10 ALASAN MENGAPA MENJADI SEORANG KRISTEN KHARISMASTIK

Pdt. Samuel T. Gunawan,M.Th.

“Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu” (1 Petrus 3:15-16)
otomotif, asuransi
PENDAHULUAN

Penyebutan kata “Kharismatik” biasanya langsung mendapat reaksi. Bagi banyak orang Kristen, kata tersebut mengingatkan mereka akan bantuan dan berkat yang mereka rasa dari berbagai pelayanan praktis para penganut Kharismatik terhadap mereka. Mereka dapat mengingat kembali pada berbagai pelayanan ibadah yang penuh kegembiraan dan sukacita, pelayanan penginjilan massa dan kesembuhan, pelayanan yang berorientasi pada penggunaan karunia-karunia rohani, dan dampak yang lebih luas pada pelayanan sosial kemasyarakat, serta lain-lain sebagainya.

1. ALASAN PERTAMA:

KHARISMATIK YANG SAYA YAKINI ADALAH KHARISMATIK YANG MENGAKUI DAN MENJUNJUNG TINGGI OTORITAS ALKITAB 

Alkitab adalah otoritas penentu kebenaran. Otoritas adalah wewenang, hak atau kuasa untuk mewajibkan kepatuhan.[1] Dari segi iman Kristen, Allah mempunyai hak dan kuasa tertinggi untuk menuntut kepatuhan, karena Dialah sang Pencipta dan Tuhan segala bangsa. Otoritas itu penting sebab otoritas akan mengendalikan hidup seseorang. Otoritas akan mempengaruhi perilaku, keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan seseorang. 

Sumber otoritas utama dan tertinggi bagi orang Kristen adalah Tuhan sendiri sebagaimana Ia menyatakan melalui Alkitab. Pengetahuan kita tentang Allah pertama dan terutama datang melalui Kitab Suci. Alkitab harus diterima sebagai firman Tuhan kepada kita, harus dihormati dan ditaati. Pada waktu kita tunduk kepada otoritasnya, kita menempatkan diri di bawah otoritas Allah yang hidup, yang diperkenalkan kepada kita di dalam diri Yesus Kristus.

Hanya firman Tuhan (Alkitab) yang layak disebut sebagai kebenaran mutlak (absolut), yang tidak bisa salah, tidak boleh diubah, tidak boleh ditambah atau dikurangi dan menjadi otoritas tertinggi bagi ajaran dan praktik iman Kristen. Hasil pengamatan saya menunjukkan bahwa orang tersesat karena memulai dari titik awal yang salah. Karena itu, saat membahas tentang ajaran dan parktek Kekristen apapun, maka kita perlu memulainya dari titik awal yang tepat. Titik awal yang tepat itu adalah Alkitab. Dan tentunya semua orang Protestan Ortodoksi dan Injili Konservatif setuju dalam hal ini.[2]

2. ALASAN KEDUA:

KHARISMATIK YANG SAYA YAKINI MEMILIKI AJARAN YANG ALKITABIAH DAN SEHAT 

Pada umumnya ajaran (doktrin) yang diakui oleh Kharismatik di atas kompatibel (selaras) dengan ajaran dan keyakinan Protestan Ortodoksi dan Injili Konservatif, serta gereja-gereja arus utama lainnya. Kharismatik mengakui doktrin-dontrin antara lain: doktrin tentang Alkitab (bibliologi); doktrin tentang Allah (teologi proper); doktrin tentang Kristus (Kristologi); doktrin tentang Roh Kudus (pneumatologi); doktrin tentang manusia (antropologi); doktrin tentang kejatuhan manusia (hamartiologi); doktrin tentang keselamatan (soteriologi); doktrin tentang gereja (eklesiologi); doktrin tentang akhir zaman (eskatologi). 

Walaupun demikian, ada ciri-ciri dari Kharismatik yang membedakannya dari gerakan-gerakan lainnya, yaitu penekananya yang khusus terhadap hal-hal seperti berikut: (1) Karunia-karunia rohani masih bermanifestasi sampai saat ini; (2) Pujian penyembahan dalam Ibadah yang selebratif dan ekspresif; (3) Keyakinan pada manfaat doa, syafaat dan doa konser; (4) Penekanan pada penginjilan dan misi; (5) Keyakinan bahwa Allah masih berbicara hari ini; dan (6) Keyakinan akan kuasa rohani bagi kehidupn dan pelayanan. Tentu saja selain enam karakteristik tersebut, ada lagi ciri-ciri lainnya, tetapi dalam pengamatan saya enam hal ini secara umum merupakan representatif dari ajaran dan praktek Kharismatik.

Sumber utama doktrin Kristen yang diakui oleh Kharismatik adalah Kitab suci. Pengakuan ini didasarkan atas keyakinan bahwa Allah telah mewahyukan (menyatakan) diriNya dan penyataan itu secara akurat dinyatakan dalam ke enam puluh enam kitab dari Kitab Suci (Alkitab). Dengan demikian, maka Kitab Suci adalah sumber utama dari pengetahuan manusia akan Allah. 

Selanjutnya, sumber-sumber lainnya dalam penyusunan teologi dan doktrin Kristen, yaitu: (1) Pengakuan-pengakuan doktrinal, seperti: Kredo Rasuli, Kredo Nicea, Kredo Chalcedon, dan pengakuan iman lain. Hal ini penting untuk mengerti bagaimana orang-orang Kristen sepanjang abad memahami konsep teologis dan memformulasi doktrin-doktrin Alkitab; (2) Tradisi gereja, meskipun bisa salah, penting untuk dapat memahami afirmasi tentang iman Kristen. Apa yang individu, gereja-gereja, dan denominasi telah ajarkan merupakan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam merumuskan pernyataan teologis. namun Kharismatik tidak meninggalkan beberapa tradisi; (3) Penalaran, dibimbing oleh Roh Kudus, adalah juga suatu sumber teologi. Namun penalaran tetap harus takluk pada supranatural, daripada berusaha untuk menjelaskannya. Dengan demikian Kharismatik yang saya akui dan yakini tidaklah anti rasio.

Untuk mengetahui apakah suatu doktrin itu Alkitabiah atau tidak maka kita dapat melihat ciri-ciri sebagai berikut: 

(1) Doktrin yang Alkitabiah adalah doktrin yang bersumber pada seluruh Firman Allah. Doktrin seperti ini tidak hanya bermanfaat untuk pengajaran tetapi juga untuk menyatakan kesalahan, mendidik dan memperbaiki agar orang percaya memiliki hidup yang berkenan kepada Allah. Untuk menghasilkan doktrin Alkitabiah diperlukan interpretasi yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hermeneutika yang wajar, sederhana, benar dan dapat dipertanggunjawabkan sehingga menghasilkan doktrin yang sehat (2 Timotius 3:14-17). Doktrin yang sehat bersumber hanya pada Firman Allah (Alkitab), dan doktrin sehat akan menghasilkan pertumbuhan rohani yang sehat; 

(2) Doktrin yang Alkitabiah adalah Doktrin yang Sehat (1 Timotius 1:10; 2 Timotius 4:2-4; Titus 1:9; 2:1). Doktrin yang benar adalah doktrin yang sehat. Doktrin yang sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin yang sehat menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan rohani yang sehat bagi orang percaya. Doktrin sehat menghasilkan paktek kehidupan yang kudus dan berkenan kepada Allah. Doktrin dan pengajaran yang sehat selalu diharapkan untuk menghasilkan kehidupan yang kudus. Doktrin yang sehat tidak hanya dinyatakan melalui pengakuan iman atau kredo, tetapi melalui kehidupan yang berbuah-buah; 

(3) Doktrin yang Benar adalah Doktrin yang Menghasilkan Karakter yang Kudus (Titus 2:1). Merupakan fakta yang terbukti bahwa doktrin mempengaruhi karakter. Apa yang dipercayai seseorang sangat besar mempengaruhi perbuatannya. Jika seseorang menerima dan mengikuti doktrin yang sehat maka doktrin itu akan menghasilkan karakter ilahi dan karakter Kristus. Paulus memberikan nasihat kepada Timotius agar “awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu” (1 Timotius 4:6,13,16). Selanjutnya Paulus berbicara tentang “ajaran yang sesuai dengan ibadah kita” (1 Timotius 6:1-3), yakni serupa dengan Allah dalam hal karakter dan kehidupan yang kudus. Jadi, ujian dari kemurnian doktrin adalah kemurnian dan kekudusan hidup yang dihasilkannya.

