DARI MANA ASAL JANIN YESUS DI DALAM RAHIM MARIA?

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.
DARI MANA ASAL JANIN YESUS DI DALAM RAHIM MARIA?
“Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat” (Galatia 4:4 AITB)“But when the fulness of the time was come, God sent forth his Son, made of a woman, made under the law” (KJV)

Banyak orang telah bertanya kepada saya dengan pertanyaan ini, “Darimana asal janin Yesus di dalam Rahim Maria?” Pertanyaan ini muncul karena memang banyak buku Kristologi atau buku teologi sistematika yang membahas Kristologi tidak memasukan pertanyaan ini sebagai topik penting yang harus dibahas. Namun saya melihatnya dari sudut pandang apologetis, hal ini adalah isu penting dalam Kristologi yang harus dijawab. 

Perlu diketahui, ada tiga pandangan yang berbeda mengenai asal janin Yesus di dalam rahim Maria, yaitu : Pandangan pertama menyatakan bahwa janin itu berasal dari sel telur Maria yang dibuahi oleh Roh Kudus. Pandangan kedua menyatakan bahwa janin itu berasal dari sel telur Maria, tetapi bukan dibuah oleh Roh Kudus melainkan melalui proses pembuahan yang terjadi secara supranatural oleh kuasa Roh Kudus. Pandangan ketiga menyatakan bahwa proses ini sama sekali tidak melibatkan sel telur Maria dan tidak melalui proses pembuahan, tetapi janin itu sudah terbentuk dan ditaruh di dalam raham Maria oleh kuasa Roh Kudus menaungi Maria.

Pandangan pertama tidak mungkin, karena Allah adalah Roh. Allah tidak kawin dan tidak dikawinkan, dan Allah tidak melakukan hubungan seks. Roh Kudus yang adalah Pribadi ketiga dalam Trinitas Kudus tidak melakukan pembuahan atas sel telur Maria. Jadi pandangan pertama ini kita tolak. Demikian juga dengan pandangan yang ketiga kita tolak karena apabila janin itu sudah terbentuk dan baru ditaruh kemudian di dalam raham Maria oleh kuasa Roh Kudus maka itu artinya Yesus tidak mengambil/mendapatkan substansi kemanusiaanya dari Maria, tetapi dari Roh Kudus. 

Dan ini tidak sesuai dengan Pengakuan Iman Westminster yang menyatakan bahwa Yesus mendapatkan subtansi kemanusiaanNya dari Maria. Lalu bagaimana dengan pandangan kedua yang menyatakan bahwa janin itu berasal dari sel telur Maria yang pembuahannya diproses secara supranatural oleh kuasa Roh Kudus? Pandangan kedua ini sangat logis tetapi tetap mirakulus (melibatkan mujizat), meskipun tidak bisa memecahkan persoalan ini sepenuhnya. 

Namun perlu ditegaskan bahwa sel telur Maria bukan dibuahi oleh Pribadi Roh Kudus melainkan oleh kuasa supranatural Roh Kudus. Sekali lagi bukan oleh Roh Kudus tetapi karena kuasa supranatural yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Pendapat ini mendapat dukungannya dari kitab Suci dan Pengakuain Iman Westminster. Berikut ini argumentasi saya bahwa kemanusiaan Yesus dicipta, dalam pengertian dibangun dan dibentuk oleh Roh Kudus di dalam rahim Maria.

1. Dasar Alkitab

Perlu ditegaskan bahwa Kristus sebagai Allah telah ada sebelum Ia dilahirkan dari seorang perawan Maria. Kristus ada sebelum penciptaan dan sebelum adanya waktu. Ia Allah yang kekal, dan ada selalu ada selama-lamanya. KelahiranNya dari seorang perempuan menunjukkan bahwa Ia adalah benar-benar manusia dan menjadi sama dengan kita (Roma 8:3; Galatia 4:4; Filipi 2:4-6). 

Berdasarkan suatu penelitian terhadap ayat-ayat Alkitab, saya menegaskan bahwa wujud jasmaniah atau kemanusiaan Kristus tidak dibawa dari kekekalan melainkan dicipta, dalam pengertian dibangun dan dibentuk oleh Roh Kudus di dalam rahim Maria.

