JABATAN GEREJA MENURUT PAULUS DI SURAT PASTORAL

Ezra Solafide Prasetya Budi. 
JABATAN GEREJAWI MENURUT PAULUS DI SURAT PASTORAL
I. PENGANTAR 

Pada saat ini kita mengalami perubahan-perubahan yang menuntut gereja harus ikut bergerak untuk beradaptasi dengan situasi yang ada. Gereja juga diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengaruhi kondisi gereja di tengah lingkungan sekitarnya.

Seiring dengan perkembangan tersebut, gereja masa kini menghadapi konteks lingkungan dan tantangan yang cukup kompleks. Salah satu tujuan dari organisasi gereja yaitu untuk mengatur (organize) segala hal yang ada di dalam gereja. Jabatan gerejawi kemudian diusahakan untuk diatur sedemikian rupa hingga menjadi lebih spesifik.

Jabatan gerejawi sesungguhnya bukanlah suatu hal yang baru. Rasul Paulus telah memberikan petunjuk bagi orang-orang di antara jemaatnya untuk dijadikan pemangku jabatan gerejawi. Melalui Surat-surat Pastoral ini kita akan melihat latar belakang dari peran orang yang memegang jabatan gerejawi, apa persyaratannya dan mengapa hal tersebut dijadikan syarat yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada Timotius dan Titus.

Setelah itu kita akan melihat relevansinya dengan jabatan gerejawi masa kini yang dikatakan oleh Ershova dan Hermelink, “the main focus of the attention seems to move from spirituality to administrative side, which can cause dissatisfaction, conflict and confusions.”

Melalui makalah ini, penulis berupaya untuk menemukan manfaat dari pemaparan yang diberikan melalui studi atas teks dan literatur yang memperlengkapi pemahaman penulis dan melihat relevansinya bagi gereja-gereja masa kini.

II. LATAR BELAKANG MUNCULNYA JABATAN GEREJAWI

Paulus mendirikan jemaat-jemaatnya di kota-kota yang terbilang besar. Oleh karena itu jemaat tersebut memiliki kemungkinan akan adanya masyarakat internasional dan lingkungan yang bervariasi. Orang-orang Kristen yang dilayani oleh Paulus bergabung bersama dalam rumah-rumah ibadat dan umumnya mengikuti persekutuan kelompok kecil umat Kristen dalam rumah tangga-rumah tangga.

Hampir pasti sejumlah struktur jemaat Kristen merefleksikan struktur rumah tangga tempat mereka bersekutu. Dengan demikian, sangat memungkinkan jika jabatan gerejawi yang disebutkan oleh Rasul Paulus dalam Surat-surat Pastoral meminjam gagasan-gagasan struktur bahkan nama-nama pejabat dari perkumpulan yang ada di kota mereka.

Beberapa contoh seperti yang diungkapkan oleh Beyer, istilah episkopoi atau penilik biasanya digunakan oleh orang Helenis untuk merujuk kepada dewa-dewa sebagai pengawas. Istilah tersebut juga dapat digunakan sebagai jabatan negara, jabatan lokal, jabatan kultis, atau dalam komunitas Qumran istilah yang sama disebut mebaqqer yang memiliki nuansa tanggung jawab administratif serta instruksional.

Gunther Bornkamm mencatat istilah presbyteros atau penatua memiliki latar belakang khusus dalam jemaat Yahudi dan dimengerti sebagai para pemimpin Sipil di Sparta.

Ada pun gereja yang “ideal” yang menjadi kerinduan Rasul Paulus adalah gereja yang memandang karunia-karunia, dan bukan jabatan-jabatan. Kasemann mengatakan bahwa jemaat-jemaat Paulus bukan terdiri atas siapa-siapa, melainkan hanyalah kaum awam yang dalam kesempatan mereka bertindak sebagai imam dan pejabat gerejawi, yakni alat-alat Roh untuk mewartakan Injil dalam dunia sehari-hari.