3. ALASAN KETIGA:

KHARISMATIK YANG SAYA YAKINI MENGAJARKAN ALLAH YANG MAHAKUASA YANG BERDAULAT PENUH ATAS CIPTAANNYA 

Doktrin tentang kedaulatan Allah bukanlah hak milik pandangan teologi tertentu, tetapi ini merupakan kebenaran yang dinyatakan dalam Alkitab, karena itu merupakan milik semua orang percaya. Kedaulatan Allah dinyatakan dalam kehendakNya dan juga di dalam kemahakuasaanNya, atau dalam kuasa untuk melakukan kehendakNya. Allah Mahakuasa sehingga sanggup melakukan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya (Daniel 4-35).

(1) Kedaulatan Allah dinyatakan melalui kemahakuasaannya. Kuasa Tuhan yang tak terbatas bersumber dari pribadi Tuhan yang Mahakuasa dan tak terbatas. Mahakuasa berarti bahwa Allah kuat dalam segala-galanya dan sanggup melakukan apa saja yang sesuai dengan sifatNya sendiri. Di dalam Alkitab, kata ”Mahakuasa” yang hanya dipakai untuk Allah tercatat 56 kali. Dan kata ini merupakan dasar bagi konsep kemahakuasan Tuhan. Kepada Abraham Tuhan menyatakan, “Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela” Kejadian 17:1). 

Mahakuasa berarti bahwa Tuhan tidak dibatasi oleh apapun. Tuhan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, Ia tidak dibatasi oleh keadaan, ia tidak dibatasi oleh ciptaaNya. Karena Dia yang menciptakan ruang dan waktu dan seluruh ciptaan yang ada. Dia sanggup melakukan apa saja yang Dia kehendaki yang sesuai dengan sifat atau atributNya yang sempurna.

(2) kedaulatan Allah dinyatakan melalui kehendakNya. Kehendak Allah terdiri dari kehendak Allah yang mengarahkan (efektif) dan kehendak Allah yang mengizinkan (permisif). Ada hal-hal yang direncanakan Allah dan yang ditetapkan-Nya harus terjadi secara efektif dan ada hal-hal lainnya yang sekadar diizinkan Allah untuk terjadi (Roma 8:28). Beberapa hal dimana Allah terlihat sebagai penggerak yang secara aktif menjadikan semua peristiwa, yaitu : menciptakan (Yesaya 45:18); mengontrol alam semesta (Daniel 4:35); menetapkan penguasa (Daniel 2:21); memilih orang untuk diselamatkan (Efesus 1:4). Bebarapa hal menunjukkan kehendak Allah yang permisif, yaitu: Allah mengizinkan kejatuhan dan dosa, tetapi Ia bukan pencipta dosa. Perbuatan-perbuatan dosa tidak akan menggagalkan rencanaNya. Akan tetapi, dalam hal kehendakNya yang permisif itu pun, Allah mengarahkan semuanya bagi kemuliaan-Nya (Matius 18:7; Kisah Para Rasul 2:23).

4. ALASAN KEEMPAT:

KHARISMATIK YANG SAYA YAKINI MENGAJARKAN BAHWA ROH KUDUS TERUS AKTIF BERKARYA DALAM GEREJA DAN KEHIDUPAN ORANG PERCAYA MASA KINI SERTA MEMBERIKAN KARUNIA-KARUNIA ROH

Para penganut Kharismatik percaya bahwa karunia-karunia rohani atau Charismata seperti yang disebutkan dalam Roma 1:11; 5:15, 16; 6:23; 11:29; 12:6; 1 Korintus 1:7; 7:7; 12:4, 9, 28, 30, 31; 2 Korintus 1:11; 1 Timotius 4:14; 1 Timotius 1:6; 1 Petrus 4:10, bukan hanya berlaku bagi gereja masa lalu tetapi juga untuk gereja masa kini. Karunia-karunia rohani harus menjadi bagian dari Gereja hingga Kristus datang kembali. Pengakuan akan eksistensi dan kuntinuitas dari Charismata ini telah dianggap sebagai ciri utama Kharismatik. 

Jadi, perbedaan doktrin Roh Kudus penganut Kharismatik dari non Kharismatik terutama berhubungan dengan keyakinan bahwa karunia-karunia ajaib dari Roh Kudus masih terus berfungsi dengan kadar yang sama dengan saat gereja baru saja berkembang. Para penganut Kharismatik percaya bahwa karunia-karunia rohani atau Charismata seperti yang disebutkan dalam Roma 1:11; 5:15, 16; 6:23; 11:29; 12:6; 1 Korintus 1:7; 7:7; 12:4, 9, 28, 30, 31; 2 Korintus 1:11; 1 Timotius 4:14; 1 Timotius 1:6; 1 Petrus 4:10, bukan hanya berlaku bagi gereja masa lalu tetapi juga untuk gereja masa kini. Karunia-karunia rohani harus menjadi bagian dari Gereja hingga Kristus datang kembali. Pengakuan akan kontinuitas dari eksistensi Charismata ini telah dianggap sebagai ciri utama Kharismatik. 

Istilah Yunani yang umumnya dipakai oleh para penulis Perjanjian Baru untuk mendeskripsikan “karunia-karunia Roh” adalah “charisma”. [3] Kata “charisma (χαρίσμα)” ini memiliki makna yang beragam sesuai dengan konteks penggunaannya.[4] Kata ini pada dasarnya berarti “karunia, anugerah, pemberian atau hadiah”. Bentuk jamak dari kata “charisma” adalah “charismata”. Dari kata inilah kemudian muncul sebutan “kharismatik” yang menunjuk kepada “gerakan Kharismatik” atau “orang-orang Kharismatik”.[5] 

Selanjutnya, kata “charisma” ini berasal dari “charis” yang dalam bahasa Yunani berarti “kasih karunia”. Jadi, ada hubungan yang sangat erat antara karunia-karunia Roh dan kasih karunia Allah.[6] Sebenarnya, kata “charismata” bukanlah satu-satunya yang digunakan di Perjanjian Baru untuk karunia-karunia Roh, walaupun kata tersebut adalah kata yang biasanya paling umum digunakan. Kata Yunani lainnya yang digunakan adalah “pneumatikos”[7] dan “domata”. Kata “pneumatikos” ini misalnya muncul dalam 1 Korintus 12:1, “Sekarang tentang karunia-karunia Roh (pneumatikos). Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya”. 

Sedangkan kata “domata” (bentuk tunggalnya “doma”) muncul di Efesus 4:8, “Itulah sebabnya kata nas: “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian (domata) kepada manusia”.[8] Baik kata “pneumatikos” “maupun kata “domata”, keduanya dihubungkan dengan “charismata” dan “charis” dalam konteks penggunaannya. Dengan demikian, karunia-karunia Roh, dalam konteks Perjanjian Baru, berhubungan erat dengan kasih karunia Allah.

Tetapi, pada umumnya doktrin Roh Kudus yang diakui oleh Kharismatik kompatibel (selaras) dengan ajaran dan keyakinan Protestan Ortodoksi dan Injili Konservatif, serta gereja-gereja arus utama lainnya. Sebagai penganut Kharisatik saya percaya akan keillahian dan kepribadian Roh Kudus (Kisah Rasul 5:3-4). Roh Kudus melahirkan kembali orang-orang berdosa (Titus 3:5) dan mendiami orang-orang percaya (Roma 8:9). Melalui Roh Kudus, Kristus membaptiskan semua orang percaya sebagai anggota-anggota tubuh-Nya (1 Korintus 12:12-14). 

Melalui Roh Kudus, Allah Bapa memeteraikan jaminan keselamatan orang-orang percaya pada hari penyelamatan (Efesus 1:13-14). Roh Kudus adalah Pengajar Illahi yang menerangi hati dan pikiran orang-orang percaya saat mereka mempelajari Firman Allah (1 Korintus 2:9-12). Para penganut Kharismatik percaya bahwa Roh Kudus berdaulat penuh dalam membagikan karunia-karunia Roh (1 Korintus 12:11).

Alkitab menyingkapkan bahwa Roh Kudus berinteraksi secara pribadi dengan umat manusia. Sejak penciptaan (Kejadian 1:1-2; Mazmur 104:30) hingga ke langit dan bumi yang baru (Wahyu 22:17). Roh Kudus melengkapi berbagai pelaku Allah (Bilangan 11:16-17; Hakim-hakim 14:1-6; Mikha 3:8); Roh aktif dalam kelahiran Yesus (Lukas 1:35); Roh menjadi aktor yang dinamis dalam penebusan (Yohanes 3:3-5; Roma 15:16; 2 Tesalonika 2:13; Roh memungkinkan penulisan Kitab Suci (2 Timotius 3:14-17; 2 Petrus 1:19-21); Roh mengajar dan memimpin kepada seluruh kebenaran (Yohanes 16:8,13; 1 Yohanes 2:20) dan memberi kemampuan membedakan (1 Korintus 2:10-16; 1 Yohanes 4:1-6). Roh memenuhi, memberdayakan, dan menghidupkan kehidupan Kristen (Yohanes 14:15-31; Kisah Para Rasul 2:1-41; Roma 8:1-27; 14:17; 1 Korintus 2:6-16; Galatia 5:16-26). 

