KISAH KELAHIRAN YESUS KRISTUS (MATIUS 2:1-12)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

KISAH KELAHIRAN YESUS KRISTUS (MATIUS 2:1-12)
Gadget, education, otomotif
Matius 2:1-12 - “(Matius 2:1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem (2) dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.’ (3) Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. (4) Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. (5) Mereka berkata kepadanya: ‘Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: (6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel.’ (7) Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. (8) Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: ‘Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.’ (9) Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. (10) Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. (11) Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibuNya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur. (12) Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.”.

I) Orang Majus mencari Yesus yang baru dilahirkan.

Matius 2: 1-2: “(1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem (2) dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.’”.

1) Saat dan tempat kelahiran Yesus.

a) Saat kelahiran Yesus.

Jelas bahwa Yesus tidak lahir di tahun 1 M., karena dikatakan bahwa Ia lahir ‘pada jaman raja Herodes’ (ay 1). Herodes mati pada tahun 4 S. M. dan karena itu tidak mungkin Yesus lahir pada tahun 1 M., yang terjadi setelah kematian Herodes. Para penafsir berbeda-beda pendapat dalam hal ini, dan perkiraannya adalah bahwa Yesus lahir antara tahun 8-4 S.M.

IVP Bible Background Commentary: “Herod the Great died in 4 B.C.; Jesus was thus born before 4 B.C., rather than in A.D. 1 A.D.; our calendars are off by several years.” [= Herodes yang Agung mati pada tahun 4 SM; Jadi Yesus dilahirkan sebelum tahun 4 SM, dan bukannya pada tahun 1 M.; kalender kita tak cocok / menyimpang beberapa tahun.].

A. T. Robertson: “‘In the days of Herod the King’ ... This is the only date for the birth of Christ given by Matthew. Luke gives a more precise date in his Gospel (2:1-3), the time of the first enrollment by Augustus and while Cyrenius was ruler of Syria. More will be said of Luke’s date when we come to his Gospel. We know from Matthew that Jesus was born while Herod was king, the Herod sometimes called Herod the Great. Josephus makes it plain that Herod died in B.C. 4. ... It is not made plain by Matthew how long before the death of Herod Jesus was born. Our traditional date A.D. 1, is certainly wrong, as Matthew shows. It seems plain that the birth of Jesus cannot be put later than B.C. 5. The data supplied by Luke probably call for B.C. 6 or 7.” [= ‘Pada jaman raja Herodes’ ... Ini adalah satu-satunya saat untuk kelahiran Kristus yang diberikan oleh Matius. Lukas memberikan saat yang lebih persis dalam Injilnya (2:1-3), saat dari pendaftaran pertama oleh Agustus dan pada waktu Kirenius adalah pemimpin / penguasa di Siria. Akan dikatakan lebih banyak tentang saat dari Lukas pada waktu kita sampai pada Injilnya. Kita tahu dari Matius bahwa Yesus dilahirkan pada waktu Herodes adalah raja, Herodes yang kadang-kadang disebut Herodes yang Agung. Yosephus membuat jelas bahwa Herodes mati pada tahun 4 SM. ... Tidak dijelaskan oleh Matius berapa lama sebelum kematian Herodes Yesus dilahirkan. Saat tradisionil kita 1 M. pasti salah seperti yang ditunjukkan oleh Matius. Kelihatannya jelas bahwa kelahiran Yesus tidak bisa diletakkan setelah tahun 5 SM. Data yang disuplai oleh Lukas mungkin menuntut tahun 6 atau 7 SM.].

Lukas 2:1-3 - “(1) Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. (2) Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. (3) Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.”.

A. T. Robertson (tentang Lukas 2:2): “‘The first enrolment’ ... A definite allusion by Luke to a series of censuses instituted by Augustus, the second of which is mentioned by him in Acts 5:37. This second one is described by Josephus and it was supposed by some that Luke confused the two. But Ramsay has shown that a periodical fourteen-year census in Egypt is given in dated papyri back to A.D. 20. The one in Acts 5:37 would then be A.D. 6. This is in the time of Augustus. The first would then be B.C. 8 in Egypt. If it was delayed a couple of years in Palestine by Herod the Great for obvious reasons, that would make the birth of Christ about B.C. 6 which agrees with the other known data.” [= ‘Pendaftaran pertama’ ... Suatu penyebutan implicit oleh Lukas pada suatu seri sensus yang diadakan oleh Agustus, dan yang kedua darinya disebutkan oleh Lukas dalam Kis 5:37. Pendaftaran / sensus yang kedua ini digambarkan oleh Yosephus dan dianggap oleh sebagian orang bahwa Lukas mencampuradukkan keduanya. Tetapi Ramsay telah menunjukkan bahwa suatu sensus setiap 14 tahun di Mesir diberikan dalam suatu papirus pada tahun 20 M. Jadi, sensus / pendaftaran yang ada dalam Kis 5:37 terjadi pada tahun 6 M. Ini ada dalam jaman dari Agustus. Maka pendaftaran yang pertama adalah pada tahun 8 SM di Mesir. Jika itu ditunda 2 tahun di Palestina oleh Herodes yang Agung untuk alasan-alasan yang jelas, itu akan membuat kelahiran Kristus pada sekitar tahun 6 SM yang sesuai dengan data lain yang diketahui.].

Kisah Para Rasul 5:37 - “Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya.”.

Jewish New Testament Commentary: “Yeshua was born between 8 and 4 B.C.E. The reason he was born ‘B.C.’ (‘Before Christ’) is that Dionysius Exiguus, the sixth-century monk who set up the modern calendar, made a mistake in determining the date which was not corrected till later.” [= Yeshua dilahirkan antara tahun 8 dan 4 SM. Alasan Ia dilahirkan SM / BC (Before Christ / Sebelum Kristus) adalah bahwa Dionysius Exiguus, biarawan abad 6 yang menetapkan kalender modern, membuat suatu kesalahan dalam menentukan saat itu yang tidak dibetulkan sampai belakangan.].

b) Tempat kelahiran Yesus.

1. Kita tidak tahu tempat yang tepat dari kelahiran Yesus.

Yang kita ketahui tentang tempat kelahiran Yesus hanyalah bahwa Ia lahir di Betlehem, sesuai dengan nubuat nabi Mikha dalam Mikha 5:1.

Kata ‘Betlehem’ berarti ‘the house of bread’ [= rumah roti], dan banyak penafsir menghubungkannya dengan Yesus sebagai ‘roti hidup’ (Yoh 6:35) dan ‘roti yang telah turun dari sorga’ (Yohanes 6:41).

Adam Clarke mengatakan bahwa kata LEKHEM selain berarti ‘roti’, juga bisa berarti ‘daging’, dan ia lalu menghubungkan ini dengan inkarnasi, dimana Yesus menjadi daging.

Yohanes 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.

KJV: ‘And the Word was made flesh,’ [= Dan Firman itu telah menjadi daging,].

Adam Clarke: “‘Bethlehem of Judea.’ ... It is situated on the declivity of a hill, about six miles from Jerusalem. BEYT-LECHEM, in Hebrew, signifies the house of bread. And the name may be considered as very properly applied to that place where Jesus, the Messiah, the true bread that came down from heaven, was manifested, to give life to the world. But LECHEM also signifies flesh, and is applied to that part of the sacrifice which was burnt upon the altar. See Lev 3:11-16; 21:6. The word is also used to signify a carcass, Zeph 1:17. The Arabic version has BEET LEHEM, and the Persic BEET ALLEHEM: but LEHEM, in Arabic, never signifies bread, but always means flesh. Hence, it is more proper to consider the name as signifying the house of flesh, or, as some might suppose, the house of the incarnation, i.e. the place where God was manifested in the flesh for the salvation of a lost world.” [= ‘Betlehem di tanah Yudea’. ... Itu terletak pada lereng yang menurun, sekitar 6 mil dari Yerusalem. BEYT-LECHEM, dalam bahasa Ibrani, berarti ‘rumah roti’. Dan nama itu bisa dianggap sebagai dengan sangat tepat diterapkan pada tempat itu dimana Yesus, sang Mesias, roti yang benar / sejati yang turun dari surga, dinyatakan, untuk memberi hidup kepada dunia. Tetapi LECHEM juga berarti ‘daging’, dan diterapkan pada bagian dari korban yang dibakar di atas mezbah. Lihat Imamat 3:11-16; 21:6. Kata itu juga digunakan untuk menunjuk pada suatu bangkai, Zef 1:17. Versi Arab mempunyai BEET LEHEM, dan versi Persia BEET ALLEHEM: tetapi LEHEM dalam bahasa Arab tak pernah berarti ‘roti’, tetapi selalu berarti ‘daging’. Jadi, adalah lebih tepat untuk menganggap nama itu sebagai berarti ‘rumah daging’, atau, seperti sebagian orang bisa menganggap, rumah dari inkarnasi, yaitu tempat dimana Allah dinyatakan dalam daging untuk keselamatan dari suatu dunia yang terhilang.].

