BERSAMA YESUS DALAM BADAI (MARKUS 4:35-41)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Bersama Yesus dalam badai (1)

Matius 8:23-27 - “(23) Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-muridNyapun mengikutiNya. (24) Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. (25) Maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: ‘Tuhan, tolonglah, kita binasa.’ (26) Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?’ Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. (27) Dan heranlah orang-orang itu, katanya: ‘Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepadaNya?’”.
BERSAMA YESUS DALAM BADAI (MARKUS 4:35-41)
otomotif, gadget, bisnis
Lukas 8:22-25 - “(22) Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan murid-muridNya, dan Ia berkata kepada mereka: ‘Marilah kita bertolak ke seberang danau.’ Lalu bertolaklah mereka. (23) Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya. (24) Maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: ‘Guru, Guru, kita binasa!’ Iapun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu menjadi teduh. (25) Lalu kataNya kepada mereka: ‘Di manakah kepercayaanmu?’ Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepadaNya?’”.

Markus 4:35-41 - “(35) Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: ‘Marilah kita bertolak ke seberang.’ (36) Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. (37) Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. (38) Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: ‘Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’ (39) Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ‘Diam! Tenanglah!’ Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. (40) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?’ (41) Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepadaNya?’”.

Sebelumnya, sepanjang hari Yesus melayani / memberitakan firman.
Matthew Henry (tentang Markus 4:35): “It was the same day that he had preached out of a ship, when the even was come, v. 35. When he had been labouring in the word and doctrine all day, instead of reposing himself, he exposeth himself, to teach us not to think of a constant remaining rest till we come to heaven.” [= Adalah pada hari yang sama dimana Ia telah berkhotbah dari sebuah perahu, pada waktu sore / malam tiba, ay 35. Pada waktu telah bekerja / berjerih payah sampai saat itu dalam firman dan doktrin / pengajaran dalam sepanjang hari, alih-alih dari mengistirahatkan diriNya sendiri, Ia membuka diriNya sendiri, untuk mengajar kita untuk tidak berpikir tentang suatu istirahat terus menerus sampai kita sampai di surga.].

Bdk. Markus 4:1-2 - “(1) Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. (2) Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaranNya itu Ia berkata kepada mereka:”.

I) Yesus mengajak para muridNya untuk menyeberangi danau.

1) Yesus yang mengajak para murid untuk menyeberangi danau.

Markus 4:35 - “Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: ‘Marilah kita bertolak ke seberang.’”.

Matius 8:23 - “Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-muridNyapun mengikutiNya.”.
Matius 8:18 - “Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingiNya, Ia menyuruh bertolak ke seberang.”.

Lukas 8:22 - “Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan murid-muridNya, dan Ia berkata kepada mereka: ‘Marilah kita bertolak ke seberang danau.’ Lalu bertolaklah mereka.”.

a) Yesus mencari bahaya secara sengaja?
Yesus pasti tahu bahwa di danau nanti akan ada badai. Tetapi Ia yang mengajak mereka untuk bertolak ke seberang. Kelihatannya Ia sengaja mencari bahaya.

Matthew Henry (tentang Matius 8:23): “He chose to go by water. It had not been much about, if he had gone by land; but he chose to cross the lake, that he might have occasion to manifest himself the God of the sea as well as of the dry land, and to show that all power is his, both in heaven and in earth. It is a comfort to those who go down to the sea in ships, and are often in perils there, to reflect that they have a Saviour to trust in, and pray to, who knows what it is to be at sea, and to be in storms there.” [= Ia memilih untuk pergi melalui air. Tidak terlalu sulit / tidak terlalu berbeda, seandainya Ia telah pergi melalui darat; tetapi Ia memilih untuk menyeberangi danau, supaya Ia bisa mempunyai kesempatan untuk menyatakan diriNya sendiri sebagai Allah dari laut maupun dari tanah kering, dan untuk menunjukkan bahwa segala kuasa adalah milikNya, baik di surga dan di bumi. Merupakan suatu penghiburan bagi mereka yang turun ke laut dalam kapal-kapal, dan sering berada dalam bahaya-bahaya di sana, untuk memikirkan secara serius bahwa mereka mempunyai seorang Juruselamat kepada siapa mereka bisa percaya, dan kepada siapa mereka bisa berdoa, yang mengetahui bagaimana berada di laut, dan bagaimana berada dalam badai di sana.].

Kalau berbicara tentang Yesus sengaja mencari bahaya, maka kita harus berhati-hati. Seperti sudah berulang kali saya katakan, dalam membahas suatu ayat kita harus membahas semua ayat yang berhubungan. Sekarang mari kita melihat ayat-ayat yang kelihatannya justru sebaliknya dimana Yesus menghindari bahaya!

Matius 4:12 - “Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.”.

Matius 12:14-15 - “(14) Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. (15) Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.”.

Dalam kedua text di atas Yesus menghindari bahaya.

Sekarang mari kita melihat beberapa contoh kasus lain dimana kelihatannya terjadi pertentangan yang sama:

1. Kasus Paulus.

a. Dalam text-text di bawah ini Paulus menjauhi bahaya.

Kisah Para Rasul 9:22-25 - “(22) Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias. (23) Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus. (24) Tetapi maksud jahat itu diketahui oleh Saulus. Siang malam orang-orang Yahudi mengawal semua pintu gerbang kota, supaya dapat membunuh dia. (25) Sungguhpun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang.”.

Kisah Para Rasul 23:12-24 - “(12) Dan setelah hari siang orang-orang Yahudi mengadakan komplotan dan bersumpah dengan mengutuk diri, bahwa mereka tidak akan makan atau minum, sebelum mereka membunuh Paulus. (13) Jumlah mereka yang mengadakan komplotan itu lebih dari pada empat puluh orang. (14) Mereka pergi kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dan berkata: ‘Kami telah bersumpah dengan mengutuk diri, bahwa kami tidak akan makan atau minum, sebelum kami membunuh Paulus. (15) Karena itu hendaklah kamu bersama-sama dengan Mahkamah Agama menganjurkan kepada kepala pasukan, supaya ia menghadapkan Paulus lagi kepada kamu, seolah-olah kamu hendak memeriksa perkaranya lebih teliti, dan sementara itu kami sudah siap sedia untuk membunuh dia sebelum ia sampai kepada kamu.’ (16) Akan tetapi kemenakan Paulus, anak saudaranya perempuan, mendengar tentang penghadangan itu. Ia datang ke markas dan setelah diizinkan masuk, ia memberitahukannya kepada Paulus. (17) Lalu Paulus memanggil salah seorang perwira dan berkata kepadanya: ‘Bawalah anak ini kepada kepala pasukan, karena ada sesuatu yang perlu diberitahukannya kepadanya.’ (18) Perwira itu membawanya kepada kepala pasukan dan berkata: ‘Paulus orang tahanan itu, memanggil aku dan meminta, supaya aku membawa anak muda ini kepadamu, sebab ada yang perlu diberitahukannya kepadamu.’ (19) Maka kepala pasukan itu memegang tangan anak muda itu, lalu membawanya ke samping dan bertanya: ‘Apakah yang perlu kauberitahukan kepadaku?’ (20) Jawabnya: ‘Orang-orang Yahudi telah bersepakat untuk meminta kepadamu, supaya besok engkau menghadapkan Paulus lagi ke Mahkamah Agama, seolah-olah Mahkamah itu mau memperoleh keterangan yang lebih teliti dari padanya. (21) Akan tetapi janganlah engkau mendengarkan mereka, sebab lebih dari pada empat puluh orang dari mereka telah siap untuk menghadang dia. Mereka telah bersumpah dengan mengutuk diri, bahwa mereka tidak akan makan atau minum, sebelum mereka membunuh dia; sekarang mereka telah siap sedia dan hanya menantikan keputusanmu.’ (22) Lalu kepala pasukan menyuruh anak muda itu pulang dan memerintahkan kepadanya: ‘Jangan katakan kepada siapapun juga, bahwa engkau telah memberitahukan hal ini kepadaku.’ (23) Kemudian kepala pasukan memanggil dua perwira dan berkata: ‘Siapkan dua ratus orang prajurit untuk berangkat ke Kaisarea beserta tujuh puluh orang berkuda dan dua ratus orang bersenjata lembing, kira-kira pada jam sembilan malam ini. (24) Sediakan juga beberapa keledai tunggang untuk Paulus dan bawalah dia dengan selamat kepada wali negeri Feliks.’”.

b. Tetapi dalam text-text di bawah ini Paulus mencari bahaya.

Kisah Para Rasul 21:4 - “Di situ kami mengunjungi murid-murid dan tinggal di situ tujuh hari lamanya. Oleh bisikan Roh murid-murid itu menasihati Paulus, supaya ia jangan pergi ke Yerusalem.”.

Kisah Para Rasul 21:10-14 - “(10) Setelah beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea seorang nabi bernama Agabus. (11) Ia datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Paulus. Sambil mengikat kaki dan tangannya sendiri ia berkata: ‘Demikianlah kata Roh Kudus: Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain.’ (12) Mendengar itu kami bersama-sama dengan murid-murid di tempat itu meminta, supaya Paulus jangan pergi ke Yerusalem. (13) Tetapi Paulus menjawab: ‘Mengapa kamu menangis dan dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus.’ (14) Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata: ‘Jadilah kehendak Tuhan!’”.

Nubuat dari Agabus ini ada dalam ay 11. Baca dan perhatikan baik-baik nubuatnya! Ia hanya menubuatkan bahwa di Yerusalem Paulus akan ditangkap oleh orang Yahudi dan diserahkan kepada bangsa-bangsa lain! Tetapi dalam nubuat itu Tuhan tidak melarang Paulus untuk pergi ke Yerusalem. Tetapi lalu berdasarkan nubuat ini, murid-murid dan teman-teman Paulus lalu menasehati Paulus untuk tidak pergi ke Yerusalem (ay 12).

Ay 4b di atas juga harus ditafsirkan seperti ini. Jadi Roh Kudus hanya memberikan bisikan bahwa Paulus akan ditangkap / menderita di Yerusalem, tetapi Roh Kudus tidak melarang Paulus untuk pergi ke Yerusalem. Tetapi berdasarkan bisikan itu, murid-murid lalu menasehati Paulus untuk tidak pergi ke Yerusalem; ini nasehat mereka, bukan dari Roh Kudus!

Mengapa Paulus tidak mau dinasehati? Alasannya ada dalam pasal sebelumnya.

Kisah Para Rasul 20:16,22-24 - “(16) Paulus telah memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya di Asia. Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari raya Pentakosta. ...(22) Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ (23) selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. (24) Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.”.

(1) Ia pergi ke Yerusalem sebagai ‘tawanan Roh’ (ay 22a).
KJV/RSV: ‘bound in the Spirit’ [= diikat dalam Roh].
NASB: ‘bound in spirit’ [= diikat dalam roh].
NIV: ‘compelled by the Spirit’ [= didorong oleh Roh].
ESV: ‘constrained by the Spirit’ [= dipaksa / didesak oleh Roh].

Artinya: ia pergi ke Yerusalem karena dorongan Roh Kudus.
Ini sudah menunjukkan bahwa ia tidak hidup menuruti keinginan¬nya sendiri, tetapi menuruti keinginan Roh Kudus / Tuhan.
Bagaimana dengan saudara? Kalau saudara tahu bahwa kehendak saudara bertentangan / berbeda dengan kehendak Tuhan, apakah saudara mentaati kehendak Tuhan?

(2) Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya di Yerusalem, tetapi ia tahu bahwa dalam setiap kota Roh Kudus mengingatkan bahwa penjara dan sengsara menantikan dia (ay 22b-23). Tetapi hal ini tidak membuat Paulus menolak pimpinan Roh Kudus itu!

Coba bayangkan kalau saudara disuruh oleh Tuhan untuk memberita¬kan Injil ke suatu kota, dan Tuhan berkata bahwa saudara bukan hanya akan sengsara di sana, tetapi saudara bahkan akan masuk penjara. Apakah saudara tetap mau pergi ke kota itu?

(3) Ia berkata bahwa ia tidak menghiraukan nyawanya sedikitpun, asal ia dapat menyelesaikan tugas yang Yesus berikan kepada¬nya (ay 24).
Kata-kata ‘tak menghiraukan nyawaku’ tidak berarti bahwa Paulus tidak menjaga hidupnya dengan baik. Artinya adalah: ia rela mengorbankan nyawanya demi Tuhan (bdk. Mat 16:25)!

Matius 16:25 - “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”.

2. Kasus bangsa Israel dan pimpinan Tuhan bagi mereka.
Berkenaan dengan bangsa Israel, Allah sendiri mempimpin mereka menjauhi bahaya.

Keluaran 13:17-18 - “(17) Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: ‘Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir.’ (18) Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melalui jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Dengan siap sedia berperang berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir.”.

Tetapi dalam text di bawah ini Allah memimpin mereka ke dalam bahaya yang Ia sendiri ciptakan!

Keluaran 14:1-4 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa, demikian: (2) ‘Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka balik kembali dan berkemah di depan Pi-Hahirot, antara Migdol dan laut; tepat di depan Baal-Zefon berkemahlah kamu, di tepi laut. (3) Maka Firaun akan berkata tentang orang Israel: Mereka telah sesat di negeri ini, padang gurun telah mengurung mereka. (4) Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku akan menyatakan kemuliaanKu, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah TUHAN.’ Lalu mereka berbuat demikian.”.

3. Kasus para murid Yesus, harus lari atau tidak?

a. Pada waktu Yesus ditangkap, murid-murid lari semua dan itu jelas disalahkan.

Markus 14:27-28,50-52 - “(27) Lalu Yesus berkata kepada mereka: ‘Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai. (28) Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.’ ... (50) Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri. (51) Ada seorang muda, yang pada waktu itu hanya memakai sehelai kain lenan untuk menutup badannya, mengikuti Dia. Mereka hendak menangkapnya, (52) tetapi ia melepaskan kainnya dan lari dengan telanjang.”.

b. Tetapi dalam ayat di bawah ini dikatakan oleh Yesus bahwa mereka harus lari kalau ada bahaya!

Matius 10:23 - “Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.”.

4. Kasus menjaga nyawa atau rela kehilangan nyawa?

a. Hukum kasih mengharuskan kita menjaga nyawa kita sendiri.
Matius 22:39 - “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”.

b. Tetapi kita juga harus mengingat bahwa ada ayat yang menyuruh kita untuk rela mati demi Dia.
Matius 16:24-25 - “(24) Lalu Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (25) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”.

Kesimpulan berkenaan dengan semua hal di atas ini: Tuhan tidak selalu mempunyai kehendak yang sama bahkan untuk satu orang yang sama, dalam segala sikon. Apalagi untuk orang yang berbeda! Bisa saja untuk si A Tuhan menghendaki orang itu menjauhi bahaya, tetapi untuk si B, Tuhan menghendaki orang itu ‘mencari bahaya’ / tidak menjauhi bahaya! Bahkan untuk orang yang sama, kadang-kadang Tuhan menghendaki orang itu menjauhi bahaya, dan kadang-kadang Ia menghendaki orang itu ‘mencari bahaya’ / tidak menjauhi bahaya, demi Dia / Injil / KerajaanNya di dunia ini!

Karena itu dalam kasus wabah virus corona ini, hati-hatilah dalam menghakimi orang. Saya tidak membicarakan pendeta-pendeta yang sok beriman, atau pendeta-pendeta yang ‘tetap berbakti tak peduli ada larangan pemerintah’ karena tidak mau kehilangan uang persembahan. Yang seperti ini pasti salah. Tetapi bagaimana kalau ada pendeta yang Tuhan memang inginkan untuk ‘mencari bahaya’ / tidak menjauhi bahaya dengan menentang pemerintah dalam hal ini???

Dalam menggunakan Ro 13:1, harus selalu diingat ada Kis 5:29!
Roma 13:1 - “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”.

