TAFSIRAN SURAT FILIPI

Pdt.Budi Asali, M.Div.
SURAT FILIPI 1:1-11. 

Latar belakang surat Filipi. 

1) Cerita tentang berdirinya gereja di Filipi bisa saudara baca dalam Kisah Para Rasul 16:4-40. Di sana ditunjukkan secara jelas bahwa Pauluslah yang memberitakan Injil di Filipi sehingga ada orang-orang kristen di Filipi. Jadi dengan kata lain, Paulus adalah pendiri gereja Filipi. 
TAFSIRAN SURAT FILIPI
otomotif, business
2) Dalam Kisah Para Rasul 20:1-2 Paulus pernah mampir di Filipi (Filipi terletak di Makedonia bdk. Kisah Para Rasul 16:12) untuk menguatkan para murid di sana. 

Jadi, setelah menginjili dan mendewasakan iman orang Filipi, pada waktu ada kesempatan Paulus masih mengunjungi mereka untuk bisa lebih mende-wasakan iman mereka. 

Penerapan: 

Apakah saudara masih ada perhatian kepada orang-orang yang saudara pertobatkan / bawa kepada Kristus? Ataukah saudara menganggap bahwa mereka bukan lagi urusan saudara? 

3) Paulus menulis surat Filipi ini pada saat ia ada di penjara Roma. 

Ini terlihat dari: 
Filipi 1:13-17 yang menunjukkan dengan jelas bahwa pada saat ia menu­lis surat ini, ia sedang ada di penjara. 

Filipi 1:13 dan 4:22 berbicara tentang ‘istana’ dan ‘istana kaisar’, sehingga jelas menunjukkan kota Roma (istana kaisar terletak di Roma). 

Jadi, pada waktu ada dalam penjara sekalipun (yang jelas merupakan penderitaan), Paulus tetap berusaha melayani Tuhan. 

Penerapan: 

Kalau saudara sedang ada dalam keadaan baik-baik, saudara mungkin mau melayani Tuhan. Tetapi bagaimana kalau keadaan memburuk dan saudara ada dalam penderitaan? Masihkah saudara mau melayani Tuhan, atau apakah saudara ‘cuti’ dahulu sampai penderitaan itu berakhir? 

4) Dari Filipi 2:25-30 dan 4:18 terlihat dengan jelas bahwa pada saat Paulus ada di dalam penjara, orang-orang Filipi mengutus seorang yang bernama Epa-froditus untuk mengunjungi Paulus dan membawa ba­rang-barang yang Paulus butuhkan. Setelah itu Paulus mengirimkan Epafroditus kembali ke Filipi (Filipi 2:25) sambil membawakan surat Filipi ini. 

Sekarang mari kita mempelajari Filipi 1:1-11 ini. 

Ada 3 hal yang menyolok dari diri Paulus dalam bagian ini: 

I) Kerendahan hati Paulus. 

Ini terlihat dari: 

1) Ia menyebut dirinya sebagai ‘hamba Kristus Yesus’ (Filipi 1: 1). 

a) Ini menunjukkan kerendahan hati Paulus. Ia adalah seorang rasul, dan ia adalah pendiri dari gereja Filipi. Tetapi ia toh menyebut diri bukan sebagai rasul / pendiri, tetapi sebagai hamba! 

Kalau saudara adalah orang yang aktif dalam gereja saudara, atau kalau saudara adalah seorang donatur yang terutama dalam gereja saudara, dan karena itu saudara mau menjadi boss dalam gereja saudara, maka lihatlah kepada Paulus dan tirulah dia! 

Ingat bahwa sebetulnya dalam gereja Tuhan hanya ada 1 Tuan, yaitu Tuhan Yesus sendiri! Semua orang kristen adalah hamba! Tidak boleh ada ‘tuan besar’ yang bersikap / bertindak sebagai diktator / pemilik / boss dalam gereja! 

Kalau saudara toh mau menjadi yang terbesar dalam gereja Tuhan, maka caranya adalah justru dengan menjadi yang terendah dan menjadi hamba bagi semua! (bdk. Matius 20:20-28). 

b) Tetapi dalam sebutan ‘hamba Kristus Yesus’ itu juga terlihat bahwa: 

· Paulus bukanlah hamba uang / hamba dosa dsb. 

· Paulus bukan hamba manusia (bdk. 1Korintus 7:23). 

Ingat bahwa kerendahan hati tidak berarti bahwa kita harus tunduk kepada manusia! (bdk. Galatia 1:10). 

· Paulus tunduk / taat hanya kepada Tuhan! 

Apakah saudara adalah orang yang seperti ini? 

2) Paulus menyejajarkan diri dengan Timotius (Filipi 1: 1). 

a) Sekalipun nama Timotius disebutkan sebagai pengirim surat Filipi ini (ay 1: ‘Dari Paulus dan Timotius ...’), tetapi ini tidak berarti bahwa Timotius juga adalah pengarang surat Filipi ini. 

Dasar pandangan ini adalah: dalam surat Filipi ini, Paulus selalu ber-kata ‘Aku’ (misalnya pada ay 3). Sedangkan pada waktu membicara-kan tentang Timotius, Paulus menggunakan kata ‘ia / dia’ (misalnya dalam 2:19-23). 

b) Kalau Timotius tidak ikut mengarang surat Filipi ini, lalu mengapa namanya dicantumkan sebagai pengirim surat Filipi ini? 

· Mungkin karena Timotius adalah juru tulis Paulus. 

Bahwa dalam menulis surat-suratnya, Paulus sering mempunyai juru tulis, bisa terlihat dari: 

* 1Korintus 16:21-24 Kolose 4:18 2Tesalonika 3:17 yang menunjukkan bahwa Paulus hanya menulis salam terakhir itu dengan tangannya sendiri. Sedangkan seluruh surat itu ditulis oleh juru tulis Paulus. 

* Roma 16:22 yang menunjukkan bahwa Paulus mempunyai juru tulis yang bernama Tertius untuk menuliskan surat Roma. 

· Mungkin karena Timotius ikut bersama Paulus pada waktu ia memberitakan Injil untuk pertama kalinya di Filipi (Kis 16:1-3). 

Dan Timotius juga ada bersama dengan Paulus pada waktu Paulus menulis surat ini. Jadi, supaya orang Filipi bisa lebih mengingat saat-saat dalam Kis 16 itu, maka nama Timotius dicantumkan sebagai pengirim surat ini. 

c) Bagaimanapun juga, Paulus jauh lebih besar dari Timotius, baik ditinjau dari sudut umur, pengalaman, jabatan, luas / keberhasilan pelayanan, dsb. Jadi, sebetulnya Paulus tidak perlu menyeja­jarkan namanya dengan Timotius. Ia bisa saja menulis sebagai berikut: ‘Dari Rasul Paulus dan Pendeta Timotius ...’. Tetapi ia tidak melakukan hal itu. Ia menyejajarkan dirinya dengan Timotius sebagai ‘hamba-hamba Kristus Yesus’. Ini jelas menunjukkan kerendahan hati Paulus! 

Mengapa Paulus bisa seperti itu? Karena ia menghubungkan dirinya dan Timotius dengan Tuhan Yesus sendiri (ay 1: ‘hamba-hamba Kris-tus Yesus’). 

Kalau kita hanya membandingkan diri kita dengan orang lain, maka mungkin sekali kita akan melihat betapa lebih hebatnya kita dibanding dengan orang itu. Tetapi kalau kita melihat diri kita, orang lain itu, dan Tuhan, maka Tuhan akan kelihatan menon­jol jauh di atas, sedangkan diri kita maupun orang lain itu akan tenggelam ke bawah, sehingga tak akan terlihat perbedaan antara kita dengan orang itu. 

Illustrasi: Gunung yang satu lebih tinggi dari gunung yang lain. Tetapi kalau dibandingkan dengan bintang, maka perbedaan tinggi itu akan menjadi hilang / tidak berarti! 

Karena itu, setiap kali saudara merasa sombong / lebih hebat dari orang lain, maka pandanglah kepada Tuhan! 

3) Paulus menganggap hal-hal baik dalam diri orang Filipi sebagai pekerja-an Allah, bukan pekerjaannya sendiri! 

· Filipi 1: 6: Allah yang memulai pekerjaan baik di antara orang-orang Filipi (mempertobatkan mereka). Padahal mereka bertobat, karena Peka-baran Injil yang dilakukan oleh Paulus! 

· Filipi 1: 3-5: Paulus bersyukur kepada Allah! Karena ia sadar bahwa pertobatan orang Filipi itu adalah pekerjaan Allah, maka Paulus ber-syukur kepada Tuhan atas hal itu. 

Semua ini sesuai dengan apa yang ia katakan dalam 1Korintus 3:6-7! 

Penerapan: Kalau saudara berhasil dalam melakukan suatu hal, baik dalam pekerjaan, study, pelayanan, pekabaran injil dsb, apakah saudara menganggap itu sebagai keberhasilan saudara atau sebagai pekerjaan Tuhan? 

II) Kasih Paulus. 

Dalam latar belakang surat Filipi di atas, kita sudah melihat bahwa orang-orang Filipi menunjukkan kasihnya kepada Paulus dengan mengi­rimkan Epa-froditus untuk mengunjungi Paulus sambil membawakan barang-barang yang Paulus perlukan. 

Sekarang, dalam Filipi 1: 7-8 kita juga bisa melihat dengan jelas bahwa Paulus-pun mengasihi jemaat Filipi itu. 

Jelas bahwa sekalipun mereka jauh di mata, tetapi mereka tetap dekat di hati! 

Penerapan: Ada banyak orang kristen yang dengan saudara seiman yang segereja dengan diapun tak bisa mengasihi. Sebaliknya mereka saling acuh tak acuh, saling fitnah / gossip satu dengan yang lain, saling senti­men, benci dsb. Ini dekat di mata, jauh di hati! Kalau saudara adalah orang yang seperti itu, bacalah 1Korintus 13:1-7. 

Karena Paulus mengasihi jemaat Filipi, maka sekalipun Paulus jauh dari mereka Paulus banyak berdoa untuk mereka (ay 3-5,9-11). 

Apakah saudara mengasihi sesama saudara atau tidak, bisa terlihat dari apakah saudara sering mendoakan mereka atau tidak! 

III) Doa syafaat Paulus. 

Bahwa Paulus berdoa untuk gereja Filipi, menunjukkan bahwa berdoa untuk gereja adalah sesuatu yang sangat penting! 

Penerapan: 
berapa sering saudara mendoakan gereja saudara (pendeta saudara, majelis / pengu­rus saudara, guru-guru sekolah minggu di gereja saudara, acara-acara gereja, keuangan gereja, pertumbuhan gereja secara kwali-tas maupun kwantitas dsb) dalam doa pribadi saudara? 
maukah saudara ikut Persekutuan Doa di gereja untuk mendukung gereja saudara dalam doa? 

Hal apa saja yang didoakan oleh Paulus? 

1) Ia bersyukur (Filipi 1: 3-5). 

Pernahkah saudara bersyukur kepada Tuhan atas adanya gereja saudara? 

2) Ia berdoa supaya jemaat Filipi makin melimpah dalam kasih (Filipi 1: 9). 

Jemaat Filipi sudah mempunyai kasih. Ini terlihat dari bantuan yang mereka berikan kepada Paulus. Tetapi toh Paulus mendoakan supaya mereka makin bertumbuh dalam kasih, karena bagaimanapun juga kasih mereka belum / tidak sempurna! 

Dari sini kita bisa belajar bahwa kita harus tetap berdoa seka­lipun untuk hal-hal yang sudah baik dalam gereja kita! Kita cenderung untuk hanya mendoakan hal-hal yang kurang baik / tidak baik dalam gereja kita! Tetapi sikap ini bisa menyebabkan hal yang sudah baik akhirnya menjadi jelek karena tidak pernah didoakan! 

Karena itu, renungkanlah dalam hal apa gereja saudara sudah cukup baik, dan tetaplah berdoa untuk hal-hal itu supaya hal-hal yang sudah cukup baik itu menjadi makin sempurna! 

3) Ia berdoa supaya jemaat Filipi bertumbuh dalam pengetahuan, sehingga mereka bisa membedakan antara yang salah dan yang benar, antara yang baik dan yang jahat dsb (ay 9b-10a). 

Yang dimaksud dengan ‘pengetahuan / pengertian’ di sini tentu saja adalah pengetahuan / pengertian Firman Tuhan. 

Bahwa Paulus berdoa supaya jemaat Filipi bertumbuh dalam pengetahuan Firman Tuhan, menunjukkan pentingnya pengajaran Firman Tuhan dalam gereja! 

Gereja yang tidak mementingkan pengajaran Firman Tuhan adalah gereja yang sudah menyeleweng dari jalan yang benar! 

Ada orang-orang yang berpendapat bahwa yang penting bukan bela­jar banyak, tetapi mentaati Firman Tuhan, hidup baik, dsb. Tetapi ingat bahwa ay 9-10 itu menunjukkan bahwa pertumbuhan pengetahuan itulah yang menyebabkan kita bisa membedakan antara yang baik dengan yang jahat, yang salah dengan yang benar dsb. Kalau kita tidak tumbuh dalam pengetahuan tentang Firman Tuhan, maka kita akan sering menganggap yang baik sebagai jahat, dan yang salah sebagai benar. Lalu bagaimana kita bisa taat kepada Tuhan, hidup baik, dsb? 

Hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa Paulus mendoa­kan supaya mereka tumbuh dalam kasih (no 2 di atas), dan juga supaya mereka bertumbuh dalam pengetahuan Firman Tuhan (no 3). Memang kedua hal ini harus tumbuh bersama-sama! Kasih tanpa pengetahuan akan menjadi kasih yang memanjakan dan merusak! Sedangkan penge-tahuan tanpa kasih akan menjadikan kita seperti orang-orang Farisi! 

Karena itu, perhatikan supaya saudara bertumbuh secara seimbang dalam kedua hal ini! 

4) Ia berdoa supaya jemaat Filipi menjadi suci (ay 10b-11). 

‘Menjadi suci / tak bercacat’ (ay 10b) sebetulnya sama artinya dengan ‘penuh buah kebenaran’ (ay 11). Sedangkan buah kebenaran itu dikerjakan oleh Yesus Kristus (Filipi 1: 11 bdk. Galatia 5:22-23). 

Tetapi itu tidak berarti bahwa kita boleh bersikap pasif saja dalam pengudusan diri kita. Kita tetap mempunyai tanggung jawab untuk: 

· banyak belajar Firman Tuhan, karena Firman Tuhan itu dipakai oleh Tuhan untuk menyucikan kita (Yohanes 15:3 Mazmur 119:9 Yeremia 23:29). 

· banyak berdoa supaya Tuhan memberi kita kekuatan menghadapi kelemahan-kelemahan kita, godaan setan dsb (Matius 6:13 26:41). 

· berusaha membuang dosa dan mentaati Tuhan. 

Tujuan semua ini adalah supaya Allah dipermuliakan (ay 11). 

Penutup: 

Tirulah Paulus dalam: 

· kerendahan hatinya. 

· kasihnya. 

· doa syafaatnya untuk gereja. 

Maukah saudara? 

FILIPI 1:12-19 

I) Paulus mengalami bencana. 

1) Ia dipenjarakan (Filipi 1: 12-13). 

Tadinya Tuhan memakai Paulus untuk keliling memberitakan Injil, mendi-rikan gereja-gereja, memberitakan Firman Tuhan untuk menguatkan orang-orang kristen dll. Tetapi sekarang Paulus masuk penjara! Bahkan ada kemungkinan Paulus akan dijatuhi hukuman mati! Kelihatannya setan menang, Tuhan kalah, gereja rugi, Paulus rugi. Tetapi, benar­kah demi-kian? 

2) Ada orang-orang yang tidak senang pada Paulus (Filipi 1: 15). 

Orang-orang ini giat mengabarkan Injil dengan maksud untuk mem­per-berat beban Paulus dalam penjara (Filipi 1: 17). 

II) Akibat dari bencana ini. 

Bencana biasanya berakibat buruk. Tapi di sini, bencana berakibat lain! Lihat Filipi 1: 12! Akibat bencana itu: Injil makin maju! 

Kata ‘kemajuan’ dalam ay 12 itu, dalam bahasa Yunaninya adalah PROKO-PEN yang menunjukkan kemajuan dari suatu expedisi atau pasukan tentara. 

Bagaimana Injil bisa tambah maju? 

1) Paulus dipenjara, tetapi ia terus mengabarkan Injil. 

Ia mengabar­kan Injil kepada penjaga penjara / tentara yang secara bergi-liran menjaga dia. Ini betul-betul persis seperti kata-kata Paulus dalam 2Timotius 2:9 dimana ia berkata: ‘... aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu’. 

Bandingkan dengan orang kristen jaman sekarang yang pada umumnya orangnya tidak terbelenggu, tetapi Firman Allah di dalam mereka terbe-lenggu! 

Akibat Pekabaran Injil yang Paulus lakukan, ada orang-orang yang bertobat (Filipi 4:22). Sekarang terlihat tujuan Allah membiarkan Paulus masuk penjara, yaitu untuk menyelamatkan orang-orang pilihan Allah di sana! 

2) Orang lain juga banyak yang makin giat memberitakan Injil (Filipi 1: 14). 

a) Yang dimaksud dengan ‘saudara’ dalam ay 14 adalah orang-orang kristen di Roma, tempat Paulus dipenjarakan. 

b) ‘Kebanyakan saudara’ (ay 14) menunjukkan bahwa ada juga orang-orang yang lalu malah bertambah takut untuk memberitakan Injil, teta-pi kebanyakan menjadi bertambah berani dalam memberitakan Injil. 

Penerapan: 

Kalau saudara mendengar ada orang yang ditangkap / dianiaya karena memberitakan Injil, bagaimana sikap / tindakan saudara? 

· mengkritik / menyalahkan orang itu karena terlalu fanatik / extrim? 

· menjadi makin ‘bijaksana’ (atau ‘bijaksini’?) dengan tidak lagi mem-beritakan Injil / mengurangi Pemberitaan Injil? 

· menjadikan orang itu sebagai teladan, sehingga saudara lalu makin berani dalam memberitakan Injil? 

c) Mereka yang memberitakan Injil terbagi menjadi 2 golongan: 

· Golongan yang motivasinya benar (ay 15b,16a,18). 

Mungkin mereka melihat penginjilan di dalam gereja menjadi ter-bengkalai karena ditinggal oleh Paulus, maka mereka berusaha memberitakan Injil untuk menggantikan Paulus. 

Penerapan: 

Kalau dalam gereja saudara ada seseorang yang karena satu hal tertentu tidak bisa melayani, apakah saudara berusaha mengganti-kannya? Atau saudara bersikap acuh tak acuh saja? 

· Golongan yang motivasinya salah (ay 15a,17,18). 

* Hal yang perlu saudara ketahui adalah bahwa orang-orang ini adalah orang kristen! Berita / ajaran yang mereka berikan adalah ajaran yang benar / Injil yang murni! 

Ayat-ayat seperti 2Korintus 11:4-5,13 Galatia 1:6-9 Filipi 3:2 menunjuk-kan bahwa kalau menghadapi orang-orang yang ajarannya salah, Paulus tidak pernah bersikap ramah, tetapi bersikap sangat keras. Bahwa terhadap golongan ke 2 ini Paulus bersikap ramah, membuktikan bahwa mereka adalah orang kristen sungguh-sungguh, yang memberitakan ajaran yang benar (hanya motivasi mereka saja yang salah). 

* Filipi 1: 15: ‘dengki’ (NIV/NASB/KJV/RSV: envy). 

Mungkin orang-orang kristen ini iri dengan kepopuleran Paulus sehingga akhirnya tidak senang kepada Paulus. Dan semen-tara Paulus ada di penjara, mereka beranggapan bahwa itu adalah saat yang baik bagi mereka untuk menaikkan kepopu-leran mereka dengan giat memberitakan Injil. 

* Dalam Filipi 1: 17 juga dikatakan bahwa mereka giat memberitakan Injil untuk memperberat beban Paulus dalam penjara. Bagai-mana hal ini bisa terja­di, kita tidak bisa tahu. 

Kesimpulan: orang-orang ini adalah orang yang pro Kris­tus, tetapi anti Paulus! 

Menghadapi kejadian seperti ini Paulus tetap bersukacita! Bagai-mana mungkin? Karena ia menyoroti hal itu secara positif! Asal mereka memberitakan Kristus, sekalipun dalam diri mereka ada dosa (motivasi yang salah), Tuhan tetap bisa memakai mereka (Awas! Ini tentu tak berarti bahwa saudara boleh membiarkan begitu saja dosa ada dalam diri saudara!). 

Sekarang terlihat bahwa bencana itu ternyata membawa kebaikan! Kalau saudara adalah orang yang tidak / belum percaya kepada Kristus, atau orang kristen KTP, maka bencana memang bisa berakibat buruk bagi saudara. Tetapi kalau saudara adalah orang kristen yang sejati, bagi saudara berlaku janji Tuhan dalam Ro 8:28 (perhatikan juga Roma 8:32) sehingga tidak mungkin ada bencana yang betul-betul bisa merugikan saudara! 

III) Sikap Paulus dalam bencana. 

1) Ia yakin bahwa semua yang ia alami akan membawa kebaikan (ay 19). 

Beberapa penjelasan tentang Filipi 1: 19 ini: 

· ‘Semuanya’ (ay 19) menunjuk pada bencana yang ia alami, baik masuknya ia ke penjara, maupun adanya orang-orang yang memberi-takan Injil untuk memperberat bebannya dalam penjara. 

· ‘Kesudahan’ (ay 19) menunjukkan bahwa ia mengarahkan pandangan­nya ke depan! Sekarang ia menderita, tetapi nanti ia yakin semua akan membawa kebaikan. 

Memang, dalam mengalami penderitaan, arahkan mata saudara ke depan, bukan pada penderitaan saudara saat itu! 

· ‘Keselamatanku’ (ay 19) jelas tidak menunjuk pada keselamatan dari dosa karena Paulus sudah selamat dan ia yakin akan kesela­matannya (ay 21,23). Kata ‘keselamatan’ di sini bisa diartikan kesehatan, atau kesejahteraan secara jasmani / rohani, atau sekedar diartikan kebaik-an. Jadi, ia yakin bahwa semuanya akan membawa kebaikan bagi dia! 

Penerapan: Persoalan / bencana apa yang saat ini saudara hadapi? Percayakah saudara bahwa itu akan membawa kebaikan bagi saudara? Atau, adakah problem dalam gereja saudara? Percayakah saudara bahwa itupun akan membawa kebaikan bagi gereja saudara maupun diri saudara sendiri? 

Keyakinan ini penting, karena akan menjadi dasar dari sikap-sikap lain dalam menghadapi bencana / problem! 

2) Ia bersukacita (Filipi 1: 18-19). 

Keyakinan bahwa segala sesuatu akan membawa kebaikan, menyebab­kan ia bisa bersukacita dalam penderitaan yang berat sekalipun. 

Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting! Kalau saudara bisa bersukacita ditengah-tengah bencana, maka: 

a) Semua akan terasa lebih ringan bagi diri saudara sendiri. Sebalik­nya, kalau saudara putus asa, maka saudara akan makin celaka (bdk. Amsal 15:15 17:22 24:10). 

b) Itu akan menjadi kesaksian yang luar biasa bagi orang-orang disekitar saudara. Tetapi sebaliknya, kalau ditengah-tengah kesukaran saudara juga menjadi sumpek, gelisah, marah, putus asa, dsb, lalu apa bedanya hidup saudara dengan orang kafir? 

3) Ia melupakan diri sendiri (menyangkal diri) dan ia hidup hanya untuk kemuliaan Allah saja! 

a) Filipi 1: 18: ‘Tetapi tidak mengapa’. 

Ini kelihatannya menunjukkan bahwa motivasi yang salah dalam memberitakan Injil itu tidak apa-apa. Tetapi dalam bagian ini Kitab Suci Indonesia terjemahannya kurang tepat! 

NIV/NASB/KJV/RSV: ‘What then?’ (= ‘Lalu apa?’). 

Jadi, ay 18 ini tidak menunjukkan bahwa Paulus menganggap bahwa motivasi yang salah itu tidak apa-apa! Ay 18 ini hanya menun­jukkan bahwa sekalipun orang-orang itu berusaha merugikan dirinya, Paulus tidak peduli dengan dirinya sendiri. Yang penting bagi dia adalah: Kristus diberitakan! 

b) Filipi 1: 12 juga menunjukkan bahwa Paulus tidak peduli pada dirinya sendiri, sekalipun pada saat itu ia ada dalam penjara. Yang ia pedulikan bukanlah ‘apa yang terjadi pada dirinya’ tetapi ‘apa yang terjadi pada Injil’! 

Penerapan: 

Bagaimana dengan diri saudara? Sudahkah saudara menyangkal diri saudara sendiri dan sudahkah saudara hidup hanya bagi kemuliaan Allah? Yang mana yang lebih saudara perhatikan / pedulikan: apa yang terjadi pada diri saudara, atau, apa yang terjadi pada Injil? 

4) Ia berusaha maximal dimanapun dan dalam sikon apapun ia berada. Yakin pada Ro 8:28 tidak berarti bahwa kita boleh menjadi orang yang pasif dan ‘berserah’ pada keadaan dengan alasan ‘toh semua akan membawa kebaikan’. 

Paulus tetap berusaha secara maximal! Apa usahanya? 

a) Paulus memberitakan Injil dalam penjara. 

