WABAH VIRUS CORONA DAN PERUBAHAN SISTEM KEBAKTIAN

Pdt. Budi Asali, M.Div.
Pendahuluan.

Pada waktu wabah virus corona terjadi, ada anjuran atau bahkan larangan untuk bersalaman / berjabatan tangan, lebih-lebih berpeluk-pelukan / cipika cipiki dsb dalam kebaktian. Kalau ini menimbulkan protes / ketidak-setujuan, ini betul-betul merupakan suatu kegilaan yang tidak bisa saya mengerti, karena larangan itu berguna untuk mencegah penularan virus corona, sedangkan apa yang dilarang bukanlah sesuatu yang diperintahkan dalam Alkitab. Jadi dengan tidak melakukan hal-hal itu, kita tidak melanggar ayat manapun dalam Alkitab. ORANG-ORANG YANG TIDAK MAU MENURUTI LARANGAN ITU SAYA ANGGAP SEBAGAI ORANG-ORANG YANG BEBAL!
WABAH VIRUS CORONA DAN PERUBAHAN SISTEM KEBAKTIAN
gadget, education
Tetapi bagaimana dengan anjuran untuk melakukan kebaktian online atau bahkan untuk menutup kebaktian sama sekali KALAU WABAH VIRUS CORONA INI BETUL-BETUL MENGGILA, seperti di China, Italia, Iran dsb??? Harus diingat bahwa keadaan mereka dikatakan seperti perang! Kelihatannya China sudah melewati masa itu, tetapi Italy dan Iran, dan banyak negara lain (Spanyol, Jerman, USA, dll) masih berada dalam sikon extrim seperti itu.

Jangan samakan larangan jabatan tangan dan larangan / himbauan untuk melakukan kebaktian di rumah masing-masing / online. Mengapa? Karena kalau jabatan tangan tidak diperintahkan oleh Tuhan, maka kebaktian merupakan sesuatu yang diperintahkan untuk dilakukan!!

I) Keharusan berbakti / bersekutu di gereja (hukum ke 4).

1) Berbakti di gereja pada hari Sabat / hari Minggu bukan dianjurkan, tetapi diperintahkan! Jadi, tidak melakukannya merupakan dosa!

Keluaran 20:8-11 - “(8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. (11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.”.

Menguduskan hari Sabat itu berarti kita memisahkan hari itu dari hari-hari yang lain, dan mengkhususkannya bagi Tuhan. Karena itu dalam Perjanjian Baru, pada hari Sabat / Minggu kita harus berbakti di Gereja (dalam Perjanjian Lama di Kemah Suci / Bait Allah / sinagog).

Imamat 23:3 - “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu.”.

Kata-kata ‘hari pertemuan kudus’ dalam terjemahan bahasa Inggris adalah sebagai berikut:

KJV: ‘an holy convocation’ [= suatu pertemuan kudus].
RSV/NASB: ‘a holy convocation’ [= suatu pertemuan kudus].
NIV: ‘a day of sacred assembly’ [= suatu hari pertemuan keramat / kudus].

Jadi, semua terjemahan mengandung kata ‘pertemuan’, dan itu jelas menunjuk pada kebaktian bersama, bukan kebaktian sendiri-sendiri.

Imamat 19:30 - “Kamu harus memelihara hari-hari sabatKu dan menghormati tempat kudusKu; Akulah TUHAN.”.

Imamat 26:2 - “Kamu harus memelihara hari-hari SabatKu dan menghormati tempat kudusKu, Akulah TUHAN.”.

Lukas 4:16 - “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaanNya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.”.

Dari 2 ayat dalam kitab Imamat di atas bisa terlihat dengan jelas bahwa ‘pemeliharaan hari Sabat’ dihubungkan dengan tindakan ‘menghormati tempat kudus Allah’.
Dan dari Lukas 4:16 terlihat bahwa kebiasaan Yesus pada hari Sabat adalah berbakti di rumah ibadat. Pada jaman Yesus, tindakan berbakti ini bisa dilakukan di sinagog, bisa juga di Bait Allah. Pada jaman kita, ini dilakukan di gereja.

Jadi, jelas bahwa pada hari Sabat / Minggu kita memang harus berbakti kepada Tuhan, dan itu harus dilakukan di gereja. Kita tidak boleh berbakti di rumah sendiri (kecuali kalau rumah saudara memang dijadikan gereja).

Saya sendiri percaya bahwa hari Sabat, Tuhan melarang kita untuk melakukan pekerjaan sehari-hari kita, dengan tujuan supaya kita berbakti di gereja.

2) Dalam kebaktian itu, kita juga harus bersekutu satu dengan yang lain.

Ibrani 10:25 - “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”.