Kisah Para Rasul 5:29 - “Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”.

Ingat ayat ini:
Yesaya 55:8-9 - “(8) Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN. (9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu.”.
Catatan: kata ‘rancangan’ dalam terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan ‘thoughts’ [= pemikiran-pemikiran / pikiran-pikiran].

Apa yang kamu pikir sebagai ‘baik’ belum tentu Tuhan pikir juga adalah ‘baik’!!!

Jadi, di satu pihak saya mengecam pendeta-pendeta yang sok beriman dan tak peduli larangan pemerintah, tetapi di pihak lain saya juga mengecam orang-orang yang terlalu cepat tunduk pada pemerintah, dan / atau terlalu cepat mengecam gereja-gereja yang tetap berbakti biasa, tanpa mempedulikan adanya kemungkinan bahwa Tuhan memerintahkan orang itu secara khusus, untuk dalam hal ini tidak tunduk pada pemerintah!!

Bahkan di facebook ada orang yang mengusulkan untuk melaporkan ke polisi gereja-gereja yang masih tetap mau mengadakan kebaktian! Apakah orang brengsek ini mau menggenapi ayat ini?

Matius 24:10 - “dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci.”.
LAI: ‘menyerahkan’.
KJV/RSV/NIV: ‘betray’ [= mengkhianati].

Kata Yunani yang digunakan adalah kata Yunani yang sama yang digunakan untuk Yudas Iskariot, yang juga dikatakan ‘menyerahkan’ / ‘mengkhianati’ Yesus (Yohanes 13:21)!!!

Mau jadi seperti Yudas Iskariot, orang biadab? Serahkan / khianati gereja manapun, gereja ini juga boleh, kalau kamu mau berakhir secara sama seperti Yudas Iskariot!!!

Yesus sudah rela mati untuk menebus dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita! Kalau Yesus sudah rela mati demi kita, kerelaan kita mati demi Dia bukanlah hal yang terlalu besar!

Jadi, apa yang saya inginkan untuk saudara mengerti dalam kasus-kasus seperti ini adalah: kita harus punya keseimbangan pengertian tentang ayat-ayat yang kelihatannya saling bertentangan dalam Alkitab kita!!!

Dalam saudara mengecam pendeta yang ‘sok beriman’ jangan saudara bersikap ‘sok tahu’ apa kehendak Tuhan bagi seseorang dalam keadaan seperti ini!!

Sekarang bagaimana dengan diri saya sendiri? Apa kehendak Tuhan bagi saya dalam hal ini?? Jujur saja, saya belum tahu / tidak tahu. Saya merasa Tuhan tidak bicara apa-apa kepada saya berkenaan dengan hal ini. Dan dalam hal saya tidak mendapat petunjuk khusus, maka saya harus tunduk pada akal sehat! Wabah virus corona ini memang sangat berbahaya. Penularannya luar biasa hebatnya, dan ini yang paling membahayakan. Jumlah orang yang tertular begitu banyak sampai semua rumah sakit yang ada kewalahan dalam menangani, sehingga akhirnya banyak yang tidak ditangani! Ada pendeta-pendeta yang mengentengkan wabah virus corona ini dengan mengatakan bahwa yang kena toh persentasenya hanya sedikit. Apalagi yang mati! Pendeta-pendeta yang hanya hitung persentase, saya anggap sebagai orang-orang bodoh!

Lihat sebagai contoh Italy. Sekarang ini, waktu saya menyusun khotbah ini, adalah hari Kamis, tanggal 26 Maret 2020, pk 10.15 pagi. Dengan total kasus 74.386, dan jumlah penduduk 60 juta orang, maka jumlah kasus hanya 1,24 per mil! Jumlah kematian 7.503 dan itu hanya 0,125 per mil!! Tetapi lihat keadaan mereka. Betul-betul seperti medan perang! Dokter harus menentukan, yang mana yang dirawat dan yang mana yang dibiarkan mati! Presiden Italy sampai menangis!!

Dan saya tambahkan, hari ini, Sabtu tanggal 28 Maret 2020, pk 11.35 pagi, total kasus di Italy adalah 86.498 dan jumlah kematian 9.134! Mereka menjadi ranking ke 2 dunia setelah USA, yang telah menjadi ‘juara dunia’ sekarang ini. Dengan total penderita covid 19 mencapai 102.205 dan total kematian 1.701, mereka tidak kurang kacaunya!

Apakah saudara mau Indonesia jadi seperti itu??? Mungkin ada orang-orang gila yang mau, karena mereka memang mau buat negara ini kacau, dengan tujuan menurunkan Jokowi! Tetapi semua orang yang waras, seharusnya tidak mau! Saya juga tidak mau!

Bersama Yesus dalam badai (2)

b) Murid-murid menuruti ajakan Yesus untuk menyeberangi danau.
Markus 4:35-36 - “(35) Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: ‘Marilah kita bertolak ke seberang.’ (36) Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.”.

Yesus yang mengajak murid-murid untuk menyeberangi danau, dan murid-murid itu mengikuti Yesus. Jadi, kontras dengan Yunus yang mengalami badai karena ketidak-taatan / pemberontakan, bahkan karena suatu tindakan melarikan diri dari Tuhan (Yun 1:3-4), maka murid-murid ini mengalami badai justru karena mereka mentaati Yesus, dan mereka ada bersama dengan Yesus. Jadi, jangan menganggap bahwa kalau saudara mentaati / bersama Yesus, hidup akan selalu tenang tanpa badai / bahaya. Juga jangan menganggap bahwa kalau saudara percaya Yesus, mentaati Yesus, saudara pasti tidak akan terkena wabah virus corona! Saya sudah jelaskan tentang Maz 91, yang ditafsirkan secara salah oleh banyak orang, sehingga seolah-olah mengajarkan bahwa orang kristen yang sejati tidak mungkin terkena segala macam bencana, termasuk wabah virus corona. Dan ayat-ayat lain yang sejenis juga harus ditafsirkan secara sama. Kita tidak mempunyai jaminan mutlak dari Tuhan bahwa kita sebagai orang kristen yang sejati tidak mungkin terkena virus corona!

c) Yesus dan para murid naik perahu biasa / perahu nelayan.

Matthew Henry (tentang Matius 8:23): “But observe, when he went to sea, he had no yacht or pleasure-boat to attend him, but made use of his disciples’ fishing-boats; so poorly was he accommodated in all respects.” [= Tetapi perhatikan, pada waktu Ia pergi ke laut, Ia tidak mempunyai perahu / kapal pesiar atau perahu untuk kesenangan untuk melayani Dia, tetapi menggunakan perahu memancing dari murid-muridNya; begitu dengan miskin Ia dilayani dalam segala hal.].

Seandainya para pendeta-pendeta dan istri-istri mereka yang masuk dalam ‘pastors in style’ itu yang menyeberangi danau, mungkin mereka memakai kapal pesiar, atau bahkan kapal induk!

II) Mereka mengalami badai pada saat Yesus tidur.

1) Ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur (ay 38a).

a) Dari Markus 4:35 terlihat bahwa peristiwa ini terjadi pada malam hari, dan karena itu tidak heran kalau Yesus tertidur (ay 38a). Ia lelah setelah melayani sepanjang hari.

William Hendriksen (tentang Lukas 8): “Since Jesus was not only thoroughly divine but also thoroughly human, he was in need of rest.” [= Karena Yesus bukan hanya sepenuhnya ilahi tetapi juga sepenuhnya manusiawi, Ia membutuhkan istirahat.] - hal 438.

Orang yang tidak mempercayai bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, bukan orang kristen!

b) Yesus tidur di sebuah tilam.
Mark 4:38a - “Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam.”.
Kata ‘tilam’ artinya ‘kasur’.
KJV: “a pillow” [= suatu bantal].
RSV/NASB: “the cushion” [= bantal / kasur tipis].
NIV: “a cushion” [= suatu bantal / kasur tipis].

William Hendriksen: “This sleeping, moreover, must not be pictured as if the head of Jesus was necessarily resting on a very soft pillow. ... It may have been a ‘cushion’ that belonged to the boat, the only one on board. It may have been a headrest of leather; perhaps even of wood (part of the boat), in which case ‘headrest’ would be a better rendering than ‘cushion.’” [= Selanjutnya, tidur ini, tidak boleh digambarkan seakan-akan kepala Yesus secara perlu sedang bersandar / beristirahat pada suatu bantal yang sangat empuk. ... Itu bisa merupakan suatu kasur tipis yang merupakan milik / cocok untuk perahu, satu-satunya yang ada di dalam perahu. Itu bisa merupakan suatu penopang kepala dari kulit; mugkin bahkan dari kayu (bagian dari perahu), dalam kasus mana ‘penopang kepala’ merupakan terjemahan yang lebih baik dari pada ‘bantal’.].

Ini lagi-lagi menunjukkan Yesus hidup secara sangat sederhana, dan sama sekali tidak hidup dengan cara hidup yang luar biasa mewah dari para ‘pastors in style’ itu.

2) Sekonyong-konyong turunlah badai (ay 37).
Mark 4:37 - “Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.”.
Matius 8:24 - “Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur.”.
Lukas 8:23 - “Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya.”.

a) Baik dalam Matius 8:24 maupun Lukas 8:23 ada kata ‘sekonyong-konyong’, yang menunjukkan bahwa badai itu datang secara mendadak. Letak danau Galilea secara geografis menyebabkan badai bisa datang secara mendadak di sana.

Barclay (tentang Markus 4:35-41): “THE Lake of Galilee was notorious for its storms. They came literally out of the blue with shattering and terrifying suddenness.” [= Danau Galilea terkenal buruk untuk badai-badainya. Mereka secara hurufiah datang secara mendadak dan tidak terduga dengan sifat mendadak yang menghancurkan / merusak dan mengerikan.].

Barclay (tentang Matius 8:23-27): “The words in the Greek are very vivid. The storm is called a SEISMOS, which is the word for an ‘earthquake.’ The waves were so high that the boat was hidden (KALUPTESTHAI) in the trough as the crest of the waves towered over them.” [= Kata-kata itu dalam bahasa Yunaninya sangat jelas / menyolok. Badai itu disebut suatu SEISMOS, yang merupakan suatu kata untuk ‘gempa bumi’. Gelombang-gelombang begitu tinggi sehingga perahu itu tersembunyi / tertutup (KALUPTESTHAI) dalam palung / lembang pada waktu puncak dari gelombang-gelombang menjulang tinggi di atas mereka.].

Catatan:
1. Dari ketiga kitab Injil yang menceritakan peristiwa ini hanya Matius yang menggunakan kata Yunani ini. Markus dan Lukas menggunakan kata Yunani yang berbeda.
2. Yang warna hijau itu, saya pernah mengalami pada waktu naik perahu di Sendang Biru mengelilingi pulau Sempu.

Bandingkan dengan kata ‘seismograph’ yang artinya adalah alat untuk mengukur gempa bumi, baik intensitasnya maupun lamanya.

Ini sama seperti apa yang terjadi dalam kehidupan. Badai dalam kehidupan bisa datang secara mendadak. Contoh: kehidupan Ayub.

C. H. Spurgeon: “Thus may our loveliest calms be succeeded by overwhelming storms. A Christian man is seldom long at ease. ... ‘Boast not thyself of to-morrow,’ saith the wise man; and he might have added, ‘Boast not thyself of to-day, for thou knowest not how the evening may close, however brightly the morning may have opened.’” [= Demikianlah ketenangan kita yang paling menyenangkan bisa digantikan oleh badai yang sangat hebat. Seorang Kristen jarang mengalami kesenangan / ketenteraman untuk waktu yang lama. ... ‘Janganlah memuji / membanggakan diri karena / tentang esok hari’ (Amsal 27:1), kata orang yang bijaksana; dan ia sebetulnya bisa menambahkan, ‘Jangan membanggakan diri tentang hari ini, karena engkau tidak tahu bagaimana sore / malam akan berakhir, bagaimanapun cerahnya pagi itu dimulai’.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 263,264.

Amsal 27:1 - “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.”.

Bdk. Yakobus 4:13-16 - “(13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, (14) sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. (15) Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.’ (16) Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.”.

Apakah kita akan terkena virus corona? Kita tidak bisa tahu. Karena itu, kita perlu berdoa dan berusaha secara maximal, supaya kita tidak terkena. Bagaimana kalau mendadak kita terkena?? Atau mendadak orang yang kita cintai terkena virus corona ini? Ya sudah, itu kehendak Tuhan. Ikuti saja aturan yang dibuat pemerintah kalau orang terkena virus corona.

b) Banyak penafsir yang menganggap badai ini sebagai pekerjaan / serangan setan, tetapi ada yang tidak setuju dengan pandangan itu. Apakah itu pekerjaan setan atau bukan, tidak terlalu jadi soal, karena kalaupun itu pekerjaan setan, pasti harus ada ijin dari Tuhan bagi setan untuk melakukan hal itu.

Penerapan: sekarang ini ada banyak macam hal yang bisa menjadi badai dalam kehidupan kita. Pertama-tama, wabah virus corona itu sendiri, yang bisa menimpa kita atau orang-orang yang kita kasihi. Kedua, masalah ekonomi yang muncul di seluruh dunia karena wabah virus corona ini. Itu bisa saja menimpa saudara, karena pekerjaan / bisnis saudara terkena secara langsung. Atau perusahaan tempat saudara bekerja gulung tikar dan saudara dipecat. Ketiga, masalah rohani / gereja bisa timbul karena larangan beribadah. Bahkan kebaktian online ini saya tidak tahu apakah bisa berjalan terus. Keempat, bisa muncul huru hara masal dan kekacauan politik, khususnya di negara kita, dimana problem wabah virus corona bercampur dengan politik, problem SARA dan sebagainya. Kelima, tidak bisanya kita keluar rumah secara sembarangan, pasti bisa menimbulkan gangguan kesehatan, karena sukar untuk berolah raga, stress karena harus di rumah terus, dan sebagainya. Keenam, penjahat / tindakan kejahatan pasti akan menjadi makin banyak. Ketujuh, hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan wabah virus corona tetap bisa menjadi badai dalam kehidupan kita, misalnya penyakit demam berdarah yang sekarang mewabah lagi, banjir dan sebagainya.

3) Ada badai, tetapi Yesusnya sedang tidur.
Thema khotbah ini adalah “Bersama Yesus dalam badai”.

Saudara mau menekankan ‘badai’nya, atau ‘bersama Yesus’nya??
Dalam wabah virus corona ini saudara mau menekankan ‘wabah’ itu, atau fakta bahwa sebagai anak Allah ‘Yesus ada bersama saudara’?

Dan pada waktu melihat Yesusnya, saudara menekankan ‘Yesus ada bersama para murid’, atau ‘Yesus tidur’??

Kita selalu harus memilih, mau menyoroti segala sesuatu itu secara negatif atau secara positif!

Kalau Yesus bisa tidur pada waktu Dia dan para murid terkena badai, maka seandainya saudara terkena virus corona, jangan terlalu heran kalau saudara melihat ‘Yesus tidur’!

The Biblical Illustrator (tentang Markus 4:35): “Let every disciple remember that a sleeping Christ is not a dead Christ.” [= Hendaklah setiap murid mengingat bahwa seorang Kristus yang tertidur bukanlah seorang Kristus yang mati.].

The Biblical Illustrator (tentang Mark 4:35-dst): “And still Christ seems asleep. It seems as if He must be either ignorant or indifferent, and you do not know which of the two conclusions is sadder to come to. Murmur not. Others have been in storms, and thought the Saviour listless; but He is never beyond the call of faith.” [= Dan Kristus kelihatannya tetap tidur. Kelihatannya seakan-akan Ia pasti tidak tahu atau tidak peduli, dan kamu tidak tahu yang mana dari dua kesimpulan itu yang lebih menyedihkan untuk terjadi. Jangan bersungut-sungut. Orang-orang lain telah berada dalam badai-badai, dan berpikir bahwa sang Juruselamat tidak mempunyai kekuatan; tetapi Ia tidak pernah melampaui / lebih jauh dari panggilan dari iman.].