Roh menghasilkan karakter Allah (Galatia 5:22-23) dan mengaruniai jemaat demi pelayanan bagi orang lain di dalam maupun diluar gereja (Roma 12:3-8; Efesus 4:7-13; 1 Korintus 12:3-11). Roh menuntun dan memandu karya jemaat (Kisah Para Rasul 8:29; 13:2,4; 20:17-28). Interaksi yang berarti dengan Roh Kudus lainnya dapat ditemukan dalam Kitab Suci. 

Berbagai bagian dari Kitab Suci menggambarkan Roh Kudus dengan ciri pribadi: berbicara (Kisah Para Rasul 28:25); mengajar (Yohanes 14:26); menghibur (Kisah Para Rasul 9:31); mengenali dan menolong kelemahan kita (Roma 8:26); ditentang (Kisah Para Rasul 7:51); dan didustai (Kisah Para Rasul 5:3).

Karena Roh Kudus adalah pribadi yang berinteraksi maka Roh Kudus bisa berduka (Efesus 4:30) atau padam (1 Tesalonika 5:19). Ada dua sikap kita yang dapat mendukakan atau memadamkan Roh, yaitu : 

(1) kita dapat mendukakan dan memadamkan Roh Kudus dengan sikap dan tindakan yang berlebihan berhubungan dengan pribadi dan karya Roh Kudus seolah-olah Roh Kudus bisa kita atur dan perintahkan sekehendak hati kita. Sikap seperti ini akan menghasilkan ekses-ekses religius yang mementingkan diri sendiri, merugikan orang lain; dan membawa nama buruk bagi gereja dan Allah. Berhubungan dengan kharismata, sikap disebut Kharismania, yaitu, tergila-gila atau terobsesi dengan pengalaman-pegalaman Kharismatikal; 

(2) sementara itu Roh juga berduka atau padam ketika diabaikan, dikesampingkan atau ditentang. Berhubungan dengan kharismata, sikap ini disebut Kharisfobia, yaitu fobia atau takut dan menolak terhadap pengalaman Kharismatikal.

5. ALASAN KELIMA:

KHARISMATIK YANG SAYA YAKINI MENGAJARKAN KEYAKINAN BAHWA ALLAH MASIH BERBICARA HARI INI

Kharismatik mengakui bahwa Allah masih berbicara hari ini kepada umatNya, baik sebagai pribadi maupun persekutuan. saat mengakui bahwa Allah masih berbicara hari ini kepada umatNya, sebagai persekutuan maupun pribadi, sama langsungnya dan seringnya seperti pada zaman rasul-rasul, Kharismaik bukanlah bermaksud menggantikan Alkitab dengan wahyu baru. 

Kharismatik meyakini bahwa Tuhan tidak hanya menuntun melalui Alkitab, tetapi juga berkomunikasi dan menuntun orang-orang percaya melalui berbagai cara. Faktanya, meskipun bukan dalam rangka menciptakan Alkitab baru, Roh Kudus masih terus berbicara sampai sekarang (God speaking today). Saat ini, banyak teolog, pakar Alkitab, dan pemimpin Kristen terkejut saat menyadari bahwa ternyata Roh Kudus masih berbicara kepada kita secara adikodrati. 

Karena itu, Jack Deere menulis dua buku yang berjudul Suprised by the Power of the Spirit dan buku lainnya yang berjudul Suprised by the Voice of God. Di dalam buku tersebut Jack Deere meredam argumentasi Alkitabiah, teologis, historis, dan epistemonologis yang dikemukakan untuk menyangkal bahwa Tuhan masih saja berbicara dan bahwa kita dapa mendengar suaraNya sampai sekarang. Semula, Guru besar teologi sistematika dan pakar teologi Perjanjian Lama dari Dallas Theological Seminary ini tidak percaya dan menyebut perihal mendengar suara Tuhan sebagai “epistemonologi yang berbahaya”.[9]

Saat mengajarkan bahwa Tuhan masih berbicara saat ini, banyak dari penganut Kharismatik tidak pernah menyejajarkan apa yang mereka dengar dengan atau yang didengar oleh orang lain itu dengan Alkitab yang tertulis. Karena itu Jack Deere menyimpulkan demikian: “Setelah melalui berbagai pengalaman dan sekian tahun lamanya mengadakan studi mengenai persoalan apakah masih berbicara sekarang, saya yakin betul bahwa diluar Alkitab Tuhan masih berbicara terus, namun tidak pernah bertentangan dengan Alkitab”. [10]

Ilustrasi berikut ini berguna dalam menjelaskan bahwa Allah telah memberikan Alkitab tetapi Ia masih tetap berbicara sampai hari ini. Sebagai pemimpin di gereja lokal saya memberikan pedoman tertulis yang berisi peraturan dan berbagai petunjuk yang lengkap bagi kebutuhan organisasi gereja yang saya pimpin. Buku pedoman tersebut cukup jelas dan lengkap dalam mengatur segala sesuatunya yang berkaitan dengan setiap aspek dari organisasi, mulai dari pengaturan staf, struktur organisasi, tugas dan fungsi, pelaksanaan pekerjaan pelayanan, dan lain-lain sebagainya. 

Dengan adanya buku pedoman yang sudah cukup lengkap tersebut, bukan berarti saya harus berhenti berkomukasi dan berbicara. Buku pedoman tersebut bukan untuk membungkam mulut saya, tetapi untuk membantu seluruh staf dalam melaksanakan program dan kegiatan organisasi kami. Seluruh pembicaraan yang berkaitan dengan organisasi tidak boleh menyimpang dari pedoman yang telah dituangkan dalam buku pedoman tersebut.

Demikian juga halnya dengan Allah, Ia telah menyatakan dirinya, berbicara, dan memberikan Alkitab sebagai “buku pedoman” bagi kita. Buku pedoman tersebut tidak diberikan dengan maksud supaya Allah berhenti berkomunikasi dan berbicara pada kita. Allah adalah Pribadi yang ingin tetap berkomunikasi dan berbicara kepada kita. Apa yang Allah bicarakan kepada kita sekalipun tidak tertulis dalam Alkitab, tetapi tidak menyimpang atau bertentangan dengan Alkitab. 

Alkitab tidaklah mungkin bisa membungkus Allah yang tidak terbatas itu. “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini” (Ulangan 29:29). Ketika Yesus datang ke dunia, Yohanes menulis biografi hidupnya, tetapi apa yang Yohanes akhirnya katakan adalah, “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” (Yohanes 21:25).

6. ALASAN KEENAM:

KHARISMATIK YANG SAYA YAKINI MENGAJARKAN SAYA HIDUP UNTUK MEMULIAKAN KRISTUS 

Ada banyak definisi dari karunia-karunia rohani, antara lain: Teolog Dispensasional Charles C. Ryrie dan Paul Enns secara terpisah memberikan definisi karunia-karunia rohani sebagai berikut. Ryrie mendefinisikan karunia rohani sebagai “suatu kemampuan yang diberikan Allah untuk pelayanan”.[11] 

Tampaknya ada tiga hal yang ditekankan Ryrie dalam definisinya diatas, yaitu: (1) Suatu karunia rohani adalah suatu kemampuan; (2) Karunia rohani diberikan oleh Allah; dan (3) karunia rohani digunakan untuk pelayanan tubuh Kristus.[12] Sementara itu, Enns mengatakan “Suatu definisi singkat dari karunia rohani adalah ‘pemberian anugerah’. Definisi yang lebih lengkap adalah “pelimpahan ilahi akan kemampuan khusus untuk pelayanan atas anggota tubuh Kristus”.[13] 

Menurut Paul Enns ada dua konsep dalam karunia-karunia rohani, yaitu (1) karunia rohani pada seseorang adalah perlengkapan dari Allah bagi pelayanan secara individu (1 Korintus 12:11); dan (2) suatu karunia rohani bagi gereja adalah dimana secara unik seseorang diperlengkapi bagi pendidikan dan pendewasaan gereja (Efesus 4:11-13).[14]

Anthony Hoekema, seorang teolog Calvinis-Reformed mengutip Arnold Bittlinger saat mendefinisikan karunia rohani sebagai berikut, “Manifestasi bebas dari Roh Kudus, yang berkarya di dalam dan melalui, tetapi melampuai kemampuan natural orang percaya, bagi kebaikan bersama umat Allah”.[15] Selanjutnya Hoekema menyatakan fungsi karunia-karunia Roh itu adalah untuk “memampukan orang-orang percaya untuk melakukan berbagai bentuk pelayanan di dalam jemaat, atau terlibat di dalam bentuk pelayanan tertentu dalam kerajaan Allah. Tujuan karunia-karunia ini adalah untuk membangun orang-orang percaya, membangun jemaat, dan untuk melayani keseluruhan komunitas Kristen”. [16]

Teolog Injili Wayne Grudem mendefinisikan karunia rohani sebagai, “any ability that is empowered by the Holy Spirit and used in any ministry of the church. (Kemampuan apapun yang diberi kuasa oleh Roh Kudus dan digunakan dalam pelayanan gereja)” [17] Disini Grudem menekankan bahwa karunia-karunia rohani merupakan suatu pemberian kuasa oleh Roh Kudus kepada setiap orang percaya dan karunia-karunia tersebut digunakan bagi pelayan gereja. 