Sehingga dapat dimengerti bahwa jabatan yang diterima pada saat itu bukanlah jabatan yang menekankan pada kekuasaan tetapi justru menekankan pada karunia sebagai pengawas. Perihal penahbisan jabatan Rasul Paulus tidak cukup jelas menuliskannya namun ia beberapa kali meminta jemaatnya untuk mengakui otoritas mereka (1 Tesalonika 5:12-13), sekali pun ia tidak menuntut adanya pemberian kekuasaan untuk mengangkat para pemimpin ini. Melalui hal ini Rasul Paulus mengakui karunia dan pelayanan mereka terhadap Injil, dan ia mendesak warga jemaat untuk melakukan hal yang serupa.

III. JABATAN GEREJAWI MENURUT SURAT-SURAT PASTORAL

Berdasarkan Surat-surat Pastoral penulis menemukan adanya tiga kata yang digunakan oleh Rasul Paulus untuk merujuk kepada jabatan-jabatan gerejawi, di antaranya:

1. ἐπισκοπoς atau Penilik Jemaat (1 Timotius 3:1, Titus 1:7) 

Siapakah episkopos? Kata Yunani episkopos memiliki arti “dia yang mengawasi.” Di Filipi ada beberapa gereja lokal yang memiliki lebih dari satu episkopos (Filipi 1:1). Sehingga kata tersebut dapat juga diterjemahkan sebagai para pemimpin gereja. Tugas seorang episkopos adalah mengawasi dan memberikan “makan” bagi jemaatnya. Itu sebabnya terkadang episkopos hampir sama tugasnya dengan presbuteros atau penatua 

Jabatan episkopos menjadi sedemikian penting, terutama sepeninggalan Petrus, Yakobus dan Paulus. Akhir dari abad pertama, tugas episcopal ini semakin luas dan berkembang. Jabatan ini memerlukan seseorang dengan kedewasaan rohani yang akan mengemban tugas untuk mengatur, membimbing, menggembalakan jemaat, menjaga kebenaran dan mengawasi pekerjaan pelayanan. Menurut Armstrong, episkopos sendiri sering kali ditafsirkan sebagai pastor (pendeta). 

Apa persyaratan episkopos? Episkopos haruslah seorang yang dewasa, memiliki pengalaman, berkompetensi dalam hal keuangan, kehidupan keluarga, kedewasaan rohani dan kemampuan bersosialisasi. Persyaratan umum ini diberikan oleh Rasul Paulus agar para penilik tidak memberikan kesempatan bagi kritikan yang dapat menciderai gereja. 

Hal ini disebabkan para pencela biasanya dengan tekun akan mencari-cari kesalahan dalam seorang pemimpin, untuk itu lebih baik memilih seorang pemimpin yang memiliki sedikit kemungkinan mengakibatkan kesalahan. Disebutkan pada masa itu para pencela terus menerus menyerang para rasul oleh karena khotbah mereka, tetapi tidak pernah untuk karakter mereka. 

Berikut adalah syarat dari karakter yang harus dimiliki oleh seorang penilik jemaat yang disampaikan oleh Rasul Paulus dalam Surat 1 Timotius dan Titus. 

(Sesuai urutan) 

 1Timotius 3:2-7

Titus 1:7-10

Tak bercacat

Tidak bercacat

Suami dari satu isteri

Tidak angkuh

Dapat menahan diri

Bukan pemberang

Bijaksana

Bukan peminum

Sopan

Bukan pemarah

Suka memberi tumpangan

Tidak serakah

Cakap mengajar

Suka memberi tumpangan

Bukan peminum

Suka akan yang baik

Bukan pemarah

Bijaksana

Peramah

Adil

Bukan hamba uang

Saleh

Kepala keluarga yang baik

Dapat menguasai diri

 

Disegani dan dihormati anaknya

Berpegang pada perkataan yang benar

sesuai ajaran

Bukan petobat baru

Sanggup menasehati

Mempunyai nama baik di luar jemaat

Sanggup meyakinkan penentang


Tabel III.I. Persyaratan Episkopos dalam 1 Timotius. dan Titus


Ada beberapa persyaratan yang disebutkan oleh Rasul Paulus yang serupa baik di dalam 1 Timotius. 3:2-7 dengan Titus 1:7-10, namun ada juga perbedaannya. Penulis melihat hal ini disebabkan Rasul Paulus memberikan penekanan yang berbeda sesuai dengan konteks jemaat yang berbeda-beda. 

