2 SAMUEL 2:1-3:1 (DAUD DAN ISYBOSET)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
2 Samuel 2:1-3:1 - “(1) Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: ‘Apakah aku harus pergi ke salah satu kota di Yehuda?’ Firman TUHAN kepadanya: ‘Pergilah.’ Lalu kata Daud: ‘Ke mana aku pergi?’ FirmanNya: ‘Ke Hebron.’ (2) Lalu pergilah Daud ke sana dengan kedua isterinya: Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu. (3) Juga Daud membawa serta orang-orangnya yang mengiringinya masing-masing dengan rumah tangganya, dan menetaplah mereka di kota-kota Hebron. (4) Kemudian datanglah orang-orang Yehuda, lalu mengurapi Daud di sana menjadi raja atas kaum Yehuda. Ketika kepada Daud diberitahukan bahwa orang-orang Yabesh-Gilead menguburkan Saul, (5) maka Daud mengirim orang kepada orang-orang Yabesh-Gilead dengan pesan: ‘Diberkatilah kamu oleh TUHAN, karena kamu telah menunjukkan kasihmu kepada tuanmu, Saul, dengan menguburkannya. (6) Oleh sebab itu, TUHAN kiranya menunjukkan kasih dan setiaNya kepadamu. Akupun akan berbuat kebaikan yang sama kepadamu, karena kamu telah melakukan hal yang demikian. (7) Kuatkanlah hatimu sekarang dan jadilah orang-orang yang gagah perkasa, sekalipun tuanmu Saul sudah mati; dan aku telah diurapi oleh kaum Yehuda menjadi raja atas mereka.’ (8) Abner bin Ner, panglima Saul, telah mengambil Isyboset, anak Saul, dan membawanya ke Mahanaim (9) serta menjadikannya raja atas Gilead, atas orang Asyuri, atas Yizreel, atas Efraim dan atas Benyamin, bahkan atas seluruh Israel. (10) Isyboset bin Saul berumur empat puluh tahun pada waktu ia menjadi raja atas Israel dan ia memerintah dua tahun lamanya. Hanyalah kaum Yehuda yang mengikuti Daud. (11) Dan lamanya Daud memerintah di Hebron atas kaum Yehuda adalah tujuh tahun dan enam bulan. (12) Lalu Abner bin Ner dengan anak buah Isyboset bin Saul bergerak maju dari Mahanaim ke Gibeon. (13) Juga Yoab, anak Zeruya, dan anak buah Daud bergerak maju. Mereka saling bertemu di telaga Gibeon, lalu tinggal di sana, pihak yang satu di tepi telaga sebelah sini, dan pihak yang lain di tepi telaga sebelah sana. (14) Berkatalah Abner kepada Yoab: ‘Biarlah orang-orang muda tampil dan mengadakan pertandingan di depan kita.’ Jawab Yoab: ‘Baik.’ (15) Lalu tampillah mereka dan berjalan lewat dengan dihitung: dua belas orang dari suku Benyamin, dari Isyboset, anak Saul, dan dua belas orang dari anak buah Daud. (16) Kemudian mereka masing-masing menangkap kepala lawannya, dan menikamkan pedangnya ke lambung lawannya, sehingga rebahlah mereka bersama-sama. Sebab itu tempat itu disebutkan orang Helkat-Hazurim; letaknya dekat Gibeon. (17) Pada hari itu pertempuran sangat hebat, dan Abner serta orang-orang Israel terpukul kalah oleh anak buah Daud. (18) Ketiga anak laki-laki Zeruya, yakni Yoab, Abisai dan Asael ada di sana; Asael cepat larinya seperti kijang di padang. (19) Asael mengejar Abner dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dalam membuntutinya. (20) Lalu Abner berpaling ke belakang dan bertanya: ‘Engkaukah itu Asael?’ Jawabnya: ‘Ya, aku.’ (21) Kemudian berkatalah Abner kepadanya: ‘Menyimpanglah ke kiri atau ke kanan, tangkaplah salah seorang dari orang-orang muda itu dan ambillah senjatanya.’ Tetapi Asael tidak mau berhenti membuntuti Abner. (22) Berkatalah sekali lagi Abner kepada Asael: ‘Berhentilah membuntuti aku. Apa aku harus memukul engkau sampai jatuh? Bagaimana aku dapat memandang muka Yoab, abangmu itu?’ (23) Tetapi Asael menolak berhenti. Lalu Abner menusuk ke belakang ke perut Asael dengan tombaknya, sehingga tombak itu menembus belakangnya; dan rebahlah ia di sana dan mati di tempat itu juga. Semua orang yang datang ke tempat Asael rebah dan mati itu, berhenti di sana. (24) Tetapi Yoab dan Abisai mengejar Abner. Ketika matahari masuk dan mereka sampai ke dekat bukit Ama, yang ada di sebelah timur Giah, ke arah padang gurun Gibeon, (25) berhimpunlah bani Benyamin di belakang Abner menjadi satu gabungan dan bersiap-siap di puncak sebuah bukit. (26) Berserulah Abner kepada Yoab: ‘Haruskah pedang makan terus-menerus? Tidak tahukah engkau, bahwa kepahitan datang pada akhirnya? Berapa lama lagi engkau tidak mau mengatakan kepada rakyat itu, supaya mereka berhenti memburu saudara-saudaranya?’ (27) Jawab Yoab: ‘Demi Allah yang hidup, sekiranya engkau berbicara tadi, maka tentulah sudah dari tadi pagi rakyat menarik diri dari memburu saudara-saudaranya.’ (28) Lalu Yoab meniup sangkakala dan seluruh rakyat berhenti; mereka tidak lagi mengejar orang Israel dan tidak berperang lagi. (29) Semalam-malaman Abner dan orang-orangnya berjalan melalui Araba-Yordan, menyeberangi sungai Yordan, berjalan terus hampir sepanjang siang, lalu sampai ke Mahanaim. (30) Ketika Yoab berhenti memburu Abner dan menghimpunkan seluruh rakyat, ternyata sembilan belas orang dari anak buah Daud hilang termasuk Asael. (31) Tetapi anak buah Daud menewaskan dari suku Benyamin, dari orang-orang Abner, tiga ratus enam puluh orang. (32) Mereka mengangkat mayat Asael dan menguburkannya di dalam kubur ayahnya yang di Betlehem. Kemudian berjalanlah Yoab dan orang-orangnya semalam-malaman itu dan sampai ke Hebron, ketika hari sudah terang. (3:1) Peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud berlarut-larut; Daud kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian lemah”.
I) Perubahan dalam kehidupan Daud.
1) Daud tidak tinggal terus dalam kesedihannya.
Tadinya dalam 2Sam 1, Daud sangat sedih, khususnya karena kematian Yonatan. Tetapi ia tidak terus tinggal dalam kesedihan itu. Ia harus melanjutkan hidupnya, hidup untuk Tuhan. Kesedihan apapun yang kita alami, tidak boleh menyebabkan kita terus tinggal dalam kesedihan itu.
Bdk. 1Samuel 16:1 - “Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: ‘Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagiKu.’”.
Bdk. 1Tesalonika 4:13 - “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.”.
2) Kemakmuran yang membahayakan.
Pulpit Commentary: “The beginnings of prosperity. As the Second Book of Samuel introduces a turn of affairs in the national experience, so this second chapter introduces a turn in the personal experience of David. He passes from the bitter trials of the past, through the anguish depicted in the first chapter, into the more prosperous and easy circumstances of free public activity. ... In so far as the passage before us affords teaching on this subject, observe - ... A BEGINNING OF PROSPERITY IS A TIME OF PECULIAR DANGER. In reading the narrative of David’s trials on the one side, and of his prosperous circumstances on the other, we feel at once that in so far as his religious life is concerned there was far more hope of him under the former. The spiritual uses of adversity are very valuable, while on the other hand the spiritual dangers of prosperity are subtile and manifold. And likewise the transition from the one to the other is a time of peculiar danger. For David the occasion for dependence on God was not so obvious; and the demand for action would lay him open to mistakes and sacrifices of principle new in his experience” (= Permulaan dari kemakmuran. Sebagaimana Kitab Samuel yang kedua ini memperkenalkan suatu perubahan dari keadaan dalam pengalaman nasional, maka pasal kedua ini memperkenalkan suatu perubahan dalam pengalaman pribadi Daud. Ia berpindah dari pencobaan-pencobaan yang pahit dari masa lalu, melalui kesedihan yang digambarkan dalam pasal satu, ke dalam keadaan yang lebih makmur dan mudah dari aktivitas umum yang bebas. ... Sejauh text di depan kita memberikan pengajaran tentang pokok ini, perhatikan - ... SUATU PERMULAAN KEMAKMURAN ADALAH SAAT DARI BAHAYA YANG KHUSUS. Dalam membaca cerita dari pencobaan-pencobaan Daud pada satu sisi, dan tentang keadaan-keadaan makmurnya pada sisi yang lain, kita segera merasa bahwa sejauh kehidupan agamawinya yang dipersoalkan di sana ada lebih banyak pengharapan baginya di bawah yang pertama. Kegunaan rohani dari musuh adalah sangat berharga, sementara pada sisi lain bahaya-bahaya rohani dari kemakmuran adalah halus / tak kentara dan bermacam-macam. Dan begitu juga perpindahan dari yang satu ke yang lain adalah saat dari bahaya yang khusus. Bagi Daud alasan untuk bergantung kepada Allah tidaklah begitu nyata; dan tuntutan untuk bertindak menempatkannya terbuka terhadap kesalahan-kesalahan dan pengorbanan prinsip yang baru dalam pengalamannya).
Pulpit Commentary: “The presence or the prospect of a more abundant supply of material comforts cannot but give vitality to whatever of latent power there may be in the lusts of the flesh. The conscious elevation which awaits us is sure to appeal to that deeply seated human pride which, when developed, looks on others with more or less of disdain, and in proportion as the human lot is now or prospectively free from care does the heart care less for the blessings of a future life. ... Churches passing from the trials of persecution into the ease of toleration cannot be sure of the old fidelity. Nations springing into prominence may contract habits of indulgence and arrogance in strange contrast with their former self-control and devotion to duty. Private Christians when emerging from the struggles of their early convictions may cease to watch and pray as heretofore, and soon lose the vigour of their former faith” (= Kehadiran atau prospek dari suplai kesenangan material yang lebih berlimpah-limpah tidak bisa tidak memberikan kekuatan / tenaga hidup kepada apapun dari kekuatan yang tersembunyi yang ada dalam nafsu-nafsu dari daging. Peninggian yang disadari yang menanti kita pasti menarik pada kesombongan manusia yang terletak di dalam yang, pada waktu berkembang, memandang kepada orang-orang lain kurang lebih dengan penghinaan / perendahan, dan nasib manusia yang sekarang bebas dari kesusahan atau bakal bebas dari kesusahan, akan mengurangi kepedulian hati manusia untuk berkat-berkat dari kehidupan di masa yang akan datang. ... Gereja-gereja yang berpindah dari pencobaan dari penganiayaan ke dalam ketenangan / ketenteraman dari toleransi tidak bisa pasti tentang kesetiaannya yang lama. Bangsa-bangsa yang melompat menjadi terkemuka bisa terkena kebiasaan memuaskan diri dan sombong dalam suatu kontras yang aneh dengan penguasaan diri dan pembaktian pada kewajiban yang lama. Pribadi-pribadi Kristen pada waktu muncul dari pergumulan-pergumulan dari keyakinan mula-mula mereka, bisa berhenti untuk berjaga-jaga dan berdoa seperti sampai pada saat ini, dan segera kehilangan kekuatan dari iman mereka yang dahulu).
Bandingkan dengan:
· Mazmur 62:11 - “Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia-sia kepada perampasan; apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya”.
· Ulangan 32:15 - “Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, - bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun - dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya”.
· Yeh 31:10-11 - “(10) Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Oleh karena ia tumbuh tinggi dan puncaknya menjulang sampai ke langit dan ia menjadi sombong karena ketinggiannya, (11) maka Aku telah menyerahkan dia ke dalam tangan seorang berkuasa di antara bangsa-bangsa, supaya ia memperlakukannya selaras dengan kejahatannya; Aku menghalau dia”.
II) Daud dan kehendak Tuhan.
2Sam 2:1-3 - “(1) Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: ‘Apakah aku harus pergi ke salah satu kota di Yehuda?’ Firman TUHAN kepadanya: ‘Pergilah.’ Lalu kata Daud: ‘Ke mana aku pergi?’ FirmanNya: ‘Ke Hebron.’ (2) Lalu pergilah Daud ke sana dengan kedua isterinya: Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu. (3) Juga Daud membawa serta orang-orangnya yang mengiringinya masing-masing dengan rumah tangganya, dan menetaplah mereka di kota-kota Hebron”.
1) Daud menanyakan kehendak Tuhan, dan mentaatinya (ay 1-2a). Ini harus ditiru!
Keil & Delitzsch: “V. 1. ‘After this,’ i.e., after the facts related in ch. 1, David inquired of the Lord, namely through the Urim, whether he should go up to one of the towns of Judah, and if so, to which. ... David could have no doubt that, now that Saul was dead, he would have to give up his existing connection with the Philistines and return to his own land. But as the Philistines had taken the greater part of the Israelitish territory through their victory at Gilboa, and there was good reason to fear that the adherents of Saul, more especially the army with Abner, Saul’s cousin, at its head, would refuse to acknowledge David as king, and consequently a civil war might break out, David would not return to his own land without the express permission of the Lord” (= Ay 1. ‘Setelah ini’, yaitu, setelah fakta-fakta yang diceritakan dalam pasal 1, Daud bertanya kepada Tuhan, yaitu melalui Urim, apakah ia harus pergi ke salah satu dari kota-kota Yehuda, dan jika demikian, ke kota yang mana. ... Daud tidak bisa meragukan bahwa sekarang setelah Saul mati, ia harus menghentikan hubungannya yang ada dengan orang-orang Filistin dan kembali ke negaranya sendiri. Tetapi karena orang-orang Filistin telah mengambil bagian terbesar dari daerah Israel melalui kemenangan mereka di Gilboa, dan di sana ada alasan yang baik untuk takut bahwa pengikut-pengikut Saul, khususnya pasukannya dengan Abner, saudara sepupu Saul sebagai pimpinannya, akan menolak untuk mengakui Daud sebagai raja, dan sebagai akibatnya perang saudara bisa pecah, maka Daud tidak mau kembali ke negaranya sendiri tanpa ijin yang jelas dari Tuhan).