Berikut ini beberapa frase-frase penting dari ayat Alkitab yang membuktikan bahwa wujud jasmaniah atau kemanusiaan Kristus tidak dibawa dari kekekalan melainkan dicipta, dalam pengertian dibangun dan dibentuk oleh Roh Kudus di dalam rahim Maria, yaitu :

(1) Frase “menjadi manusia” dalam Yohanes 1:14 berasal frase kata Yunani “ginomai sarx” yang berarti “menjadi daging”.

(2) Frase “buah rahimmu” dalam Lukas 1:42 berasal dari frase Yunani “karpos koilia” yang dapat diterjemahkan “hasil dari rahim atau kandungan” atau “yang menunjuk kepada keturunan.

(3) Frase “menjadi sama dengan manusia” dalam Filipi 2:7 berasal dari frase Yunani “ginomai hos anthropos” yang telah diterjemahkan dengan tepat.

(4) Frase “sama dengan kita” dalam Ibrani 4:15 berasal dari frase Yunani “homoiotes kata pas”, dimana kata “homoiotes” menunjuk pada kesamaan dengan manusia dalam segala hal”. Kecuali dalam hal Ia “tidak berbuat dosa” atau “choris hamartia”, dimana frase Yunani ini lebih tepat diterjemahkan menjadi “tanpa dosa”.

(5) Frase “lahir dari seorang perempuan” dalam Galatia 4:4 adalah kata Yunani “ginomai ek gune” yang dalam King James Version diterjemahkan dengan “made of a women (terjadi atau dibuat dari seorang wanita)”. Jadi kata “lahir” dalam ayat tersebut berasal dari Yunani “ginomai” yang lebih tepat diterjemahkan dengan “terjadi” atau “dibuat”. Dengan demikian King James Version telah menrjemahkan dengan baik.

(6) dan arti / makna kata “dalam daging” dari Roma 8:3. 

Kata “inkarnasi” merupakan istilah teologi yang berasal dari bahasa Latin “in” yang artinya “di dalam” dan “carn” yang artinya “daging”. Jadi kata inkarnasi secara harafiah berarti “di dalam daging”. Meskipun kata inkarnasi tersebut tidak terdapat di dalam Alkitab, namun komponen kata tersebut “dalam” dan “daging” ada di dalam Alkitab. Misalnya, gagasan dan konsep inkarnasi tersebut muncul dalam Yohanes 1:14 dan Roma 8:3. 

Frase “menjadi manusia” dalam Yohanes 1:14, adalah frase Yunani “sarks egeneto” yang secara harafiah berarti “menjadi daging”. Kata “sarks” yang diterjemahkan “manusia” dalam ayat tersebut sebenarnya secara harfiah berarti “daging”. Maksud dari ayat ini ialah bahwa Pribadi kedua Trinitas yaitu Logos, mengambil rupa manusia bagi diriNya sendiri. Rasul Paulus menyatakan, bahwa Alllah telah “.. mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging” (Roma 8:3).

Tetapi, perlu ditegaskan bahwa sekalipun kemanusiaanNya dicipta, dalam pengertian dibangun dan dibentuk oleh Roh Kudus di dalam rahim Maria, namun kemanusiaaNya tidaklah sama dengan kita, sebab kita lahir dengan dosa asal yang dipertalikan dan diwariskan tetapi Kristus tidak demikian, kemanusiaanNya benar-benar sempurna. 

Jadi, kelahiran Kristus adalah kelahiran yang normal seperti manusia lainnya (Lukas 2:6-7; Galatia 4:4). Kristus dikandung dan dilahirkan dengan cara yang wajar. Janinnya berkembang dalam rahim Maria dan lahir ke dunia dengan cara yang normal melalui saluran kelahiran (reproduksi) Maria. Bahkan sama seperti kita, hidup Kristus berlangsung dalam masa pertumbuhan dan perkembangan normal (Lukas 8:40-52; Ibrani 5:8) dalam suatu lingkungan rumah tangga dan keluarga (Markus 6:1-6). 

Sekali lagi, ini bukan berarti menyatakan bahwa Kristus itu tidak kekal. KeilahianNya kekal karena Ia adalah Allah, namun tubuh jasmaniah kemanusiaanNya barulah ditambahkan padaNya saat inkarnasiNya, dan tubuh jasmaniahNya tersebut terus dibawa dalam kekekalan setelah dimuliakan dalam kebangkitanNya.