Matthew Henry (tentang Markus 4:38): “7. Christ was asleep in this storm; and here we are told that it was ‘in the hinder part of the ship,’ the pilot’s place: he lay at the helm, to intimate that, as Mr. George Herbert expresses it, ‘When winds and waves assault my keel, He doth preserve it, he doth steer, Ev’n when the boat seems most to reel. Storms are the triumph of his art; Though he may close his eyes, yet not his heart.’” [= 7. Kristus tidur dalam badai ini; dan di sini kami diberitahu bahwa itu adalah ‘di buritan kapal / perahu’, tempat pengemudi: Ia berbaring pada posisi kendali, untuk menunjukkan bahwa, seperti Tuan George Herbert menyatakannya, ‘pada waktu angin dan ombak menyerang bagian utama dari kapal / perahuku, Ia menjaganya, Ia mengemudikannya, Bahkan pada waktu perahu itu kelihatan paling diombang-ambingkan. Badai-badai adalah kemenangan dari keahlianNya; Sekalipun ia mungkin / bisa menutup mataNya, tetapi tidak hatiNya’.].

Mark 4:37-38a - “(37) Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. (38a) Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam.”.

Catatan: Saya agak meragukan tafsiran Matthew Henry di atas, pada bagian awalnya, dimana ia menekankan tempat dimana Yesus tidur, yaitu di buritan, dekat dengan kemudi dari perahu. Karena Yesus tidak pernah menggunakan kemudi itu. Jadi, tak jadi soal di bagian mana dari perahu Ia tidur, dengan kemaha-kuasaanNya, Ia dengan mudah bisa menghentikan badai itu.

Matthew Henry (tentang Markus 4:37): “Sometimes when the church is in a storm, Christ seems as if he were asleep, unconcerned in the troubles of his people, and regardless of their prayers, and doth not presently appear for their relief.” [= Kadang-kadang pada waktu gereja berada dalam badai, Kristus kelihatan seakan-akan Ia tidur, tak peduli pada kesukaran-kesukaran dari umatNya, dan tak memperhatikan doa-doa mereka, dan untuk sementara waktu tidak muncul untuk menolong mereka.].

Lalu Matthew Henry memberi beberapa ayat.

Yesaya 45:15 - “Sungguh, Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel, Juruselamat.”.

Habakuk 2:3 - “Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.”.

Mazmur 121:2-4 - “(2) Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. (3) Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. (4) Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.”.

Kidung 5:2a - “Aku tidur, tetapi hatiku bangun.”.

Pulpit Commentary (tentang Markus 4:38): “But while he slept as man, he was watchful as God. ‘Behold, he that keepeth Israel neither slumbers nor sleeps.’” [= Tetapi pada waktu Ia tidur sebagai manusia, Ia sedang berjaga-jaga sebagai Allah. ‘Lihatlah, Ia yang menjaga Israel tidak terlelap atau tertidur’.].

4) Ini semua merupakan ujian terhadap iman dari para murid.

Matthew Henry (tentang Matius 8:24): “Jesus Christ was asleep in this storm. We never read of Christ’s sleeping but at this time; ... He slept at this time, to try the faith of his disciples, whether they could trust him when he seemed to slight them. He slept not so much with a desire to be refreshed, as with a design to be awaked.” [= Yesus Kristus sedang tidur dalam badai ini. Kita tidak pernah membaca tentang tidurnya Kristus kecuali pada saat ini; ... Ia tidur pada saat ini untuk menguji iman dari murid-muridNya, apakah mereka bisa percaya kepadaNya pada waktu Ia kelihatannya meremehkan mereka. Ia tidur bukan dengan suatu keinginan yang begitu besar untuk disegarkan, seperti dengan suatu rancangan untuk dibangunkan.].

Calvin: “it is certain that the storm which agitated the lake was not accidental: for how would God have permitted his Son to be driven about at random by the violence of the waves? But on this occasion he intended to make known to the apostles how weak and inconsiderable their faith still was. Though Christ’s sleep was natural, yet it served the additional purpose of making the disciples better acquainted with their weakness. I will not say, as many do, that Christ pretended (to?) sleep, in order to try them. On the contrary, I think that he was asleep in such a manner as the condition and necessity of human nature required.” [= adalah pasti bahwa badai yang menggoncangkan danau bukanlah kebetulan: karena bagaimana Allah bisa mengijinkan AnakNya didorong kesana kemari dengan sembarangan oleh kehebatan gelombang-gelombang? Tetapi pada peristiwa ini Ia bermaksud untuk menyatakan kepada rasul-rasul betapa lemah dan tidak berartinya iman mereka. Sekalipun tidurnya Kristus merupakan sesuatu yang alamiah, tetapi itu mempunyai tujuan tambahan untuk membuat murid-murid mengetahui kelemahan mereka dengan lebih baik. Saya tidak akan mengatakan, seperti yang dikatakan oleh banyak orang, bahwa Kristus berpura-pura untuk tidur, untuk menguji mereka. Sebaliknya, saya berpikir bahwa Ia tidur dengan cara sedemikian rupa seperti yang dibutuhkan oleh kondisi dan kebutuhan manusia.] - hal 423-424.

Calvin: “Let us therefore conclude, that all this was arranged by the secret providence of God, - that Christ was asleep, that a violent tempest arose, and that the waves covered the ship, which was in imminent danger of perishing. And let us learn hence that, whenever any adverse occurrence takes place, the Lord tries our faith.” [= Karena itu hendaknya kita menyimpulkan, bahwa semua ini diatur oleh providensia rahasia dari Allah, - supaya Kristus tidur, supaya suatu badai yang hebat muncul, dan supaya gelombang-gelombang melingkupi perahu, yang ada dalam bahaya dari kehancuran. Dan hendaknya kita belajar bahwa kapanpun terjadi peristiwa apapun yang merugikan / bersifat bermusuhan, Tuhan menguji iman kita.] - hal 424.

Jadi badai itu muncul dan Kristus tidur, untuk menguji mereka. Dan setelah terbukti mereka gagal dalam ujian itu karena mereka menjadi sangat takut / panik, maka setelah itu mereka bisa melihat betapa lemahnya iman mereka.

The Bible Exposition Commentary (tentang Mark 4:35-41): “He had been teaching His disciples the Word and now He would give them a practical test to see how much they had really learned. After all, the hearing of God’s Word is intended to produce faith (Rom 10:17); and faith must always be tested. It is not enough for us merely to learn a lesson or be able to repeat a teaching. We must also be able to practice that lesson by faith, and that is one reason why God permits trials to come to our lives.” [= Ia telah mengajar firman kepada para muridNya sampai saat ini, dan sekarang Ia memberi mereka suatu ujian yang pratis untuk melihat berapa banyak mereka telah sungguh-sungguh belajar. Bagaimanapun, pendengaran firman Allah dimaksudkan untuk menghasilkan iman (Ro 10:17); dan iman selalu harus diuji. Tidak cukup bagi kita untuk semata-mata mempelajari suatu pelajaran atau mampu untuk mengucapkan suatu pelajaran dari ingatan / hafalan. Kita juga harus bisa untuk mempraktekkan pelajaran itu dengan iman, dan itu adalah salah satu alasan mengapa Allah menginjinkan ujian-ujian untuk datang pada kehidupan kita.].

Roma 10:17 - “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”.

The Bible Exposition Commentary (tentang Markus 4:35-41): “Did Jesus know that the storm was coming? Of course He did! The storm was a part of that day’s curriculum. It would help the disciples understand a lesson that they did not even know they needed to learn: Jesus can be trusted in the storms of life. Many people have the idea that storms come to their lives only when they have disobeyed God, but this is not always the case. Jonah ended up in a storm because of his disobedience, but the disciples got into a storm because of their obedience to the Lord.” [= Apakah Yesus tahu bahwa badai itu sedang mendatang? Tentu Ia tahu! Badai itu adalah suatu bagian dari kurikulum hari itu. Itu menolong murid-murid untuk mengerti suatu pelajaran yang mereka bahkan tidak tahu kalau mereka butuh untuk mempelajarinya. Banyak orang mempunyai pandangan bahwa badai-badai datang pada kehidupan mereka hanya pada waktu mereka telah tidak mentaati Allah, tetapi faktanya tidak selalu seperti itu. Yunus berakhir dalam suatu badai karena ketidak-taatannya, tetapi murid-murid masuk ke dalam badai karena ketaatan mereka kepada Tuhan.].

Bersama Yesus dalam badai (3)

III) Sikap murid-murid dalam badai itu.

Mark 4:38b: “Maka murid-muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: ‘Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’”.

1) Murid-murid menjadi takut.
Beberapa di antara murid-murid Yesus adalah penjala ikan dan karena itu sudah biasa mengalami badai, sehingga seharusnya mereka tidak takut. Apa yang bagi orang biasa adalah badai, bagi orang yang sudah terbiasa mengalami badai, adalah sesuatu yang biasa-biasa saja. Waktu saya mengalami ‘badai’ di Sendang Biru itu, tukang perahunya duduk santai sambil merokok!

Bahwa ternyata mereka semua bisa takut, menunjukkan bahwa badai itu luar biasa hebatnya.

Bdk. Markus 4:37 - “Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.”.

Rasa takut ini menunjukkan kelemahan iman mereka. Ini mungkin tidak akan pernah mereka sadari seandainya mereka tidak mengalami badai ini.

Adam Clarke (tentang Matius 8:25): “One advantage of trials is to make us know our weakness,” [= Satu keuntungan dari ujian-ujian adalah membuat kita mengetahui kelemahan kita,] - hal 105.

The Bible Exposition Commentary (tentang Markus 4:35-41): “How often in the trials of life we are prone to imitate the faithless disciples and cry out, ‘Lord, don’t You care?’ ... the greatest danger was not the wind or the waves: it was the unbelief in the hearts of the disciples. Our greatest problems are within us, not around us. This explains why Jesus gently rebuked them and called them ‘men of little faith.’ They had heard Him teach the Word and had even seen Him perform miracles, and yet they still had no faith. It was their unbelief that caused their fear, and their fear made them question whether Jesus really cared. We must beware of ‘an evil heart of unbelief’ (Heb 3:12).” [= Betapa sering dalam ujian-ujian kehidupan kita condong untuk meniru murid-murid yang tidak beriman dan berteriak, ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli?’ ... bahaya yang terbesar bukanlah angin atau ombak / gelombang: itu adalah ketidak-percayaan dalam hati dari murid-murid. Problem terbesar kita ada di dalam kita, bukan di sekitar / sekeliling kita. Ini menjelaskan mengapa Yesus dengan lembut memarahi mereka dan menyebut mereka ‘orang-orang yang imannya / kecil / tidak percaya’. Mereka telah mendengar Ia mengajar Firman dan telah melihat Dia melakukan mujizat-mujizat, tetapi mereka tetap tidak mempunyai iman. Adalah ketidak-percayaan mereka yang menyebabkan rasa takut mereka, dan rasa takut mereka membuat mereka mempertanyakan apakah Yesus sungguh-sungguh peduli. Kita harus berhati-hati terhadap ‘suatu hati yang jahat dari ketidak-percayaan’ (Ibr 3:12).].

Catatan: para murid dikatakan ‘tidak mempunyai iman’, dan kata ‘iman’ di sana bukanlah ‘saving faith’ [= iman yang menyelamatkan]. Tetapi ‘iman’ dalam Ibr 3:12 adalah iman yang menyelamatkan. Jadi penggunaan ayat tidak terlalu cocok.

Ibrani 3:12 - “Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup.”.
KJV: “an evil heart of unbelief” [= suatu hati yang jahat dari ketidak-percayaan].

The Bible Exposition Commentary (tentang Markus 4:35-41): “This was only one of many lessons Jesus would teach His disciples in the familiar environs of the Sea of Galilee, and each lesson would reveal some wonderful new truth about the Lord Jesus. They already knew that He had the authority to forgive sins, to cast out demons, and to heal diseases. Now they discovered that He even had authority over the wind and the sea. This meant that they had no reason ever again to be afraid, for their Lord was in constant control of every situation.” [= Ini hanyalah satu dari banyak pelajaran-pelajaran yang Yesus ajarkan kepada murid-muridNya di sekitar danau Galilea yang akrab (dengan mereka), dan setiap pelajaran menyingkapkan beberapa kebenaran baru yang sangat bagus tentang Tuhan Yesus. Mereka telah mengetahui bahwa Ia mempunyai otoritas untuk mengampuni dosa, untuk mengusir setan-setan, dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. Sekarang mereka menemukan bahwa Ia bahkan mempunyai otoritas atas angin dan laut / danau. Ini berarti bahwa mereka tidak mempunyai alasan untuk pernah merasa takut lagi, karena Tuhan mereka ada dalam kendali secara terus menerus dalam setiap keadaan.].

Jadi, Yesus membawa murid-muridNya ke dalam bahaya badai itu, untuk memberikan pelajaran bagi mereka bahwa Ia selalu memegang kendali atas sikon apapun. Kalau sekarang Ia membawa kita ke dalam badai wabah virus corona, beserta semua side effects-nya, apakah ini suatu kebetulan? Tidak! Apakah ini di luar rencana dan providensiaNya? Tentu tidak! Dia pasti ingin mengajar sesuatu kepada kita, bahwa Ia selalu memegang kendali dalam setiap sikon.

The Bible Exposition Commentary (tentang Markus 4:35-41): “There were at least three good reasons why none of the men in the ship should have been disturbed, even though the situation appeared to be threatening. To begin with, they had His promise that they were going to the other side (Mark 4:35). His commandments are always His enablements and nothing can hinder the working out of His plans. He did not promise an easy trip, but He did promise a guaranteed arrival at their destination. Second, the Lord Himself was with them, so what was there to fear? They had already seen His power demonstrated in His miracles, so they should have had complete confidence that He could handle the situation. For some reason, the disciples did not yet understand that He was indeed the Master of every situation. Finally, they could see that Jesus was perfectly at peace, even in the midst of the storm. This fact alone should have encouraged them. Jesus was in God’s will and knew that the Father would care for Him, so He took a nap. Jonah slept during a storm because he had a false sense of security, even though he was running from God. Jesus slept in the storm because He was truly secure in God’s will.” [= Di sana ada sedikitnya tiga alasan yang baik mengapa tak ada dari mereka dalam perahu harus merasa terganggu, sekalipun keadaannya kelihatan mengancam / menakutkan. Pertama-tama, mereka mempunyai janjiNya bahwa mereka akan pergi ke seberang (Mark 4:35). Perintah-perintahNya selalu adalah tindakan-tindakan memampukanNya dan tak ada apapun bisa menghalangi pelaksanaan / penyelesaian dari rencana-rencanaNya. Ia tidak menjanjikan suatu perjalanan yang mudah, tetapi Ia memang menjanjikan ketibaan yang terjamin di tujuan mereka. Kedua, Tuhan sendiri ada bersama mereka, jadi apa yang ada di sana untuk ditakuti? Mereka telah melihat kuasaNya didemonstrasikan dalam mujizat-mujizatNya, jadi mereka seharusnya telah mempunyai keyakinan yang lengkap bahwa Ia bisa menangani keadaan itu. Untuk alasan tertentu, murid-murid belum mengerti bahwa Ia memang adalah Tuan dari setiap keadaan. Terakhir, mereka bisa melihat bahwa Yesus ada dalam damai secara sempurna, bahkan di tengah-tengah badai itu. Fakta ini saja seharusnya telah menguatkan hati mereka. Yesus ada dalam kehendak Allah dan tahu bahwa Bapa peduli kepadaNya, maka Ia tidur sebentar. Yunus tidur selama badai karena ia mempunyai suatu perasaan aman yang palsu, sekalipun ia sedang lari dari Allah. Yesus tidur dalam badai karena Ia betul-betul aman dalam kehendak Allah.].