Ada 2 hal yang perlu saya jelaskan berkenaan dengan kutipan dari Keil & Delitzsch di atas ini:
a) 2 Samuel 2: 1 (RSV): ‘After this David inquired of the LORD, ...’ (= Setelah ini Daud bertanya kepada TUHAN, ...).
b) ‘Urim dan Tumim’ merupakan alat dari Tuhan yang kegunaannya adalah untuk menanyakan dan mengetahui kehendak Tuhan.
Bilangan 27:21 - “Ia harus berdiri di depan imam Eleazar, supaya Eleazar menanyakan keputusan Urim bagi dia di hadapan TUHAN; atas titahnya mereka akan keluar dan atas titahnya mereka akan masuk, ia beserta semua orang Israel, segenap umat itu.’”.
1Samuel 28:6 - “Dan Saul bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi”.
1Samuel 14:41 - “Lalu berkatalah Saul: ‘Ya, TUHAN, Allah Israel, mengapa Engkau tidak menjawab hambaMu pada hari ini? Jika kesalahan itu ada padaku atau pada anakku Yonatan, ya TUHAN, Allah Israel, tunjukkanlah kiranya Urim; tetapi jika kesalahan itu ada pada umatMu Israel, tunjukkanlah Tumim.’ Lalu didapati Yonatan dan Saul, tetapi rakyat itu terluput”.
Dalam 1Sam 14:41 ini Kitab Suci Indonesia, dan juga RSV, mengambil terjemahan LXX / Septuaginta, yang menyebutkan penggunaan Urim dan Tumim. Ini berbeda dengan NIV yang mengambil dari manuscript Ibrani, yang tidak secara explicit menyebutkan Urim dan Tumim, tetapi hanya menyebutkan penggunaan undian. Tetapi ini tetap mungkin menunjuk pada penggunaan Urim dan Tumim.
NIV: “Then Saul prayed to the LORD, the God of Israel, ‘Give me the right answer.’ And Jonathan and Saul were taken by lot, and the men were cleared” (= Lalu Saul berdoa kepada TUHAN, Allah Israel, ‘Berilah aku jawaban yang benar’. Dan Yonatan dan Saul kena undi, dan rakyat dibebaskan).
Easton’s Bible Dictionary (dengan topik ‘Thummim’): “What the ‘Urim and Thummim’ were cannot be determined with any certainty. All we certainly know is that they were a certain divinely-given means by which God imparted, through the high priest, direction and counsel to Israel when these were needed. The method by which this was done can be only a matter of mere conjecture. They were apparently material objects, quite distinct from the breastplate, but something added to it after all the stones had been set in it, something in addition to the breastplate and its jewels. ... They were probably lost at the destruction of the temple by Nebuchadnezzar. They were never seen after the return from captivity” (= Apa itu Urim dan Tumim tidak bisa ditentukan dengan pasti. Semua yang kita ketahui dengan pasti adalah bahwa mereka adalah cara tertentu yang diberikan oleh Allah, melalui imam besar, dengan mana Allah memberikan pengarahan dan nasehat kepada Israel pada waktu itu dibutuhkan. Metode dengan mana hal ini dilakukan hanya merupakan suatu persoalan dugaan. Mereka jelas adalah obyek materi, berbeda dengan tutup dada imam, tetapi sesuatu ditambahkan kepadanya setelah semua batu diletakkan di dalamnya, sesuatu sebagai tambahan pada tutup dada dan permata-permatanya. ... Mereka mungkin hilang pada penghancuran Bait Allah oleh Nebukadnezar. Mereka tidak pernah dilihat setelah kembali dari pembuangan).
Penerapan: saya berpendapat bahwa kita memang harus selalu meminta pimpinan / petunjuk Tuhan pada saat mau pindah, baik pindah rumah, pindah pekerjaan, pindah gereja, dan sebagainya.
2) Tuhan menyuruh Daud ke Hebron (ay 1b).
Adam Clarke: “‘Unto Hebron.’ The metropolis of the tribe of Judah, one of the richest regions in Judea. The mountains of Hebron were famed for fruits, herbage, and honey; and many parts were well adapted for vines, olives, and different kinds of grain, abounding in springs of excellent water, as the most accurate travelers have asserted” (= ‘Ke Hebron’. Kota besar dari suku Yehuda, salah satu dari daerah terkaya di Yehuda. Gunung-gunung dari Hebron terkenal untuk buah-buahan, rumput untuk penggembalaan, dan madu; dan banyak bagian cocok untuk anggur, zaitun, dan bermacam-macam padi-padian yang berbeda-beda, berlimpah-limpah dalam sumber air yang sangat baik, seperti telah ditegaskan oleh pelancong-pelancong yang paling akurat).
The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “David was from Judah, so it was logical that he go to live among his own people, but in which city should he reside? God gave him permission to return to Judah and told him to live in Hebron, which was located about twenty-five miles from Ziklag. By moving there, David was back with his own people but still under the shadow of the Philistines. Hebron was important in Jewish history, for near the city was the tomb of Abraham and Sarah, Isaac and Rebecca, and Jacob and Leah. The city was in the inheritance of Caleb, a man of stature in Jewish history (Josh 14:14). Abigail, one of David’s wives, had been married to a Calebite, and David had inherited her property near the wilderness of Maon (1 Samuel 25:2). Hebron was probably the most important city in the southern part of Judah, so David moved there with his men, and they lived in the towns surrounding Hebron” [= Daud berasal dari Yehuda, jadi adalah logis / masuk akal bahwa ia pergi untuk tinggal di antara sukunya sendiri, tetapi di kota mana ia harus tinggal? Allah memberinya ijin untuk kembali ke Yehuda dan memberitahunya untuk tinggal di Hebron, yang terletak kira-kira 25 mil dari Ziklag. Dengan berpindah kesana, Daud kembali bersama sukunya sendiri tetapi tetap di bawah bayang-bayang dari orang-orang Filistin. Hebron adalah kota yang penting dalam sejarah Yahudi, karena dekat kota itu ada kuburan Abraham dan Sara, Ishak dan Ribka, dan Yakub dan Lea. Kota itu ada dalam warisan dari Kaleb, orang yang terkenal dalam sejarah Yahudi (Yos 14:14). Abigail, salah satu dari istri-istri Daud, tadinya menikah dengan seorang dari keluarga Kaleb, dan Daud telah mewarisi miliknya dekat dengan padang gurun Maon (1Sam 25:2). Hebron mungkin adalah kota yang paling penting di bagian selatan dari Yehuda; jadi Daud berpindah ke sana dengan orang-orangnya, dan mereka tinggal di kota-kota di sekitar Hebron].
Di sini mungkin pemilihan Hebron oleh Tuhan sesuai dengan akal manusia. Tetapi kadang-kadang tidak demikian. Misalnya pada waktu Ia menyuruh Elia tinggal / sembunyi di Sarfat yang termasuk wilayah Sidon.
1Raja-raja 17:8-9 - “(8) Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’”.
1Raja 16:31 - “Seakan-akan belum cukup ia hidup dalam dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, maka ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya”.
Demikianpun dalam tempat pelayanan, kita harus menyesuaikan dengan kehendak Tuhan.
Kis 16:6-10 - “(6) Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. (7) Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka. (8) Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. (9) Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: ‘Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!’ (10) Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana”.
3) Daud membawa istri-istrinya (2 Samuel 2: 2).
a) Daud hanya membawa istri-istrinya; tidak dikatakan apapun tentang anak-anaknya, karena ia baru punya anak setelah ia ada di Hebron.
2Sam 3:2-5 - “(2) Di Hebron lahirlah bagi Daud anak-anak lelaki. Anak sulungnya ialah Amnon, dari Ahinoam, perempuan Yizreel; (3) anaknya yang kedua ialah Kileab, dari Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel; yang ketiga ialah Absalom, anak dari Maakha, anak perempuan Talmai raja Gesur; (4) yang keempat ialah Adonia, anak dari Hagit; yang kelima ialah Sefaca, anak Abital; (5) dan yang keenam ialah Yitream, dari Egla, isteri Daud. Semuanya ini dilahirkan bagi Daud di Hebron”.
b) Daud jelas mempraktekkan polygamy.
Bahkan sebelum ia menjadi raja ia sudah mempunyai banyak istri. Setelah ia menjadi raja atas seluruh Israel, ia bahkan menambah lagi perbendaharaan istri dan gundiknya.
2Sam 5:11-13 - “(11) Hiram, raja negeri Tirus, mengirim utusan kepada Daud dan kayu alas, tukang-tukang kayu dan tukang-tukang batu; mereka mendirikan istana bagi Daud. (12) Lalu tahulah Daud, bahwa TUHAN telah menegakkan dia sebagai raja atas Israel dan telah mengangkat martabat pemerintahannya oleh karena Israel, umatNya. (13) Daud mengambil lagi beberapa gundik dan isteri dari Yerusalem, setelah ia datang dari Hebron dan bagi Daud masih lahir lagi anak-anak lelaki dan perempuan”.
Jamieson, Fausset & Brown: “Polygamy was tolerated in Hebrew society, but interdicted to the king (Deut 17:17); and David’s adoption of that practice, by the establishment of a harem, like Oriental princes, sowed the seeds of disorder and disunion in his household, which produced a rank harvest of bitter fruit in afterlife.” [= Polygamy ditoleransi dalam masyarakat Ibrani, tetapi dilarang untuk raja (Ul 17:17); dan pengadopsian praktek itu oleh Daud, dengan pembentukan suatu harem, seperti pangeran / raja-raja Timur, menabur benih kekacauan dan perpecahan dalam keluarga / rumah tangganya, yang menghasilkan suatu panen yang busuk dari buah yang pahit dalam kehidupannya belakangan].
Ulangan 17:17 - “Juga janganlah ia (raja) mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang; emas dan perakpun janganlah ia kumpulkan terlalu banyak”.
Ini memang jelas terlihat dari kasus pemerkosaan Amnon terhadap Tamar, dan pembalasan dendam Absalom dengan membunuh Amnon (2Sam 13), dan juga pemberontakan Absalom (2Sam 15-dst), yang jelas merupakan buah yang pahit dari polygamy yang dipraktekkan oleh Daud. Ini juga berlaku untuk orang-orang saleh lain dalam Perjanjian Lama, seperti Abraham, Yakub, dan sebagainya.
4) Daud membawa orang-orang yang selama ini mengiringinya (2 Samuel 2: 3).
Matthew Henry: “He took his friends and followers with him, v. 3. They had accompanied him in his wanderings, and therefore, when he gained a settlement, they settled with him. Thus, if we suffer with Christ, we shall reign with him, 2 Tim 2:12. Nay, Christ does more for his good soldiers than David could do for his; David found lodging for them - They dwelt in the cities of Hebron, and adjacent towns; but to those who continue with Christ in his temptations he appoints a kingdom, and will feast them at his own table, Luke 22:29,30” (= Ia membawa sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya dengannya, ay 3. Mereka telah menemaninya dalam pengembaraannya, dan karena itu, pada waktu ia mendapatkan suatu kediaman, mereka diam bersamanya. Karena itu, jika kita menderita bersama Kristus, kita akan memerintah / bertakhta bersama Dia, 2Tim 2:12. Tidak, Kristus melakukan lebih banyak untuk tentara-tentaraNya yang baik dari pada yang Daud bisa lakukan untuk tentara-tentaranya; Daud menemukan penginapan untuk mereka - Mereka tinggal di kota-kota Hebron, dan kota-kota yang berdekatan; tetapi bagi mereka yang terus bersama Kristus dalam pencobaan-pencobaanNya Ia menetapkan suatu kerajaan, dan akan berpesta dengan mereka di mejaNya sendiri, Lukas 22:29,30).
2 Timotius 2:12 - “jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita”.
Lukas 22:29-30 - “(29) Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti BapaKu menentukannya bagiKu, (30) bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam KerajaanKu dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel”.
Catatan: saya tidak tahu apakah penafsiran ini bisa diterima, mengingat Daud memang merupakan type dari Kristus. Tetapi penafsiran seperti ini memang mungkin merupakan suatu perohanian yang salah.
III) Daud menjadi raja atas Yehuda.
2Samuel 2:4-7 - “(4) Kemudian datanglah orang-orang Yehuda, lalu mengurapi Daud di sana menjadi raja atas kaum Yehuda. Ketika kepada Daud diberitahukan bahwa orang-orang Yabesh-Gilead menguburkan Saul, (5) maka Daud mengirim orang kepada orang-orang Yabesh-Gilead dengan pesan: ‘Diberkatilah kamu oleh TUHAN, karena kamu telah menunjukkan kasihmu kepada tuanmu, Saul, dengan menguburkannya. (6) Oleh sebab itu, TUHAN kiranya menunjukkan kasih dan setiaNya kepadamu. Akupun akan berbuat kebaikan yang sama kepadamu, karena kamu telah melakukan hal yang demikian. (7) Kuatkanlah hatimu sekarang dan jadilah orang-orang yang gagah perkasa, sekalipun tuanmu Saul sudah mati; dan aku telah diurapi oleh kaum Yehuda menjadi raja atas mereka.’”.
1) Orang-orang Yehuda mengurapi Daud menjadi raja mereka (ay 4a).