Bdk. Kisah Para Rasul 2:42-46 - “(42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. (43) Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. (44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. (46) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,”.

Kisah Para Rasul 5:12 - “Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak. Semua orang percaya selalu berkumpul di Serambi Salomo dalam persekutuan yang erat.”.

Jadi, DALAM KEADAAN NORMAL, saya tidak setuju dengan penghapusan / penutupan kebaktian yang jelas-jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum ke 4 dari 10 hukum Tuhan. Saya juga tidak setuju dengan kebaktian online untuk menggantikan kebaktian di gereja, karena kebaktian di gereja itu seharusnya melibatkan persekutuan horizontal, dan dalam kebaktian online, sudah pasti persekutuan itu sama sekali tidak ada. Dan satu hal yang sangat membuat saya berat hati kalau harus melakukan kebaktian online adalah karena saya yakin tidak banyak jemaat yang mau mengikuti kebaktian online. Katakanlah suatu gereja dengan 100 jemaat, dan kebaktian dilakukan online, ada berapa jemaat yang mau ikuti? Saya yakin di bawah 50 %, mungkin di bawah 25 %. Yang lain? Tidak kebaktian sama sekali!

Semua yang di atas ini merupakan keharusan DALAM KEADAAN NORMAL. Tetapi bagaimana DALAM KEADAAN YANG EXTRIM / DARURAT?

II) Hukum ke 4 dalam keadaan extrim / tidak normal

Apakah perintah untuk berbakti dan bersekutu pada hari Sabat itu bersifat mutlak tanpa perkecualian apapun?

Perlu diingat bahwa tidak semua hukum-hukum dalam 10 hukum Tuhan bersifat mutlak. Dari mana kita bisa tahu ada yang bersifat mutlak dan ada yang tidak? Dengan membanding-bandingkannya dengan ayat-ayat lain dalam seluruh Alkitab.
Hukum 1-3, hukum 5,7,8,9,10 rasanya bersifat mutlak, tanpa perkecualian apapun.

Tetapi misalnya hukum ke 6, ‘jangan membunuh’, saya sudah pernah mengajarkan bahwa ini ada perkecualiannya, yaitu:

1) Dalam membela diri, dalam sikon membunuh atau dibunuh.

2) Dalam Perjanjian Lama dalam holy war, dan dalam Perjanjian Baru dalam perang yang benar (just war).

3) Dalam seluruh proses pelaksanaan hukuman mati. Hukuman mati ini didukung oleh Perjanjian Lama (misal Keluaran 22:18-20) maupun Perjanjian Baru (Roma 13:4).

Sekarang, bagaimana dengan hukum ke 4? Adakah perkecualiannya dimana / pada saat seseorang boleh tidak berbakti, dan tidak dipersalahkan? Dulupun, jauh sebelum ada wabah virus corona, pada waktu saya mengajarkan hukum ke 4, saya sudah memberikan adanya perkecualian itu, yaitu:

a) Dalam keadaan sakit, bahkan yang tidak terlalu parah, tetapi yang tidak memungkinkan kita berkonsentrasi.

b) Pada saat seseorang terkena / mempunyai penyakit yang berbahaya dan menular.

c) Dalam keadaan yang sangat extrim, seperti ada banjir yang cukup tinggi, gempa bumi, huru hara masal, dan sebagainya.

Jadi, dalam keadaan / sikon yang extrim, seperti adanya wabah virus corona saat ini, dan lebih-lebih kalau wabah ini menggila, seperti di China pada beberapa waktu yang lalu, dan seperti di Italy dan Iran pada saat ini, salahkan melakukan kebaktian online, atau bahkan menutup kebaktian sama sekali??? Adakah ayat-ayat yang bisa dijadikan dasar untuk itu? Mari kita memeriksanya dalam Alkitab kita.

III) Kasus / ayat yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan hukum ke 4 dalam keadaan darurat.

1) Adanya kasus-kasus dimana ‘pelanggaran hukum’ diijinkan DALAM KEADAAN DARURAT.

a) Adanya kasus Daud yang ‘melanggar’ hukum Tuhan dengan makan roti yang seharusnya hanya boleh dimakan oleh imam saja. Ini lagi-lagi karena KEADAAN DARURAT dimana ia dan para pengikutnya kelaparan pada saat-saat tertentu selama dalam pengejaran oleh Saul.