Catatan: menurut saya, kata-kata Clarke yang mengatakan bahwa kata Ibrani LEKHEM bisa berarti ‘meat’ [= daging], sangat meragukan. Ayat-ayat yang ia gunakan juga tidak terlalu cocok.

Zefanya 1:17 - “Aku akan menyusahkan manusia, sehingga mereka berjalan seperti orang buta, sebab mereka telah berdosa kepada TUHAN. Darah mereka akan tercurah seperti debu dan usus mereka seperti tahi.”.

NIV: ‘entrails’ [= isi perut].

KJV/RSV/NASB: ‘flesh’ [= daging].

Setahu saya, tak ada seorang penafsir lainpun yang setuju dengan Adam Clarke dalam hal ini.

Vine’s Expository Dictionary of Old Testament Words (tentang kata ‘bread’): “BREAD. LECHEM ... This noun refers to ‘bread,’ as distinguished from meat.” [= ‘Roti.’ LEKHEM ... kata benda ini menunjuk pada ‘roti’, sebagai dibedakan dari ‘daging.’].

2. Karena Luk 2:7 mengatakan Yesus dibaringkan di sebuah palungan, maka pada umumnya orang beranggapan Yesus lahir di sebuah kandang, karena orang beranggapan bahwa palungan pasti berada di sebuah kandang.

Lukas 2:7 - “dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.”.

Tetapi inipun tidak pasti, karena Barclay mengatakan bahwa seorang bapa gereja yang bernama Justin Martyr mengatakan bahwa Yesus dilahirkan di sebuah gua yang dijadikan tempat hewan.


William Barclay: “The picture of the stable and the manger as the birthplace of Jesus is a picture indelibly etched in our minds; but it may well be that that picture is not altogether correct. Justin Martyr, one of the greatest of the early fathers, who lived about AD 150, and who came from the district near Bethlehem, tells us that Jesus was born in a cave near the village of Bethlehem (Justin Martyr, Dialogue with Trypho, 78, 304); and it may well be that Justin’s information is correct. The houses in Bethlehem are built on the slope of the limestone ridge; and it is very common for them to have a cave-like stable hollowed out in the limestone rock below the house itself; and very likely it was in such a cave-stable that Jesus was born.” [= Gambar / lukisan tentang kandang dan palungan sebagai tempat kelahiran Yesus adalah suatu gambar / lukisan yang tergores secara tak terhapuskan dalam pikiran kita; tetapi bisa saja bahwa gambaran itu tidak sama sekali benar. Justin Martyr, salah satu dari bapa-bapa awal yang terbesar, yang hidup pada sekitar tahun 150 M., dan yang datang dari daerah dekat Betlehem, memberitahu kita bahwa Yesus dilahirkan di sebuah gua dekat desa Betlehem (Justin Martyr, Dialogue with Trypho, 78, 304); dan bisa saja bahwa informasi Justin itu benar. Rumah-rumah di Betlehem dibangun pada lereng dari punggung bukit dari batu kapur; dan merupakan sesuatu yang umum bagi mereka untuk mempunyai sebuah kandang yang menyerupai gua yang digali di batu kapur di bawah rumah itu sendiri; dan sangat mungkin bahwa dalam kandang gua seperti itulah Yesus dilahirkan.].

3. Di atas gua yang dianggap sebagai tempat kelahiran Yesus dibangun sebuah gereja.

William Barclay: “To this day, such a cave is shown in Bethlehem as the birthplace of Jesus, and above it the Church of the Nativity has been built. For a very long time, that cave has been shown as the birthplace of Jesus. It was so in the days of the Roman emperor, Hadrian, who, in a deliberate attempt to desecrate the place, erected a shrine to the heathen god Adonis above it. When the Roman Empire became Christian, early in the fourth century, the first Christian emperor, Constantine, built a great church there, and that church, much altered and often restored, still stands.” [= Sampai hari ini, gua seperti itu ditunjukkan di Betlehem sebagai tempat kelahiran Yesus, dan di atasnya Gereja Kelahiran telah dibangun. Untuk waktu yang lama, gua itu telah ditunjukkan sebagai tempat kelahiran Yesus. Itu adalah demikian pada jaman dari kaisar Roma, Hadrian, yang dalam suatu usaha sengaja untuk menajiskan / menodai tempat itu, mendirikan sebuah kuil bagi dewa kafir ADONIS di atasnya. Pada waktu kaisar Roma menjadi Kristen, di awal abad ke 4, kaisar Kristen pertama, Konstantin, membangun suatu gereja yang besar di sana, dan gereja itu, banyak diubah dan sering diperbaiki, tetap berdiri.].

Tetapi Albert Barnes menganggap hal ini sekedar sebagai suatu tradisi yang tidak bisa dipercaya.

Barnes’ Notes: “About 200 paces east of Bethlehem the place is still shown where our Saviour is supposed to have been born. There is a church and a convent there; and beneath the church a subterranean chapel, which is lighted by 32 lamps, which is said to be the place where was the stable in which Jesus was born, though no certain reliance is to be placed on the tradition which makes this the birthplace of the Saviour.” [= Sekitar 200 langkah Timur dari Betlehem tempat itu tetap ditunjukkan dimana Juruselamat kita dianggap telah dilahirkan. Di sana ada suatu gereja dan suatu biara di sana; dan di bawah gereja itu suatu gereja kecil di bawah tanah, yang diterangi oleh 32 lampu, yang dikatakan sebagai tempat dimana ada palungan dalam mana Yesus dilahirkan, sekalipun tak ada keyakinan / kepercayaan yang pasti yang harus diletakkan pada tradisi yang membuat ini tempat kelahiran dari sang Juruselamat.].

William Barclay sendiri juga tak yakin apakah itu memang adalah tempat Yesus dilahirkan.

William Barclay: “The travel writer H. V. Morton tells how he visited the Church of the Nativity in Bethlehem. He came to a great wall, and in the wall there was a door so low that he had to stoop to enter it; and through the door, and on the other side of the wall, there was the church. Beneath the high altar of the church is the cave, and when pilgrims descend into it they find a little cavern about fourteen yards long and four yards wide, lit by silver lamps. In the floor there is a star, and round it a Latin inscription: ‘Here Jesus Christ was born of the Virgin Mary.’ When the Lord of Glory came to this earth, he was born in a cave where animals were sheltered. The cave in the Church of the Nativity in Bethlehem may be that same cave, or it may not be. That we will never know for certain. But there is something beautiful in the symbolism that the church where the cave is has a door so low that all must stoop to enter. It is supremely fitting that people should approach the infant Jesus upon their knees.” [= Penulis keliling H. V. Morton memberitahu kita bagaimana ia mengunjungi Gereja Kelahiran di Betlehem. Ia datang pada suatu tembok yang besar, dan di tembok itu ada suatu pintu yang begitu rendah sehingga ia harus membungkuk untuk memasukinya; dan melalui pintu itu, dan pada sisi yang lain dari tembok itu, ada gereja. Di bawah altar yang tinggi dari gereja ada gua, dan pada waktu orang-orang yang berziarah turun ke dalamnya mereka mendapati sebuah gua kecil sekitar 14 yard panjangnya dan 4 yard lebarnya, diterangi oleh lampu-lampu perak. Di lantai ada sebuah bintang, dan di sekelilingnya suatu tulisan / prasasti bahasa Latin: ‘Di sini Yesus Kristus dilahirkan dari Perawan Maria’. Pada waktu Tuhan Kemuliaan datang ke bumi ini, Ia dilahirkan dalam sebuat gua dimana binatang-binatang berlindung. Gua dalam Gereja Kelahiran di Betlehem bisa adalah gua yang sama itu, atau bisa juga tidak. Itu tak akan pernah kita ketahui dengan pasti. Tetapi di sana ada sesuatu yang indah dalam simbolisme bahwa gereja dimana gua itu berada mempunyai sebuah pintu yang begitu rendah sehingga semua orang harus membungkuk untuk masuk. Merupakan sesuatu yang sangat cocok bahwa orang-orang harus mendekati bayi Yesus pada lutut mereka.].

