KELAHIRAN DARI PERAWAN (LUKAS 1:26-38)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

KELAHIRAN DARI PERAWAN (LUKAS 1:26-38)
Lukas 1:26-38 - “(26) Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, (27) kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. (28) Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: ‘Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.’ (29) Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. (30) Kata malaikat itu kepadanya: ‘Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. (31) Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. (32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, (33) dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.’ (34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. (36) Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. (37) Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.’ (38) Kata Maria: ‘Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.’ Lalu malaikat itu meninggalkan dia.”.

I) Gabriel datang kepada Maria (Lukas 1: 26-28a).
Ay 26-28a: “(26) Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, (27) kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. (28a) Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata:”.
1) ‘Bulan keenam’ (Lukas 1: 26).
Maksudnya adalah bulan keenam setelah malaikat datang kepada Zakharia / bulan keenam setelah Elisabet mulai mengandung (bdk. ay 36b). Ini menunjukkan bahwa usia Yesus lebih muda sekitar 6 bulan dari Yohanes Pembaptis. Tentu saja dalam hal ini Yesus ditinjau sebagai manusia! Sebagai Allah Ia kekal dan lebih tua dari siapapun! Bdk. Yohanes 8:58.
2) ‘sebuah kotadi Galilea bernama Nazaret’(ay 26).
Ini adalah kota / tempat yang hina (Yohanes 1:46).
Yoh 1:46 - “Kata Natanael kepadanya: ‘Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?’”.
The Bible Exposition Commentary (tentang Luk 1:26-38)“The people in Judah disdained the Jews in Galileeand claimed they were not ‘kosher’ because of their contacts with the Gentiles there (Matt 4:15). They especially despised the people from Nazareth (John 1:45-46). But God in His grace chose a girl from Nazareth in Galileeto be the mother of the promised Messiah!” [= Orang-orang di Yehuda merendahkan orang-orang Yahudi di Galilea dan mengclaim bahwa mereka tidak ‘kosher’ karena kontak-kontak mereka dengan orang-orang non Yahudi di sana (Mat 4:15). Mereka khususnya merendahkan orang-orang dari Nazaret (Yoh 1:45-46). Tetapi Allah dalam kasih karuniaNya memilih seorang gadis dari Nazaret di Galilea untuk menjadi ibu dari Mesias yang dijanjikan!].
“What Does ‘Kosher’ Mean? The word kosher is used in the Jewish community to designate a food that is ‘right, proper, or fit to eat.’” [= Apa arti ‘kosher’? Kata ‘kosher’ digunakan dalam komunitas Yahudi untuk menunjukkan suatu makanan yang ‘benar, tepat, atau cocok untuk dimakan’.] - https://www.cjfm.org/.../should-christians-keep-kosher/
Ditinjau dari banyak sudut, baik pemberitaan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis maupun kelahiran Yohanes Pembaptis kelihatannya lebih hebat / mentereng dari pada pemberitaan tentang kelahiran Yesus dan kelahiran Yesus.
a) Kelahiran Yohanes Pembaptis diberitakan di dalam Bait Allah di Yerusalem, sedangkan kelahiran Yesus diberitakan di rumah Maria di Nazaret di Galilea (ay 26,28a).
b) Kelahiran Yohanes Pembaptis diberitakan kepada seorang imam yaitu Zakharia, sedangkan kelahiran Yesus diberitakan kepada seorang gadis desa yaitu Maria.
c) Yohanes Pembaptis dilahirkan dalam rumah / keluarga imam, sedangkan Yesus dilahirkan di tempat hewan / keluarga tukang kayu yang miskin (Luk 2:6-7 Mat 13:55a).
d) Kelahiran Yohanes Pembaptis diketahui banyak orang, sedangkan kelahiran Yesus hampir tidak diketahui orang (Lukas 2:6-7).
Bandingkan semua ini dengan Yes 53:2b, yang berbunyi: “Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.
Tetapi jelas bahwa Yesus jauh lebih besar dari Yohanes Pembaptis. Ini mengajar kita untuk tidak menilai Yesus secara jasmani.
Bdk. 2 Korintus 5:16 - “Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilaiNya demikian.”.
Kalau saudara menilai Yesus secara jasmani, saudara tidak akan pernah mau datang dan percaya kepada Dia, dan itu akan membawa penghukuman kekal bagi saudara!
Juga dalam menilai hal-hal lain, banyak orang menilainya secara jasmani / lahiriah, misalnya:
1. Dalam menilai suatu agama mereka memperhatikan berapa banyak jumlah umatnya, populernya agama tersebut, dsb.
2. Dalam menilai gereja mereka memperhatikan kemegahan gedungnya, banyaknya jemaatnya, banyaknya cabang yang dimiliki, nama / merk gereja yang ngetop, dsb.
3. Dalam menilai pendeta mereka melihat gagahnya si pendeta, gelarnya yang hebat, IQ tinggi yang ia miliki, sekolah yang hebat di luar negeri tempat ia mendapatkan pendidikan theologia, dsb.
4. Dalam menilai buku rohani mereka melihat bentuk bukunya, warna dan cetakannya yang menarik, dsb.
Ini semua salah, karena kita harus menilainya secara rohani! Bagaimana mutu rohaninya, itulah yang harus dipertanyakan!
3) Maria adalah seorang perawan yang masih dalam status bertunangan dengan Yusuf (ay 27).
Pandangan William Barclay tentang kelahiran Yesus dari seorang perawan (Virgin Birth). Saya akan memberikan dua kutipan kata-kata William Barclay.
Yang pertama: kata-kata Barclay yang dikutip oleh John Murray dari ‘The British Weekly’, Jan. 31, p. 8.
John Murray“Dr. Barclay, after discussing certain dificulties which he alleges to be ‘comparatively unimportant’, proceeds to deal with the great difficulty, as he thinks, into which the doctrine of the Virgin Birth really runs. ‘The great difficulty’, he says, ‘is its impact upon the belief in the incarnation. If the Virgin Birth is a literal fact, then the conclusion is quite inescapable that Jesus came into the world in a way that is different from that in which every other man comes into the world, and that ... we can no longer hold to his full manhood and his full humanity. ... The supreme problem of the doctrine of the Virgin Birth is that ... it leaves us with a Jesus who is half-and-between, neither fully divine not yet fully human’.” [= Dr. Barclay, setelah mendiskusikan kesukaran-kesukaran tertentu yang ia tegaskan tanpa bukti sebagai ‘secara relatif tidak penting’, melanjutkan untuk menangani kesukaran yang besar, yang ia anggap / pikirkan, ke dalam mana doktrin dari Kelahiran dari Perawan sungguh-sungguh bergerak. ‘Kesukaran yang besar’, katanya, ‘adalah pengaruhnya atas kepercayaan pada inkarnasi. Jika Kelahiran dari Perawan merupakan suatu fakta yang bersifat hurufiah, maka kesimpulan yang tak terhindarkan bahwa Yesus datang ke dalam dunia dengan suatu cara yang berbeda dari cara dengan mana setiap orang lain datang ke dalam dunia, dan bahwa ... kita tidak lagi bisa memegang keadaanNya sebagai manusia sepenuhnya dan kemanusiaanNya sepenuhnya. ... Problem terbesar dari doktrin kelahiran dari Perawan adalah bahwa ... itu meninggalkan kita dengan seorang Yesus yang setengah-setengah, tidak sepenuhnya ilahi maupun sepenuhnya manusia’.] - ‘Collected Writings of John Murray’, Vol 1, hal 340.