2. Pengakuan Iman Westminster

Sejauh yang disingkapkan oleh Alkitab, Kristus mengambil atau mendapatkan natur (hakikat) kemanusiaanNya yang sejati melalui proses yang terjadi di dalam rahim Maria, jadi substansi kemanusiaanNya berasal dari Maria. Tidak ada petujuk didalam Alkitab bahwa janin bayi ditaruh atau dimasukan Allah secara supranatural dalam rahim Maria. 

Tetapi ada indikasi bahwa kemanusiaan Kristus diproses secara supranatural hingga menjadi janin di rahim Maria dan mengambil substansi dari Maria. Hanya saja Alkitab tidak menjelaskan apakah substansi Maria itu didapat dari sel telur Maria ataukah tidak. Namun Alkitab memberitahu kita bahwa Maria benar-benar ibu Yesus dari daging, atau secara daging Maria benar-benar ibuNya. Pernyataan saya ini sesuai atau mengikuti Westminster Confession of Faith yang menjelaskan demikian:

(VII.2). The Son of God, the second person of the Trinity, being very and eternal God, of one substance and equal with the Father, did, when the fullness of time was come, take upon Him man's nature, with all the essential properties, and common infirmities thereof, yet without sin; being conceived by the power of the Holy Ghost, in the womb of the virgin Mary, of her substance. So that two whole, perfect, and distinct natures, the Godhead and the manhood, were inseparably joined together in one person, without conversion, composition, or confusion. Which person is very God, and very man, yet one Christ, the only Mediator between God and man. (Terjemahannya: Anak Allah, Pribadi kedua di dalam Trinitas, yang adalah Allah sejati dan kekal, yang satu di dalam substansi dan kesetaraan dengan Bapa, sesungguhnya setelah genap waktunya mengambil bagi diriNya natur manusia, dengan segala properti yang esensial dan juga kelemahan, tetapi tanpa dosa; dan saat dikandung di dalam kandungan perawan Maria oleh kuasa Roh Kudus, mengambil substansi dari Maria. Sehingga dua natur yang menyeluruh, sempurna, dan berbeda, yaitu Allah dan manusia, disatukan tanpa terpisahkan di dalam satu Pribadi, tanpa penukaran, penggabungan, atau percampuran, dimana Pribadi tersebut adalah Allah sempurna dan manusia sempurna, tetapi tetap satu Kristus, satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia).

Menurut saya, Westminster of Confession tersebut di atas cukup jelas menyatakan bahwa janin dicipta, dalam pengertian dibangun dan dibentuk oleh Roh Kudus di dalam rahim Maria dan bukannya dalam keadaan sudah terbentuk, baru kemudian di taruh di dalam raham Maria. 

Perhatikanlah frase Ia “dikandung di dalam kandungan Maria oleh kuasa Roh Kudus, mengambil substansi Maria”. Jadi bukan Roh Kudus yang membuahi sel telur Maria, tetapi Roh Kudus dengan kuasa supranatural membuat terjadinya proses pembuahan dalam rahim Maria. Ini bisa terjadi karena itu peristiwa ini disebut “mirakulus” atau “bersifat mujizat”. Kecuali kita sepakat Pengakuan Iman Westminster itu salah dan perlu direvisi dengan bukti-bukti yang lebih akurat.

3. Pendapat pakar teologi dan Alkitab

Pendapat saya bahwa “kemanusiaan Yesus diciptakan, dalam pengertian dibangun dan dibentuk oleh Roh Kudus di dalam rahim Maria” di atas juga di diteguhkan oleh para pakar teologi dan Alkitab berikut ini:

(1) Norman L. Gleaser, seorang teolog, filsuf dan apologet menyatakan, “Yesus menjalani semua proses perkembangan manusia normal. Ia dikandung dalam rahim ibuNya oleh Roh Kudus (Matius 118,20; Lukas 1:34-35). Ia dilahirkan dari seorang perempuan yang telah mengandung sampai masa yang penuh (2:6-7)”. (lihat: Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta, hal. 119)

(2) Charles C. Ryrie, pakar teologi dari Dallas Theological Seminary mengatakan, “Allah adalah tetap Allah, dan selurus sifat kemanusiaan Kristus dibangun oleh Roh Kudus di dalam Rahim”. (Lihat: Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta, hal 23). Selanjutnya Ryrie menegaskan “Kristus tidak memiliki kemanusiaan sampai saat kelahiranNya melalui perawan Maria”. (Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1, hal. 326).