1Samuel 21:1-6 - “(1) Sampailah Daud ke Nob kepada Ahimelekh, imam itu. Dengan gemetar Ahimelekh pergi menemui Daud dan berkata kepadanya: ‘Mengapa engkau seorang diri dan tidak ada orang bersama-sama dengan engkau?’ (2) Jawab Daud kepada imam Ahimelekh: ‘Raja menugaskan sesuatu kepadaku, katanya kepadaku: Siapapun juga tidak boleh mengetahui sesuatu dari hal yang kusuruh kepadamu dan yang kutugaskan kepadamu ini. Sebab itu orang-orangku telah kusuruh pergi ke suatu tempat. (3) Maka sekarang, apa yang ada padamu? Berikanlah kepadaku lima roti atau apapun yang ada.’ (4) Lalu jawab imam itu kepada Daud: ‘Tidak ada roti biasa padaku, hanya roti kudus yang ada; asal saja orang-orangmu itu menjaga diri terhadap perempuan.’ (5) Daud menjawab imam itu, katanya kepadanya: ‘Memang, kami tidak diperbolehkan bergaul dengan perempuan, seperti sediakala apabila aku maju berperang. Tubuh orang-orangku itu tahir, sekalipun pada perjalanan biasa, apalagi pada hari ini, masing-masing mereka tahir tubuhnya.’ (6) Lalu imam itu memberikan kepadanya roti kudus itu, karena tidak ada roti di sana kecuali roti sajian; roti itu biasa diangkat orang dari hadapan TUHAN, supaya pada hari roti itu diambil, ditaruh lagi roti baru.”.

Bdk. Imamat 24:9 - “Roti itu teruntuk bagi Harun serta anak-anaknya dan mereka harus memakannya di suatu tempat yang kudus; itulah bagian maha kudus baginya dari segala korban api-apian TUHAN; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya.’”.

Bdk. Markus 2:25-26 - “(25) JawabNya kepada mereka: ‘Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, (26) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu - yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam - dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?’”.

Pulpit Commentary: “We see that while the Mosaic ritual was in full force of its obligation the priest at Nob felt warranted to suspend one of its most minute regulations in order to relieve pressing human want. ... IT IS ONLY THE LETTER OF THE LAW, or the minutiƦ of religion observance, that may be thus dealt with. There are supreme obligations which not even a question of life and death may overrule.” [= Kita melihat bahwa sementara upacara agama dari hukum Musa masih diwajibkan dengan kekuatan penuh, imam di Nob merasa perlu untuk menyingkirkan satu dari peraturan-peraturan yang paling kecil untuk bisa mengurangi kebutuhan manusia yang menekan. ... HANYALAH HURUF DARI HUKUM, atau upacara agama yang kecil, yang boleh ditangani seperti itu. Ada kewajiban-kewajiban yang tertinggi yang bahkan tidak boleh dilanggar oleh persoalan tentang mati atau hidup.] - hal 407.

Ada 3 hal yang ingin saya soroti dari kutipan di atas ini:

1. Huruf dari hukum boleh dilanggar.
Apa maksudnya? Kadang-kadang hukum secara hurufiah (the letter of the law) bertentangan dengan makna sesungguhnya (the spirit of the law). Misalnya: Kitab Suci mengecam suap, ini huruf dari hukum. Tetapi apa tujuannya / makna sebenarnya? Supaya keadilan dan kebenaran ditegakkan. Tetapi pada saat kita tidak menyuap dan keadilan justru diinjak-injak, saya berpendapat bahwa menyuap diijinkan.

2. Dalam kebanyakan hukum moral, tidak ada sikon yang membolehkan kita untuk melanggarnya.
Contoh: Sadrakh, Messakh dan Abednego tidak mau menyembah patung sekalipun harus dimasukkan ke dapur api (Daniel 3), Daniel tidak mau berhenti berdoa kepada Allah sekalipun harus dimasukkan gua singa (Daniel 6). Juga Petrus jelas disalahkan karena menyangkal Yesus demi menyelamatkan nyawanya (Matius 26:69-74). Abraham dan Ishak juga disalahkan pada waktu berdusta untuk melindungi diri / istrinya (Kejadian 12:10-dst Kej 26:6-dst).

3. Hukum yang bersifat upacara (ceremonial law) boleh dilanggar dalam keadaan tertentu.
Larangan memakan roti kudus bagi orang-orang yang bukan imam, hanyalah hukum yang bersifat upacara. Dalam urusan Daud dan para pengikutnya yang kelaparan, maka hukum upacara itu boleh dilanggar.

b) Adanya hal-hal baik, yang dianjurkan untuk tidak dilakukan, dan dianggap kurang baik, DALAM KEADAAN DARURAT.

DALAM KEADAAN NORMAL, hal-hal itu baik, dan seharusnya dilakukan. Tetapi DALAM KEADAAN DARURAT, itu dianggap kurang baik, dan dianjurkan untuk tidak dilakukan!