Catatan: ini diambil oleh John Murray dari semacam majalah berjudul ‘The British Weekly’, Jan. 31, p. 8.
Tanggapan John Murray:
a) Bahkan kalau kelahiran Yesus dari seorang perawan mempengaruhi kemanusiaanNya, bagaimana hal itu bisa mempengaruhi keilahianNya??
b) Yesus adalah manusia yang sungguh-sungguh, tetapi Dia tetap adalah manusia yang unik, karena Dia adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi, kalau caraNya / datang ke dalam dunia / menjadi manusia juga unik, itu justru cocok.
Terhadap point ke 2. ini saya ingin menambahkan:
1. Kata-kata ‘datang ke dalam dunia’ hanya berlaku untuk Kristus, karena itu menunjukkan pre-existence / keberadaanNya sebelum lahir. Kata-kata itu tak berlaku untuk manusia lain manapun.
2. Allah bisa dan pernah menciptakan manusia dengan 4 cara:
a. Tanpa menggunakan laki-laki ataupun perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan Adam.
b. Tanpa menggunakan perempuan tetapi dengan menggunakan laki-laki, yaitu pada waktu Ia menciptakan Hawa.
c. Tanpa menggunakan laki-laki tetapi dengan menggunakan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan manusia Yesus.
d. Dengan menggunakan laki-laki dan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan semua manusia lain selain Adam, Hawa, dan manusia Yesus.
Jadi yang unik bukan hanya manusia Yesus, tetapi juga Adam dan Hawa. Kalau mereka tetap adalah manusia, maka jelas bahwa cara Yesus datang ke dalam dunia melalui kelahiran dari seorang perawan bukanlah alasan untuk mengatakan bahwa Ia bukan manusia.
c) John Murray“In his concluding article Dr. Barclay says: ‘We are not here tied to any one interpretation of this story. If we choose to take it literally and physically ... we may do so’. This may seem generous. It is a deceptive generosity. It is one that Dr. Barclay has no right to offer if the argument with which we are now concerned is valid. For if the Virgin Birth would impinge upon the full manhood of Jesus and ‘leave us with an incomplete incarnation’ then there is no alternative but to reject the Virgin Birth. There is no place for equivocation. The humanity of Jesus and the reality of the Incarnation may not be prejudiced, and if the Virgin Birth does impinge on these there is no option. Let us be out-and-out on these matters. No service is rendered to our faith nor honour to Christ by double talk.” [= Dalam kesimpulan artikelnya Dr. Barclay berkata: ‘Di sini kita tidak terikat pada satu penafsiran yang manapun tentang cerita ini. Jika kita memilih untuk menerima / mengertinya secara hurufiah dan secara fisik / medis ... kita boleh melakukan seperti itu’Ini bisa terlihat sebagai murah hati. Itu adalah kemurahan hati yang bersifat menipuItu adalah suatu kemurahan hati yang Dr. Barclay tidak punya hak untuk tawarkan jika argumentasi dengan mana kita sekarang berurusan adalah sah / benar. Karena jika Kelahiran dari Perawan mempengaruhi kemanusiaan sepenuhnya dari Yesus dan ‘meninggalkan kita dengan suatu inkarnasi yang tidak lengkap / sempurna’ maka di sana tidak ada alternatif kecuali menolak Kelahiran dari Perawan. Di sana tidak ada tempat untuk penghindaran / kata-kata yang berarti ganda. Kemanusiaan Yesus dan realita dari Inkarnasi tidak boleh dipenuhi dengan prasangka, dan jika Kelahiran dari Perawan memang mempengaruhi hal-hal ini di sana tidak ada pilihan. Hendaklah / marilah kita lengkap / sempurna dalam persoalan-persoalan ini. Tak ada pelayanan yang diberikan pada iman kita ataupun kehormatan kepada Kristus dengan kata-kata yang berarti ganda.] - ‘Collected Writings of John Murray’, Vol 1, hal 342.
Yang kedua: Dari buku tafsiran Barclay tentang Lukas 1:26-38.