Catatan: 1 yard = 91 cm.

Tidak terlalu jadi soal kalau kita tidak tahu saat dan tempat yang tepat dari kelahiran Yesus. Yang penting memang bukan kedua hal itu. YANG PENTING ADALAH FAKTA BAHWA YESUS SUDAH LAHIR UNTUK MENJADI JURUSELAMAT / PENEBUS KITA!.KELAHIRAN YESUS KRISTUS 

2) Orang-orang Majus.

a) Jumlah mereka.

Bahwa jumlah mereka adalah 3 orang, hanyalah tradisi yang berasal dari Katolik (Calvin, Matthew Henry). Calvin dan Matthew Henry juga mengatakan ada sumber / tradisi lain yang mengatakan jumlah mereka adalah 14, tetapi Calvin mengatakan ini kemungkinannya sama kecilnya seperti bilangan 3 tadi. Yang benar adalah: kita tidak tahu berapa jumlah mereka, dan tidak perlu mencari tahu, karena Alkitab memang tidak memberitahu kita hal itu.

Matthew Henry: “The traditions of the Romish church are frivolous, that they were in number three (though one of the ancients says that they were fourteen), that they were kings, and that they lie buried in Colen, thence called the three kings of Colen; we covet not to be wise above what is written.” [= Tradisi dari Gereja Roma adalah tolol / tak bernilai, bahwa jumlah mereka adalah tiga (sekalipun satu dari orang-orang kuno mengatakan jumlah mereka 14), bahwa mereka adalah raja-raja, dan bahwa mereka dikuburkan di Colen, dan karena itu disebut tiga raja dari Colen; kami tidak ingin untuk menjadi bijaksana melebihi apa yang tertulis (dalam Alkitab).].

Calvin: “Papists have been led into a childish error, of supposing that they were three in number: because Matthew says, that they brought gold, frankincense, and myrrh, (verse 11.) But the historian does not say, that each of them separately presented his own gift. He rather says, that those three gifts were presented by them in common. That ancient author, whoever he may be, whose imperfect Commentary on Matthew bears the name of Chrysostom, and is reckoned among Chrysostom’s works, says that they were fourteen. This carries as little probability as the other. It may have come from a tradition of the Fathers, but has no solid foundation.” [= Para pengikut Paus telah dibimbing ke dalam kesalahan yang kekanak-kanakan, dengan menganggap bahwa mereka jumlahnya tiga: karena Matius berkata, bahwa mereka membawa emas, kemenyan dan mur, (Matius 2: 11). Tetapi sang ahli sejarah (Matius) tidak mengatakan, bahwa setiap mereka memberi pemberian sendiri secara terpisah. Tetapi ia berkata, bahwa tiga pemberian-pemberian itu diberikan bersama-sama. Pengarang kuno itu, siapapun dia adanya, yang Tafsirannya yang tidak sempurna tentang Matius membawa nama Chrysostom, dan diperhitungkan di antara pekerjaan-pekerjaan Chrysostom, berkata bahwa mereka berjumlah 14. Ini membawa kemungkinan sama kecilnya seperti yang lain. Itu mungkin telah datang dari suatu tradisi dari Bapa-bapa, tetapi tidak mempunyai dasar yang kuat.].

b) Siapa / apa sebenarnya orang-orang Majus itu?

KJV/RSV/ASV/NKJV: ‘wise men’ [= orang-orang bijaksana].

NIV/NASB: ‘magi’ [= orang-orang majus].

Yunani: MAGOI yang merupakan bentuk jamak dari kata Yunani MAGOS, dari mana didapatkan kata bahasa Inggris ‘magician’ [= tukang sulap / sihir], dan dari mana kita mendapatkan kata ‘Majus’.

Siapa mereka ini (ahli perbintangan, ahli ilmu horoscope, tukang sihir, raja, ahli filsafat dsb), dan dari mana tepatnya mereka berasal, adalah tidak pasti. Yang pasti hanyalah bahwa mereka berasal dari Timur, maksudnya sebelah Timur dari Kanaan.

Calvin: “But the most ridiculous contrivance of the Papists on this subject is, that those men were kings, because they found in another passage a prediction, that ‘the kings of Tarshish, and of the Isles, and of Sheba, would offer gifts to the Lord,’ (Psalm 72:10.) Ingenious workmen, truly, who, in order to present those men in a new shape, have begun with turning the world from one side to another: for they have changed the south and west into the east! Beyond all doubt, they have been stupified by a righteous judgment of God, that all might laugh at the gross ignorance of those who have not scrupled to adulterate ‘and, change the truth of God into a lie,’ (Romans 1:25.)” [= Tetapi penemuan yang paling menggelikan dari para pengikut Paus tentang pokok ini adalah, bahwa orang-orang itu adalah raja-raja, karena mereka menemukan dalam text yang lain suatu ramalan, bahwa ‘raja-raja dari Tarsis, dan dari pulau-pulau, dan dari Seba, akan mempersembahkan pemberian-pemberian kepada Tuhan’, (Maz 72:10). Pekerja-pekerja yang benar-benar pandai berkhayal, yang untuk menghadirkan orang-orang ini dalam suatu bentuk yang baru, telah mulai dengan membalikkan dunia ini dari satu sisi ke sisi yang lain: karena mereka telah mengubah Selatan dan Barat menjadi Timur! Tak diragukan, mereka telah dibuat menjadi bodoh oleh suatu penghakiman yang benar dari Allah, sehingga semua bisa mentertawakan ketidak-tahuan / kebodohan yang begitu besar dari mereka yang tidak ragu-ragu mencampur / memalsukan ‘dan, mengubah kebenaran Allah menjadi suatu dusta’, (Roma 1:25).].

Mazmur 72:10 - “kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti!”.

Roma 1:25 - “Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.”.

Untuk mengetahui letak dari Tarsis, Syeba dan Seba, mari kita melihat beberapa tafsiran di bawah ini.

Adam Clarke (tentang Maz 72:10): “‘The kings of Tarshish and of the isles shall bring presents.’ Though Solomon did not reign over Cilicia, of which Tarsus was the capital, yet he might receive gifts, not in the sense of tribute; for MINCHAAH, the word used here, signifies a gratitude or friendly offering. ‘The kings of Sheba and Seba.’ Both countries of Arabia.” [= ‘Raja-raja dari Tarsis dan dari pulau-pulau akan membawa pemberian-pemberian’. Sekalipun Salomo tidak memerintah atas Kilikia, dari mana Tarsus adalah ibukotanya, tetapi ia bisa menerima pemberian-pemberian, bukan dalam arti upeti; karena MINCHAAH, kata yang digunakan di sini, berarti suatu persembahan syukur atau persahabatan. ‘Raja-raja dari Syeba dan Seba’. Kedua negara dari Arab (Arab Saudi).].

Catatan: rupanya Adam Clarke mencampuradukkan Tarsis dan Tarsus. Tarsus, tempat kelahiran Paulus, ada di Utara. Tarsis ada jauh di Barat.