Matthew Henry: “The honour done him by the men of Judah: They anointed him king over the house of Judah, v. 4. The tribe of Judah had often stood by itself more than any other of the tribes. In Saul’s time it was numbered by itself as a distinct body (1 Sam 15:4) and those of this tribe had been accustomed to act separately. They did so now; yet they did it for themselves only; they did not pretend to anoint him king over all Israel (as Judg 9:22), but only over the house of Judah. The rest of the tribes might do as they pleased, but, as for them and their house, they would be ruled by him whom God had chosen. See how David rose gradually; he was first anointed king in reversion, then in possession of one tribe only, and at last of all the tribes. Thus the kingdom of the Messiah, the Son of David, is set up by degrees; he is Lord of all by divine designation, but we see not yet all things put under him, Heb 2:8” [= Kehormatan yang diberikan kepadanya oleh orang-orang Yehuda: Mereka mengurapinya menjadi raja atas kaum Yehuda, ay 4. Suku Yehuda telah sering berdiri sendiri lebih dari suku yang lain manapun. Pada jaman Saul suku Yehuda dihitung sendiri sebagai suatu tubuh yang berbeda (1Sam 15:4) dan mereka dari suku ini telah terbiasa untuk bertindak secara terpisah. Mereka melakukan hal itu sekarang; tetapi mereka melakukannya hanya bagi diri mereka sendiri; mereka tidak berpura-pura untuk mengurapi dia sebagai raja atas seluruh Israel (seperti Hak 9:22), tetapi hanya atas kaum Yehuda. Sisa dari suku-suku boleh melakukan seperti yang mereka senangi, tetapi bagi mereka dan kaum mereka, mereka mau diperintah oleh orang yang telah dipilih oleh Allah. Lihatlah bagaimana Daud naik secara perlahan-lahan; ia mula-mula diurapi menjadi raja secara inidividuil, lalu dalam kepemilikan dari hanya satu suku, dan akhirnya dari semua suku. Demikianlah kerajaan dari Mesias, Anak Daud, ditegakkan sedikit demi sedikit; Ia adalah Tuhan dari semua oleh penunjukan ilahi, tetapi kita belum melihat segala sesuatu diletakkan di bawahNya, Ibr 2:8].
Catatan: lagi-lagi saya ragu-ragu apakah ini merupakan penafsiran yang bisa diterima atau suatu perohanian yang salah.
1Sam 15:4 - “Lalu Saul memanggil rakyat berkumpul dan memeriksa barisan mereka di Telaim: ada dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki dan sepuluh ribu orang Yehuda”.
Hak 9:22 - “Setelah tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah atas orang Israel”.
Ibrani 2:8 - “segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kakiNya.’ Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepadaNya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepadaNya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepadaNya”.
Pulpit Commentary: “Verse 4. - They anointed David. Samuel’s anointing (1 Sam 16:13) had been private, and, if we may judge by the manner in which Eliab treated David (1 Sam 17:28), even his own family had not attached much importance to it. It was nevertheless the indication of Jehovah’s purpose, and now the anointing of David by the elders of Judah was the first step towards its accomplishment” [= Ayat 4. - Mereka mengurapi Daud. Pengurapan dari Samuel (1Sam 16:13) merupakan sesuatu yang bersifat pribadi, dan, jika kita boleh menilai dari cara dengan mana Eliab memperlakukan Daud (1Sam 17:28), bahkan keluarganya sendiri tidak menganggap penting hal itu. Tetapi itu tetap merupakan petunjuk tentang tujuan / rencana Yehovah, dan sekarang pengurapan Daud oleh tua-tua Yehuda adalah langkah pertama menuju penggenapannya].
1Sam 16:13 - “Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama”.
1Sam 17:28 - “Ketika Eliab, kakaknya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: ‘Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran.’”.
Penerapan: kalau saudara memang dipanggil oleh Tuhan untuk suatu tugas / jabatan tertentu, jangan pusingkan pemikiran / pandangan orang tentang hal itu. Bahkan jangan pikirkan pemikiran saudara sendiri tentang hal itu. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
· Keluaran 3:10-12 - “(10) Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umatKu, orang Israel, keluar dari Mesir.’ (11) Tetapi Musa berkata kepada Allah: ‘Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?’ (12) Lalu firmanNya: ‘Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.’”.
· Keluaran 4:10-12 - “(10) Lalu kata Musa kepada TUHAN: ‘Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hambaMupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.’ (11) Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: ‘Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? (12) Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.’”.
· Yer 1:4-8 - “(4) Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: (5) ‘Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.’ (6) Maka aku menjawab: ‘Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.’ (7) Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: ‘Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. (8) Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.’”.
· Hak 6:14-16 - “(14) Lalu berpalinglah TUHAN kepadanya dan berfirman: ‘Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!’ (15) Tetapi jawabnya kepadaNya: ‘Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku.’ (16) Berfirmanlah TUHAN kepadanya: ‘Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.’”.
· 1Sam 17:26-37 - “(26) Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: ‘Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?’ (27) Rakyat itupun menjawabnya dengan perkataan tadi: ‘Begitulah akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan dia.’ (28) Ketika Eliab, kakaknya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: ‘Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran.’ (29) Tetapi jawab Daud: ‘Apa yang telah kuperbuat? Hanya bertanya saja!’ (30) Lalu berpalinglah ia dari padanya kepada orang lain dan menanyakan yang sama. Dan rakyat memberi jawab kepadanya seperti tadi. (31) Terdengarlah kepada orang perkataan yang diucapkan oleh Daud, lalu diberitahukanlah kepada Saul. Dan Saul menyuruh memanggil dia. (32) Berkatalah Daud kepada Saul: ‘Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.’ (33) Tetapi Saul berkata kepada Daud: ‘Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit.’ (34) Tetapi Daud berkata kepada Saul: ‘Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, (35) maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. (36) Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup.’ (37) Pula kata Daud: ‘TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.’ Kata Saul kepada Daud: ‘Pergilah! TUHAN menyertai engkau.’”.
· Galatia 1:15-17 - “(15) Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; (17) juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik”.
Kesaksian: pada waktu saya dipanggil Tuhan menjadi hamba Tuhan, bahkan pendeta saya sendiri menganggap bahwa pergumulan saya salah, tetapi belakangan Tuhan sendiri mengatakan kepadanya bahwa Ia memang memanggil saya.
2) Daud menghargai orang-orang Yabesh-Gilead, karena telah menguburkan Saul (ay 4b-7). Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari hal ini:
a) Di sini Daud hanya menyebutkan Saul, padahal orang-orang Yabesh-Gilead juga menguburkan Yonatan dan anak-anak Saul yang lain.
1Sam 31:11-13 - “(11) Ketika penduduk Yabesh-Gilead mendengar tentang apa yang telah dilakukan orang Filistin kepada Saul, (12) maka bersiaplah segenap orang gagah perkasa, mereka berjalan terus semalam-malaman, lalu mengambil mayat Saul dan mayat anak-anaknya dari tembok kota Bet-Sean. Kemudian pulanglah mereka ke Yabesh dan membakar mayat-mayat itu di sana. (13) Mereka mengambil tulang-tulangnya lalu menguburkannya di bawah pohon tamariska di Yabesh. Sesudah itu berpuasalah mereka tujuh hari lamanya”.
Mungkin Daud menganggap bahwa orang-orang Yabesh-Gilead itu bisa saja kuatir bahwa kebaikan mereka terhadap Saul akan tidak menyenangkan Daud. Dan Daud mengirimkan pesan ini untuk menunjukkan kepada mereka bahwa ia justru memuji tindakan mereka.
b) Dalam 1Sam 31:11-13 dikatakan bahwa mayat Saul dan anak-anaknya dibakar dulu, baru dikuburkan. Kalau kremasi merupakan sesuatu yang salah, bagaimana mungkin Daud memuji tindakan orang-orang Yabesh-Gilead itu?
c) Penghargaan Daud kepada orang-orang Yabesh-Gilead.
The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “Jabesh Gilead was located across the Jordan in the tribe of Gad, and the men who recovered the bodies had to travel northwest and cross the Jordan River to reach Beth Shan, a round trip of perhaps twenty-five miles. It was a courageous endeavor, and David thanked them for their devotion to Saul and to the kingdom of Israel. They had displayed ‘kindness,’ and the Lord would show them ‘kindness and faithfulness.’ ... David used this occasion as an opportunity to invite the brave men of Jabesh Gilead to cast their lot with him. They had been valiant for Saul, and now they could be valiant for David. Some warriors from Gad had already joined David’s army while he was in Ziklag (1 Chron 12:8-15), affirming their confidence that he was God’s anointed king. Unfortunately, the people of Jabesh Gilead didn’t choose to submit to David but instead followed Abner and Saul’s weak son Ish-Bosheth. The people of Jabesh Gilead allowed their affection for Saul to blind them to God’s plan for the nation. They had a good motive, but they made a bad choice. How often in the history of the church have God’s people allowed human affection and appreciation to overrule the will of God! Jesus Christ is King and He deserves our submission, loyalty, and obedience. To put human leaders ahead of God’s anointed King is to create division and weakness in the ranks of the Lord’s followers and invite multiplied problems for the Lord’s people. As Augustine of Hippo said, ‘Jesus Christ will be Lord of all or He will not be Lord at all.’” [= Yabesh-Gilead terletak di seberang Yordan dalam suku Gad, dan orang-orang yang menemukan mayat-mayat (dari Saul dan anak-anaknya) harus berjalan ke Barat Laut dan menyeberangi sungai Yordan untuk mencapai Bet-Sean, suatu perjalanan memutar dari mungkin 25 mil (= 40 km). Itu merupakan suatu usaha yang berani, dan Daud berterima kasih kepada mereka untuk pembaktian mereka kepada Saul dan kepada kerajaan Israel. Mereka telah menunjukkan ‘kebaikan / kasih’ dan Tuhan akan menunjukkan kepada mereka ‘kebaikan / kasih dan kesetiaan’. ... Daud menggunakan peristiwa ini sebagai suatu kesempatan untuk mengundang orang-orang yang berani dari Yabesh-Gilead untuk bergabung dengan dia. Mereka telah berani bagi Saul, dan sekarang mereka bisa berani untuk Daud. Beberapa pejuang dari Gad telah bergabung dengan tentara Daud pada waktu ia ada di Ziklag (1Taw 12:8-15), meneguhkan keyakinan mereka bahwa ia adalah raja yang diurapi oleh Allah. Sayang sekali, orang-orang Yabesh-Gilead tidak memilih untuk tunduk kepada Daud, tetapi mengikuti Abner dan anak Saul yang lemah Isyboset. Orang-orang Yabesh-Gilead mengijinkan kasih mereka bagi Saul untuk membutakan mata mereka terhadap rencana Allah bagi bangsa itu. Mereka mempunyai motivasi yang baik, tetapi mereka melakukan pemilihan yang buruk. Betapa sering dalam sejarah dari gereja umat Allah telah mengijinkan kasih dan penghargaan manusiawi untuk mengesampingkan kehendak Allah! Yesus Kristus adalah Raja dan Ia layak mendapatkan ketundukan, kesetiaan, dan ketaatan kita. Meletakkan pemimpin-pemimpin manusia di depan Raja yang diurapi Allah berarti menciptakan perpecahan dan kelemahan dalam barisan dari pengikut-pengikut Tuhan dan mengundang banyak problem bagi umat Tuhan. Seperti dikatakan oleh Agustinus dari Hippo, ‘Yesus Kristus akan menjadi Tuhan dari semua atau Ia bukan Tuhan sama sekali’.].
IV) Abner menjadikan Isyboset menjadi raja Israel.
2Sam 2:8-11 - “(8) Abner bin Ner, panglima Saul, telah mengambil Isyboset, anak Saul, dan membawanya ke Mahanaim (9) serta menjadikannya raja atas Gilead, atas orang Asyuri, atas Yizreel, atas Efraim dan atas Benyamin, bahkan atas seluruh Israel. (10) Isyboset bin Saul berumur empat puluh tahun pada waktu ia menjadi raja atas Israel dan ia memerintah dua tahun lamanya. Hanyalah kaum Yehuda yang mengikuti Daud. (11) Dan lamanya Daud memerintah di Hebron atas kaum Yehuda adalah tujuh tahun dan enam bulan”.
1) Nama Isyboset.
Saya akan memberikan beberapa komentar tentang nama ‘Isyboset’ ini.
