ARTI MARKUS 9:47; MATIUS 5:29-30

Pdt.Budi Asali, M.Div.
ARTI  MARKUS 9:47; MATIUS 5:29-30
Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka.Markus 9:47

Arti dari ungkapan ‘mencungkil mata kanan’ dan ‘memenggal tangan kanan’.

Adam Clarke mengatakan (hal 73) bahwa ‘mata kanan’ dan ‘tangan kanan’ menunjuk pada dosa-dosa yang paling menyenangkan dan paling berguna bagi kita.

William Hendriksen: “This command must not be taken literally, ... The general meaning of the passage, then, is this: ‘Take drastic action in getting rid of whatever in the natural course of events will tempts you into sin.’” ( = Perintah ini tidak boleh diartikan secara hurufiah, ... Maka, arti yang umum dari text ini adalah ini: ‘Ambillah tindakan drastis untuk membuang apapun yang secara alamiah akan mencobai engkau ke dalam dosa’) - hal 303.

Ayat paralelnya Matius 5:29-30:

John Stott: “A few Christian, whose zeal greatly exceeded their wisdom, have taken Jesus au pied de la lettre and mutilated themselves. Perhaps the best-known example is the third-century scholar, Origen of Alexandria. He went to extremes of asceticism, renouncing possessions, food and even sleep, and in an over-literal interpretation of this passage and of Matthew 19:12 actually made himself a eunuch. Not long after, in AD 325, the Council of Nicea was right to forbid this barbarous practice” ( = Beberapa orang kristen, yang semangatnya jauh melebihi hikmatnya, mengartikan kata-kata Yesus secara hurufiah dan membuntungi dirinya sendiri. Mungkin contoh yang paling terkenal adalah ahli teologia abad ketiga, Origen dari Alexandria. Ia memasuki ke-extrim-an dari pertapaan, meninggalkan / membuang semua miliknya, makanan dan bahkan tidur, dan dalam suatu penafsiran yang kelewat hurufiah dari text ini dan Matius 19:12, ia betul-betul membuat dirinya seorang sida-sida / orang yang dikebiri. Tidak lama setelahnya, dalam tahun 325 M., sidang gereja di kota Nicea dengan benar melarang praktek kejam / biadab ini) - ‘The Message of the Sermon on the Mount’, hal 89.

John Stott memberikan penafsiran tentang Matius 5:29-30 ini sebagai berikut: kalau matamu menyebabkan engkau berdosa karena ada pencobaan datang kepadamu melalui matamu, maka ‘cungkillah matamu’. Artinya: jangan melihatnya. Berlakulah seakan-akan engkau betul-betul telah mencungkil matamu dan membuangnya, dan sekarang engkau buta dan tidak bisa melihat hal itu. Demikian juga kalau pencobaan datang melalui tangan atau kaki. Penggallah tangan / kakimu. Artinya: Jangan lakukan hal itu / jangan pergi ke sana. Berlakulah seakan-akan engkau betul-betul telah memenggal tangan / kakimu, sehingga engkau tidak bisa melakukan hal itu / pergi ke sana.

Calvin: “you ought rather to part with your eyes, than to depart from the commandments of God.’ And yet Christ does not mean, that we must mutilate our body, in order to obey God: ... Christ employs an exaggerated form of speech to show, that whatever hinders us from yielding that obedience to God which he requires in his law, ought to be cut off” ( = engkau harus memilih untuk berpisah dengan matamu dari pada berpisah dari perintah-perintah Allah’. Tetapi Kristus tidak memaksudkan bahwa kita harus membuntungi tubuh kita, supaya bisa mentaati Allah: ... Kristus menggunakan ungkapan yang melebih-lebihkan untuk menunjukkan bahwa apapun yang menghalangi kita dari penyerahan dan ketaatan kepada Allah yang Ia kehendaki dalam hukumNya, harus dibuang) - hal 291.

Matius 5: 29,30: ‘cungkillah dan buanglah itu ... penggallah dan buanglah’.