Sedangkan Syeba dan Seba memang ada di Arab, tetapi jauh hampir di ujung Selatan.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Maz 72:10): “‘The kings of Tarshish and of the isles shall bring presents: the kings of Sheba and Seba’ - the kings of the wealthy and distant west, and of the south.” [= ‘Raja-raja dari Tarsis dan dari pulau-pulau akan membawa pemberian-pemberian: raja-raja dari Syeba dan Seba’ - raja-raja dari Barat yang kaya dan jauh, dan dari Selatan.].

Sedangkan ‘pulau-pulau’ (Maz 72:10) pasti tidak mungkin ada di Timur, karena tak ada laut di sana. Ini pasti juga di Barat yang memang merupakan lautan dan banyak pulau-pulau di sana.

Barnes’ Notes: “‘Wise men.’ The original word here is MAGOI, from which comes our word magician, now used in a bad sense, but not so in the original. The persons here denoted were philosophers, priests, or astronomers. They lived chiefly in Persia and Arabia. They were the learned men of the Eastern nations, devoted to astronomy, to religion, and to medicine. They were held in high esteem by the Persian court, were admitted as counsellors, and followed the camps in war to give advice.” [= ‘Orang-orang bijaksana’. Kata orisinilnya di sini adalah MAGOI, dari mana datang kata ‘magician / tukang sihir’ kita, sekarang digunakan dalam suatu arti yang buruk, tetapi tidak demikian dalam orisinilnya. Orang-orang yang digambarkan di sini adalah ahli-ahli filsafat, imam-imam, atau ahli-ahli perbintangan. Mereka hidup / tinggal terutama di Persia dan Arab. Mereka adalah orang-orang terpelajar dari bangsa-bangsa Timur, membaktikan diri pada astronomi, pada agama, dan pada obat-obatan. Mereka dipandang tinggi oleh istana Persia, diakui sebagai penasehat-penasehat, dan mengikuti perkemahan dalam perang untuk memberi nasehat.].

Adam Clarke: “‘There came wise men from the east.’ Or, Magi came from the eastern countries. ‘The Jews believed that there were prophets in the kingdom of Saba and Arabia, who were of the posterity of Abraham by Keturah; and that they taught in the name of God, what they had received in tradition from the mouth of Abraham.’ - WHITBY. That many Jews were mixed with this people there is little doubt; and that these eastern magi, or philosophers, astrologers, or whatever else they were, might have been originally of that class, there is room to believe. These, knowing the promise of the Messiah, were now, probably, like other believing Jews, waiting for the consolation of Israel. The Persian translator renders the Greek MAGOI by MEJOOSEEAN, which properly signifies ‘a worshipper of fire;’ and from which we have our word ‘magician.’” [= ‘datanglah orang-orang bijaksana dari Timur’. Atau orang-orang Majus datang dari negara-negara Timur. ‘Orang-orang Yahudi percaya bahwa ada nabi-nabi dalam kerajaan Saba dan Arab, yang adalah keturunan dari Abraham oleh Ketura; dan bahwa mereka mengajar dalam nama Allah, apa yang telah mereka terima dalam tradisi dari mulut Abraham.’ - WHITBY. Bahwa banyak orang-orang Yahudi bercampur dengan orang-orang / bangsa ini disana hanya ada sedikit keraguan; dan bahwa orang-orang Majus dari Timur ini, atau ahli-ahli meramal, atau apapun mereka adanya, bisa pertama-tama telah ada dari golongan itu, disana ada kemungkinan untuk percaya. Orang-orang ini, mengetahui janji tentang Mesias, sekarang mungkin, seperti orang-orang Yahudi yang percaya yang lain, sedang menunggu penghiburan Israel. Penterjemah Persia menterjemahkan kata Yunani MAGOI dengan MEJOOSEEAN, yang secara tepat berarti ‘seorang penyembah api’; dan dari mana kita mendapat kata ‘magician’ (tukang sihir) kita.].

Catatan: saya tak tahu kutipan Clarke dari kata-kata Whitby itu bisa dipercaya atau tidak; bagi saya itu rasanya mustahil. Dan dari tafsiran Adam Clarke sendiri tentang Kej 25:1 ia mengatakan bahwa banyak orang-orang Yahudi yang menganggap Hagar dan Keturah adalah satu orang yang sama. Tentu saja ini juga merupakan pandangan yang sama sekali salah.

Matthew Henry: “Who and what these wise men were; they are here called MAGOI - Magicians. Some that it in a good sense (?); the Magi among the Persians were their philosophers and their priests; nor would they admit any one for their king who had not first been enrolled among the Magi; others think they dealt in unlawful arts; the word is used of Simon, the sorcerer (Acts 8:9,11), and of Elymas, the sorcerer (Acts 13:6), nor does the scripture use it in any other sense; and then it was an early instance and presage of Christ’s victory over the devil, when those who had been so much his devotees became the early adorers even of the infant Jesus; so soon were trophies of his victory over the powers of darkness erected. Well, whatever sort of wise men they were before, now they began to be wise men indeed when they set themselves to enquire after Christ.” [= Siapa dan apa orang-orang bijaksana ini; mereka di sini disebut MAGOI - Magicians / tukang-tukang sihir. Sebagian menggunakannya / memikirkannya dalam arti yang baik; orang-orang Majus di antara orang-orang Persia adalah ahli-ahli filsafat mereka dan imam-imam mereka; juga mereka tidak akan mengakui siapapun sebagai raja mereka yang tidak telah lebih dulu terdaftar di antara orang-orang Majus; orang-orang lain menganggap mereka berurusan dengan keahlian-keahlian yang tidak sah; kata itu digunakan tentang Simon, tukang sihir (Kis 8:9,11), dan tentang Elimas, tukang sihir (Kisah Para Rasul 13:6), dan Kitab Suci tidak menggunakannya dalam arti lain apapun; maka itu merupakan suatu kejadian / contoh dan tanda / petunjuk awal tentang kemenangan Kristus atas setan, pada waktu mereka yang adalah orang-orang yang telah begitu berbakti kepadanya / mengikutinya menjadi pemuja-pemuja bahkan dari bayi Yesus; begitu cepat piala-piala dari kemenanganNya atas kuasa kegelapan didirikan. Ya, jenis orang-orang bijaksana apapun mereka sebelumnya, sekarang mereka betul-betul mulai menjadi orang-orang bijaksana pada waktu mereka menetapkan diri mereka sendiri untuk menyelidiki / meminta keterangan tentang Kristus.].

Bdk. Kisah Para Rasul 13:6-8 - “(6) Mereka mengelilingi seluruh pulau itu sampai ke Pafos. Di situ mereka bertemu dengan seorang Yahudi bernama Baryesus. Ia seorang tukang sihir dan nabi palsu. (7) Ia adalah kawan gubernur pulau itu, Sergius Paulus, yang adalah orang cerdas. Gubernur itu memanggil Barnabas dan Saulus, karena ia ingin mendengar firman Allah. (8) Tetapi Elimas demikianlah namanya dalam bahasa Yunani, tukang sihir itu, menghalang-halangi mereka dan berusaha membelokkan gubernur itu dari imannya.”.

Catatan:

• Baryesus = ‘son of Jesus’ = anak Yesus.

• Elimas = ‘a wise man’ = seorang bijaksana.

• Sedangkan kata-kata ‘tukang sihir’ berasal dari kata Yunani MAGOS, dari mana kita mendapatkan kata ‘Majus’.

Bdk. Kisah Para Rasul 8:9-11 - “(9) Seorang yang bernama Simon telah sejak dahulu melakukan sihir di kota itu dan mentakjubkan rakyat Samaria, serta berlagak seolah-olah ia seorang yang sangat penting. (10) Semua orang, besar kecil, mengikuti dia dan berkata: ‘Orang ini adalah kuasa Allah yang terkenal sebagai Kuasa Besar.’ (11) Dan mereka mengikutinya, karena sudah lama ia mentakjubkan mereka oleh perbuatan sihirnya.”.