Sementara itu teolog Injili lainnya, Darrel W. Robinson menyatakan bahwa “karunia Roh adalah pemberian dari Allah yang memampukan anak-anakNya untuk melakukan ‘pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus’ (Efesus 4:12)”.[18]

Pakar teologi misi dan pertumbuhan gereja, C. Peter Wagner, yang juga seorang Injili Kharismatik, mendefinisikan karunia rohani sebagai berikut, “sebuah karunia rohani adalah sebuah perlengkapan istimewa yang diberikan oleh Roh Kudus kepada tiap-tiap anggota tubuh Kristus menurut kasih karunia Allah untuk dipakai dipakai dalam konteks tubuh itu”.[19] 

Definisi Wagner tersebut menekankan lima hal penting karunia rohani yaitu: (1) karunia rohani adalah perlengkapan istimewa; (2) karunia rohani diberikan oleh Roh Kudus; (3) karunia rohani diberikan kepada tiap-tiap anggota tubuh Kristus atau orang percaya; (4) karunia rohani diberikan menurut kasih karunia Allah; dan (5) karunia rohani dipakai dalam konteks pelayanan tubuh Kristus.

Saya mendefinisikan karunia rohani sebagai “suatu kemampuan khusus yang diberikan kepada orang-orang percaya oleh Kristus dan Roh Kudus menurut kasih karunia Allah untuk memuliakan Kristus dan membangun gereja-Nya”. Dalam definisi tersebut ada empat hal yang saya tekankan, yaitu: 

(1) karunia rohani adalah suatu kemampuan khusus. Suatu karunia rohani adalah suatu kemampuan khusus. Kemampuan khusus ini tidak sama dengan dengan talenta atau pun kemampuan alami yang dibawa setiap orang sejak lahirnya. Sebagai contoh, ada yang dapat menyanyi atau belajar memainkan sebuah alat musik dengan baik, ada yang pandai melukis gambar yang indah atau mengukir bentuk-bentuk dari kayu, dan lain-lainnya. Tuhan memberikan kemampuan-kemampuan ini, tetapi itu bukanlah karunia rohani. Walaupun demikian, ketika kemampuan alamiah ini dipersembahkan kepada Tuhan untuk kepentingan-Nya, kemampuan itu dapat menjadi suatu cara untuk mengekspresikan sebuah karunia rohani. 

(2) karunia-karunia rohani diberikan oleh Kristus dan Roh Kudus. Dua bagian utama tentang karunia Rohani dihubungkan dengan Kristus dan Roh Kudus. Bagian Utama dalam Efesus 4 menghubungkan karunia-karunia rohani (ayat 11-12) sebagai pemberian Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga (ayat 8). Bagian utama dalam 1 Korintus menekankan pekerjaan Roh Kudus sebagai Pribadi yang berdaulat (ayat 4,7,11) yang memberikan karunia-karunia menurut kehendakNya (ayat 8-10); 

(3) karunia-karunia diberikan menurut kasih karunia Allah. Artinya bahwa karunia-karunia diberikan secara gratis dan bukannya karena hasil perbuatan seseorang (1 Korintus 12:11). Karunia-karunia bukan diberikan sebagai tanda atau badge yang menyatakan bahwa Allah senang dengan tingkat kerohanian seseorang. Karunia-karunia juga tidak kita peroleh karena kita mengabdi dengan sungguh-sungguh sekali. Karunia-karunia itu pemberian berdasarkan kasih karunia Allah. Petrus menasehari. 4:10-11, ia menasehati, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jadi, karunia-karunia Roh, dalam konteks Perjanjian Baru, berhubungan erat dengan kasih karunia Allah: 

(4) karunia rohani diberikan untuk memuliakan Kristus dan membangun Gereja-Nya. Jadi Kharismatik yang saya yakini mengajarkan bahwa tujuan karunia rohani diberikan untuk memuliakan Kristus dan membangun gereja-Nya. Alkitab menujukkan bahwa karunia-karunia tersebut diberikan untuk memuliakan Kristus. Pekerjaan Roh Kudus sekarang ini adalah memuliakan Kristus(1 Korintus 12:3). Dan segala sesuatu yang dikerjakanNya mempunyai tujuan tertinggi untuk memuliakan Kristus. Karunia-karunia rohani harus digunakan untuk pelayanan di dunia ini. dan menolong gereja untuk bertumbuh (Efesus 4:11-13). 

Tozer mengatakan, “Tidak seorangpun bisa mengasihi Tuhan Yesus Kristus jikalau Roh Allah tidak diberi kesempatan untuk menyatakan diriNya di dalam kehidupan. Tidak seorangpun bisa berkata bahwa Yesus adalah Tuhan jikalau Roh Kudus tidak memampukannya melalui kehidupan dan pengalaman rohani”.[20] Karunia-karunia diberikan kepada tiap-tiap orang percaya adalah untuk kepentingan tubuh Kristus dan pelayanan. Karunia-karunia rohani diberikan karena ada tugas yang harus dikerjakan dan jika karunia-karunia itu bekerja dengan baik, maka tugas itu dapat diselesai (Yohanes 15:26-17; Kisah Para Rasul 1:4,8;Efesus 4:12-16).

Kharismatik yang saya yakini mengajarkan bahwa kita harus berani mengambil sikap tegas menguji setiap bentuk ajaran atau perilaku. Kemudian, bertindak berdasarkan hasil pengujian merupakan suatu kewajiban. Perhatikanlah nasihat rasul Paulus, “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (1 Tesalonika 5:21). 

Rasa takut untuk menguji segala sesuatu yang datang dengan memakai jubah Kekristenan dan mengatasnamakan Roh Kudus, tidaklah menunjukkan spiritualitas yang tinggi tetapi justru menunjukkan kelemahan. Mudah tertipu tidak sama dengan spiritualitas (kerohanian). Seseorang berdosa tidak hanya karena menolak kebenaran sejati, tetapi juga karena menerima yang palsu.[21] Karena itu, perlu untuk menguji dengan teliti, tanpa suatu prasangka sebelum terbukti. Teliti bukan sekedar melihat, melainkan melihat dengan cermat. Perhatikanlah nasihat rasul Paulus, “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (1 Tesalonika 5:21).

Rasul Yohanes mengingatkan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia” (1 Yohanes 4:1). Frase Yunani “ujilah roh-roh itu” dalam 1 Yohanes 4:1 tersebut adalah “dokimazete ta pneumata”. Kata “dokimazeta” berasal dari kata “dokimazo” yang berarti “menguji, meneliti, dan memeriksa”. Secara harafiah frase tersebut berarti “membuktikan dengan menguji”.[22] 

Alasan untuk menguji setiap roh atau menguji orang-orang atau kelompok tertentu yang mengaku digerakan oleh roh ini ialah karena ada banyak nabi-nabi palsu yang menyusup dan masuk ke dalam gereja saat ini (Markus 13:22).[23] Karena itu, tiga pertanyaan diagnostik berikut dapat digunakan untuk menguji ajaran atau perilaku yang masih meragukan, yaitu : (1) Apakah ajaran atau perilaku tersebut sesuai dengan kebenaran, yaitu firman Tuhan atau ajaran Alkitab? (2) Apakah ajaran atau perilaku tersebut meninggikan dan memuliakan Tuhan Yesus? Karena pelayanan Roh Kudus tidak pernah lepas dari memuliakan Kristus (Yohanes 16:14). (3) Apakah ajaran atau perilaku tersebut mendatangkan pertobatan dan damai sejahtera atau justru menimbulkan ketakutan, kekuatiran atau perilaku yang menyimpang?