William Barclay“In this passage we are face to face with one of the great controversial doctrines of the Christian faith - the virgin birth. The Church does not insist that we believe in this doctrine. Let us look at the reasons for and against believing in it, and then we may make our own decision. There are two great reasons for accepting it. (1) The literal meaning of this passage, and still more of Matthew 1:18–25, clearly is that Jesus was to be born of Mary without a human father. (2) It is natural to argue that if Jesus was, as we believe, a very special person, he would have a special entry into the world. Now let us look at the things which may make us wonder if the story of the virgin birth is to be taken as literally as all that. (1) The genealogies of Jesus both in Luke and in Matthew (Luke 3:23–38; Matthew 1:1–17) trace the genealogy of Jesus through Joseph, which is strange if Joseph was not his real father. (2) When Mary was looking for Jesus on the occasion that he lingered behind in the Temple, she said, ‘Your father and I have been searching for you in great anxiety’ (Luke 2:48). The name ‘father’ is definitely given by Mary to Joseph. (3) Repeatedly Jesus is referred to as Joseph’s son (Matthew 13:55; John 6:42). (4) The rest of the New Testament knows nothing of the virgin birth. True, in Galatians 4:4 Paul speaks of Jesus as ‘born of woman’. But this is the natural phrase for any human being (cf. Job 14:1, 15:14, 25:4). But let us ask, ‘If we do not take the story of the virgin birth literally, how did it arise?’ The Jews had a saying that in the birth of every child there are three partners - the father, the mother and the Spirit of God. They believed that no child could ever be born without the Spirit. And it may well be that the New Testament stories of the birth of Jesus are lovely, poetical ways of saying that, even if he had a human father, the Holy Spirit of God was operative in his birth in a unique way. In this matter we may make our own decision. It may be that we will desire to cling to the literal doctrine of the virgin birth; it may be that we will prefer to think of it as a beautiful way of stressing the presence of the Spirit of God in family life.” [= Dalam text ini kita berhadapan dengan satu dari doktrin-doktrin kontroversial yang besar dari iman Kristen - kelahiran dari perawanGereja tidak berkeras bahwa kita percaya kepada doktrin ini. Marilah kita melihat pada alasan-alasan untuk dan terhadap / menentang kepercayaan kepadanya, dan lalu kita bisa / boleh membuat keputusan kita sendiri. Ada dua alasan yang besar untuk menerimanya. (1) Arti hurufiah dari text ini, dan lebih lagi dari Mat 1:18-25, secara jelas adalah bahwa Yesus harus dilahirkan dari Maria tanpa seorang bapa manusia. (2) Adalah sesuatu yang alamiah untuk berargumentasi bahwa jika Yesus adalah, seperti yang kita percayai, seorang yang sangat spesial, Ia mempunyai sebuah jalan masuk yang khusus ke dalam dunia. Sekarang marilah kita melihat pada hal-hal yang bisa membuat kita bertanya-tanya jika cerita tentang kelahiran dari perawan itu harus dimengerti secara hurufiah seperti semua itu. (1) Silsilah-silsilah dari Yesus baik dalam Lukas dan dalam Matius (Lukas 3:23-38; Matius 1:1-17) melacak silsilah Yesus melalui Yusuf, yang adalah aneh jika Yusuf bukanlah bapanya yang sungguh-sungguh. (2) Pada waktu Maria sedang mencari Yesus pada peristiwa dimana Ia tertinggal di belakang di Bait Allah, ia berkata, ‘Bapamu dan aku telah mencari Engkau dengan sangat kuatir’ (Lukas 2:48). Sebutan ‘bapa’ jelas diberikan oleh Maria kepada Yusuf. (3) Berulang-ulang Yesus disebut sebagai anak Yusuf (Matius 13:55; Yohanes 6:42). (4) Sisa dari Perjanjian Baru tak tahu apa-apa tentang kelahiran dari perawan. Memang benar, dalam Gal 4:4 Paulus berbicara tentang Yesus sebagai ‘dilahirkan dari perempuan’. Tetapi ini merupakan ungkapan yang biasa untuk manusia manapun (bdk. Ayub 14:1; 15:14; 25:4). Tetapi marilah kita bertanya, ‘Jika kita tidak menerima cerita tentang kelahiran dari perawan secara hurufiah, bagaimana cerita itu muncul?’ Orang-orang Yahudi mempunyai suatu kata-kata singkat bahwa dalam kelahiran dari setiap anak di sanaada tiga partner - sang bapa, sang ibu dan Roh Allah. Mereka percaya bahwa tidak ada anak pernah bisa dilahirkan tanpa Roh. Dan memang memungkinkan bahwa cerita-cerita Perjanjian Baru tentang kelahiran Yesus adalah cara yang indah dan bersifat syair untuk mengatakan bahwa, sekalipun Ia mempunyai seorang bapa manusia, Roh Kudus dari Allah bekerja dalam kelahiranNya dengan suatu cara yang unik. Dalam persoalan ini kita bisa / boleh membuat keputusan kita sendiri. Memang bisa bahwa kita ingin berpegang kuat-kuat pada doktrin hurufiah tentang kelahiran dari perawan; tetapi juga bisa bahwa kita lebih memilih untuk berpikir / menganggap tentangnya sebagai suatu cara yang indah untuk menekankan kehadiran dari Roh Allah dalam kehidupan keluarga.] - hal 12-13.
Tanggapan saya:
a) Hanya gereja yang sesat yang tidak mendesak kepercayaan terhadap doktrin ini.
b) Secara sah / hukum, Yesus adalah anak Yusuf! Karena itu tidak aneh, kalau silsilahNya dalam Matius dibuat melalui Yusuf. Disamping itu, saya berpendapat bahwa silsilah Yesus dalam Luk 3:23-38 adalah melalui Maria. Untuk itu lihat exposisi saya tentang Lukas 3:23-38.
c) Maria memang bicara kepada Yesus dan menyebut Yusuf dengan sebutan ‘bapa’ (Luk 2:48). Ini bukan hal yang aneh, karena secara sah / hukum, Yusuf memang adalah bapa dari Yesus. Tetapi Barclay tidak bicara apapun tentang jawaban Yesus terhadap kata-kata Maria itu.
Lukas 2:49 - “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?”.
Dengan kata lain, Ia mengatakan bahwa Yusuf bukanlah bapaNya, karena Allahlah yang adalah BapaNya.
d) Matius 13:55 dan Yohanes 6:42 memang mengatakan bahwa Yesus adalah anak Yusuf.
Mat 13:55 - Bukankah Iaini anak tukang kayu? Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?”.
Yoh 6:42 - “Kata mereka: ‘Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?’”.
Tetapi coba lihat Lukas 3:23.
Luk 3:23 - “... menurut anggapan orang Ia adalah anak Yusuf, ...”.
Ini jelas menunjukkan bahwa sebetulnya Yesus bukanlah anak Yusuf.
e) Sisa Perjanjian Baru tidak berbicara apa-apa tentang kelahiran dari perawan (Barclay).
Jawab:
Cerita dalam Mat 1 dan Luk 1-2 itu sebetulnya sudah cukup! Disamping itu, kita bukan mempercayai hanya Perjanjian Baru saja sebagai Alkitab / firman Tuhan, tetapi juga Perjanjian Lama. Dan Perjanjian Lama, dalam Yesaya 7:14, menubuatkan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan Perjanjian Baru, yang dalam Matius 1:23, menganggap kelahiran Yesus sebagai penggenapan nubuat itu, adalah sesuatu yang lebih dari cukup untuk mempertahankan doktrin kelahiran Yesus dari seorang perawan.
Yesaya 7:14 - “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan mudamengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”.
RSV: ‘young woman’ [= perempuan muda].
KJV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘virgin’ [= perawan].
Matius 1:23 - “‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah menyertai kita.”.
KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘virgin’ [= perawan].
1. Kata Yunani yang diterjemahkan ‘anak dara’ / ‘perawan’ dalam Mat 1:23 ini adalah PARTHENOS dan kata ini tidak pernah digunakan untuk menunjuk kepada perempuan yang sudah menikah.