Catatan: kata ‘sihir’ (ay 9) berasal dari kata Yunani MAGEUON dan kata-kata ‘perbuatan sihir’ (ay 11) berasal dari kata Yunani TAIS MAGEIAIS.

Lenski: “They were not sorcerers, conjurors, soothsayers, or the like. Their popular designation as ‘wise men’ well defines what μάγοι really signifies. The narrative presents them as astronomers, and this helps to indicate the part of the east from which they came. This cannot have been Arabia. Medo-Persia is also excluded, because the magi caste of this territory was not noted for its study of the stars. These magi hailed from Babylon, where since the most ancient times and far down into the Christian Era astronomy and astrology were sedulously pursued. The fact that these magi undertook the long journey to Jerusalem in order to discover the newborn ‘King of the Jews,’ whose star they had seen, indicates that they were not Jews, but also that the great Messianic hope of the Jews, a hope in which they as Gentiles had place and part, had been communicated to them by Jews and had fascinated their hearts. This tallies with what we know of Daniel, who 600 years prior to this was made ‘chief of the governors over all the wise men of Babylon,’ Dan. 2:48, ‘master of the magicians, astrologers, Chaldeans, and soothsayers,’ Dan. 5:11.” [= Mereka bukan tukang sihir, tukang sulap, tukang ramal / tenung, atau sejenisnya. Penyebutan populer mereka sebagai ‘orang-orang bijaksana’ mendefinisikan dengan baik apa arti sebenarnya dari MAGOI. Cerita itu menggambarkan mereka sebagai ahli-ahli perbintangan, dan ini membantu untuk menunjukkan bagian dari Timur dari mana mereka datang. Ini tidak bisa adalah Arab. Medo-Persia juga dibuang / dikeluarkan, karena golongan Majus dari daerah ini tidak dikenal untuk pembelajarannya tentang bintang-bintang. Orang-orang Majus ini datang dari Babilonia, dimana sejak waktu yang sangat kuno dan jauh ke dalam jaman Kristen astronomi dan astrologi dikejar / dipraktekkan dengan teliti. Fakta bahwa orang-orang Majus ini melakukan perjalanan jauh ke Yerusalem untuk menemukan ‘Raja orang Yahudi’ yang baru dilahirkan, yang bintangnya telah mereka lihat, menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang-orang Yahudi, tetapi juga bahwa pengharapan Mesianik yang besar dari orang-orang Yahudi, suatu pengharapan dalam mana mereka sebagai orang-orang non Yahudi mempunyai tempat dan bagian, telah disampaikan kepada mereka oleh orang-orang Yahudi dan telah menarik hati mereka. Ini sesuai dengan apa yang kita ketahui tentang Daniel, yang 600 tahun sebelum peristiwa ini dijadikan ‘kepala dari gubernur-gubernur atas semua orang-orang bijaksana dari Babilonia’, Dan 2:48, ‘tuan dari tukang-tukang sihir, ahli-ahli astrologi, orang-orang Kasdim, dan tukang-tukang ramal / tenung’, Daniel 5:11.].

Daniel 2:48 - “Lalu raja memuliakan Daniel: dianugerahinyalah dengan banyak pemberian yang besar, dan dibuatnya dia menjadi penguasa atas seluruh wilayah Babel dan menjadi kepala semua orang bijaksana di Babel.”.

KJV: ‘chief of the governors over all the wise men of Babylon.’ [= kepala dari gubernur-gubernur atas semua orang-orang bijaksana dari Babilonia.].

RSV/NASB: ‘chief prefect over all the wise men of Babylon.’ [= kepala gubernur atas semua orang-orang bijaksana dari Babilonia.].

NIV: ‘placed him in charge of all its wise men.’ [= menempatkan dia untuk menguasai / mengepalai semua orang-orang bijaksananya.].

Daniel 5:11 - “sebab dalam kerajaan tuanku ada seorang yang penuh dengan roh para dewa yang kudus! Dalam zaman ayah tuanku ada terdapat pada orang itu kecerahan, akal budi dan hikmat yang seperti hikmat para dewa. Ia telah diangkat oleh raja Nebukadnezar, ayah tuanku menjadi kepala orang-orang berilmu, para ahli jampi, para Kasdim dan para ahli nujum,”.

KJV: ‘master of the magicians, astrologers, Chaldeans, and soothsayers;’ [= tuan dari tukang-tukang sihir, ahli-ahli astrologi, orang-orang Kasdim / orang-orang bijaksana, dan tukang-tukang ramal / tenung;].

RSV: ‘chief of the magicians, enchanters, Chaldeans, and astrologers,’ [= kepala dari tukang-tukang sihir, tukang-tukang santet, orang-orang Kasdim / orang-orang bijaksana, dan ahli-ahli astrologi,].

NIV: ‘chief of the magicians, enchanters, astrologers and diviners.’ [= kepala dari tukang-tukang sihir, tukang-tukang santet, ahli-ahli astrologi dan tukang-tukang ramal.].

NASB: ‘chief of the magicians, conjurers, Chaldeans, and diviners.’ [= kepala dari tukang-tukang sihir, tukang-tukang sulap / dukun, orang-orang Kasdim / orang-orang bijaksana, dan tukang-tukang ramal.].

Catatan: Bible Works mengatakan bahwa kata ‘Chaldean’ bisa diartikan penduduk dari Kasdim, tetapi juga bisa diartikan ‘those persons considered the wisest in the land’ [= orang-orang yang dianggap paling bijaksana di negara itu].

Saya tak bisa menerima kata-kata bagian awal dari Lenski, karena saya yakin bahwa orang-orang Majus bisa menemukan bayi Yesus itu bukan karena mereka adalah ahli perbintangan ataupun astrolog. Nanti akan kita lihat bahwa bintang yang membimbing mereka itu jelas bukan bintang biasa, tetapi suatu mujijat.

Hal yang jelas dari orang-orang Majus ini adalah bahwa mereka adalah orang-orang non Yahudi. Dan dari persembahan mereka, kelihatannya mereka orang-orang yang cukup kaya. Jadi, ada kontras antara mereka dengan gembala-gembala (Luk 2:1-dst), yang adalah orang-orang Yahudi dan miskin. Orang dari golongan apapun, bangsa apapun, yang datang kepada Kristus, pasti diterima oleh Tuhan!

Pulpit Commentary: “Certainly they were men of substance, as they brought with them costly gifts. We think of Christ as the Friend of the poor, but we have no right to narrow our conception of his sympathy to any one class of society. He is equally the friend of the rich, when the rich accept his friendship - e.g. Zacchaeus. Moreover, the rich need Christ as much as the poor. The rich, too, have the privilege of giving to him from their wealth.” [= Pasti mereka adalah orang-orang kaya, karena mereka membawa hadiah / pemberian yang mahal. Kita menganggap Kristus sebagai Sahabat dari orang-orang miskin, tetapi kita tidak mempunyai hak untuk mempersempit konsep / pengertian kita tentang simpatiNya pada satu golongan masyarakat yang manapun. Ia secara setara adalah sahabat dari orang-orang kaya, pada waktu orang-orang kaya itu menerima persahabatanNya - contohnya Zakheus. Selanjutnya, orang-orang kaya membutuhkan Kristus sama seperti orang miskin. Orang-orang kaya, juga mempunyai hak untuk memberi kepadaNya dari kekayaan mereka.].


Matthew Henry: “they were Gentiles, and not belonging to the commonwealth of Israel. The Jews regarded not Christ, but these Gentiles enquired him out. Note, Many times those who are nearest to the means, are furthest from the end. See ch. 8:11,12.” [= mereka adalah orang-orang non Yahudi, dan tidak termasuk dalam persekutuan Israel. Orang-orang Yahudi tidak mempedulikan Kristus, tetapi orang-orang non Yahudi ini menanyakanNya. Perhatikan, Banyak kali mereka yang terdekat dengan cara / jalannya, adalah yang terjauh dari tujuannya. Lihat pasal 8:11,12.].