Pulpit Commentary: “‘Ishbosheth.’ This name signifies ‘man of shame,’ that is, ‘man of the shameful thing,’ the idol. Originally he was named Eshbaal (1 Chron 8:33; 9:39), that is ‘man of Baal,’ the word ESH being merely a dialectic variation for ISH, equivalent to ‘man.’ At this early date Baal was not the specific name of any idol, but simply meant ‘lord,’ ‘master,’ ‘husband.’ In the earlier books of the Bible we find the word used of many local deities, who were lords of this or that, but had nothing in common with the Phoenician Baal, whose worship Ahab attempted to introduce into Israel. From that time Baal became a term of reproach, and Bosheth, ‘the shame,’ was substituted for it in the old names of which it had formed part. Thus Gideon is still called Jerubbaal in 1 Sam 12:11, but the title is transformed into Jerubbesheth, or more correctly, Jerubbosheth, ‘let the shame plead,’ in 2 Sam 11:21. Originally, therefore, the name Ishbaal had no discreditable meaning, but signified, ‘man of the Lord,’ or, as Ewald supposes, ‘lordly man.’ It was not till long afterwards, when Israel had been horrified by Jezebel’s doings, that Baal, except in the sense of ‘husband,’ became an ill-omened word. Jonathan, ... called his son’s name Meribbaal, ‘the Lord’s strife’ (1 Chron 8:34). In some strange way this was altered into Mephibosheth, that is, ‘from the face of the shameful thing’ (ch. 4:4. etc.). Possibly it is a corruption of Meribbosheth, but it is remarkable that a son of Saul by his concubine Rizpah also bore the name (2 Samuel 21:8). Among the ancestors of Saul, the simple name Baal, ‘Lord,’ occurs (1 Chron 8:30)” [= ‘Isyboset’. Nama ini berarti ‘orang laki-laki dari sesuatu yang memalukan’, artinya ‘orang laki-laki dari hal yang memalukan’, berhala. Semula ia dinamakan Esybaal (1Taw 8:33; 9:39), artinya, ‘orang laki-laki dari Baal’, kata ‘Esy’ hanya semata-mata merupakan variasi yang bersifat dialek dari kata ‘Ish’, yang berarti ‘laki-laki / suami’. Pada waktu yang mula-mula / awal ‘Baal’ bukanlah nama spesifik dari berhala manapun, tetapi sekedar berarti ‘tuan’, ‘pemilik’, ‘suami’. Dalam kitab-kitab yang awal / mula-mula dari Alkitab kita mendapati kata itu digunakan untuk banyak dewa-dewa lokal, yang adalah tuan dari ini atau itu, tetapi tidak mempunyai persamaan dengan Baal dari Fenisia, yang penyembahannya diusahakan untuk diperkenalkan ke dalam Israel oleh Ahab. Sejak saat itu, ‘Baal’ menjadi suatu istilah celaan, dan Boset, ‘sesuatu yang memalukan’ dijadikan pengganti baginya dalam nama-nama kuno dimana kata ‘Baal’ merupakan bagian darinya. Karena itu, Gideon tetap disebut Yerubaal dalam 1Sam 12:11, tetapi gelar itu diubah menjadi Yerubeset, atau lebih tepat, Yeruboset, ‘hendaklah sesuatu yang memalukan membela / mengaku / menjawab’, dalam 2Sam 11:21. Karena itu semula nama ‘Isybaal’ tidak mempunyai arti yang mendiskreditkan, tetapi berarti ‘orang laki-laki dari Tuhan’, atau, seperti diduga oleh Ewald, ‘orang laki-laki yang bersifat agung / mulia’. Baru pada waktu sangat belakangan, pada waktu Israel telah dikejutkan oleh tindakan Izebel, maka ‘Baal’, kecuali dalam arti dari ‘suami’, menjadi suatu kata yang memberi suatu pertanda buruk. Yonatan, ... menamakan anak laki-lakinya Meribbaal, ‘usaha / konflik dari Tuhan’ (1Taw 8:34). Dengan cara yang aneh ini diubah menjadi Mefiboset, artinya ‘dari wajah / hadapan sesuatu yang memalukan’ (pasal 4:4 dsb). Mungkin ini merupakan suatu perusakan dari Meriboset, tetapi perlu diperhatikan bahwa seorang anak laki-laki dari Saul oleh gundiknya, Rizpa, juga mempunyai nama itu (2Sam 21:8). Di antara nenek moyang dari Saul, nama ‘Baal’, ‘Tuhan’, muncul (1Taw 8:30)].
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Ish-bosheth’ - or ‘Esh-baal’ (i.e., man of Baal), 1 Chron 8:33; 9:39. The Hebrews usually changed names ending with ‘Baal’ into ‘Bosheth’ (shame): cf. Judg 9:53 with 2 Sam 11:21. This prince, being not mentioned with the other sons of Saul (1 Sam 14:40), was probably not born until his father had violated his duty as a theocratic king, and the Spirit of the Lord had departed from him, (1 Sam 15.) ‘Esh-baal’ was the proper name of this young son, while ‘Ish-bosheth’ (man of shame) was a popular nickname, most probably applied to him, as ‘bosheth,’ shame, abomination, is uniformly in the sacred writings, with reference to the idol after whom he was called (cf. Judg 6:32 with 2 Sam 11:21). The name of this son seems to warrant the inference that Saul became in his latter days an unhappy apostate to the worship of Baal (see the note at 1 Chron 8:34).’” [= ‘Isyboset’ - atau Esy-Baal, (yaitu ‘orang laki-laki dari Baal’), 1Taw 8:33; 9:39. Orang-orang Ibrani biasanya mengganti nama-nama yang berakhiran dengan ‘Baal’ menjadi ‘Boset’ (sesuatu yang memalukan): bdk. Hak 9:53 dengan 2Sam 11:21. Pangeran ini, yang tidak disebutkan dengan anak-anak laki-laki yang lain dari Saul (1Sam 14:40), mungkin belum dilahirkan sampai ayahnya telah melanggar kewajibannya sebagai raja theokrasi, dan Roh Tuhan telah meninggalkannya, (1Sam 15). ‘Esy-baal’ adalah nama sebenarnya dari anak laki-laki muda ini, sedangkan ‘Isyboset’ (orang laki-laki dari sesuatu yang memalukan) adalah nama julukan yang populer, mungkin diterapkan kepadanya, karena ‘boset’, sesuatu yang memalukan, sesuatu yang menjijikkan, secara seragam dalam tulisan-tulisan kudus, berhubungan dengan berhala menurut siapa ia dipanggil (bdk. Hak 6:32 dengan 2Sam 11:21). Nama dari anak laki-laki ini kelihatannya membenarkan kesimpulan bahwa Saul pada hari-hari belakangannya menjadi seorang murtad yang malang kepada penyembahan dari Baal (lihat catatan di 1Taw 8:34)].
Catatan:
· saya kira 1Samuel 14:40 itu seharusnya adalah 1Samuel 14:49 - “Anak-anak lelaki Saul ialah Yonatan, Yiswi dan Malkisua. Nama kedua anaknya yang perempuan: yang tertua bernama Merab, yang termuda bernama Mikhal”.
· Saya tak terlalu yakin dengan kata-kata yang saya garis-bawahi. Kalau kata-kata itu benar, maka hal itu juga harus diterapkan kepada Yonatan, karena anaknya mula-mula juga diberi nama ‘Meribaal’.
Keil & Delitzsch: “Ishbosheth (i.e., man of shame) was the fourth son of Saul (according to 1 Chron 8:33; 9:39): his proper name was Esh-baal (i.e., fire of Baal, probably equivalent to destroyer of Baal). This name was afterwards changed into Ishbosheth, just as the name of the god Baal was also translated into Bosheth (‘shame,’ Hos 9:10; Jer 3:24, etc.), and Jerubbaal changed into Jerubbosheth (see at Judg 8:35)” [= Isyboset (artinya, orang dari sesuatu yang memalukan) adalah anak laki-laki ke 4 dari Saul (menurut 1Taw 8:33; 9:39): namanya yang sebenarnya adalah Esy-Baal (artinya, api dari Baal, mungkin sama dengan penghancur dari Baal). Nama ini belakangan diganti menjadi Isyboset, sama seperti nama dari dewa Baal juga diterjemahkan menjadi Boset (‘sesuatu yang memalukan’, Hos 9:10; Yeremia 3:24, dsb), dan Yerubaal diganti menjadi Yeruboset (lihat di Hak 8:35)].
Catatan: Keil & Delitzsch berbeda dengan Jamieson, Fausset & Brown dan Pulpit Commentary di atas, yang mengatakan bahwa nama Esybaal berarti ‘a man of Baal’ (= seorang laki-laki dari Baal). Saya lebih setuju dengan Jamieson, Fausset & Brown dan Pulpit Commentary dari pada dengan Keil & Delitzsch.
Ada beberapa hal yang bisa kita dapatkan dari kutipan-kutipan di atas:
a) Kata ‘Baal’ dulunya bukan nama berhala / dewa, dan tidak mempunyai konotasi yang negatif, dan karena itu banyak digunakan dalam nama-nama dari orang-orang Israel, atau sebagai bagian dari nama mereka.
1Taw 5:3-5 - “(3) Anak-anak Ruben, anak sulung Israel, ialah Henokh, Palu, Hezron dan Karmi. (4) Keturunan Yoel ialah Semaya, anaknya; anak orang ini ialah Gog, anak orang ini ialah Simei; (5) anak orang ini ialah Mikha; anak orang ini ialah Reaya; anak orang ini ialah Baal”.
1Taw 8:29-30 - “(29) Tetapi di Gibeon diam bapa Gibeon, yakni Yeiel, dan nama isterinya ialah Maakha. (30) Anak sulungnya ialah Abdon, lalu Zur, Kish, Baal, Nadab”. Bdk. 1Taw 9:35-36.
b) Arti dari kata ‘Baal’ sebetulnya adalah ‘tuan’ atau ‘pemilik’, dan bisa juga diartikan sebagai ‘suami’. Dan kata ‘Baal’ ini, sekalipun juga banyak digunakan untuk dewa-dewa lokal (tetapi bukan sebagai nama dewa), dulunya juga digunakan terhadap Allah Israel (Yahweh). Perhatikan kutipan di bawah ini:
The International Standard Bible Encyclopedia: “BAAL ... III. Baal-Worship.: - In the earlier days of Hebrew history the title Baal, or ‘Lord,’ was applied to the national God of Israel” (= BAAL ... III. Penyembahan Baal.: - Pada jaman awal dari sejarah Ibrani gelar ‘Baal’, atau ‘Tuhan’, diterapkan kepada Allah nasional dari Israel).
Perhatikan ayat-ayat di bawah ini dimana nama / kata ‘Baal’ muncul dalam bahasa Ibraninya dan ditujukan kepada Allah Israel (Yahweh):
1. Yeremia 31:32 - “bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjianKu itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan (Ibrani: BAAL) yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN”.
2. Yesaya 54:5 - “Sebab yang menjadi suami (Ibrani: BAAL) mu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam namaNya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi”.
3. 1Taw 12:5 - “Eluzai, Yerimot, Bealya, Semarya dan Sefaca, orang Harufi”.
Nama ‘Bealya’ berarti ‘Yahweh is my Baal’ (= Yahweh adalah Baalku).
c) Belakangan, kata ‘Baal’ menjadi nama dari dewa / berhala.
‘The International Standard Bible Encyclopedia’, vol I: “During Ahab’s reign, however, the name became associated with the worship and rites of the Tyrian deity introduced into Samaria by Jezebel, and its idolatrous associations accordingly caused it to fall into disrepute” (= Tetapi selama pemerintahan Ahab, nama itu menjadi berhubungan dengan penyembahan dan upacara dari allah / dewa Tirus yang diperkenalkan kepada / dimasukkan ke dalam Samaria oleh Izebel, dan hubungannya yang bersifat penyembahan berhala menyebabkannya mendapat nama buruk) - hal 378.
Catatan: kelihatannya, jauh sebelum jaman Ahab kata / nama ‘Baal’ sudah dihubungkan dengan berhala, karena pada jaman Gideon dan bahkan sebelumnya, Israel sudah pernah jatuh ke dalam penyembahan terhadap Baal (Hak 2:11,13 Hak 3:7 Hak 6:25). Tetapi mungkin ini terjadi karena penulisnya hidup setelah jaman Ahab.
Penghubungan kata ‘Baal’ dengan berhala / dewa ini menyebabkan:
1. Belakangan kata ‘Baal’ tidak lagi digunakan untuk Allah Israel (Yahweh).
Hos 2:15 - “Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku: Suamiku (Ibrani: ISHI), dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku!”.
Unger’s Bible Dictionary (dengan topik ‘Baali’): “‘Thou shalt call me Ishi; and shalt call me no more Baali’ (Hos 2:16). The meaning is that Israel will enter into right relation with God, in which she will look toward Him as her husband (Ishi) and not merely as Baal, ‘owner, master.’” [= ‘Engkau akan memanggil Aku: Suamiku (ISHI), dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku (BAALI)’ (Hos 2:15). Artinya adalah bahwa Israel akan masuk ke dalam hubungan dengan Allah, dalam mana ia akan memandang kepadaNya sebagai suaminya (ISHI) dan bukan semata-mata sebagai ‘Baal’, ‘pemilik, tuan’] - hal 113.
Catatan: dari kata-kata Unguer ini kelihatannya perubahan dari ‘BAALI’ menjadi ‘ISHI’ tak ada hubungannya dengan penggunaan kata ‘BAAL’ sebagai nama dewa. Tetapi bandingkan dengan kata-kata Adam Clarke di bawah ini.
Adam Clarke (tentang Hosea 2:15): “‘Thou shalt call me Ishi.’ That is, my man, or my husband; a title of love and affection; and not BAALI, my master, a title exciting fear and apprehension; which, howsoever good in itself, was now rendered improper to be applied to Yahweh, having been prostituted to false gods” (= ‘Engkau akan memanggil Aku ISHI’. Artinya, ‘orang laki-lakiKu’, atau ‘suamiKu’; suatu gelar dari kasih dan sayang; dan bukan BAALI, ‘tuanKu’, suatu gelar yang membangkitkan rasa takut dan ketakutan; yang, bagaimanapun baik dalam dirinya sendiri, sekarang dianggap tidak benar untuk diterapkan kepada Yahweh, setelah disalah-gunakan pada allah / dewa palsu).
Bavinck: “’Adhōnāy, Lord, in strengthened form ‘Lord of lords’ and ‘Lord of all the earth,’ indicates God as the Ruler to whom everything is subject, and to whom man is related as a servant, ... In an earlier period the name Ba‘al was applied to God with the same signification, but later on this name was given an idolatrous meaning; hence, its use was discontinued” (= ’Adhōnāy, Tuhan, dalam bentuk yang dikuatkan ‘Tuhan dari semua tuhan’ dan ‘Tuhan dari seluruh bumi’, menunjukkan Allah sebagai Penguasa / Pemerintah kepada siapa segala sesuatu tunduk, dan kepada siapa manusia dihubungkan sebagai pelayan, ... Pada jaman yang lebih awal, nama Baal diterapkan kepada Allah dengan arti yang sama, tetapi belakangan nama ini diberi arti yang bersifat berhala; karena itu penggunaannya dihentikan) - ‘The Doctrine of God’, hal 100.
2. Banyak orang Israel yang dulunya mempunyai nama yang mengandung kata ‘baal’, belakangan mengubah kata ‘baal’nya. Ada yang mengubahnya menjadi ‘boset’, yang berarti ‘sesuatu yang memalukan’, dan ada yang mengubahnya menjadi sesuatu yang lain atau membuangnya. Misalnya:
a. Nama Isyboset berasal dari Esybaal atau Ishbaal.