Kehebatan Paulus dalam memberitakan Injil bisa kita lihat dalam kitab Kisah Rasul. Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadah orang Yahudi. Kalau ditolak, ia lalu memberitakan Injil kepada orang-orang non Yahudi. Kalau dianiaya / mau dibunuh di suatu kota, ia pindah ke kota lain dan memberitakan Injil di tempat yang baru. Pada saat ia dimasukkan penjara di Filipi (Kis 16) ia memberitakan Injil kepada kepala penjara sehingga kepala penjara bertobat dan terbentuk gereja di Filipi. Pada waktu ia ditangkap dan dihadapkan kepada Mahkamah Agama Yahudi, ia juga memberitakan Injil kepada mereka. Waktu dihadapkan kepada penggede / raja seperti Festus, Felix, Agripa & Bernike, ia juga memberitakan Injil kepada mereka. Dan di sini, waktu ia masuk penjara di Roma, ia memberitakan Injil lagi sehingga mempertobatkan orang-orang dalam istana kaisar Nero! Biasanya orang kristen bingung karena serangan setan, tetapi mungkin sekali pada waktu menghadapi Paulus, setannya yang bingung, karena serangan apapun yang setan lakukan, Paulus tetap memberitakan Injil! Ia betul-betul melakukan apa yang ia sendiri katakan / perin-tahkan dalam 2Tim 4:2, yang berbunyi: ‘Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya’! 

Maukah saudara meniru Paulus? 

b) Ia menghibur orang-orang Filipi dengan surat ini, supaya orang-orang Filipi tidak mundur dalam pelayanan tetapi sebaliknya bisa mempu-nyai keyakinan dan sukacita seperti dia. Biasanya orang yang ada di penjara dihibur oleh yang di luar penjara. Tetapi disini justru orang yang sedang di dalam penjara meng­hibur orang yang sedang bebas! 

Kesimpulan: Paulus tetap berusaha maximal / melakukan yang terbaik dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun tidak menye­nangkannya! 

Seseorang berkata: 

· “Never to allow ourselves to think that we could serve God better if our circumstances were other than they are” (= Jangan pernah mengijinkan diri sendiri untuk berpikir bahwa kita bisa melayani Tuhan dengan lebih baik, seandainya sikonnya berbeda dengan yang sesungguhnya). 

· “Always try to do our best where we are, knowing that he can bring good out of evil” (= Kita harus selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dimana kita berada, karena kita tahu bahwa Ia bisa membuat yang baik dari yang jahat / dari bencana). 

Penerapan: 

Kita sering berkhayal dengan menggunakan kata ‘andai­kata’! 

Misalnya: 

· Andaikata kita mempunyai gereja sendiri di tempat yang strategis, maka kita bisa melayani Tuhan dengan lebih baik. 

· Andaikata kita tak punya problem ekonomi / keluarga / kesehatan, kita bisa melayani Tuhan dengan lebih baik. 

· Andaikata saya kaya, saya bisa mempersembahkan lebih banyak bagi Tuhan / gereja. 

· Andaikata saya orang yang pandai / punya karunia-karunia yang hebat, saya akan melayani Tuhan mati-matian. 

· Andaikata suami / istri saya orang kristen, saya bisa lebih bebas dalam melayani Tuhan. 

Semua pangandaian seperti ini tidak pada tempatnya! Ingat bahwa kalau Tuhan mengijinkan saudara mengalami hal-hal itu, pasti itulah yang ter-baik bagi saudara, dan Ia ingin saudara berusaha secara maximal dalam keadaan seperti itu! 

Memang, kalau keadaan yang tidak menyenangkan itu bisa diubah, tentu saja saudara boleh mengubahnya; tetapi kalau tidak bisa, janganlah selalu berkhayal dengan kata ‘andaikata’ itu! Itu cuma akan menyebab-kan saudara tidak bersyukur dengan apa yang Tuhan beri­kan, dan itu menyebabkan saudara tidak berusaha secara maximal, karena saudara menantikan keadaan yang saudara khayalkan itu, yang mungkin tidak akan pernah muncul! 

Jadi, maukah saudara berusaha secara maximal dalam situasi dan kondisi dimana saudara berada sekarang ini? Berusahalah secara maximal dalam doa, pelayanan / pemberitaan Injil, mengajak orang ke gereja, kehadiran saudara sendiri (jangan mbolosan!), persembahan, ketaatan, dsb. Maukah saudara? 

Kesimpulan: 

Apakah saudarapun menghadapi bencana / problem? Hadapilah semua itu de- ngan: 

· yakin pada Roma 8:28. 

· sukacita. 

· menyangkal diri dan hidup hanya untuk kemuliaan Allah. 

· berusaha secara maximal dalam sikon apapun. 

Maukah saudara? 

FILIPI 1:20-26 

Pendahuluan: 

Ada suatu peribahasa yang berbunyi: Bagaikan makan buah simalakama; dimakan mati ibu, tak dimakan mati bapak. Ini menggambarkan seseorang yang sedang berada di persimpangan jalan, sedangkan kedua pilihan / kemungkinan yang akan terjadi, dua-duanya jelek dan merupakan bencana yang besar! 

Tetapi, hal seperti ini tidak mungkin dialami oleh orang kristen yang sejati. Ro 8:28 memberikan jaminan bahwa Tuhan hanya akan memberikan hal-hal yang membawa kebaikan bagi kita, sehingga jelas bahwa Tuhan tidak mungkin meletakkan kita pada suatu keadaan dimana hanya ada dua pilihan / kemung-kinan, dan dua-duanya jelek! Tetapi, kita bisa ada dalam suatu situasi dimana semua kemungkinan / pilihan kelihatannya jelek! 

I) Dua pilihan bagi Paulus. 

Saat itu Paulus sedang ada di dalam penjara, dan ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu: ia akan dihukum mati, atau ia akan dibiar­kan hidup / dibebaskan. 

Kalau kita menyoroti kedua kemungkinan ini secara negatif, maka dua-duanya kelihatannya jelek: 

kalau ia mati, itu berarti ia dihukum mati. Itu sesuatu yang mena­kutkan. Mungkin ia akan menjadi tontonan dan pembicaraan orang banyak. Itu merupakan sesuatu yang memalukan. Disamping itu, musuh-musuhnya pasti akan bersukacita. Ini merupakan sesuatu yang tidak menyenang-kan. 

Kalau ia dibiarkan hidup, sebagai seorang rasul, ia pasti akan menginjil lagi. Maka jelas bahwa segala penolakan, permusuhan, kebencian, bah-kan penganiayaan, akan ia terima lagi. Ini lagi-lagi merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan! 

Tetapi, sekarang, mari kita lihat bagaimana Paulus sendiri menyoroti kedua kemungkinan tersebut: 

A) Mati adalah keuntungan (Filipi 1: 21). 

Mengapa? Karena itu berarti ia akan diam bersama-sama dengan Kristus (Filipi 1: 23). 

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari kata-kata Paulus ini: 

1) Paulus yakin bahwa orang kristen yang mati akan langsung masuk surga, bukannya ‘tidur’ dahulu, atau masuk tempat penantian! 

Hal ini juga terlihat dalam 2Korintus 5:8 dimana Paulus berkata: “... terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan” [NIV / NASB: ‘at home with the Lord’ (= di rumah bersama Tuhan). Terjemahan hurufiahnya seharusnya adalah: ‘to come home to the Lord’ (= pulang ke rumah kepada Tuhan)]. 

Seorang penafsir mengomentari ayat ini sebagai berikut: 

“This would be an immediate union with Christ, directly after death. No mention here of an intermediate state of unconscious­ness or sleep of the soul in which Christ’s presence would not be experienced; and also no thought that he would be with Christ only after the resurrection” (= Ini merupakan persatuan langsung dengan Kristus, segera setelah kematian. Di sini tidak disebutkan tentang keadaan tidak sadar atau jiwa yang tidur dimana kehadiran Kristus tidak akan dialami; dan juga tidak ada pemikiran bahwa ia akan bersama dengan Kristus hanya setelah kebangkitan orang mati). 

2) Paulus yakin akan keselamatannya, karena ia beriman. Ini menye­babkan ia tidak takut mati. Ia yakin bahwa kapanpun ia mati, ia akan pergi ke surga! 

Semua agama di luar Kristen mengandalkan perbuatan baik, atau iman + perbuatan baik. Ini menyebabkan mereka (ditinjau dari sudut agama mereka sendiri), tidak mungkin bisa yakin akan keselamatan mereka. Persoalan mereka adalah: mereka tidak bisa tahu berapa banyak dosa ataupun perbuatan baik yang telah mereka lakukan. 

Tetapi kekristenan merupakan satu-satunya agama yang hanya mengandalkan iman (bdk. Ef 2:8-9). Karena itulah maka dalam ke- kristenan ada keyakinan keselamatan yang tidak bisa diberikan oleh agama lain. 

Penerapan: 

Apakah saudara yakin bahwa saudara akan masuk surga kapanpun saudara mati? Kalau saudara betul-betul percaya bahwa Yesus telah mati di salib untuk membayar semua hutang dosa saudara, maka adalah aneh / tidak masuk akal kalau saudara masih takut akan masuk neraka! Kalau memang semua dosa saudara sudah dibayar oleh Kristus, lalu dosa yang mana yang akan menyebabkan saudara masuk neraka? 

3) Paulus siap untuk mati. 

Ada banyak orang-orang kristen yang yakin akan keselamatannya, dan memang benar-benar sudah diselamatkan, tetapi tidak siap untuk mati. Mengapa? Karena mereka masih kurang mentaati Tuhan, dan disamping itu, mereka masih kurang / belum melayani Tuhan / belum pernah membawa jiwa kepada Tuhan! 

Illustrasi: perhatikan kata-kata dari lagu ini: 

Bila jiwaku dipanggilNya, layakkah ku nampak sriNya? 

B’lum seorang yang kubawa, rahmatHu tersia-sialah 

Skarang pulang ku tak sesal, karna jiwaku tlah slamat 

Hanya hatiku sedih b’rat, kerjaanku b’lum berbuah 

Ref: Belum selesai kerjaku, kutak layak nampak Hu 

B’lum seorang yang kubawa, tangan hampa pulangkah? 

Tetapi, Paulus tidak seperti itu. Ia sudah hidup secara maximal bagi Tuhan. Ini terlihat dari ay 20b dimana ia berkata: “seperti sediakala ... Kristus dengan nyata dimuliakan”. Karena itu ia betul-betul siap untuk mati. Kalau saat itu ia mati, ia tak akan menyesali karena masih kurang bekerja dan hidup bagi Tuhan. Ia takkan malu bertemu Tuhan! 

Penerapan: 

Bagaimana dengan saudara? Saudara mungkin sudah selamat, dan kalau mati, saudara yakin masuk surga. Tetapi sudahkah saudara siap untuk mati dan bertemu Tuhan? Sudahkah saudara hidup dan bekerja secara maximal bagi Tuhan? Sudahkah saudara rajin dalam membe-ritakan Injil kepada orang-orang di sekitar saudara? Sudah berapa jiwa yang saudara bawa kepada Tuhan? 

4) Paul berkata bahwa mati itu suatu keuntungan. 

Setiap orang kristen yang sungguh-sungguh, sebetulnya bisa menga-takan hal itu, karena kalau kita mati, kita akan ke surga di mana tidak ada lagi penderitaan, air mata, dosa, setan dsb. 

Tetapi seringkali kita ingin mati dengan suatu sikap yang egois. Kita ingin mati hanya karena kita ingin terbebas dari penderi­taan di dunia ini! Keinginan kita untuk mati didasarkan atas cinta kita pada diri kita sendiri! Tidak demikian dengan Paulus! Ia menganggap mati sebagai keun­tungan karena cintanya kepada Kristus. Karena itu, ia ingin mati, karena ia tahu bahwa kalau ia mati, ia akan bersama-sama dengan Kristus (Filipi 1: 23). 

Spurgeon: “Christians often want to die when they have any trouble. Ask them why, and they tell you, ‘Because we would be with the Lord.’ We fear it is not so much because they are longing to be with the Lord as because they desire to get rid of their troubles; else they would feel the same wish to die at other times when not under the pressure of trial. They want to go home, not so much for the Savior’s company, as to be at rest. Now it is quite right to desire to depart if we can do it in the same spirit that Paul did, because to be with Christ is far better, but the wish to escape from trouble is a selfish one. Rather let your care and wish be to glorify God by your life here as long as He pleases, even though it be in the midst of toil and conflict and suffering, and allow Him to say when ‘it is enough.’” (= ) - ‘Morning & Evening’, May 2, morning. 

B) Hidup adalah Kristus (Filipi 1: 21). 

Artinya: Kristus adalah segala-galanya dalam hidupnya! Dan karena itu: 

1) Ia mau supaya hidupnya memuliakan Kristus (Filipi 1: 20). 

Bagaimana dengan hidup saudara? Apakah saudara hidup untuk kemuliaan diri saudara sendiri? Atau untuk kemuliaan gereja saudara? Atau kemu­liaan aliran saudara? Atau betul-betul untuk kemuliaan Kristus? 

2) Bagi dia, hidup berarti bekerja memberi buah! (Filipi 1: 22) 

Ia bukan orang yang asal bekerja / melayani! Ia ingin bekerja memberi buah! 

Illustrasi: 

ada 2 golongan penunggang kuda. Golongan pertama adalah penung-gang kuda sungguhan. Ada pergerakan dan betul-betul ada kemajuan. Golongan kedua adalah penunggang kuda goyang (kuda-kudaan yang bagian bawahnya diberi lengkungan seperti kursi goyang). Ada pergerakan, tetapi tidak ada kemajuan sama sekali! 

Orang kristenpun bisa terbagi dalam 2 golongan. Ada yang melayani dan menghasilkan buah. Tetapi ada juga yang kelihatannya banyak aktivitas, tetapi tak ada buahnya sama sekali! 

Karena itu, renungkanlah pelayanan saudara selama ini! Adakah buah­nya? Kalau tidak ada buahnya, itu bisa disebabkan oleh hidup yang kotor, kurang berdoa, atau cara pelayanan yang salah. Maukah saudara membereskan hal-hal itu? 

3) Ia ingin supaya melalui hidupnya, jemaat bertambah maju dalam iman (Filipi 1: 25). 

Hamba Tuhan / guru sekolah minggu yang tidak menggunakan hidup­nya untuk menumbuhkan iman jemaat / anak-anaknya, adalah nabi palsu! 

Tetapi saudarapun, sekalipun saudara adalah jemaat biasa, harus berusaha supaya melalui hidup saudara, saudara bisa menumbuhkan iman jemaat yang lain. Misalnya: dengan sharing (pernahkah saudara sharing?), dengan menasehati jemaat lain, dengan mengajak mereka datang ke Bible Study dsb. 

Kesimpulan: 

Dua kemungkinan ini, dua-duanya adalah berkat bagi Paulus! Ia sampai bingung harus memilih yang mana (ay 22b). 

Jadi, sekalipun kelihatannya dua-dua jelek, tetapi kalau disoroti secara benar, pasti tidak mungkin dua-dua jelek! 

Paulus siap untuk keduanya! Tetapi ia tetap berusaha untuk memilih yang terbaik. Ingat bahwa kepercayaan terhadap Ro 8:28, tidak berarti bahwa kita boleh bersikap apatis! 

II) Pilihan / keinginan Paulus. 

Pertimbangan Paulus: 
Mati adalah keuntungan. Ini bagi Paulus sendiri! (ay 21,23). 
Hidup / tinggal di dunia itu lebih perlu. Ini bagi gereja! (Filipi 1: 24). 

Paulus betul-betul mati bagi dirinya sendiri. Keputusannya untuk memilih, didasarkan atas keuntungan Kristus / gereja, bukan atas kepentingan / kesenangan pribadinya! Dan karena itu ia memilih untuk hidup. 

William Hendriksen berkata: 

“The need of the church weighs heavier with him than the desire of his own soul” (= Kebutuhan gereja lebih berat baginya dari pada keinginannya sendiri). 

Karena ia yakin bahwa ia memilih yang terbaik, maka ia juga yakin bahwa pilihannya itulah yang akan terjadi (ay 25-26). Ingat bahwa ini hanyalah keyakinan Paulus sendiri, bukan wahyu yang Tuhan berikan kepada Paulus. 

Rupa-rupanya keyakinan Paulus ini betul-betul terwujud (Catatan: ada pro dan kontra tentang hal ini!). Orang-orang yang percaya bahwa keinginan / keyakinan Paulus ini akhirnya menjadi kenyataan, mendasar­kannya pada kenyataan bahwa dalam surat-surat Paulus, ada cerita-cerita / pengalaman-pengalaman Paulus yang tidak ada dalam Kisah Rasul (Misalnya: Titus 1:5 Titus 3:12 1Timotius 1:3 2Tim 4:13,20). Ini menyebabkan mereka mengambil kesim-pulan bahwa Paulus akhirnya dibebaskan dari penjara Roma, dan Paulus lalu melakukan perjalanan misionaris yang ke 4, dimana ia mengalami hal-hal tersebut, dan bahkan mengunjungi Filipi lagi! 

Penutup: 

Kalau saudara menghadapi persimpangan jalan, di dalam saudara memilih, saudara harus melakukan 2 hal ini: 

· percaya bahwa Allah akan mengatur bahwa yang terbaiklah yang akan terjadi. 

· menentukan pilihan saudara bukan berdasarkan kesenangan / keuntungan pribadi, tetapi berdasarkan keuntungan Kristus / Kerajaan Allah / Gereja. 

Maukah saudara melakukan itu? 

FILIPI 1:27-30 

I) Keinginan Paulus. 

Keinginan Paulus terlihat dalam Filipi 1: 27 yang berbunyi: ‘Hanya, hendak­lah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus’. 

Kata-kata ‘hendaklah hidupmu’, dalam bahasa Yunaninya adalah PO­LITEUESTHE, yang berasal dari kata POLITEUO, yang sebetulnya ber- arti ‘to live as a citizen’ (= hidup sebagai warga negara). Bandingkan dengan Filipi 3:20 dimana kata Yunani POLITEUMA (kata benda­nya), diterjemahkan ‘kewargaan’. 

Berdasarkan arti dari kata bahasa Yunaninya, maka William Barclay menterjemahkan ay 27 itu sebagai berikut: ‘live a life that is worthy of a citizen of the Kingdom and of the gospel of Christ’ (= hiduplah dalam suatu kehidupan yang layak sebagai seorang warganegara Kerajaan dan Injil Kristus). 

Jadi, ayat itu sebetulnya menyuruh untuk menyesuaikan hidup kita dengan: 

a) Status kita sebagai warga negara Kerajaan Surga 

b) Injil Kristus 

Dua hal ini sebetulnya tidak terlalu berbeda, karena hidup sebagai warga negara berarti mentaati hukum-hukum dari negara, atau Firman Tuhan. 

Jadi, Paulus menginginkan supaya kita bukan sekedar mengaku atau membanggakan diri sebagai warga negara Kerajaan Surga, tetapi supaya kita hidup sesuai dengan pengakuan kita itu, yaitu hidup sesuai Firman Tuhan! 

Kata ‘hanya’ pada permulaan Filipi 1: 27 memberikan suatu penekanan. Kata itu bisa diterjemahkan ‘above all / at all costs’ (= di atas sega­la-galanya / berapapun ongkosnya). Jadi, kata ini menekankan bahwa kita harus berusaha mati-matian untuk hidup sebagai warga negara Kerajaan Surga. 

Penerapan: 

Sadarkah saudara bahwa saudara adalah warga negara Kerajaan Surga? Coba renungkan hidup saudara! Apakah saudara sudah hidup sesuai dengan status saudara itu? Kalau ketaatan pada Firman Tuhan menyebabkan saudara harus menderita kerugian, maukah saudara tetap taat pada Firman Tuhan dan hidup sebagai warga negara surga yang baik? Setiap kali saudara mau berbuat sesuatu apapun, ingatlah akan status saudara itu, dan renungkan dulu apakah perbuatan yang akan saudara lakukan itu sesuai dengan status saudara! Ini bisa mencegah saudara dari banyak dosa! 

II) Hidup sebagai warga negara kerajaan surga. 

Sebetulnya ini mencakup seluruh aspek / segi dalam hidup kita: pekerjaan / study, pergaulan, hobby, hati / pikiran, kata-kata, tingkah laku, etika, cara berpakaian, dsb. 

Tetapi disini hanya beberapa hal yang ditekankan oleh Paulus, yaitu: 

1) Teguh berdiri (ay 27). 

Ia tidak menginginkan kita menjadi orang yang terus menerus ragu-ragu dan terombang-ambing oleh bermacam-macam ajaran yang salah / sesat. Ia ingin kita berdiri dengan teguh! 

Hal ini hanya bisa terjadi melalui pengajaran Firman Tuhan (Efesus 4:11-15). Karena itu, banyaklah belajar Firman Tuhan, mela­lui: 

· Saat teduh / baca Kitab Suci di rumah setiap hari. 

· Khotbah-khotbah dalam Kebaktian. 

· Pemahaman Alkitab, buku-buku rohani, dsb. 

Bagi saudara yang masih baru, berusahalah untuk maju sehingga bisa mendengar Firman Tuhan yang sukar / berat dan panjang, dan jangan hanya mencari khotbah-khotbah yang lucu dan penuh dengan lelucon / dongeng / kesaksian. Bagi saudara yang sudah banyak mengerti Firman Tuhan, bertekunlah untuk menambah pengetahuan saudara sedikit demi sedikit! 

Penerapan: 

Apakah saudara adalah orang yang teguh dalam iman saudara? Kalau tidak, saudara tidak hidup sebagai warga negara surga yang baik! Maukah saudara meneguhkan iman saudara dengan cara banyak belajar Firman Tuhan? 

2) Kesatuan (ay 27). 

Kesatuan merupakan salah satu hal yang ditekankan oleh Paulus dalam surat Filipi (bdk. Filipi 2:2-3 4:2). 

Ay 27 ini secara hurufiah berbunyi: ‘you stand in one spirit with one soul’ (= kamu berdiri dalam satu roh dengan satu jiwa). 

Sekalipun Calvin adalah seorang Dichotomist (orang yang percaya bahwa manusia hanya terdiri dari 2 bagian, karena ia percaya bahwa jiwa dan roh menunjuk pada satu hal yang sama), tetapi ia berkata bahwa kalau kata ‘spirit / roh’ dan kata ‘soul / jiwa’ muncul bersama-sama, maka kata ‘spirit / roh’ menunjuk pada ‘penger­tian’, sedangkan kata ‘soul / jiwa’ menunjuk pada ‘kehendak / hati’. 

Perhatikan bahwa dalam terjemahan hurufiah dari ay 27 di atas, kata-kata ‘one spirit / satu roh’ mendahului kata-kata ‘one soul / satu jiwa’. Ini menunjukkan bahwa kesatuan pengertian harus dicapai dulu, baru kesatuan hati / kehendak bisa terjadi! 

Untuk bisa mencapai kesatuan pengertian, maka pengajaran suatu gereja harus didominasi oleh satu orang yang memang mampu memberikan pengajaran dengan baik. Suatu gereja / persekutuan yang menggunakan banyak pengkhotbah (yang tentunya mempunyai ajaran yang berbeda satu sama lain) secara bergiliran, tidak mungkin mempunyai jemaat yang bersatu dalam pengertian, karena setiap jemaat akan mempunyai pengertian menurut pengkhotbah favoritnya masing-masing. 

Penerapan: 

Apakah saudara mempunyai satu pengertian / hati dengan orang-orang lain dalam gereja saudara? Kalau tidak, cobalah memeriksa diri saudara sendiri dengan banyak berdoa / minta petunjuk Tuhan dan merenungkan Firman Tuhan, supaya saudara sadar siapa yang bersalah dalam ketidak-sepakatan antara saudara dengan orang-orang lain dalam gereja saudara. Kalau memang saudara yang benar, pertahankanlah pandangan saudara; tetapi kalau saudara yang salah, bertobatlah dan bersatu-hatilah dengan orang-orang yang lain dalam gereja saudara. Dengan demikian saudara menjadi warga negara surga yang baik! 

3) Berjuang (ay 27b). 

a) Berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil (ay 27). 

Kata-kata yang digaris-bawahi ini sebetulnya salah terjemahan. Terjemahan seharusnya adalah: ‘faith of the gospel’ (NIV/NASB), artinya ‘iman dari Injil’. 

Arti dari kata ‘iman’ di sini adalah ‘ajaran’ (bdk. Galatia 1:23 Yudas 3). Jadi, artinya adalah: kita harus berjuang untuk ajaran Injil. 

Hal ini bisa dilakukan dengan: 

· hadir dalam Kebaktian / Pemahaman Alkitab yang betul-betul memberi­takan Injil / Firman Tuhan. Kehadiran saudara berguna untuk diri saudara sen­diri, tetapi juga bisa memberikan semangat kepada jemaat yang lain. 

Sebaliknya, kalau saudara menghadiri gereja-gereja yang tidak injili / tidak alkitabiah, maka saudara sebetulnya sedang berjuang untuk ajaran yang tidak injili / tidak alkitabiah! Dengan kata lain, saudara sebetulnya sedang mendukung setan! 

· mendoakan gereja-gereja yang benar, baik dalam doa pribadi, maupun dalam persekutuan doa. 

· memberikan persembahan untuk mendukung gereja / persekutuan yang betul-betul memberitakan Injil / Firman Tuhan. 

Juga disini perlu saudara ingat bahwa kalau saudara menyumbang gereja yang brengsek, saudara sebetulnya menyumbang pada setan! 

· ikut melayani, memberitakan Injil, mengajak orang lain ke gereja yang benar, menjemput orang-orang yang ingin ke gereja tetapi tidak mempunyai kendaraan, dsb. 

b) Berjuang tanpa gentar pada musuh (Filipi 1: 28). 

Dari sini jelas bahwa kalau saudara berjuang dengan benar untuk Tuhan, saudara pasti akan mendapat musuh! Tetapi kita tidak boleh gentar terhadap musuh. Untuk ini renungkan ayat-ayat ini: Ro 8:31b Mazmur 34:8 2Raja-raja 6:8-17. 

Penerapan: 

Apakah saudara berjuang dengan benar dan berani dalam hidup saudara? Kalau tidak, saudara tidak hidup sebagai warga negara surga yang baik! 

III) Tanda keselamatan / kebinasaan. 

1) Bagi orang kristen, adanya musuh dan ketidakgentaran terhadap musuh adalah tanda keselamatan (ay 28). 