7. ALASAN KETUJUH:

KHARISMATIK YANG SAYA YAKINI MENGAJARKAN PUJIAN DAN PENYEMBAHAN DALAM IBADAH YANG SELEBRATIF DAN EKSPRESIF

Ciri-ciri ini terlihat hampir di setiap ibadah Kharismatik. Ibadah yang selebratif dan ekspresif, pujian yang bersemangat, dan penyembahan yang mengalir dari lubuk hati. Dasar teologis dari pujian dan penyembahan ini ditemukan dalam tata Ibadah di kemah Daud (1 Tawarikh 13-16; 2 Samuel 6:17-19), yang dinyatakan dalam kitab Mazmur dan diteguhkan dalam Perjanjian Baru sebagaimana tertulis dalam Kolose 3:16, “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu”. 

Dan Ibrani 13:15 yang mengatakan, “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya”. Pujian dan penyembahan dalam liturgi ibadah Daud bersifat selebratif dan ekspresif, seperti: Bertepuk tangan, bersorak-sorai, berseru-seru, menyanyi, menari, mengangkat tangan, bersujud, berlutut, dan disertai iring-iringan musik (1 Tawarikh 23:5; 25:5-6). Ibadah seperti ini dilakukan dengan tertib, teratur, dan tidak kacau.[24] 

Istilah “pondok Daud” muncul dalam Amos 9:11, “Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud (sukat David) yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala”. Yakobus dalam sidang gereja perdana di Yerusalem mengutip perkataan nabi Amos ini saya ia mengatakan, “Kemudian Aku akan kembali dan membangunkan kembali pondok Daud (σκηνην δαβιδ-skênên dabid) yang telah roboh, dan reruntuhannya akan Kubangun kembali dan akan Kuteguhkan, supaya semua orang lain mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut milik-Ku demikianlah firman Tuhan yang melakukan semuanya ini” (Kisah Para Rasul 15:16-17).

Istilah “pondok Daud” adalah istilah untuk “kemah atau tabernakel” pada zaman Daud (terjemahan KJV yang menggunakan istilah “tabernacle” untuk kata “pondok”). Pada zaman Musa, Allah pernah memerintahkan Musa membuat Kemah Suci (Tabernakel) sebagai pusat ibadah orang-orang Israel (Keluaran 25:8). 

Bagi Israel pada masa itu, kemah itu benar-benar nyata. Tetapi bagi kita orang-orang percaya saat ini, kemah itu hanya sekedar simbol atau suatu gambaran mengenai apa yang apa yang hendak dilakukan Allah melalui Kristus. Setelah Musa meninggal, sempat terjadi keberpalingan orang-orang Israel yang meninggalkan ibadah kepada Allah dan berpaling kepada berhala. 

Ketika Daud menjadi Raja, ia membangun kembali tempat ibadah yang di dalamnya terdapat Tabut Perjanjian. Tabut Perjanjian itu ada di dalam pondok (kemah) yang didirikan oleh Daud, (2 Samuel 7:2; 11:11). Tabut Allah yang untuk beberapa waktu berada di tangan bangsa Filistin (1 Samuel 5:1-4, 6-7), direbut kembali oleh Daud, dan ia membawa tabut itu bukan ke gunung Gibeon tetapi ke gunung Sion, ke kota Daud (2 Samuel 6:17; 1 Tawarikh 15:1,29; 16:1; 2 Tawarikh 5:2). 

Daud membangun sebuah pondok yang disebut dengan “pondok Daud” yang hanya terdiri dari satu ruangan dan di pondok itu hanya ada satu perabot suci yaitu Tabut Perjanjian Allah. Periode ibadah di Pondok Daud ini adalah sesudah Kemah Musa dan sebelum Bait Allah yang permanen dibangun oleh Raja Salomo. Jadi pada waktu itu ada dua buah kemah ibadat di Israel, yaitu kemah Musa yang terdapat di gunung Gibeon, di mana tabut Allah sudah tidak ada di sana (1 Tawarikh 16:39; 21:29), dan kemah Daud yang didirikan di gunung Sion di mana, di mana tabut Allah ada di sana (2 Samuel 6:17; 2 Tawarikh 5:2). Tabut Allah itu menandakan kehadiran Allah. Tidak ada tabut Allah berarti tidak ada kemuliaan Allah (bandingkan 1 Samuel 4:21-22).

Kemah Daud hanya berfungsi kira-kira 40 tahun dan kemah Daud ini berbeda sama sekali dengan bangunan ibadat di tabernakel Musa. Dan menurut Yakobus, pondok Daud ini merujuk pada Kisah Para Rasul 15:16 adalah Jemaat atau Gereja Kristus. Jadi kemah Daud ini memberikan kepada kita sekilas pandang mengenai apa yang akan dilakukan Allah di dalam gereja di kemudian hari. Manarik untuk memperhatikan bahwa tata ibadah di kemah Daud ini sangat berbeda dengan tata ibadah di Tabernakel Musa. 

Tata ibadah di tabernakel Musa dengan ciri-ciri sebagai berikut: tidak ada nyanyian, tidak ada iringan musik, tidak ada puji-pujian, tidak ada tepuk tangan dan sorak-sorai, tidak ada tari-tarian, sedikit mazmur (Mazmur 90), sukacita diperintahkan, dan hanya imam besar yang melayani di hadapan tabut Tuhan. Sebaliknya, tata ibadah di kemah Daud dicirikan oleh: Nyanyian dari para penyanyi (1 Tawarikh 15:16), Diiringi dengan alat-alat musik (1 Tawarik 23:5), mempersembahkan korban pujian dan korban syukur (1 Tawarikh 16:4,8,36,41), Disertai tepuk tangan dan dengan sorak-sorai (1 Tawarikh 15:28; Mazmur 47:1), Mengangkat tangan (Mazmur 134) dan menari dihadapan Tuhan (1 Tawarikh 16:29), sukacita dan kegembiraan spontan (1 Tawarikh 16:10,27), Banyak menyanyi mazmur (1 Tawarikh 16:7), dan semua orang lewi melayani di hadapan Tuhan, bukan hanya imam (1 Tawarikh 16:36; Mazmur 106:4). Perlu diketahui bahwa sebagian besar Pujian dan Nyanyian di dalam Kitab Mazmur dibuat dan digubah di dalam kemah Daud dan dengan tepat melukiskan tata ibadah di sana.

Perlu diketahui, bahwa pola ibadah yang dilaksanakan di dalam gereja-gereja Kharimatik yang bersifat selebratif dan ekspresif saat ini merupakan suatu pola ibadah yang diadaptasi dari tata ibadah umat Israel di kemah Daud. 

Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini mengenai pola ibadah dikemah Daud tersebut, sebagaimana telah dijelaskan di atas. “Seluruh orang Israel mengangkut tabut perjanjian TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sangkakala, nafiri dan ceracap, sambil memperdengarkan permainan gambus dan kecapi” (1 Tawarih 15:28). “Juga diangkatnya dari orang Lewi itu beberapa orang sebagai pelayan di hadapan tabut TUHAN untuk memasyhurkan TUHAN, Allah Israel dan menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi-Nya.Kepala ialah Asaf dan sebagai orang kedua ialah Zakharia; lalu Yeiel, Semiramot, Yehiel, Matica, Eliab, Benaya, Obed-Edom dan Yeiel yang harus memainkan gambus dan kecapi, sedang Asaf harus memainkan ceracap dan Benaya serta Yahaziel, imam-imam itu, selalu harus meniup nafiri di hadapan tabut perjanjian Allah itu. Kemudian pada hari itu juga, maka Daud untuk pertama kali menyuruh Asaf dan saudara-saudara sepuaknya menyanyikan syukur bagi TUHAN: Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN!Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya” (1 Tawarikh 16:4-12). “empat ribu orang menjadi penunggu pintu gerbang; dan empat ribu orang menjadi pemuji TUHAN dengan alat-alat musik yang telah kubuat untuk melagukan puji-pujian," kata Daud” (1 Tawarikh 23:5). “Mereka ini sekalian adalah anak-anak Heman, pelihat raja, menurut janji Allah untuk meninggikan tanduk kekuatannya; sebab Allah telah memberikan kepada Heman empat belas orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan. Mereka ini sekalian berada di bawah pimpinan ayah mereka pada waktu menyanyikan nyanyian di rumah TUHAN dengan diiringi ceracap, gambus dan kecapi untuk ibadah di rumah Allah dengan petunjuk raja. Demikianlah keadaan bani Asaf, Yedutun dan Heman” (1 Tawarikh 25:5-6).