(3) Wayne Grudem menegaskan, “Yesus sepenuhnya dan benar-benar manusia. Dia dikandung dalam rahim ibuNya karena karya ajaib Roh Kudus. Ini secara jelas disebutkan dalam Matius 1:18”. (Lihat: Grudem, Wayne., 2009. Kebenaran Yang Memerdekakan. Terjemahan, Penerbit Metanoia: Jakarta, hal. 91.

(4) John Calvin, pemimpin reformasi generasi kedua mengatakan, “Tetapi bagi kita, Kristus bebas dari segala noda, bukanlah karena Dia hanya lahir dari ibuNya tanpa perbuatan laki-laki, melainkan Dia telah disucikan oleh Roh. Bila dikatakan ‘Firman telah menjadi daging’ (Yohanes 1:14), hal itu tidak boleh diartikan seakan-akan Firman itu berubah menjadi daging, atau sama sekali bercampur dengan daging. Tetapi hal itu dikatakan karena Firman telah memilih rahim anak dara sebagai bait kediamanNya, Dan Dia yang tadiNya Anak Allah telah menjadi anak manusia, tidak karena percampuran zat, tetapi karena kesatuan pribadi”. (lihat: Calvin, John.,2000. Institutio: Pengajaran Agama Kristen. Terjemahan, Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta, hal. 144-115).

(5) Louis Berkhof, seorang teolog Reformed mengatakan “Pengakuan Iman kita meneguhkan bahwa Kristus mendapatkan natur manusia itu dari substansi yang berasal dari Maria ibuNya. ... Pengakuan iman kita menegaskan bahwa natur manusia Kristus ‘diperolehNya dalam rahim anak dara Maria yang diberkati oleh kuasa Roh Kudus, tanpa campur tangan seorang laki-laki”. (Lihat: Berkhof, Louis., 2011. Teologi Sistematika: Doktrin Kristus. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta, hal. 74-75).

(6) Merril C. Tenney pakar teologi dari Wheaton Collage memberi komentar demikian atas Lukas 1:35, “Berbeda dengan berbagai legenda kafir kuno tentang keturunan yang dianggap keturunan dewa dengan manusia, disini tidak terjadi intervensi jasmaniah. Tindakan mencipta oleh Roh Kudus di dalam tubuh Maria merupakan sarana fisik untuk terjadinya inkarnasi”. (Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary. Volume 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang, hal. 220).

4. Pendapat Bapa-Bapa Awal Gereja

Hal yang sama dengan pendapat saya tersebut di atas yang menyatakan bahwa kemanusiaan Kristus diciptaan dan dibentuk dalam rahim maria juga sesuai dengan pernyataan dari bapak-bapak di awal masa gereja sebagaimana dikutip oleh Josh McDowell, seorang apologet Kristen yang diakui kualitas akademisnya sebagai berikut : “Dalam tahun 110 M Ignatius menulis surat kepada jemaat Efesus, ‘Karena Allah kita Yesus Kristus... dikandung di dalam rahim Maria... oleh Roh Kudus”. 

Menurut Josh McDowell , bahwa tentang Kristus, Ignatius juga mengatakan, “Dia dikandung di dalam rahim ibunya, sama seperti kita, selama waktu yang sama; dan dilahirkan, juga sama seperti kita; dan benar-benar menyusu pada ibunya, dan makan dan minum, tidak berbeda dengan kita”… Seorang penulis pasca apostolik bernama Aritides pada tahun 125 M berbicara tentang kelahiran oleh perawan sebagai berikut, “Dia sendiri adalah Anak Allah yang Mahatinggi, yang merupakan perwujudan Roh Kudus, turun dari surga, dan karena dilahirkan oleh seorang perawan Ibrani, mendapat tubuh jasmaninya dari sang perawan... Dia yang secara lahiriah dilahirkan sebagai orang Ibrani, oleh perawan Maria yang mengandung dari Allah.”… Justinus Martyr pada tahun 150 M memberikan banyak bukti tentang konsep kelahiran Kristus yang ajaib sebagai berikut, “Guru kita Yesus Kristus, yang adalah Anak Sulung Allah Bapa, tidak dilahirkan sebagai hasil dari suatu hubungan seksual...kuasa Allah yang turun ke atas sang perawan meliputi dirinya dan, meskipun dia masih perawan, membuatnya mengandung... Karena, oleh kuasa Allah Dia dikandung oleh seorang perawan... menurut kehendak Allah, Yesus Kristus, PutraNya. Telah dilahirkan oleh perawan Maria”. (lihat: McDowell, Josh., 2007. Apologetika: Bukti-Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab , Jilid 1. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang, hal. 188, 287-288)