Mengapa bisa demikian? 

a) Filipi 1: 29 menunjukkan bahwa iman dan penderitaan merupakan 2 buah pemberian Allah yang ada dalam 1 paket! Kalau hanya ada iman, tapi tidak ada penderitaan, maka mungkin sekali imannya palsu. Tetapi kalau ada iman dan ada penderitaan karena Kristus, maka itu mem-buktikan keaslian iman tersebut. 

Musuh yang timbul karena kita berjuang bagi Tuhan, jelas menim-bulkan penderitaan yang kita alami demi Tuhan. Karena itu hal ini membuk­tikan keaslian iman kita, dan merupakan tanda keselamatan. 

b) 2Tes 1:5 mengatakan bahwa kalau kita menderita karena Kerajaan Surga / Allah, maka kita layak menjadi warga Kerajaan itu. Dan 1Pet 4:14 mengatakan bahwa kalau kita dinista karena nama Kristus (berarti juga dimusuhi, dihina, bahkan mungkin dia­niaya karena nama Kristus), maka itu membuktikan bahwa Roh Allah ada dalam diri kita. Semua ini menunjukkan bahwa adanya musuh-musuh karena kita berjuang bagi Tuhan, merupakan tanda keselamatan bagi kita. 

c) Ketidakgentaran itu datang dari Allah. 

Filipi 1: 28: ‘dan itu datangnya dari Allah’. Kata ‘itu’ jelas menun­juk pada ketidakgentaran orang kristen terhadap musuh. Hal ini diberikan oleh Allah kepada kita (bdk. Ro 8:15 2Tim 1:7)! Ini menunjukkan bahwa Allah menyertai kita. Karena itulah maka hal itu merupakan tanda keselamatan. 

2) Bagi para musuh, ketidakgentaran orang kristen terhadap mereka meru-pakan tanda kebinasaan (ay 28). 

Mengapa bisa demikian? 

a) Kalau kita adalah warga Kerajaan Surga, maka jelaslah mereka yang memusuhi kita adalah warga negara Neraka! 

b) Fil 3:18-19 menunjukkan bahwa musuh-musuh itu akan binasa. 

c) Ketidakgentaran orang kristen menunjukkan bahwa Allah menyer­tai orang kristen, sehingga pasti tidak menyertai, tetapi sebaliknya me-nentang para musuh itu. Ini jelas adalah tanda kebinasaan bagi mereka! 

Semua ini merupakan peringatan untuk orang-orang yang memusuhi, menghina, menganiaya orang kristen! 

Tetapi ini sekaligus merupakan penghiburan bagi orang-orang kris­ten yang dimusuhi, dihina dan dianiaya demi Kristus! 
Kesimpulan: 

Ada 2 kemungkinan yang bisa saudara pilih: 

1) Memusuhi gereja / orang kristen. Ini tanda bahwa saudara adalah Warga Negara Neraka. 

2) Menjadi Warga Negara Surga yang baik, dengan: 
teguh berdiri 
bersatu 
berjuang tanpa gentar 

Yang mana yang saudara pilih? 

FILIPI 2:1-11 

I) Paulus menginginkan kesatuan gereja Filipi. 

1) Gereja Filipi mengalami perpecahan. 

Sebetulnya, gereja Filipi adalah gereja yang bagus / baik. Ini terlihat dari banyaknya pujian yang Paulus berikan kepada mereka (bdk. 1:5 4:10,14-18). 

Tetapi, bagaimanapun juga, ini bukan gereja yang sempurna. Dalam gereja ini ternyata ada perpecahan (bdk. 4:2). 

Dari sini kita bisa belajar bahwa kalau suatu gereja pecah, itu tidak / belum membuktikan bahwa gereja itu adalah gereja yang jelek! 

William Barclay memberikan komentar sebagai berikut: 

“The one danger which threatened the Phillipian church was that of disunity. There is a sense in which that is the danger of every healthy church. It is when people are really in earnest and their belief really matter to them, that they are apt to get up against each other. The greater their enthusiasm, the greater the danger that they may collide” (= Bahaya yang mengancam gereja Filipi adalah perpecahan. Dalam arti tertentu, ini adalah bahaya bagi semua gereja yang sehat. Kalau orang-orang bersungguh-sungguh dan kepercayaan mereka betul-betul penting / berarti bagi mereka, maka mereka akan condong untuk gegeran satu dengan yang lain. Makin besar semangat mereka, makin besar bahaya bahwa mereka akan geger). 

Saya setuju dengan kata-kata ini. Dalam suatu gereja yang suam, kalau ada hal-hal yang salah dalam gereja, atau kalau ada orang-orang yang melakukan pelayanan dengan tidak bertanggung jawab, maka jemaat yang lain yang juga suam itu tidak akan marah, sehingga tidak terjadi gegeran. Tetapi kalau hal itu terjadi dalam gereja yang bagus, maka hal itu akan membuat jemaat yang bersungguh-sungguh ikut Tuhan menjadi marah, sehingga terjadi gegeran! 

Penerapan: 

· Jangan terlalu cepat menganggap jelek gereja yang mengalami perpe-cahan, karena perpecahan itu mungkin bahkan menunjukkan sema-ngat mereka yang hebat! 

· Sebaliknya, jangan juga terlalu cepat memuji gereja yang tidak pecah. Itu mungkin menunjukkan kesuaman / ketidak-pedulian mereka! 

· Kalau ada kesalahan dalam gereja, kita harus berhati-hati dalam me-manifestasikan kema­rahan yang suci (holy anger), sehingga sedapat mungkin tak menim­bulkan perpecahan! 

2) Paulus menginginkan kesatuan gereja Filipi. 

Paulus bersukacita kalau gereja Filipi bisa bersatu (Filipi 2: 2). Orang kristen yang sejati seharusnya adalah ‘pembawa damai’ (bdk. Mat 5:9), sehingga seharusnya selalu senang kalau gereja bisa bersatu. Tetapi anehnya, ada orang-orang kristen tertentu yang senang kalau melihat suatu gereja pecah, khususnya kalau itu adalah gereja ‘saingan’nya! 

Bahkan ada juga orang kristen yang kerjanya menyebarkan gossip / fitnah sehingga memecah gereja! 

Kalau saudara adalah orang kristen seperti itu, cepatlah bertobat! 

II) Cara bersatu. 

1) Tidak mencari kepentingan sendiri dan puji-pujian yang sia-sia (ay 3a). 

NIV: ‘do nothing out of selfish ambition or vain conceit’ (= jangan melaku-kan apapun yang ditimbulkan oleh ambisi yang egois atau kesombongan yang sia-sia). 

Adanya keinginan untuk meninggikan diri sendiri, selalu menyebab­kan timbulnya persaingan, dan persaingan lalu menimbulkan ketidaksenang-an / permusuhan. Karena itu, renungkanlah apakah dalam diri saudara ada egoisme atau keinginan untuk menonjol / menyombongkan diri. Kalau ada, bertobatlah sebelum hal itu memecah gereja saudara! 

2) Rendah hati dan menganggap orang lain lebih baik dari diri kita sendiri (ay 3b). 

Kitab Suci Indonesia: ‘lebih utama’. 

NASB: ‘more important’ (= lebih penting). 

KJV / RSV / NIV: ‘better’ (= lebih baik). 

Kalau kita berusaha untuk bersatu, maka kita akan berusaha untuk mendekat satu sama lain. Tetapi ini bisa membuat kita makin melihat kejelekan saudara seiman kita sehingga bisa menyebabkan kita bahkan makin tidak senang kepada saudara seiman kita. 

Karena itu, ay 3b ini penting sekali! Kita harus menganggap saudara seiman kita lebih baik dari diri kita sendiri. Ini tidak berarti bahwa kita harus menganggap bahwa saudara seiman kita lebih baik dari diri kita dalam segala hal! 

Apa yang harus kita lakukan supaya bisa menganggap saudara seiman kita lebih baik dari diri kita? 

· menyoroti kejelekan diri sendiri. 

· menyoroti kebaikan orang lain. 

· menyoroti karunia orang lain yang tidak kita punyai. 

3) Jangan hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, tetapi kepenting-an orang lain juga (ay 4). 

Kitab Suci Indonesia: ‘kepentingan’. 

RSV / NIV / NASB: ‘interests’ (= kepentingan). 

KJV / Lit: ‘things’ (= hal-hal). 

Penerapan: 

· Apakah saudara hanya memperhatikan kerohanian saudara sendiri? Apakah saudara juga memperhatikan kerohanian dari saudara seiman saudara? Apakah saudara prihatin kalau melihat ada jemaat yang bolos kebaktian, jatuh ke dalam dosa, tidak mau datang dalam Pemahaman Alkitab, dsb? Apakah saudara mendoakan mereka dan berusaha menasehati mereka? 

· Kalau saudara ikut melayani dalam gereja, maka saudara tidak bisa ‘santai’ seperti jemaat biasa. Apakah hal itu menjadi beban yang memberatkan bagi saudara? Ingat bahwa kita harus melayani, bukan untuk kepentingan diri kita sendiri, tetapi untuk kepentingan gereja / jemaat yang lain, dan semua ini jelas menuntut pengorbanan dari diri kita! 

4) Meneladani Yesus Kristus (Filipi 2: 5). 

Kita hanya bisa sehati, sepikir dan seperasaan dengan Yesus kalau kita banyak bersekutu dengan Dia. Karena itu pikirkan: apakah saudara cukup memberi waktu untuk bersaat teduh, dimana saudara bisa sendiri­an dengan Tuhan? 

III) Teladan Kristus Yesus. 

1) Yesus adalah Allah. 

a) Filipi 2: 6: ‘walaupun dalam rupa Allah’. 

KJV: ‘being in the form of God’ (= ada dalam bentuk Allah). 

1. Kata ‘being’ itu dalam bahasa Yunani adalah HUPARCHON dan ini menggambarkan seseorang sebagaimana adanya secara hakiki dan hal itu tidak bisa berubah (‘It describes that which a man is in his very essence and which cannot be changed’). 

Karena itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu ‘being in the form of God’, maka itu berarti bahwa Yesus adalah Allah dan ini tak bisa berubah. 

Ketidak-bisa-berubahan ini ditunjukkan oleh bentuk present participle dari kata HUPARCHON tersebut. 

Ini aneh dan kontras sekali dengan penggunaan bentuk-bentuk aorist (past / lampau) pada kata-kata setelahnya, dan ini menunjuk pada ‘continuance of being’ (= keberadaan yang terus-menerus). 

2. Kata ‘form’ (= bentuk). 

William Barclay: “There are two Greek words for ‘form’, MORPHE and SCHEMA. They must both be translated ‘form’, because there is no other English equivalent, but they do not mean the same thing. MORPHE is the essential form which never alters; SCHEMA is the outward form which changes from time to time and from circumstance to circumstance. ... The word Paul uses for Jesus being in the form of God is MORPHE; that is to say, his unchangeable being is divine. However his outward SCHEMA might alter, he remained in essence divine” (= Ada dua kata Yunani untuk ‘bentuk’, MORPHE dan SCHEMA. Kedua kata itu harus diterjemahkan ‘bentuk’, karena tidak ada kata lain dalam bahasa Inggris yang sama artinya, tetapi kedua kata itu tidak sama artinya. MORPHE adalah bentuk yang hakiki yang tidak pernah berubah; SCHEMA adalah bentuk luar yang berubah-ubah dari saat ke saat dan dari keadaan ke keadaan. ... Kata yang digunakan oleh Paulus untuk Yesus yang ada dalam rupa / bentuk Allah adalah MORPHE; yang artinya adalah: keberadaanNya yang tidak berubah adalah ilahi. Bagaimanapun SCHEMA luarNya berubah, dalam hakekatNya Ia tetap ilahi) - hal 35,36. 

Jadi, baik dari pembahasan kata ‘being’ maupun kata ‘form’ (= bentuk), terlihat bahwa Yesus tidak berubah dalam keilahianNya. Allah memang mempunyai sifat tidak bisa berubah (Mal 3:6 Maz 102:26-28 Yakobus 1:17), karena kalau Ia bisa berubah, itu menunjukkan bahwa Ia tidak sempurna! 

b) Selanjutnya, kalau ay 7 yang mengatakan ‘mengambil rupa seorang hamba’ diartikan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia, maka konsek­wensinya, ay 6 yang mengatakan bahwa Yesus ada ‘dalam rupa Allah’ haruslah diartikan bahwa Yesus betul-betul adalah Allah. 

2) Yesus menjadi manusia (ay 6b-7). 

Ay 6b-7 ini dijadikan dasar suatu ajaran sesat yang disebut Teori Keno-sis, yang mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas. 

Contoh: Matius 24:36 menunjukkan Yesus tidak maha tahu. 

Tetapi, Teori Kenosis ini salah! Alasannya: 

· Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah (lihat no 1 di atas). Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekali­pun hanya untuk sementara! 

· Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar! 

· Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sung-guh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tak terbatas. 

Catatan: Kalau saudara mau mempelajari hal ini lebih dalam bacalah buku saya yang berjudul MAKALAH KRISTOLOGI. 

Penafsiran yang benar: 

a) Kristus tetap adalah Allah, dan keilahianNya tidak berkurang, tetapi disembunyikan. 

Calvin: “Christ, indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it concealed for a time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of men, not by lessening it, but by concealing it” (= Kristus tidak bisa melepaskan dirinya sen­diri dari keilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk semen­tara waktu, supaya tidak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesam-pingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia, bukan dengan me-nguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya). 

b) Kristus direndahkan dengan mengambil / menambahkan hakekat manusia pada diriNya. 

Seseorang mengatakan: “Christ was lowered not by losing, but rather by taking” (= Kristus direndahkan, bukan dengan kehilangan, tetapi dengan mengambil). 

Illustrasi: Orang kaya / orang kota bisa merendahkan dirinya tanpa kehilangan apa-apa, yaitu kalau kepadanya ditambahkan pakaian orang miskin / orang desa. 

3) Yesus merendahkan diri, lalu taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2: 8). 

Akibatnya: Allah meninggikan Dia (Filipi 2: 9-11). 

Sebagian dari peninggian / pemuliaan itu sudah terjadi, yaitu pada waktu Yesus bangkit, naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah. 

Tetapi peninggian / pemuliaan yang dilukiskan dalam ay 10-11, dimana setiap lutut akan bertelut di depan Yesus dan setiap lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, baru akan terjadi pada saat Yesus datang kembali untuk ke dua kalinya. Pada saat itu maka: 

· Malaikat dan orang kristen yang sejati akan berlutut dan menga­kui Yesus sebagai Tuhan dengan sukacita. 

· Setan dan orang-orang yang tidak percaya akan berlutut dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dengan terpaksa, dan mereka tidak akan diam­puni sekalipun ada pengakuan seperti itu (bdk. Mark 5:6-8). 

Karena itu, kalau saat ini saudara bukan orang kristen yang sejati, dari pada saudara dipaksa untuk berlutut dan mengakui Yesus sebagai Tuhan pada akhir jaman, berlututlah di depan Yesus dan akuilah Dia sebagai Tuhan dengan sukarela, pada saat ini juga! 

Barnes’ Notes (tentang Filipi 2:10): “‘And things under the earth.’ Beings under the earth. The whole universe shall confess that he is Lord. This embraces, doubtless, those who have departed from this life, and perhaps includes also fallen angels. The meaning is, that they shall all acknowledge him as universal Lord; all how to his sovereign will; all be subject to his control; all recognize him as divine. The fallen and the lost will do this; for they will be constrained to yield an unwilling homage to him by submitting to the sentence from his lips that shall consign them to woe; and thus the whole universe shall acknowledge the exalted dignity of the Son of God. But this does not mean that they will all be saved, for the guilty and the lost may be compelled to acknowledge his power, and submit to his decree as the sovereign of the universe. There is the free and cheerful homage of the heart which they who worship him in heaven will render; and there is the constrained homage which they must yield who are compelled to acknowledge his authority.” [= belum diterjemahkan ]. 
Kesimpulan: 

Teladan Yesus adalah: 

· rendah hati. 

· tidak egois. 

· rela berkorban demi orang lain. 

Kalau kita mau menuruti teladan ini, maka: 

a) Gereja akan bisa bersatu. 

b) Sama seperti Yesus, kitapun akan ditinggikan oleh Allah (bdk. 1Petrus 5:6). 

Maukah saudara menuruti teladan Yesus? 

FILIPI 2:12-18 

I) Paulus memuji gereja Filipi. 

Dalam Filipi 2: 12 kita kembali melihat bahwa gereja Filipi adalah gereja yang baik, karena kepada mereka Paulus berkata: ‘kamu senantiasa taat’. 

Paulus tidak segan-segan menegur gereja / orang kristen yang brengsek, seperti dalam kasus gereja Korintus. Tetapi pada saat melihat orang kristen / gereja yang baik, iapun tak segan-segan memuji. Pujian ini diberikan dengan tujuan supaya orang Filipi lebih bertekun lagi dalam ketaatan. 

Penerapan: 

1) Apakah saudara berani menegur seseorang pada saat melihat orang itu melakukan kesalahan? Memang kita tidak perlu menegur orang karena seadanya kesalahan, tetapi kalau terjadi kesalahan / dosa yang cukup besar, maka kita mempunyai kewajiban untuk menegur (bdk. Yeh 3:18). 

2) Apakah saudara juga bisa memberikan pujian pada saat melihat sesuatu yang baik dalam tindakan / sikap seseorang? Apakah saudara pernah / sering memuji suami / istri / anak saudara? Jangan menjadi orang yang kerjanya hanya menegur saja. Ingat bahwa pujian bisa memotivasi seseorang untuk lebih lagi berbuat baik. Tetapi, janganlah memuji pada saat saudara tidak betul-betul melihat sesuatu yang baik. Ini adalah pujian yang munafik dan bersifat dusta! 

II) Paulus mendorong supaya mereka makin maju. 

A) Makin maju dalam hal rohani. 

Dalam hal jasmani (uang, rumah, mobil, TV, video, barang-barang lain), maka kita harus cepat puas (Lukas 12:15 Filipi 4:11-13 1Timotius 6:6-10 Ibrani 13:5). Tetapi dalam hal rohani, kita tidak pernah boleh merasa puas / cukup! 

Paulus melihat bahwa gereja Filipi adalah gereja yang baik, tetapi ia tetap mendorong supaya mereka makin maju lagi (Filipi 2: 12-16). 

Hal yang sama juga ia lakukan terhadap gereja Tesalonika (1Tesalonika 4:1). 

Penerapan: Sekalipun saudara adalah jemaat biasa (bukan pendeta), tetapi janganlah puas dengan: 

1) Pengertian Kitab Suci yang saudara miliki. Berusahalah untuk makin mengerti lagi tentang Kitab Suci dengan belajar lebih tekun! 

2) Pengudusan dalam hidup saudara. Berusahalah terus untuk membuang dosa-dosa lain (yang kecil sekalipun) dari kehidupan saudara! 

3) Hubungan pribadi saudara dengan Tuhan. Berusahalah untuk makin dekat kepada Tuhan! 

4) Iman saudara. Berusahalah supaya iman saudara makin bertumbuh! 

5) Kasih saudara kepada Tuhan dan sesama manusia. Berusahalah supaya kasih saudara itu makin disempurnakan! 

6) Pelayanan / hasil pelayanan saudara. Berusahalah melayani Tuhan dengan lebih banyak / baik lagi sehingga lebih banyak lagi hasil yang bisa saudara dapatkan bagi Tuhan 

7) Kehidupan doa saudara. Berusahalah untuk berdoa lebih banyak dan lebih baik lagi, baik dalam doa secara pribadi, maupun dalam persekutuan doa! 

B) Tujuan. 

Mereka harus tidak beraib, tidak bernoda dan tidak bercela (Filipi 2: 15). 

Dengan kata lain, mereka harus berusaha untuk menjadi suci. Memang kita tidak akan bisa mencapai kesucian, tetapi kesu­cian harus tetap menjadi tujuan kita. 

Ay 15 juga mengatakan bahwa mereka harus bercahaya seperti bin­tang-bintang di dunia (bdk. Mat 5:14 - ‘kamu adalah terang dunia’). 

Dan Paulus mengatakan bahwa mereka harus melakukan semua itu di tengah-tengah angkatan yang sesat dan bengkok hatinya! 

Penerapan: 

1) Ada banyak orang, pada waktu mendengar Firman Tuhan (misalnya Firman Tuhan yang melarang untuk berdusta), lalu berkata: ‘Kita hidup di dunia. Itu tidak mungkin dilaksanakan!’. 

Tetapi, ay 15 itu menunjukkan bahwa Paulus menyuruh hidup suci di dunia! Firman Tuhan bukanlah sesuatu yang harus saudara laksanakan nanti di surga, tetapi sekarang di dunia! 

2) Renungkan: apakah saudara mempunyai tujuan / keinginan untuk hidup suci dan menjadi terang dunia? Atau saudara hanya mempunyai tujuan / keinginan yang bersifat jasmani saja? 

C) Motivasi. 

Paulus memberikan 2 hal untuk memotivasi mereka: 

1) Mereka adalah anak Allah (Filipi 2: 15). 

Kesadaran bahwa orang kristen adalah anak Allah, seharusnya memotivasi setiap orang kristen, termasuk kita, untuk menjadi sempurna / suci, sama seperti Bapa adalah sempurna / suci (Mat 5:48)! 

Penerapan: Setiap kali saudara mau berbuat dosa atau mempertahankan suatu dosa, maka renungkanlah bahwa saudara adalah anak Allah yang harus suci sama seperti Allah sendiri! 

2) Supaya Paulus bisa bangga pada hari Tuhan, dan supaya jerih payah Paulus tidak sia-sia (ay 16). 

Apakah Filipi 2: 16 ini menunjukkan bahwa Paulus adalah orang yang egois? Apakah ay 16 ini menunjukkan bahwa Paulus menasehati mereka demi kepentingan dirinya sendiri? Tidak! Ay 17-18 menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak egois / memikirkan diri sendiri. 

Filipi 2: 17: ‘darahku dicurahkan’. Kata ‘darah’ ini seharusnya tidak ada! 

NIV: ‘I am being poured out like a drink offering’ [= Aku sedang dicurahkan seperti persembahan / korban curahan]. 

Tentang ‘drink offering’ atau ‘korban curahan’, bisa dilihat dari Bil 15:5 & 28:7,14. Jadi, dalam memberikan persembahan, selain korban yang diletakkan di atas mezbah, ada juga korban curahan (dalam Yudaisme, korban curahan dicurahkan sekitar mezbah; dalam agama kafir, korban curahan dicurahkan di atas korban). 

Jadi, yang dimaksud oleh Paulus dengan ay 17-18 ini adalah: hidup kekristenan orang Filipi itu adalah seperti korban di atas mezbah, sedangkan kematian Paulus seperti korban curahan. Sekalipun ia harus mati sebagai korban curahan, toh dalam ay 17-18 itu ia mengajak orang-orang Filipi untuk tetap bersu­kacita. Ini jelas menunjukkan bahwa ia tidak egois / memikirkan dirinya sendiri sedikitpun! 

Jadi, pada waktu ia mengatakan bahwa mereka harus maju supaya ia bisa bangga pada hari Tuhan, itu jelas bukan demi dirinya sendiri. Paulus menyadari bahwa orang Filipi mengasihi dia, dan ia menggunakan hal itu untuk memotivasi mereka supaya makin maju. 

D) Usaha yang harus dilakukan. 

1) Filipi 2: 12: “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,”. 

a) ‘Kerjakan keselamatanmu’. 

1. Ini tidak berarti bahwa: 

a. Keselamatan = usaha manusia. 

b. Keselamatan = usaha manusia + Allah (ay 12-13). 

c. Orang Filipi belum selamat. 

d. Orang Filipi tidak yakin selamat (bdk. ay 12 - ‘takut dan gentar’). 

e. Keselamatan bisa hilang (bdk. ay 12 - ‘takut dan gentar’). 

Alasannya: kalau kita menafsirkan ay 12 ini seperti dalam point a-e di atas, kita akan menabrak banyak sekali ayat-ayat Alkitab. 

Untuk penjelasan yang benar, lihat point selanjutnya di bawah ini! 

2. Calvin (hal 69) berkata bahwa kata ‘keselamatan’ di sini artinya adalah ‘the entire course of our calling’ [= seluruh jalan panggilan kita]. 

Jadi di sini kata ‘keselamatan’ itu mempunyai arti yang berbeda dari biasanya. Di sini, ‘keselamatan’ itu mencakup daerah mulai saat kita percaya sampai saat kita masuk surga. 

3. Kata ‘kerjakan’ (ay 12) dalam bahasa Yunaninya adalah KATERGAZESTHE, yang berasal dari kata kerja yang berarti ‘to bring to completion’ [= menyelesaikan]. 

Jadi, ‘kerjakan keselamatanmu’ berarti: dalam jalan saudara ikut Tuhan, jangan berhenti di tengah jalan! Ikutlah terus sampai akhir! 

b) ‘Tetaplah kerjakan keselamatanmu’ (ay 12). 

Ini menunjukkan bahwa kita harus tekun / terus berusaha, mulai saat kita percaya kepada Kristus, sampai kita bertemu dengan Dia muka dengan muka! 

Penerapan: Apakah saudara saat ini sudah mulai mundur / mau berhenti dalam ikut Tuhan, dalam belajar firman Tuhan, dalam melayani Tuhan dsb? Tidak ada gunanya untuk ikut Tuhan, kecuali saudara ikut Dia sampai akhir! 

c) Mereka harus tetap mengerjakan keselamatan, tanpa tergantung kehadiran Paulus (ay 12b). 

Penerapan: Jangan hanya aktif / saleh di depan pendeta saudara! Ingat bahwa saudara bertanggung jawab kepada Tuhan dan bukan kepada manusia / pendeta! 

d) ‘dengan takut dan gentar’ (Filipi 2: 12). 

1. Dalam bahasa aslinya, kata-kata ‘dengan takut dan gentar’ ini diletakkan di depan [Lit: ‘with fear and trembling, work out your salvation’ {= dengan takut dan gentar, kerjakanlah keselamatanmu}]. Ini menunjukkan bahwa bagian ini ditekankan! 