1Taw 8:33 / 1Taw 9:39 - “Ner memperanakkan Kish; Kish memperanakkan Saul; Saul memperanakkan Yonatan, Malkisua, Abinadab dan Esybaal”.
b. Gideon yang mula-mula diberi nama Yerubaal, lalu berubah menjadi Yerubeset atau Yeruboset.
Hak 6:32 - “Dan pada hari itu diberikan oranglah nama Yerubaal kepada Gideon, karena kata orang: ‘Biarlah Baal berjuang dengan dia, setelah dirobohkannya mezbahnya itu.’”.
Hak 8:35 - “juga tidak menunjukkan terima kasihnya kepada keturunan Yerubaal-Gideon seimbang dengan segala yang baik yang telah dilakukannya kepada orang Israel”.
KJV: ‘Jerubbaal, namely, Gideon’ (= Yerubaal, yaitu, Gideon)
RSV/NIV/NASB: ‘Jerubbaal (that is, Gideon)’ [= Yerubaal (yaitu, Gideon)].
Hak 9:1 - “Adapun Abimelekh bin Yerubaal pergi ke Sikhem kepada saudara-saudara ibunya dan berkata kepada mereka dan kepada seluruh kaum dari pihak keluarga ibunya”.
1Samuel 12:11 - “Sesudah itu TUHAN mengutus Yerubaal, Barak, Yefta dan Samuel, dan melepaskan kamu dari tangan musuh di sekelilingmu, sehingga kamu diam dengan tenteram”.
2Samuel 11:21 - “Siapakah yang menewaskan Abimelekh bin Yerubeset? Bukankah seorang perempuan menimpakan batu kilangan kepadanya dari atas tembok, sehingga ia mati di Tebes? Mengapa kamu demikian dekat ke tembok itu? - maka haruslah engkau berkata: Juga hambamu Uria, orang Het itu, sudah mati.’”.
Tentang kata / nama / sebutan ‘Yerubeset’ ini Bible Works 7 memberi komentar sebagai berikut: “a variant name of Jerubbaal (the other name of Gideon) substituting the word ‘shame’ for the name of the pagan god ‘Baal’” [= suatu nama variasi dari Yerubaal (nama lain dari Gideon) menggantikan kata ‘sesuatu yang memalukan’ untuk nama dari dewa kafir ‘Baal’].
c. Nama Meribaal menjadi Mefiboset.
1Taw 8:34 - “Anak Yonatan ialah Meribaal dan Meribaal memperanakkan Mikha”.
Nama Meribaal muncul dalam 2 bentuk dalam 1Taw 9:40, yaitu Merib-baal dan Meri-baal.
1Taw 9:40 - “Anak Yonatan ialah Meribaal, dan Meribaal memperanakkan Mikha”.
Catatan: dalam bahasa Ibraninya dua kata ini berbeda. Yang pertama seharusnya adalah ‘Meribbaal’, dan yang kedua ‘Meribaal’.
Ada yang menduga bahwa nama orang ini yang semula adalah ‘Meri-baal’, yang artinya adalah ‘hero of Baal’ (= pahlawan dari Baal). Tetapi lalu diganti menjadi ‘Merib-baal’, yang artinya adalah ‘Baal contends’ (= Baal melawan / berjuang) atau ‘contender with Baal’ (= orang yang menghadapi / melawan Baal). Tetapi nama ini lalu diubah lagi menjadi Mefiboset (2Sam 4:4) - ‘The International Standard Bible Encyclopedia’, vol III, hal 324. Arti dari Mefiboset adalah ‘exterminator of shame / idol’ (= pembasmi hal yang memalukan / berhala) - ‘Unger’s Bible Dictionary’, hal 712.
2Sam 4:4 - “Yonatan, anak Saul, mempunyai seorang anak laki-laki, yang cacat kakinya. Ia berumur lima tahun, ketika datang kabar tentang Saul dan Yonatan dari Yizreel. Inang pengasuhnya mengangkat dia pada waktu itu, lalu lari, tetapi karena terburu-buru larinya, anak itu jatuh dan menjadi timpang. Ia bernama Mefiboset”.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang 1Taw 8:34): “And the son of Jonathan was Merib-baal (contender against Baal) ... - popularly changed into Mephihosheth, the destroyer of shame, or, according to Gesenius, exterminator of idols” [= Dan anak laki-laki dari Yonatan adalah Merib-baal (penantang melawan / terhadap Baal) ... - secara populer diubah menjadi Mefiboset, ‘penghancur dari sesuatu yang memalukan’, atau, menurut Gesenius, ‘pembasmi berhala-berhala’].
d. Daud mempunyai anak yang bernama Beelyada, yang belakangan diubah menjadi Elyada.
1Taw 14:3-7 - “(3) Daud mengambil lagi beberapa isteri di Yerusalem, dan ia memperanakkan lagi anak-anak lelaki dan perempuan. (4) Inilah nama anak-anak yang lahir bagi dia di Yerusalem: Syamua, Sobab, Natan, Salomo, (5) Yibhar, Elisua, Elpelet, (6) Nogah, Nefeg, Yafia, (7) Elisama, Beelyada dan Elifelet”.
2Samuel 5:14-16 - “(14) Inilah nama anak-anak yang lahir bagi dia di Yerusalem: Syamua, Sobab, Natan, Salomo, (15) Yibhar, Elisua, Nefeg, Yafia, (16) Elisama, Elyada dan Elifelet”.
‘The International Standard Bible Encyclopedia, vol I: “BEELIADA ... The name of a son of David born in Jerusalem (1Ch. 14:7), but changed to ELIADA in order to remove the element of ‘Baal’ from the name (2Sam. 5:16; 1Ch. 3:8)” [= BEELIADA ... Nama dari seorang anak Daud yang lahir di Yerusalem (1Taw 14:7), tetapi diganti menjadi ELYADA untuk membuang elemen ‘Baal’ dari nama itu (2Sam 5:16; 1Taw 3:8)] - hal 447.
Sekarang, apa perlunya membahas semua ini? Saya membahas semua ini karena sekarang ada ‘aliran’ atau kelompok yang disebut Yahweh-isme, yang selain mengharuskan pengembalian nama Yahweh, juga ingin membuang kata ‘Allah’. Alasan mereka adalah bahwa kata ‘Allah’ itu merupakan nama dari Tuhannya orang Islam, dan bahkan dulunya merupakan nama dewa. Apakah pembuangan kata ‘Baal’, atau perubahannya menjadi ‘boset’ dsb, bisa menjadi argumentasi yang sah untuk membuang penggunaan kata ‘Allah’ bagi orang Kristen? Menurut saya tidak! Mengapa? Karena ‘Allah’ bukan nama, tetapi berarti ‘the God’ (= sang Allah). Kelompok Yahweh-isme memang menyatakan bahwa ‘Allah’ adalah nama pribadi dari Tuhannya orang Islam, dan dulunya juga adalah nama pribadi dari dewa. Tetapi saya tidak mempercayai hal itu (kalau mau melihat penjelasan panjang lebar tentang hal itu baca buku saya tentang Yahweh-isme).
Bahwa kata ini juga digunakan oleh orang Islam, atau oleh penyembah berhala, tak menyebabkan kita tidak boleh menggunakan kata itu lagi, karena ini merupakan kata yang umum. Sama saja dengan kata Ibrani EL / ELOHIM atau kata Yunani THEOS, yang bisa digunakan untuk menunjuk baik kepada Allah yang benar maupun kepada berhala / dewa.
Bdk. Kisah Para Rasul 17:23-24 - “(23) Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. (24) Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia”.
Dalam ayat ini terlihat bahwa Paulus bertemu dengan orang-orang yang menyembah berhala, yang mezbahnya bertuliskan ‘Kepada Allah (THEOS) yang tidak dikenal’. Ia lalu berkata bahwa ‘Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu’. Lalu dalam ay 24nya ia tetap menyebutNya sebagai ‘Allah’ (Yunani: THEOS).
2) Abner menjadikan Isyboset raja Israel.
a) Mengapa Abner menjadikan Isyboset raja?
The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “The key actor in this drama was Abner, Saul’s cousin and the commander of his army (1 Sam 14:50). It was Abner who brought David to Saul after David killed Goliath (17:55-58) and who with Saul pursued David for ten years (26:5ff). Abner was rebuked and humiliated by David when he failed to protect the king (26:13-16) and Abner had no special love for David. The people of Israel honored David above Saul and eventually the nation would learn that David was God’s choice as king of Israel. But David already had a commander, Joab, so when David became king, what would happen to Abner? Most of what Abner did during those seven and a half years wasn’t for the glory of God or the strengthening of Israel, but for his own self-interest” [= Pemeran / aktor kunci dalam drama ini adalah Abner, saudara sepupu Saul dan panglima tentaranya (1Sam 14:50). Abnerlah yang membawa Daud kepada Saul setelah Daud membunuh Goliat (17:55-58) dan yang bersama Saul mengejar-ngejar Daud selama 10 tahun (26:5-dst). Abner ditegur dan dipermalukan / direndahkan oleh Daud pada waktu ia gagal untuk melindungi sang raja (26:13-26) dan Abner tidak mempunyai kasih yang khusus untuk Daud. Bangsa Israel menghormati Daud lebih dari Saul dan akhirnya bangsa itu akan mempelajari / mengetahui bahwa Daud adalah adalah pilihan Allah sebagai raja Israel. Tetapi Daud sudah mempunyai panglima, Yoab, jadi, pada waktu Daud menjadi raja, apa yang akan terjadi dengan Abner? Kebanyakan dari apa yang Abner lakukan selama tujuh setengah tahun itu bukanlah untuk kemuliaan Allah, ataupun untuk penguatan Israel, tetapi bagi kepentingan dirinya sendiri].
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Abner’ was first cousin of Saul, commander of the forces, and held in high respect throughout the country. Loyalty to the house of his late master was mixed up with opposition to David, and views of personal ambition in his originating this factious movement. He, too, was alive to the importance of securing the Eastern tribes; so, taking Ish-bosheth across the Jordan, he proclaimed him king at Mahanaim” (= Abner, pertama-tama adalah saudara sepupu dari Saul, komandan / panglima dari tentara, dan dihormati di seluruh negara. Kesetiaan kepada keluarga dari almarhum tuannya bercampur dengan oposisi / permusuhan terhadap Daud dan pandangan-pandangan tentang ambisi pribadi, dalam dia memulai gerakan perpecahan ini. Ia, juga, hidup untuk kepentingan dari keamanan dari suku-suku di sebelah Timur; jadi, ia membawa Isyboset ke seberang Yordan dan memproklamirkannya menjadi raja di Mahanaim).
Penerapan: ini seperti orang yang fanatik kepada gereja / pendeta tertentu.
Matthew Henry: “Abner was the person who set up Ishbosheth in competition with David, perhaps in his zeal for the lineal succession (since they must have a king like the nations, in this they must be like them, that the crown must descend from father to son), or rather in his affection to his own family and relations (for he was Saul’s uncle), and because he had no other way to secure to himself the post of honour he was in, as captain of the host. See how much mischief the pride and ambition of one man may be the occasion of. Ishbosheth would never have set up himself if Abner had not set him up, and made a tool of him to serve his own purposes” [= Abner adalah orang yang menegakkan Isyboset dalam persaingan dengan Daud, mungkin dalam semangatnya bagi penggantian langsung / bersifat warisan (karena mereka harus mempunyai raja seperti bangsa-bangsa lain, dalam hal ini mereka harus seperti bangsa-bangsa itu, dimana mahkota harus turun dari ayah kepada anak), atau dalam kasihnya kepada keluarga dan sanaknya sendiri (karena ia adalah paman dari Saul), dan karena ia tidak mempunyai jalan lain untuk mengamankan bagi dirinya sendiri jabatan / kedudukan kehormatan yang dimilikinya, sebagai kapten / komandan dari pasukan. Lihatlah betapa banyak kejahatan yang disebabkan oleh kesombongan dan ambisi dari satu orang. Isyboset tidak akan pernah menegakkan dirinya sendiri seandainya Abner tidak menegakkannya, dan membuatnya sebagai alatnya untuk melayani tujuan-tujuannya sendiri].
Catatan: kata-kata Matthew Henry yang saya beri garis bawah tunggal itu salah; Abner bukan paman dari Saul, tetapi anak dari pamannya Saul. Jadi, Abner adalah saudara sepupu dari Saul.
1Sam 14:50-51 - “(50) Isteri Saul bernama Ahinoam, anak Ahimaas. Panglima tentaranya bernama Abner, anak Ner, paman Saul. (51) Kish, ayah Saul, dan Ner, ayah Abner, adalah anak-anak Abiel”.
b) Tindakan Abner jelas bertentangan dengan kehendak Allah.
The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “Ish-Bosheth may have been crowned by the general, but he was never anointed by the Lord” (= Isyboset bisa telah dimahkotai oleh sang jendral, tetapi ia tidak pernah diurapi oleh Tuhan).
Bandingkan dengan Pdt. Alex yang ‘diangkat jadi rasul’! Juga banyak pendeta yang mengangkat anaknya / istrinya jadi pendeta, tetapi Tuhan tidak pernah mengangkat mereka ke posisi / kedudukan itu.