Adam Clarke: “It is not enough to shut the eyes, or stop the hand; the one must be plucked out, and the other cut off. Neither is this enough, we must cast them both from us. Not one moment’s truce with an evil passion, or a sinful appetite. If you indulge them, they will gain strength, and you shall be ruined” ( = Tidak cukup untuk menutup mata, atau menghentikan tangan; yang satu harus dicungkil, dan yang lain dipenggal. Ini juga belum cukup, kita harus membuang mereka dari kita. Jangan sesaatpun mengadakan gencatan senjata dengan nafsu jahat atau keinginan yang berdosa. Jika engkau memuaskan mereka, mereka akan mendapatkan kekuatan, dan engkau akan hancur) - hal 74.

Memang jelas bahwa penafsiran hurufiah tidak memungkinkan, karena kalaupun mata / tangan kanan dibuang, kita masih bisa berdosa dengan mata / tangan kiri, dan kalaupun mata / tangan kiri dibuang, kita masih bisa berdoa dengan pikiran kita. Tetapi perhatikan apa yang dikatakan oleh seorang penafsir dari Pulpit Commentary di bawah ini.


Pulpit Commentary: “The ideas of this verse are expressed in the strong language of Oriental imagery, and yet a moment’s reflection will show us that the language is not a whit too strong, even if it is interpreted with strict literalness. If it came to a choice between plucking out an eye and death, every man who had courage enough to perform the hideous deed would at once choose it as the less terrible alternative. Every day hospital patients submit to frightful operation to save their lives or to relieve intolerable sufferings. But if to the thought of death we add the picture of the doom of the lost, the motives for choosing the lesser evil are immeasurably strengthened. ... The difficulty, then, is not as to the truth of our Lord’s words, but as to the application of them. ... As a matter of fact, self-mutilation is not the right method of avoiding temptation. If it were the sole method, it would be prudent to resort to it. But, as God has provided other ways, only a wild delusion will resort to this. Moreover, if lust is in the heart, it will not be destroyed by plucking out the eye. If hatred reigns within the enraged man, he is essentially a murderer, even after he has cut off the hand with which he was about to commit his awful crime. Still, whatever is most near to us and hinders our Christian life, must go - any friendship, though dear as the apple of the eye; any occupation, though profitable as the right hand” ( = Maksud dari ayat ini dinyatakan dalam bahasa perumpamaan Timur yang kuat / keras, tetapi suatu pemikiran yang singkat akan menunjukkan kepada kita bahwa bahasa itu tidak sedikitpun terlalu kuat / keras, bahkan jika itu ditafsirkan dengan kehurufiahan yang ketat. Jika sampai pada suatu pemilihan antara pencungkilan mata dan kematian, setiap orang yang mempunyai keberanian yang cukup untuk melakukan tindakan mengerikan itu akan segera memilihnya sebagai suatu alternatif yang kurang mengerikan (dibandingkan dengan kematian). Setiap hari pasien-pasien rumah sakit tunduk pada operasi yang menakutkan untuk menyelamatkan nyawa mereka atau untuk meringankan penderitaan yang tak tertahankan. Tetapi jika kepada pemikiran tentang kematian kita menambahkan gambaran tentang nasib / hukuman bagi orang yang terhilang, maka motivasi untuk memilih pemotongan / pencungkilan itu akan sangat dikuatkan. ... Jadi, kesukarannya bukanlah berkenaan dengan kebenaran dari kata-kata Tuhan kita, tetapi berkenaan dengan penerapan dari kata-kata itu. ... Sebetulnya, pembuntungan diri sendiri bukanlah metode yang benar untuk menghindari pencobaan. Seandainya itu merupakan satu-satunya metode, maka merupakan sesuatu yang bijaksana untuk mengambil jalan itu. Tetapi, karena Allah telah menyediakan jalan-jalan yang lain, hanya khayalan yang liar yang akan mengambil jalan ini. Lagi pula, jika nafsu itu ada dalam hati, itu tidak akan dihancurkan dengan mencungkil mata. Jika kebencian berkuasa dalam diri orang yang sangat marah, maka secara hakiki ia adalah seorang pembunuh, bahkan setelah ia memotong tangan dengan mana ia mau melakukan kejahatannya yang hebat itu. Tetapi, apapun yang paling dekat dengan kita dan menghalangi kehidupan kristen kita, harus dibuang - persahabatan yang manapun, sekalipun kita sayangi seperti biji mata kita; pekerjaan apapun, sekalipun berguna seperti tangan kanan kita) - hal 182.ARTI MARKUS 9:47; MATIUS 5:29-30.AMIN_
Next Post Previous Post