2. Kata-kata ini tentu tak berarti bahwa kita betul-betul harus ikut Tuhan dengan gemetaran! Artinya adalah: Paulus menghen­daki suatu usaha yang serius! 

A. T. Robertson: “Paul has no sympathy with a cold and dead orthodoxy or formalism that knows nothing of struggle and growth.” [= Paulus tidak bersimpati dengan kekolotan dan formalisme yang dingin dan mati, yang tidak mengenal pergumulan dan pertum­buhan.]. 

3. Kata-kata ini juga menunjukkan bahwa dalam berusaha kita harus punya kerendahan hati, yang diwujudkan dengan suatu kesadaran bahwa kita sebetulnya tidak bisa melakukan hal itu dengan kekuatan kita sendiri. 

e) Kalau ay 12 menyuruh kita mengerjakan keselamatan kita, mengapa ay 13 mengatakan bahwa Allahlah yang bekerja? 

Ay 13: “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya.”. 

1. Ay 13 (NASB): ‘for it is God who is at work in you, both to will and to work’ [= karena Allahlah yang bekerja di dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan]. 

Kata ‘work’ yang pertama dalam bahasa Yunaninya adalah ENERGON (present participle). Kata ini menunjukkan bahwa Allah disebut sebagai ‘the energizing one’ atau ‘the ener­gizer’ [= orang yang memberi energi]. 

2. Ay 13 ini menunjukkan bahwa baik ‘to will’ maupun ‘to work / to do’ [= untuk mau maupun untuk mengerjakan], semuanya adalah karena pekerjaan Allah dalam diri kita. 

William Hendriksen: “Note: not only to work but even to will, that is, to resolve and desire:” [= Perhatikan: bukan hanya untuk mengerjakan tetapi bahkan untuk menghendaki / mau, yaitu, untuk memutuskan dan menginginkan:]. 

William Hendriksen: “Were it not for the fact that God is working in you, you Philippians would not be able to work out your own salvation.” [= Seandainya dalam faktanya Allah tidak sedang bekerja di dalam kamu, kamu orang-orang Filipi tidak akan mampu untuk mengerjakan keselamatanmu sendiri.]. 

William Hendriksen: “Not only at the beginning but at every point in the process salvation is from God” [= Bukan hanya pada awalnya tetapi pada setiap titik dalam prosesnya keselamatan adalah dari Allah]. 

Matthew Henry: “All our working depends upon his working in us.” [= Semua pengerjaan kita tergantung pada pengerjaanNya di dalam kita.]. 

William Hendriksen: “God, as the infinite Source of spiritual and moral energy for believers, causes them to work out their own salvation. ‘Causes them,’ yet without in any way destroying their own responsibility and self-activity.” [= Allah, sebagai Sumber yang tak terbatas dari energi rohani dan moral bagi orang-orang percaya, menyebabkan mereka untuk mengerjakan keselamatan mereka sendiri. ‘Menyebabkan mereka’, tetapi tanpa, dengan cara apapun, menghancurkan tanggung jawab dan keaktifan mereka sendiri.]. 

3. ‘menurut kerelaanNya’ (ay 13) menunjukkan kedaulatan Allah! 

Jadi, apakah Ia mau mengerjakan hal-hal itu dalam diri seseorang, itu sepenuhnya tergantung kehendakNya sendiri. 

Dari semua ini maka kelihatan dengan jelas bahwa ay 13 ini seolah-olah bertentangan dengan ay 12. 

A. T. Robertson: “Paul makes no attempt to reconcile divine sovereignty and human free agency, but boldly proclaim both.” [= Paulus tidak berusaha untuk mendamaikan kedaulatan ilahi dan kebebasan manusia, tapi dengan berani memberitakan keduanya.]. 

Kesimpulannya: sekalipun ay 13 mengatakan bahwa semua itu adalah pekerjaan Allah, tetapi kita tetap punya tanggung jawab untuk berusaha / mengerjakan keselamatan kita! 

2) Lakukan semua tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantahan (Filipi 2: 14). 

Ada 2 tafsiran tentang bagian ini: 

a) Ini diberikan oleh Paulus untuk menghindari adanya orang yang mengerjakan keselamatannya sambil bersungut-sungut. 

Jadi, yang ia tekankan adalah usaha dari hati! 

b) Bersungut-sungut menunjukkan kejengkelan / ketidaksenangan terhadap seseorang, baik yang dipendam dalam hati, atau yang dinyatakan di belakang orangnya. Sedang berbantah-bantahan menunjuk pada pertengkaran yang terbuka. 

Jadi, dengan melarang dua hal ini, Paulus menekankan kesatuan gereja! 

Saya lebih condong pada pandangan yang ke 2. Kalau demikian, maka maksud Paulus adalah: kita harus mengerjakan keselamatan dengan tetap bersatu / tanpa gegeran! 

3) Berpegang pada firman kehidupan (ay 16). 

NIV: ‘hold out’ [= bertahan / berpegang]. 

NASB/RSV: ‘holding fast’ [= berpegang teguh]. 

KJV: ‘holding forth’ [= memegang / menahan]. 

Jadi, kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan berpegang pada Firman Tuhan! 

Penerapan: Apakah saudara betul-betul berpegang pada Firman Tuhan, baik melalui saat teduh, khotbah dalam kebaktian, maupun Pemahaman Alkitab? 

Penutup. 

Sama seperti orang Filipi, mungkin saudarapun sudah mengalami banyak kemajuan dalam hidup kekristenan saudara. Tetapi, saudara tidak boleh puas dengan keadaan itu. Saudara harus berusaha untuk lebih maju lagi! Maukah saudara? 

FILIPI 2:19-3:1a 

Dari Mat 22:37-39 & 1Yoh 4:20-21, terlihat dengan jelas bahwa kasih kepada Allah harus diwujudkan dengan kasih / perhatian kepada sesama manusia, khususnya kepada sesama orang kristen. 

Dalam bacaan hari ini kita melihat orang-orang kristen yang saling mengasihi dan memperhatikan. 

I) Orang-orang kristen yang saling mengasihi. 

1) Jemaat gereja Filipi: 

a) Mereka mengasihi / memperhatikan Paulus. 

Pada saat mereka tahu bahwa Paulus masuk penjara, maka mereka mengutus Epafroditus untuk: 

· memberikan kiriman / persembahan kepada Paulus (ay 25b bdk. 4:18). 

· tinggal bersama Paulus untuk sementara waktu untuk melayani Paulus. Hal ini terlihat dari ay 28 yang mengatakan bahwa Paulus mengirim Epafroditus kembali ke Filipi lebih cepat dari yang seha-rusnya. 

b) Mereka mengasihi / memperhatikan Epafroditus. 

Filipi 2: 26 mengatakan bahwa Epafroditus menjadi susah ketika ia tahu bahwa jemaat Filipi mendengar bahwa ia sakit. Mengapa ia jadi susah? Karena ia tahu bahwa jemaat Filipi sangat mengasihi dia, dan karena itu jemaat Filipi pasti bingung / sedih mendengar bahwa ia sakit. 

Filipi 2: 28 mengatakan bahwa Paulus mengembalikan Epafroditus supaya jemaat Filipi kembali bersukacita. Jadi jelas bahwa mereka sedih karena sakitnya Epafroditus, dan ini menunjukkan kasih dan perhatian mereka kepada Epafroditus. 

2) Paulus. 

a) Ia mengirimkan Timotius kepada mereka (ay 19), dan ini menunjuk­kan kasih dan perhatiannya kepada mereka. Hal ini bisa terlihat dari: 

· pengiriman ini ia lakukan untuk menenangkan hatinya sendiri (ay 19). 

Jangan menganggap bahwa ini menunjukkan keegoisan Paulus! Sebaliknya, ketidak-tenangan / kegelisahan hatinya karena memi-kir­kan keadaan mereka, menunjukkan kasihnya kepada mereka. Dengan pengiriman itu, ia berharap bisa mengetahui keadaan jemaat Filipi, dan dengan demikian ia bisa tenang. 

· pengiriman ini ia lakukan demi jemaat Filipi. 

Dalam 2:12, ia mengajar mereka untuk mengerjakan keselamatan-nya sekalipun ia tidak bersama mereka. Tetapi, ia toh menganggap mereka perlu dibimbing untuk melakukan hal itu, dan karena itulah ia mengi­rimkan Timotius kepada mereka. 

· Timotius adalah orang yang hebat. 

Ay 20: ‘tak ada seorang padaku yang sehati dan sepikir dengan dia’. 

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘sehati dan sepikir’ adalah ISOPSUKHON, yang secara hurufiah berarti ‘of equal soul’ (= dari jiwa yang sama). 

Ada 2 penafsiran tentang bagian ini: 

* Kata ini digunakan untuk membandingkan Timotius dengan Paulus sendiri. Kalau ini benar, maka artinya adalah: tidak ada orang yang begitu sejiwa dengan Paulus seperti Timotius. 

* Kata ini digunakan untuk membandingkan Timotius dengan orang-orang lain di sekitar Paulus. Kalau ini yang benar, maka artinya adalah: di sekitar Paulus tidak ada orang yang bisa menyamai Timotius. 

NIV: ‘I have no one else like him, who ...’ (= aku tak mem­punyai seorang lain yang seperti dia, yang ...). 

Yang manapun yang benar dari 2 penafsiran ini, tetap menunjuk­kan bahwa Timotius adalah orang yang hebat! 

Disamping itu, Timotius juga adalah orang yang dekat sekali dengan Paulus. Karena itu, jelas bahwa Timotius sangat dibutuh­kan oleh Paulus sendiri. Tapi, Paulus toh mau mengirimkannya kepada jemaat Filipi, dan ini menunjukkan kasih dan perhatian­nya yang besar kepada mereka! 

b) Ia mengirimkan Epafroditus kembali ke Filipi, dan ini menunjuk­kan kasih dan perhatian Paulus kepada Epafroditus dan jemaat Filipi. 

· Epafroditus yang diutus oleh gereja Filipi untuk melayani Paulus, ternyata menjadi sakit (ay 26-27). 

Kalau Epafroditus, yang adalah orang kristen yang hebat itu, bisa sakit, bahkan sakit berat dan hampir mati, maka jelas tidak ada alasan untuk beranggapan bahwa orang kristen tidak boleh sakit, atau harus sembuh dari segala penyakit! 

· Akhirnya Epafroditus sembuh karena belas kasihan Allah (ay 27). 

Perhatikan bahwa: 

* Tidak dikatakan bahwa Paulus melakukan mujijat untuk menyem­buhkan Epafroditus! Jelas bahwa Paulus sekalipun (sekalipun ia jelas mempunyai karunia kesembuhan) tidak bisa menyembuhkan orang kalau itu tidak dikehendaki oleh Tuhan. 

* Sekalipun dalam 1:21 Paulus mengatakan bahwa ‘mati adalah keuntungan’, tetapi ia tetap menganggap penyembuhan Epafro-di­tus sebagai belas kasihan Allah, dan ia bersukacita atas penyembuhan Epafroditus (ay 27)! Jadi, sekalipun bagi orang kristen kematian adalah pintu gerbang surga, tetapi hidup tetap merupakan suatu karunia dari Allah, untuk mana kita harus selalu bersyukur! 

· Jemaat Filipi mendengar tentang sakitnya Epafroditus, tetapi mereka tidak tahu tentang kesembuhannya. Ini menyebabkan mereka jadi susah / bingung (ay 26,28). Epafroditus sendiri juga menjadi susah (ay 26) ketika ia tahu bahwa jemaat Filipi mende-ngar bahwa ia jatuh sakit. 

· Demi jemaat Filipi, dan demi Epafroditus (supaya mereka bersuka-cita kembali), maka sekalipun Paulus sendiri membutuh­kan Epafro-ditus, ia tetap mengirimkan Epafroditus kembali ke Filipi. 

· Rupa-rupanya Paulus juga menitipkan surat Filipi ini pada Epafro-ditus untuk disampaikan kepada jemaat Filipi. Dalam surat Filipi ini mereka bisa membaca: 

* bahwa Epafroditus memang dikirim kembali oleh Paulus sebe­lum waktunya (ay 28). Ini penting supaya mereka tidak berang­gapan bahwa Epafroditus tidak menyelesaikan tugasnya. Dari sini terlihat bahwa Paulus sangat memperhatikan jemaat Filipi maupun Epafroditus, sehingga ia berusaha melakukan sesuatu untuk menghindarkan kesalahpahaman di antara mereka. 

* bahwa Paulus menghendaki supaya mereka menyambut dan meng­hormati Epafroditus (ay 29-30). Ini lagi-lagi menunjukkan perhatian Paulus terhadap Epafroditus. 

Penerapan: 

Perhatikan bahwa Paulus menginginkan seseorang dihormati, bukan karena kekayaan, kepandaian, jabatan, kepopuleran yang ia miliki, tetapi karena pelayanannya yang mati-matian (ay 29-30 bdk. 1Tim 5:17). Apakah saudara menghor­mati orang juga berdasarkan hal yang sama? 

* tentang nasehat Paulus supaya mereka tetap bersukacita dalam keadaan apapun (3:1a). Nasehat ini juga menunjukkan perhatian dan kasih Paulus kepada jemaat Filipi. 

3) Timotius. 

a) Ia memperhatikan jemaat Filipi (ay 20b). 

b) Ia memperhatikan dan melayani Paulus (ay 22). 

Timotius mau disuruh-suruh oleh Paulus: 

· ke Tesalonika (1Tes 3:2,6). 

· ke Korintus (1Kor 4:17 & 16:10-11). 

· ke Filipi (Filipi 2:19). 

Ini menunjukkan: 

¨ kerendahan hati Timotius yang mau menjadi orang kedua / pesuruh sekalipun, asal bisa melayani Tuhan. 

William Barclay: 

“He is the patron saint of all who are quite content with the second place, so long as they can serve” [= Ia adalah orang kudus teladan dari semua orang yang cukup puas dengan tempat kedua, asal mereka bisa melayani]. 

Penerapan: apakah saudara mau melayani di tempat kedua? 

¨ perhatian dan kasih Ti­motius terhadap Paulus. 

4) Epafroditus. 

a) Ia memperhatikan gereja Filipi (ay 26). 

b) Ia memperhatikan dan melayani Paulus (ay 25b,30). 

Catatan: 

Dari ay 30 terlihat bahwa rupa-rupanya sakit yang diderita oleh Epa-froditus dalam ay 26-27 disebabkan karena ia melayani Paulus / Tu-han secara mati-matian. Ia adalah orang yang rela berkorban / mati demi pelayanan. Bagaimana dengan saudara? (bdk. Mat 10:39 & 16:25). 

II) Orang-orang kristen yang egois. 

Tadi kita sudah melihat bahwa text Kitab Suci ini dipenuhi dengan orang-orang Kristen yang saling mengasihi dan saling memperhatikan satu dengan yang lain. 

Tetapi, ditengah-tengah bacaan ini, kita melihat adanya sekelompok orang kristen yang menodai semua keindahan itu! Perhatikan orang-orang itu dalam ay 21! 

1) ‘Semuanya’ (ay 21). 

a) Perhatikan bahwa Paulus tidak menyebut nama orang-orang itu. Ia tidak mau menjelek-jelekkan orang! 

Kalau dalam 2Tim 4:10,14 ia mengatakan sesuatu yang jelek ten­tang seseorang dengan menyebutkan nama mereka, maka pasti ada alasan / tujuan tertentu untuk itu! 

b) Mereka ini adalah orang-orang yang bersama Paulus di Roma, yaitu orang-orang kristen Roma. 

c) Bandingkan dengan Fil 1:15,17. Mungkin sekali orang-orang ini termasuk dalam kata ‘semuanya’ dalam ay 21 ini! 

2) ‘memperhatikan kepentingan sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus’ (ay 21). 

a) Mungkin dikatakan demikian karena mereka tidak mau diutus ke Filipi. 

b) Mereka adalah orang kristen, tetapi toh mereka mencari kepentingan diri sendiri. Ini memang tidak berarti bahwa mereka selalu / setiap saat hanya mencari kepentingan sendiri, dan tidak pernah mempedulikan kepentingan Kristus. Kalau demikian, maka mereka pasti bukan orang kristen! Yang dimaksud adalah: pada umumnya, mereka lebih mementingkan diri mereka sendiri dari pada Kristus. Bagi mereka, yang paling utama adalah: diri mereka, keluarga mereka, pekerjaan mereka, kenyamanan hidup mereka dsb. Sedangkan Tuhan / gereja / pelayanan merupakan hal yang sekunder, atau sekedar sebagai pelengkap dalam hidup mereka! Tetapi, ini jelas hidup kristen yang salah! Dalam 1Kor 10:31 dikatakan bahwa seluruh hidup kita harus ditujukan untuk kemuliaan Tuhan. Jadi, sebetulnya Tuhan / gereja / pelayanan harus menjadi hal yang utama / primer dalam hidup kita, sedangkan diri kita, keluarga kita, pekerjaan kita, kenyamanan kita dsb adalah hal yang sekunder! 

Seseorang mengatakan: 

“Forget yourself if you would serve God” (= Lupakan dirimu sendiri, kalau engkau mau melayani Allah). 

Penutup: 

Firman Tuhan hari ini menunjukkan dua golongan orang kristen. Golongan pertama, adalah orang kristen yang saling mengasihi dan memperhatikan, dan yang mati bagi dirinya sendiri. Golongan kedua adalah orang kris­ten yang egois, yang hidup bagi dirinya sendiri. 

Saudara mau menjadi orang kristen yang mana? 

FILIPI 3:1b-16 

I) Paulus memberi peringatan. 

1) Ini adalah peringatan ulangan. 

Bahwa ini merupakan peringatan ulangan, bisa terlihat dari ay 1b yang mengatakan ‘menuliskan hal ini lagi’. 

Ada 2 kemungkinan: 

· ada surat Paulus yang lain kepada jemaat Filipi, tetapi yang tidak pernah kita temukan dan tidak termasuk dalam Kitab Suci. Di sanalah Paulus memberikan peringatan yang pertama, dan sekarang ia meng-ulangi peringatan itu. 

· Paulus memberikan peringatan yang pertama, pada saat ia berada di Filipi, dan sekarang ia mengulangi peringatan itu. 

Tidak jelas yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, tetapi yang jelas adalah bahwa Paulus mengulang sesuatu yang sudah pernah ia ajarkan. 

Penerapan: 

· Seorang pemberita / pengajar Firman Tuhan (pendeta, penginjil, dosen sekolah theologia, pengkhotbah awam, guru sekolah minggu, guru agama), tidak boleh bosan untuk mengulangi hal-hal tertentu di dalam ia mengajar. Jangan pernah berpikir bahwa jemaat sudah mengerti dan pasti akan ingat terus apa yang pernah mereka dengar! 

Catatan: Ini berbeda dengan seorang pemberita / pengajar Firman Tuhan yang terus-menerus mengajar hal-hal yang sama, karena ia tidak pernah belajar Firman Tuhan / mempersiapkan khotbahnya dengan baik! 

· Jemaat juga tidak boleh bosan pada saat mendengar sesuatu yang sudah pernah didengar. Pernahkah / seringkah saudara malas men-dengar khotbah yang mengajarkan hal-hal yang sudah pernah saudara dengar? 

2) Peringatan itu diberikan untuk menjaga keamanan orang Filipi 

Ay 1b: ‘kepastian’. Ini salah terjemahan! 

NIV / NASB: ‘it is a safeguard for you’ (= ini adalah suatu penjagaan bagi kamu). 

Jadi, terlihat bahwa Paulus berjerih payah untuk menjaga keamanan (secara rohani) dari domba-dombanya, dan ia melakukan hal ini dengan mengajarkan Firman Tuhan kepada mereka! 

Penerapan: 

· seorang pemberita / pengajar Firman Tuhan (terutama pendeta / guru sekolah minggu), harus menjaga keamanan dombanya. Jangan men-jadi ‘seorang upahan’ yang tidak mempedulikan domba-dombanya (bdk. Yoh 10:11-13)! 

· banyak pendeta yang ‘menjaga’ dombanya dengan melarang domba-nya pergi ke gereja lain (gereja yang baik sekalipun!). Ini bukan menjaga tetapi menjerat domba itu untuk dirinya sendiri! Seharus­nya pendeta menjaganya dengan mengajarkan Firman Tuhan kepadanya, sehingga ia bisa membedakan ajaran yang benar dan yang salah / sesat! 

3) Isi peringatannya (ay 2-3). 

Ay 2: 

· ‘hati-hatilah’. 

Ini ia ucapkan 3 x! Ini menunjukkan bahwa orang-orang itu sangat berbahaya, dan ini menunjukkan bahwa kita tidak pernah boleh merasa sombong / punya self confidence (= keyakinan pada diri sendiri) sekalipun kita sudah banyak mengerti Firman Tuhan! Cara berhati-hati: 

* banyak berdoa minta pimpinan Tuhan 

* mengecheck setiap khotbah dengan Kitab Suci 

* terus belajar Firman Tuhan dengan tekun! 

· ‘anjing-anjing’. 

Orang-orang Yahudi selalu menyebut orang-orang non Yahudi de-ngan sebutan ‘anjing’. Tetapi sekarang Paulus mengatakan bahwa mereka sendirilah yang adalah anjing! 

Sebutan ini menunjukkan bahwa orang-orang itu rendah / hina (bdk. 1Sam 24:15 2Raja-raja 8:13) dan berbahaya (bdk. Maz 22:17,21). 

Perhatikanlah bahwa rasul-rasul dan nabi-nabi, bahkan Yesus sendiri, selalu bersikap sangat keras terhadap nabi-nabi palsu! (bdk. 2Yoh 10-11). Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau banyak orang kristen saat ini yang menghendaki supaya hamba-hamba Tuhan bersikap lunak / ramah terhadap nabi-nabi palsu! 

· ‘pekerja-pekerja yang jahat’ (bdk. 2Kor 11:13). 

* Kata ‘pekerja’ menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang aktif / orang yang melayani dalam gereja! Keaktifan seseorang di gereja sama sekali tidak menjamin kekristenannya ataupun kegunaannya bagi Tuhan / gereja. Orang aktif yang sesat justru sangat memba-hayakan! 

* Orang-orang ini jelas berusaha taat (ini bisa diketahui karena dalam ay 2-9, Paulus jelas menentang Yudaisme yang menekan-kan ketaatan dengan tujuan supaya selamat). Tapi Paulus toh menye­but mereka sebagai orang-orang yang jahat! 

Dari sini bisalah kita simpulkan bahwa kalau seseorang berusaha taat dengan tujuan supaya ia diselamatkan, maka pada hakekatnya ia sedang melakukan kejahatan! 

Penerapan: 

Apakah saudara masih melakukan hal-hal tertentu (dibap­tis, pengakuan dosa, rajin ke gereja, berusaha taat / membuang dosa dsb) dengan tujuan supaya saudara masuk surga / diselamatkan? Kalau ya, pada hakekatnya saudara sedang melakukan kejahatan! 

· ‘penyunat-penyunat palsu’. 

Lit: ‘look to the concision’ (= awas / hati-hatilah terhadap pemotongan). 

Ada 2 tafsiran tentang bagian ini: 

* Calvin menganggap bahwa kata Yunaninya berarti pemotongan / pembagian / pemecahan, dan ia lalu menganggap ini sebagai per-ingatan terhadap orang-orang yang suka memecah belah gereja. 

Tapi saya menganggap tafsiran ini tidak sesuai dengan kontex yang jelas menyerang Yudaisme. 

* Ini adalah suatu permainan kata untuk menyerang orang-orang Ya-hudi yang menekankan pentingnya sunat untuk keselamatan kita. 

Kata ‘sunat / circumcision’ dalam bahasa Yunaninya adalah PERI-TOME, sedangkan kata ‘pemotongan / concision’ dalam bahasa Yunaninya adalah KATATOME. Jadi, dengan menyebut sunat dengan menggunakan kata Yunani yang mirip tetapi yang artinya adalah ‘pemotongan’, Paulus merendahkan para penyunat itu. 

Mengapa Paulus mengingatkan terhadap penyunat-penyunat itu? Karena sunat (yang disertai kepercayaan terhadap sunat) membuat seseorang ‘lepas dari Kristus’! (bdk. Gal 5:2-6). 

Ay 3: 

· ‘kitalah orang-orang bersunat’. 

Orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus sudah disunat secara rohani (bdk. Ro 2:28-29), dan karena itu jelas tak perlu disunat lagi secara jasmani! 

· ‘beribadah oleh Roh Allah’. 

NIV: ‘who worship in the Spirit of God’ (= yang menyembah / beribadah di dalam Roh Allah). 

Rupanya orang-orang sesat itu menekankan hal-hal lahiriah terten­tu dalam ibadah sehingga Paulus lalu mengatakan hal ini (bdk. Yoh 4:19-24 yang mengkontraskan penyembahan yang lahiriah dengan penyembahan yang rohani dan benar). 

Penerapan: 

Jangan menekankan hal-hal lahiriah dalam ibadah, seperti: 

* berbakti harus di gedung gereja, tidak di rumah / restoran. 

* kalau berdoa harus pada jam-jam / di tempat tertentu (bukit doa, dsb). 

* Pendeta harus memakai toga. 

· ‘bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal- hal lahiriah’. 

Orang-orang itu memegahkan hal-hal lahiriah yang terpisah dari Kristus (seperti kebangsaan / keyahudian mereka, sunat, ceremoni­al law / hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan, ketaatan) sebagai dasar keselamatan, tetapi orang kristen hanya bermegah dalam Kristus Yesus! 

Penerapan: 

Apakah saudara bermegah karena hal-hal lahiriah, seperti: kekristenan dalam keluarga yang sudah puluhan generasi, gedung gereja yang megah dan besar, gereja yang banyak jemaatnya dan kaya, seragam paduan suara yang hebat, mimbar yang mahal, pendeta yang punya gelar doktor / nama besar dsb? Kalau ya, saudara tidak berbeda dengan orang-orang sesat itu! 