5. Maria sebagai Theotokos

Alkitab menyatakan bahwa Kristus lahir dari seorang perempuan, yaitu perawan Maria. Peristiwa dikandungnya Yesus di dalam Rahim Maria tersebut adalah peristiwa yang mirakulus atau ajaib, karena Yesus dikandung di luar hubungan seksual. (Matius 1:18-25; Lukas 1:35). 

Ini penting untuk menangkal pikiran sempit dan tuduhan palsu bahwa Roh Kudus, Pribadi ketiga dalam Trinitas seakan-akan menjadi seorang laki-laki yang datang kepada Maria dan bersetubuh dengan Maria. Sekali lagi, pikiran dan tuduhan seperti ini sangat keliru! Tetapi yang bsebenarNya adalah Roh Kudus secara supranatural dengan kuasaNya menciptakan janin Yesus di dalam Rahim Maria dan memelihara tumbuh kembang janin itu. Dan setelah melewati masa kehamilan yang normal layak perempuan biasa yang mengandung, Maria melairkan Anaknya. Yang diberi nama Yesus. 

Dengan demikian, Maria menjadi “theotokos” yang berarti “ia melahirkan Allah”, sebab sekalipun Yesus mengambil kemanusiaan sejati, namun Ia adalah benar-benar Allah. Istilah theotokos ini dirumuskan pada abad ke 5 dan digunakan untuk menekankan bahwa Allah sendiri benar-benar menjadi manusia. Namun sayangnya, istilah tersebut ditentang oleh Nestorius(386-451 M), , yang megutamakan keterpisahan keAllahan dan kemanusiaan Kristus. Nestorianisme adalah ajaran sesat yang mengajarkan bahwa Yesus eksis sebagai dua pribadi, yakni sebagai manusia Yesus dan sebagai Putera Allah atau Logos, bukannya sebagai satu Pribadi Theantropik dengan dua natur yang diperastukan dalam kesatuan hipostatik. Pandangan Nestoranisme ini dinyatakan sesat dan dikutuk dalam Konsili Efesus tahun 431 M.

Istilah theotokos ini saat ini memang lebih umum digunakan oleh gereja Katolik ketimbang gereja Protestan. Hal ini disebabkan kecenderungan gereja Katolik menempatkan Maria sebagai perempuan yang suci tanpa dosa. Sebenarnya istilah theotokos ini apabila dipahami dengan arti yang tepat justru berguna untuk menjelaskan dan untuk menekankan peristiwa kelahiran yang ajaib dari Pribadi Allah manusia, yaitu Yesus Kristus. Alkitab menyatakan bahwa dalam segala hal Yesus Kristus harus disamakan dengan manusia lainnya (Ibrani 2:17), tetapi tidak mungkin Yesus lahir sebagai anak kandung dari Yusuf dan Maria. 

Jika Tuhan Yesus adalah anak Yusuf dan Maria, maka itu berarti Yesus dipertalikan kepada dosa asal yaitu dosa yang dikenakan kepada seluruh keturunan Adam. Namun, hanya karena karya supranatural dari Roh Kudus saja, maka anak Maria ini tidak termasuk dalam keturunan Adam yang berdosa. Apakah ini artinya dosa diturunkan dari laki-laki saja, sehingga sudah cukup jika Yusuf dikesampingkan alam peristiwa kehamilan Maria? Tentu saja tidak! Dosa asal tidaklah disebarkan hanya melalui laki-laki saja. 

Lagi pula cara dosa ditularkan (diwariskan) kepada seluruh manusia bukan seperti cara penyakit turunan atau penyakit yang menular tersebar. Penyebaran dosa asal terjadi karena Allah telah menetapkan Adam sebagai kepala umat manusia yang olehnya dosa masuk ke dalam dunia. Demikian atas penetapan Allah sendiri, maka Anak Tunggal Allah, Yesus Kristus, ketika inkarnasi, dilahirkan dalam keadaan suci tanpa dosa. 

