

Bilangan 18:26 - “‘Lagi haruslah engkau berbicara kepada orang Lewi dan berkata kepada mereka: Apabila kamu menerima dari pihak orang Israel persembahan persepuluhan yang Kuberikan kepadamu dari pihak mereka sebagai milik pusakamu, maka haruslah kamu mempersembahkan sebagian dari padanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN, yakni persembahan persepuluhanmu dari persembahan persepuluhan itu”.

11) Amos 4:4-5 orang yang memberi persepuluhan tetapi hidupnya jahat.

Amos 4:4-5 - “(4) ‘Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan perhebatlah perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi, dan persembahan persepuluhanmu pada hari yang ketiga! (5) Bakarlah korban syukur dari roti yang beragi dan maklumkanlah persembahan-persembahan sukarela; siarkanlah itu! Sebab bukankah yang demikian kamu sukai, hai orang Israel?" demikianlah firman Tuhan ALLAH”.

12) Ibr 7:5-9 - rasanya tak ada apapun yang bisa diambil dari text ini.

Ibrani 7:5-9 - “(5) Dan mereka dari anak-anak Lewi, yang menerima jabatan imam, mendapat tugas, menurut hukum Taurat, untuk memungut persepuluhan dari umat Israel, yaitu dari saudara-saudara mereka, sekalipun mereka ini juga adalah keturunan Abraham. (6) Tetapi Melkisedek, yang bukan keturunan mereka, memungut persepuluhan dari Abraham dan memberkati dia, walaupun ia adalah pemilik janji. (7) Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi. (8) Dan di sini manusia-manusia fana menerima persepuluhan, dan di sana Ia, yang tentang Dia diberi kesaksian, bahwa Ia hidup. (9) Maka dapatlah dikatakan, bahwa dengan perantaraan Abraham dipungut juga persepuluhan dari Lewi, yang berhak menerima persepuluhan”.

13) Neh 10:38 - “Seorang imam, anak Harun, akan menyertai orang-orang Lewi itu, bila mereka memungut persembahan persepuluhan. Dan orang-orang Lewi itu akan membawa persembahan persepuluhan dari pada persembahan persepuluhan itu ke rumah Allah kami, ke bilik-bilik rumah perbendaharaan”.

14) Neh 12:44 - “Pada masa itu beberapa orang diangkat untuk mengawasi bilik-bilik perbendaharaan, bilik-bilik untuk persembahan khusus, untuk hasil pertama dan untuk persembahan persepuluhan, supaya sumbangan yang menurut hukum menjadi bagian para imam dan orang-orang Lewi dikumpulkan di bilik-bilik itu sesuai dengan ladang setiap kota. Sebab Yehuda bersukacita karena para imam dan orang-orang Lewi yang bertugas”.

15) Neh 13:5 - “menyediakan sebuah bilik besar bagi Tobia itu. Sebelumnya orang membawa ke bilik itu korban sajian, kemenyan, perkakas-perkakas dan persembahan persepuluhan dari pada gandum, anggur dan minyak yang menjadi hak orang-orang Lewi, para penyanyi dan para penunggu pintu gerbang, dan persembahan khusus bagi para imam”.

16) Neh 13:10-12 - “(10) Juga kudapati bahwa sumbangan-sumbangan bagi orang-orang Lewi tidak pernah diberikan, sehingga orang-orang Lewi dan para penyanyi yang bertugas masing-masing lari ke ladangnya. (11) Aku menyesali para penguasa, kataku: ‘Mengapa rumah Allah dibiarkan begitu saja?’ Lalu kukumpulkan orang-orang Lewi itu dan kukembalikan pada tempatnya. (12) Maka seluruh orang Yehuda membawa lagi persembahan persepuluhan dari pada gandum, anggur dan minyak ke perbendaharaan”.

17) 2Taw 31:5-10 - “(5) Segera setelah perintah ini tersiar, orang Israel membawa dalam jumlah yang besar hasil pertama dari pada gandum, anggur, minyak, madu dan segala macam hasil bumi. Mereka membawa juga persembahan persepuluhan dari segala sesuatu dalam jumlah yang besar. (6) Orang Israel dan orang Yehuda yang tinggal di kota-kota Yehuda juga membawa persembahan persepuluhan yang terdiri dari lembu sapi dan kambing domba, dan persembahan persepuluhan yang terdiri dari persembahan kudus yang telah dikuduskan bagi TUHAN Allah mereka. Semuanya itu diletakkan mereka bertimbun-timbun. (7) Mereka mulai membuat timbunan itu pada bulan yang ketiga, dan mereka selesai pada bulan yang ketujuh. (8) Hizkia dan para pemimpin datang melihat timbunan itu, dan mereka memuji TUHAN dan umat-Nya, orang Israel. (9) Hizkia menanyakan para imam dan orang-orang Lewi tentang timbunan itu, (10) dan dijawab oleh Azarya, imam kepala keturunan Zadok demikian: ‘Sejak persembahan khusus mulai dibawa ke rumah TUHAN, kami telah makan sekenyang-kenyangnya, namun sisanya masih banyak. Sebab TUHAN telah memberkati umat-Nya, sehingga tinggal sisa yang banyak ini.’”.

18) Mal 3:8 - “Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?’ Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!”.

19) Mal 3:10-11 - “(10) Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. (11) Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam”.