Apa yang dilakukan oleh episkopos? Seorang episkopos dalam 1 Timotius. 3:1 dikatakan menginginkan pekerjaan yang indah. Perilaku ini mencermikan bahwa seorang episkopos memiliki kesadaran untuk “meregangkan dirinya,” bergumul dengan kelemahannya untuk memperoleh karakter yang serupa dengan Kristus yang disebutkan juga di dalam ayat 2-7. Ia mengembangkan kemampuan untuk menyampaikan kebenaran Firman Tuhan secara efektif bagi generasinya. Ketika Rasul Paulus mengatakan “pekerjaan yang indah,” yang dimaksud olehnya adalah suatu pekerjaan layaknya seorang guru tanpa tanda jasa. 

Sebagai episkopos, ia akan terus berhadapan dengan para jemaat bersama dengan persoalan yang mereka miliki dan dengan segala pergumulan mereka untuk bertumbuh di dalam iman mereka. Selain itu ia juga bertanggung jawab untuk melakukan tugas-tugas pastoral, mengawasi kehidupan rohani dan jasmani jemaatnya, memberikan pengajaran dan pembelaan terhadap ajaran-ajaran bidat, memberikan nasehat-nasehat dalam rumah tangga. 

2. πρεσβυτέρος atau Penatua (Titus 1:5) 

Siapakah presbuteros? Kata presbuteros sendiri dalam bahasa Yunani berarti elders atau penatua. Perbedaan antara presbuteros dan episkopos tidak terlalu terlihat di dalam teks Alkitab, seperti dalam Kisah Para Rasul sering kali penggunaannya kata presbuteros sendiri dapat digunakan secara bergantian dengan episkopos (interchangeably). Penatua adalah orang percaya yang memiliki jabatan tersebut namun tidak lebih daripada anggota-anggota jemaat yang lain. Ia juga dapat berada di tengah-tengah anggota jemaat yang lain sebagai saudara. Penatua untuk itu ditetapkan berdasarkan arahan dari Rasul Paulus (Titus 1:5) untuk mengantisipasi adanya jemaat yang hidup secara tidak tertib (Titus 1:10). 

Penatua pada umumnya merujuk kepada orang-orang yang dalam berbagai alasan seperti usia dan statusnya, terlibat dalam struktur kepemimpinan komunitas Yahudi. Dalam Perjanjian Baru, para penatua juga berfungsi sebagai perwakilan dari gereja. Beberapa penatua terkadang terbagi-bagi di beberapa tempat untuk gereja-gereja kecil di Asia Kecil agar mereka bisa mengasuh dan melindungi jemaatnya. 

Apakah persyaratan presbuteros? Titus 1:6 mencatat persyaratan bagi presbuteros adalah seorang yang harus tak bercacat, mempunyai satu istri, anaknya beriman dan tidak dapat dituduh hidup tidak senonoh atau tidak tertib. Ada sedikit kesulitan untuk memahami Titus 1:7-9 sebab dalam tulisan Rasul Paulus pada bagian tersebut disebutkan juga peran episkopos atau penilik. Sehingga dapat diperkirakan bahwa Rasul Paulus menghendaki baik episkopos dan presbuteros (jika dalam hal ini dibedakan oleh Rasul Paulus) untuk dapat memiliki persyaratan yang sama. 

Apa yang dilakukan oleh presbuteros? Presbuteros seperti yang disebutkan dalam Titus 1:9 dan hampir seluruh isi surat Titus adalah untuk menjadi penjaga bagi ajaran yang benar dan mengawasi kehidupan jemaat. Menurut Newton, penatua harus bertanggungjawab untuk menjaga Doctrine, Discipline, Direction, Disctinction. 

Perhatian kepada Doktrin diperhatikan oleh seorang penatua sebab seiring dengan Kisah Para Rasul 20:28-30, pemimpin gereja diharuskan untuk menjaga jemaatnya dari “serigala-serigala ganas” yang masuk ke tengah-tengah mereka dan mengajarkan ajaran palsu. Disiplin memiliki makna melatih, mengingatkan, menguatkan, mengoreksi, dan terkadang juga bisa menghapuskan keanggotaan seseorang. 