Matius 8:11-12 - “(11) Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, (12) sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

C. H. Spurgeon: “THERE ARE FAR-OFF ONES BROUGHT NIGH. God saveth whom he wills to save; his grace is most sovereign. You cannot see, as I do, so many persons brought to Christ without often wondering why they were brought. I have often seen the last first, and the first last; people of whose conversion I should hardly have dreamed become converted, while other persons, for whom I have hoped, and over whom I have prayed, remain unconverted. It is very delightful, as well as very wonderful, to notice the strange way in which the grace of God singles out men, and the marvellous measures which the God of grace uses to bring these men to the feet of Jesus.” [= ADA ORANG-ORANG YANG JAUH DIBAWA MENDEKAT. Allah menyelamatkan siapa yang Ia kehendaki untuk selamatkan; kasih karuniaNya paling berdaulat. Kamu tidak bisa melihat, seperti yang saya lihat, begitu banyak orang dibawa kepada Kristus tanpa sering bertanya-tanya mengapa mereka dibawa. Saya telah sering melihat yang terakhir menjadi yang pertama, dan yang pertama menjadi yang terakhir; orang-orang yang pertobatannya sukar dibayangkan telah bertobat, sedangkan orang-orang lain, untuk siapa saya telah berharap, dan tentang siapa saya telah berdoa, tetap tidak bertobat. Adalah sangat menyenangkan, dan juga sangat ajaib / luar biasa, untuk memperhatikan cara / jalan yang aneh dalam mana Allah dari kasih karunia gunakan untuk membawa orang-orang ini kepada kaki Yesus.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 24.

Matius 19:30 - “Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.’”.

Matius 20:16 - “Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.’”.

3) Pimpinan Tuhan melalui bintang.

a) Orang-orang Majus mulai mencari Yesus karena mendapat petunjuk berupa sebuah bintang.

1. Ada pro kontra tentang apakah ‘bintang’ ini sebenarnya. Ada yang menganggap bintang, ada yang menganggapnya sebagai planet, komet dan sebagainya.

2. Astrologi dan Astronomi.

Apakah karena orang-orang Majus menemukan Kristus dengan petunjuk bintang dari Allah berarti bahwa orang Kristen boleh percaya / main-main dengan Astrology? Dalam mempersoalkan hal ini, pertama-tama perlu diingat bahwa Astrology berbeda dengan Astronomy.

a. Astronomy berasal dari 2 kata bahasa Yunani yaitu ASTRON [= bintang] + NOMOS [= hukum]. Ini menunjuk pada ilmu perbintangan dan betul-betul merupakan science (ilmu pengetahuan), dan ini tentu tidak dilarang dalam kekristenan.

b. Astrology berasal dari 2 kata bahasa Yunani juga, yaitu ASTRON [= bintang] + LOGOS [= kata, ucapan, ajaran]. Ini menunjuk pada ramalan yang didasarkan atas posisi bin¬tang, atau yang lazim kita kenal dengan nama Horoscope. Ini secara explicit dilarang dalam Kitab Suci / kekristenan.

Bandingkan dengan Yesaya 47:13-15 yang berbunyi sebagai berikut:

“(13) Engkau telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru memberitahukan apa yang akan terjadi atasmu! (14) Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api; api itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk berdiang! (15) Demikianlah faedahnya bagimu dari tukang-tukang jampi itu, yang telah kaurepotkan dari sejak kecilmu; masing-masing mereka terhuyung-huyung ke segala jurusan, tidak ada yang dapat menyelamatkan engkau.”.

Sekarang, kalau Astrology itu memang dilarang, lalu bagai¬mana mungkin Tuhan memberi petunjuk kepada orang-orang Majus itu dengan menggunakan sebuah bintang?

Jawabannya: perhatikan bahwa bintang / komet / planet biasa tidak berkelakuan seperti ‘bintang’ ini, karena ‘bintang’ ini tampak di Timur (ay 2), lalu hilang, lalu tampak lagi, dan bahkan mendahului orang-orang Majus itu, dan berhenti di atas rumah tempat Yesus berada (ay 9).

Matius 2: 2,9: “(2) dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.’ ... (9) Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu MENDAHULUI mereka hingga tiba dan BERHENTI di atas tempat, di mana Anak itu berada.”.

Dimana ada ‘bintang’ yang mempunyai ‘kelakuan’ seperti itu? Jadi ini pasti bukan bintang biasa, tetapi ini adalah suatu mujijat yang merupakan alat Tuhan untuk memberi petunjuk kepada orang-orang Majus.

Calvin (tentang Matius 2: 1): “it may be inferred from the words of Matthew, that it was not a natural, but an extraordinary star. It was not agreeable to the order of nature, that it should disappear for a certain period, and afterwards should suddenly become bright; nor that it should pursue a straight course towards Bethlehem, and at length remain stationary above the house where Christ was. Not one of these things belongs to natural stars. It is more probable that it resembled a comet, and was seen, not in the heaven, but in the air. Yet there is no impropriety in Matthew, who uses popular language, calling it incorrectly a ‘star’.” [= bisa disimpulkan dari kata-kata Matius, bahwa itu bukan suatu bintang alamiah / biasa, tetapi suatu bintang yang luar biasa. Tidak sesuai dengan sistim / pengaturan alam, bahwa bintang itu hilang untuk waktu tertentu, dan belakangan mendadak menjadi terang; atau bahwa bintang itu mengikuti suatu jalan yang lurus menuju Betlehem, dan akhirnya berhenti di atas rumah dimana Kristus berada. Tak satupun dari hal-hal itu sesuai dengan bintang-bintang biasa / alamiah. Lebih mungkin bahwa itu menyerupai komet, dan terlihat, bukan di langit, tetapi di udara. Tetapi tidak ada ketidakpatutan dalam Matius, yang menggunakan bahasa populer, menyebutnya secara tidak benar suatu ‘bintang’.].

Catatan: Alkitab memang sering menyebutkan sesuatu bukan sesuai dengan faktanya, tetapi sesuai dengan kelihatannya, atau sesuai dengan pengertian orang pada jaman itu tentang hal itu.

William Barclay tidak percaya bahwa bintang itu betul-betul bergerak.

William Barclay: “We need not think that the star literally moved like a guide across the sky. There is poetry here, and we must not turn lovely poetry into crude and lifeless prose.” [= Kita tidak perlu berpikir / menganggap bahwa bintang itu secara hurufiah bergerak seperti seorang pembimbing melintasi langit. Disana ada sebuah puisi di sini, dan kita tidak boleh mengubah puisi yang indah menjadi sebuah prosa yang kasar dan mati.].

Ini betul-betul omong kosong bodoh. Dari mana Barclay bisa menganggap bahwa ini merupakan suatu puisi. Baik kalimatnya maupun kontextnya sama sekali tak menunjukkan bahwa ini merupakan sebuah puisi, tetapi betul-betul cerita sejarah. Jadi, saya tak mempedulikan komentar Barclay di sini, dan saya menganggap bintang itu memang bergerak, berhenti dsb, dan ini membuktikan bahwa ini bukan bintang biasa, tetapi merupakan suatu mujijat dari Tuhan. Karena ‘bintang’ itu merupakan suatu mujijat, jelaslah bahwa hal ini tidak boleh dijadikan sebagai dasar untuk membenarkan Astrology / Horoscope!