Matthew Henry: “A rivalship between two kings - David, whom God made king, and Ishbosheth, whom Abner made king. One would have thought, when Saul was slain, and all his sons that had sense and spirit enough to take the field with him, David would come to the throne without any opposition, since all Israel knew, not only how he had signalized himself, but how manifestly God had designated him to it; but such a spirit of contradiction is there, in the devices of men, to the counsels of God, that such a weak and silly thing as Ishbosheth, who was not thought fit to go with his father to the battle, shall yet be thought fit to succeed him in the government, rather than David shall come peaceably to it. Herein David’s kingdom was typical of the Messiah’s, against which the heathens rage and the rulers take counsel, Ps 2:1,2” (= Suatu persaingan di antara dua raja - Daud, yang Allah buat menjadi raja, dan Isyboset, yang Abner buat menjadi raja. Orang akan berpikir, pada waktu Saul dibunuh, dan juga semua anak laki-lakinya yang mempunyai pengertian / kegunaan dan semangat yang cukup untuk bertempur dengannya, Daud akan naik takhta tanpa oposisi, karena seluruh Israel tahu, bukan hanya bagaimana ia menunjukkan dirinya sendiri, tetapi bagaimana Allah dengan jelas telah merencanakan dia untuk hal itu; tetapi ada suatu semangat kontradiksi sedemikian rupa di sini, dalam rencana manusia, terhadap rencana Allah, sehingga suatu hal / benda tolol seperti Isyboset, yang dianggap tidak cocok untuk pergi bersama ayahnya ke pertempuran, dianggap cocok untuk menggantikan dia dalam pemerintahan, dari pada Daud akan datang dengan damai pada pemerintahan itu. Dalam hal ini kerajaan Daud merupakan type dari kerajaan Mesias, terhadap mana orang-orang kafir marah dan raja-raja berunding / bermufakat, Maz 2:1-2).
Mazmur 2:1-2 - “(1) Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? (2) Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapiNya”.
c) Sikap Israel terhadap tindakan Abner.
Matthew Henry: “Mahanaim, the place where he first made his claim, was on the other side Jordan, where it was thought David had the least interest, and being at a distance from his forces they might have time to strengthen themselves. But having set up his standard there, the unthinking people of all the tribes of Israel (that is, the generality of them) submitted to him (v. 9), and Judah only was entirely for David. This was a further trial of the faith of David in the promise of God, and of his patience, whether he could wait God’s time for the performance of that promise” [= Mahanaim, tempat dimana ia mula-mula membuat claimnya, ada di sisi satunya dari sungai Yordan, dimana dianggap Daud mempunyai kepentingan terkecil, dan karena ada pada jarak yang jauh dari kekuatan / pasukan Daud mereka bisa mempunyai waktu untuk memperkuat diri mereka sendiri. Tetapi setelah menegakkan standardnya di sana, orang-orang yang tidak berpikir dari semua suku-suku Israel (yaitu, mereka pada umumnya) tunduk kepadanya (ay 9), dan hanya Yehuda yang sepenuhnya untuk Daud. Ini merupakan suatu pencobaan lebih jauh bagi iman Daud kepada janji Allah, dan bagi kesabarannya, apakah ia bisa menunggu waktu Allah untuk pelaksanaan janji itu].
Penerapan: kalau ada perpecahan gereja, banyak orang-orang tidak berpikir seperti ini!
d) Sikap Daud terhadap tindakan Abner.
Keil & Delitzsch: “The promotion of Ishbosheth as king was not only a continuation of the hostility of Saul towards David, but also an open act of rebellion against Jehovah, who had rejected Saul and chosen David prince over Israel, and who had given such distinct proofs of this election in the eyes of the whole nations, that even Saul had been convinced of the appointment of David to be his successor upon the throne. But David attested his unqualified submission to the guidance of God, in contrast with this rebellion against His clearly revealed will, not only by not returning to Judah till he had received permission from the Lord, but also by the fact that after the tribe of Judah had acknowledged him as king, he did not go to war with Ishbosheth, but contented himself with resisting the attack made upon him by the supporters of the house of Saul, because he was fully confident that the Lord would secure to him in due time the whole of the kingdom of Israel” [= Promosi Isyboset sebagai raja bukan hanya merupakan suatu lanjutan dari permusuhan dari Saul terhadap Daud, tetapi juga suatu tindakan pemberontakan terbuka terhadap Yehovah, yang telah menolak Saul dan memilih Daud sebagai raja atas Israel, dan yang telah memberikan bukti-bukti yang jelas tentang pemilihan ini di depan mata dari seluruh bangsa, sehingga bahkan Saul telah diyakinkan tentang penetapan Daud menjadi penggantinya di atas takhta (1Sam 24:21). Tetapi Daud memperlihatkan ketundukannya yang tak bersyarat kepada pimpinan dari Allah, dalam kontras dengan pemberontakan terhadap kehendakNya yang dinyatakan dengan jelas ini, bukan hanya dengan tidak kembali ke Yehuda sampai ia telah menerima ijin dari Tuhan, tetapi juga oleh fakta bahwa setelah suku Yehuda mengakuinya sebagai raja, ia tidak pergi berperang dengan Isyboset, tetapi puas dengan menahan serangan yang dibuat terhadapnya oleh pendukung-pendukung dari keluarga Saul, karena ia yakin sepenuhnya bahwa Tuhan akan memastikan baginya, pada waktuNya, seluruh kerajaan Israel].
e) Penerapan cerita ini untuk jaman sekarang.
The Bible Exposition Commentary: Old Testament: “There’s a modern touch to this scenario, for our political and religious worlds are populated by these same three kinds of people. We have weak people like Ish-Bosheth, who get where they are because they have ‘connections.’ We have strong, selfish people like Abner, who know how to manipulate others for their own personal profit. We also have people of God like David who are called, anointed, and equipped but must wait for God’s time before they can serve. During more than fifty years of ministry, I have seen churches and other ministries bypass God’s chosen men and women and put unqualified people into places of leadership just because they were well-known or had ‘connections.’” (= Ada suatu persamaan modern dengan skenario ini, karena dunia politik dan agama kita dihuni oleh tiga jenis manusia yang sama. Kita mempunyai orang-orang lemah seperti Isyboset, yang sampai di tempatnya / mencapai tempatnya karena mereka mempunyai ‘koneksi-koneksi’. Kita mempunyai orang-orang kuat dan egois seperti Abner, yang tahu bagaimana caranya memanipulasi orang-orang lain untuk keuntungan dirinya sendiri. Kita juga mempunyai orang-orang dari Allah seperti Daud, yang dipanggil, diurapi, dan diperlengkapi, tetapi harus menunggu waktu Allah sebelum mereka bisa melayani. Selama lebih dari 50 tahun pelayanan, saya telah melihat gereja-gereja dan pelayanan-pelayanan yang lain menghindari orang-orang laki-laki dan perempuan pilihan Allah, dan menempatkan orang-orang yang tidak memenuhi syarat ke dalam tempat-tempat kepemimpinan, hanya karena mereka terkenal atau mempunyai ‘koneksi-koneksi’.).
Catatan: ini berlaku dalam negara / politik, dalam pekerjaan / bisnis, dan juga dalam gereja / pelayanan!
3) Ketidak-sesuaian masa pemerintahan Daud dan Isyboset.
2 Samuel 2: 10-11: “(10) Isyboset bin Saul berumur empat puluh tahun pada waktu ia menjadi raja atas Israel dan ia memerintah dua tahun lamanya. Hanyalah kaum Yehuda yang mengikuti Daud. (11) Dan lamanya Daud memerintah di Hebron atas kaum Yehuda adalah tujuh tahun dan enam bulan”.
Bagaimana caranya mengharmoniskan dua hal yang kelihatannya kontradiksi ini? Ada bermacam-macam cara yang diberikan oleh para penafsir.
a) Sementara Daud memerintah atas Yehuda, Abner membutuhkan waktu 5 ½ tahun untuk membujuk seluruh Israel (kecuali Yehuda) untuk mengakui Isyboset sebagai raja. Jadi, Isyboset betul-betul memerintah sebagai raja atas Israel, kecuali Yehuda, hanya selama 2 tahun.
b) Ada waktu 5 ½ tahun sebelum, atau sesudah, atau gabungan dari waktu sebelum dan sesudah, Isyboset menjadi raja selama 2 tahun, dimana keluarga Saul secara umum memerintah atas Israel (kecuali Yehuda).
c) Isyboset memerintah hanya 2 tahun, dan setelah itu Abner yang dalam faktanya memerintah selama 5 ½ tahun, sedangkan Isyboset hanya menjadi raja dalam teori (Clarke).
d) 2 Samuel 2: 10 diartikan: ketika Isyboset telah memerintah 2 tahun, ia berusia 40 tahun (Clarke). Menurut saya, ini aneh dan tak masuk akal.
e) Ada juga penafsir yang meragukan baik bilangan 40 sebagai umur Isyboset, maupun bilangan 2 sebagai masa pemerintahannya (Albert Barnes).
Barnes mempersoalkan usia 40 dari Isyboset waktu naik takhta. Ia mengatakan, kalaupun Isyboset baru betul-betul memerintah atas seluruh Israel 5 ½ tahun setelah kematian Saul, adalah mengejutkan bahwa anak yang lebih muda dari Saul ini sudah berusia 35 tahun pada waktu Saul mati, yang berarti bahwa ia dilahirkan 3 tahun sebelum Saul naik takhta, dan 5 tahun lebih tua dari Daud. Juga Mefiboset, anak Yonatan, yang berusia 5 tahun pada saat ayahnya mati, rasanya membimbing kita untuk mengharapkan usia yang lebih muda untuk pamannya (Isyboset).
Lalu Barnes juga mempersoalkan bilangan 2 tahun untuk masa pemerintahan Isyboset. Karena Daud memerintah 7 ½ tahun di Hebron atas Yehuda saja, maka jika bilangan 2 itu benar, ada dua kemungkinan. Atau ada waktu 5 ½ tahun berlalu antara kematian Isyboset dan pengurapan Daud menjadi raja atas seluruh Israel, atau ada waktu 5 ½ tahun antara kematian Saul dan permulaan pemerintahan Isyboset. Kemungkinan kedua lebih memungkinkan, dan mempunyai keuntungan karena mengurangi usia Isyboset 5 ½ tahun. Tetapi cerita dalam 2Sam 3-4, tentang adanya perang yang berlarut-larut, tentang kelahiran 6 anak laki-laki bagi Daud, dan tentang persekongkolan Abner dan kematiannya, kelihatannya menunjukkan waktu yang lebih lama dari 2 tahun.
Jadi, menurut Barnes, ada kemungkinan kedua bilangan ini salah dan harus dikoreksi.
3) Perang saudara.
2 Samuel 2:12-3:1 - “(12) Lalu Abner bin Ner dengan anak buah Isyboset bin Saul bergerak maju dari Mahanaim ke Gibeon. (13) Juga Yoab, anak Zeruya, dan anak buah Daud bergerak maju. Mereka saling bertemu di telaga Gibeon, lalu tinggal di sana, pihak yang satu di tepi telaga sebelah sini, dan pihak yang lain di tepi telaga sebelah sana. (14) Berkatalah Abner kepada Yoab: ‘Biarlah orang-orang muda tampil dan mengadakan pertandingan di depan kita.’ Jawab Yoab: ‘Baik.’ (15) Lalu tampillah mereka dan berjalan lewat dengan dihitung: dua belas orang dari suku Benyamin, dari Isyboset, anak Saul, dan dua belas orang dari anak buah Daud. (16) Kemudian mereka masing-masing menangkap kepala lawannya, dan menikamkan pedangnya ke lambung lawannya, sehingga rebahlah mereka bersama-sama. Sebab itu tempat itu disebutkan orang Helkat-Hazurim; letaknya dekat Gibeon. (17) Pada hari itu pertempuran sangat hebat, dan Abner serta orang-orang Israel terpukul kalah oleh anak buah Daud. (18) Ketiga anak laki-laki Zeruya, yakni Yoab, Abisai dan Asael ada di sana; Asael cepat larinya seperti kijang di padang. (19) Asael mengejar Abner dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dalam membuntutinya. (20) Lalu Abner berpaling ke belakang dan bertanya: ‘Engkaukah itu Asael?’ Jawabnya: ‘Ya, aku.’ (21) Kemudian berkatalah Abner kepadanya: ‘Menyimpanglah ke kiri atau ke kanan, tangkaplah salah seorang dari orang-orang muda itu dan ambillah senjatanya.’ Tetapi Asael tidak mau berhenti membuntuti Abner. (22) Berkatalah sekali lagi Abner kepada Asael: ‘Berhentilah membuntuti aku. Apa aku harus memukul engkau sampai jatuh? Bagaimana aku dapat memandang muka Yoab, abangmu itu?’ (23) Tetapi Asael menolak berhenti. Lalu Abner menusuk ke belakang ke perut Asael dengan tombaknya, sehingga tombak itu menembus belakangnya; dan rebahlah ia di sana dan mati di tempat itu juga. Semua orang yang datang ke tempat Asael rebah dan mati itu, berhenti di sana. (24) Tetapi Yoab dan Abisai mengejar Abner. Ketika matahari masuk dan mereka sampai ke dekat bukit Ama, yang ada di sebelah timur Giah, ke arah padang gurun Gibeon, (25) berhimpunlah bani Benyamin di belakang Abner menjadi satu gabungan dan bersiap-siap di puncak sebuah bukit. (26) Berserulah Abner kepada Yoab: ‘Haruskah pedang makan terus-menerus? Tidak tahukah engkau, bahwa kepahitan datang pada akhirnya? Berapa lama lagi engkau tidak mau mengatakan kepada rakyat itu, supaya mereka berhenti memburu saudara-saudaranya?’ (27) Jawab Yoab: ‘Demi Allah yang hidup, sekiranya engkau berbicara tadi, maka tentulah sudah dari tadi pagi rakyat menarik diri dari memburu saudara-saudaranya.’ (28) Lalu Yoab meniup sangkakala dan seluruh rakyat berhenti; mereka tidak lagi mengejar orang Israel dan tidak berperang lagi. (29) Semalam-malaman Abner dan orang-orangnya berjalan melalui Araba-Yordan, menyeberangi sungai Yordan, berjalan terus hampir sepanjang siang, lalu sampai ke Mahanaim. (30) Ketika Yoab berhenti memburu Abner dan menghimpunkan seluruh rakyat, ternyata sembilan belas orang dari anak buah Daud hilang termasuk Asael. (31) Tetapi anak buah Daud menewaskan dari suku Benyamin, dari orang-orang Abner, tiga ratus enam puluh orang. (32) Mereka mengangkat mayat Asael dan menguburkannya di dalam kubur ayahnya yang di Betlehem. Kemudian berjalanlah Yoab dan orang-orangnya semalam-malaman itu dan sampai ke Hebron, ketika hari sudah terang. (3:1) Peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud berlarut-larut; Daud kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian lemah”.
a) Bukan pihak Daud yang memulai peperangan!