Semua ini dilakukan demi tujuan untuk menjaga jemaat yang sehat dan untuk itu penatua harus menanggung beban untuk memastikan kesehatan gereja. Sedangkan untuk arah, para penatua diharapkan untuk terlibat dalam penentuan keputusan, perencanaan, pengelolaan administrasi, pendelegasian dan segala tugas pengaturan detil dalam kehidupan bergereja. Berbeda yang dimaksud dalam disctinction adalah para penatua mampu menjadi model kehidupan kekristenan yang berbeda dengan apa yang dunia ajarkan. Seperti yang disebutkan dalam 1 Timotius 5:19-21, para penatua harus menjadi contoh bagi para jemaat dan memberikan teguran jika ada jemaat yang jatuh dalam dosa. 

3. Διακόνος atau Diaken (1 Timotius 3:8) 

Siapakah diakonos? Dalam ITB, kata diaken hanya muncul sebanyak tiga kali (Filipi 1:1, 1 Timotius 3:8, dan 1 Timotius 3:12), namun jika dilihat dalam bahasa Yunani (diakonous, diakonoi, diakonos) maka terjemahannya memiliki arti “pelayan” atau “hamba”. Untuk menjelaskan siapa saja yang termasuk diakonos, penulis juga mengalami kesulitan sebab terkadang para rasul juga menyebut dirinya sebagai diakonos. Namun, apa yang menyebabkan para diaken disebut diaken ialah karena mereka diutus, seperti para rasul, dengan suatu penugasan. 

Apa persyaratan diakonos? Dalam 1 Timotius 3:8-13 disebutkan diakonos haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, memelihara rahasia iman, harus diuji untuk membuktikan mereka tak bercacat. Secara unik bagian ini juga menyebutkan dengan cukup detil mengenai peran istri diaken (atau diaken perempuan) haruslah orang terhormat, jangan pemfitnah, dapat menahan diri, dapat dipercayai dalam segala hal. Kemudian dilanjutkan dengan diaken sendiri yang haruslah suami dari satu isteri dan dapat mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. 

Apa yang dilakukan diakonos? Penggunaan kata diakonos memiliki makna “mereka yang melayani.” Mereka bertanggung jawab untuk pendistribusian yang wajar dari makanan kepada semua jemaat, dan mengurus administrasi dari pendanaan gereja terkait kunjungan rumah ke rumah. Menurut Oden, diakonos adalah seorang hamba yang menolong sebagai pembantu atau asisten dari episkopos dan presbuteros. Dalam Kisah Para Rasul, para diakonos ditugaskan untuk mendistribusikan dana, melayani orang-orang miskin, dan terkadang juga memberikan khotbah. Stefanus sebagai diakonos berkhotbah dan menjadi martir, juga Filipus sebagai diakonos ia melayani sebagai penginjil. 

IV. RELEVANSI BAGI GEREJA MASA KINI 

Surat-surat Pastoral yang memuat petunjuk dari Rasul Paulus bagi penetapan Penilik, Penatua, dan Diaken bagi penulis masih relevan dari segi persyaratan yang setidak-tidaknya menjadi model yang ideal dari seorang pemimpin gereja. 

Sekalipun penulis menyadari dengan adanya beragam denominasi, dengan jumlah gereja yang semakin banyak, tentunya akan sangat kesulitan untuk memenuhi semua persyaratan tersebut. Penekanan penulis dalam makalah ini adalah bahwa seorang pemimpin gereja tidak dipilih oleh karena kepentingan tertentu melainkan oleh karena karunia dan beban yang diberikan oleh Allah sendiri sehingga menjadikan mereka pelayan di antara saudara-saudara lainnya. 

Pemimpin gereja sebagaimana pengarahan yang diberikan oleh Rasul Paulus bertugas untuk mengawasi, memperhatikan, mengajar, menjadi teladan di dalam kehidupannya dan keluargarnya. Hal ini masih sangat relevan oleh karena jemaat perlu sekali melihat teladan dan diarahkan dalam menjadi pelaku Injil. Dalam hal berjemaat, maka pemberitaan Firman saja tidak cukup, perlu ada komunitas yang saling menjaga dan membangun dan dipimpin oleh seorang yang dapat diteladani. 

Gereja masa kini harus meneladani keberadaan pemimpin yang berkarakter sebagaimana disebutkan oleh Rasul Paulus. Kemampuan untuk mengajar sangat penting, sebab dengan mengajar ia mampu memberikan arahan menuju kebenaran.  