3. Hanya dengan petunjuk sebuah ‘bintang’, orang-orang Majus itu mencari dan akhirnya menemukan Yesus.

C. H. Spurgeon: “this I know, God miraculously sent this star. If men are not to be reached in any ordinary way, God’s elect shall be brought to him in an extraordinary way. ... Beloved, no man is beyond the reach of God. He has ways and means of enlightening the understanding, rousing the conscience, and renewing the heart, of which we know but little. ‘Remember that Omnipotence has servants everywhere,’ in the heaven above, and in the earth beneath, and in the waters under the earth. He has means of getting at the hearts of men, and he will do it. If it cannot be done anyhow else, he will make new stars; I was about to say, he will make new heavens and a new earth, but he will call his own. When Christ is born, the wise men from the east must come, and a star shall be sent to guide them.” [= ini aku tahu, Allah secara mujijat mengirim bintang ini. Jika orang-orang tidak bisa dijangkau dengan cara biasa, orang-orang pilihan Allah akan dibawa kepada Dia dengan suatu cara yang luar biasa. ... Kekasih, tak ada orang yang berada di luar jangkauan Allah. Ia mempunyai jalan-jalan dan cara-cara untuk mencerahi pengertian, membangunkian hati nurani, dan memperbaharui hati, tentang mana kita tahu hanya sedikit. ‘Ingatlah bahwa Yang Maha Kuasa mempunyai pelayan-pelayan dimana-mana’, di langit / surga di atas, dan di bumi di bawah, dan di dalam air di bawah bumi. Ia mempunyai jalan / cara untuk mencari / menemukan hati manusia, dan Ia akan melakukannya. Jika itu tidak bisa dilakukan dengan cara apapun yang lain, Ia akan membuat bintang-bintang yang baru; saya mau mengatakan, Ia akan membuat langit baru dan sebuah bumi baru, tetapi Ia akan memanggil milikNya. Pada waktu Kristus dilahirkan, orang-orang Majus dari Timur harus datang, dan sebuah bintang akan dikirimkan untuk membimbing mereka.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 26.

The Biblical Illustrator: “These wise men had a little stock of truth to start with, but they made the most of that which had been given them.” [= Orang-orang bijaksana / majus ini mempunyai sedikit persediaan kebenaran untuk memulai, tetapi mereka melakukan yang terbaik dengan apa yang telah diberikan kepada mereka.].

Calvin: “if the sight of a star had so powerful an effect on the Magi, woe to our insensibility, who, now that Christ the King has been revealed to us, are so cold in our inquiries after him!” [= jika pemandangan tentang sebuah bintang mempunyai suatu hasil / akibat yang begitu kuat terhadap orang-orang Majus, celakalah ketidak-pekaan kita, yang, pada waktu sekarang Kristus sang Raja telah dinyatakan kepada kita, begitu dingin dalam pencarian kita terhadap Dia!].

Penerapan: kita punya Alkitab lengkap, dan di gereja ini saudara diajar secara sangat mendalam dan mendetail. Celakalah saudara, kalau ternyata saudara tidak mencari dan menemukan Yesus.

b) Selain menggunakan sebuah bintang, Tuhan pasti juga memberi petunjuk melalui RohNya, karena tanpa itu tidak mungkin orang-orang Majus bisa tahu tentang kelahiran Yesus.

Saya setuju dengan Calvin dan Matthew Poole yang mengatakan bahwa tidak mungkin hanya dengan petunjuk bintang orang-orang Majus itu bisa mengetahui tentang kelahiran Yesus. Pasti ada petunjuk khusus dari Roh Kudus dalam diri mereka.

Calvin: “since astrology is undoubtedly confined within the limits of nature, its guidance alone could not have conducted the Magi to Christ; so that they must have been aided by a secret revelation of the Spirit. I do not go so far as to say, that they derived no assistance whatever from the art: but I affirm, that this would have been of no practical advantage, if they had not been aided by a new and extraordinary revelation.” [= karena tak diragukan bahwa astrologi dibatasi dalam batasan-batasan alam, bimbingannya saja tak bisa telah mengarahkan orang-orang Majus kepada Kristus; SEHINGGA MEREKA HARUS TELAH DITOLONG OLEH WAHYU KHUSUS DARI ROH. Saya tidak berjalan sebegitu jauh sehingga mengatakan, bahwa mereka tidak mendapatkan bantuan apapun dari seni / keahlian itu: tetapi saya menegaskan, bahwa HAL INI TIDAK AKAN MEMBERI MANFAAT PRAKTIS APAPUN, SEANDAINYA HAL INI TIDAK TELAH DITOLONG OLEH SUATU WAHYU YANG BARU DAN LUAR BIASA.].

Catatan: saya sendiri merasa aneh kalau Calvin tadi mengatakan bahwa bintang itu merupakan suatu mujijat, tetapi sekarang mengatakan bahwa astrology tetap memberi bantuan kepada orang-orang Majus itu. Lebih-lebih, ia menggunakan istilah Astrology (horoscope), bukan Astronomy (ilmu perbintangan)!!! Apakah ia mengacau-balaukan kedua istilah itu?

Matthew Poole (tentang Matius 2:2): “it is observable that they took notice that there was a person born who was to be an illustrious King of the Jewish nation, they speak not at all doubtfully as to that. This information they doubtless had from a Divine revelation, for although there was an extraordinary star appeared, which might let them know that God had produced, or was producing, so extraordinary a work of providence in the world, yet without a supernatural interpreter they could not have made so true and particular interpretation of it, as upon the sight of it to have come with such a confidence to Jerusalem, affirming that there was a King of the Jews born, and that this was his star, a light which God had put forth to direct that part of the world to the true Messiah. All guesses at the nature of this star, and the means how the wise men came to know that the King of the Jews was born upon the sight of it, and its motion, are great uncertainties; God undoubtedly revealed the thing unto them, and caused this extraordinary star, as at first to appear to confirm what he told them, so at last to appear directing them to the very house in which the young Child with his mother were.” [= adalah jelas bahwa mereka memperhatikan bahwa di sana ada seseorang yang dilahirkan yang harus adalah Raja yang terkenal / dihormati dari bangsa Yahudi, mereka berbicara sama sekali tanpa keraguan berkenaan dengan hal itu. Tak diragukan bahwa informasi ini mereka dapatkan dari wahyu Ilahi, karena sekalipun di sana ada suatu bintang yang luar biasa yang muncul / terlihat, yang bisa membuat mereka tahu bahwa Allah telah membuat, atau sedang membuat, suatu pekerjaan Providensia yang luar biasa di dunia, tetapi tanpa seorang penafsir yang supranatural mereka tidak bisa telah membuat penafsiran yang begitu benar dan khusus tentangnya, sehingga pada penglihatan tentangnya mereka telah datang dengan keyakinan yang begitu besar ke Yerusalem, menegaskan bahwa di sana ada seorang Raja dari orang-orang Yahudi dilahirkan, dan ini adalah bintangNya, suatu terang yang telah Allah tempatkan untuk mengarahkan bagian dunia itu kepada sang Mesias yang sejati. Semua tebakan / dugaan tentang sifat dari bintang ini, dan jalan / cara bagaimana orang-orang Majus / bijaksana mengetahui bahwa Raja dari orang-orang Yahudi dilahirkan pada waktu melihat bintang itu, dan pergerakannya, merupakan ketidak-pastian yang besar; tak diragukan Allah menyatakan hal itu kepada mereka, dan menyebabkan bintang yang luar biasa ini, yang pada pemunculannya yang pertama meneguhkan apa yang Ia beritahukan kepada mereka, dan pada akhirnya muncul untuk mengarahkan mereka pada rumah dalam mana Anak muda itu dengan ibuNya berada.].

c) Tuhan menggunakan bermacam-macam cara, bahkan ‘alat kafir’, untuk membimbing orang kepada Yesus!

Matthew Henry mengatakan bahwa Tuhan memberitakan kelahiran Yesus kepada gembala-gembala dengan menggunakan malaikat-malaikat (Lukas 2:8-15), tetapi Ia menggunakan sebuah bintang untuk membimbing orang-orang Majus kepada Yesus.

Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa banyak penyembah berhala yang menyembah bintang. Tetapi bintang yang telah disalah-gunakan itu, sekarang digunakan secara benar oleh Tuhan untuk membimbing orang-orang Majus kepada Yesus! Dengan demikian Tuhan menggunakan ‘dewa-dewa orang kafir’ untuk membimbing manusia kepada Yesus!