Kesimpulan: 

Ay 2 yang menggambarkan orang-orang sesat itu sangat kontras / berbeda dengan ay 3 yang menggambarkan orang kristen. 

Memang kalau dilihat sepintas lalu saja, apalagi oleh mata orang yang tidak mengerti Firman Tuhan, maka orang kristen yang asli mirip dengan yang palsu, dan hamba Tuhan yang sejati mirip dengan nabi palsu. Tetapi sebetulnya mereka sangat berbeda! Ini hanya bisa saudara lihat kalau saudara banyak belajar / mengerti Firman Tuhan! 

Banyaknya perbedaan ini menyebabkan orang kristen harus hati-hati! 

II) Kesaksian Paulus. 

1) Paulus menceritakan bahwa ia sendiri juga mempunyai hal-hal lahiriah, bahkan lebih banyak dari mereka (ay 4). 

Ini ia katakan supaya orang-orang Yahudi itu tidak menganggap bahwa Paulus menyerang mereka hanya karena ia iri pada apa yang mereka punyai. 

Hal-hal lahiriah yang ada pada Paulus: 

· ia disunat pada hari ke 8 (ay 5). 

Ini menunjukkan bahwa ia bukan seorang proselyte (= orang non Yahudi yang diyahudikan / masuk agama Yahudi), yang tentunya disunat pada saat memasuki agama Yahudi, bukan pada usia 8 hari. 

· bangsa Israel (ay 5). 

Ini menunjukkan bahwa ia bukan anak dari orang tua yang adalah proselyte (anak dari proselyte juga disu­nat pada usia 8 hari). 

· suku Benyamin (ay 5). 

Ini ia tambahkan mungkin karena suku Benyamin adalah satu-satunya suku yang setia kepada suku Yehuda pada waktu terjadi perpecahan (bdk. 1Raja-raja 12:21). 

· orang Ibrani asli (ay 5). 

Lit: ‘a Hebrew of Hebrews’ (= seorang Ibrani dari orang-orang Ibrani). 

‘Orang Ibrani’ mempunyai arti yang berbeda-beda dalam Kitab Suci: 

* Abraham disebut ‘orang Ibrani’ (Kej 14:13). 

* Bangsa Israel disebut ‘orang Ibrani’ (Kel 1:15). 

* Orang-orang Yahudi yang mempertahankan bahasa Ibrani disebut ‘orang Ibrani’ (Kis 6:1). 

Mungkin arti ke 3 lah yang dimaksudkan oleh Paulus, karena Paulus memang bisa berbahasa Ibrani (bdk. Kis 21:40 22:2). 

Merrill C. Tenney: “the Greek influence affected the Jews of the Dispersion, and many of them lost the distinctive characteristics and faith that marked them off from other peoples. The majority of them, however, remained Jews. They clung tenaciously to their monotheistic faith based on the law of Moses. They kept contact with the temple at Jerusalem by pilgrimage to the annual feasts and paid the yearly tax of half a shekel. They observed the Sabbath and maintained the synagogue services wherever there were enough of them to constitute a worshiping group. Within the Diaspora were two distinct groups - the Hebraists and the Hellenists. ... The Hebraists, or ‘Hebrews,’ were mentioned by Paul, who was one of them. He said that he was ‘circumcised the eighth day, of the stock of Israel, of the tribe of Benjamin, a Hebrew of Hebrew; as touching the law, a Pharisee ...’ (Phil. 3:5). The Hebrews were those Jews who retained not only the religious faith of the Judaism but also the use of the Hebrew or Aramaic language and the Hebrew customs” (= ) - ‘New Testament Survey’, hal 118-119. 

· tentang pendirian terhadap hukum Taurat, aku seorang Farisi (ay 5). 

‘Orang Farisi’ jelas adalah orang top di dalam pandangan orang Yahudi pada saat itu! 

· tentang kegiatan (seharusnya adalah zeal / semangat), aku penga­niaya jemaat / gereja (ay 6). 

· tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat, aku tidak berca­cat (ay 6). 

Tentu saja ini tak berarti bahwa ia sudah mentaati seluruh hukum Taurat dengan sempurna. Ini hanya penilaiannya sendiri pada saat ia masih memeluk agama Yahudi (bdk. Mat 19:20). 

2) Dulu Paulus menganggap hal-hal lahiriah itu sebagai keuntungan (ay 7). 

Tetapi sekarang, ia menganggapnya sebagai: 

· rugi (ay 7-8). 

· sampah (ay 8). 

Jelas sekali bahwa Paulus mempunyai pandangan dan penilaian yang jauh berbeda antara dulu (sebelum ia jadi kristen) dan sekarang (setelah ia jadi kristen). Orang kristen memang harus mempunyai penilaian yang berbeda antara dulu dan sekarang! 

Penerapan: 

Apakah penilaian saudara berbeda antara dulu dan sekarang? Misalnya tentang Allah / Yesus, gereja, kitab suci, dosa, uang, kepandaian, gelar, kedudukan, kepopuleran, kebahagiaan dsb. Kalau sama sekali tak ada perubahan / perbedaan, maka jelas saudara bukan orang kristen yang sejati! 

Mengapa Paulus menganggap hal-hal itu sebagai rugi / sampah? 

a) Karena hal-hal itu memang bukan sekedar tak berguna. Hal-hal itu bahkan merugikan, karena menghalangi seseorang datang kepada Kristus! 

b) Karena ‘pengenalan akan Yesus’ jauh lebih mulia dari pada semua itu (ay 8). 

Perhatikan bahwa ia tak berkata ‘pengetahuan tentang Yesus’, tetapi ‘pengenalan akan Yesus’ (intimate / experimental knowl­edge). 

Penerapan: 

Apakah saudara menganggap bahwa pengenalan saudara akan Yesus lebih mulia dan lebih berharga dari apapun juga? Atau saudara tetap menganggap bahwa jabatan, uang, pekerjaan, keluarga dsb lebih berharga dari pada pengenalan akan Yesus? 

3) Paulus melepaskan semua itu (ay 8-9). 

· ‘melepaskan’ tak berarti bahwa sekarang ia menyangkal bahwa ia adalah orang Yahudi, membuang tanda sunat, berhenti bicara bahasa Ibrani, berhenti mentaati Tuhan dsb. Yang ia maksudkan adalah: ia berhenti mempercayai / membanggakan hal-hal itu! 

· Tujuan Paulus ‘melepas semuanya’ adalah: 

* memperoleh Kristus (ay 8). 

Tanpa melepas, tidak mungkin kita bisa memperoleh! (bdk. Mat 13:46). 

* berada dalam Dia (ay 9). 

Lit: ‘be found in him’ (= ditemukan di dalam Dia). 

Ini menunjukkan bahwa sebelumnya Paulus terhilang, dan ia ditemukan di dalam Kristus! 

Ay 9 ini mengkontraskan ‘kebenaran karena ketaatan’ dengan ‘kebenaran karena iman’! Dua hal ini memang tidak bisa ada bersama-sama dalam diri satu orang. Kalau saudara masih percaya pada doktrin ‘keselamatan karena ketaatan’, maka saudara tidak mungkin percaya pada doktrin ‘keselamatan karena iman’, dan sebaliknya. 

Renungkan! Yang mana yang saudara percayai? 

III) Keinginan Paulus. 

A) Untuk dirinya sendiri. 

Ia tahu dirinya belum sempurna (ay 12-13). Dan karena itu, ia ingin maju (ay 12,14). Ia ingin maju dalam: 

· pengenalan akan Kristus (ay 10). 

Penerapan: 

Apakah saudara juga punya kerinduan untuk mengenal Kristus lebih dekat lagi? Dan apakah keinginan itu saudara wujudkan dengan mau rajin datang dalam Pemahaman Alkitab, bersaat teduh dsb? 

· pengenalan akan kuasa kebangkitan Kristus (ay 10). 

· persekutuan dalam penderitaan Kristus (ay 10). 

Rasul-rasul bisa bersukacita pada saat mereka menderita / dianiaya, karena mereka menganggap penderitaan itu sebagai suatu persekutu-an dengan Kristus! Kristus sendiri, yang adalah kepala, menderita. Maka kita, yang adalah tubuhNya, pasti juga harus menderita! 

Penerapan: 

Kalau saudara menderita karena Kristus (bukan karena dosa!), apakah saudara bisa bersukacita karena saudara merasakan pen­deritaan itu sebagai persekutuan dengan Kristus? 

· serupa dengan Kristus dalam kematian Kristus (ay 10). 

Ada yang menafsirkan bahwa bagian ini berarti: ia ingin mati disalib seperti Kristus. Tetapi ada juga yang menganggap bahwa ia ingin mati terhadap dosa seperti Kristus. Saya lebih condong pada pandangan yang ke dua. 

Penerapan: 

Apakah saudara juga berusaha untuk mati terhadap dosa? 

Keinginan untuk maju inilah yang menyebabkan ia lalu melupakan apa yang ada di belakangnya dan mengarahkan diri pada apa yang ada di depannya, dan lari (ay 14). 

B) Untuk jemaat Filipi (ay 15-16). 

· kata ‘sempurna’ dalam ay 15, sekalipun menggunakan kata Yunani yang sama dengan kata ‘sempurna’ dalam ay 12, tetapi harus diterje-mahkan berbeda (kalau tidak, ay 12 dan ay 15 akan ber­tentangan!). 

NIV / RSV: ay 12: ‘perfect’ (= sempurna). 

ay 15: ‘mature’ (= matang). 

· Dalam ay 15 ini Paulus mengajak orang Filipi untuk bersikap sama dengan dia, yaitu harus ingin maju! 

Penerapan: 

Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara menginginkan supaya kerohanian saudara makin maju, atau saudara merasa bahwa keroha-nian saudara sudah cukup? Dan apakah saudara juga menginginkan kemajuan rohani orang lain, dan mendorong mereka untuk maju? 

· Ay 16 (NASB): ‘however, let us keep living by that same standard to which we have attained’ (= bagaimanapun, mari kita tetap hidup de-ngan standard yang sama sampai pada apa yang sudah kita capai). 

Artinya: ia mengajak mereka terus hidup dengan menggunakan standard yang sama dengan standard yang sudah mereka perguna­kan sampai saat itu. Standard yang dimaksud jelas adalah Firman Tuhan! 

Penutup: 

· Masihkah saudara mempercayai hal-hal lahiriah? Atau saudara betul-betul sudah percaya kepada Yesus saja? 

· Kalau saudara betul-betul sudah percaya kepada Yesus, maukah saudara berusa­ha maju? 

* dalam pengenalan akan Yesus? 

* dalam pengenalan akan kuasa kebangkitan Yesus? 

* dalam persekutuan dalam penderitaan Yesus? 

* dalam kematian terhadap dosa? 

FILIPI 3:17-4:1 

Pendahuluan: 

Banyak orang beranggapan bahwa kekristenan hanya mempersoalkan 2 hal saja, yaitu: 

· apa yang harus kita lakukan dalam hidup kita. 

· apa yang harus kita hindarkan / buang dari hidup kita. 

Dalam bacaan hari ini, kita melihat bahwa Paulus memang mempersoalkan 2 hal tersebut. Tetapi, selain mempersoalkan 2 hal tersebut, Paulus juga memper­soalkan hal yang lain. 

Kita akan lebih dulu meninjau 2 hal tsb, dan setelah itu kita akan meninjau hal yang lain itu. 

I) Hal-hal yang harus dilakukan. 

1) Mengikuti teladan Paulus (Filipi 3:17). 

Ay 17: ‘ikutilah teladanku’ 

NIV: ‘join with others in following my example’ (= bergabunglah dengan yang lain dalam mengikuti teladanku). 

Salah satu tujuan Kitab Suci mencatat kehidupan dari orang-orang yang saleh / beriman adalah supaya kehidupan mereka yang baik bisa kita tiru. 

Penerapan: 

Apakah saudara selalu berusaha menyesuaikan kehidupan saudara dengan kehidupan yang baik dari tokoh-tokoh dalam Kitab Suci? Atau saudara tidak menirunya dengan alasan bahwa mereka hidup pada jaman yang berbeda dengan saudara? 

Disini, Paulus menyuruh orang Filipi untuk mengikuti teladannya, tetapi sebelum ini, yaitu dalam Fil 2:5 dst, ia sudah lebih dulu menyuruh mereka untuk mengikuti teladan Kristus. Jadi, jelaslah bahwa teladan yang tertinggi dan yang sebenarnya adalah Kristus! Paulus boleh kita jadikan teladan, karena ia mengikuti Kristus (1Korintus 11:1). 

Seorang mengatakan: 

“In us - without Christ - there is nothing good to imitate; only what is in us of Christ is worth imitating” (= Di dalam kita - tanpa / terpisah dari Kristus - tidak ada sesuatu yang baik untuk ditiru; hanya apa yang ada dalam kita yang dari Kristus yang layak ditiru). 

Ini menunjukkan bahwa manusia memang betul-betul sudah begitu bejad sehingga dalam diri manusia, terpisah dari kasih karunia dan pekerjaan Allah, sedikitpun tak ada sesuatu yang baik (bdk. Ro 7:18-19). Hanya karena adanya kasih karunia dan pekerjaan Allah di dalam diri manusia itu, maka barulah ia bisa menjadi baik bahkan bisa menjadi suatu teladan bagi orang lain. 

Penerapan: 

Kalau saudara melihat ada sesuatu yang baik dalam diri saudara, apakah saudara menyadari bahwa itu semua adalah hasil pekerjaan Allah? Atau dengan sombong saudara menganggap bahwa diri saudara memang baik / ada baiknya? 

2) Berdiri teguh dalam Tuhan (4:1). 

Ada 2 hal yang bisa kita perhatikan dari Filipi 4:1 ini: 

a) Cara Paulus menyebut orang Filipi. 

Ia menyebut mereka: 

· saudara-saudaraku yang kukasihi dan kurindukan. 

· sukacitaku. 

· mahkotaku. 

· saudara-saudaraku yang kekasih. 

Ini jelas menunjukkan bahwa Paulus sangat mengasihi dan menghar­gai orang Filipi. 

Penerapan: 

Bagaimana sikap hati saudara terhadap sesama saudara seiman sau-dara? Apakah saudara mengasihi mereka? Apakah saudara menghar-gai mereka? Atau saudara bersikap acuh tak acuh terhadap mereka? 

b) Paulus menyuruh mereka berdiri teguh dalam Tuhan. 

Secara tidak langsung, ini menunjukkan bahwa kalau seseorang ada di dalam Kristus, maka pasti ada banyak serangan / tekanan (dari setan) yang ditujukan untuk menjatuhkan dia! Tetapi kita tidak boleh menyerah terhadap serangan dan tekanan itu. Sebaliknya, kita harus berdiri teguh! 

Ada banyak hal yang harus kita lakukan kalau kita mau berdiri teguh: 

· terus belajar Firman Tuhan dengan tekun. 

Jangan pernah berpikir bahwa saudara sudah cukup banyak belajar / mengerti Firman Tuhan! Itu sama bodohnya dengan mengambil keputusan untuk berhenti makan (untuk selama-lamanya), karena saudara merasa sudah cukup banyak makan dalam hidup saudara! 

· banyak berdoa (Mat 26:41). 

Tidak berdoanya murid-murid (Mat 26:40,43) menyebabkan mere-ka tidak bisa berdiri teguh, tetapi justru jatuh (Mat 26:56,69-75). 

Berapa banyak waktu yang saudara gunakan dalam sehari untuk berdoa? 

· mengambil keputusan / bertekad untuk terus ikut Tuhan dengan sungguh-sungguh, bagaimanapun beratnya! 

Maukah saudara melakukan hal-hal ini? 

II) Hal-hal yang harus dihindarkan (Filipi 3:18-19). 

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari ay 18-19: 

1) Ini merupakan peringatan ulangan (ay 18a). 

Ini menunjukkan bahwa hamba Tuhan tidak boleh bosan dalam memper-ingatkan jemaatnya, dan tidak boleh bosan dalam mengulang suatu ajaran yang dianggap penting! 

Tetapi, ini juga menunjukkan bahwa jemaat juga tidak boleh bosan pada waktu diperingatkan atau pada waktu mendengar sesuatu yang sudah pernah mereka dengar. 

2) Paulus menyatakan hal ini sambil menangis (ay 18b). 

Mengapa Paulus sedih? 

a) Karena orang-orang itu hidup di dalam dosa (ay 18c,19 bdk. Mazmur 119:136 Yeremia 13:17). 

Orang kristen, apalagi hamba Tuhan yang sejati, harus sedih kalau mendengar adanya orang kristen (kristen KTP sekalipun) yang hidup di dalam dosa! Bagaimana dengan saudara? 

b) Karena orang-orang yang hidup di dalam dosa itu banyak jumlahnya (ay 18c). 

c) Karena kesudahan / akhir dari orang-orang itu adalah kebinasaan (ay 19a). 

Penerapan: 

Kita seringkali tidak sedih, melainkan iri hati melihat kehidupan orang-orang yang bejad, karena kita menyoroti kehidupan mereka secara jasmani. Belajarlah untuk menyoroti kehidupan mereka secara rohani, khususnya kesudahan hidup mereka! Ini akan membuang semua iri hati dan bahkan membuat saudara sedih / prihatin atas nasib mereka! 

d) Karena Paulus mengasihi mereka. 

Kita sering bersikap acuh tak acuh, bahkan menjadi jengkel / benci kepada orang-orang itu, karena kita kurang / tidak mempunyai kasih! Berdoalah minta Tuhan menyucikan diri saudara dan mengubahkan saudara sehingga saudara mempunyai kasih seperti kasih Paulus. 

3) Paulus menyatakan tentang adanya orang-orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus (ay 18c). 

a) Ada macam-macam pandangan tentang siapa mereka ini: 

· ada yang menganggap bahwa orang-orang ini ada di Roma (bdk. Ro 16:18). Ada juga yang menganggap bahwa orang-orang itu ada di Filipi (gereja bagus bisa saja tetap ada orang-orang breng­seknya!). 

· ada yang menganggap bahwa mereka adalah orang-orang yang sama dengan orang-orang yang pro Yudaisme, yang diserang oleh Paulus dalam Filipi 3:2 dst. Tetapi ada juga yang menganggap bahwa mereka berbeda dengan orang-orang itu. 

b) Kata-kata ‘hidup sebagai seteru salib Kristus’ juga ditafsirkan berma-cam-macam: 

· mereka menentang Injil, karena mereka memberitakan hukum Taurat / keselamatan karena perbuatan baik. 

· mereka menolak untuk memikul salib, menyangkal diri, berkorban bagi Kristus dsb. 

Ini arti yang diterima oleh mayoritas penaf­sir. 

Calvin menambahkan bahwa mereka ini bukan orang yang secara terang-terangan menolak Injil / Kristus. Sebaliknya, mereka pura-pura menjadi teman, tetapi sebetulnya mereka adalah musuh terbesar dari Injil. 

“And unquestionably persons of this sort, who weaken the influence of the ministry by seeking their own interests, sometimes do more injury than if they openly op­posed Christ” (= Dan tidak perlu diragukan bahwa orang-orang seperti ini, yang melemahkan pengaruh pelayanan dengan mencari kesenangan mereka sendiri, kadang-kadang lebih merugikan dari pada kalau mereka terang-terangan menentang Kristus). 

c) Kehidupan orang-orang itu: 

· mereka tak mau menyangkal diri / memikul salib (ini diambil dari kata-kata ‘hidup sebagai seteru salib Kristus’ dalam ay 18c). 

· ‘Tuhan mereka ialah perut mereka’ (ay 19b). 

NIV: ‘their god is their stomach’ (= allah mereka ialah perut mereka). 

Jadi, dalam hidup mereka, makan adalah prioritas tertinggi. Mereka hidup untuk makan! Bandingkan dengan 1Kor 10:31 yang mengatakan bahwa makan dan minumpun harus kita lakukan untuk kemuliaan Tuhan! 

· ‘kemuliaan mereka ialah aib mereka’ (ay 19c). 

Artinya: mereka membanggakan hal-hal yang justru seharusnya membuat mereka malu. 

Penerapan: 

Pada jaman ini juga ada banyak orang seperti itu. Perzinahan dan cara yang tidak halal untuk mendapat untung adalah dosa, dan seharusnya membuat orang yang melaku­kannya menjadi malu. Tetapi toh ada banyak orang yang bisa menceritakan pengalamannya dalam hal-hal seperti itu dengan bangga! 

Dan orang yang bangga karena hal-hal yang memalukan, sering-ka­li malu karena hal yang seharusnya membanggakan. Misalnya: malu untuk memberitakan Injil / sharing, malu untuk melayani Tuhan, malu untuk berdoa di depan umum dsb. 

Renungkanlah: apakah saudara mempunyai standard yang benar (sesuai dengan Firman Tuhan) tentang apa yang memalukan dan apa yang membanggakan? 

· ‘pikiran mereka semata-mata tertuju pada perkara duniawi’ (ay 19d bdk. Yak 4:4 & 1Yoh 2:15). 

Penerapan: 

Cobalah renungkan, dalam seminggu berapa banyak waktu dimana pikiran saudara tertuju pada hal-hal duniawi, dan berapa banyak waktu dimana pikiran saudara tertuju pada hal-hal yang rohani? 

d) Kesudahan mereka adalah kebinasaan (ay 19a). 

Sekalipun mereka ada di dalam gereja, tetapi mereka ada di luar Kristus, dan karena itu kesudahan mereka adalah kebinasaan! Gereja, baptisan dsb, memang tidak bisa menyelamatkan siapapun! Hanya Kristus yang bisa! Karena itu pastikanlah bahwa saudara betul-betul ada di dalam Kristus, dan bukan sekedar di dalam gereja! 

Paulus menyatakan tentang orang-orang ini, supaya jemaat Filipi (dan juga kita) tidak meniru kehidupan orang-orang itu. 

Jadi, dalam gereja ada orang-orang yang harus ditiru (Filipi 3:17), tetapi juga ada banyak yang harus dihindari / tidak boleh ditiru ( Filipi 3:18-19). 

Paulus sudah berbicara tentang: 

1) Hal-hal yang harus dilakukan. 

2) Hal-hal yang harus dihindarkan. 

Tetapi ternyata Paulus tidak berhenti disini! Jadi, tidak cukup baginya hanya berbicara tentang kedua hal itu. Ia juga membicarakan hal yang ke 3! 
III) Hal yang harus disadari / diingat. 

Dalam ay 20 Paulus mengatakan bahwa ‘kewargaan kita adalah di dalam surga’. Dengan kata lain, kita adalah Warga Negara Surga. 

Ini bukanlah sesuatu yang harus dilakukan, dan juga bukan sesuatu yang harus dihindari! Ini adalah sesuatu yang harus diingat / disadari. 

Kesadaran tentang hal ini adalah sesuatu yang sangat penting, karena ini mendasari, bahkan mengarahkan kehidupan dan tindakan kita. 

Karena itu, yang saya maksudkan dengan ‘menyadari’ bukanlah seke­dar ‘mengerti’! Kita memang perlu mengerti, tetapi lebih dari itu kita harus selalu menyadari dan mengingat hal itu, sedemikian rupa sehingga hal itu betul-betul mendasari / mengarahkan hidup kita. 

Dalam bacaan Kitab Suci kita hari ini, kita melihat bahwa kesadaran bahwa kita adalah Warga Negara Surga, menyebabkan: 

1) Kita tak akan hidup seperti orang-orang dalam ay 18-19. 

Kata-kata ‘di dalam surga’ (ay 20) sengaja dikontraskan dengan kata ‘duniawi’ (ay 19). Pengkontrasan ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa kalau kita memang adalah warga negara surga, maka tentu tidak pantas bagi kita untuk hidup dengan pikiran yang terus tertuju pada perkara duniawi. 

2) Kita akan menantikan kedatangan Kristus yang ke dua kalinya (ay 20b bdk. 1Tes 1:10 Titus 2:13). 

Pada saat membicarakan hal ini, Paulus lalu membicarakan 2 hal: 

a) Ia berkata bahwa kita menantikan Kristus sebagai Juruselamat (ay 20b). 

Filipi 3:20-21 - “(20) Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, (21) yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia, menurut kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diriNya”. 

NIV: ‘(20) But our citizenship is in heaven. And we eagerly await a Savior from there, the Lord Jesus Christ, (21) who, by the power that enables him to bring everything under his control, will transform our lowly bodies so that they will be like his glorious body’ (= ). 

KJV: ‘(20) For our conversation is in heaven; from whence also we look for the Saviour, the Lord Jesus Christ: (21) Who shall change our vile body, that it may be fashioned like unto his glorious body, according to the working whereby he is able even to subdue all things unto himself’ (= ). 

NASB: ‘(20) For our citizenship is in heaven, from which also we eagerly wait for a Savior, the Lord Jesus Christ; (21) who will transform the body of our humble state into conformity with the body of His glory, by the exertion of the power that He has even to subject all things to Himself.’ (= ). 

Ini aneh! Mengapa ia tidak berkata bahwa kita menantikan Kris­tus sebagai Hakim? Jelas bahwa Kristus memang akan datang kedua kalinya sebagai Hakim, tetapi Paulus mengatakan bahwa kita menantikan Kristus sebagai Juruselamat, karena ia berbi­cara kepada orang kristen. Sekalipun kita juga akan menghadap takhta pengadilan Kristus (2Kor 5:10), tetapi kita tidak mung­kin dihukum (Ro 8:1). Yang kita terima saat itu adalah penyem­purnaan keselamatan. 

b) Saat itu tubuh kita akan diubah menjadi seperti tubuh Kristus yang mulia (ay 21). 

Hal ini dimungkinkan karena kemahakuasaan Kristus (ay 21b). 

Kesadaran kita tentang kedua hal ini menyebabkan kita makin rindu menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya! 

Penerapan: 

Apakah saudara rindu menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya? Atau saudara berharap hal itu tidak cepat-cepat terjadi karena saudara masih cinta dunia dan masih krasan hidup di dunia? Kalau saudara menyadari bahwa saudara adalah warga negara surga, dan saudara menyadari bahwa Kristus adalah Raja Kerajaan Surga, maka saudara pasti merindukan kedatanganNya yang kedua kalinya. 