1. Panglima Daud bernama Yoab, yang adalah anak Zeruya, saudara perempuan Daud.
Jamieson, Fausset & Brown: “Joab the son of Zeruiah. She was one of David’s sisters (1 Chron 2:16)” [= Yoab anak Zeruya. Ia adalah satu dari saudari-saudari Daud (1Taw 2:16)].
1Tawarikh 2:15-16 - “(15) Ozem, anak yang keenam, dan Daud, anak yang ketujuh; (16) saudara-saudara perempuan mereka ialah Zeruya dan Abigail. Anak-anak Zeruya ialah Abisai, Yoab dan Asael, tiga orang”.
2. Abner yang maju lebih dulu, jadi bukan Daud yang memulai peperangan.
Pulpit Commentary: “The war was of Abner’s choosing, and shows him to us in the character of an able but ambitious and restless man” (= Perang itu adalah pemilihan Abner, dan menunjukkan dia kepada kita sebagai orang yang mempunyai kemampuan tetapi ambisius dan tidak bisa diam / selalu aktif).
Catatan: orang yang ambisius salah, tetapi orang yang ‘easy going’ / santai dan tak punya semangat untuk maju, adalah extrim sebaliknya.
Berbeda dengan pandangan orang-orang seperti Saksi-Saksi Yehuwa yang menganggap perang itu mutlak salah, saya / kristen berpendapat bahwa perang belum tentu merupakan hal yang salah. John Stott mengatakan bahwa sekalipun sekarang tidak ada lagi ‘holy war’ (= perang kudus), tetapi tetap ada apa yang ia sebut ‘just war’ (= perang yang adil / benar).
b) Permainan atau pertandingan / perkelahian?
2 Samuel 2:14 - “Berkatalah Abner kepada Yoab: ‘Biarlah orang-orang muda tampil dan mengadakan pertandingan di depan kita.’ Jawab Yoab: ‘Baik.’”.
KJV/RSV: ‘play’ (= permainan).
NIV: ‘fight hand to hand’ (= perkelahian tangan dengan tangan).
NASB: ‘a contest’ (= suatu kontes / pertandingan).
Kalau menurut Bible Works 7 maka terjemahan yang benar adalah terjemahan KJV/RSV.
Jamieson, Fausset & Brown: “Abner said to Joab, Let the young men now arise, and play before us. Some think that the proposal was only for an exhibition of a little tilting match, a skirmishing or mock fight, for diversion. (The Septuagint takes this view, because it has rendered the original word by PAIXATOOSAN, let them sport.) Accordingly others suppose that both parties being reluctant to commence a civil war, Abner proposed to leave the contest to the decision of twelve picked men on either side. This fight by championship, instead of terminating the matter, inflamed the fiercest passions of the two rival parties” [= Abner berkata kepada Yoab, Sekarang biarlah orang-orang muda itu bangkit, dan ‘bermain’ di depan kita. Sebagian orang menganggap bahwa usul itu hanyalah untuk suatu pertunjukan dari suatu pertandingan lembing kecil, suatu perkelahian yang merupakan olok-olok, untuk hiburan / peralihan (Septuaginta mengambil pandangan ini, karena ia menterjemahkan kata orisinilnya dengan PAIXATOOSAN ‘biarlah mereka bermain / berolok-olok’). Sesuai dengan itu orang-orang lain menganggap bahwa karena kedua pihak segan untuk memulai perang saudara, Abner mengusulkan untuk menyerahkan pertempuran pada keputusan dari 12 orang yang diambil dari masing-masing pihak. Perkelahian oleh para jago ini, bukannya menghentikan persoalan, tetapi bahkan menyalakan nafsu yang paling sengit / ganas dari kedua pihak yang bersaing].
Pulpit Commentary: “It is by no means certain that Abner meant that this single combat should decide the war; for similar preludes before a battle are not uncommon among the Arabians, and serve, as this did, to put an end to the mutual unwillingness to begin the onslaught. ... And this was probably Abner’s object. He was the assailant, but now found that his men shrank from mortal combat with their brethren. ... ‘Let them play.’ The word is grim enough, though intended to gloss over the cruel reality. On each side twelve of the most skilful champions were to be selected, who were to fight in stern earnest with one another, while the rest gazed upon the fierce spectacle. The sight of the conflict would whet their appetite for blood, and their reluctance would give place to thirst for revenge. The request was too thoroughly in accordance with Joab’s temper for him to refuse, and his immediate answer was, ‘Let them arise.’” (= Sama sekali tidak pasti bahwa Abner memaksudkan bahwa perkelahian ini menentukan peperangan; karena pendahuluan yang serupa sebelum suatu pertempuran bukanlah sesuatu yang tidak umum di antara orang-orang Arab, dan bermanfaat, seperti yang terjadi di sini, untuk mengakhiri ketidak-mauan pada masing-masing pihak untuk memulai serangan. ... Dan ini mungkin merupakan tujuan Abner. Ia adalah penyerang, tetapi sekarang ia mendapati bahwa orang-orangnya segan untuk melakukan pertempuran besar dengan saudara-saudara mereka. ... ‘Biarlah mereka bermain’. Kata ini cukup seram, sekalipun dimaksudkan untuk menghaluskan kenyataan yang kejam. Pada masing-masing pihak 12 dari jago-jago yang paling ahli dipilih, yang harus berkelahi dengan kesungguhan yang keras satu dengan yang lain, sementara yang lain menonton pertunjukan yang ganas itu. Penglihatan tentang perkelahian itu akan merangsang nafsu mereka terhadap darah, dan keengganan mereka akan digantikan oleh kehausan akan balas dendam. Permintaan ini juga sepenuhnya terlalu sesuai dengan temperamen dari Yoab untuk menolaknya, dan jawabannya langsung adalah ‘Biarlah mereka bangkit’.).
Pulpit Commentary: “what an action! Twenty-four experienced men each take the other by the head, and, without any attempt at self-defence, thrust their swords into their opponents’ side, and leave their own sides exposed to a similar thrust. Were they, then, unskilful in the use of weapons? Impossible. Were they blinded by hatred of one another? But no rancour would make a man forget his skill in defence. Here there is no variety, no checkered fortune of the combatants, but all twenty-four do and suffer just the same; and it is remarkable that they had swords only, and no shields. With shields on their arms, they could not have seized one another by the hair. It seems certain, therefore, that this mutual butchery was the ‘play;’ nor can we conceive of a more murderous and savage proceeding. Abner, at the head of his fierce Benjamites, thought, perhaps, that Joab had no men among his followers willing to throw life away in so senseless a manner. But Joab was as ready as Abner, and possibly some code of false honour, such as used to make men practise duelling, required the acceptance of the challenge. And so, with their appetite for blood whetted by the sight of twenty-four murders, they hastened to begin the fight” (= betul-betul suatu tindakan yang luar biasa! 24 orang-orang yang berpengalaman masing-masing memegang yang lain pada kepalanya, dan tanpa usaha pertahanan apapun, menusukkan pedang mereka ke rusuk lawan, dan membiarkan rusuk mereka sendiri terbuka terhadap tusukan yang serupa. Kalau demikian, apakah mereka tidak ahli dalam penggunaan senjata? Tidak mungkin. Apakah mereka dibutakan oleh kebencian satu sama lain? Tetapi tidak ada kebencian yang akan membuat seseorang melupakan keahliannya dalam bertahan. Di sini tidak ada variasi, tidak ada nasib yang berbeda-beda dari petarung-petarung itu, tetapi semua 24 dari orang itu melakukan dan mendapat hal yang sama; dan merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa mereka hanya mempunyai pedang, tetapi tidak mempunyai perisai. Dengan perisai pada lengan mereka, mereka tidak bisa menangkap satu sama lain pada rambut. Karena itu, kelihatannya pasti, bahwa tindakan saling menjagal ini adalah ‘permainan’; dan kita tidak bisa memahami suatu pemulaian yang lebih bersifat pembunuhan dan buas / ganas / biadab. Abner, yang merupakan pimpinan dari orang-orang Benyamin yang ganas, mungkin mengira bahwa Yoab tidak mempunyai orang-orang di antara para pengikutnya yang rela membuang nyawanya dalam cara yang begitu tolol / tak berperi-kemanusiaan. Tetapi Yoab sama siapnya seperti Abner, dan mungkin ada undang-undang tentang kehormatan yang palsu, seperti yang digunakan untuk membuat orang-orang mempraktekkan suatu duel, menuntut penerimaan dari tantangan itu. Dan demikianlah, dengan nafsu mereka terhadap darah dirangsang oleh penglihatan dari 24 pembunuhan, mereka bergegas untuk memulai pertempuran).
Apa yang mengherankan adalah: mengapa Daud membiarkan hal itu? Ia sebagai raja yang nggenah, mempunyai panglima yang brengsek, dan membiarkan apa yang dilakukan oleh panglimanya, padahal itu mengorbankan 12 orang secara sia-sia! Mungkinkah ia ‘sungkan’ terhadap panglimanya sendiri sehingga tidak mau menegurnya? Ini memungkinkan kalau kita melihat pada 2Sam 3:22-dst dimana setelah Yoab melakukan pembunuhan terhadap Abner, sekalipun Daud mengutuk tindakan itu, tetapi ia sama sekali tidak menegur atau mengambil tindakan terhadap Yoab. Ini adalah sikap sungkan yang tidak pada tempatnya. Ini adalah sikap sungkan yang mengatasi kebenaran, dan jelas merupakan suatu dosa! Mungkin sekali sikap sungkanan termasuk kebiasaan orang Timur, tetapi kita tidak boleh mempertahankan kebiasaan dari manapun, kalau itu memang bertentangan dengan Firman Tuhan.
Penerapan: seorang pimpinan, baik dalam perusahaan, pemerintahan, maupun gereja, harus memperhatikan apakah terjadi hal-hal yang salah yang dilakukan oleh bawahannya. Dan kalau memang terjadi hal-hal seperti itu, ia tidak boleh membiarkannya, tetapi harus menindaknya!
Cerita: saya marah dalam acara firman di STRIS karena ada pendeta terima hand phone.
c) Perang dimulai dan pasukan Abner terpukul kalah (2 Samuel 2: 17).
Jelas bahwa Tuhan beserta dengan pasukan Daud, dan karena itu mereka menang. Tetapi ingat bahwa hal seperti itu tidak selalu langsung terjadi. Kadang-kadang, sekalipun disertai Tuhan, tetapi kita mula-mula kalah, baru belakangan kita menang! Bdk. Hak 19-20. Karena itu, kalau kita yakin bahwa kita melakukan kebenaran, dan ‘berperang’ sesuai kehendak Tuhan, tetapi kelihatannya kita kalah / gagal, kita tidak boleh berputus asa, tetapi harus berjuang terus. Pada akhirnya kita pasti menang! Bandingkan dengan pelayanan dari Yesaya, atau bahkan Yesus sendiri, yang kelihatannya gagal / kecil hasilnya!
d) Kematian Asael (2 Samuel 2: 18-23).
1. Asael termasuk salah satu dari 30 pahlawan.
2Sam 23:22-24 - “(22) Itulah yang diperbuat Benaya bin Yoyada; ia mendapat nama di antara ketiga puluh pahlawan itu. (23) Di antara ketiga puluh orang itu ia paling dihormati, tetapi ia tidak dapat menyamai triwira. Dan Daud mengangkat dia mengepalai pengawalnya. (24) Asael, saudara Yoab, ada di antara ketiga puluh orang itu; selanjutnya Elhanan bin Dodo, dari Betlehem”.
2. Kematian dan penguburan Asael.
Asael nekad dan cepat larinya, tetapi kemampuan berkelahinya kalau dibandingkan dengan Abner, sehingga ia justru mati dibunuh Abner dalam perkelahian itu.
a. Mungkin Asael mempunyai motivasi yang salah dalam mengejar Abner.
Pulpit Commentary: “Actuated by an unwise ambition. ‘And Asahel pursued after Abner,’ etc. (ver. 19). He sought to take him prisoner or put him to death, and so end the conflict; and doubtless, also, to display his own superior speed and strength, and obtain the glory of the achievement. He was on the right side, and, considering the circumstances of the case, there was something laudable in his attempt. But it is possible, even in connection with the kingdom of God, to entertain an improper desire of worldly honour and power (Matt 20:20-23). Those who do so generally set an inordinate value upon the object at which they aim, exhibit an undue confidence in their own abilities, depreciate the difficulties of its attainment, and expose themselves to great risk and peril” [= Digerakkan oleh ambisi yang tidak bijaksana. ‘Dan Asael mengejar Abner’, dsb. (ay 19). Ia berusaha untuk menangkap dia atau membunuhnya, dan dengan demikian mengakhiri pertempuran itu; dan juga tak diragukan, untuk menunjukkan kelebihannya dalam kecepatan dan kekuatan, dan untuk mendapatkan kemuliaan dari pencapaian. Ia ada di pihak yang benar, dan mempertimbangkan keadaan dari kasus itu, ada sesuatu yang patut dipuji dalam usahanya. Tetapi adalah mungkin, bahkan berhubungan dengan kerajaan Allah, untuk mempunyai suatu keinginan yang tidak benar tentang kehormatan dan kekuasaan duniawi (Matius 20:20-23). Mereka yang melakukan hal itu biasanya menetapkan suatu nilai yang berlebihan pada tujuan yang mereka tuju, menunjukkan suatu keyakinan yang tidak pantas dalam kemampuan-kemampuan mereka sendiri, meremehkan kesukaran-kesukaran tentang pencapaian hal itu, dan membuka diri mereka sendiri terhadap resiko dan bahaya yang besar].