Perlu ditegaskan bahwa di dalam Perjanjian Baru tidak ada tata ibadah (liturgi) tertentu yang diperintahkan kepada Gereja, tetapi Kristus pernah mengajarkan bahwa Ia akan menggenapi di dalam Gereja segala sesuatu yang tertulis di dalam kitab Taurat, kitab Nabi-nabi, dan kitab Mazmur mengenai diri-Nya (Lukas 24:44). Tuhan tidak pernah berjanji untuk memulihkan kembali kemah (tabernakel) Musa, tetapi yang dijanjikan-Nya ialah memulihkan kembali kemah (pondok) Daud (Amos 9:11; Kisah Para Rasul 15:16-17; Bandingkan Ibrani 12:18-22). 

Melalui tata ibadah di pondok Daud itulah kita menemukan pola ibadah Perjanjian Baru. Rasul Paulus mengatakan, “dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati” (Efesus 5:19) dan “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu” (Kolose 3:9). 

Selain itu, penulis Ibrani menganjurkan, “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya” (Ibrani 13:15). Jadi pola ibadah yang dilaksanakan di dalam gereja-gereja Kharimatik yang bersifat selebratif dan ekspresif saat ini merupakan suatu pola ibadah yang diadaptasi dari tata ibadah umat Israel di kemah Daud, dan memiliki dasar Alkitabiah yang memadai.

8. ALASAN KEDELAPAN:

KHARISMATIK YANG SAYA YAKINI MENGAJARKAN BAHWA ORANG PERCAYA DAPAT MENGALAMI KUASA ALLAH DALAM KEHIDUPAN SEKARANG INI 

Kuasa Rohani merupakan unsur yang mendasari seluruh aspek pandangan dan praktek gerakan Kharismatik. Kuasa Rohani berupa kemampuan memuji Allah, menginjili, kemampuan untuk melakukan mukjizat dan kesembuhan, mengusir, serta mendemonstrasikan karunia-karunia Roh.[25] Kharismatik tidak hanya percaya pada karya-karya Roh Kudus, tetapi mereka secara teratur mengundang Roh Kudus di tengah-tengah mereka guna membawa kuasa adikodrati. 

Karena itu, melihat hal-hal seperti mukjizat, kesembuhan, jamahan kuasa Roh Kudus, pengusiran roh-roh jahat, peperangan rohani, nubuat dan profetik, doa konser dan syafaat merupakan hal yang umum di dalam aktivitas, pelayanan dan ibadah Kharismatik. Kharismatik percaya bahwa kuasa Roh Kudus membuka jalan bagi penerapan kebenaran (1 Korintus 2:4, 13). Bagaimana kuasa Allah dinyatakan?

Kharismatik yang saya akui dan yakini mengajarkan bahwa bahwa kuasa Tuhan yang dinyatakan itu bertujuan untuk : (1) Menyatakan kehendak, kedaulatan, kekuasaan dan kemuliaan Allah; (2) Menuntun manusia agar berpaling dari berhala kepada Allah; (3) Menguatkan keyakinan dan kepercayaan orang percaya kepada Allah; (4) Memberkati, menyatakan belas kasih, dan kepeduliaan Allah kepada manusia; (5) Menyatakan tindakan pemeliharaan yang terus menerus (kontinuitas) dilakukan oleh Tuhan yang mengendalikan, melindungi, memelihara dan mengatur segala sesuatu.

Jadi Kharismatik yang saya akui dan yakini mengajarkan kuasa Allah dinyatakan : (1) menurut kehendak (kedaulatan) dan menurut cara Tuhan; (2) ketaatan kepada allah dan firman Allah; (3) dengan percaya pada nama Yesus yang berkuasa (Kisah Para Rasul 4:12; 10:43; Roma 9:17; Efesus 1:21; Filipi 2:10; Ibrani 1:4; Wahyu 22:4); (4) dengan percaya pada darah Yesus yang berkuasa (1 petrus 1:18-20; efesus 1:7; Kolose 1:20; Ibrani 10:19; 13:12; Wahyu 12:11); (5) dengan kuasa Roh Kudus yang bekerja (Kisah Para Rasul 1:8); (6) ketika kita berdoa dengan sungguh-sungguh (Yakobus 5:17); (7) melalui Iman (Matius 17:20); (8) bertekun dan dengan sabar mencari dan menantikan Allah.

Kuasa Allah juga dinyatakan dengan berbagai cara, sarana, dan metode yang dikehendaki-Nya. Berikut ini daftar berbagai metode dan sarana yang pakai Allah, didalam Alkitab sebagai cara Allah menyatakan kuasaNya yang bekerja di dalam dan melalui orang percaya. 

(1) Pujian dan Ucapan Syukur. Pada saat nama Tuhan dipuji, ditinggikan dan dimuliakan dengan pujian, nyanyian, dan ucapan syukur disitulah kuasaNya dinyatakan. Kita perlu memuji Allah atas kebaikan dan anugerahNya; memuji Allah tentang kebesaran, kehebatan, keadilan, kekudusan, dan kemurahanNya. (Mazmur 22:12-14; 1 Tesalonika 5:10). Ketika Paulus dan Silas berada di penjara Filipi mereka memuji Tuhan dan kuasa Allah dinyatakan (Kisah Para Rasul 16:23-40). Ketika Yosua dan tentara Israel bersorak-sorak memuji Tuhan kuasa Allah juga dinyatakan (Yosua 1:1-27). 

(2) Sakramen-Sakramen Gereja. Kita mengakui dua macam sakramen yaitu baptisan air dan perjamuan kudus. Kedua sakremen ini bila dilakukan dengan sungguh-sungguh dibawah pimpinan Roh Kudus maka melaluinya kuasa Allah dinyatakan : yang sakit disembuhkan, yang lemah dikuatkan, yang bimbang diteguhkan imannya, yang berdosa menerima pengampunan, kutuk dosa diganti dengan berkat Tuhan. Kedua sakramen ini harus dilakukan dengan benar (Markus 16:16; 1 Korintus 11:17-34). 

(3) Kuasa Allah Dinyatakan Melalui Pengurapan Minyak oleh Penatua. Memanggil para penatua dan mengurapi dengan minyak – Yakobus 5:14-15; Markus 6:13. Minyak adalah lambang Roh Kudus. Itu bukan minyak yang menyembuhkan melalui unsur obat-obatan, tetapi “doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang yang sakit itu” 

(4) Kuasa Allah Dinyatakan Melalui Penumpangan Tangan. Penumpangan tangan dan doa oleh orang percaya secara umum – (Markus 16:16-18; Matius 19:19) – Allah tidak membatasi penyedianNya kepada satu alat saja atau hanya melalui orang tertentu saja. Dia akan memakai siapa saja yang bersedia dan akan percaya kepada Dia. Semua orang percaya mempunyai hak istimewa untuk percaya kepada Firman Allah dan berdoa untuk yang sakit. 

(5) Kuasa Allah Dinyatakan Melalui Berbagai Medium : (a) Jubah Yesus; banyangan Petrus – (Markus 6:56) – “Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh” (Kisah Para Rasul 5:15-16). Berusaha menjamah Yesus dan para rasul mengindikasikan iman pada pihak yang sakit. Ini atas dasar iman bahwa semua disembuhkan. Iman mendasari semua kebenaran kesembuhan. 

Iman dituntut dari orang ynag dalam kebutuhan dan orang yang sedang berdoa dan bahkan orang membawa orang sakit. (“Melihat iman mereka” – Matius 9:2). (b) Sapu tangan dan pakaian dari Paulus – (Kisah Para Rasul 19:11-12) – “Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa, bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat”.

9. ALASAN KESEMBILAN:

KHARISMATIK YANG SAYA YAKINI MENGAJARKAN BAHWA PENTINGNYA DOA DAN PENGINJILAN 

Kharismatik yang saya akui dan yakini, percaya bahwa doa pribadi dan doa bersama mutlak diperlukan jika gereja ingin bertumbuh. Kharismatik melihat bahwa gereja Perjanjian Baru dilahirkan dalam doa (Kisah Para Rasul 1:14) dan terus bertekun dalam doa dan melakukan setiap aktivitas dan pelayanan di dalam doa (Kisah Para Rasul 2:42; 4:31; 6:4,6: 13:3). 