Penutup: 

Ada banyak hal-hal lain yang harus selalu disadari / diingat supaya semua itu bisa mengarahkan / mendasari hidup kita, seperti: 

· Allah itu maha suci. 

Kesadaran akan hal ini menyebabkan kita membuang dosa / berusaha hidup suci, dan juga membuat kita menganggap doa pengakuan dosa sebagai sesuatu yang penting. 

Ada banyak gereja yang dalam liturgi kebaktiannya tidak mempunyai doa pengakuan dosa. Ini jelas merupakan gereja yang tidak menyadari akan keberdosaan dirinya sendiri maupun kesucian Allah! 

· Allah itu berdaulat & segala sesuatu ada dalam kontrolNya. 

Kesadaran akan hal ini membuat kita hidup dalam damai dan sukacita, bebas dari kekuatiran dan ketakutan. 

· Kita adalah manusia yang lemah dan condong kepada dosa 

Kesadaran akan hal ini menyebabkan kita rendah hati, tidak bersandar kepada diri kita sendiri, tetapi bersandar kepada Allah dengan banyak berdoa. 

· Musuh kita bukanlah manusia, tetapi setan. 

Kesadaran akan hal ini membuat kita tidak membenci sesama manusia yang merugikan kita / menyakiti hati kita. 

· Kesatuan kita sebagai tubuh Kristus. 

Kesadaran akan hal ini membuat kita mau bersekutu dengan saudara seiman, mengasihi saudara seiman, tidak bersikap acuh tak acuh terhadap sesama saudara seiman, dan tidak mengabaikan saudara seiman yang menderita ataupun yang jatuh ke dalam dosa. 

Dari semua ini jelaslah bahwa pada waktu kita membaca / mendengar / belajar Firman Tuhan, kita tidak cukup hanya memperhatikan apa yang diperintahkan oleh Tuhan dan apa yang dilarang oleh Tuhan! Ada banyak hal lain, yang merupakan pengertian, yang harus kita renungkan supaya bisa kita sadari / ingat senantiasa, sehingga bisa mengarahkan / mendasari hidup kita. 

Maukah saudara melakukannya? 

FILIPI 4:2-3 

I) Euodia & Sintikhe. 


1) Mereka adalah orang perempuan. 

Alasannya: 

a) Nama-nama itu adalah nama-nama perempuan. 

b) Filipi 4:3: ‘tolonglah mereka’. 

Kata ‘mereka’ dalam bahasa Yunaninya adalah AUTAIS, yang berarti ‘mereka’ tetapi kata ini ada dalam bentuk feminine / perempuan (ingat bahwa dalam bahasa Yunani, setiap kata benda mempunyai ‘jenis kelamin’!). 

Karena itu NIV / NASB menterjemahkan ‘help these women’ (= tolong-lah perempuan-perempuan ini). 

2) Mereka adalah orang kristen yang sejati. 

Ay 3 mengatakan bahwa nama mereka, bersama-sama dengan Klemens & kawan-kawan sekerja Paulus yang lain, tercantum dalam Kitab Kehi-dupan. 

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari sini: 

a) Kitab Kehidupan: 

· Kitab Kehidupan mencatat nama-nama orang yang akan masuk ke surga. Jadi, orang yang namanya tercantum dalam Kitab Kehidup-an akan masuk surga (Wah 21:27), sedangkan orang yang nama-nya tidak tercantum dalam Kitab Kehidupan akan masuk ke neraka (Wah 20:12-15). 

· Dicatat atau tidaknya nama seseorang dalam Kitab Kehidupan sudah dilakukan oleh Allah sejak dunia dijadikan (Wah 13:8 17:8), dan ini menunjukkan adanya Predestinasi (penentuan Allah ten-tang siapa yang akan masuk surga / neraka). Kalau dari sini saudara masih belum mau menerima doktrin tentang Predestinasi, bacalah Ef 1:4,5,11 dan Ro 9:10-24. 

b) Nama orang-orang yang tercantum dalam Kitab Kehidupan: 

· dari mana Paulus tahu bahwa nama-nama mereka tercantum dalam Kitab Kehidupan? Ada 2 kemungkinan: 

* dari buah kehidupan mereka (Mat 7:15-20), yang menunjukkan iman mereka. 

* dari wahyu Tuhan. 

· Klemens. 

Ada yang menganggap ini adalah Clement of Rome, tetapi ini hanyalah suatu spekulasi. 

· kawan-kawan sekerja Paulus yang lain: 

* Paulus adalah seorang rasul, dan juga adalah pendiri gereja Filipi, tetapi ia menyebut mereka ‘kawan sekerja’. [NIV/NASB: ‘fellow workers’ (= kawan / sesama pekerja)]. Ini menunjukkan kerendahan hati Paulus! 

Penerapan: 

Orang yang sering membanggakan dirinya karena dirinya adalah Pendiri, Synode / Majelis / Pengurus, Pendeta / Penginjil dari suatu gereja, harus belajar untuk rendah hati seperti Paulus! 

* Siapa nama orang-orang ini? Paulus tidak menyebutkan, sehingga nama mereka tidak tercantum dalam Kitab Suci. Tetapi ini sebe­tulnya tidak jadi soal, karena yang penting adalah bahwa nama mereka tercantum dalam Kitab Kehidupan! (bandingkan dengan Yudas Iskariot, yang namanya tercantum dalam Kitab Suci, tetapi tidak dalam Kitab Kehidupan!). 

Penerapan: 

Apakah saudara mempersoalkan apakah nama saudara ter-cantum di gereja (sebagai anggota gereja, majelis, pengurus dll) atau tidak? Ini tidak penting untuk keselamatan saudara! Yang penting adalah apakah nama saudara tercantum dalam Kitab Kehidupan atau tidak! Ada banyak orang yang namanya tercantum di gereja, tetapi tidak dalam Kitab Kehidupan! Apa gunanya? Bukankah lebih baik seperti kawan-kawan sekerja Paulus ini, dan juga seperti penjahat yang bertobat di salib, yang namanya tidak tercantum dalam gereja, tetapi tercantum dalam Kitab Kehidupan? 

· Euodia dan Sintikhe. 

Tercantumnya nama mereka dalam Kitab Kehidupan jelas membukti­kan bahwa mereka adalah orang pilihan dan orang kristen yang sejati! 

Adanya keretakan di antara mereka, tidak membuktikan bahwa mereka adalah orang kafir! Ingat bahwa Paulus dan Barnabas yang begitu rohanipun, bisa mengalami perpecahan (Kis 15:35-39). 

3) Mereka adalah orang kristen yang aktif (ay 3). 

a) Sekalipun mereka adalah orang perempuan, tetapi mereka melayani / mengabarkan Injil! 

Seringkali orang perempuan menganggap bahwa pelayanan adalah tugas orang laki-laki, sedangkan diri mereka tidak perlu melayani, karena mereka adalah orang yang lemah. Ini jelas merupakan ang-gapan yang salah. Bagi saudara yang perempuan, tirulah 2 orang ini! Dan bagi saudara yang laki-laki, tidak malukah saudara ‘mengang­gur’ padahal 2 perempuan ini melayani? 

b) Dua perempuan ini betul-betul melayani mati-matian. 

Ay 3: ‘berjuang’ (Lit: ‘struggle’). 

Ini menunjukkan suatu perjuangan yang mati-matian, bahkan suatu pergumulan! 

Memang pelayanan, apalagi Pekabaran Injil, tidak bisa dilakukan dengan santai, asal-asalan, setengah hati dsb! 

Harus ada usaha maximal dalam: 

· memikirkan dan merenungkan cara yang terbaik. 

· meningkatkan pelayanan dengan memperbaiki apa yang masih kurang. 

· doa. 

· pengudusan diri. 

· bertahan mengha­dapi serangan setan dalam bentuk apapun! 

Penerapan: 

Apakah saudara sudah berjuang mati-matian dalam pelayanan / Pekabaran Injil? Berapa hebatnya saudara berusaha dalam Peka-baran Injil / mengajak orang ke gereja? Berapa banyak saudara ber-doa untuk mendukung pelayanan saudara / gereja saudara? Apakah saudara berusaha mening­katkan mutu pelayanan saudara? Apakah saudara berusaha mati-matian dalam pengudusan diri? 

II) Hubungan Euodia dan Sintikhe. 

Dari ay 3, dimana dikatakan bahwa dahulu mereka berjuang bersama-sama dengan Paulus dalam Pekabaran Injil, maka dapatlah disimpulkan bahwa dahulu mereka mempunyai hubungan yang baik. Tetapi, sekarang hubungan mereka berubah. Apa yang terjadi di antara mereka? 

Dalam ay 2 dikatakan bahwa Paulus menasehati mereka supaya ‘sehati sepikir dalam Tuhan’. 

NASB: ‘to live in harmony in the Lord’ (= hidup dalam keharmonisan di dalam Tuhan). 

NIV: ‘to agree with each other in the Lord’ (= setuju satu dengan yang lain di dalam Tuhan). 

Lit: ‘to think the same thing in the Lord’ (= memikirkan hal yang sama di dalam Tuhan). 

Paulus tidak mengatakan bahwa mereka harus berdamai, menahan emosi, saling mengampuni / memaafkan dsb. 

Jadi, rupa-rupanya mereka bukan saling membenci, bermusuhan, geger­an secara terbuka dsb. Di antara mereka mungkin hanya ada keretakan yang disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara bekerja, dan ini mungkin sekali menyangkut hal yang bukan prinsip, tetapi hanya perbedaan kebijaksanaan saja (kalau soal prinsip, pasti Paulus menegur pihak yang salah!). Ini justru merupakan sesuatu yang harus disayangkan! Kita harus berani mengorban-kan perdamaian, kalau itu mempersoalkan sesuatu yang prinsip. Toleransi dalam hal yang prin­sip, sebetulnya bukanlah toleransi, tetapi kompromi, dan ini adalah dosa! Tetapi, kalau hanya mengenai perbedaan cara kerja / kebijak­sanaan dsb, maka kita harus saling toleransi! 

III) Sikap dan tindakan Paulus. 

1) Dari apa yang Paulus lakukan dalam ay 2-3, terlihat bahwa ia mengang-gap keretakan ini sebagai sesuatu yang serius. Ini dise­babkan karena: 

a) Ciri kekristenan / orang kristen bukanlah sekedar tidak benci / tidak bermusuhan, tetapi kasih (Yoh 13:35). 

b) Hubungan kita dengan sesama saling mempengaruhi dengan hubung-an kita dengan Tuhan. 

· kalau hubungan dengan Allah rusak, maka hubungan dengan sesama juga akan rusak. 

Dalam Kej 3, setelah dosa masuk dan merusak hubungan Allah dan manusia, maka hubungan Adam dengan Hawa langsung ter-pengaruh (Kej 3:12), dan sebentar lagi terjadi pembunuhan oleh Kain terhadap Habel (Kej 4). 

Penerapan: 

Jangan meremehkan hubungan saudara dengan Allah! Kalau saudara ingin hubungan saudara dengan keluarga saudara baik, maka saudara dan keluarga saudara harus sama-sama mendekat kepada Allah! 

· kalau hubungan dengan sesama rusak, hubungan dengan Allah juga akan rusak (1Yoh 4:20-21 Mat 5:23-24). 

Keretakan antara Euodia dan Sintikhe sedikit banyak akan me-renggangkan hubungan mereka dengan Allah! 

c) Keretakan antara mereka berdua menyebabkan mereka sukar / tidak bisa bekerja sama. Dan ini akan mempengaruhi pelayanan dari seluruh gereja Filipi! 

d) Keretakan ini bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar, seperti kebencian, pertengkaran yang terbuka dsb! 

2) Paulus menasehati kedua-duanya ( Filipi 4:2). 

a) Ia tidak hanya menasehati salah satu saja. 

Kalau si A merugikan / menyakiti si B sehingga si B menjadi jengkel / marah / membalas, maka tidak adil kalau kita hanya menegur si B saja. Kita harus menegur si B supaya tetap sabar, tetapi kita juga harus menegur si A supaya berhenti merugikan / menyakiti si B. 

b) Paulus sendiri turun tangan untuk menasehati. 

· ia tak menghindari tugas yang tidak enak. 

Apakah saudara hanya mau tugas yang enak saja dalam melayani Tuhan? Kalau ya, ingatlah bahwa pelayanan tanpa pengorbanan, bukanlah pelayanan! 

· ia tak gampang-gampang mengoperkan tugas kepada orang lain. Kalau akhirnya ia minta tolong kepada seseorang untuk meno­long dua perempuan itu (ay 3a), itu disebabkan saat itu Paulus sedang ada di penjara, sehingga tak mungkin melakukan hal itu sendiri! 

Apakah saudara sering mengoperkan pelayanan kepada orang lain? 

c) Nasehatnya: supaya mereka sehati sepikir dalam Tuhan. 

· dua orang bisa sama-sama ada di dalam Tuhan, tetapi tidak sehati sepikir. Ini 2 orang kristen yang gegeran. 

· dua orang bisa sehati sepikir, tetapi mereka berdua tidak ada di dalam Tuhan. Ini merupakan persekutuan / persahabatan / kecocokan antara 2 orang kafir. 

Paulus tidak menghendaki yang manapun dari 2 hal tersebut di atas. Ia menghendaki supaya mereka sehati-sepikir dalam Tuhan. 

Nasehat Paulus ini menunjukkan bahwa semua perpecahan bisa diperdamaikan di dalam Tuhan, asalkan kedua pihak mau. Karena itu dalam persoalan seperti ini, hati-hatilah dengan sikap: 

* tegar tengkuk. 

* tidak mau mengalah. 

* jaga gengsi. 

Ini menyebabkan tidak bisanya terwujud perdamaian. 

3) Paulus minta tolong orang lain untuk menolong Euodia dan Sin­tikhe (ay 3). 

Ay 3 ini diterjemahkan secara beraneka ragam: 

Kitab Suci Indonesia (TB): ‘Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia, tolonglah mereka’. 

Kitab Suci Indonesia (TL): ‘Bahkan, kepada engkaupun, hai (Sinsigus) temanku yang benar, aku mintalah menolong kedua perempuan itu’. 

NIV: ‘Yes, and I ask you, loyal yoke-fellow, help these women’ (= Ya, dan kuminta kepadamu, teman sekerja yang setia, tolonglah perempuan-perempuan ini). 

Untuk kata-kata yang saya garisbawahi, NIV memberikan footnote ‘loyal Syzyangus’. 

Dalam terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris yang lain, tidak ada kata Sunsugos / Sinsigus / Syzyangus. 

Terjemahan-terjemahan itu bisa berbeda satu sama lain, karena kata Yunani yang diterjemahkan ‘teman / yoke-fellow’ adalah SUZUGE. 

Ada beberapa penafsiran tentang kata ini: 

a) Itu adalah nama orang. 

Alasannya: 

· ada beberapa manuscript yang menuliskan kata ‘Suzuge’ itu dengan menggunakan huruf besar sebagai huruf pertama. 

· kalau ini bukan nama, bagaimana mungkin orang yang dimintai tolong itu tahu bahwa dirinyalah yang dimintai tolong oleh Paulus? 

Kalau memang penafsiran ini benar, maka ay 3 itu seharusnya berbu-nyi: ‘Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos yang setia, tolonglah mereka’ (kata ‘teman’ harus dihapuskan!). 

b) Itu bukan nama orang. 

Alasannya: 

· mayoritas manuscript tidak menggunakan huruf besar sebagai huruf pertama dari kata ‘Suzuge’. 

· kalau Paulus berani menuliskan tanpa menyebut nama, maka pastilah Paulus tahu bahwa kata-kata ‘teman yang setia / benar’ itu sudah cukup jelas bagi orang yang ia maksudkan. 

Kalau penafsiran ini yang benar, maka ay 3 itu seharusnya berbunyi: ‘Bahkan, kuminta kepadamu juga, teman yang setia, tolonglah mereka’ (kata ‘Sunsugos’ harus dihapuskan). 

Kebanyakan penafsir mengambil pandangan ini! 

c) Clement of Alexandria menganggap bahwa yang Paulus maksudkan dengan ‘teman / yoke-fellow’ adalah istri Paulus. (yoke = kuk; fellow = teman / sesama). 

Tetapi ada 2 hal yang tidak memungkinkan pandangan ini: 

· Kata Yunani yang diterjemahkan ‘loyal / setia / benar’ adalah GNESIE, yang ada dalam bentuk masculine / laki-laki, sehingga tidak mungkin menunjuk pada seorang perempuan! 

· Dari 1Korintus 7:8 terlihat dengan jelas bahwa Paulus tidak mempunyai istri. 

Catatan: Paulus memang pernah punya istri. Alasannya: ia dulu anggota Mahkamah Agama Yahudi, dan ‘sudah kawin’ merupakan persyaratan keanggotaan. Tetapi mungkin istrinya mati atau men-ceraikannya ketika ia menjadi orang kristen. 

Kita tak tahu dengan pasti siapa orang itu. Yang penting adalah bahwa setelah Paulus menasehati Euodia dan Sintikhe, Paulus masih minta tolong lagi kepada seseorang untuk menolong Euodia dan Sintikhe. Ini menunjukkan bahwa ia berusaha mati-matian untuk membereskan persoalan itu! 

Penerapan: 

· kalau saudara melihat ada 2 orang yang tak sehati / bertengkar: 

* jangan malah mengadu domba dengan menceritakan kepada si A hal jelek tentang dia yang dikatakan oleh si B. 

* jangan bersikap acuh tak acuh / menganggap remeh. Sebaliknya, anggaplah itu sebagai sesuatu yang serius dan berusahalah secara maximal untuk mendamaikan. 

· kalau saudara sendiri yang mengalami keretakan / pertengkaran dengan orang lain, maka berusahalah untuk membereskan dengan: 

* banyak berdoa. 

* mengajak orang itu membicarakan persoalan itu. 

* minta maaf (kalau memang saudara salah). 

* minta tolong orang lain sebagai pengantara. 

Penutup: 

Maukah saudara menjadi pembawa damai? Firman Tuhan berkata: ‘Berba-hagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah’ (Mat 5:9). 

FILIPI 4:4-5 

I) Perintah untuk bersukacita (Filipi 4: 4). 

1) Ini menunjukkan bahwa Paulus yang adalah penulis surat Filipi ini, adalah seseorang yang luar biasa (Catatan: tentu ia menjadi luar biasa karena kasih karunia dan pekerjaan Tuhan!). 

Apa yang menunjukkan keluarbiasaan Paulus? 

· saat itu ia sedang ada dalam penjara Filipi, tetapi ia bisa menyuruh orang lain untuk bersukacita. 

Biasanya, kalau kita sedang menderita, maka yang kita harapkan dari orang lain adalah supaya ia berdoa bagi kita, menghibur kita, meno-long kita dsb. Tetapi Paulus justru menyuruh jemaat Filipi untuk bersukacita! 

· ia bukan hanya menyuruh jemaat Filipi untuk bersukacita, tetapi ia sendiri juga bisa bersukacita di tengah-tengah penderitaannya (bdk. 1:4,18 2:18 4:10 2Kor 6:10). 

Maukah saudara meniru sikap Paulus dalam penderitaan? 

2) Perintah ini menunjukkan bahwa hidup kristen tidak selalu enak dan penuh sukacita / hal yang menyenangkan! (bdk. Fil 1:29 - mereka dikaruniai iman dan penderitaan!). Kalau memang hidup kristen itu enak terus, maka jelas perintah untuk bersukacita senantiasa ini tidak perlu diberikan oleh Paulus! 

3) Arti dari perintah ‘bersukacitalah senantiasa’: 

a) Sekalipun perintah Paulus ini berbunyi ‘bersukacitalah senantia­sa’, tetapi ini tidak berarti bahwa perintah ini berlaku mutlak / dalam segala keadaan, tanpa kecuali! 

Alasannya: 

· Pengkhotbah 3:4 mengatakan bahwa ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk menari, ada waktu untuk meratap. 

· Mat 5:4 2Kor 7:8-11 Yakobus 4:9 jelas menunjukkan bahwa dukacita karena sadar akan dosa, adalah sesuatu yang benar! Jadi jelaslah bahwa pada waktu kita sadar bahwa kita telah melakukan dosa tertentu, kita tidak seharusnya bersukacita, tetapi sebaliknya kita harus berdukacita / berkabung! 

Penerapan: 

Apakah saudara selalu sedih pada saat saudara sadar akan dosa saudara? Dan apakah ini berlaku untuk semua dosa? 

· Markus 3:5 Kis 17:16 2Kor 11:29 menunjukkan bahwa Yesus mau-pun Paulus sedih melihat / mendengar tentang adanya orang yang berbuat dosa / jatuh ke dalam dosa / bersikap tegar tengkuk. 

Penerapan: 

Apakah saudara sedih kalau melihat ada orang (baik kristen mau-pun kafir) berbuat dosa, bersikap tegar tengkuk dsb? 

· Yoh 11:35 Fil 2:26-28 menunjukkan bahwa Yesus maupun Paulus / jemaat Filipi menangis / sedih karena adanya orang lain yang menderita. Dan ini sesuai dengan kata-kata Paulus dalam Ro 12:15 yang mengatakan ‘bersukacitalah dengan orang yang bersu­kacita dan menangislah dengan orang yang menangis!’ 

Penerapan: 

* apakah saudara sedih kalau ada orang lain, khususnya sau-dara seiman, yang menderita? Atau saudara bersikap acuh tak acuh? 

* jangan bergurau, tertawa-tawa dsb pada saat pergi ke rumah orang yang berdukacita karena kematian keluarganya! Lebih-lebih lagi, jangan menyuruh orang yang berdukacita itu untuk bersukacita senantiasa, sekalipun kematian keluarga! Seba­liknya ‘menangislah dengan orang yang menangis’! 

b) Tetapi, bagaimanapun juga, kata-kata ‘bersukacitalah senantiasa’ itu tetap ada artinya dalam keadaan-keadaan seperti di atas [pada point a) di atas]! 

Artinya: kesedihan itu (baik karena adanya dosa pada diri sen­diri / orang lain, maupun karena adanya orang lain yang menderi­ta dsb) tidak boleh dibiarkan berlarut-larut! (bdk. Kej 37:33-35 1Sam 16:1 Mat 2:18). 

Ini bisa terlihat kalau kita menghubungkan ay 2-3 dengan ay 4. Dalam ay 2-3, Paulus membicarakan keretakan yang terjadi di antara 2 orang jemaat Filipi, yaitu Euodia dan Sintikhe. Kere­takan ini pastilah merupakan sesuatu yang menyedihkan, dan pastilah Paulus maupun jemaat Filipi bersedih hati karena adanya keretakan antara 2 orang yang tadinya sama-sama melayani Tuhan itu! Tetapi dalam ay 4 Paulus lalu berkata ‘bersukacitalah senantiasa’. Jadi kesedihan karena keretakan itu tak boleh dibiarkan berlarut-larut! 

Penerapan: 

Apakah saudara sering sedih secara berlarut-larut? Ingat, bahwa itu bukan saja tidak ada gunanya, tetapi itu juga bisa memberikan pro-blem kesehatan (sakit maag, sukar tidur dsb) kepada saudara, dan bahkan membuat saudara tidak bisa hidup bagi Tuhan dengan baik! 

c) Disamping itu, kata-kata ‘bersukacitalah senantiasa’ itu memang menyuruh kita untuk bersukacita di dalam berbagai macam situasi dan kondisi, dimana orang dunia tidak mungkin bersukacita. 

Kalau ini bisa kita lakukan, ini menjadi suatu kesaksian hidup yang akan mengherankan orang dunia, yang mungkin akan mencelik­kan mata mereka bahwa ada sesuatu yang lain dari pada yang lain di dalam kekristenan! 

Misalnya: pada saat kita sendiri mengalami problem / penderitaan (bdk. Kis 5:41 16:25). 

Jadi, kalau orang lain menderita, kita harus berdukacita bersama mereka. Tetapi kalau kita sendiri yang menderita, kita harus tetap bersukacita! 

d) Kalau kita tidak bersukacita dalam penderitaan (apalagi dalam keada-an ‘biasa’) maka kita berdosa! Pernahkah saudara memikirkan ini? Dan pernahkah saudara minta ampun kepada Tuhan karena saudara tidak bersukacita senantiasa? 

4) Paulus memberi perintah ini, jelas karena sukacita adalah sesuatu yang sangat penting. 

Hanya kalau ada sukacita (ay 4), maka: 

· saudara bisa berbuat baik (Filipi 4: 5). 

· saudara bisa berdoa dengan syukur (Filipi 4: 6). 

· saudara bisa memikirkan hal yang baik (ay 8). 

· saudara bisa mentaati Firman Tuhan (ay 9). 

Juga ada banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan pentingnya sukacita dalam diri kita, dan ruginya kalau tidak ada sukacita (Neh 8:11 Amsal 15:13 17:22 18:14 24:10). 

5) Karena ini adalah suatu perintah, maka jelas bahwa kita harus berusaha untuk hidup bersukacita. Memang sukacita adalah salah satu dari buah Roh Kudus (Gal 5:22), tetapi kita sendiri tetap harus mengusahakannya. 

Cara mengusahakan sukacita: 

a) Datang kepada Kristus. 

Bagi saudara yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, datanglah sekarang juga kepada Yesus dan bertobatlah dari semua dosa-dosa saudara! Di luar Kristus hanya ada kebahagiaan dan kegem­biraan yang semu, lahiriah, dan bersifat sementara! Hanya di dalam Kristuslah saudara bisa mendapatkan sukacita yang sejati! 

Karena itulah maka Paulus berkata: ‘bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan’. 

b) Tidak hidup berdasarkan perasaan. 