Matius 20:20-23 - “(20) Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya. (21) Kata Yesus: ‘Apa yang kaukehendaki?’ Jawabnya: ‘Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu.’ (22) Tetapi Yesus menjawab, kataNya: ‘Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Kami dapat.’ (23) Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya.’”.
b. Abner membunuh Asael dengan bagian belakang tombaknya.
Jamieson, Fausset & Brown: “Asahel pursued after Abner. To gain the general’s armour was deemed the grandest trophy. Asahel, ambitious of securing Abner’s, had outstripped all other pursuers, and was fast making on the retreating commander, who, conscious of possessing more physical power, and unwilling that there should be ‘blood’ between himself and Joab, Asahel’s brother, twice urged him to desist. The impetuous young soldier being deaf to the generous remonstrance, the veteran raised the pointed butt of his lance, as the modern Arabs do when pursued, and with a sudden back-thrust transfixed him on the spot, so that he fell, and lay weltering in his blood” (= Asael mengejar Abner. Mendapatkan senjata dari sang jendral dianggap sebagai piala yang paling hebat. Asael, berambisi untuk mendapatkan senjata Abner, telah melampaui semua pengejar yang lain, dan dengan cepat mengejar / menyusul sang komandan yang mundur, yang menyadari bahwa ia memiliki kekuatan fisik yang lebih besar, dan tidak mau bahwa di sana ada ‘darah’ di antara ia sendiri dan Yoab, saudara dari Asael, dua kali mendesaknya untuk berhenti. Karena tentara muda yang sembrono itu tuli terhadap protes / keluhan yang murah hati, orang veteran / yang berpengalaman itu menusukkan pangkal lembingnya yang tajam, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Arab modern pada waktu dikejar, dan dengan suatu tusukan ke belakang yang mendadak menombak di tempat, sehingga ia jatuh, dan tergeletak bermandikan darahnya).
Catatan: dalam ay 23 sebetulnya memang dikatakan bahwa Abner ‘menusuk’ Asael dengan gagang / bagian belakang tombaknya! Hal ini tidak terlihat dalam Kitab Suci Indonesia, tetapi terlihat dalam Kitab Suci bahasa Inggris.
2 Samuel 2: 23: “Tetapi Asael menolak berhenti. Lalu Abner menusuk ke belakang ke perut Asael dengan tombaknya, sehingga tombak itu menembus belakangnya; dan rebahlah ia di sana dan mati di tempat itu juga. Semua orang yang datang ke tempat Asael rebah dan mati itu, berhenti di sana”.
KJV: ‘Abner with the hinder end of the spear smote him’ (= Abner, dengan ujung belakang tombak, memukul dia).
RSV: ‘Abner smote him ... with the butt of his spear’ (= Abner memukul dia ... dengan ujung / pantat dari tombaknya).
NIV: ‘Abner thrust the butt of his spear’ (= Abner menusukkan ujung / pantat dari tombaknya).
NASB: ‘Abner struck him ... with the butt end of the spear’ (= Abner menyerang / memukul dia ... dengan ujung / pantat dari tombak).
Barnes’ Notes: “‘With the hinder end ...’ i.e. the wooden end, which was more or less pointed to enable the owner to stick it in the ground (1 Sam 26:7)” [= ‘Dengan bagian belakang ...’ yaitu ujung yang dari kayu, yang kurang lebih ditajamkan untuk memampukan pemiliknya untuk menancapkannya di tanah (1Sam 26:7)].
1Samuel 26:7 - “Datanglah Daud dengan Abisai kepada rakyat itu pada waktu malam, dan tampaklah di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, dengan tombaknya terpancung di tanah pada sebelah kepalanya, sedang Abner dan rakyat itu berbaring sekelilingnya”.
c. Ini merupakan kematian yang tak terduga.
Matthew Henry: “See here, 1. How death often comes upon us by ways that we least suspect. Who would fear the hand of a flying enemy or the butt-end of a spear? yet from these Asahel receives his death’s wound. 2. How we are often betrayed by the accomplishments we are proud of. Asahel’s swiftness, which he presumed so much upon, did him no kindness, but forwarded his fate, and with it he ran upon his death, instead of running from it” (= Lihatlah di sini, 1. Bagaimana kematian sering datang kepada kita dengan cara-cara yang paling tidak kita sangka. Siapa yang akan takut pada tangan dari seorang musuh yang sedang lari atau pada bagian belakang dari sebuah tombak? tetapi dari hal-hal ini Asael menerima luka yang mematikan. 2. Bagaimana kita sering dikhianati / ditipu oleh pencapaian-pencapaian yang kita banggakan. Kecepatan Asael, yang begitu ia andalkan, tidak melakukan / memberikan kebaikan kepadanya, tetapi menyampaikan nasibnya, dan dengan kecepatannya ia lari menuju kematiannya, dan bukannya lari darinya).
d. Penguburan Asael.
Ay 32a: “Mereka mengangkat mayat Asael dan menguburkannya di dalam kubur ayahnya yang di Betlehem”.
Matthew Henry: “Asahel’s funeral is here mentioned; the rest they buried in the field of battle, but he was carried to Bethlehem, and buried in the sepulchre of his father, v. 32. Thus are distinctions made between the dust of some and that of others; but in the resurrection no other difference will be made but that between godly and ungodly, which will remain for ever” (= Penguburan Asael disebutkan di sini; sisanya mereka kuburkan di medan pertempuran, tetapi ia dibawa ke Betlehem, dan dikuburkan dalam kuburan ayahnya, ay 32. Jadi ada perbedaan yang dibuat antara abu dari beberapa orang dan abu dari orang-orang lain; tetapi dalam kebangkitan tidak akan dibuat perbedaan, kecuali antara orang saleh dan orang jahat, yang akan tetap selama-lamanya).
3. Penerapan untuk kita.
Dalam pelayanan, biarpun kita memang harus bersemangat, tetapi kita juga harus tahu diri dalam mengetahui dan membedakan tentang apa yang bisa kita lakukan, dan apa yang tidak bisa kita lakukan.
Roma 12:3-8 - “(3) Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. (4) Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, (5) demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. (6) Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. (7) Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; (8) jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita”.
Banyak sekali orang yang mau berkhotbah / mengajar tetapi sama sekali tidak mempunyai karunia dalam hal itu. Ini lebih membuat kekacauan dalam gereja dari pada membangun jemaat! Demikian juga ada orang-orang Kristen yang berani melakukan debat terbuka / di depan umum menghadapi orang sesat atau orang yang beragama lain, tetapi tidak mempunyai karunia berdebat ataupun pengetahuan yang memadai. Ini malah membuat malu kekristenan pada saat mereka dikalahkan dalam debat itu!
Pulpit Commentary: “Judgment in the use of small gifts will often achieve better results than can be secured by an indiscreet use of greater gifts. ... No conviction of being on the side of God is a justification for rashness” (= Penilaian dalam penggunaan dari karunia-karunia yang kecil akan sering mencapai hasil-hasil yang lebih baik dari pada yang bisa didapatkan oleh suatu penggunaan yang tidak bijaksana dari karunia-karunia yang lebih besar. ... Keyakinan bahwa kita ada di pihak Allah bukanlah suatu pembenaran untuk kesembronoan).
Tetapi bagaimana dengan ayat di bawah ini?
Bdk. 1Timotius 3:1 - “Benarlah perkataan ini: ‘Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.’”.
Ingat bahwa ayat ini dilanjutkan dengan syarat-syarat penatua / penilik jemaat (1Tim 3:2-7)! Dan di antara syarat-syarat itu ada syarat ‘cakap mengajar orang’ (1Timotius 3:2). Karena itu saya tidak percaya bahwa hamba Tuhan yang tidak bisa berkhotbah maupun mengajar, betul-betul dipanggil Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan. Bahwa dia menjadi hamba Tuhan menurut saya merupakan suatu kecerobohan yang mirip dengan yang dilakukan oleh Asael di sini.
4. Mengapa berbeda dengan Daud pada waktu melawan Goliat?
Bagaimana kalau dibandingkan dengan Daud pada waktu melawan Goliat? Bukankah Daud juga sebetulnya tidak sebanding dengan lawannya? Tetapi Daud menang karena Tuhan menolongnya. Mengapa Tuhan tidak menolong Asael dalam melawan Abner? Kelihatannya karena alasan mereka berkelahi berbeda. Daud betul-betul yakin Tuhan menyuruhnya, dan memang melakukan untuk kemuliaan Tuhan, sedangkan Asael melakukannya karena dorongan diri sendiri dan ambisi pribadi, dan untuk kemuliaan dirinya sendiri.
Karena itu, dalam pelayanan / perang bagi Tuhan, kita harus mempunyai motivasi yang benar, dan kemampuan yang memadai, tetapi bagaimanapun juga, yang pertama dan terutama, kita harus yakin bahwa Tuhan memang menghendaki kita melakukan hal itu. Tuhan bisa memakai orang-orang yang bodoh / lemah / tak berarti untuk kemuliaanNya.
1Korintus 1:27-29 - “(27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah”.
Catatan: ini tidak berarti bahwa orang yang bodoh boleh membiarkan diri untuk terus bodoh. Ia harus berusaha memajukan diri dengan belajar.
e) Perang berhenti (2 Samuel 2: 24-29).
1. Abner yang menyadari pasukannya kalah dalam pertempuran itu, minta penghentian pertempuran.
2 Samuel 2: 26: “Berserulah Abner kepada Yoab: ‘Haruskah pedang makan terus-menerus? Tidak tahukah engkau, bahwa kepahitan datang pada akhirnya? Berapa lama lagi engkau tidak mau mengatakan kepada rakyat itu, supaya mereka berhenti memburu saudara-saudaranya?’”.
Ini merupakan kata-kata tak tahu diri yang kurang ajar. Dia yang memulai perang itu, dan sekarang mau menyalahkan Yoab atas hal itu.
Penerapan: kita harus mempunyai kerendahan hati, untuk mau mengakui kesalahan (kalau kita memang salah), dan tidak melemparkannya kepada orang lain.
2. Yoab menyetujui permintaan Abner.
2 Samuel 2: 27: “Jawab Yoab: ‘Demi Allah yang hidup, sekiranya engkau berbicara tadi, maka tentulah sudah dari tadi pagi rakyat menarik diri dari memburu saudara-saudaranya.’”.
Ini salah terjemahan.
KJV: ‘unless thou hadst spoken’ (= kecuali engkau telah berbicara).
RSV/NIV/NASB: ‘if you had not spoken’ (= jika / seandainya engkau tidak berbicara).
Matthew Henry menafsirkan bahwa ‘berbicara’ ini maksudnya memerintahkan tentaranya memulai peperangan. Jadi, dengan kata-kata ini Yoab menyalahkan Abner atas terjadinya pertempuran yang menelan banyak jiwa itu.
Pulpit Commentary mengatakan bahwa sekalipun Yoab bukanlah orang yang berhati lembut, tetapi ia mempunyai kebijaksanaan dan kewarasan, dan sepenuhnya sadar bahwa pembantaian terhadap Abner dan pasukannya hanya akan merugikan Daud dan pemerintahannya dalam pemikiran orang-orang Israel. Karena itu, ia menyetujui penghentian perang / pertempuran tersebut.
Bdk. Roma 12:18 - “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”.
f) Korban dikedua pihak.
2 Samuel 2: 30-31: “(30) Ketika Yoab berhenti memburu Abner dan menghimpunkan seluruh rakyat, ternyata sembilan belas orang dari anak buah Daud hilang termasuk Asael. (31) Tetapi anak buah Daud menewaskan dari suku Benyamin, dari orang-orang Abner, tiga ratus enam puluh orang”.
Kematian di pihak Daud jauh lebih sedikit, tetapi secara keseluruhan kematian yang terjadi memang sangat sedikit, dibandingkan dengan peperangan yang lain. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini.
Hak 12:6b - “Pada waktu itu tewaslah dari suku Efraim empat puluh dua ribu orang”.
Hak 20:44 - “Dari bani Benyamin ada tewas delapan belas ribu orang, semuanya orang-orang gagah perkasa”.
Matthew Henry mengatakan bahwa kematian di pihak Abner yang juga relatif sedikit, mungkin disebabkan karena Daud tidak mengijinkan pasukannya berperang terlalu serius sehingga membunuh banyak saudara-saudara mereka sendiri. Kalau ini benar, maka ini menunjukkan sesuatu yang sangat indah dalam diri Daud.
g) Daud makin kuat dan Isyboset makin lemah (2 Samuel 3:1).
2Samuel 3:1 - “Peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud berlarut-larut; Daud kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian lemah”.
Keil & Delitzsch mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan kata ‘perang’ bukanlah bahwa mereka betul-betul terus berperang, tetapi tidak ada perdamaian di antara mereka, dan bahkan ada suatu permusuhan yang berkepanjangan.
Matthew Henry: “Saul’s house, though beheaded and diminished, would not fall tamely. ... though truth and equity will triumph at last, God made for wise and holy ends prolonged the conflict. The length of this war tried the faith and patience of David, and made his establishment at last the more welcome to him” (= Keluarga Saul, sekalipun dipenggal dan berkurang / makin lemah, tidak mau jatuh dengan jinak. ... sekalipun kebenaran dan keadilan akan menang pada akhirnya, Allah membuat konflik ini berkepanjangan untuk tujuan yang bijaksana dan kudus. Lamanya perang ini menguji iman dan kesabaran Daud, dan membuat penegakannya pada akhirnya lebih ia sambut dengan baik / lebih menggembirakan baginya).
Bandingkan dengan pepatah ‘Easy come, easy go’ (= Mudah didapat, mudah dibuang).
Bdk. Amsal 4:18 - “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari”.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-