20) Mat 23:23 / Luk 11:42

Matius 23:23 - “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan”.

Lukas 11:42 - “Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan”.

Lukas 18:9-13 - “(9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”.

Kerangka khotbah:

1) Apakah persembahan persepuluhan?

10 % keuntungan / penghasilan. Bunga bank. Warisan termasuk atau tidak? Istri / anak yang suami / ayahnya sudah memberi, harus memberi lagi atau tidak? Anak yang kos di luar kota, apakah biaya hidup / sekolah juga harus dipersembahkan sepersepuluhnya? Hadiah ulang tahun dalam bentuk uang, haruskah dipersembahkan sepersepuluhnya?

2) Keharusan memberikan persembahan persepuluhan.

a) Sejarah keharusan memberikan persembahan persepuluhan.

· Abraham kepada Melkizedek, dengan sukarela.

· Yakub kepada Tuhan, dengan sukarela.

· Jaman Musa, ini mulai diwajibkan.

· Jaman PB, wajib atau tidak?

b) Keberatan terhadap keharusan ini.

· bukankah saya kerja sendiri, dan itu uang saya sendiri?

· sekarang dengan 100 % penghasilan, sudah tidak cukup. Bagaimana mungkin harus memberikan 10 %?

3) Kemana harus memberikan persembahan persepuluhan?

Bolehkah memberikannya untuk hamba Tuhan?

Bolehkah memberikannya untuk orang miskin, korban bencana alam, dsb.

Mengapa harus memberikannya ke gereja?

Bagaimana dengan memberikannya kepada para-church?

Bagaimana dengan memberikannya kepada suatu usaha pendirian suatu gereja?

Haruskah memberikannya ke gereja sendiri?

Berikan ke gereja yang benar.

4) Berkat bagi yang memberi dan kutuk bagi yang tidak memberi.

2) Konkordansi.

Konkordansi memberikan daftar kata-kata yang juga disusun menurut abjad, dan di bawah setiap kata diberikan semua ayat dalam seluruh Kitab Suci yang mengandung kata itu.

Dalam bahasa Inggris ada 2 konkordansi yang utama:

a) Strong’s Exhaustive Concordance of the Bible.

Yang ini tidak membedakan kata menurut bahasa aslinya. Jadi misalnya kita mencari kata ‘God’, maka buku ini memberikan semua kata ‘God’, tanpa mempedulikan apakah dalam bahasa aslinya digunakan kata El, Eloah, Elohim, Theos, dsb.

b) Young’s Analytical Concordance to the Bible.

Yang ini membedakan kata menurut bahasa aslinya.

Juga konkordansi bahasa Inggris dibuat berdasarkan versi-versi Kitab Suci bahasa Inggris yang berbeda-beda. Ada yang disusun berdasarkan KJV, ada yang berdasarkan NIV dsb.

Keuntungan dan kerugian konkordansi dibandingkan dengan Nave’s Topical Bible:

1. Keuntungannya:

Dalam konkordansi kata-kata yang ada jauh lebih banyak. Hampir setiap kata yang ada dalam Kitab Suci ada dalam Konkordansi, tetapi tidak demikian dengan Nave’ Topical Bible.

Misalnya: kata ‘another’ (= yang lain) bisa didapatkan dalam konkordansi, tetapi tidak ada dalam Nave’s Topical Bible.

2. Kerugiannya:

a. Dalam konkordansi hanya dituliskan ayat-ayat yang betul-betul mengandung kata itu, tetapi dalam Nave’s Topical Bible bisa didapatkan juga ayat-ayat yang sekalipun tidak mengandung kata itu, tetapi mengandung maksud / arti yang sama.

Misalnya:

· kalau kita mencari kata ‘mencuri’ (to steal) dalam konkordansi, maka kita hanya akan mendapatkan ayat-ayat yang betul-betul menggunakan kata itu. Tetapi kalau kita mencari dalam Nave’s Topical Bible, maka waktu kita mencari ‘steal’, kita menjumpai ‘stealing’, lalu di sana ada kata-kata ‘See Theft’ (= lihat pencurian). Lalu kita cari kata ‘THEFT’ dalam Nave’s Topical Bible, dan di sana kita akan menjumpai ayat-ayat bukan saja yang betul-betul menggunakan kata ‘steal’ tetapi juga ayat yang sekalipun tidak menggunakan kata ‘steal’ tetapi maksudnya sama atau mirip. Misalnya: Psalm 62:10 (Mazmur 62:11), yang berbicara tentang ‘robbery / perampasan’.

· kalau kita mencari kata ‘bangkit’ atau ‘kebangkitan’ dalam konkordansi maka kita hanya akan mendapatkan ayat-ayat yang betul-betul mengandung kata itu. Tetapi kalau kita menggunakan Nave’s Topical Bible, kita akan menjumpai ayat seperti Wahyu 1:18 (‘Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya ...dst’), yang sekalipun tidak mengandung kata ‘bangkit’ atau ‘kebangkitan’ tetapi jelas mengandung gagasan tentang kebangkitan.

b. Dalam konkordansi ayat-ayat yang mengandung kata itu hanya ditulis berurutan mulai dari Kejadian sampai Wahyu, tanpa klasifikasi. Tetapi dalam Nave’s Topical Bible, ada klasifikasi, yang memudahkan kita menggunakannya dalam menyusun khotbah yang bersifat topik.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post