1Korintus 7:25-31,36-38 - “(25) Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah. (26) Aku berpendapat, bahwa, MENGINGAT WAKTU DARURAT SEKARANG, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya. (27) Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang! (28) Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu. (29) Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; (30) dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli; (31) pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu. ... (36) Tetapi jikalau seorang menyangka, bahwa ia tidak berlaku wajar terhadap gadisnya, jika gadisnya itu telah bertambah tua dan ia benar-benar merasa, bahwa mereka harus kawin, baiklah mereka kawin, kalau ia menghendakinya. Hal itu bukan dosa. (37) Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik. (38) Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.”.

Kata-kata Paulus bahwa tidak kawin merupakan sesuatu yang baik bukanlah suatu peraturan yang berlaku secara umum.

Dasarnya:

1. Kejadian 2:18 mengatakan bahwa tidak baik kalau manusia (Adam) seorang diri saja.
Kej 2:18 - “TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.’”.

2. Kejadian 1:28 dan Kejadian 9:1 memerintahkan manusia untuk berkembang biak.

Kej 1:28 - “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’”.

Kejadian 9:1 - “Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi.”.

3. Dalam 1Timotius 4:3 Paulus sendiri menyerang ajaran yang melarang orang untuk kawin. Juga dalam 1Timotius 5:14 Paulus menganjurkan janda-janda untuk kawin lagi (bdk. 1Korintus 7:8!).

1Timotius 4:1-3 - “(1) Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (2) oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka. (3) Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran.”.

1Timotius 5:14 - “Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita.”.

4. Dalam Efesus 5:22-33 Paulus menggunakan pernikahan untuk menggambarkan hubungan Kristus dengan gereja! Kalau ia menggunakan pernikahan untuk menggambarkan sesuatu yang mulia, sukar bisa dibayangkan bahwa ia merendahkan pernikahan!

Ef 5:22-33 - “(22) Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, (23) karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. (24) Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. (25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya (26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diriNya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, (30) karena kita adalah anggota tubuhNya. (31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (32) Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. (33) Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.”.

5. 1Korintus 7:26 jelas menunjukkan bahwa sebagian dari 1Kor 7 ditulis untuk suatu keadaan darurat (kita tidak bisa tahu keadaan darurat apa yang sedang ia / mereka alami pada saat itu)!
1Kor 7:26 - “Aku berpendapat, bahwa, MENGINGAT WAKTU DARURAT SEKARANG, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.”.

Memang dua contoh yang saya berikan di atas ini bukan berurusan dengan kebaktian / hukum ke 4 dari 10 hukum Tuhan. Jadi, saya membahas keduanya untuk mendapatkan hal yang berlaku umum. DALAM KEADAAN DARURAT, adalah mungkin untuk ‘melanggar’ suatu hukum, atau tidak melakukan sesuatu yang baik, tanpa dianggap bersalah!

2) Kasus-kasus dimana orang tidak berbakti pada hari Sabat dan tidak bisa disalahkan.

a) Kasus Musa, Elia dan Yesus.

1. Musa pada waktu naik gunung dan berpuasa 2 x 40 hari.

Keluaran 24:12-18 - “(12) TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Naiklah menghadap Aku, ke atas gunung, dan tinggallah di sana, maka Aku akan memberikan kepadamu loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan kepada mereka.’ (13) Lalu bangunlah Musa dengan Yosua, abdinya, maka naiklah Musa ke atas gunung Allah itu. (14) Tetapi kepada para tua-tua itu ia berkata: ‘Tinggallah di sini menunggu kami, sampai kami kembali lagi kepadamu; bukankah Harun dan Hur ada bersama-sama dengan kamu, siapa yang ada perkaranya datanglah kepada mereka.’ (15) Maka Musa mendaki gunung dan awan itu menutupinya. (16) Kemuliaan TUHAN diam di atas gunung Sinai, dan awan itu menutupinya enam hari lamanya; pada hari ketujuh dipanggilNyalah Musa dari tengah-tengah awan itu. (17) Tampaknya kemuliaan TUHAN sebagai api yang menghanguskan di puncak gunung itu pada pemandangan orang Israel. (18) Masuklah Musa ke tengah-tengah awan itu dengan mendaki gunung itu. Lalu tinggallah ia di atas gunung itu empat puluh hari dan empat puluh malam lamanya.”.

Kel 34:1-5,27-28 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Pahatlah dua loh batu sama dengan yang mula-mula, maka Aku akan menulis pada loh itu segala firman yang ada pada loh yang mula-mula, yang telah kaupecahkan. (2) Bersiaplah menjelang pagi dan naiklah pada waktu pagi ke atas gunung Sinai; berdirilah di sana menghadap Aku di puncak gunung itu. (3) Tetapi janganlah ada seorangpun yang naik bersama-sama dengan engkau dan juga seorangpun tidak boleh kelihatan di seluruh gunung itu, bahkan kambing domba dan lembu sapipun tidak boleh makan rumput di sekitar gunung itu.’ (4) Lalu Musa memahat dua loh batu sama dengan yang mula-mula; bangunlah ia pagi-pagi dan naiklah ia ke atas gunung Sinai, seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, dan membawa kedua loh batu itu di tangannya. (5) Turunlah TUHAN dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan nama TUHAN. ... (27) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel.’ (28) Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman.”.