Karismatik percaya bahwa gereja, yaitu tubuh Kristus adalah “rumah doa bagi segala bangsa” (Yesaya 56:7). Dengan demikian, doa harus menjadi fokus utama bagi semua gereja, sehingga pemberitaan firman dan semua pelayanan lainnya mengalir dari urapan dan kuasa Roh Kudus (1 Korintus 2:4, 13). 

Di dalam ibadah Kharismatik sering kali ditemukan “doa konser”, yaitu doa yang diucapkan secara bersama-sama di dalam kesatuan Roh Kudus. Doa konser merupakan suatu tindakan iman bersama dengan kesatuan hati dan sepakat. [26] Doa konser ini dapat ditemukan dalam pernyataan Yesus bahwa, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Matius 18:18-20). Juga dapat ditemukan dalam pola Perjanjian Baru seperti dalam Kisah Para Rasul 4:24-31.

Kharismatik menekankan pentingnya “Amanat Agung” Kristus, sebagai misi gereja. Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus adalah misi gereja yang merupakan kesinambungan dari misi Yesus Kristus (Matius 28:19,20 dan ayat-ayat pararlel). Ciri gereja Perjanjian Baru adalah misioner, yaitu gereja yang mengemban Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus dan menekankan pentingnya “menjadikan semua bangsa murid Kristus”. Kharismatik telah membantu membangkitkan kembali semangat untuk melaksanakan misi dan penginjilan dengan efektif. Roh Kudus yang memberi kuasa memampukan orang-orang percaya sehingga dengan keberanian yang baru berbicara kepada orang lain tentang Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 1:8; 4:31).

Amanat Agung itu demikian pentingnya, bukan saja karena merupakan misi utama semua gereja, tetapi juga karena gereja-gereja baru akan terbentuk apabila ada orang-orang yang taat melaksanakan Amanat Agung tersebut. Tanpa Amanat Agung tidak akan ada gereja-gereja lokal. Pelaksanaan Amanat Agung menghasilkan gereja-gereja lokal. Gereja adalah wakil dari Kerajaan Allah di dunia ini dan diperintahkan untuk membawa berita Injil ke semua manusia di bumi. 

Jika kita melihat prioritas dari program-program, berbagai aktivitas sebuah gereja sekarang ini, kita mungkin bertanya-tanya apakah kita telah lupa atau bingung akan misi kita sebagai orang-orang percaya. Kita sibuk, tetapi sibuk mengerjakan apa ? Berapa banyak program, pertemuan, dan aktivitas kita yang benar-benar menghasilkan jiwa-jiwa baru ? Jika kita tergugah untuk memenuhi Amanat Agung Kristus, maka kita harus menjadi gereja yang misionar. Sebuah gereja yang misioner adalah gereja yang melaksanakan misi. Kata “misi” atau “mission (Inggris)” berasal dari kata Latin “missio” yang diangkat dari kata “mittere”, merupakan terjemahan dari kata Yunani “apostello”, yang artinya “mengirim” atau “mengutus”. [27]

10. ALASAN KESEPULUH:

KHARISMATIK YANG SAYA YAKINI MENGAJARKAN KESEIMBANGAN DOKTRINAL DAN PRAKTIKAL 

Kharismatik yang saya akui dan yakini menyadari bahwa pengetahuan doktrinal tentang Roh Kudus tidak secara otomatis menjadikan seseorang mengenal Roh Kudus secara pribadi. Disinilah kebutuhan akan kehadiran dan kuasa Roh Kudus dialami secara pribadi menjadi jelas. Mereka ingin mengenal Roh Kudus dan mengalami kuasaNya. Sekedar persetujuan mental terhadap doktrinal Roh Kudus tidaklah pernah memadai bagi kehidupan Kristen yang maksimal. 

A.W Tozer mengatakan, “Kita tidak berani menyimpulkan bahwa hanya karena kita mempelajari maka kita benar-benar mengenal-Nya. Pengenalan akan Roh Kudus hanya terjadi melalui perjumpaan pribadi dengan Roh Kudus itu sendiri”.[28] Para penganut Kharismatik saat ini menyadari bahwa pengalaman tentang Roh Kudus harus dibedakan, yaitu kebenaran objektif mengenai Roh Kudus dan pandangan manusia secara subjektif yang serba terbatas dan berpraduga tentang Dia. 

Pengalaman bersama Roh Kudus itu sangat diperlukan dengan demikian kita mengetahui bahwa sesuatu itu benar-benar nyata karena kita merasakan kehadiran-Nya, mengalami dan menyaksikan kuasaNya serta melihat bagaimana ia menjamah hidup kita dan orang lain. Tetapi, tidak peduli betapa yakinnya seseorang bahwa dia memiliki wahyu rohani atau firman dari Tuhan, jika itu berkontradiksi dengan pengajaran Alkitab yang jelas, maka itu tidak bisa diterima. 

Satu-satunya yang aman bagi kita supaya tidak masuk dalam ajaran yang sesat adalah tinggal di dalam batas-batas kebenaran yang dinyatakan. Pengalaman harus diukur dalam terang Firman Allah. Hal yang subjek harus tunduk pada yang objek; hal yang tidak sempurna harus tunduk pada yang sempurna; Jika tidak, pengalaman yang tidak dituntun bisa menyebabkan kesalahan dan kekeliruan.

Kharismatik yang saya akui dan yakini mengajarkan keseimbangan bahwa karunia Roh (1 Korintus 12:7-12) dan buah Roh (Galatia 5:22-25), keduanya adalah karya Roh di dalam dan melalui kita. Tujuan karunia Roh Kudus diberikan yaitu sebagai alat yang memungkinkan kita dengan kuasa-Nya melayani orang-orang yang kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Sedangkan buah Roh adalah karakter yang Dia hasilkan di dalam dan melalui kita yang tampak dalam kehidupan kita sehari-hari. Tujuan dari buah Roh diberikan karena kita membutuhkan karakter-Nya agar cocok dengan kuasa-Nya. Mengapa? Karena kuasa yang diterima tanpa diimbangi karakter dapat merusak. 

C. Peter Wagner menyatakan, “buah Roh merupakan prasyarat untuk menggunakan karunia-karunia Roh secara efektif. Karunia-karunia tanpa buah tidaklah berharga”.[30] Jadi Roh Kudus berkarya di dalam kita melalui dua cara, yaitu: 

(1) kuasa Roh yang mengubahkan dan memerdekakan; 

(2) karakter Roh, yaitu moral dan etika yang menyertainya.[31] Baik kuasa Roh maupun buah Roh, keduanya sama-sama kita perlukan. Pemikiran yang menyatakan bahwa kita tidak memerlukan salah satu dari kedua hal tersebut, pastilah merupakan pemikiran yang datangnya bukan dari Tuhan. Karena dalam konteks penjelasan yang Alkitabiah, keduanya sama pentingnya bagi kita. 

Karena itu saya setuju dengan Anthony Hoekema, seorang teolog Calvinis-Reformed yang menyatakan, “Apapun karunia yang telah diberikan oleh Roh Kudus kepada kita harus dipakai di dalam kasih, sukacita, damai sejahtera, dan aspek-aspek buah Roh yang lain. Setiap kali kita memakai karunia-karunia kita tanpa menunjukkan buah Roh Kudus, maka kita akan menjadi seperti yang dikatakan Paulus, ‘gong yang berkumandang’ atau ‘canang yang gemerincing’ (1 Korintus 13:1)”.[32]

Daftar Pustaka

Achenbach, Reinhard., 2012. Kamus Ibrani-Indonesia Perjanjian Lama. Terjemahan, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.

Aritonang, Jan S, 1995. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. Cetakan ke 12. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.

Arrington, French L., 2004. Christian Doctrine A Pentacostal Perspective, 3 Jilid. Terjemahan, Penerbit Departemen Media BPS GBI : Jakarta.

Conner, Kevin J., 1993. Pengetahuan Dasar Alkitab, diktat. Harvest International Theological Seminary/Harvest Publication House: Jakarta.

___________., 2004. A Practical Guide To Christian Belief, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

___________., 2004. Jemaat Dalam Perjanjian Baru, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

Conner, Kevin J & Ken Malmin., 1983. Interprenting The Scripture. Edisi Indonesia dengan judul Hermeneuka, Terjemahan 2004. Penerbit Gandum Mas: Malang.

Cornish, Rick., 2007. Five Minute Apologist. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.

Holmes, Arthur F., 2009. All Truth is God’s Truth. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.

Hunter, Todd., 2011. Christianity Beyond Bilief. Penerbit ANDI: Yokyakarta.

Cox, Alan D., 1988. Penafsiran Alkitabiah : Prinsip-prinsip Hermeneutik. Yayasan Lembaga Sabda : Yokyakarta.