Disamping itu, kata-kata Maria dalam Lukas 1:34 yang berbunyi ‘aku belum bersuami’ terjemahan hurufiahnya adalah seperti yang diberikan oleh KJV, yaitu: ‘I know not a man’ [= aku tidak tahu / kenal laki-laki], dan ini jelas menunjukkan bahwa ia betul-betul masih perawan. NIV/NASB: ‘I am a virgin’ [= aku seorang perawan].
Catatan: kata ‘know’ dalam KJV ini diterjemahkan dari kata Yunani GINOSKO.
Bdk. Matius 1:25 - “tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.”.
KJV: “And knew her not” [= Dan tidak mengetahui / mengenalnya].
Kata ‘knew’dalam KJV ini juga diterjemahkan dari kata Yunani yang berasal dari kata dasar GINOSKO.
Bdk. Kej 4:1a - “Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain;”.
KJV: “And Adam knew Eve his wife;” [= Dan Adam tahu / kenal Hawa istrinya].
2. Kalau Yesus tidak dilahirkan oleh seorang perawan yang mengandung dari Roh Kudus, tetapi dari pernikahan biasa atau dari perzinahan, maka:
a. Nubuat Firman Tuhan dalam Yesaya 7:14 tidak tergenapi, atau tergenapi secara salah.
b. Ia bukanlah Allah dan manusia tetapi hanyalah manusia biasa.
c. Ia tidak bisa lahir suci. Dan kalau Ia lahir sebagai manusia berdosa, maka Ia tidak bisa menebus dosa manusia.
Jadi terlihat bahwa ada banyak doktrin-doktrin besar / dasar kekristenan, termasuk doktrin keilahian Kristus dan doktrin tentang penebusan dosa oleh Kristus, yang didasarkan atas doktrin kelahiran Yesus dari seorang perawan ini. Dengan demikian, kalau doktrin kelahiran dari perawan itu ditolak, itu sama dengan menolak seluruh kekristenan!
f) Kata-kata dalam kutipan bagian akhir lagi-lagi merupakan ‘deceptive generosity’ [= kemurahan hati yang bersifat menipu] seperti yang dikatakan oleh John Murray di atas! Hati-hati dengan ‘kemurahan hati’ dari orang sesat / liberal!
Orang yang tidak percaya pada doktrin kelahiran Yesus dari seorang perawan, pastilah bukan orang yang sungguh-sungguh beriman!
YESUS VS MARIA
II) Dialog Gabriel dengan Maria (Lukas 1:28-38).
1) Gabriel memberi salam kepada Maria (Lukas 1: 28).
a) Ay 28: Salam, hai engkau yang dikaruniai’.
NASB: Hail, favored one [= Salam, orang yang disayangi].
NIV: Greetings, you who are highly favored [= Salam, engkau yang sangat disayangi].
KJV: Hail, thou that art highly favoured [= Salam, engkau yang sangat disayangi].
RSV: Hail, O favoured one [= Salam, hai orang yang disayangi].
Kata Yunani yang dipakai adalah KEKHARITOMENE. Perhatikan adanya kata KHARIS [= grace / kasih karunia], yaitu sesuatu yang ada pada Allah yang menyebabkan Ia memberikan karunia / sesuatu yang baik kepada orang yang tidak berlayak untuk menerimanya.
A. T. Robertson: “P‎erfect passive participle of ‎charitooo ‎and means endowed with grace ‎charis‎, enriched with grace as in Eph 1:6,” [= Perfect, pasif, participle dari KHARITOO dan berarti diperlengkapi / disediai dengan kasih karunia KHARIS, diperkaya dengan kasih karunia seperti dalam Ef 1:6,].
Karena itu Calvin menafsirkan bahwa kata Yunani ini menunjuk pada undeserved favour of God [= kebaikan dari Allah yang tidak layak didapatkan].
Semua ini menunjukkan bahwa Maria tidak layak menerima karunia ini dan ini jelas menunjukkan bahwa Maria itu bukannya suci murni tanpa dosa.Oo
William Hendriksen: “Gabriel continues, you highly favored one. Here Jeromes Latin version (the Vulgate) reads gratiae plena, full of grace, not a bad rendering unless it is wrongly interpreted as if it meant, Mary, you are filled with grace which is at your disposal to bestow on others.” [= Gabriel melanjutkan, engkau orang yang sangat disayangi. Di sini versi bahasa Latin dari Jerome (Latin Vulgate) berbunyi GRATIAE PLENA, penuh dengan kasih karunia, bukan suatu terjemahan yang buruk, kecuali itu ditafsirkan secara salah seakan-akan itu berarti, Maria, engkau dipenuhi dengan kasih karunia yang bisa kamu gunakan sekehendakmu untuk berikan kepada orang-orang lain.].
b) Salam dari Gabriel kepada Maria ini oleh gereja Roma Katolik lalu diubah menjadi / dijadikan dasar dari doa Salam Maria, yaitu suatu doa yang mereka naikkan kepada Maria.
Doa Salam Maria (Ave Maria / Hail Mary): Hail Mary, full of grace, the Lord is with thee; blessed art thou amongst women, and blessed is the fruit of thy womb, Jesus. Holy Mary, mother of God, pray for us sinners, now and at the hour of our death. Amen. [= Salam Maria, penuh kasih karunia, Tuhan besertamu; berbahagialah / diberkatilah engkau di antara perempuan, dan diberkatilah buah kandunganmu, Yesus. Maria yang kudus / suci, bunda Allah, berdoalah untuk kami orang-orang berdosa, sekarang dan pada saat kematian kami. Amin.].
Catatan: ini saya terjemahkan sendiri dari versi Inggrisnya, jadi mungkin agak berbeda dengan versi Indonesia mereka.
Calvin mengatakan bahwa ada 3 ketidakcocokan antara kata-kata Gabriel dalam ay 28 ini dan doa Salam Maria.
1. Ay 28 itu bukanlah suatu doa; tetapi Salam Maria adalah suatu doa.
Jelas ini memang bukanlah suatu doa.
2. Ay 28 itu diucapkan oleh malaikat; tetapi Salam Maria dinaikkan / diucapkan oleh manusia.
3. Ay 28 ini diucapkan kepada Maria yang ada dalam keadaan hidup di dunia ini, sedangkan doa Salam Maria dinaikkan / diucapkan kepada Maria yang sudah mati.
Ay 28: “Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”.
Karena itu, jelas bahwa tidak ada masuk akalnya sama sekali kalau ay 28 ini dijadikan dasar dari doa Salam Maria.
Doa hanya boleh dinaikkan kepada Allah. Karena Yesus adalah Allah, kita boleh berdoa kepada Dia. Tetapi Maria tidak mempunyai keilahian sedikitpun, dan berdoa kepadanya, atau kepada orang-orang suci (santo / santa) manapun, bagi saya merupakan penyembahan berhala!