2. Elia pada waktu puasa 40 hari.

1Raja-raja 19:4-8 - “(4) Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: ‘Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.’ (5) Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: ‘Bangunlah, makanlah!’ (6) Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula. (7) Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: ‘Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.’ (8) Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.”.

3. Yesus pada waktu puasa 40 hari di padang gurun.

Matius 4:1-2 - “(1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.”.

Markus 1:12-13 - “(12) Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. (13) Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.”.

Lukas 4:1-2 - “(1) Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. (2) Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.”.

Sedikitnya ada 5 hari Sabat selama 40 hari itu. Dimana Yesus berbakti? Dia ada di padang gurun. Tak ada Bait Allah ataupun sinagog di padang gurun. Tak ada kemungkinan Ia bisa berbakti!

b) Adanya kasus-kasus dimana orang percaya tidak berbakti KARENA KEADAAN DARURAT yang mereka alami.

1. Nuh.
Nuh dan keluarganya ada di dalam bahtera lebih dari 1 tahun. Ini bisa didapatkan dari ayat-ayat di bawah ini.

Kejadian 7:1-5 - “(1) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: ‘Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapanKu di antara orang zaman ini. (2) Dari segala binatang yang tidak haram haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang yang haram satu pasang, jantan dan betinanya; (3) juga dari burung-burung di udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya terpelihara hidup keturunannya di seluruh bumi. (4) Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu.’ (5) Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan TUHAN kepadanya.”.

Kejadian 7:11-12 - “(11) PADA WAKTU UMUR NUH ENAM RATUS TAHUN, PADA BULAN YANG KEDUA, PADA HARI YANG KETUJUH BELAS BULAN ITU, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. (12) Dan turunlah hujan lebat meliputi bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya.”.

Kejadian 8:13-17 - “(13) DALAM TAHUN KEENAM RATUS SATU, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering. (14) DALAM BULAN KEDUA, PADA HARI YANG KEDUA PULUH TUJUH BULAN ITU, BUMI TELAH KERING. (15) Lalu berfirmanlah Allah kepada Nuh: (16) ‘Keluarlah dari bahtera itu, engkau bersama-sama dengan isterimu serta anak-anakmu dan isteri anak-anakmu; (17) segala binatang yang bersama-sama dengan engkau, segala yang hidup: burung-burung, hewan dan segala binatang melata yang merayap di bumi, suruhlah keluar bersama-sama dengan engkau, supaya semuanya itu berkeriapan di bumi serta berkembang biak dan bertambah banyak di bumi.’”.

Ia baru berbakti setelah keluar dari bahtera.

Kejadian 8:18-20 - “(18) Lalu keluarlah Nuh bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya dan isteri anak-anaknya. (19) Segala binatang liar, segala binatang melata dan segala burung, semuanya yang bergerak di bumi, masing-masing menurut jenisnya, keluarlah juga dari bahtera itu. (20) Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu.”.

2. Ayub dan sahabat-sahabatnya.
Ayub 2:8-13 - “(8) Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu. (9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: ‘Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!’ (10) Tetapi jawab Ayub kepadanya: ‘Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?’ Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. (11) Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari tempatnya masing-masing, yakni: Elifas, orang Teman, dan Bildad, orang Suah, serta Zofar, orang Naama. Mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa kepadanya dan menghibur dia. (12) Ketika mereka memandang dari jauh, mereka tidak mengenalnya lagi. Lalu menangislah mereka dengan suara nyaring. Mereka mengoyak jubahnya, dan menaburkan debu di kepala terhadap langit. (13) Lalu mereka duduk bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Seorangpun tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya.”.

Dalam 7 hari, sudah pasti ada satu hari Sabat. Mereka tidak berbakti tetapi duduk di sana. Dan setelah itupun, dalam Ayub 3-dst ada pembicaraan yang kita tidak tahu berapa lamanya. Jelas mereka tidak berbakti!!

3. Daud waktu dikejar-kejar Saul. Ini memakan waktu mungkin sampai belasan tahun (1Sam 19-31). Lalu terulang lagi pada waktu pemberontakan Absalom (2Sam 15-19).

4. Nabi Elia pada waktu tidak ada hujan selama 3,5 tahun, dan adanya kekeringan dan bahaya kelaparan pada saat itu. Elia dipelihara Tuhan di Sungai Kerit, lalu di Sarfat yang termasuk wilayah Sidon (bukan Israel maupun Yehuda).