Markus 4:35 - “Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: ‘Marilah kita bertolak ke seberang.’”.

Catatan: saya tidak setuju dengan bagian yang saya garis-bawahi dan beri warna hijau itu! Kalau Tuhan memerintahkan, tidak berarti bahwa Ia selalu memberi kita kemampuan untuk melaksanakan perintahNya. Ia memerintahkan kita untuk sempurna (Mat 5:48). Bisakah kita sempurna? Hanya orang bodoh yang menjawab YA.

Ajaran yang mengatakan bahwa kalau Tuhan memerintahkan, maka Ia selalu memberi kemampuan kepada kita untuk mentaatinya, adalah ajaran sesat dari seorang yang bernama Pelagius (yang bertentangan dengan Agustinus pada abad ke 4), tetapi cukup sering ada orang Kristen (paling sering yang berpandangan Arminian) yang juga mempercayainya.

Kemampuan mentaati hanya ada pada jaman Adam dan Hawa belum jatuh ke dalam dosa. Tetapi sejak Adam jatuh, semua manusia ada dalam keadaan TOTAL DEPRAVITY [= Kebejatan total] atau TOTAL INABILITY [= Ketidak-mampuan total]. Jadi, manusia di luar Kristus tidak bisa taat sama sekali. Pada saat seseorang percaya Yesus, maka Ia menerima Roh Kudus sehingga Ia mulai bisa mentaati Tuhan, tetapi tetap tidak mungkin bisa taat secara sempurna.

Saya yakin bahwa badai dan rasa takut yang sama juga dialami oleh orang-orang dalam perahu-perahu lain yang menyertai mereka.

Markus 4:36 - “Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.”.

Pulpit Commentary (tentang Markus 4:37): “Bede and others have thought that the boat in which Christ was was the only boat that was tossed by this storm; in order that Christ might show his power in limiting the area of the tempest. But it is far more probable that the other boats were subject to it; for they were very near to the boat in which Christ was. There must have been some reason for the allusion to these boats; and the wider the reach of the tempest, the greater would appear the Divine power of Christ in stilling it, and the greater the amount of testimony to the reality of the miracle.” [= Bede dan orang-orang lain telah berpikir bahwa perahu dalam mana Kristus berada adalah satu-satunya perahu yang diombang-ambingkan oleh badai ini; supaya Kristus bisa menunjukkan kuasaNya dalam membatasi daerah dari badai itu. Tetapi adalah jauh lebih memungkinkan bahwa perahu-perahu yang lain juga mengalaminya; karena mereka berada sangat dekat dengan perahu dalam mana Kristus berada. Di sana pasti ada alasan untuk referensi tak langsung pada perahu-perahu ini; dan makin lebar jangkauan dari badai itu, makin besar kelihatannya kuasa Ilahi Kristus dalam menenangkannya, dan makin besar jumlah kesaksian pada realita dari mujizat itu.].

Saya mutlak menolak kalau hanya perahu yang ada Kristus di dalamnya yang mengalami badai. Perahu-perahu lain itu, tidak bisa tidak, mengikuti perahu Kristus, karena mereka ingin mengikuti Dia, dan mendengar ajaranNya, yang sudah mereka dengar sejak pagi. Dan karena itu, mereka juga mengalami badai.

Dekat / bersama dengan Kristus, atau dekat / bersama dengan orang beriman yang saleh, memang bisa ikut mendapatkan berkat, tetapi bisa juga ikut mendapatkan bahaya / penderitaan.

2) Murid-murid menjadi takut, karena Kristus kelihatannya ‘tidak peduli’.

Markus 4:38 - “Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: ‘Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’”.

Contoh lain dimana Yesus kelihatannya tidak peduli pada badai yang dialami oleh orang-orang percaya adalah dalam Yoh 11. Pada saat Lazarus sakit, Maria dan Marta mengirim pesan kepada Yesus, tetapi Yesus santai-santai saja, sungguh pada saat sampai di sana, Lazarus sudah mati selama 4 hari. Juga pada waktu Yohanes Pembaptis ada di dalam penjara (Matius 11:2-3).

Di sini saya memberikan beberapa pembahasan / kutipan tentang ‘ketidak-pedulian’ Kristus terhadap badai yang kita alami:

a) Kristus hanya tampaknya saja tidak peduli, tetapi sebetulnya Ia selalu siap menolong kita.

Pulpit Commentary (tentang Lukas 8:23): “Christ sleeping when the boat was sinking! It looked like negligence! ‘Carest thou not that we perish?’ That negligence was only apparent; there was no real danger. ... That was not the last time that the Master seemed negligent of his own. To his Church in its storm of terrible persecution, to his people (in their individual lives) in the tempest of temptation or adversity through which they have passed, Christ may often, indeed has often, seemed to be heedless and indifferent. But he has always been at hand, always ready for action at the right moment.” [= Kristus tidur pada waktu perahu sedang tenggelam! Itu kelihatannya seperti kecerobohan / kealpaan! ‘Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’ Kecerobohan / kealpaan itu hanya kelihatannya; di sana tidak ada bahaya yang sebenarnya. ... Itu bukan kali yang terakhir sang Guru kelihatannya mengabaikan milikNya. Bagi GerejaNya dalam badai penganiayaan yang hebat, bagi umatNya (dalam kehidupan pribadi mereka) dalam badai pencobaan atau kesengsaraan melalui mana mereka lewat, Kristus bisa sering, dan memang telah sering, kelihatan seperti tidak mempedulikan dan acuh tak acuh. Tetapi Ia selalu tersedia di dekat kita, selalu siap untuk bertindak pada saat yang tepat.] - hal 224.

b) Segala sesuatu ditetapkan dan diatur oleh Allah untuk kebaikan kita, dan karena itu semua badai yang kita alami pasti berguna untuk kita.

C. H. Spurgeon: “There is no such power as a law of nature acting by itself; all power lies in God, ... The laws of nature are but a powerless letter; God worketh all things. What hath he himself said, ‘I create the light, and I create darkness.’ Not a seed swells beneath the soil, not a bud bursts into beauty, not an ear of corn ripens for the harvest, without God; ... Happy is he who in all things beholds a present Deity. ... His ways of action must be right, and if they cause us grief, we nevertheless feel that he is not afflicting us willingly, or grieving us without design. When we perceive his hand we kiss the rod. Instead of saying, ‘Master, carest thou not that we perish,’ we cry out in resignation, ‘It is the Lord, let him do what seemeth him good.’” [= Tidak ada kuasa yang merupakan hukum alam yang bertindak sendiri; semua kuasa ada pada Allah, ... Hukum-hukum alam hanyalah merupakan huruf yang tidak mempunyai kuasa; Allah mengerjakan segala sesuatu. Apa yang telah dikatakanNya sendiri: ‘Aku menciptakan terang, dan Aku menciptakan kegelapan’ (Yes 45:7). Tidak ada benih yang berkembang dalam tanah, tidak ada kuncup yang berkembang menjadi suatu keindahan, tidak ada bulir jagung yang matang untuk panen, tanpa Allah; ... Berbahagialah ia yang di dalam segala sesuatu melihat Allah yang hadir. ... Jalan dari tindakanNya pasti benar, dan jika itu menyebabkan kita sedih, bagaimanapun kita merasa bahwa Ia tidak dengan senang hati menyakiti kita, atau menyedihkan kita tanpa rencana. Pada waktu kita merasakan tanganNya kita mencium tongkatNya. Dari pada mengatakan ‘Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’, kita berteriak dalam penyerahan ‘Itu Tuhan, biarlah Ia melakukan apa yang Ia anggap baik’ (1Sam 3:18).] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 265.

Bdk. Yesaya 45:7 - “yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.”.

C. H. Spurgeon: “we believe that all things, great and small, are fixed in the eternal purpose, and will surely be as they are ordained. This doctrine becomes the lurking-place of a temptation. We gaze upon the ponderous wheels of predestination in their awful revolution, and fear that they will grind us to powder. ... God hath his purpose and his way, and his purposes are both for his own glory and for the good of his people. Who among us would wish the Lord to turn aside from his holy and gracious designs? He has ordained the best, would we have him vary? He hath determined all things wisely, would we have him determine otherwise? ... Do not say - ‘Carest thou not that we perish?’ but believe that instead of perishing your complete salvation will be promoted by all the events of providence.” [= kita percaya bahwa segala sesuatu, besar atau kecil, ditentukan dalam rencana kekal, dan pasti akan terjadi seperti mereka ditentukan. Doktrin ini menjadi tempat bersembunyi dari suatu pencobaan. Kita memandang pada roda-roda yang berat / membosankan dari predestinasi dalam perputaran mereka yang tidak menyenangkan, dan takut bahwa mereka akan menghancurkan kita menjadi bubuk. ... Allah mempunyai rencana dan jalanNya, dan rencanaNya adalah bagi kemuliaanNya sendiri maupun bagi kebaikan umatNya. Siapa di antara kita menginginkan supaya Tuhan menyimpang dari rencanaNya yang kudus dan murah hati / penuh kasih karunia? Ia telah menentukan yang terbaik, apakah kita menghendaki Ia berubah? Ia telah menentukan segala sesuatu dengan bijaksana, apakah kita menghendaki Ia menentukan yang lain? ... Jangan berkata ‘Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’ tetapi percayalah bahwa sebaliknya dari binasa, keselamatanmu yang lengkap / sempurna akan dimajukan oleh semua peristiwa-peristiwa dari providensia.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 265-266.

c) Mungkin kita menganggap bahwa kalau orang-orang brengsek terkena badai, dan bahkan binasa dalam badai itu, maka itu memang sudah pada tempatnya. Tetapi kita tidak bisa menerima bahwa kita, yang betul-betul beriman dan mengasihi / mentaati Tuhan, terkena badai. Tetapi orang yang dididik / dihajar oleh Tuhan, justru adalah orang yang dikasihiNya.

C. H. Spurgeon: “‘We are thine apostles, we love thee, we spend our lives for thee, carest thou not that we perish. We could understand that the vessel which carries a load of publicans and sinners should go to the bottom; but carest thou not that we perish?’ ... Sometimes under trouble we have wondered why we are so afflicted, for we have felt that the Lord has kept us from known sin, and led us in the way of holiness; and therefore we have seen no special cause for his scourging. ... It is not written, ‘As many as I hate I chasten,’ far from it: ... But it is written, ‘As many as I love I rebuke and chasten:’ the favourites of heaven are inheritors of the rod. It is not said, ‘The branches which bring forth no fruit shall be pruned.’ No, they shall be utterly taken away in due season, and cast into the fire; but it is written, ‘Every branch that beareth fruit, he purgeth it, that it may bring forth more fruit.’ ... The gold is put into the furnace because it is gold; it would have been of no use to put mere stones and rubbish there.” [= ‘Kami adalah rasul-rasulMu, kami mengasihiMu, kami menghabiskan hidup kami untukMu, apakah Engkau tidak perduli bahwa kami / kita binasa? Kami bisa mengerti bahwa perahu yang mengangkut pemungut-pemungut cukai dan orang-orang berdosa tenggelam; tetapi apakah Engkau tidak perduli kalau kami / kita binasa?’ ... Kadang-kadang di bawah kesukaran kita bertanya-tanya mengapa kita ditimpa penderitaan seperti itu, karena kita merasa bahwa Tuhan telah menjaga kita dari dosa-dosa yang kita ketahui, dan memimpin kita di jalan kekudusan; dan karena itu kita tidak melihat penyebab khusus untuk hajaran ini. ... Tidak dituliskan, ‘Sebanyak yang Aku benci Aku hajar’, jauh dari itu: ... Tetapi tertulis ‘Sebanyak yang Aku kasihi Kutegur dan Kuhajar’ (Wahyu 3:19); orang-orang kesukaan surga adalah pewaris-pewaris dari tongkat (untuk menghajar). Tidak dikatakan ‘Ranting-ranting yang tidak berbuah dibersihkannya’. Tidak, mereka akan dipotong sama sekali pada saatnya, dan dibuang ke dalam api; tetapi dituliskan ‘Setiap ranting yang berbuah dibersihkannya, supaya lebih banyak berbuah’ (Yoh 15:2). ... Emas dimasukkan ke dapur api karena ia adalah emas; tidak ada gunanya memasukkan batu dan sampah ke sana.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 266-267.

d) Juga ada orang percaya yang dalam badai mengharapkan terjadinya mujizat, tetapi karena Tuhan tidak memberikan mujizat yang ia inginkan, ia menganggap Tuhan tidak peduli kepadanya. Padahal merupakan sesuatu yang lebih hebat kalau Tuhan menopang kita di dalam badai, dari pada kalau Ia mengeluarkan kita dari badai / menghentikan badai.

C. H. Spurgeon: “Mayhap, dear brethren, we have thought that Jesus did not care for us because he has not wrought a miracle for our deliverance, and has not interposed in any remarkable way to help us. You are at this time in such sore distress that you would fain cry, O that he would rend the heavens and descend for my deliverance!’ but he has not rent the heavens. You have read in biographies of holy men the details of very extraordinary providence, but no extraordinary providence has come to your rescue. You are getting gradually poorer and poorer, or you are becoming more and more afflicted in body, and you had hoped that God would have taken some extraordinary method with you, but he has done nothing of the sort. My dear brother, do you know that sometimes God works a greater wonder when he sustains his people in trouble than he would do if he brought them out of it. For him to let the bush burn on and yet not to be consumed is a grander thing than for him to quench the flame and so save the bush.” [= Mungkin saudara-saudara yang kekasih, kita berpikir bahwa Yesus tidak peduli kepada kita karena Ia tidak melakukan suatu mujizat untuk pembebasan kita, dan tidak melakukan intervensi dengan cara yang luar biasa untuk menolong kita. Pada saat ini engkau ada dalam keadaan yang sangat sukar / berbahaya sehingga engkau berteriak dengan sungguh-sungguh, ‘Oh kalau saja Ia membuka langit / surga dan turun untuk pembebebasanku!’ tetapi Ia tidak membuka langit / surga. Engkau telah membaca dalam biografi dari orang-orang kudus detail-detail dari providensia yang luar biasa, tetapi tidak ada providensia yang luar biasa yang datang untuk menolongmu. Engkau menjadi makin lama makin miskin, atau engkau menjadi makin menderita / sakit dalam tubuhmu, dan engkau berharap bahwa Allah mengambil metode yang luar biasa dengan kamu, tetapi Ia tidak melakukan hal seperti itu. Saudaraku yang kekasih, tahukah kamu bahwa Allah kadang-kadang mengerjakan mujizat yang lebih besar pada waktu Ia menopang umatNya dalam kesukaran dari pada jika Ia membawa mereka keluar darinya. Bagi Dia untuk membiarkan semak menyala tetapi tidak terbakar merupakan sesuatu yang lebih agung / hebat dari pada memadamkan nyala itu dan dengan demikian menyelamatkan semak itu.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 267.

e) Ada juga orang yang bukannya menginginkan mujizat, tetapi hanya menginginkan supaya di tengah-tengah badai, ia merasakan kehadiran Tuhan sedemikian rupa, sehingga ada sukacita dan damai yang begitu hebat, yang seakan-akan menguburkan semua penderitaan yang sedang ia alami. Tetapi ternyata hal-hal itu tidak terjadi; ia tidak merasakan kehadiran Tuhan, Ia tidak merasa damai dan sukacita, sehingga ia menganggap Tuhan tidak peduli kepadanya. Ini tetap merupakan sikap yang salah, karena kita harus tetap percaya kepada Allah sekalipun Ia ‘menyembunyikan diri’. Fakta tentang penderitaan dan kematian Yesus di atas kayu salib harus membuat kita tetap percaya akan kasih dan kepedulianNya terhadap kita sekalipun kita tidak melihat Dia / merasakan penyertaanNya.