2) Maria terkejut (ay 29) dan menjadi takut (ay 30a).
Ay 29-30: (29) Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. (30) Kata malaikat itu kepadanya: Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah..
NIV/NASB: greatly troubled [= sangat bingung / kuatir].
3) Gabriel memberitakan kelahiran Yesus (ay 30-33).
Ay 30-33: (30) Kata malaikat itu kepadanya: Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. (31) Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. (32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, (33) dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan..
a) Ay 30b: engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
NIV: you have found favor with God. NASB/KJV/RSV kurang lebih sama dengan NIV.
Yunani: KHARIN (akusatif) atau KHARIS (nominatif) berarti ‘grace [= kasih karunia].
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Maria sebetulnya tidak berlayak menerima anugerah itu.
b) Lukas 1:31: Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus..
Bdk. Mat 1:21-23 - “(21) Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.’ (22) Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: (23) Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel - yang berarti: Allah menyertai kita..
Yesaya 7:14 - Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel..
William Hendriksen: “As to the name Jesus, not in Luke but in Matthew this name is explained: for he will save his people from their sins.” [= Berkenaan dengan nama Yesus, bukan dalam Lukas tetapi dalam Matius nama ini dijelaskan: karena Dia akan menyelamatkan umatNya dari dosa-dosa mereka.].
c) Lukas 1: 32-33: “(32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, (33) dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.”.
1. akan disebut Anak Allah yang Mahatinggi’.
Ini tidak berarti bahwa sebelum menjadi manusia Yesus bukanlah Anak Allah. Artinya: dulu Ia sudah adalah Anak Allah, lalu Ia menjadi manusia dan manusia akan tahu dan mengakui / menyebutNya sebagai Anak Allah.
Bible Knowledge Commentary: “The fact that her Baby was to be called the Son of the Most High pointed to His equality with Yahweh. In Semitic thought a son was a carbon copy of his father, and the phrase son of was often used to refer to one who possessed his fathers qualities {e.g., the Heb. trans. son of wickedness in Ps. 89:22 (KJV) means a wicked person}.” [= Fakta bahwa Bayinya akan disebut Anak dari Yang Mahatinggi menunjuk pada kesetaraanNya dengan Yahweh. Dalam pemikiran Semitik seorang anak adalah copy karbon dari bapanya, dan ungkapan anak dari sering digunakan untuk menunjuk pada salah satu dari kwalitet-kwalitet yang dimiliki bapanya {misalnya, ungkapan bahasa Ibrani yang diterjemahkan anak dari kejahatan dalam Maz 89:22 (KJV) berarti seorang yang jahat}.].
Mazmur 89:23 - “Musuh tidak akan menyergapnya, dan orang curang tidak akan menindasnya.”.
KJV: “the son of wickedness” [= anak dari kejahatan].
2. ‘Ia akan menjadi besar ... Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya tahta Daud, bapa leluhurNya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.’.
a. Bahwa Yesus akan menjadi besar dan mewarisi tahta Daud, merupakan penggenapan dari nubuat dalam Yesaya 9:5-6 - (5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (6) Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini..
b. Kata mengaruniakan di sini sebetulnya salah terjemahan, karena dalam bahasa Yunaninya tidak menggunakan / mengandung kata KHARIS [= grace / kasih karunia], tetapi menggunakan kata Yunani DOSEI, yang berasal dari DIDOMI [= give / memberikan].
NIV/NASB menterjemahkan give [= memberikan].
Yesus memang bukannya tidak berlayak, tetapi sebaliknya layak menerima hal itu! Jadi ingat, kalau tadi kita lihat Marianya tidak layak, di sini kita lihat Yesusnya layak!
c. Dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa kerajaan Daud tidak akan berakhir.
2 Samuel 7:12-16 - (12) Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (13) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. (16) Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya..
Penggenapan nubuat ini ada dalam diri Yesus. Jadi Alkitab memang mengajarkan bahwa Yesus adalah Raja! Tetapi tak pernah ada ajaran bahwa Maria adalah Ratu!
d) Penekanan Gabriel adalah pada kebesaran Anak itu (Yesus), bukan kebesaran ibuNya (Maria)!!!
Ay 30-33,35: “(30) Kata malaikat itu kepadanya: Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. (31) Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. (32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, (33) dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan. ... (35) Jawab malaikat itu kepadanya: Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.
The Bible Exposition Commentary: “Gabriel then gave her the good news: she would become the mother of the promised Messiah whom she would name Jesus (Jehovah is salvation; see Matt 1:21). Note that Gabriel affirmed both the deity and the humanity of Jesus. As Marys son, He would be human; as Son of the Highest (Luke 1:32), He would be the Son of God (Luke 1:35). ... The emphasis is on the greatness of the Son (cf. Luke 1:15), not the greatness of the mother. [= Lalu Gabriel memberinya kabar baik: ia akan menjadi ibu dari Mesias yang dijanjikan yang akan ia namakan Yesus (Yehovah adalah keselamatan; lihat Matius 1:21). Perhatikan bahwa Gabriel meneguhkan baik keilahian dan kemanusiaan Yesus. Sebagai anak / putra Maria, Ia adalah manusia; sebagai Anak dari Yang Mahatinggi (Lukas 1:32), Ia adalah Anak Allah (Lukas 1:35). ... Penekanannya adalah pada kebesaran dari Anak (bdk. Luk 1:15), bukan kebesaran dari sang ibu.].
Catatan: Luk 1:15 ini merupakan ayat referensi yang salah, karena ayat itu menunjuk kepada Yohanes Pembaptis, bukan kepada Yesus.
Lukas 1:15 - “Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya;”.
The Bible Exposition Commentary: “When it comes to Mary, people tend to go to one of two extremes. They either magnify her so much that Jesus takes second place (Luke 1:32), or they ignore her and fail to give her the esteem she deserves (Luke 1:48). [= Pada waktu berkenaan dengan Maria, orang-orang cenderung untuk pergi pada salah satu dari dua extrim. Atau mereka membesarkan / memuliakan dia dengan begitu banyak / hebat sehingga Yesus mendapat tempat kedua (Lukas 1:32), atau mereka mengabaikannya dan gagal untuk memberinya penghormatan yang layak ia dapatkan (Luk 1:48).].
SEKARANG MARI KITA BANDINGKAN MARIA DENGAN Yesus!
1. Mari kita melihat catatan Alkitab tentang Maria.
Loraine Boettner: “The New Testament has surprisingly little to say about Mary. Her last recorded words were spoken at the marriage in Cana, at the very beginning of Jesus ministry: Whatsoever he saith unto you, do it - then silence.” [= ] - Roman Catholicism, hal 132.