1Raja-raja 17:1-9 - “(1) Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: ‘Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.’ (2) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadanya: (3) ‘Pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan BERSEMBUNYILAH di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. (4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.’ (5) Lalu ia pergi dan ia melakukan seperti firman TUHAN; ia pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. (6) Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu. (7) Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. (8) Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’”.

Bagaimana caranya nabi Elia bisa berbakti di kedua tempat itu? Dan ingat bahwa dalam Perjanjian Lama, selain ada keharusan berbakti pada hari Sabat, semua orang laki-laki diharuskan untuk pergi ke Yerusalem dan berbakti di sana.

Keluaran 23:14-17 - “(14) ‘Tiga kali setahun haruslah engkau mengadakan perayaan bagiKu. (15) Hari raya Roti Tidak Beragi haruslah kaupelihara; tujuh hari lamanya engkau harus makan roti yang tidak beragi, seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu, pada waktu yang ditetapkan dalam bulan Abib, sebab dalam bulan itulah engkau keluar dari Mesir, tetapi janganlah orang menghadap ke hadiratKu dengan tangan hampa. (16) Kaupeliharalah juga hari raya menuai, yakni menuai buah bungaran dari hasil usahamu menabur di ladang; demikian juga hari raya pengumpulan hasil pada akhir tahun, apabila engkau mengumpulkan hasil usahamu dari ladang. (17) Tiga kali setahun semua orangmu yang laki-laki harus menghadap ke hadirat Tuhanmu TUHAN.”.

Ini merupakan hukum upacara, yang tidak berlaku untuk kita (dihapuskan sejak kematian Kristus di salib - Efesus 2:15), tetapi ini jelas berlaku pada jaman Perjanjian Lama pada saat Elia hidup. Bagaimana Elia bisa melakukan hal ini dalam 3,5 tahun kekeringan / bahaya kelaparan itu padahal Tuhan menyuruh ia bersembunyi???

5. Kasus Yunus.

Yunus 3:4 - “Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: ‘Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.’”.

Yunus 3:10 - “Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkanNya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.”.

Yunus 4:5 - “Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu.”.

Ada bermacam-macam penafsiran tentang kapan terjadinya Yunus 4:5 ini. Tetapi saya setuju dengan penafsiran Adam Clarke, yang mengatakan bahwa ayat ini seharusnya diterjemahkan dalam bentuk past perfect, yang menunjukkan bahwa ini terjadi begitu Yunus menyampaikan nubuatnya. Kalau demikian, itu berarti bahwa ia menunggu selama 40 hari, dan akhirnya ia tahu bahwa Allah membatalkan ancamanNya karena pertobatan Niniwe.

Kapan Yunus berbakti selama ia pergi ke Niniwe, menunggu selama 40 hari itu, dan dalam perjalanannya kembali ke Israel??

6. Sebetulnya saya masih bisa memberi contoh-contoh yang lain, seperti Yusuf dan Maria yang disuruh oleh Tuhan untuk lari ke Mesir sampai Herodes mati (Matius 2:13-15), dan mungkin banyak lagi yang lain. Tetapi apa yang saya berikan di sini, saya anggap sudah cukup.

3) Larangan masuk kota / perkemahan, apalagi masuk Bait Suci / Kemah Suci, bagi orang yang sakit kusta.

Im 13:45-46 - “(45) Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! (46) Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.”.

Bilangan 5:1-3 - “(1) TUHAN berfirman kepada Musa: (2) ‘Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya semua orang yang sakit kusta, semua orang yang mengeluarkan lelehan, dan semua orang yang najis oleh mayat disuruh meninggalkan tempat perkemahan; (3) baik laki-laki maupun perempuan haruslah kausuruh pergi; ke luar tempat perkemahan haruslah mereka kausuruh pergi, supaya mereka jangan menajiskan tempat perkemahan di mana Aku diam di tengah-tengah mereka.’”.

Catatan: ini bahkan mencakup lebih dari orang-orang yang sakit kusta, tetapi juga orang-orang yang mengeluarkan lelehan, dan najis karena mayat.

Imamat 15:25 - “Apabila seorang perempuan berhari-hari lamanya mengeluarkan lelehan, yakni lelehan darah yang bukan pada waktu cemar kainnya, atau apabila ia mengeluarkan lelehan lebih lama dari waktu cemar kainnya, maka selama lelehannya yang najis itu perempuan itu adalah seperti pada hari-hari cemar kainnya, yakni ia najis.”.

Bdk. Matius 9:20 - “Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubahNya.”.

Jadi selama 12 tahun, perempuan ini jelas tidak boleh berbakti!

Sekarang kita kembali pada orang yang sakit kusta.

Lukas 17:12-13 - “(12) Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh (13) dan berteriak: ‘Yesus, Guru, kasihanilah kami!’”.