C. H. Spurgeon: “Possibly the hard suspicion that Jesus does not care for you takes another form. ‘I do not ask the Lord to work a miracle, but I do ask him to cheer my heart. I want him to apply the promises to my soul. I want his Spirit to visit me, as I know he does some good people, so that my pain may be forgotten in the delight of the Lord’s presence. I want to feel such a full assurance of the Saviour’s presence that the present trial shall, as it were, be swallowed up in a far more exceeding weight of joy. But, alas, the Lord hides his face from me, and this makes my trial all the heavier.’ Beloved, can you not believe in a silent God? Do you always want tokens from God? Must you be petted like a spoiled child? Is your God of such a character that you must needs mistrust him if his face be veiled? Can you trust him no further than you can see him? ... what greater tokens do you require than he had already given you in your past experience, or than he has presented to you in the flowing wounds of a dying Saviour?” [= Mungkin kecurigaan keras bahwa Yesus tidak peduli kepadamu mengambil bentuk yang lain. ‘Aku tidak meminta Tuhan untuk mengerjakan mujizat, tetapi aku meminta Dia untuk menggembirakan hatiku. Aku ingin Ia menerapkan janji-janjiNya kepada jiwaku. Aku ingin RohNya mengunjungi aku, seperti yang aku tahu Ia lakukan kepada beberapa orang saleh, supaya rasa sakitku bisa terlupakan dalam kesenangan karena kehadiran Tuhan. Aku ingin merasakan keyakinan yang begitu penuh tentang kehadiran sang Juruselamat supaya ujian saat ini akan seakan-akan ditelan dalam suatu sukacita yang jauh melebihinya. Tetapi ternyata Tuhan menyembunyikan wajahNya dari aku, dan ini membuat ujianku makin berat’. Kekasih, tidak bisakah engkau percaya kepada Allah yang diam? Apakah kamu selalu menginginkan tanda-tanda / bukti-bukti dari Allah? Haruskah kamu dielus-elus seperti anak yang manja? Apakah Allahmu mempunyai karakter seperti itu sehingga engkau harus tidak percaya kepadaNya jika wajahNya ditutupi? Tidak bisakah engkau mempercayai Dia sekalipun engkau tidak bisa melihat Dia? ... tanda-tanda / bukti-bukti lebih besar apa yang engkau butuhkan / kehendaki dari pada yang Ia sudah berikan kepadamu dalam pengalamanmu yang lalu, atau dari pada yang Ia sudah berikan kepadamu dalam luka-luka yang mengalir dari Juruselamat yang sekarat?] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 267,268.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita tidak tahu bagaimana masa depan kita, khususnya berhubungan dengan wabah virus corona ini, dengan semua side effect-nya. Tak peduli keadaan menjadi buruk, sangat buruk, ASAL SAUDARA BETUL-BETUL ADALAH ANAK TUHAN, JANGAN SEKALI-SEKALI MENGANGGAP BAHWA TUHAN TIDAK PEDULI KEPADA SAUDARA!

Kalau Dia mau mati di salib untuk saudara, betul-betul tidak masuk akal bahwa Dia tak peduli kepada saudara dalam wabah virus corona ini, atau dalam bencana-bencana yang lain yang saudara alami.

Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian.

BERSAMA YESUS DALAM BADAI (4)

3) Murid-murid berdoa dalam ketakutan mereka.
Mereka membangunkan Yesus, tetapi dengan cara sedemikian rupa, sehingga tidak menunjukkan iman.

a) Cerita dalam Matius, Markus dan Lukas berbeda / saling bertentangan?
Matius 8:25: “Maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: ‘Tuhan, tolonglah, kita binasa.’”.
Mark 4:38b: “Maka murid-muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: ‘Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’”.
Luk 8:24a: “Maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: ‘Guru, Guru, kita binasa!’”.

Penjelasan: Kata-kata yang berbeda ini bukan kontradiksi. Dalam kepanikan seperti itu, bisa saja murid yang satu mengucapkan suatu hal, dan murid yang lain mengucapkan hal yang lain.

William Hendriksen (tentang Markus 4:38): “It is reasonable to suppose that in a situation of terrified distress this disciple would cry one thing, another something else.” [= Merupakan sesuatu yang masuk akal untuk menganggap bahwa dalam suatu keadaan dari kekuatiran yang menakutkan murid yang ini berteriak satu hal, murid yang lain berteriak sesuatu yang lain.].

b) Bisa dikatakan bahwa mereka memang berdoa, tetapi kata-kata / tindakan ini mereka ucapkan / lakukan tanpa iman.

Mark 4:38b: “Maka murid-muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: ‘Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’”.

Semua / setiap problem / kesukaran sebetulnya merupakan undangan dari Allah kepada kita, untuk berdoa! Ini dikatakan oleh Calvin dalam komentarnya tentang Kel 16:2. Kita akan lihat itu sebentar lagi.

Ada beberapa kemungkinan sikap / tindakan orang pada waktu mengalami problem / penderitaan / bahaya.

1. Ada orang-orang yang mengalami problem / penderitaan, dan mereka bukan saja tidak berdoa, tetapi mereka bersungut-sungut dan marah.

Bdk. Keluaran 16:1-3 - “(1) Setelah mereka berangkat dari Elim, tibalah segenap jemaah Israel di padang gurun Sin, yang terletak di antara Elim dan gunung Sinai, pada hari yang kelima belas bulan yang kedua, sejak mereka keluar dari tanah Mesir. (2) Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun; (3) dan berkata kepada mereka: ‘Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.’”.

Pada waktu mereka dikejar oleh Firaun dan pasukannya, sekalipun mereka juga bersungut-sungut dan marah kepada Musa, tetapi mereka juga berseru kepada Tuhan.

Keluaran 14:10-12 - “(10) Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, (11) dan mereka berkata kepada Musa: ‘Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? (12) Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.’”.

Tetapi di sini, dalam Kel 16, mereka sama sekali tidak berdoa. Mereka hanya bersungut-sungut dan marah kepada Musa dan Harun. Ini salah sama sekali.

Calvin (tentang Keluaran 16:2): “This was the case of the Israelites in the wilderness of Sin. THE WANT OF ALL THINGS, WHICH PRESENTS ITSELF TO THEM, IS AN INVITATION TO THEM FROM GOD, that they may feel His power, by which He created the world out of nothing, to be independent of all foreign assistance for the maintenance of mankind. But despair seizes upon their faithless minds, so that they reject His aid and beneficence. And not only so, but their malignity and ingratitude instigates them to quarrel with Moses; and this is the sum of their complaint, that they were dragged away from abundance of bread and meat, that they might perish in the desert of hunger. Therefore they call Moses and Aaron, by whose hand and means they had been delivered, their murderers.” [= Ini adalah kasus dari bangsa Israel di padang gurun Sin. Kebutuhan / kekurangan akan segala sesuatu, yang menunjukkan dirinya sendiri kepada mereka, merupakan suatu undangan kepada mereka dari Allah, supaya mereka bisa merasakan kuasaNya, dengan mana Ia menciptakan dunia / alam semesta dari nihil, untuk tak tergantung pada semua bantuan asing untuk pemeliharaan umat manusia. Tetapi rasa putus asa mencengkeram pikiran tak beriman mereka, sehingga mereka menolak bantuan dan kemurahan hatiNya. Dan bukan hanya itu, tetapi kejahatan dan rasa tidak tahu terima kasih mereka menghasut mereka untuk bertengkar dengan Musa; dan ini adalah ringkasan dari keluhan mereka, bahwa mereka ditarik dari kelimpahan roti dan daging, supaya mereka bisa binasa di padang gurun dari kelaparan. Karena itu mereka menyebut Musa dan Harun, oleh tangan dan cara siapa mereka telah dibebaskan, pembunuh-pembunuh mereka.].

Mereka sebetulnya diundang untuk berdoa, tetapi mereka bukan saja tidak berdoa, tetapi mereka bersungut-sungut dan marah.

Apakah saudara menghadapi wabah virus corona ini (dengan semua side-effect-nya) dengan cara yang sama seperti bangsa Israel pada saat itu?

2. Ada orang yang mengalami problem / penderitaan, dan mereka berdoa dengan iman. Misalnya dalam Kisah Para Rasul 4:23-31.

Kis 4:23-31 - “(23) Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka. (24) Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: ‘Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. (25) Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hambaMu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? (26) Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang DiurapiNya. (27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu. (29) Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hambaMu keberanian untuk memberitakan firmanMu. (30) Ulurkanlah tanganMu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, HambaMu yang kudus.’ (31) Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.”.

Matthew Henry (tentang Markus 4:35-41): “When Christ seems as if he slept in a storm, he is awaked by the prayers of his people; when we know not what to do, our eye must be to him (2 Chron 20:12); we may be at our wits’ end, but not at our faith’s end, while we have such a Saviour to go to.” [= Pada waktu Kristus kelihatan seakan-akan Ia tidur dalam badai, Ia dibangunkan oleh doa-doa dari umatNya; pada waktu kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan, mata kita harus ditujukan kepadaNya (2Taw 20:12); kita mungkin berada pada akhir dari kepandaian kita, tetapi tidak pada akhir dari iman kita, pada waktu kita mempunyai seorang Juruselamat seperti itu untuk pergi kepadaNya.].

Matthew Henry memberi ayat referensi 2Taw 20:12, yang merupakan doa raja Yosafat, pada waktu mereka diserang oleh orang-orang Moab dan Amon.

2Taw 20:1-13 - “(1) Setelah itu bani Moab dan bani Amon datang berperang melawan Yosafat bersama-sama sepasukan orang Meunim. (2) Datanglah orang memberitahukan Yosafat: ‘Suatu laskar yang besar datang dari seberang Laut Asin, dari Edom, menyerang tuanku. Sekarang mereka di Hazezon-Tamar,’ yakni En-Gedi. (3) Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa. (4) Dan Yehuda berkumpul untuk meminta pertolongan dari pada TUHAN. Mereka datang dari semua kota di Yehuda untuk mencari TUHAN. (5) Lalu Yosafat berdiri di tengah-tengah jemaah Yehuda dan Yerusalem di rumah TUHAN, di muka pelataran yang baru (6) dan berkata: ‘Ya TUHAN, Allah nenek moyang kami, bukankah Engkau Allah di dalam sorga? Bukankah Engkau memerintah atas segenap kerajaan bangsa? Kuasa dan keperkasaan ada di dalam tanganMu, sehingga tidak ada orang yang dapat bertahan melawan Engkau. (7) Bukankah Engkau Allah kami yang menghalau penduduk tanah ini dari depan umatMu Israel, dan memberikannya kepada keturunan Abraham, sahabatMu itu, untuk selama-lamanya? (8) Lalu mereka mendiami tanah itu, dan mendirikan bagiMu tempat kudus untuk namaMu. Kata mereka: (9) Bila sesuatu malapetaka menimpa kami, yakni pedang, penghukuman, penyakit sampar atau kelaparan, kami akan berdiri di muka rumah ini, di hadapanMu, karena namaMu tinggal di dalam rumah ini. Dan kami akan berseru kepadaMu di dalam kesesakan kami, sampai Engkau mendengar dan menyelamatkan kami. (10) Sekarang, lihatlah, bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir ini! Ketika orang Israel datang dari tanah Mesir, Engkau melarang mereka memasuki negerinya. Oleh sebab itu mereka menjauhinya dan tidak memusnahkannya. (11) Lihatlah, sebagai pembalasan mereka datang mengusir kami dari tanah milik yang telah Engkau wariskan kepada kami. (12) Ya Allah kami, tidakkah Engkau akan menghukum mereka? Karena kami tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi laskar yang besar ini, yang datang menyerang kami. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepadaMu.’ (13) Sementara itu seluruh Yehuda berdiri di hadapan TUHAN, juga segenap keluarga mereka dengan isteri dan anak-anak mereka.”.

3. Ada juga orang-orang yang dalam problem / bahaya / penderitaan memang berdoa, tetapi mereka berdoa tanpa iman.
Ini seperti para murid di sini. Mereka memang berdoa tetapi jelas tanpa iman. Ini terlihat dengan jelas dari kata-kata mereka (ay 38b) dan dari reaksi Yesus setelah Ia bangun (ay 40).

Mark 4:38b: “Maka murid-muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: ‘Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’”.

Markus 4:40 - “Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?’”.

Matthew Henry (tentang Markus 4:35-41): “Their address to Christ is here expressed very emphatically; ‘Master, carest thou not that we perish?’ I confess this sounds somewhat harsh, rather like chiding him for sleeping than begging him to awake. ... They do Christ a deal of wrong, who suspect him to be careless of his people in distress.” [= Kata-kata mereka kepada Kristus di sini dinyatakan dengan sangat ditekankan; ‘Guru, Engkau tidak peduli kalau kami binasa?’ Saya mengakui ini kedengaran agak kasar, lebih seperti memarahi / mencela Dia untuk tidur dari pada memohon Dia untuk bangun. ... Mereka menyalahi Kristus, yang mencurigai Dia sebagai tak peduli kepada umatNya dalam problem / penderitaan.].

Pulpit Commentary (tentang Markus 4:38): “This question savours of impatience, if not of irreverence.” [= Pertanyaan ini berbau ketidak-sabaran, jika bukan sikap tidak hormat.].

IV) Sikap Yesus terhadap doa para murid.

1) Yesus menenangkan badai itu, dan menegur para murid karena ketakutan dan kurangnya / ketidak-ada-an iman mereka.

a) Bagaimana urut-urutan kedua hal di atas?

Matius 8:26 - “Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?’ Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.”.

Saya tadinya merasa kata-kata dalam Mat 8:26 ini aneh, karena Yesus bicara dulu (menegur para murid), baru bangun. Tetapi kata Yunani yang diterjemahkan ‘bangun’ ini, bisa berarti ‘bangun dari tidur’ ataupun ‘bangun dari posisi berbaring’. Kalau diambil arti kedua maka tidak ada keanehan apa-apa dalam ayat ini.

Luk 8:24b-25a - “(24b) Iapun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu menjadi teduh. (25a) Lalu kataNya kepada mereka: ‘Di manakah kepercayaanmu?’”.

Markus 4:39-40 - “(39) Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ‘Diam! Tenanglah!’ Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. (40) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?’”.

Jadi, dalam Injil Matius Yesus menegur para murid dahulu, baru Ia menghardik dan menenangkan badai. Tetapi dalam Markus dan Lukas sebaliknya. Penulis Kitab Suci tidak selalu menulis sesuai dengan urut-urutan waktu.

Lenski (tentang Markus 4:39): “Matthew places the rebuke to the disciples before the act of stilling the tempest, but Mark and Luke seem to have the correct order of the acts.” [= Matius menempatkan peneguran terhadap murid-murid sebelum tindakan menenangkan badai, tetapi Markus dan Lukas kelihatannya mempunyai urut-urutan yang benar dari tindakan-tindakan itu.].

Mengapa Matius membalik urut-urutan itu? Mungkin karena ia mau menekankan teguran Yesusnya.

b) Sekarang kita bahas kedua tindakan Yesus ini.

1. Yesus bangun, dan menghardik badai itu, dan menenangkannya.
Ay 39: “Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ‘Diam! Tenanglah!’ Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.”.

a. Yesus bangun, dan menghardik angin / danau itu.
Ay 39a: “Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ‘Diam! Tenanglah!’”.