Kata-kata Maria yang terakhir dicatat dalam Alkitab adalah dalam pesta pernikahan di Kana di bawah ini.
Yohanes 2:3-5 - “(3) Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepadaNya: Mereka kehabisan anggur. (4) Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu? SaatKu belum tiba.’ (5) Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”.
Loraine Boettner: “But the Church of Rome breaks that silence, and from sources entirely outside of Scripture builds up a most elaborate system of Mary works and Mary devotions.” [= Tetapi Gereja Roma menghancurkan ke-diam-an / ketenangan itu, dan dari sumber-sumber yang sepenuhnya dari luar Kitab Suci membangun suatu sistim yang mendetail tentang pekerjaan-pekerjaan dan pembaktian-pembaktian Maria.] - Roman Catholicism, hal 132.
Loraine Boettner: “Following Marys appearance at the marriage in Cana, we meet her only once more during Jesus public ministry, when she and His brothers came where He was speaking to the multitudes, seeking Him, only to draw the rebuke: ‘Who is my mother? and who are my brethren? Whosoever shall do the will of my Father who is in heaven, he is my brother, and sister, and mother’ (Matt. 12:4650). She was present at the cross, where she was committed to the care of the disciple John for the remainder of her natural life (John 19:2527). Finally, in Acts 1:14, she is mentioned as having been with the disciples and the other women and the Lords brethren engaged steadfastly in prayer immediately after the ascension, but she has no prominent place.” [= ] - Roman Catholicism, hal 132.
Catatan: kutipan di atas ini tidak saya terjemahkan.
Intinya hanyalah bahwa Alkitab hanya berbicara sangat sedikit tentang Maria. Selain berkenaan dengan pemberitaan yang berhubungan dengan kelahiran Yesus, pertumbuhan Yesus, dan Yesus pada usia 12 tahun dalam Mat 1-2 dan Luk 1-2, hanya sangat sedikit Maria dibicarakan dalam Alkitab, yaitu dalam text-text di bawah ini.
a. Dalam sepanjang pelayanan Yesus hanya di sini Maria muncul.
Matius 12:46-50 - (46) Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibuNya dan saudara-saudaraNya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. (47) Maka seorang berkata kepadaNya: Lihatlah, ibuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan berusaha menemui Engkau. (48) Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepadaNya: Siapa ibuKu? Dan siapa saudara-saudaraKu? (49) Lalu kataNya, sambil menunjuk ke arah murid-muridNya: Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu! (50) Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu.”.
b. Lalu Maria muncul lagi pada penyaliban Yesus.
Yohanes 19:25-27 - (25) Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. (26) Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya: Ibu, inilah, anakmu! (27) Kemudian kataNya kepada muridNya: Inilah ibumu! Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya..
c. Setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga, Maria hanya muncul sekali lagi.
Kis 1:14 - Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus..
Dan itu tidak mungkin kalau Maria adalah orang yang begitu penting sebagaimana yang Gereja Roma Katolik percayai.
Bandingkan dengan berapa banyak Alkitab membicarakan tentang Yesus!!!
2. Sikap para rasul kepada Maria.
Loraine Boettner: “The apostles never prayed to Mary, nor, so far as the record goes, did they show her any special honor. Peter, Paul, John, and James do not mention her name even once in the epistles which they wrote to the churches. John took care of her until she died, but he does not mention her in any of his three epistles or in the book of Revelation.” [= Rasul-rasul tidak pernah berdoa kepada Maria, juga mereka tidak, sejauh catatan (Alkitab) diterima (?), menunjukkan kepadanya penghormatan khusus apapun. Petrus, Paulus, Yohanes, dan Yakobus tidak menyebut namanya satu kalipun dalam surat-surat yang mereka tulis kepada gereja-gereja. Yohanes memelihara dia sampai dia mati, tetapi ia tidak menyebut dia dalam yang manapun dari tiga surat-suratnya atau dalam kitab Wahyu.] - Roman Catholicism, hal 132-133.
Bandingkan dengan sikap para rasul terhadap Yesus dan betapa sering mereka menyebut Yesus dalam tulisan-tulisan mereka!!
3. Perkembangan Mariolatry.
Loraine Boettner: “The doctrine of ‘Mary, the Mother of God,’ as we know it today is the result of centuries of growth, often stimulated by pronouncements of church prelates. And yet the full-fledged system of Mariolatry is a comparatively recent development in Roman Catholic dogma. In fact the last one hundred years have quite appropriately been called the Century of Mariolatry.’” [= Doktrin tentang Maria, Bunda Allah, seperti yang kita kenal / tahu sekarang adalah hasil dari pertumbuhan selama berabad-abad, sering didorong oleh pernyataan-pernyataan berotoritas dari uskup-uskup gereja. Tetapi sistim Mariolatry yang berkembang sepenuhnya secara relatif merupakan suatu perkembangan yang baru dalam dogma Gereja Roma. Sebetulnya 100 tahun terakhir telah secara benar disebut Abad dari Mariolatry.] - Roman Catholicism, hal 133.
Catatan: Loraine Boetter hidup pada tahun 1901-1990. Jadi abad yang dia bicarakan di sini adalah abad ke 19.
Loraine Boettner: “As late as the fourth century there are no indications of any special veneration of Mary. Such veneration at that time could begin only if one were recognized as a saint, and only the martyrs were counted as saints. But since there was no evidence that Mary had suffered a martyrs death, she was excluded from sainthood. Later the ascetics came to be acknowledged as among the saints. That proved to be the opening wedge for the sainthood of Mary, for surely she of all people, it was alleged, must have lived an ascetic life! The church acknowledged that Christ was born of the virgin Mary. Apocryphal tradition built on those possibilities, and slowly the system emerged.” [= Sampai pada abad keempat di sana tidak ada petunjuk tentang pemujaan khusus apapun terhadap Maria. Pemujaan seperti itu pada saat itu bisa mulai hanya jika seseorang diakui sebagai seorang suci (santa / santo), dan hanya para martir yang dianggap sebagai orang-orang suci. Tetapi karena di sana tidak ada bukti bahwa Maria telah mengalami kematian syahid, ia dikeluarkan dari kumpulan orang-orang suci. Belakangan para pertapa jadi diakui sebagai ada di antara orang-orang suci. Itu terbukti menjadi baji pembuka bagi status orang suci dari Maria, karena sudah tentu ia dari semua umat, itu dinyatakan tanpa bukti, pasti telah menjalani kehidupan seorang pertapa! Gereja mengakui bahwa Kristus dilahirkan oleh Perawan Maria. Tradisi Apocrypha membangun di atas kemungkinan-kemungkinan itu, dan secara perlahan-lahan sistim itu muncul.] - Roman Catholicism, hal 133.