Adam Clarke (tentang Imamat 13:45): “He was also to cry, ‘Unclean, unclean,’ in order to prevent any person from coming near him, lest the contagion might be thus communicated and diffused through society; and hence, the Targumist render it, ‘Be not ye made unclean! Be not ye made unclean!’ A caution to others not to come near him.” [= Ia juga harus berseru, ‘Najis, najis’, untuk menghindarkan orang manapun untuk mendekatinya, supaya jangan penularan bisa diberikan dengan cara ini dan disebarkan ke seluruh masyarakat; dan karena itu Targumist menterjemahkannya, ‘Janganlah kamu menjadi najis! Janganlah kamu menjadi najis!’ Suatu peringatan bagi orang-orang lain untuk tidak datang mendekatinya.].

Adam Clarke (tentang Luk 17:12): “‘Which stood afar off.’ They kept at a distance, because forbidden by law and custom to come near to those who were sound, for fear of infecting them. See Lev 13:46; Num 5:2; 2 Kings 15:5.” [= ‘Yang berdiri pada jarak yang jauh’. Mereka menjaga pada suatu jarak, karena dilarang oleh hukum Taurat dan tradisi / kebiasaan untuk datang mendekat kepada mereka yang sehat, karena takut menulari mereka. Lihat Im 13:46; Bil 5:2; 2Raja 15:5.].

2Raja 15:5a - “Maka TUHAN menimpakan tulah kepada raja, sehingga ia sakit kusta sampai hari kematiannya, dan tinggal dalam sebuah rumah pengasingan.”.

2Raja-raja 7:3 - “Empat orang yang sakit kusta ada di depan pintu gerbang. Berkatalah yang seorang kepada yang lain: ‘Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?”.

William Barclay (tentang Lukas 17:11-19): “The lepers stood far off (cf. Leviticus 13:45–6; Numbers 5:2). There was no specified distance at which they should stand, but we know that at least one authority laid it down that when to windward of a healthy person, the leper should stand at least fifty yards away. Nothing could better show the utter isolation in which lepers lived.” [= Orang-orang kusta itu berdiri jauh (bdk. Im 13:45-46; Bilangan 5:2). Di sana tidak ada jarak yang ditentukan dimana mereka harus berdiri, tetapi kami tahu bahwa sedikitnya satu otoritas menyatakan bahwa pada waktu angin bertiup ke arah seorang yang sehat, si kusta harus berdiri setidaknya 50 yard (45 meter) jauhnya. Tak ada yang bisa menunjukkan dengan lebih baik pengucilan yang mutlak / sepenuhnya dalam mana orang-orang sakit kusta hidup.].

Itu berarti orang yang sakit kusta dilarang untuk berbakti oleh Tuhan!

IV) Pergumulan tentang ‘keadaan darurat’ yang mengubah sistim kebaktian gereja.

DALAM KEADAAN NORMAL, kita tidak boleh membuang kebaktian, atau melakukan kebaktian online. Tetapi DALAM KEADAAN DARURAT, itu menjadi sesuatu yang berbeda. Kita boleh melakukan kebaktian online, dan bahkan membuang kebaktian.

Masalahnya hanyalah: apakah kita sekarang, dengan adanya wabah virus corona ini, sudah berada dalam keadaan darurat itu??? Jawaban atas pertanyaan ini berbeda untuk setiap gereja.

Ada 3 hal yang merupakan faktor penentu keadaan darurat dalam suatu gereja:

1) Dimana gereja itu berada.
Gereja yang ada di daerah yang terkena wabah virus corona secara parah, berbeda dengan gereja di daerah yang terkena wabah virus corona secara tidak parah.

2) Berapa banyak jemaat gereja itu.
Gereja yang besar / banyak jemaatnya berbeda keadaan daruratnya dengan gereja yang kecil, karena makin banyak jemaat, makin tinggi resikonya.

3) Bagaimana kesadaran dan tanggung jawab dari jemaat gereja tersebut!
Saya baru membaca bahwa hanya sekitar 40 % orang Amerika yang menghindari kerumunan banyak orang. Yang lain tidak peduli sama sekali. Tidak heran kalau saat ini pertambahan orang yang terkena virus itu di USA luar biasa hebatnya!

Sekalipun jemaat kita super kecil, kalau ada satu saja yang tak peduli terhadap wabah ini, dan hidup secara tidak bertanggung jawab berkenaan dengan wabah ini, maka itu membahayakan seluruh gereja, dan meletakkan gereja kita dalam keadaan darurat!

Setiap pendeta dan majelis dari suatu gereja, harus menggumulkan hal ini untuk gereja masing-masing.