Daun, Paulus., 1994. Bidat Kristen Dari Masa Ke Masa. Penerbit, Yayasan Daun Family: Manado.

___________., 2010. Seri Buku Teologi Sistematika (Prolegomena, Bibliologi, Teologi Proper. Penerbit, Yayasan Daun Family: Manado.

Dieleman, Jaap, 2012., The Coming Of The King Of Kings. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta

Douglas, J.D., ed, 1996. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I dan II. Terj, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.

Echhard J. Scahnabal., 2010. Rasul Paulus Sang Misionaris: Perjalanan, Stategi dan Metode Misi Rasul Paulus. Terj, Penerbit ANDI: Yogyakarta.

Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 1 & 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen. 3 Jilid. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 2009. New Dictionary Of Theology. jilid 2, terjemahkan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Geisler, Norman & David Geisler., 2010. Conversational Evangelism: Bagaimana Mendengaran dan Berbicara Agar Didengarkan. Penerbit Yayasan Gloria: Yogyakarta.

Groothuis, Douglas., 2010. Pudarnya Kebenaran, Membela Kekristenan Terhadap Tantangan Postmodernisme. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.

Greig, Gary. S & Kevin N. Spinger, ed., 2001. Kebutuhan Gereja Saat Ini. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.

Gunawan, Samuel T., 2009. Pengantar Hermeneutika Alkitab. Diktat. Dicetak dan diterbitkan oleh BESEI Ministries: Palangka Raya.

Guthrie, Donald., 2010. Teologi Perjanjian Baru. 2 Jilid, Terjemahan. Penerbit BPK : Jakarta.

Harianto GP., 2012. Pengantar Misiologi: Misiologi Sebagai Jalan Menuju Pertumbuhan. Penerbit ANDI: Yogyakarta.

Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan oleh Anugerah. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.

Holmes, Arthur F., 2009. Segala Kebenaran Adalah Kebenaran Allah. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.

Iverson, Dick., 1994. Roh Kudus Masa Kini, Diktat. Terjemahan, Harvest International Teological Seminary, Harvest Publication House: Jakarta.

___________., 1994. Kebenaran Masa Kini. Terjemahan, Inonesia Harvest Outreaach: Jakarta.

Ladd, George Eldon., 1999, Teologi Perjanjian Baru. Jilid I dan II. Terj, Penerbit Kalam Hidup : Bandung.

Lim, David., 2005. Spiritual Gifts: A Fressh Lock. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Margianto, Yoppi., 2004. Belajar Sendiri Bahasa Yunani Berdasarkan Injil Yohanes. Penerbit Andi Offset : Yoyakarta.

Mounce, William D., 2011. Basics of Biblical Greek, edisi 3. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Menzies, William W & Robert P., 2005. Roh Kudus dan Kuasa. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Milne, Bruce., 1993. Mengenali Kebenaran. Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.

Pratt, Richard L, Jr., 1995. Menaklukan Segala Pikiran Kepada Kristus. Terjemahan, Penerbit Seminari Alkitab Asia Tenggara : Malang.

___________., 2005. Fondations Rightouness Living. Terj, Penerbit Derek Prince Ministries Indonesia : Jakarta.

Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.

Stamps, Donald. C, ed., 1994. Full Life Bible Studi. Penerbit Gandum Mas : Malang.

Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.

___________., 2011. Hermeneutika: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Tozer, A.W., 2002. Tozer Tentang Roh Kudus. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam

Wagner, C. Peter, 1998. Berdoa dengan Penuh Kuasa. Terjemahan, penerbit Nafiri Gabriel: Jakarta.

__________________., 1999. Gereja-Gereja Rasuli Yang Baru. Terjemahan, Penerbit Immanuel : Jakarta.

[1] Lihat. Milne, Bruce., 1993. Mengenali Kebenaran. Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta, hal. 30.

[2] Protestan Ortodiksi dan Injili Konservatif, percaya pada ineransi dan infabilitas kitab-kitab kanonik yaitu 66 kitab yang kita sebut dengan Alkitab. Ineransi Alkitab berarti bahwa Alkitab tidak ada kekeliruan atau kesalahannya. Infabilitas Alkitab berarti Alkitab bebas dari kecenderungan melakukan kesalahan. Karena Alkitab diispirasikan oleh Allah, maka Alkitab tidak dapat salah atau tidak memiliki kekeliruan. Karena hal itulah Alkitab dianggap dapat dipercayai (kredibilitas). Kredibilitas Alkitab tidak hanya karena Alkitab diinspirasikan tetapi juga karena Alkitab telah lulus uji. Ini disebut kanonitas Alkitab. Dengan presuposisi ini kita memastikan bahwa data-data atau catatan-catatan Alkitab adalah valid (dapat diterima) kebenarannya. Dengan kata lain “Alkitab menjadi otoritas tertinggi dan final untuk iman dan kehidupan orang percaya.”

[3] Lihat. Hoekema, Anthony A., 2010. Saved by Grace. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta, hal.40.

[4] Sebenarnya, “charisma” atau “charismata” bukanlah suatu sinonim khusus untuk karunia-karunia Roh seperti yang disebutkan dalam Roma 12:6 dan 1 Korintus 12:4. Kata ini dipakai dengan berbagai arti yang lain di dalam Alkitab, misalnya di Roma 6:23, “sebab upah dosa adalah maut tetapi karunia (charisma) Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus”. Jadi disini “charisma” dihubungkan dengan “penebusan atau keselamatan” dalam Kristus. Pada kesempatan yang lainnya, kata ini dihubungkan dengan “pertolongan” (2 Korintus 1:11).

[5] Lihat. Wagner, C. Peter, Manfaat Karunia-Karunia Rohani Untuk Pertumbuhan Gereja, hal. 41.

[6] Lihat. Ibit.

[7] Kata “pneumatikos” secara harafiah berarti “hal-hal rohani” atau “sesuatu yang dikaitkan dengan Roh Kudus” (lihat. Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang, hal 332).

[8] Lihat. Ibit.

[9] Lima tahun sebelun Chuck Swindoll menjadi presiden Dallas Theological Seminary, Jack Deere diberhentikan sebagai pengajar kerena mengalami suatu pergeseran paradigma dan dianggap melanggar peraturan tidak tertulis seminary tersebut, yaitu keyakinan Sessasionis bahwa karunuia-karunia ajaib Roh Kudus sudah berhenti sejak zaman para rasul. (Lihat. Wagner, C. Peter, 1998. Berdoa dengan Penuh Kuasa. Terjemahan, penerbit Nafiri Gabriel: Jakarta, hal 49-53).

[10] Lihat. Ibit, hal. 53.

[11] Ryrie, Charles C., 1991. Basic Theology. Jilid 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta, hal. 145.

[12] Lihat, Ibit.

[13] lihat. Enns, Paul., The Moody Handbook of Theology, hal 332.

[14] Lihat, Ibit, hal. 333.

[15] Lihat. Hoekema, Anthony A., Saved by Grace. hal.40.

[16] Lihat, Ibit.

[17] Lihat. Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan, hal. 1016.

[18] Lihat. Robinson, Darrel. W., 2004. Total Church Life. Terjemahan, Penerbit Lembaga Literatur Baptis : Bandung, hal. 190.

[19] Lihat. Wagner, C. Peter, Manfaat Karunia-Karunia Rohani Untuk Pertumbuhan Gereja, hal. 40.

[20] Lihat. Tozer, A.W., Tozer Tentang Roh Kudus, hal. 176.

[21] Lihat, Ibid.

[22] Bandingkan dengan, Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.

[23] Untuk penjelasan 1 Yohanes 4:1, lihat juga dalam catatan, Stamps, Donald. C, ed., 1994. Full Life Bible Studi. Penerbit Gandum Mas : Malang.

[24] Para openan Kharismatik telah keliru menilai ibadah Kharismatik dengan menganggapnya tidak Alkitabiah. Mereka menganggap ibadah Kharismatik yang selebratif dan ekspresif, disertai dengan iringan musik kontemporer tersebut tidak tertib, kacau, dan penuh keributan. Sebenarnya, dalam penelitian saya penilaian para openan Kharismatik lebih bersifat dogmatis-tradisionalistik ketimbang ajaran teologis-Biblis. Karena itu yang terpenting bukanlah apakah pola ibadah itu historis tradisional, tetapi apakah pola ibadah itu Alkitabiah? 

[25] Lihat. Aritonang, Jan S, Berbagai Aliran di Dalam dan Disekitar Gereja, hal. 219.

[26] Istilah “doa konser” tidak boleh disamakan dengan istilah
https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post