Catatan: saya tak mengerti apa yang dia maksudkan dengan tradisi apocrypha. Karena setahu saya dogma tentang Maria tidak didasarkan pada apocrypha.
Loraine Boettner: “It is not difficult to trace the origin of the worship of the Virgin Mary. ... Justin Martyr, who died in 165, compares Mary and Eve, the two prominent women in the Bible. Irenaeus, who died in 202, says that the disobedience of the ‘virgin Eve’ was atoned for by the obedience of the ‘virgin Mary.’” [= Tidak sukar untuk melacak asal usul dari penyembahan Perawan Maria. ... Justin Martyr, yang mati pada tahun 165, membandingkan Maria dan Hawa, kedua perempuan yang menonjol dalam Alkitab. Irenaeus, yang mati pada tahun 202, berkata bahwa ketidak-taatan dari perawan Hawa ditebus oleh ketaatan dari perawan Maria.] - Roman Catholicism, hal 135-136.
Tindakan Justin Martyr kelihatannya merupakan tindakan yang tak ada salahnya! Ia hanya membandingkan Hawa dengan Maria? Apa salahnya? Tetapi Alkitab tak pernah membandingkan Hawa dengan Maria. Alkitab membandingkan, atau lebih tepat mengkontraskan, Adam dengan Kristus!
Tetapi apa yang Irenaeus lakukan, jelas-jelas sudah mulai gila, dan entah dari mana orang ini mendapatkan gagasan konyol dan sesat seperti itu.
4. Istilah Bunda Allah yang diselewengkan artinya sehingga mendorong pada pemujaan kepada Maria.
Loraine Boettner: “The phrase ‘Mother of God’ originated in the Council of Ephesus, in the year 431. It occurs in the Creed of Chalcedon, which was adopted by the council which met in that city in 451, and in regard to the person of Christ it declared that He was, ‘Born of the Virgin Mary, the Mother of God according to the manhood’ - which latter term means: according to the flesh of human nature. The purpose of the expression as used by the Council of Ephesus was not to glorify Mary, but to emphasize the deity of Christ over against those who denied His equality with the Father and the Holy Spirit. A heretical sect, the Nestorians, separated the two natures in Christ to such an extent that they held Him to be two persons, or rather a dual person formed by the union between the divine Logos and the human person Jesus of Nazareth. They were accused of teaching that the Logos only inhabited the man Jesus, from which it was inferred that they held that the person born of Mary was only a man. It was therefore only to emphasize the fact that the ‘person’ born to Mary was truly divine that she was called ‘the Mother of God.’ Hence the term today has come to have a far different meaning from that intended by the early church. It no longer has reference to the orthodox doctrine concerning the person of Christ, but instead is used to exalt Mary to a supernatural status as Queen of Heaven, Queen of the Angels, etc., so that, because of her assumed position of prominence in heaven, she is able to approach her Son effectively and to secure for her followers whatever favors they ask through her. When we say that a woman is the mother of a person we mean that she gave birth to that person. But Mary certainly did not give birth to God, nor to Jesus Christ as the eternal Son of God. She was not the mother of our Lords divinity, but only of His humanity. Instead, Christ, the second person of the Trinity, has existed from all eternity, and was Marys Creator. Hence the term as used in the present day Roman Church must be rejected.” [= Ungkapan Bunda Allah berasal usul dalam Sidang Gereja Efesus, pada tahun 431. Itu muncul dalam Pengakuan Iman Chalcedon, yang diadopsi oleh Sidang Gereja itu yang bertemu di kota itu pada tahun 451, dan berkenaan dengan Pribadi dari Kristus dinyatakan bahwa Ia dilahirkan dari Perawan Maria, Bunda Allah, berkenaan dengan kemanusiaanNya - dan istilah yang belakangan artinya: berkenaan dengan daging dari hakekat manusia. Tujuan dari ungkapan itu seperti yang digunakan oleh Sidang Gereja Efesus bukanlah untuk memuliakan Maria, tetapi untuk menekankan keilahian Kristus terhadap mereka yang menyangkal kesetaraanNya dengan Bapa dan Roh Kudus. Para Nestorian, suatu sekte sesat, memisahkan kedua hakekat dalam  Kristus sampai pada suatu tingkat dimana mereka menganggapNya sebagai dua Pribadi, atau lebih tepat seorang Pribadi ganda yang dibentuk oleh persatuan antara Logos yang Ilahi dan pribadi manusia Yesus dari Nazaret. Mereka dituduh mengajarkan bahwa sang Logos hanya mendiami manusia Yesus, dari mana disimpulkan bahwa mereka menganggap bahwa pribadi yang dilahirkan oleh Maria hanyalah seorang manusia. Karena itu hanya untuk menekankan fakta bahwa Pribadi yang dilahirkan bagi Maria adalah sungguh-sungguh ilahi maka ia disebut Bunda Allah. Jadi, istilah itu sekarang telah mempunyai suatu arti yang berbeda jauh dari apa yang dimaksudkan oleh gereja mula-mula. Itu tidak lagi mempunyai hubungan dengan doktrin ortodox berkenaan dengan Pribadi Kristus, tetapi alih-alih digunakan untuk memuliakan Maria pada suatu status supranatural sebagai Ratu Surga, Ratu dari para malaikat, dsb, sehingga, karena ia dianggap mempunyai posisi yang menonjol di surga, ia bisa mendekat kepada Anaknya secara efektif dan memastikan bagi para pengikutnya kebaikan apapun yang mereka minta melalui dia. Pada waktu kita mengatakan bahwa seorang perempuan adalah ibu / bunda dari seseorang kita memaksudkan bahwa perempuan itu melahirkan orang itu. Tetapi Maria pasti tidak melahirkan Allah, ataupun Yesus Kristus sebagai Anak yang kekal dari Allah. Ia bukanlah ibu / bunda dari keilahian Tuhan kita, tetapi hanya dari kemanusiaanNya. Alih-alih, Kristus, Pribadi kedua dari Tritunggal, telah ada dari kekekalan, dan adalah Pencipta dari Maria. Maka istilah seperti yang digunakan dalam Gereja Roma pada saat ini harus ditolak.] - Roman Catholicism, hal 133-134.