Jangan tergesa-gesa, karena ‘MENCARI AMAN’, menutup kebaktian atau mengubah menjadi kebaktian online. Ini adalah sikap pengecut! Dan saudara tidak bakal aman kalau saudara menentang perintah Tuhan dalam urusan kebaktian!

Jangan juga dengan sikap ‘SOK BERIMAN’ terus melaksanakan kebaktian secara normal, padahal sebetulnya ada dalam keadaan darurat!

Saya memperingatkan orang-orang yang ‘sok beriman’ itu bahwa tindakan gegabahmu, bisa membuat orang-orang terbunuh oleh wabah virus corona ini, dan kalau itu terjadi, maka KAMU ADALAH SEORANG PEMBUNUH!

Jangan tergesa-gesa menutup kebaktian dan mengubahnya menjadi kebaktian online hanya karena HIMBAUAN pemerintah! Pertama, ini masih himbauan, bukan larangan. Kedua, dalam kebaktian ada perintah Allah untuk melakukannya. Sekalipun kita memang harus taat kepada pemerintah (Ro 13:1), tetapi kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia (Kis 5:29). Hanya menggunakan Ro 13:1 merupakan hal yang salah karena adanya Kis 5:29!

Roma 13:1 - “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”.

Kisah Para Rasul 5:29 - “Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”.

Tetapi karena adanya perkecualian-perkecualian yang sudah saya bahas di atas, maka memang menutup kebaktian dan menggantikannya dengan kebaktian online merupakan sesuatu yang diperbolehkan, kalau keadaan memang darurat!

Bagi saya, pertimbangannya bukan antara ketaatan pada hukum ke 4 dan ketaatan pada himbauan pemerintah, tetapi antara ketaatan pada hukum ke 4 dan resiko bahwa tindakan gegabah dengan meneruskan kebaktian, tak peduli dalam keadaan apa, bisa menyebabkan kita membunuh banyak orang, dan juga bahkan menghancur-totalkan seluruh gereja pada waktu gereja itu terkena oleh wabah virus corona!

Hari Rabu yang lalu (tanggal 18 Maret 2020) saya menerima WA yang isinya merupakan surat penggembalaan dari Pdt. Stephen Tong. Surat itu tertanggal Selasa 17 Maret 2020. Intinya Pak Tong menganggap kebaktian sebagai sesuatu yang bersifat mendasar untuk gereja. Karena itu untuk kebaktian tanggal 22 Maret 2020, keputusannya akan diberikan paling lambat pada tanggal 21 Maret 2020.

Bagi saya ini secara jelas menunjukkan Pak Tong menggumulkan hal itu secara serius. Dia tidak mengentengkan wabah virus corona itu dengan sikap ‘sok beriman’, dan dia juga tidak ‘mencari aman’ dengan cepat-cepat menutup kebaktian / menggantikannya dengan kebaktian online. Saya menganggap ini sebagai suatu sikap yang benar, dan saya salut terhadap Pak Tong dalam hal ini.

Catatan: Hari Jumat kemarin (tanggal 20 Maret 2020) saya mendapat berita bahwa karena Gubernur Jakarta Anies Baswedan melarang kebaktian, Pak Tong memutuskan untuk tetap berbakti, tetapi memindahkan kebaktian ke Karawaci, Tangerang.

Tetapi apapun keputusan Pak Tong, itu tidak bisa ditiru begitu saja oleh semua gereja yang lain / gereja kita. Seperti yang telah saya katakan, semua pendeta harus menggumulkan untuk gereja masing-masing karena sikon semua gereja berbeda.

Untuk gereja kita, saya masih tetap melakukan kebaktian biasa, karena Surabaya tidak separah Jakarta dalam hal wabah virus corona, dan khususnya karena gereja kita sangat kecil, dan jemaat yang sangat sedikit ini menyebabkan, secara logika, resikonya jauh lebih rendah dari gereja-gereja yang besar. Tetapi tetap saja, kalau wabah virus corona ini makin parah, tidak tertutup kemungkinan bagi kita untuk menutup kebaktian / melakukan kebaktian online / melakukan kebaktian tertutup. Maksudnya kebaktian yang hanya untuk 4 atau 5 orang saja (1 pengkhotbah, 1 chairman, 1 perekam video, 1 yang melakukan livestream, dan 1 yang menjalankan komputer untuk LCD), yang lalu disiarkan melalui Youtube.

Biarlah kita semua selalu berdoa untuk perlindungan Tuhan, juga semua kita melakukan tanggung-jawabnya dengan menjaga diri masing-masing supaya tidak tertular, dan juga berdoa, kalau boleh, dengan perlindungan Tuhan kita tetap bisa melakukan kebaktian secara biasa, karena bagaimanapun, itu adalah kebaktian yang seharusnya.

Kiranya Tuhan memberkati saudara semua.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post