Hal ini membuktikan bahwa peristiwa mengandungnya Maria dan inkarnasi Yesus Kristus adalah suatu mujizat, yaitu bahwa Yesus Kristus dikandung oleh kuasa supranatural Roh Kudus. Karena itulah. untuk mempertahankan kelahiran perawan, yaitu bahwa Yesus adalah anak Maria secara biologis, tetapi bukan anak Yusuf secara biologis (walau benar anak Yusuf secara hukum), Matius dengan secara cermat menulis demikian, “Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus” (Matius 1:16). 

Perhatikan bahwa kata “memperanakkan” dipakai untuk semua nama dalam daftar silsilah dari Abraham sampai Yusuf (Matius 1:1-16), namun pernyataan itu berubah ketika sampai kepada Yesus. 

Tidak dikatakan bahwa Yusuf memperanakan Yesus, melainkan Yusuf adalah suami Maria, yang melahirkan Yesus. Yusuf memang suami Maria, tetapi hanya melalui Maria sajalah Yesus dilahirkan. Kata “yang melahirkan” dalam bahasa Yunaninya adalah “gennaōthē” bentuk tunggal untuk wanita, jelas-jelas menunjukkan bahwa Yesus lahir dari Maria seorang dan tidak dari Maria dan Yusuf.

6. Berdasarkan Saintifik

Pertama-tama, kita tahu bahwa darah bayi tidak pernah tercampur dengan darah ibunya selama ia berada dalam kandungan. Darah ibu memelihara janin melalui plasenta, tetapi darahnya tidak dapat memasuki urat nadi si bayi karena aliran darah mereka terpisah. Dengan demikian, dapat dipastikan darah Kristus tidak pernah tercampur dengan darah Maria, meskipun secara jasmani Yesus adalah anak Maria, karena Maria yang mengandung dan melahirkanNya. Karena itulah darah Yesus yang suci inilah yang layak sebagai korban satu-satuNya bagi pendamaian. 

Selanjutnya, kode genetik Yesus tidak diperoleh dari Yusuf, karena janin Yesus bukanlah berasal dari sel telur Maria yang dibuahi oleh Yusuf. Pembuahan ini terjadi secara supranatural oleh kuasa Roh Kudus sehingga genetik Yesus secara ajaib berasal dari Roh Kudus dan juga dari Maria. 

Dengan demikian seluruh natur kemanusiaan Yesus (roh/jiwa dan tubuhnya, termasuk, kesadaran, pikiran, kehendak dan emosi kemanusiaanNya diperoleh dari Maria, dibangun di dalam Rahim Maria, dan dilindungi (dinaungi) oleh kuasa Roh Kudus. Sehingga Yesus benar-benar 100 persen memiliki natur kemanusian tanpa bercampur dengan natur KeilahianNya. Kedua natur ini berpadu membentuk satu Pribadi, yaitu Pribadi Hipostatik.

7. Argumentasi lainnnya

Satu pertanyaan penting: “Bila Kristus itu lahir dari seorang perawan, apakah Ia juga mewarisi sifat yang berdosa dari ibu-Nya?” Alkitab menyatakan, walaupun Kristus dapat dicobai, namun Ia tidak dapat berbuat dosa sebab Ia tidak memiliki tabiat dosa (Ibrani 4:15). Sifat kemanusiaan Kristus memang dapat dicobai, tetapi sifat keilahian Kristus tidak dapat dicobai, karena Alkitab mengatakan Allah tidak dapat dicobai (Yakobus 1:13). 

Pencobaan-pencobaan yang datang kepada Yesus menunjukkan bahwa Ia benar-benar memiliki sifat manusia (Matius 4:1-11). Tetapi meskipun sifat kemanusiaanNya dapat dicobai, namun Kristus tidak dapat jatuh ke dalam dosa. Mengapa? Karena selain Ia tidak memiliki benih (potensi) dosa di dalam diriNya, sifat kemanusiaanNya telah menyatu dengan sifat keilahianNya, dan dengan demikian kekudusanNya tersebut tidak dapat dipengaruhi atau dirusak oleh dosa dan faktor-faktor duniawi lainNya. 