Loraine Boettner: “At first glance the term Mother of God may seem comparatively harmless. But the actual consequence is that through its use Roman Catholics come to look upon Mary as stronger, more mature, and more powerful than Christ. To them she becomes the source of His being and overshadows Him. So they go to her, not to Him. He came to us through Mary, says Rome, and we must go to Him through her. Who would go to the Child, even to the holy Child, for salvation when His mother seems easier of access and more responsive? Romanism magnifies the person that the Holy Spirit wants minimized, and minimizes the person that the Holy Spirit wants magnified.” [= Sepintas lalu istilah Bunda Allah bisa terlihat secara relatif tak berbahaya. Tetapi konsekwensinya yang sungguh-sungguh adalah bahwa melalui penggunaannya orang-orang Roma Katolik jadi memandang kepada Maria sebagai lebih kuat, lebih matang, dan lebih berkuasa dari Kristus. Bagi mereka ia menjadi sumber dari keberadaanNya dan mengaburkan Dia. Jadi mereka pergi kepadanya, bukan kepada Dia. Ia (Yesus) datang kepada kita melalui Maria, kata Roma, dan kita harus pergi kepadaNya (Yesus) melalui dia (Maria). Siapa yang mau pergi kepada sang Anak, bahkan kepada sang Anak yang kudus, untuk keselamatan, pada waktu ibuNya kelihatannya merupakan jalan masuk yang lebih mudah dan lebih tanggap? Romanisme membesarkan pribadi yang Roh Kudus ingin kecilkan, dan mengecilkan Pribadi yang Roh Kudus ingin besarkan.] - Roman Catholicism, hal 134-135.
Loraine Boettner: “Furthermore, if the Roman terminology is correct and Mary is to be called Gods mother, then Joseph was Gods step-father, James, Joseph, Simon, and Judas were Gods brothers, Elizabeth was Gods aunt, John the Baptist was Gods cousin, Heli was Gods grandfather, and Adam was Gods 59th great grandfather. Such references to Gods relatives sound more like a page out of Mormonism than Christianity.” [= Lebih lagi, jika penggunaan istilah Roma adalah benar dan Maria harus disebut Bunda Allah, maka Yusuf adalah ayah tiri Allah, Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas adalah saudara-saudara Allah, Elisabet adalah tante / bibi Allah, Yohanes Pembaptis adalah saudara sepupu Allah, Eli adalah kakek Allah, dan Adam adalah kakek moyang ke 59 Allah. Referensi-referensi seperti itu pada keluarga Allah kedengaran lebih seperti catatan / sumber dari Mormonisme dari pada kekristenan.] - Roman Catholicism, hal 135.
Loraine Boettner: “As we have seen, the expression Mother of God, as set forth in the decree of the Council of Ephesus gave an impetus to Mary worship, although the practice did not become general until two or three centuries later. From the fifth century on the Mary cult becomes more common. Mary appears more frequently in paintings, churches were named after her, and prayers were offered to her as an intercessor.” [= Seperti telah kita lihat, ungkapan Bunda Allah, seperti yang dinyatakan dalam keputusan dari Sidang Gereja Efesus memberikan suatu kekuatan pendorong pada penyembahan Maria, sekalipun prakteknya belum menjadi umum sampai dua atau tiga abad setelahnya. Sejak abad kelima dan seterusnya sekte / pemujaan Maria menjadi lebih umum. Maria muncul dengan lebih sering dalam lukisan-lukisan, gereja-gereja dinamakan menurut dia, dan doa-doa dinaikkan kepadanya sebagai seorang pengantara.] - Roman Catholicism, hal 136-137.
Loraine Boettner: “The correct statement of the person of Christ in this regard is: As His human nature had no father, so His divine nature had no mother.” [= Pernyataan yang benar tentang pribadi Kristus berkenaan dengan hal ini adalah: Seperti hakekat manusiaNya tidak mempunyai bapa, demikian juga hakekat ilahiNya tidak mempunyai ibu.] - Roman Catholicism, hal 135.
5. Maria menggantikan Kristus.
Loraine Boettner: “In the life and worship of the Roman Church there has been a long course of development, setting forth Marys perpetual virginity, her exemption from original sin and from any sin of commission, and now her bodily assumption to heaven. In the Roman Church Mary is to her worshippers what Christ is to us. She is the object of all religious affections, and the source whence all the blessings of salvation are sought and expected.” [= Dalam kehidupan dan penyembahan dari Gereja Roma disana ada suatu jalan / kemajuan perkembangan yang panjang, menyatakan keperawanan abadi dari Maria, pengecualiannya dari dosa asal dan dari dosa tindakan apapun, dan sekarang kenaikannya secara jasmani ke surga. Dalam Gereja Roma, Maria bagi penyembah-penyembahnya adalah sama seperti Kristus bagi kita. Ia adalah obyek dari semua perasaan agamawi, dan sumber dari mana semua berkat-berkat keselamatan dicari dan diharapkan.] - Roman Catholicism, hal 134.
Loraine Boettner: “Liguori, more than any other one person, has been responsible for promoting Mariolatry in the Roman Church, dethroning Christ and enthroning Mary in the hearts of the people. Yet instead of excommunicating him for his heresies, the Roman Church has canonized him as a saint and has published his book in many editions, more recently under the imprimatur of Cardinal Patrick Joseph Hays, of New York.” [= Liguori, lebih dari pada satu orang manapun, telah bertanggung jawab untuk mempromosikan Mariolatry dalam Gereja Roma, menurunkan Kristus dari takhta dan menaikkan Maria ke takhta dalam hati dari orang-orang / umat. Tetapi alih-alih dari mengucilkan dia untuk ajaran-ajaran sesatnya, Gereja Roma telah mengkanonisasikan dia sebagai orang suci (santo) dan telah mempublikasikan bukunya dalam banyak edisi, baru-baru ini di bawah persetujuan resmi dari Kardinal Patrick Joseph Hays, dari New York.] - Roman Catholicism, hal 140.
Penekanan Gabriel adalah pada kebesaran dari sang Anak, bukan kebesaran dari sang ibu!!! Lalu bagaimana bisa jadi terbalik seperti ini???
Dalam suasana Natal ini, mari kita memikirkan tentang fokus yang benar dari Natal. Fokus dari Natal bukan Maria! Dan bagi kita yang non Katolik, ingat bahwa fokus dari Natal juga bukan juga pesta-pesta (apalagi pada masa wabah covid 19 sekarang ini), makan-makan, hadiah-hadiah, pohon Natal, lagu-lagu Natal (khususnya yang sebetulnya tidak ada hubungan sama sekali dengan Natal).
FOKUS DARI NATAL ADALAH YESUS!!! sudahkah saudara percaya / menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudar
Next Post Previous Post