Timotius 3:2-3 menunjukkan perilaku yang harus dimiliki oleh pemimpin gereja. Pemimpin gereja harus memiliki perilaku yang baik sebab ia akan berhadapan dengan jemaat dan untuk itu ia harus mampu mengendalikan dirinya bahkan ketika ia berada dalam tekanan. Mengenai kebiasaan pemimpin gereja juga harus diperhatikan, janganlah ia seorang yang memberikan contoh yang tidak baik atau menjadi batu sandungan bagi jemaat lainnya. 

Kehidupan berkeluarga juga dengan jujur dan apa adanya harus memberikan teladan. Bukan berarti keluarga menjadi tidak ada masalah dan bukan juga menutup-nutupi kesalahan, namun justru dapat memberikan respons yang baik terhadap kesalahan. Sehingga melaluinya, jemaat dapat diajarkan bagaimana merespons berbagai situasi dalam membina keluarganya. 


Seorang pemimpin gereja haruslah seorang yang berakar dan bertumbuh di dalam Kristus. Oleh karena itu, pemimpin gereja sebaiknya bukanlah seorang petobat baru. Seorang petobat baru mungkin terlihat begitu bersemangat, namun dalam memimpin jemaat sangat diperlukan sebuah ketahanan diri.Dengan demikian, sekalipun dalam pelayanannya belum menghasilkan buah, ia dapat tetap setia dan dalam kendali untuk melayani dengan ketahanan dan dengan sepenuh hati. 

Menjadi pertanyaan bagi kita bersama setelah mengetahui hal ini adalah: Kepemimpinan yang seperti apakah yang gereja kita terapkan? Sebab ada banyak sekali gaya kepemimpinan yang telah terinkulturasi dari berbagai-bagai tradisi. Ada sebagian gereja yang terus menggunakan tradisi episcopal dimana kepemimpinan dipegang oleh orang-orang awam, ada juga yang menempatkan jabatan rasuli atau imam (pendeta) sebagai puncak kepemimpinan. 

Bagi penulis, kepemimpinan memiliki makna yang sangat kompleks dan harus dilihat dalam konteks tradisi yang berada di dalamnya. Oleh sebab itu, penulis mengambil kesimpulan, bahwa ketersediaan pelayan episkopos maupun presbuteros bersama dengan diakonos, sangat bergantung kepada kebutuhan jemaat. Sehingga sekali pun, secara konteks akan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Syarat dari karakter yang dimiliki para pemimpin gereja ini haruslah mengejar akan sikap, karakter, dan keserupaan dengan Kristus yang menjadi Kepala Gereja umat sedunia. https://teologiareformed.blogspot.com/

DAFTAR PUSTAKA 

Armstrong, Stephen. “Presbuteros, Episkopos, Diakonos.” http://www.versebyverseministry.org/devotionals/presbuteros_episkopos_diak onos (diakses 9 Oktober 2015). 

Bartlett, David L. Pelayanan dalam Perjanjian Baru. Diterjemahkan oleh Liem Sien 

Kie dan Josafat Kristono. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003. 

Ernst Kasemann. “Ministry and Community in the New Testament.” Dalam Essays on New Testament Themes. Diterjemahkan oleh W.J. Montague. (London: SCM Press, 1964. 

Fernando, Ajith. Leadership Lifestyle: A Study of 1 Timothy. Wheaton, Illinois: Tyndale Publishers, Inc., 1985. 

Gunther Bornkamm. “Presbyteros.” TDNT 6 (1968):651-683. 

Hermann W. Beyer. “Episkopos.” TDNT 2 (tanpa tahun):608-633. 

Maria Eshova dan Jan Hermelink. “Spirituality, Administration, and Normativity in 

Current Church Organization.” IJPT 16/2 (2012):221-241. 

Meeks, Wayne A. “The First Urban Christians: The Social World of Apostle Paul.” Dalam Pelayanan dalam Perjanjian Baru, diterjemahkan oleh Liem Sien Kie dan Josafat Kristono. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003. 

Oden, Thomas C. First and Second Timothy and Titus, Interpretation. Louisville, Kentucky: John Knoxx Press, 1989. JABATAN GEREJA MENURUT PAULUS PAULUS DI SURAT PASTORAL.
Next Post Previous Post