Lenski (tentang Markus 4:39): “Note the two aorists ‘he rebuked,’ ‘he said,’ both are effective. The mere word of Jesus was enough.” [= Perhatikan dua kata bentuk aorist / past tense ‘Ia menghardik’, ‘Ia berkata’, keduanya efektif. Semata-mata kata dari Yesus adalah cukup.].

Jadi, Ia hanya mengatakan kata-kata itu satu kali, dan badai itu tenang. Bandingkan dengan banyak pendeta / orang kristen yang kalau menengking setan / berdoa untuk kesembuhan seseorang dsb, melakukan doa yang diulang-ulang sampai puluhan kali!

Kata ‘tenanglah’ merupakan kata perintah dalam bentuk perfect, pasif!! Ini sangat jarang dipakai. Hampir semua kata perintah dalam bahasa Yunani ada dalam present tense atau aorist tense.

Dari suatu link di internet:
“In the imperative ‘tense’ has no real meaning as all imperatives, regardless of tense, refer to the future. The distinction between present, aorist, and perfect imperatives involves ‘aspect’ only.” [= Dalam kata perintah ‘tensa’ tidak mempunyai arti yang nyata / sungguh-sungguh karena semua kata perintah, tak peduli apa tensa-nya, menunjuk ke masa yang akan datang. Perbedaan dari kata perintah bentuk present, aorist / past, dan perfect, hanya melibatkan ‘aspek’.] - https://www.quora.com/Can-you-give-a-usage-example-of-the-A…

Lenski (tentang Mark 4:39): “Then one of the only two perfect imperatives in the New Testament, πεφίμωσο, the force of which is: ‘Put the muzzle on and keep it on!’ R. 908. Mark alone reports the words that Jesus used.” [= Lalu satu dari dua kata perintah bentuk perfect dalam Perjanjian Baru, πεφίμωσο (PEPHIMOSO), kekuatan / penekanan darinya adalah: ‘Pasanglah berangusnya dan biarlah itu tetap terpasang!’ R. 908. Hanya Markus yang melaporkan kata-kata yang Yesus gunakan.].
Catatan: Lenski mengutip dari buku A. T. Robertson hal 908, dan dalam bukunya itu, A. T. Robertson mengatakan bahwa baik kata ‘diam!’ (present imperative) maupun kata ‘tenanglah!’ (perfect imperative) mempunyai ‘durative idea’ [= arti yang bersifat terus menerus] - ‘A Grammar of the Greek New Testament in the Light of Historical Research’, hal 908.

b. Badai dan ombak langsung jadi tenang.
Ay 39b: “Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.”.

Lenski (tentang Markus 4:39): “The result of this command was instantaneous: ‘and there came a great calm.’ All three synoptists record the calm, and they all use the significant aorist ἐγένετο, ‘there did come’ on the instant, in obedience to that mighty command.” [= Hasil dari perintah ini bersifat langsung / segera: ‘dan di sana terjadi suatu ketenangan yang besar’. Semua tiga Injil mencatat ketenangan itu, dan mereka semua menggunakan bentuk aorist yang penting EGENETO, ‘di sana terjadi’ pada saat itu juga, sebagai ketaatan pada perintah yang besar kuasanya itu.].

Perlu dicamkan bahwa penggunaan bentuk aorist menunjukkan bahwa hal itu terjadi secara instant / segera, bukan berangsur-angsur!

Matthew Henry (tentang Markus 4:39): “‎A word of comfort to us, that, be the storm of trouble ever so loud, ever so strong, Jesus Christ can lay it with a word’s speaking.” [= Suatu kata penghiburan bagi kita, bahwa, sekalipun badai kesukaran begitu keras, Yesus Kristus bisa menenangkannya dengan pengucapan suatu kata.].

Pulpit Commentary (tentang Markus 4:37-39): “The Christian’s extremity Christ’s opportunity.” [= Bahaya yang serius dari orang Kristen adalah kesempatan Kristus.].

c. Ini membuktikan / menunjukkan keilahian Yesus.

Adam Clarke (tentang Markus 4:39): “‘Peace, be still.’ Be silent! Be still! There is uncommon majesty and authority in these words. Who but God could act thus?” [= ‘Diam, tenanglah’. Jadilah diam! Jadilah tenang! Di sana ada keagungan dan otoritas yang luar biasa dalam kata-kata ini. Siapa kecuali Allah bisa bertindak seperti itu?].

Matthew Henry (tentang Markus 4:39): “‎It is spoken of as God’s prerogative to command the seas, Jer 31:35. By this therefore Christ proves himself to be God. He that made the seas, can make them quiet.” [= Itu diucapkan sebagai hak exklusif Allah untuk memerintah laut, Yer 31:35. Karena itu, dengan ini Kristus membuktikan diriNya sendiri sebagai Allah. Ia yang menjadikan laut, bisa membuat mereka tenang.].

d. Kristus bukan hanya bisa menenangkan badai di luar diri kita, tetapi juga badai di dalam hati kita.

Barclay (tentang Matius 8:23-27): “But the meaning of this story is far greater than that - the meaning of this story is not that Jesus stopped a storm in Galilee; the meaning is that wherever Jesus is, the storms of life become a calm. ... In every storm that shakes the human heart, there is peace with Jesus Christ.” [= Tetapi arti dari cerita ini jauh lebih besar dari pada itu - arti dari cerita ini bukanlah bahwa Yesus menghentikan suatu badai di Galilea; artinya adalah bahwa dimanapun Yesus berada, badai kehidupan menjadi suatu ketenangan. ... Dalam setiap badai yang menggoncangkan hati manusia, di sana ada damai dengan / bersama Yesus Kristus.].

BERSAMA YESUS DALAM BADAI (5)

e. Jangan mengartikan kata-kata Yesus sebagai ‘the word of faith’ [= perkataan / firman iman]!!

Bandingkan dengan WA yang beredar beberapa waktu yang lalu tentang kesaksian seorang perempuan yang terkena virus corona. Saya bersimpati dengan dia karena kematian suaminya, tetapi bagaimanapun saya menentang ‘theologia’ dalam kesaksiannya. Kata-kata yang ia ucapkan, harus terjadi, itu kira-kira pandangannya. Jadi setiap dia merasa ‘down’, dia ucapkan kata-kata bahwa ia akan sembuh dan sebagainya.

Sangat banyak orang di facebook dsb yang berulang kali mengatakan kata-kata ‘jadilah sesuai dengan imanmu’ atau ‘jadilah sesuai dengan perkataanmu’.

Di bawah ini saya memberikan 3 buah kutipan yang saya dapatkan dari link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/Word_of_Faith

“Word of Faith (also known as Word-Faith or simply Faith) is a worldwide Evangelical Christian movement which teaches that Christians can access the power of faith through speech.” [= Perkataan / firman Iman (juga dikenal sebagai Kata-Iman / Firman-Iman atau sekedar Iman) adalah suatu gerakan Kristen Injili di seluruh dunia yang mengajarkan bahwa orang-orang Kristen bisa membuat kuasa iman tersedia melalui ucapan.].
Catatan: adalah omong kosong kalau ajaran ini diberi predikat ‘injili’!

Roma 10:8 - “Tetapi apakah katanya? Ini: ‘Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.’ Itulah firman iman, yang kami beritakan.”.
KJV/RSV/NIV/NASB: “the word of faith” [= firman iman].

“Faith and confession. In Word of Faith teaching, a central element of receiving from God is ‘confession’, often called ‘positive confession’ or ‘faith confession’ by practitioners. ... Noted Word of Faith teachers, such as Kenneth E. Hagin and Charles Capps, have argued that God created the universe by speaking it into existence (Genesis 1), and that God has endowed believers with this power. Thus, making a ‘positive confession’ of God’s promise and believing God’s word stirs the power of resurrection which raised Christ from the dead (Ephesians 1:19-20 Ephesians 3:20), and brings that promise to fulfilment.” [= Iman dan pengakuan. Dalam ajaran Firman Iman, suatu elemen yang terpenting tentang penerimaan dari Allah adalah ‘pengakuan’, sering disebut ‘pengakuan positif’ atau ‘pengakuan iman’ oleh orang-orang yang mempraktekkannya. Guru-guru Firman Iman yang terkenal, seperti Kenneth E. Hagin dan Charles Capps, telah berargumentasi bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan mengatakannya menjadi keberadaan (Kej 1), dan bahwa Allah telah memperlengkapi orang-orang percaya dengan kuasa ini. Jadi, membuat suatu ‘pengakuan positif’ tentang janji Allah dan mempercayai firman Allah menggerakkan kuasa kebangkitan yang membangkitkan Kristus dari orang mati (Efesus 1:19-20 Efesus 3:20), dan membawa janji itu pada penggenapan.].

“Conversely, ‘negative confession’ can harm, so believers should be conscious of their words. This is argued on the interpretation of Proverbs 18:21, ‘Life and death are in the power of the tongue, and they that love them will eat the fruit thereof’, also Numbers 14:28, ‘...saith the Lord, as you have spoken in my ears, so will I do’, among other scriptures.” [= Sebaliknya, ‘pengakuan negatif’ bisa merusak / melukai, jadi orang-orang percaya harus menyadari kata-kata mereka. Ini diargumentasikan pada penafsiran dari Amsal 18:21, ‘Hidup dan mati ada dalam kuasa lidah, dan mereka yang mengasihinya akan memakan buahnya’, juga Bilangan 14:28, ‘... kata Tuhan, seperti kamu telah mengatakan di telingaKu, demikianlah akan Kulakukan’, di antara ayat-ayat lain dalam Kitab Suci.].

Amsal 18:21 - “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.”.

KJV: “Death and life are in the power of the tongue: and they that love it shall eat the fruit thereof.” [= Kematian dan kehidupan ada dalam kuasa lidah: dan mereka yang mengasihinya akan memakan buahnya.].

Bil 14:28 - “Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman TUHAN, bahwasanya seperti yang kamu katakan di hadapanKu, demikianlah akan Kulakukan kepadamu.”.

Ajaran gila seperti ini, sangat banyak di kalangan Kharismatik! Dan mungkin banyak juga orang-orang Protestan bodoh yang ikut-ikutan tanpa memeriksa apakah ajaran itu sesuai dengan Alkitab atau tidak.

Saya memberikan beberapa contoh untuk menunjukkan kesalahan ajaran ini.

(1) Contoh-contoh untuk kata-kata yang negatif:

(a) Mark 4:38b - “Maka murid-muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: ‘Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’”.

Mengapa mereka akhirnya tidak binasa?

(b) 1Raja-raja 17:12 - “Perempuan itu menjawab: ‘Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.’”.

Mengapa mereka akhirnya tidak mati?

(c) 2Raja-raja 6:15 - “Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: ‘Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?’”.

Mengapa akhirnya ia tidak celaka??

(2) Contoh-contoh untuk kata-kata yang positif:

(a) Markus 14:29-31 - “(29) Kata Petrus kepadaNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.’ (30) Lalu kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ (31) Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata: ‘Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.’ Semua yang lainpun berkata demikian juga.”.
Mengapa kata-kata Petrus dan para murid yang lain tidak terjadi???

(b) Matius 16:22 - “Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: ‘Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.’”.
Lagi-lagi, mengapa kata-kata Petrus tidak terjadi?

(c) Matius 17:15-16 - “(15) katanya: ‘Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. (16) Aku sudah membawanya kepada murid-muridMu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.’”.

Mengapa para murid tidak bisa menyembuhkan penyakit / mengusir setan yang menyebabkan penyakit itu? Mereka berusaha, dan pasti mengeluarkan kata-kata untuk menengking setan itu (sekalipun tidak dicatat dalam Alkitab), tetapi mengapa kata-kata mereka tidak terjadi?

(d) Kata-kata pendeta Kharismatik yang menghardik wabah virus corona dengan side effects-nya; mengapa sama sekali tidak terjadi? Padahal katanya ia disuruh oleh Tuhan untuk melakukan hardikan itu??

f. Apakah kita boleh meniru tindakan / kata-kata Kristus ini?
Ini lagi-lagi persoalan Hermeneutics [= ilmu penafsiran (Alkitab)]. Apakah semua yang dilakukan Yesus atau para rasul, atau para nabi dalam melakukan mujizat-mujizat boleh kita tiru?? Ini harus kita persoalkan dan pelajari, karena banyak orang, khususnya dari kalangan Kharismatik yang main tiru seenaknya.

Yang satu bilang diperintah Tuhan untuk tenangkan badai virus corona dan dampaknya dalam dunia ekonomi.

Yang satu lagi menggunakan sapu tangan untuk sembuhkan orang sakit (Kisah Para Rasul 19:12).

Bolehkah kita meniru hal-hal itu? Mari kita melihat bermacam-macam peniruan dalam Alkitab.

(1) Ada yang meniru dengan menggunakan kuasa gelap, tetapi hanya sampai pada taraf tertentu saja, dan setelah itu mereka gagal.

Ini seperti para tukang sihir Firaun meniru mujizat-mujizat Musa.

Keluaran 7:10-12 - “(10) Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu mereka berbuat seperti yang diperintahkan TUHAN; Harun melemparkan tongkatnya di depan Firaun dan para pegawainya, maka tongkat itu menjadi ular. (11) Kemudian Firaunpun memanggil orang-orang berilmu dan ahli-ahli sihir; dan merekapun, ahli-ahli Mesir itu, membuat yang demikian juga dengan ilmu mantera mereka. (12) Masing-masing mereka melemparkan tongkatnya, dan tongkat-tongkat itu menjadi ular; tetapi tongkat Harun menelan tongkat-tongkat mereka.”.

Keluaran 7:20-22 - “(20) Demikianlah Musa dan Harun berbuat seperti yang difirmankan TUHAN; diangkatnya tongkat itu dan dipukulkannya kepada air yang di sungai Nil, di depan mata Firaun dan pegawai-pegawainya, maka seluruh air yang di sungai Nil berubah menjadi darah; (21) matilah ikan di sungai Nil, sehingga sungai Nil itu berbau busuk dan orang Mesir tidak dapat meminum air dari sungai Nil; dan di seluruh tanah Mesir ada darah. (22) Tetapi para ahli Mesir membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga hati Firaun berkeras dan ia tidak mau mendengarkan mereka keduanya seperti yang telah difirmankan TUHAN.”.

Keluaran 8:5-7 - “(5) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Katakanlah kepada Harun: Ulurkanlah tanganmu dengan tongkatmu ke atas sungai, ke atas selokan dan ke atas kolam, dan buatlah katak-katak bermunculan meliputi tanah Mesir.’ (6) Lalu Harun mengulurkan tangannya ke atas segala air di Mesir, maka bermunculanlah katak-katak, lalu menutupi tanah Mesir. (7) Tetapi para ahli itupun membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga mereka membuat katak-katak bermunculan meliputi tanah Mesir.”.

Keluaran 8:16-18 - “(16) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Katakanlah kepada Harun: Ulurkanlah tongkatmu dan pukulkanlah itu ke debu tanah, maka debu itu akan menjadi nyamuk di seluruh tanah Mesir.’ (17) Lalu mereka berbuat demikian; Harun mengulurkan tangannya dengan tongkatnya dan memukulkannya ke debu tanah, maka nyamuk-nyamuk itu hinggap pada manusia dan pada binatang. Segala debu tanah menjadi nyamuk di seluruh tanah Mesir. (18) Para ahli itupun membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu manteranya untuk mengadakan nyamuk-nyamuk, tetapi mereka tidak dapat. Demikianlah nyamuk-nyamuk itu hinggap pada manusia dan pada binatang.”.

Ini memberikan peringatan kepada kita bahwa orang bisa meniru mujizat-mujizat dari Tuhan, tetapi menggunakan kuasa setan. Bdk. Matius 7:21-23.

Matius 7:15-23 - “(15) ‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku TIDAK PERNAH mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Yesus sudah memperingatkan akan adanya banyak nabi-nabi palsu dengan mujizat-mujizat palsu mereka.