Perlu ditegaskan bahwa Kristus sebagai Allah telah ada sebelum Ia dilahirkan dari seorang perawan Maria. Kristus ada sebelum penciptaan dan sebelum adanya waktu. Ia Allah yang kekal, dan ada selalu ada selama-lamanya. KelahiranNya dari seorang perempuan menunjukkan bahwa Ia adalah benar-benar manusia dan menjadi sama dengan kita (Roma 8:3; Galatia 4:4; Filipi 2:4-6). 

Walau demikian, kemanusiaanNya tidaklah sama dengan kita, sebab kita lahir dengan natur dosa (dosa asal) yang diwariskan dan dipertalikan, tetapi Kristus tidak demikian, kemanusiaanNya benar-benar sempurna. Karena itu, kesempurnaan kemanusiaan Kristus tidak boleh dinilai berdasarkan kemanusiaan kita.

Millard J. Erickson menjelaskan, “Pertanyaan yang seharusnya ditanyakan ialah, ‘apakah kita ini sudah menjadi manusia yang utuh seperti Yesus?’ dan bukan mengajukan pertanyaan, ‘apakah Yesus itu manusia utuh seperti kita?’ Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang paling benar karena hakikat kemanusiaan kita telah tercemar. Di dalam sejarah hanya terdapat tiga manusia sejati: Adam dan Hawa (sebelum jatuh ke dalam dosa) dan Yesus Kristus. Semua yang lain hanyalah model manusia yang sudah rusak dan cacat. 

Jadi, jangan kita menilai Dia berdasarkan kemanusiaan kita. Kemanusiaan Yesus yang sejati dan murni, adalah tolok ukur yang tepat untuk menilai diri kita”. (Millard J. Erickson, Teologi Kristen Jilid 2, halaman 369). 

Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak berhubungan dengan dosa. Alkitab menandaskan bahwa Yesus “tidak mengenal dosa” (2 Korintus 5:21); dan bahwa Ia adalah “yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa” (Ibrani 7:26); dan bahwa “di dalam “Dia tidak ada dosa” (1 Yohanes 3:5). 

Pada saat memberitahukan bahwa Maria akan melahirkan Anak Allah, Gabriel menyebutkan Yesus sebagai "kudus" (Lukas 1:35). Iblis tidak berkuasa apa-apa atas diri Yesus (Yohanes 14:30); ia tak ada hak apa pun atas Anak Allah yang tidak berdosa itu. Dosalah yang membuat Iblis berkuasa atas manusia, tetapi di dalam Yesus tidak ada dosa. Melalui naungan ajaib Roh Kudus, Yesus lahir sebagai manusia yang tidak berdosa. (Thiessen, Henry C, Teologi Sistematika, halaman 333). 

Namun karena Yesus memiliki kemanusiaan yang tidak berdosa timbul pertanyaan, “apakah orang yang tidak berdosa dapat dikatakan benar-benar manusia?”. Bila pertanyaan ini di jawab dengan “tidak”, maka kita beranggapan bahwa dosa merupakan bagian dari hakikat manusia. Pandangan seperti itu harus dinilai sesat, karena Allah yang menciptakan manusia menjadi penyebab pencipta suatu sifat yang pada dasarnya jahat (Millard J. Erickson, Teologi Kristen Jilid 2, halaman 368). 

Dan orang Kristen seharusnya menolak pandangan tersebut di atas. Sebenarnya, pertanyaan tersebut di atas muncul karena memang ada orang yang berpikir apabila Yesus adalah manusia yang tidak berdosa maka sebetulnya Ia bukan manusia, karena semua manusia itu berdosa adanya. Namun yang harus diketahui dan perlu ditegaskan disini adalah bahwa dosa tidak termasuk dalam hakekat manusia. Adam dana Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa adalah manusia yang tanpa hakikat dosa! 

Jadi kenyataan bahwa kemanusiaan Kristus diciptakan dalam pengertian dibangun dan dibentuk oleh Roh Kudus di dalam rahim Maria tidak menyebabkan Ia berdosa dan karena Ia tidak berdosa bukan berarti Ia bukanlah manusia yang sejati.DARI MANA ASAL JANIN YESUS DI DALAM RAHIM MARIA?
Next Post Previous Post