Pada saat saudara sedih, sumpek, putus asa dsb, saudara harus bisa hidup menentang perasaan saudara! Tuhan tidak pernah menyuruh kita untuk hidup sesuai dengan perasaan kita; kita harus hidup sesuai dengan Firman Tuhan, dan Firman Tuhan menyuruh kita untuk bersu­kacita senantiasa! Jadi, pada saat-saat seperti itu, cobalah untuk menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan, berdoa untuk bersyu­kur dan memuji Tuhan atas berkat-berkat yang ada. Mula-mula mungkin saudara akan merasakan konflik dalam hati saudara, tetapi kalau saudara teruskan, maka akhirnya perasaan saudara akan mengikuti tindakan saudara dan saudara bisa menjadi sukacita. 

c) Tidak terus memikirkan problem / penderitaan. 

Cobalah untuk mengalihkan pikiran saudara dari hal-hal yang mem-buat saudara sedih, sumpek, gelisah dsb. Ini bukan berarti saudara boleh ‘lari’ dari persoalan saudara! Memang ada waktu dimana persoalan itu harus saudara hadapi dan bereskan. Tetapi janganlah terus-menerus memikirkannya! 

d) Arahkanlah pikiran saudara pada berkat Tuhan bagi saudara. 

Cobalah untuk memikirkan berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada saudara. Mungkin yang bersifat rohani seperti keselamatan, pengam-punan dosa, gereja, Firman Tuhan dsb. Atau yang bersifat jasmani seperti suami / istri, keluarga, kesehatan, rumah, mobil, pakai­an, makanan dsb. 

e) Percaya dan bersandarlah pada Ro 8:28. 

Kalaupun saudara tidak bisa membuang hal-hal yang tidak menye-nangkan dari pikiran saudara, maka hubungkanlah hal itu dengan Ro 8:28, dan percayalah bahwa hal yang tidak menyenangkan itupun pasti diberikan oleh Tuhan kepada saudara untuk kebaikan saudara. 

II) Perintah untuk berbaik hati (Filipi 4: 5). 

1) ‘Kebaikan hati’. 

NIV: ‘gentleness’ (= kelemahlembutan). 

NASB: ‘forbearing spirit’ (= sifat panjang sabar / tak mudah marah). 

William Barclay mengatakan bahwa kata Yunani yang dipakai adalah salah satu kata yang paling tidak bisa diterjemahkan. Tetapi kebanyakan penafsir mengatakan bahwa arti kata yang sebenarnya adalah: tidak mudah marah / tersinggung oleh adanya musuh / orang yang merugikan kita, mau mengalah, tidak menuntut haknya, dsb. 

2) Kebaikan hati ini harus diketahui semua orang (ay 5a), baik orang kristen maupun non kristen (bdk. Mat 5:16). 

Ini tentu tidak berarti bahwa kita sengaja memamerkan kebaikan hati kita! Bandingkan dengan Mat 6:1-18! 

Kalau kita betul-betul hidup baik hati, dengan motivasi untuk memuliakan Allah, maka dengan sendirinya orang-orang di sekitar kita akan melihat, dan tahu, dan bahkan mengalami, kebaikan hati kita. 

3) Tuhan itu dekat (ay 5b). 

Ay 5b: ‘Tuhan sudah dekat’. Terjemahan ini kurang tepat! 

NIV / NASB / Lit: ‘the Lord is near’ (= Tuhan itu dekat). 

Ini memberikan 2 kemungkinan arti: 

a) Tuhan selalu dekat / hadir bersama kita. 

Tadi dalam ay 5a, Paulus menyuruh untuk hidup baik hati, dalam arti harus sabar, rela kehilangan hak dsb. Jelas bahwa hidup seperti itu bisa-bisa malah menyebabkan kita diinjak-injak orang lain. Karena itu Paulus lalu menambahkan ay 5b yang menunjukkan bahwa sekalipun kita diinjak-injak orang, Tuhan selalu dekat dengan kita / menyertai kita, dan Tuhan siap melindungi / menolong kita. 

b) Kedatangan Tuhan Yesus yang keduakalinya sudah dekat (bdk. Yak 5:7-11). 

Kalau saudara makin ditindas karena saudara hidup baik hati, maka tetaplah sabar, karena Yesus akan segera datang untuk: 

· menghukum penindas saudara. 

· memberikan pahala kepada saudara. 
Penutup / kesimpulan: 

Tuhan menghendaki supaya kita hidup bersukacita dan berbaik hati. Maukah saudara melakukannya / mengusahakannya? 

FILIPI 4:6-7 

Pendahuluan: 

Orang dunia melakukan segala hal untuk bisa mendapatkan kebahagiaan, tetapi yang mereka dapatkan hanyalah kebahagiaan / kesenangan yang semu, yang bersifat lahiriah (ada di luar saja) dan sementara. Kitab Suci dengan jelas menunjukkan bahwa damai hilang karena masuknya dosa ke dalam dunia (Kej 3:6-10) dan bahwa orang berdosa / fasik tidak mungkin bisa mempunyai damai / kebahagiaan yang sejati (Yes 48:22 Amsal 28:1a). 

Tetapi Yesus mengundang semua orang berdosa untuk datang kepadaNya dengan janji bahwa orang yang mau datang kepadaNya akan mendapatkan damai (Mat 11:28-29), dan Ia juga berkata bahwa damai yang Ia berikan tidak sama dengan damai yang diberikan oleh dunia (Yoh 14:27), dan itu menunjuk­kan bahwa damai yang Ia berikan adalah damai yang sejati, yang ada di dalam hati dan yang bersifat kekal! 

Tetapi, adalah suatu fakta bahwa damai yang ada pada diri kita sebagai orang-orang kristenpun sering mengalami pasang surut, bahkan kadang-kadang hilang sama sekali, dan digantikan dengan rasa sedih, takut, kuatir, gelisah, sumpek, putus asa, depresi dsb! Mengapa demikian? 

1) Karena damai terjadi di dalam diri kita kalau ada persekutuan yang baik antara kita dengan Allah. 

Pada waktu kita percaya Yesus, kita diper­damaikan dengan Allah, dan karena itu kita mengalami damai. Tetapi dalam hidup kristen kita, kalau kita berbuat dosa, apalagi kalau kita dengan sengaja memegangi dosa-dosa ter-tentu, maka sekalipun kita tetap adalah anak Allah dan kita tidak kehilangan keselamatan kita, tetapi persekutuan kita dengan Allah menjadi rusak. Dan ini menyebabkan surutnya / hilangnya damai di dalam diri kita itu! (bdk. Yesaya 48:18). 

2) Damai adalah salah satu dari buah Roh Kudus (Gal 5:22). 

Disebut ‘buah’ menunjukkan bahwa damai itu membutuhkan waktu untuk bisa bertumbuh menjadi besar dan matang sehingga menjadi damai yang tidak tergoyahkan oleh situasi dan kondisi apapun. Dan jelas juga ada hal-hal yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan damai sehingga menca­pai tingkat seperti itu. 

Bacaan Kitab Suci hari ini menunjukkan adanya hal-hal yang harus kita lakukan sehingga bisa mempunyai damai yang tak tergoyahkan. 

I) Jangan kuatir tentang apapun juga (ay 6a). 

1) Takut / kuatir jelas merupakan dosa, karena takut / kuatir menunjuk­kan ketidakpercayaan kepada Allah (bdk. Mat 6:25-34 8:26). Disamping itu, takut / kuatir jelas bertentangan sekali dengan damai. Dimana ada rasa takut / kekuatiran, pasti tidak ada damai. 

2) Ada juga orang-orang yang tidak takut / kuatir, tetapi ini disebab­kan karena mereka bergantung / berharap pada harta mereka, diri mereka sendiri / orang lain. Ini justru adalah hal yang dikecam oleh Tuhan. Tuhan ingin kita tidak takut / kuatir karena kita percaya kepada Dia (bdk. Yes 31:1 Yer 17:5-8 bdk. Maz 23:4). 

3) Supaya kita bisa tidak takut / kuatir, maka kita harus mengenal Tuhan dengan benar, khususnya kasihNya, kesetiaanNya, kemahakuasaan­Nya, kebijaksanaanNya dan kedaulatanNya. Karena itu maulah mendengar / belajar pelajaran doktrinal tentang sifat-sifat Allah, dan jangan mengang-gap itu sekedar sebagai pelajaran teoritis yang tidak berguna dalam hidup sehari-hari. 

II) Berdoa dengan ucapan syukur (ay 6b). 

Saya akan membahas ay 6b ini bagian per bagian: 

1) ‘Tetapi nyatakanlah ... kepada Allah dalam doa dan permohonan’ (Filipi 4: 6). 

Kata ‘tetapi’ selalu mengkontraskan bagian yang sebelumnya dan bagian yang sesudahnya. Jadi, dalam ay 6 ini, kata ‘tetapi’ itu mengkontraskan ‘kuatir’ (ay 6a) dengan ‘doa’ (ay 6b)! 

Tyndale Commentary: 

“Anxiety and prayer are more opposed to each other than fire and water” (= Kekuatiran dan doa lebih bertentangan satu dengan yang lain dibandingkan dengan api dan air). 

Banyak berdoa membuat kita kuat menghadapi problem / bahaya, dan sebaliknya, jarang / tidak berdoa membuat kita semakin lemah dan semakin mudah kuatir. 

Seseorang mengatakan: 

“Seven days without prayer makes one weak” (= Tujuh hari tanpa doa membuat seseorang jadi lemah). 

Ini adalah permainan kata yang indah, karena 7 hari sebetulnya adalah one week (= satu minggu), tetapi 7 hari tanpa doa membuat seseorang menjadi weak (= lemah). 

Karena itu, setiap kali dalam diri saudara timbul rasa takut / kuatir karena timbulnya suatu problem / bahaya, maka ceritakanlah semua­nya kepada Allah dalam doa! (bdk. 1Pet 5:7 - ‘Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu’). 

Dalam Kitab Suci kita melihat banyak orang yang melakukan hal ini, dan mereka menang! 

· Hizkia dalam 2Raja-raja 19:1-37, khususnya ay 14-19. 

· Daud dalam 2Sam 15:31. 

· jemaat abad I dalam Kis 4:24. 

Maukah saudara meniru apa yang mereka lakukan? 

2) ‘Segala hal’ (ay 6). 

a) Kita harus membawa segala hal dalam doa kepada Tuhan. Itu berarti bahwa kita harus / boleh membawa baik hal yang besar maupun kecil kepada Tuhan! 

William Barclay: 

“There is nothing too great for God’s power; and nothing too small for his fatherly care” (= Tidak ada yang terla­lu besar untuk kuasa Allah, dan tidak ada yang terlalu kecil untuk kasih / perhatian kebapaanNya). 

b) Kita tidak boleh takut / sungkan untuk meminta sesuatu yang besar kepada Allah! Sebetulnya dengan kita berani meminta sesuatu yang besar kepada Allah, maka kita menghargai / mengakui kebesaran Allah yang sanggup memberikan hal yang bagaimanapun besarnya. 

Illustrasi: 

Pada jaman Alexander yang Agung ada seorang ahli filsafat. Suatu hari ahli filsafat ini mengalami problem keuangan, dan Alexander yang Agung menyatakan akan memberikan apapun yang ia minta. Ahli filsafat itu lalu meminta 10.000 pounds! Bendahara kaget melihat jumlah sebesar itu, dan meminta pertim­bangan dari Alexander yang Agung. Tetapi Alexander yang Agung berkata: “Bayarkanlah jumlah itu dengan segera. Aku senang dengan cara berpikir dari ahli filsafat itu, karena dengan meminta jumlah sebesar itu, terlihat bahwa ia mempunyai pemikiran yang tinggi tentang kebesaran dan kekayaanku”. 

Seringkali orang kristen tak berani meminta sesuatu yang besar kepada Tuhan, bukan karena mereka tidak tamak, tetapi karena mereka tidak percaya akan kemahakuasaan Tuhan! 

c) Juga, kalau Tuhan menyuruh kita untuk membawa segala hal dalam doa kepadaNya, maka itu memberikan jaminan kepada kita bahwa Ia tidak mungkin bosan dengan permintaan / doa kita. Karena itu, di dalam berdoa kepada Tuhan, jangan sekali-kali berpi­kir bahwa Tuhan bisa bosan mendengar doa saudara! 

Seseorang mengatakan: 

“The whole burden of the whole life of every man may be rolled on to God and not weary him, though it has wearied the man.” [= Seluruh beban dari seluruh kehidupan dari setiap orang boleh dibawa kepada Allah dan tidak akan membosankan Dia, sekali­pun hal itu membosankan orang itu.]. 

Penerapan: 

Adakah hal yang sudah lama sekali saudara doakan, sampai saudara sendiri sudah bosan mendoakannya sehingga saudara ingin berhenti mendoakan hal itu? Teruskanlah mendoakan hal itu (asal itu bukanlah permintaan yang bertentangan dengan Firman Tuhan) dengan perca-ya bahwa sekalipun saudara sendiri sudah bosan mendoakannya, Allah tidak akan bosan mendengarnya! 

d) Kalau kita betul-betul membawa ‘segala hal’ kepada Tuhan, maka kita pasti harus menggunakan banyak sekali waktu untuk berdoa. Kalau saudara hanya berdoa kurang dari 5 menit setiap hari, maka saudara pasti tak mungkin bisa mentaati ay 6 ini! 

Tetapi kebanyakan orang kristen bukannya menggunakan banyak waktu untuk berdoa, tetapi untuk bersungut-sungut! 

Seseorang mengata­kan: 

“If christians spent so much time praying as they do grum­bling, they would soon have nothing to grumble about” (= Kalau orang-orang kristen mengguna-kan begitu banyak waktu untuk berdoa sama seperti yang mereka gunakan untuk bersungut-sungut, maka dalam waktu singkat tidak ada lagi hal untuk mana mereka perlu bersungut-sungut). 

3) ‘Keinginanmu’ (ay 6). Ini terjemahan yang kurang tepat! 

NIV / NASB / Lit: ‘requests’ (= permintaan-permintaanmu). 

Kata ini ada dalam bentuk jamak, dan lagi-lagi menunjukkan bahwa kita harus banyak berdoa / meminta. 

4) ‘Dengan ucapan syukur’ (ay 6). 

Ada orang-orang yang banyak berdoa kepada Tuhan, tetapi mereka memenuhi doa mereka dengan keluhan-keluhan dan sungut-sungut, seakan-akan mereka punya alasan untuk menuduh dan menyalahkan Tuhan. Ini adalah doa yang dinaikkan tanpa iman / trust kepada Tuhan! 

Kalau dalam diri kita ada iman / trust pada Tuhan (pada kasih, kesetiaan, kebijaksanaan Tuhan, juga pada Ro 8:28), dan kalau dalam diri kita ada ketundukan pada kehendak Allah, maka kita bisa berdoa dengan mengucap syukur, tidak peduli apapun jawaban Tuhan atas doa kita. 

III) Damai (Filipi 4: 7). 

Kalau kita mau dan bisa melaksanakan seluruh ay 6, maka akibatnya adalah ay 7! 

1) ‘Damai sejahtera Allah’ (ay 7). 

· karena adanya doa yang disertai iman / trust dan ketundukan pada kehendak Allah (ay 6), maka akan ada damai di dalam diri kita! (bdk. Yes 26:3). 

· Ini adalah ‘damai sejahtera Allah’ yang berbeda dengan damai / kebahagiaan / kesenangan yang dari dunia (bdk. Yohanes 14:27)! 

2) ‘Melampaui segala akal’ (ay 7). 

Damai yang dari Allah itu dikatakan melampaui segala akal, karena itu tidak akan bisa dimengerti, khususnya oleh orang dunia! Dalam situasi dimana orang seharusnya takut / kuatir, maka orang kristen yang mau dan bisa melakukan ay 6 itu bisa tetap damai dan sukacita! 

Contoh: Mat 8:24b Kis 5:41 12:6 16:25. 

Kalau kita bisa mempunyai damai yang seperti ini, maka ini akan menjadi kesaksian tersendiri bagi orang-orang kafir di sekitar kita, dan bahkan mungkin bisa menarik mereka untuk datang kepada Kristus! 

3) ‘Akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus’ (Filipi 4: 7). 

KJV / RSV: ‘keep’ (= menjaga / memelihara). 

NIV / NASB: ‘guard’ (= menjaga / mengawal). 

Terjemahan NIV / NASB lebih tepat karena kata Yunaninya merupa­kan suatu istilah militer. 

Jadi, kalau kita mau dan bisa melakukan ay 6, maka damai sejah­tera Allah itu akan mengawal hati dan pikiran kita sama seperti sepasukan tentara mengawal sebuah benteng, sehingga kita akan tetap mempunyai damai dalam situasi dan kondisi apapun! 
Penutup: 

· Orang kafir / fasik mengalami badai dalam damai. 

Artinya, sekalipun keadaan sebetulnya tenang-tenang saja, tetapi mereka tetap gelisah / takut / kuatir dsb (bdk. Amsal 28:1 - ‘orang fasik lari sekalipun tidak ada yang mengejar’). 

· Orang kristen pada umumnya, mengalami damai kalau tidak ada badai. 

Ini adalah orang kristen yang hatinya tergantung situasi dan kondisi. Kalau keadaan baik-baik saja, maka mereka mengalami damai. Tetapi begitu keadaan menjadi buruk, maka mereka menjadi kuatir / gelisah / takut dsb. 

· Orang kristen yang mau dan bisa melakukan Fil 4:6, akan mengalami damai ditengah-tengah badai! Ini tentu merupakan suatu kehidupan yang lebih memuliakan Allah! Maukah saudara menjadi orang kristen seperti ini? 

FILIPI 4:8-9 

I) Berpikir benar (Filipi 4: 8). 

A) Hal-hal yang harus dimasukkan ke dalam pikiran kita: 

1) Hal yang ‘benar’ (bahasa Yunani: ALETHEIA). 

Kata ‘benar’ disini dikontraskan dengan: 

a) Hal-hal yang khayal. 

Harus dibedakan antara angan-angan, yang adalah sesuatu yang masih bisa dicapai, dengan khayalan, yang merupakan sesuatu yang tidak mungkin dicapai. Adalah baik kalau saudara mempu-nyai angan-angan, tetapi adalah sesuatu yang salah kalau sauda-ra meme­nuhi pikiran saudara dengan khayalan! 

b) Hal-hal yang bersifat palsu, dusta, tipu daya, munafik. 

Pada saat saudara berpikir bagaimana bisa bersikap palsu / munafik, bagaimana bisa berdusta, atau bagaimana menggunakan tipu daya dalam bekerja / mencari uang, maka saudara jelas sedang melanggar ayat ini! 

c) Hal-hal yang salah / tidak benar, seperti: 

· kejahatan (bdk. Mazmur 36:5). 

· pandangan / kepercayaan yang salah, yang merupakan tipuan dari setan, misalnya: uang akan memberi kebahagiaan, atau, saya tak akan bisa taat / melayani Tuhan dsb. 

Karena itu, jangan biarkan hal-hal ini ada dalam pikiran saudara! 

Selanjutnya, jelas sekali bahwa Firman Tuhan merupakan hal yang benar. Jadi, kalau saudara mau mengisi pikiran saudara dengan hal yang benar, isilah pikiran saudara dengan Firman Tuhan! Ini sekaligus bisa memberantas semua pikiran salah yang merupakan tipuan setan! 

Penerapan: 

· Apakah saudara mau berkorban, baik dalam hal waktu, tenaga, pikiran, uang dsb, untuk mendapatkan Firman Tuhan yang baik? 

· Apakah saudara rajin ikut dalam Pemahaman Alkitab di gereja? 

· Apakah saudara rajin dalam bersaat teduh / membaca Firman Tuhan di rumah? 

· Apakah saudara mau menggunakan uang saudara untuk membeli buku rohani? Adalah sesuatu yang menyedihkan bahwa kebanyak-an orang kristen masuk ke toko buku kristen hanya untuk membeli kaset dan sticker / hiasan, bukannya membeli buku rohani! 

2) Hal yang ‘mulia’. 

Ini bertentangan dengan hal-hal yang vulgar (= kasar, jorok, tidak sopan, cabul). Karena itu, jangan biarkan hal-hal seperti itu bercokol dalam pikiran saudara! 

3) Hal yang ‘adil’. 

NIV: right (= benar, adil). 

Kata bahasa Yunani yang dipakai adalah DIKAIOS, yang menunjuk pada apa yang sesuai dengan aturan / keadilan. 

Kita harus adil (bukan hanya dalam tindakan kita tetapi juga dalam pikiran kita) terhadap sesama manusia kita! 

Penerapan: 

· boss tak boleh menindas pegawai, dan harus memberikan apa yang pantas ia dapatkan. Karena itu, sebagai boss, jangan memikirkan bagaimana bisa ‘memeras’ pegawai saudara! 

· sebaliknya, pegawai juga tak boleh merugikan boss dengan datang terlambat / pulang kepagian dalam pekerjaan, bekerja dengan santai dsb. Karena itu, sebagai pegawai, janganlah memikirkan bagaimana bisa mencurangi boss saudara tanpa ketahuan! 

· Jangan mengisi pikiran saudara dengan hal-hal yang tak adil, seper­ti memikirkan bagaimana bisa mendapatkan untung dengan merugi­kan sesama saudara (bdk. Amos 8:4-6!). 

4) Hal yang ‘suci’. 

NIV: pure (= murni). 

Ini bertentangan dengan hal-hal yang najis, yang bertentangan de-ngan kesucian Allah. 

Misalnya: 

· memikirkan / membayangkan hal-hal yang cabul. 

· memikirkan bagaimana bisa berzinah tanpa ketahuan. 

5) Hal yang ‘manis’. 

NIV: lovely (= bagus, elok, menyenangkan). 

Kata Yunaninya berarti: hal yang menimbulkan kasih. 

Penerapan: 

· Kalau saudara selalu memikirkan kesalahan yang pernah dilakukan orang lain kepada saudara, maka saudara sedang melakukan hal yang justru menimbulkan kepahitan dan kebencian! 

· Kalau saudara sering berpikir bagaimana bisa melabrak seseorang (ini jelas berbeda dengan menegur / mengkritik dengan kasih), atau bagaimana bisa membalas dendam kepada seseorang, maka itupun jelas akan menimbulkan kepahitan dan kebencian yang makin mendalam. 

· Yang harus saudara lakukan adalah: berpikir bagaimana bisa menye­nangkan orang lain dengan benar, sehingga bisa timbul kasih yang lebih dalam antara saudara dengan orang itu! 

6) Hal yang ‘sedap didengar’. 

NIV: admirable (= terpuji). 

Kata bahasa Yunaninya adalah EUPHEMA, yang oleh Barclay diarti­kan sebagai ‘hal-hal yang layak untuk didengar oleh Allah’. 

Jadi, baik dari lidah dan bibir kita, maupun dalam hati / pikiran kita, tidak boleh terlintas kata-kata yang tidak layak didengar oleh Allah. 

Penerapan: 

· seringkah saudara mencaci maki seseorang, menyumpahi / mengutuki seseorang, baik melalui mulut saudara maupun hanya di dalam pikiran saudara? Ini jelas tidak layak didengar oleh Allah! 

· berapa banyak saudara bersyukur kepada Tuhan dan memuji Tuhan, baik melalui mulut saudara maupun hanya di dalam pikiran saudara? Inilah hal-hal yang layak didengar oleh Allah, dan yang menyenangkan Allah! 

7) Hal yang adalah ‘kebajikan’. 

NIV: excellent (= baik / bagus sekali). 

Barclay mengatakan bahwa kata bahasa Yunaninya memang berarti excellence (= mutu yang sangat baik), tetapi bisa ditujukan pada banyak hal seperti tanah, alat, binatang, ataupun manusia. Dan sesuatu yang baik dalam diri manusia jelas adalah virtue (= kebaikan / kebajikan). 

Mengisi pikiran dengan kebaikan / kebajikan berarti kita harus mau berpikir bagaimana kita bisa berbuat baik. Kalau kita tidak mau melakukan ini, kitapun akan kehilangan banyak kesempatan untuk berbuat baik! 

Penerapan: 

Pernahkah saudara berpikir bagaimana bisa berbuat baik kepada suami / istri / anak saudara? Atau kepada jemaat / orang kristen yang lain? 

8) Hal yang ‘patut dipuji’. 

Ini tidak berarti bahwa kita memikirkan hal-hal yang mendatangkan pujian bagi kita, karena hal ini jelas dikecam dalam Mat 6:1-18! 

Artinya adalah: kita harus memikirkan bagaimana bisa melakukan hal-hal yang mendatangkan kesaksian yang baik bagi kekristenan. 

Misalnya: 

· menolong orang miskin. 

· menghibur orang yang susah. 

B) Kata ‘pikirkanlah’ (ay 8) dalam bahasa Yunaninya adalah LOGIZESTHE dan kata ini ada dalam bentuk present imperative (= kata perintah dalam bentuk present / sekarang). Dalam bahasa Yunani ada 2 bentuk kata perintah. Kalau digunakan aorist imperative (= kata perintah dalam bentuk lampau) maka maksudnya memerintahkan untuk dilakukan hanya satu kali saja. Tetapi kalau digunakan present imperative menunjukkan bahwa perin­tah ini harus dilakukan terus-menerus. Dengan kata lain, kita harus menjadikan hal ini sebagai suatu kebiasaaan. 

Karena itu, jangan biarkan sedetikpun pikiran saudara diisi dengan hal-hal yang jahat, tidak benar, tidak mulia dsb! Begitu saudara sadar bahwa dalam pikiran saudara sedang bercokol hal-hal yang salah / jahat dsb, segeralah minta ampun kepada Tuhan dan berusahalah untuk mem- buang pikiran jelek itu dari otak saudara dan menggantikannya dengan hal-hal yang benar dan baik! 

C) Kata ‘pikir’ (ay 8) itu dalam bahasa Yunaninya sebetulnya tidak sekedar berarti ‘berpikir’, tetapi ‘berpikir / merenungkan dengan maksud untuk mendapatkan cara-cara untuk mewujudkannya’. 