Matius 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.”.

Karena itu, siapapun yang tergila-gila pada mujizat-mujizat, adalah orang-orang yang sangat potensial untuk disesatkan!

Dan mendekati akhir zaman, ada nabi-nabi palsu, dalam hal ini mungkin itu adalah sang Anti Kristusnya sendiri, berhasil melakukan banyak mujizat, dan bahkan berhasil meniru mujizat dari Elia.

Bdk. 1Raja-raja 18:22-38 - “(22) Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: ‘Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya. (23) Namun, baiklah diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan; biarlah mereka memilih seekor lembu, memotong-motongnya, menaruhnya ke atas kayu api, tetapi mereka tidak boleh menaruh api. Akupun akan mengolah lembu yang seekor lagi, meletakkannya ke atas kayu api dan juga tidak akan menaruh api. (24) Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan akupun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!’ Seluruh rakyat menyahut, katanya: ‘Baiklah demikian!’ (25) Kemudian Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu: ‘Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api.’ (26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: ‘Ya Baal, jawablah kami!’ Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (27) Pada waktu tengah hari Elia mulai MENGEJEK mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’ (28) Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. (29) Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian. (30) Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: ‘Datanglah dekat kepadaku!’ Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. (31) Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. - Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: ‘Engkau akan bernama Israel.’ - (32) Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih. (33) Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu. (34) Sesudah itu ia berkata: ‘Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!’ Kemudian katanya: ‘Buatlah begitu untuk kedua kalinya!’ Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: ‘Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!’ Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya, (35) sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itupun penuh dengan air. (36) Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: ‘Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hambaMu dan bahwa atas firmanMulah aku melakukan segala perkara ini. (37) Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.’ (38) Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.”.

Sang Anti Kristus akan meniru hal ini, dan kelikatannya ia bakal berhasil.

Wah 13:13-14a - “(13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. (14a) Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu.”.

Jadi, apakah itu peniruan yang gagal, atau yang berhasil, tetap bisa menggunakan kuasa setan!

(2) Ada yang mencoba meniru tetapi gagal, dan bahkan dipukuli oleh setan.

Kisah Para Rasul 19:11-18 - “(11) Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa, (12) bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat. (13) Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: ‘Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus.’ (14) Mereka yang melakukan hal itu ialah tujuh orang anak dari seorang imam kepala Yahudi yang bernama Skewa. (15) Tetapi roh jahat itu menjawab: ‘Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?’ (16) Dan orang yang dirasuk roh jahat itu menerpa mereka dan menggagahi mereka semua dan mengalahkannya, sehingga mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka. (17) Hal itu diketahui oleh seluruh penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus.”.

(3) Ada yang ingin meniru dan dimarahi oleh Yesus.

Lukas 9:51-55 - “(51) Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandanganNya untuk pergi ke Yerusalem, (52) dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagiNya. (53) Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalananNya menuju Yerusalem. (54) Ketika dua muridNya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: ‘Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?’ (55) Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.”.

Yang ingin mereka tiru adalah mukjizat yang Elia lakukan dalam 2Raja 1.

Bdk. 2Raja-raja 1:1-15 - “(1) Sesudah Ahab mati, maka memberontaklah Moab terhadap Israel. (2) Pada suatu hari jatuhlah Ahazia dari kisi-kisi kamar atasnya yang ada di Samaria, lalu menjadi sakit. Kemudian dikirimnyalah utusan-utusan dengan pesan: ‘Pergilah, mintalah petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron, apakah aku akan sembuh dari penyakit ini.’ (3) Tetapi berfirmanlah Malaikat TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu: ‘Bangunlah, berangkatlah menemui utusan-utusan raja Samaria dan katakan kepada mereka: Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron? (4) Sebab itu beginilah firman TUHAN: Engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.’ Lalu pergilah Elia. (5) Sesudah utusan-utusan itu kembali kepada raja, berkatalah ia kepada mereka: ‘Mengapa kamu kembali?’ (6) Jawab mereka kepadanya: ‘Ada seorang datang menemui kami dan berkata kepada kami: Pergilah, kembalilah kepada raja yang telah menyuruh kamu, dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga engkau menyuruh meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron? Sebab itu engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.’ (7) Lalu bertanyalah ia kepada mereka: ‘Bagaimanakah rupa orang yang telah datang menemui kamu itu dan yang mengatakan perkataan ini kepadamu?’ (8) Jawab mereka kepadanya: ‘Seorang yang memakai pakaian bulu, dan ikat pinggang kulit terikat pada pinggangnya.’ Maka berkatalah ia: ‘Itu Elia, orang Tisbe!’ (9) Sesudah itu disuruhnyalah kepada Elia seorang perwira dengan kelima puluh anak buahnya. Orang itu naik menjumpai Elia yang sedang duduk di atas puncak bukit. Berkatalah orang itu kepadanya: ‘Hai abdi Allah, raja bertitah: Turunlah!’ (10) Tetapi Elia menjawab, katanya kepada perwira itu: ‘Kalau benar aku abdi Allah, biarlah turun api dari langit memakan engkau habis dengan kelima puluh anak buahmu.’ Maka turunlah api dari langit memakan dia habis dengan kelima puluh anak buahnya. (11) Kemudian raja menyuruh pula kepadanya seorang perwira yang lain dengan kelima puluh anak buahnya. Lalu orang itu berkata kepada Elia: ‘Hai abdi Allah, beginilah titah raja: Segeralah turun!’ (12) Tetapi Elia menjawab mereka: ‘Kalau benar aku abdi Allah, biarlah turun api dari langit memakan engkau habis dengan kelima puluh anak buahmu!’ Maka turunlah api Allah dari langit memakan dia habis dengan kelima puluh anak buahnya. (13) Kemudian raja menyuruh pula seorang perwira yang ketiga dengan kelima puluh anak buahnya. Lalu naiklah perwira yang ketiga itu dan sesudah sampai, berlututlah ia di depan Elia, serta memohon belas kasihan kepadanya, katanya: ‘Ya abdi Allah, biarlah kiranya nyawaku dan nyawa kelima puluh orang hamba-hambamu ini berharga di matamu. (14) Bukankah api sudah turun dari langit memakan habis kedua perwira yang dahulu dengan kelima puluh anak buah mereka? Tetapi sekarang biarlah nyawaku berharga di matamu.’ (15) Maka berfirmanlah Malaikat TUHAN kepada Elia: ‘Turunlah bersama-sama dia, janganlah takut kepadanya!’ Lalu bangunlah Elia dan turun bersama-sama dia menghadap raja.”.

(4) Ada yang meniru dan berhasil (1Raja 17:21 2Raja 4:34-35 Kisah Para Rasul 20:10).

1Raja-raja 17:17-21 - “(17) Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi. (18) Kata perempuan itu kepada Elia: ‘Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?’ (19) Kata Elia kepadanya: ‘Berikanlah anakmu itu kepadaku.’ Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. (20) Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?’ (21) Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya.’ (22) TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.”.

Ini ditiru oleh Elisa, dan berhasil.

2 Raja-raja 4:32-35 - “(32) Dan ketika Elisa masuk ke rumah, ternyata anak itu sudah mati dan terbaring di atas tempat tidurnya. (33) Sesudah ia masuk, ditutupnyalah pintu, sehingga ia sendiri dengan anak itu di dalam kamar, kemudian berdoalah ia kepada TUHAN. (34) Lalu ia membaringkan dirinya di atas anak itu dengan mulutnya di atas mulut anak itu, dan matanya di atas mata anak itu, serta telapak tangannya di atas telapak tangan anak itu; dan karena ia meniarap di atas anak itu, maka menjadi panaslah badan anak itu. (35) Sesudah itu ia berdiri kembali dan berjalan dalam rumah itu sekali ke sana dan sekali ke sini, kemudian meniarap pulalah ia di atas anak itu. Maka bersinlah anak itu sampai tujuh kali, lalu membuka matanya.”.

Ini juga ditiru oleh Paulus, dan juga berhasil.

Kisah Para Rasul 20:7-10 - “(7) Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. (8) Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu. (9) Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. (10) Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: ‘Jangan ribut, sebab ia masih hidup.’”.

Saya yakin bahwa baik Elisa maupun Paulus tidak meniru secara sembarangan. Mereka pasti mendapat perintah Tuhan untuk itu, sekalipun tidak dinyatakan dalam Alkitab. Jadi sebetulnya boleh meniru, asal mendapat perintah dari Tuhan.

Nah, bagaimana dengan pendeta yang meniru kata-kata Yesus untuk menenangkan badai dan menerapkannya pada wabah virus corona dan semua side-effects-nya? Dia mengaku diperintah oleh Tuhan. Kalau ia memang diperintah oleh Tuhan, tentu ia boleh, bahkan harus, meniru. Tetapi mengapa ia gagal total?? Saya menyimpulkan, ia hanya omong kosong. Ia sama sekali tidak diperintah oleh Tuhan. Dan saya sama sekali tidak mengerti mengapa dan untuk apa ia meniru. Itu hanya merusak nama dan reputasinya sendiri!

BERSAMA YESUS DALAM BADAI (6)

g. Yang jelas, dengan Yesus menenangkan badai itu, doa para murid yang ketakutan / tak beriman itu, dikabulkan.

Pada waktu berdoa, sedapat mungkin berdoalah dengan iman. Tetapi kalau tidak bisa, tetaplah berdoa. LEBIH BAIK BERDOA TANPA IMAN DARI PADA TIDAK BERDOA SAMA SEKALI.

Adam Clarke (tentang Matius 8:26): “our imperfections may not hinder us from praying to God. ... it is not our merits which make our prayers effectual.” [= ketidak-sempurnaan kita tidak boleh menghalangi kita dari berdoa kepada Allah. ... bukan jasa kita yang membuat doa-doa kita effektif.] - hal 106.

Sebetulnya kata-kata Adam Clarke tidak sepenuhnya benar.

Mari kita melihat Yak 5:16b.

Yak 5:16b - “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”.

(1) Kata-kata ‘bila dengan yakin didoakan’ sebetulnya salah terjemahan, dan saya tidak mengerti dari mana anak kalimat itu bisa muncul dalam terjemahan LAI.
NIV: ‘The prayer of a righteous man is powerful and effective’ [= Doa orang yang benar, berkuasa dan efektif].

Jelas bahwa kata-kata ‘bila dengan yakin didoakan’ tidak ada sama sekali. Itu juga tidak ada dalam terjemahan-terjemahan bahasa Inggris yang lain.

(2) Kata ‘berkuasa’ dan kata ‘efektif’ memang berhubungan, karena doa tidak mungkin bisa berkuasa kalau tidak efektif. Tetapi 2 kata itu tetap berbeda artinya. ‘Berkuasa’ menunjukkan bahwa doanya bisa melakukan hal-hal yang besar, sedangkan ‘efektif’ menunjukkan bahwa doanya dikabulkan oleh Allah.

(3) Sekarang siapa yang dimaksud dengan ‘orang benar’?

Pertama-tama ia haruslah orang yang percaya kepada Kristus.
Roma 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus.”.

Jadi, jangan bermimpi mau membenarkan diri sendiri melalui usaha sendiri, tanpa Kristus. Itu tidak mungkin bisa membenarkan diri kita.

Tetapi setelah kita dibenarkan oleh iman kepada Kristus, kita juga harus menjaga kesucian. Memang kita tidak mungkin bisa suci, tetapi kita tidak boleh hidup dalam dosa, karena ini akan kembali menghalangi doa kita. Kitab Suci memang menekankan bahwa dosa menghalangi doa. Bandingkan dengan ayat di bawah ini.

Yesaya 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.

Sekarang kita kembali pada persoalan doa dengan iman. Banyak orang, lagi-lagi biasanya dari kalangan Kharismatik yang mengatakan bahwa doa yang tanpa iman tidak akan dikabulkan. Ini omong kosong karena dalam Alkitab ada banyak doa yang dinaikkan tanpa iman, tetapi dikabulkan.

Saya akan memberi beberapa contoh:

(1) Kasus yang sedang kita pelajari ini. Para murid berdoa tanpa iman, tetapi toh dikabulkan.

(2) Waktu Petrus berjalan di atas air, dan imannya goncang dan mau tenggelam, ia berdoa dan Tuhan menolong dia.

Matius 14:28-31 - “(28) Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: ‘Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepadaMu berjalan di atas air.’ (29) Kata Yesus: ‘Datanglah!’ Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. (30) Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: ‘Tuhan, tolonglah aku!’ (31) Segera Yesus mengulurkan tanganNya, memegang dia dan berkata: ‘Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?’”.

(3) Cerita di bawah ini.

Markus 9:17-27 - “(17) Kata seorang dari orang banyak itu: ‘Guru, anakku ini kubawa kepadaMu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. (18) Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-muridMu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.’ (19) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!’ (20) Lalu mereka membawanya kepadaNya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. (21) Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: ‘Sudah berapa lama ia mengalami ini?’ Jawabnya: ‘Sejak masa kecilnya. (22) Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.’ (23) Jawab Yesus: ‘Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!’ (24) Segera ayah anak itu berteriak: ‘Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!’ (25) Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kataNya: ‘Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!’ (26) Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: ‘Ia sudah mati.’ (27) Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri.”.

Kata-kata ayah anak itu dalam ay 24 bukan kontradiksi! Orang itu percaya, tetapi ia juga sadar bahwa imannya tidak sempurna, dan tetap ada keragu-raguan di dalamnya [saya ingatkan, ini bukan dalam persoalan ‘saving faith’ {= iman yang menyelamatkan}]. Karena itu ia meminta Yesus menolongnya dalam keraguannya itu.

(4) Pembangkitan Lazarus dari antara orang mati (Yoh 11). Baik Maria, Marta, apalagi Lazarusnya yang sudah mati, tidak beriman bahwa Yesus akan membangkitkan Lazarus yang sudah mati itu. Tetapi Yesus tetap membangkitkan dia.

Satu hal lagi tentang doa dengan iman. Beriman bahwa Tuhan mau mengabulkan doa kita hanya bisa kalau kita mempunyai dasar janji Tuhan untuk apa yang kita doakan.

Misalnya: kita sudah hidup mengutamakan Tuhan, dan kita tetap hidup berkekurangan. Untuk itu ada janji Tuhan dalam Mat 6:33.

Matius 6:33 - “Tetapi carilah DAHULU Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”.
Kata-kata ‘semuanya itu’ harus diartikan sesuai dengan kontextnya, yaitu menunjuk pada kebutuhan pokok kita (makanan, minuman, pakaian).
Jadi dalam hal seperti ini kita bisa berdoa dengan iman bahwa Tuhan mau mengabulkan doa kita.

Tetapi bagaimana kalau apa yang kita minta tidak pernah Tuhan janjikan? Kita tetap boleh memintanya, tetapi kita tidak bisa beriman untuk apa yang Tuhan tidak pernah janjikan. Misalnya, minta sembuh dari penyakit, minta jangan terkena wabah virus corona, dan sebagainya.

Dalam hal ini kita sudah beriman kalau kita berdoa dengan percaya bahwa Tuhan mampu mengabulkan doa kita, tetapi Ia belum tentu mau mengabulkan doa kita.

Bdk. Daniel 3:16-18 - “(16) Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: ‘Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. (17) Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; (18) tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.’”.

Kata-kata yang saya garis-bawahi itu salah terjemahan. Terjemahan LAI itu menunjukkan mereka bahkan tidak yakin kalau Allah sanggup / mampu. Bandingkan dengan terjemahan NIV di bawah ini:

Ay 16-17 (NIV): “(16) If we are thrown into the blazing furnace, the God we serve is able to save us from it, and he will rescue us from your hand, O king. (17) But even if he does not, we want you to know, O king, that we will not serve your gods or worship the image of gold you have set up.’” [= (16) Jika kami dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala, Allah yang kami puja mampu untuk menyelamatkan kami darinya, dan Ia akan menolong kami dari tanganmu, Ya raja. (17) Tetapi bahkan jika Ia tidak menyelamatkan / menolong, kami mau engkau mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa-dewamu atau menyembah patung emas yang telah engkau dirikan.’].