Jadi, kalau saudara berpikir tentang saat teduh dan kehidupan doa yang lebih baik, maka saudara juga harus memikirkan cara-cara untuk bisa mewujudkan hal itu, seperti: 

1) Berusaha mendapatkan buku saat teduh yang baik, karena buku saat teduh yang jelek pasti akan menyebabkan saudara bosan bersaat teduh! 

Kalau saudara tidak bisa mendapatkan buku saat teduh yang baik, maka saudara bisa bersaat teduh dengan menggunakan buku ini. Tetapi ini tentu membutuhkan waktu yang lebih lama dalam bersaat teduh. 

2) Pikirkan dan tuliskan topik apa saja yang ingin saudara doakan, kare-na saudara tidak mungkin bisa banyak berdoa kalau saudara tidak punya bahan doa. 

3) Jadwalkan apa yang saudara akan doakan, misalnya: hari Senin berdoa untuk keluarga; hari Selasa untuk Pendeta / Majelis; hari Rabu untuk jemaat yang lain dst. Pergantian topik doa setiap hari ini pen- ting karena doa dengan topik yang sama setiap hari mungkin sekali akan membosankan. 

4) Pikirkan hal-hal yang bisa menjadi penghalang bagi saat teduh saudara, dan pikirkan juga cara mengatasinya, misalnya: 

· bangun terlambat. 

Ini akan menyebabkan saudara tidak bisa bersaat teduh pada pagi hari. Maka usahakanlah untuk tidak tidur terlalu malam, dan belilah sebuah wekker yang cukup keras untuk membangunkan saudara! Dan biasakanlah untuk langsung bangun setiap kali wekker berbu-nyi! Bandingkan dengan Amsal 6:9-11! 

· TV. 

Dengan makin banyaknya channel / saluran dalam TV, maka ini jelas harus diperhitungkan sebagai penghalang bagi banyak orang yang hobby nonton TV. Ini bisa menjadi penghalang, karena me- nyebabkan saudara tidur terlalu malam, sehingga lalu bangun terlalu siang, sehingga tidak memungkinkan bersaat teduh pada malam maupun pagi! 

Maka kalau keuangan mengijinkan belilah Video yang bisa mere­kam, sehingga saudara bisa merekam acara yang terlalu malam, dan menontonnya pada saat lain. Tetapi kalau keuangan tidak mengi­jinkan, maka ada satu alat lain (yang tidak perlu saudara beli!) yang bisa saudara gunakan, yaitu tombol OFF pada TV saudara! 

Belajarlah untuk tidak menjadikan TV sebagai allah lain dalam hidup saudara (bdk. Kel 20:3)! Belajarlah untuk menguasai / mendisiplin diri saudara sendiri di dalam menonton TV, karena kalau saat ini saja saudara tidak bisa menguasai diri dalam menon-ton TV, apa jadinya kalau siaran TV di Indonesia berkembang menjadi seperti di Amerika di mana ada berpuluh-puluh channel / saluran dengan channel / saluran-saluran tertentu yang menyiar-kan acaranya 24 jam se­hari? 

· keributan. 

Ini bisa mengacaukan konsentrasi saudara sehingga saudara tidak bisa bersaat teduh dengan baik. 

Maka pikirkanlah tempat dan saat yang tepat dimana saudara bisa mendapatkan suasana yang bebas dari keributan itu. Kalau perlu lakukanlah saat teduh pada dini hari dimana semua orang yang lain masih tidur (bdk. Mark 1:35). 

II) Hidup benar (Filipi 4: 9). 

Dari ay 9 ini terlihat bahwa: 

1) Paulus mengajar mereka Firman Tuhan. 

2) Paulus sendiri mentaati Firman Tuhan yang ia ajarkan dan dengan demikian menjadikan dirinya sebagai teladan bagi mereka. 

Kita harus mempunyai pandangan yang benar tentang hubungan seo­rang hamba Tuhan dengan ketaatan: 

· pada satu sisi kita melihat bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa ham-ba Tuhan yang hidupnya brengsek, adalah nabi palsu (Matius 7:15-20). 

· pada sisi yang lain kita harus menyadari bahwa semua hamba Tuhan juga adalah manusia yang berdosa, yang tidak mungkin hidup suci! 

Karena itu jangan terlalu mudah mencap seorang hamba Tuhan seba-gai nabi palsu hanya karena saudara melihat ia berbuat dosa. 

3) Paulus ingin mereka mentaati Firman Tuhan yang ia ajarkan dan juga meneladani hidupnya (bdk. 1Kor 11:1). 

Jadi, bukan hanya pikiran kita yang harus benar, tetapi hidup kita juga harus benar! 

Jadi, kalau ay 6-7 menekankan doa dan penyerahan kepada Tuhan, maka ay 8-9 menekankan pikiran yang benar dan hidup yang benar. 

III) Akibat pikiran dan hidup yang benar (ay 9b). 

Kalau dalam ay 6-7 dikatakan bahwa ‘damai sejahtera Allah’ (the peace of God) akan memelihara hati / pikiran kita, maka dalam ay 8-9 dikatakan bahwa kalau kita berpikir dan hidup benar, maka ‘Allah sumber damai sejahtera’ (the God of peace) akan menyertai kita! 

Bandingkan ini dengan Mat 5:8 yang mengatakan bahwa orang yang suci hatinya akan melihat Allah! Juga dengan Yes 48:18 yang menga­takan bahwa kalau kita mentaati Tuhan maka damai sejahtera kita akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaan kita akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti! 

Karena itu, kalau saudara tidak mau taat pada Firman Tuhan, apapun alasannya, saudara sendiri yang rugi, karena saudara tidak akan bisa mengalami damai dan kebahagiaan yang Tuhan janjikan kepada orang yang berpikir benar dan hidup benar! 

Seseorang mengatakan: 

“It is the doer of the Word that is blessed, not the hearer” (= Bukan pendengar Firman yang diberkati, tetapi pelaku Firman). 

Karena itu, maukah saudara berusaha untuk bisa berpikir benar dan hidup benar? 

FILIPI 4:10-23 

I) Memberi. 

A) ‘Tindakan memberi’ menimbulkan effek positif bagi: 

1) Penerima (dalam kontex ini adalah Paulus). 

Ini memang merupakan sesuatu yang logis, dan dalam kontex ini hal ini terlihat dari: 

· Filipi 4: 14 yang menunjukkan bahwa pemberian ini menyebabkan kesu-sahan Paulus ‘dibagi’ dengan jemaat Filipi, sehingga menjadi lebih ringan bagi Paulus. 

· Filipi 4: 18 yang menunjukkan bahwa kalau tadi Paulus kekurangan, maka sekarang ia cukup, bahkan berkelimpahan karena pemberian itu. 

Penerapan: 

Sebagian uang yang ada pada saudara, apalagi kalau saudara adalah orang yang kaya, mungkin tidak akan pernah saudara pakai sampai saudara mati, dan dengan demikian tidak berguna baik bagi saudara maupun bagi orang lain. Tetapi kalau uang itu saudara berikan kepa-da orang yang membutuhkan, itu akan sangat berguna dan menolong mereka dalam penderitaan mereka. Karena itu maulah memberi! 

2) Pemberi (dalam kontex ini adalah jemaat Filipi). 

Kalau yang no 1 di atas jelas merupakan sesuatu yang logis, maka yang sekarang ini kelihatannya justru sangat tidak logis. Tetapi ini benar dan ini bisa terlihat dari: 

a) Filipi 4: 19: ‘Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut ke- kayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus’. 

· ini sebetulnya mencakup baik jasmani maupun rohani, tetapi mungkin sekali yang lebih ditekankan adalah jasmani. 

· dari 2Kor 8:1-5, terlihat bahwa jemaat Filipi (Filipi terle­tak di Makedonia - bdk. Kis 16:12) memberi dari kemiskinan mereka! Tetapi ay 19 ini menunjukkan bahwa Allah akan memba­las mereka dari kekayaanNya! 

Ini jelas merupakan suatu effek yang positif bagi mereka sebagai pemberi! 

Jadi, dari ay 19 ini terlihat bahwa orang yang mau memberi pasti akan mendapatkan berkat (bahkan secara jasmani), dari Tuhan. Bandingkan dengan ayat-ayat Kitab Suci ini: Amsal 11:25 19:17 21:13 22:9 28:27 Mat 5:7 2Kor 9:6-8, yang menun­jukkan bahwa kalau saudara mau memberi kepada orang yang membu­tuhkan, Allah akan memberkati saudara sehingga saudara justru akan mendapatkan effek yang positif. Sebaliknya, kalau saudara tidak mau memberi kepada orang yang membutuhkan, saudara justru akan rugi! 

Tetapi tentang hal ini ada 2 hal yang perlu diperhatikan: 

¨ jangan semua ini menyebabkan saudara memberi dengan pamrih! 

¨ ay 19 ini tidak bisa dijadikan dasar dari Theologia Kemakmur-an, karena disini dikatakan bahwa Allah akan memenuhi ‘sega-la keperluanmu’, bukannya ‘segala keinginanmu’ atau ‘segala permintaanmu’. Jadi, jelas­lah bahwa Allah itu bukanlah Allah yang memanjakan anak-anakNya dengan memenuhi segala kemauan / permintaan mereka! 

Catatan: kalau saudara mau tahu lebih banyak tentang hal ini, bacalah buku saya yang berjudul Theologia Kemakmuran. 

b) Filipi 4: 17: ini salah terjemahan! 

NIV: ‘Not that I am looking for a gift, but I am looking for what may be credited to your account’ (= bukannya aku mencari pemberian, tetapi aku mencari apa yang bisa ditambahkan pada rekeningmu’) 

‘Rekening’ ini pasti menunjuk pada pahala di surga! 

Jadi, kalau ay 19 tadi menunjukkan adanya keuntungan di dunia, maka ay 17 ini menunjukkan adanya keuntungan di surga bagi si pemberi! Bandingkan dengan Mat 10:42 Mat 25:34-40. 

3) Allah (ay 18b). 

Ay 18b ini menunjukkan bahwa: 

a) Pemberian yang diberikan kepada Paulus itu, oleh Allah diang­gap seakan-akan diberikan kepada Dia (ay 18b: ‘berkenan kepada Allah’). Bandingkan dengan Mat 10:40-42 25:40. 

b) Ay 18b itu berbicara tentang ‘harum’ dan ‘korban’. Bandingkan ini dengan Kej 8:21 Im 1:9,13,17. 

Ini menunjukkan bahwa pemberian jemaat Filipi kepada Paulus itu oleh Allah dianggap sebagai suatu korban yang berkenan kepada-Nya! (bdk. Ibr 13:16). 

Kesimpulan: Allah juga mendapatkan effek positif! 

B) Kalau suatu pemberian menimbulkan effek positif, baik bagi peneri­ma, pemberi, maupun Alah, maka sudah seharusnyalah kalau kita mau men-jadi pemberi! 

Kita harus meniru jemaat Filipi yang berulang-ulang menjadi pem­beri. Hal ini terlihat dari: 

a) Filipi 4: 15: terjemahannya kurang tepat. 

NIV: ‘Moreover, as you Philippians know, in the early days of your acquaint­ance with the gospel, when I set out from Macedonia, not one church shared with me in the matter of giving and receiving, except you only;’ [= Lagi pula, seperti yang kamu orang-orang Filipi tahu, pada hari-hari awal dari pengenalanmu dengan Injil, pada waktu aku berangkat dari Makedonia, tidak ada gereja yang membagi dengan aku dalam hal memberi dan menerima, kecuali kamu saja;]. 

Ayat ini menunjukkan bahwa pada waktu orang-orang Filipi ini baru mengenal Injil / baru bertobat, mereka sudah memberi kepada Paulus! Bandingkan dengan banyak orang kristen, yang sudah puluhan tahun menjadi orang kristen, tetapi tidak pernah mau memberi! 

b) Filipi 4: 16: pada waktu Paulus ada di Tesalonika, jemaat Filipi memberi lagi sebanyak 1-2 x (beberapa kali). 

c) Sekarang, pada waktu Paulus ada di penjara Roma, jemaat Filipi lagi-lagi mengirimkan Epafroditus untuk memberikan pemberian kepada Paulus. 

Kesimpulannya: mereka tekun dalam memberi, padahal mereka dikata­kan sangat miskin (2Kor 8:1-5). 

Penerapan: 

· Maukah saudara meniru jemaat Filipi dalam memberi? Kalau selama ini saudara hanya mau menerima, maka saudara harus belajar dari kata-kata Yesus yang dikutip oleh Paulus: ‘Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima’ (Kis 20:35b). NIV menterjemahkan ayat ini dengan lebih baik: ‘It is more blessed to give than to receive’ (= adalah lebih diberkati memberi dari pada menerima). 

· Memberikan amal dan Pekabaran Injil adalah 2 hal yang sama-sama harus dilakukan oleh orang kristen! 

Ada orang kristen yang hanya mau memberitakan Injil, tetapi pada waktu melihat orang menderita dan membutuhkan pertolongan, mereka tak mau memberi apa-apa. Bagaimana Pemberitaan Injil yang tidak disertai kasih seperti ini bisa berhasil? 

Sebaliknya ada orang kristen dan gereja-gereja yang senangnya hanya melakukan tindakan sosial, seperti menyumbang panti asuh- an, korban bencana alam dsb, tetapi tidak pernah memberitakan Injil! Orang-orang yang ditolong itu hanya mendapatkan pertolongan secara jasmani dan mereka mungkin senang akan hal itu, tetapi pada waktu mereka mati, mereka tetap harus pergi ke neraka, karena mereka tidak percaya kepada Yesus! 

II) Menerima. 

1) Paulus mau menerima pemberian dari jemaat Filipi, bahkan sampai beberapa kali (ay 15,16,18). 

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan: 

a) Paulus mau menerima. 

· Kita juga harus mau menerima, karena berdasarkan Kis 20:35b itu, menerima juga termasuk diberkati. 

· Kalau kita terus menolak pemberian orang kepada kita, kita menyebabkan orang lain tidak bisa mengalami keadaan ‘lebih diberkati’ yang dikatakan dalam Kis 20:35b itu. 

· menolak untuk menerima mungkin merupakan perwujudan dari kesombongan yang ada dalam diri kita! 

Ada juga orang yang kesombongannya diwujudkan dengan selalu membalas pemberian dengan pemberian yang sama atau yang lebih besar. Ini menyebabkan pemberian orang itu, yang tujuannya untuk menolong kita, menjadi tidak ada gunanya! 

Perhatikan bahwa Paulus beberapa kali menerima pemberian jemaat Filipi, dan Kitab Suci tidak pernah menyebutkan Paulus pernah mem-balas pemberian itu secara jasmani. 

Kalau memang saudara membutuhkan pertolongan / pemberian, mau-kah saudara dengan rendah hati menerima pemberian / pertolongan? 

b) Paulus tidak menerima seadanya pemberian dari seadanya orang: 

· di Korintus ia menolak (1Kor 9:12,15,18 2Korintus 11:7-9). 

· di Tesalonika ia menolak (1Tesalonika 2:9 2Tes 3:7-9). 

· di Efesus ia menolak (Kis 20:33-34). 

Ini menunjukkan bahwa Paulus tidak tamak dalam menerima pembe­rian. Kalau dia melihat bahwa dengan menerima pemberian itu pelayanannya bisa dirugikan, ia bisa difitnah yang tidak-tidak dsb, maka ia menolak pemberian itu. 

Kesimpulan: 

Dalam menghadapi pemberian, kita tidak boleh sombong sehingga meno-lak semua pemberian atau selalu berusaha membalas pemberian, tetapi juga tidak boleh tamak sehingga menerima semua pemberian, termasuk yang bisa merugikan kita / pelayanan kita / gereja kita / seluruh kekris-tenan! 

2) Paulus menyatakan penghargaannya atas pemberian jemaat Filipi itu (ay 10,14,20). 

Kalau kita mendapatkan pemberian, maka harus kita sadari bahwa Allahlah yang menggerakkan orang itu untuk menolong. Karena itu kita tidak boleh lupa bersyukur kepada Tuhan / memuji Tuhan atas pemberian yang kita peroleh (bdk. ay 10,20). 

Tetapi kita juga tidak boleh mengabaikan orang yang dipakai oleh Allah untuk memberikan pemberian kepada kita itu. Kita juga harus berterima kasih kepada dia dan menghargainya (ay 10,14). 

Ada orang yang kalau menerima suatu pemberian merasa begitu malu sehingga tidak bisa mengucapkan terima kasih. Ini adalah kesom­bongan yang sama sekali tidak sopan, dan harus saudara buang dari hidup saudara! 

3) Supaya kata-katanya tidak disalah mengerti, maka Paulus lalu menam-bahkan: 

a) Filipi 4: 11-12: 

· Ini ia tambahkan supaya kata-katanya dalam ay 10 tidak disalah mengerti oleh jemaat Filipi, seakan-akan ia minta diberi lagi. 

· Filipi 4: 11: ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari sini: 

¨ ‘belajar’. 

Untuk berbuat jahat kita tidak perlu belajar karena memang kita lahir dalam dosa dan condong pada dosa (Mazmur 51:7 Mazmur 58:4 Kejadian 6:5 Kej 8:21). Tetapi untuk berbuat baik, kita harus belajar (bdk. Yes 1:17)! 
TAFSIRAN SURAT FILIPI
gadget
Penerapan: Apakah saudara betul-betul belajar untuk berbuat baik, seperti hidup / berkata jujur, berlaku tulus / tidak munafik, hidup dalam kasih / kesabaran, bersikap rendah hati, hidup bersandar kepada Tuhan dengan banyak berdoa dsb? Ingat bahwa tanpa mau belajar, saudara tidak mungkin bisa ber­buat baik! 

¨ ‘mencukupkan diri’. Ini terjemahan yang kurang tepat! 

NIV: ‘to be content’ (= puas). 

Puas jelas tidak sama dengan ‘mencukupkan diri’! Ada banyak orang yang bisa mencukupkan diri dengan penghasilannya, tetapi tidak merasa puas. 

Puas juga tidak sama dengan suatu penyerahan yang apatis pada takdir! 

Puas berarti kita tidak iri kepada orang lain, tidak bersungut-sungut, tidak marah / kecewa kepada Tuhan, tidak lari ke dalam dosa, tetapi bisa tetap bersukacita dan beriman! 

Apakah saudara mau belajar untuk puas dalam segala keadaan? 

¨ Kata-kata ‘segala keadaan’ dalam ay 11b diperjelas oleh Paulus dalam ay 12: “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan”. 

· Filipi 4: 12 ini salah terjemahan! 

NIV: ‘I know what it is to be in need, and I know what it is to have plenty. I have learned the secret of being content in any and every situation, whether well fed or hungry, whether living in plenty or in want’ (= Aku tahu apa kekurangan itu, dan aku tahu apa kelimpahan itu. Aku telah belajar rahasia untuk puas dalam sembarang dan setiap keadaan, apakah kenyang atau lapar, apakah hidup dalam kelimpahan atau kekurangan). 

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari sini: 

* Paulus belajar untuk puas dalam kekurangan / lapar. 

Þ ini jelas menunjukkan bahwa Theologia Kemakmuran adalah ajaran yang tidak alkitabiah, karena kalau orang yang beriman dan taat pasti kaya, lalu apa gunanya Paulus belajar untuk puas dalam kekurangan / lapar? 

Þ ini tidak berarti kita boleh membiarkan orang yang kekurangan / lapar, dengan tujuan untuk ‘melatih’ dia supaya bisa puas dalam kekurangan / lapar! Melatih adalah pekerjaan Tuhan, bukan pekerjaan saudara! 

Þ puas tidak berarti bahwa kita tidak boleh berusaha memperbaiki keadaan yang jelek kalau hal itu memungkinkan! 

Þ Paulus juga belajar untuk puas dalam keadaan sakit (2Korintus 12:7-10). 

Jadi, ada banyak keadaan dimana kita harus belajar untuk puas. Dalam hal apa saudara sering merasa tidak puas? Maukah saudara belajar untuk puas dalam hal itu? 

* Paulus belajar untuk puas dalam kelimpahan / kenyang. 

Þ ‘kelimpahan’ tidak berarti bahwa Paulus pernah menjadi jutawan / milyarder. ‘Kelimpahan’ disini adalah sesuatu yang relatif, karena bagi orang rohani seperti Paulus, kalau ia mempunyai uang berlebihan sedikit saja, ia sudah merasa kelimpahan! 

Þ bahwa Paulus perlu belajar untuk puas dalam keadaan kelim­pahan / kenyang, menunjukkan bahwa kelimpahan bukanlah sesuatu yang lebih mudah untuk dijalani dari pada kekurangan! 

Kelimpahan memberikan banyak pencobaan seperti: som-bong, lupa Tuhan, dosa-dosa yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang kelebihan uang (seperti punya istri ke 2 dsb). 

Disamping itu, kekayaan tidak biasanya memberikan kepu-asan kepada pemiliknya, tetapi sebaliknya biasanya mem-berikan kehausan akan kekayaan yang lebih banyak lagi! 

Ini menyebabkan banyak penafsir yang berkata bahwa lebih sukar untuk puas dalam kelimpahan dari pada dalam keku- rangan! 

* Paulus mengalami naik turun secara jasmani dalam hidupnya! Sebentar ia kelimpahan / kenyang, besoknya kekurangan / lapar! (bdk. Mazmur 23:2,4). 

Perubahan-perubahan seperti ini justru sangat menyukarkan untuk puas! Kalau seseorang sudah biasa tidur beralaskan tikar, makan nasi dengan tahu tempe dsb, maka itu tidak lagi meru­pakan problem bagi dia. Tetapi kalau ia lalu jadi kaya sehingga bisa tidur di kasur yang empuk, makan steak dsb, dan suatu kali ia kembali miskin, maka pasti akan sukar sekali untuk bisa puas! 

Kalau saudara mengalami keadaan yang berubah-ubah seperti ini, bersyukurlah bahwa Tuhan mempercayai saudara untuk ‘belajar di 2 buah sekolah’ sekaligus! 

Bahwa Paulus bisa puas dalam kondisi yang berubah-ubah ini, betul-betul merupakan sesuatu yang luar biasa! 

b) Filipi 4: 13: 

· Ini ditambahkan oleh Paulus supaya jemaat Filipi tidak mengang-gap bahwa ia bisa puas dalam segala keadaan karena kehebatan dirinya sendiri! 

· kata-kata ‘segala perkara’, seharusnya adalah ‘segala hal’ (NASB: ‘all things’). 

Ada 2 penafsiran tentang bagian ini: 

* sesuai dengan kontex, ini hanya menunjuk pada kelimpahan, kekurangan, kenyang, dan lapar. 

* Paulus beralih dari hal-hal tertentu pada hal yang umum. Jadi ini mencakup semua hal secara umum. 

Saya lebih setuju pandangan ini, dengan alasan: ayat ini seharusnya bukan berbunyi ‘segala hal dapat kutanggung’, tetapi ‘segala hal dapat kulakukan’ (‘I can do all things’ - NASB). 

Ini tentu tak berarti bahwa Paulus menjadi orang yang mahakua­sa. Tentu ia tetap dibatasi oleh kehendak Tuhan! 

· ‘di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku’. 

Inilah ‘rahasia’ yang ia maksudkan dalam ay 12. Rahasia se­hingga ia bisa puas dalam segala keadaan, adalah karena ia selalu bersandar kepada Tuhan! 

· Filipi 4:13 ini mempunyai pasangan, yaitu Yoh 15:5b yang berbunyi ‘di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa’. 

Seseorang mengatakan: ‘Without Him we can do nothing; in Him we can do everything’ (= tanpa Dia kita tidak bisa berbuat apa-apa; di dalam Dia kita bisa melakukan segala sesuatu)! 

c) Filipi 4: 17: ini salah terjemahan! 

NIV: ‘Not that I am looking for a gift, but I am looking for what may be credited to your account’ (= bukannya aku mencari pemberian, tetapi aku mencari apa yang bisa ditambahkan pada rekeningmu). 

Ini menunjukkan bahwa Paulus bukannya senang karena pemberian itu sendiri, tetapi karena pemberian itu akan memberikan pahala kepada jemaat Filipi di surga! 

Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa ia bebas dari segala egoisme dan ketamakan! 

Kesimpulan: 

Paulus menerima pemberian dengan sikap yang memuliakan Tuhan! Ada orang-orang kristen yang menerima pemberian dengan sikap yang mempermalukan Tuhan, seperti: 

· gereja-gereja di USA yang betul-betul ‘mengemis’ di TV dan menunjukkan sikap bahwa mereka bersandar bukan kepada Tuhan tetapi kepada orang-orang yang mau memberi persembahan. 

· orang yang setelah menerima pemberian lalu berterima kasih / bersaksi dengan cara sedemikian rupa sehingga orang yang memberinya / orang-orang lain mau memberinya lagi! 
Kesimpulan: 

Kalau saudara bisa memberi kepada orang yang membutuhkan, berilah! Seba­liknya, kalau saudara memang membutuhkan dan ada orang yang memberi kepada saudara, terimalah dengan sikap yang memuliakan Tuhan! .  https://teologiareformed.blogspot.com/
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN- 

T A M A T 

DAFTAR ISI 

SERI KHOTBAH SURAT FILIPI 


Filipi 1:1-11............................................................................................. 1 



Filipi 1:12-19........................................................................................... 7 



Filipi 1:20-26........................................................................................ 13 



Filipi 1:27-30........................................................................................ 18 



Filipi 2:1-11.......................................................................................... 23 



Filipi 2:12-18........................................................................................ 28 



Filipi 2:19-3:1a..................................................................................... 34 



Filipi 3:1b-16........................................................................................ 39 



Filipi 3:17-4:1....................................................................................... 47 



Filipi 4:2-3............................................................................................. 54 



Filipi 4:4-5............................................................................................. 61 



Filipi 4:6-7............................................................................................. 66 

Filipi 4:8-9............................................................................................. 71 

Filipi 4:10-23........................................................................................ 77 
-

TAFSIRAN SURAT FILIPI.
TAFSIRAN KITAB FILIPI
EKSPOSISI SURAT FILIPI
-AMIN-
Next Post Previous Post