Penerapan: tidak pernah ada janji Tuhan berkenaan dengan wabah virus corona ini. Kita tak bisa berdoa dengan iman bahwa Ia mau membasmi virus corona ini, mau meloloskan kita dari virus corona ini, mau menyembuhkan kita yang sudah terjangkit virus corona ini dan sebagainya. Karena itu kita tidak bisa berdoa dengan iman bahwa Ia mau melakukan hal-hal itu pada saat kita mendoakannya. Tetapi kita tetap boleh berdoa untuk hal-hal itu, dan kita sudah berdoa dengan iman, kalau kita berdoa dengan percaya bahwa Tuhan mampu untuk melakukan semua itu.

h. Tindakan Yesus ini mengeluarkan mereka semua dari bahaya.

Pulpit Commentary (tentang Lukas 8:22-56): “Jesus may lead his people into danger, but he always shares it with them, and leads in due time out of it.” [= Yesus bisa membimbing umatNya ke dalam bahaya, tetapi Ia selalu mengalaminya bersama mereka, dan membimbing keluar darinya pada saatnya.] - hal 230.

2. Yesus menegur para murid karena ketakutan dan kurangnya / tidak adanya iman mereka.
Mat 8:26a - “Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?’”.
Luk 8:25a - “Lalu kataNya kepada mereka: ‘Di manakah kepercayaanmu?’”.
Markus 4:40 - “Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?’”.

Bagaimanapun, rasa takut dan ketidak-percayaan mereka, merupakan sesuatu yang salah, dan harus dibetulkan. Dan karena itu Yesus menegur mereka.

J. C. Ryle: “We see our Lord dealing most gently and tenderly with them. He does not sharply reprove them. He does not threaten to cast them off because of their unbelief. He simply asks the touching question, ‘Why are you so afraid? Do you still have no faith?’ (verse 40). Let us take good note of this lesson. The Lord Jesus is very compassionate and of tender mercy. ‘As a father has compassion on his children, so the LORD has compassion on those who fear him’ (Psalm 103:13). He does not deal with believers according to their sins, nor reward them according to their iniquities. He sees their weakness. He is aware of their shortcomings. He knows all the defects of their faith, hope, love and courage. And yet he will not cast them off. He bears with them continually. He loves them right to the end. He raises them when they fall. He restores them when they go wrong. His patience, like his love, is a patience that passes knowledge. When he sees a heart right, it is his glory to pass over many a shortcoming.” [= Kita melihat Tuhan kita menangani mereka dengan sangat lembut. Ia tidak menegur mereka dengan tajam. Ia tidak mengancam untuk membuang / menolak mereka karena ketidak-percayaan mereka. Ia hanya menanyakan pertanyaan yang menyentuh, ‘Mengapa kamu begitu takut? Apakah kamu tetap tidak mempunyai iman?’ (ay 40). Marilah kita memperhatikan dengan baik pelajaran ini. Tuhan Yesus sangat sayang / ingin menghibur dan mempunyai belas kasihan yang lembut. ‘Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.’ (Mazmur 103:13). Ia tidak menangani orang-orang percaya sesuai dengan dosa-dosa mereka, ataupun membalas mereka sesuai dengan kejahatan mereka. Ia melihat kelemahan mereka. Ia sadar tentang kekurangan / cacat mereka. Ia tahu semua kekurangan / cacat dari iman, pengharapan, kasih dan keberanian mereka. Dan Ia tidak akan menolak / membuang mereka. Ia terus menerus sabar terhadap mereka. Ia mengasihi mereka sampai akhir. Ia mengangkat mereka pada waktu mereka jatuh. Ia memulihkan mereka pada waktu mereka bersalah. KesabaranNya, seperti kasihNya, adalah suatu kesabaran yang melampaui pengertian. Pada waktu Ia melihat SUATU HATI YANG BENAR, merupakan kemuliaanNya untuk mengabaikan banyak kekurangan / cacat.] - Libronix.

Bdk. Mazmur 103:8-14 - “(8) TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (9) Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. (10) Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, (11) tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia; (12) sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. (13) Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. (14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”.

J. C. Ryle: “Let us leave these verses with the comforting recollection that Jesus has not changed. His heart is still the same as it was when he crossed the Sea of Galilee and stilled the storm. High in heaven at the right hand of God, Jesus is still sympathizing - still almighty - still compassionate and patient towards his people. Let us be more loving and patient towards our brothers and sisters in the faith. They may go wrong in many things, but if Jesus has received them and can bear with them, surely we may bear with them too.” [= Marilah kita meninggalkan ayat-ayat ini dengan ingatan yang menghibur bahwa Yesus tidak / belum berubah. HatiNya tetap sama seperti pada waktu Ia menyeberangi Danau Galilea dan menenangkan badai. Tinggi di surga di sebelah kanan Allah, Yesus tetap sedang bersimpati - tetap mahakuasa - tetap sayang / berbelas-kasihan dan sabar terhadap umatNya. Marilah kita lebih kasih dan sabar terhadap saudara-saudara dan saudari-saudari kita dalam iman. Mereka bisa bersalah dalam banyak hal, tetapi jika Yesus telah menerima mereka dan bisa sabar terhadap mereka, pastilah kita bisa sabar terhadap mereka juga.] - Libronix.

J. C. Ryle: “Let us be more hopeful about ourselves. We may be very weak, frail and unstable; but if we can truly say that we do come to Christ and believe in him, we may take comfort. The question for conscience to answer is not, ‘Are we like the angels? Are we perfect as we shall be in heaven?’ The question is, ‘Are we real and true in our approaches to Christ? Do we truly repent and believe?’” [= Marilah kita lebih mempunyai pengharapan tentang diri kita sendiri. Kita bisa / boleh sangat lemah, rapuh dan tidak stabil; tetapi jika kita bisa mengatakan dengan benar bahwa kita memang datang kepada Kristus dan percaya kepadaNya, kita bisa mendapatkan penghiburan. Pertanyaan untuk hati nurani untuk dijawab bukanlah, ‘Apakah kita seperti malaikat-malaikat? Apakah kita sempurna seperti kita akan sempurna di surga?’ Pertanyaannya adalah, ‘Apakah kita sungguh-sungguh dan benar dalam pendekatan-pendekatan kita kepada Kristus? Apakah kita benar-benar bertobat dan percaya?’] - Libronix.

Alan Cole (Tyndale): “No command is more often reiterated in the Bible than the simple ‘Do not fear’ (see Exod. 14:13; 20:20, etc.).” [= Tak ada perintah yang lebih sering diulang dalam Alkitab dari pada perintah yang sederhana ‘Jangan takut’ (lihat Kel 14:13; 20:20, dsb.).] - hal 96.

Barnes’ Notes (tentang Matius 8:26): “Christians should never fear danger, disease, or death. With Jesus they are safe.” [= Orang-orang Kristen tidak pernah boleh takut pada bahaya, penyakit, atau kematian. Bersama Yesus mereka aman.] - hal 40.

Kata-kata Albert Barnes ini ada bahayanya. Bandingkan dengan kata-kata Calvin di bawah ini untuk memberikan keseimbangan.

Calvin: “It is not every kind of fear that is opposed to faith. This is evident from the consideration that, if we fear nothing, an indolent and carnal security steals upon us; and thus faith languishes, the desire to pray becomes sluggish, and the remembrance of God is at length extinguished. Besides, those who are not affected by a sense of calamities, so as to fear, are rather insensible than firm. Thus we see that fear, which awakens faith, is not in itself faulty till it go beyond bounds. ... But as it never happens that believers exercise such restraint on themselves as to keep their faith from being injured, their fear is almost always attended by sin. Yet we ought to be aware that it is not every kind of fear which indicates a want of faith, but only that dread which disturbs the peace of the conscience in such a manner that it does not rest on the promise of God.” [= Bukan setiap jenis rasa takut bertentangan dengan iman. Ini nyata dari pertimbangan bahwa, jika kita tidak takut pada apapun, suatu rasa aman yang tidak berhati-hati dan bersifat daging mendatangi kita dengan tiba-tiba; dan lalu iman kendor / layu, keinginan berdoa menjadi melempem, dan ingatan kepada Allah akhirnya padam. Disamping itu, mereka yang tidak dipengaruhi oleh suatu perasaan bahaya, sehingga menjadi takut, bukannya teguh tetapi tidak berhati-hati. Karena itu kita lihat bahwa rasa takut, yang membangunkan iman, dalam dirinya sendiri bukan merupakan sesuatu yang salah kecuali itu melampaui batas. ... Tetapi karena tidak pernah terjadi bahwa orang-orang percaya mempunyai kekang seperti itu terhadap diri mereka sendiri sehingga menjaga iman mereka dari luka, rasa takut mereka hampir selalu disertai oleh dosa. Tetapi kita harus sadar bahwa bukan setiap jenis rasa takut menunjukkan kurangnya iman, tetapi hanya rasa takut yang mengganggu damai dari hati nurani sedemikian rupa sehingga tidak bersandar pada janji Allah.] - hal 425.

Pulpit Commentary (tentang Markus 4:35-41): “Let the doubting Christian be encouraged to put away his fears, and to pray, ‘Lord, increase our faith!’” [= Hendaklah orang Kristen yang ragu-ragu dikuatkan untuk membuang rasa takutnya, dan untuk berdoa, ‘Tuhan, tumbuhkanlah iman kami!’].

Beriman bukan sesuatu yang bisa kita usahakan pada satu saat. Tetapi bisa kita usahakan melalui suatu proses. Banyaklah berdoa supaya Tuhan menambahkan iman saudara. Juga belajar firman, mendekat kepada Tuhan, berusaha meningkatkan pengudusan dalam diri kita, semua bisa meningkatkan iman kita. Kita juga harus belajar untuk tidak bersandar pada otak / pikiran kita. Kita harus belajar untuk berjalan dengan iman, bukan dengan penglihatan.

Amsal 3:5 - “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”.

MENGGUNAKAN otak / pikiran / akal sehat itu harus. Tetapi BERSANDAR pada otak / pikiran / akal sehat, itu salah!

2Korintus 5:7 - “-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-”.
KJV: “For we walk by faith, not by sight:” [= Karena kami / kita berjalan dengan iman, bukan dengan penglihatan].

V) Sikap para murid.

Markus 4:41 - “Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepadaNya?’”.

1) Mereka tidak menjawab apapun.
Terhadap teguran / pertanyaan Yesus yang bersifat menegur dalam ay 40 ini tidak ada jawaban yang diberikan (kecuali mereka menjadi takut).

William Hendriksen (tentang Luk 8:25): “The answer is not given. ... Very appropriately the present narrative ends by fixing the attention upon the person of Jesus Christ, so that everyone who reads it may give his own answer, may profess his own faith, and add his own doxology.” [= Jawabannya tidak diberikan. ... Sangat tepat / cocok bahwa cerita ini berakhir dengan memancangkan perhatian pada pribadi dari Yesus Kristus, sehingga setiap orang yang membacanya bisa memberikan jawabannya sendiri, bisa mengaku imannya sendiri, dan menambahkan pujiannya sendiri.] - hal 442.

2) Mereka menjadi takut.
Setelah angin itu menjadi reda, murid-murid tetap takut, tetapi sekarang ketakutan mereka terjadi karena mereka berhadapan dengan ‘seseorang’ yang bisa menenangkan badai. Mereka menyadari keilahian Yesus, dan karena itu mereka takut.

William Hendriksen (tentang Lukas 8:25): “Filled with deep reverence were they. They began to realize: Jesus is even greater than we had previously imagined. He exercised control not only over audience (4:32), sicknesses (6:19), demons (4:35,36), and death (7:11-17; cf. 7:22), but even over the elements of nature, the winds and the water. ... it takes deity to change the weather. It is Jesus who commands the elements of the weather, with the result that even the winds and the water obey him!” [= Mereka dipenuhi dengan rasa takut dan hormat yang mendalam. Mereka mulai menyadari: Yesus bahkan lebih besar dari pada yang tadinya mereka bayangkan. Ia mempunyai kendali bukan hanya atas pendengar-pendengar (4:32), penyakit-penyakit (6:19), setan-setan (4:35,36), dan kematian (7:11-17; bdk. 7:22), tetapi bahkan atas elemen-elemen dari alam, angin dan air. ... membutuhkan keallahan untuk mengubah cuaca. Yesuslah yang memerintah elemen-elemen cuaca, dengan hasil / akibat bahwa bahkan angin dan air taat kepadaNya!] - hal 442.

David Gooding (tentang Lukas 8:22-25): “We live in a universe that is lethally hostile to human life: only the miracle of creation and divine maintenance preserves our planet and its wonderful adaptations and provisions for the propagation of human life. Within our earth itself wind, wave, lightning, storm, flood, drought, avalanche, earthquake, fire, heat, cold, germ, virus, epidemic, all from time to time threaten and destroy life. Sooner or later one of them may destroy us. The story of the stilling of the storm is not, of course, meant to tell us that Christ will never allow any believer to perish by drowning, or by any other natural disaster. Many believers have so perished. It does demonstrate that he is Lord of the physical forces in the universe, that for him nothing happens by accident, and that no force in all creation can destroy his plan for our eternal salvation or separate us from the love of God which is in Christ Jesus our Lord (see Rom. 8:38-39).” [= Kita hidup di suatu alam semesta yang bermusuhan secara membahayakan pada kehidupan manusia: hanya mujizat dari penciptaan dan pemeliharaan ilahi melindungi / menjaga planet kita dan penyesuaian-penyesuaian dan persediaan-persediaannya yang luar biasa untuk perkembangan / penyebaran dari kehidupan manusia. Di dalam bumi kita sendiri angin, ombak, petir, badai, banjir, kekeringan, longsoran salju, gempa bumi, kebakaran, panas, dingin, kuman, virus, epidemi, semuanya dari waktu ke waktu mengancam dan menghancurkan kehidupan. Cepat atau lambat satu dari mereka bisa menghancurkan kita. Cerita tentang penenangan badai pasti tidak dimaksudkan untuk memberitahu kita bahwa Kristus tidak akan pernah mengijinkan orang percaya manapun untuk binasa karena tenggelam, atau karena bencana alamiah lain manapun. Banyak orang percaya telah binasa dengan cara itu. ITU MENUNJUKKAN BAHWA IA ADALAH TUHAN DARI KEKUATAN-KEKUATAN FISIK DALAM ALAM SEMESTA, SEHINGGA BAGI DIA TAK ADA APAPUN YANG TERJADI KARENA KEBETULAN, dan bahwa tidak ada kekuatan dalam seluruh ciptaan bisa menghancurkan rencanaNya untuk keselamatan kekal kita atau memisahkan kita dari kasih Allah yang ada di dalam Kristus Yesus Tuhan kita (lihat Ro 8:38-39).] - hal 143.

Roma 8:38-39 - “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”.

Apa yang perlu kita camkan dan percayai dalam pandemi beserta semua side-effects-nya ini, adalah bahwa tidak ada hal yang kebetulan, dan semua ada dalam tangan Tuhan, yang mengasihi kita. Kita kena atau tidak kena, kita hidup atau kita mati, semua ada dalam tangan Tuhan, yang mengasihi kita. Kapan pandemi ini dengan semua side-effects-nya berakhir, itu juga ada dalam tangan Tuhan, yang mengasihi kita. Jadi, perlukah kita kuatir / takut / panik? Kita bersama Yesus dalam badai ini! Kita hanya perlu melakukan yang terbaik, dan selanjutnya berserah pada kehendakNya, yang selalu mendatangkan kebaikan bagi kita.

Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian.
-AMIN-
Next Post Previous Post