Matthew Henry: “The birth of Christ was notified to the Jewish shepherds by an angel, to the Gentile philosophers by a star: to both God spoke in their own language, and in the way they were best acquainted with. ... The idolaters worshipped the stars as the host of heaven, especially the eastern nations, whence the planets have the names of their idol-gods; we read of a particular star they had in veneration, Amos 5:26. Thus the stars that had been misused came to be put to the right use, to lead men to Christ; the gods of the heathen became his servants.” [= Kelahiran Kristus diberitahukan kepada gembala-gembala Yahudi oleh seorang malaikat, kepada ahli-ahli filsafat non Yahudi oleh sebuah bintang: kepada keduanya Allah berbicara dalam ‘bahasa’ mereka sendiri, dan dalam cara dengan mana mereka paling akrab. ... Para penyembah berhala menyembah bintang-bintang sebagai bala tentara surga, khususnya bangsa-bangsa Timur, dari mana planet-planet mendapatkan nama dari dewa-dewa / berhala-berhala; kami membaca tentang sebuah bintang khusus yang mereka puja, Amos 5:26. Jadi bintang-bintang yang telah disalah-gunakan ditempatkan pada penggunaan yang benar, untuk membimbing manusia kepada Kristus; dewa-dewa / allah-allah dari orang kafir menjadi pelayan-pelayanNya.].

Amos 5:26 - “Kamu akan mengangkut Sakut, rajamu, dan Kewan, dewa bintangmu, patung-patungmu yang telah kamu buat bagimu itu,”.

d) Bintang ini adalah ‘bintang’ dalam nubuat Bileam?

Ada penafsir-penafsir yang menghubungkan bintang ini dengan nubuat Bileam dalam Bil 24:17.

Bil 24:17 - “Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak Set.”.

Dan Matthew Henry menambahkan bahwa Bileam berasal dari tempat yang sama seperti orang-orang Majus itu.

Tetapi saya beranggapan ‘bintang’ dalam nubuat Bileam itu tidak mungkin menunjuk pada bintang yang membimbing orang-orang Majus itu karena adanya kata-kata ‘terbit dari Yakub’. Bintang dalam Bilangan 24:17 itu menunjuk kepada Kristus sendiri (Jamieson, Fausset & Brown).

4) Tujuan pencarian mereka.

Setelah mendapat petunjuk bintang (dan bimbingan khusus dari Roh Kudus) sehingga mereka tahu akan kelahiran Yesus, mereka mencariNya untuk menyembahNya!


Matthew Henry: “Note, Those in whose hearts the day-star is risen, to give them any thing of the knowledge of Christ, must make it their business to worship him. Have we seen Christ’s star? Let us study to give him honour.” [= Perhatikan, Mereka dalam hati siapa bintang pagi itu telah terbit, sehingga memberikan kepada mereka apapun tentang pengetahuan tentang Kristus, harus membuatnya sebagai urusan / kesibukan mereka untuk menyembahNya. Apakah kita telah melihat bintang Kristus? Marilah kita belajar untuk menghormatiNya.].

5) Mereka pergi ke Yerusalem untuk menanyakan hal itu.

Mereka betul-betul melakukan perjalanan yang sangat jauh untuk hal ini. Mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan uang, untuk mencari Yesus. Bagaimana dengan saudara?

Matthew Henry: “How they prosecuted this enquiry. They came from the east to Jerusalem, in further quest of this prince. Whither shall they come to enquire for the king of the Jews, but to Jerusalem, the mother-city, whither the tribes go up, the tribes of the Lord? They might have said, ‘If such a prince be born, we shall hear of him shortly in our own country, and it will be time enough then to pay our homage to him.’ But so impatient were they to be better acquainted with him, that they took a long journey on purpose to enquire after him. Note, Those who truly desire to know Christ, and find him, will not regard pains or perils in seeking after him.” [= Bagaimana mereka melanjutkan pencarian / penyelidikan ini. Mereka datang dari Timur ke Yerusalem, dalam pencarian lebih lanjut tentang Pangeran / Raja ini. Kemana mereka akan datang untuk menyelidiki raja orang Yahudi, kecuali ke Yerusalem, ibu kotanya, kemana suku-suku naik, suku-suku dari Tuhan? Mereka bisa telah berkata, ‘Jika seorang pangeran / raja seperti itu dilahirkan, kita akan segera mendengar tentang Dia di negara kita sendiri, dan akan ada waktu yang cukup pada waktu itu untuk memberi penghormatan / menyembah Dia’. Tetapi begitu tidak sabarnya mereka untuk lebih akrab dengan Dia, sehingga mereka melakukan perjalanan jauh dengan tujuan untuk mencari / menyelidikiNya. Perhatikan, Mereka yang sungguh-sungguh ingin mengenal Kristus, dan menemukan Dia, tidak akan memikirkan / mempedulikan kesukaran / penderitaan atau bahaya dalam mencari Dia.].

Matthew Henry: “Their question is, Where is he that is born king of the Jews? They do not ask, whether there were such a one born? (they are sure of that, and speak of it with assurance, so strongly was it set home upon their hearts); but, Where is he born? Note, Those who know something of Christ cannot but covet to know more of him.” [= Pertanyaan mereka adalah, ‘Dimanakah Ia yang dilahirkan sebagai raja orang-orang Yahudi?’ Mereka tidak bertanya, apakah disana ada orang seperti itu yang dilahirkan? (mereka yakin tentang hal itu, dan berbicara tentangnya dengan keyakinan, dengan begitu kuat hal itu ditanamkan pada hati mereka); tetapi ‘Dimana Ia dilahirkan?’ Perhatikan, Mereka yang tahu sesuatu tentang Kristus tidak bisa tidak ingin mengetahui lebih banyak tentang Dia.].

Matthew Henry: “To this question they doubted not but to have a ready answer, and to find all Jerusalem worshipping at the feet of this new king; but they come from door to door with this question, and no man can give them any information. Note, There is more gross ignorance in the world, and in the church too, than we are aware of. Many that we think should direct us to Christ are themselves strangers to him.” [= Terhadap pertanyaan ini mereka tidak ragu-ragu bahwa mereka akan mendapatkan jawaban yang sudah siap, dan mendapati seluruh Yerusalem menyembah di kaki dari Raja yang baru ini; tetapi mereka datang dari pintu ke pintu dengan pertanyaan ini, dan tak ada orang yang bisa memberi mereka informasi apapun. Perhatikan, Disana ada lebih banyak ketidak-tahuan / kebodohan yang besar dalam dunia, dan dalam gereja juga, dari pada yang kita sadari. Banyak orang yang kita pikir / kira akan mengarahkan kita kepada Kristus, adalah orang-orang asing bagi Dia.]

II) Reaksi / sikap Herodes ketika mendengar tentang kelahiran Yesus.

1) Herodes terkejut.

Matius 2: 3: “Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.”.

Terjemahan ‘terkejut’ ini sebetulnya kurang tepat.

KJV/RSV/NASB: ‘he was troubled’ [= ia terganggu].

NIV: ‘he was disturbed’ [= ia terganggu].

Kata Yunaninya juga bisa diartikan ‘gelisah’, atau ‘tidak tenang’. Dan kata Yunani ini juga digunakan dalam ayat-ayat ini:

Matius 14:26 - “Ketika murid-muridNya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: ‘Itu hantu!’, lalu berteriak-teriak karena takut.”.

Lukas 1:11-12 - “(11) Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. (12) Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut.”.

Ada beberapa hal yang perlu dipelajari tentang Herodes:

a) Kebangsaannya.

Merupakan sesuatu yang dipro-kontrakan Herodes itu dari bangsa apa. Ada yang mengatakan Herodes adalah orang Idumea / Edom, tetapi menurut Barclay Herodes adalah setengah Edom dan setengah Yahudi.

William Barclay: “Herod was half-Jew and half-Idumaean. There was Edomite blood in his veins.” [= Herodes adalah setengah Yahudi dan setengah Idumea / Edom. Di sana ada darah Edom di pembuluh-pembuluh darahnya.].

Bible Knowledge Commentary: “Herod was not the rightful king from the line of David. In fact he was not even a descendant of Jacob, but was descended from Esau and thus was an Edomite.” [= Herodes bukanlah raja yang sah dari garis keturunan Daud. Sebetulnya ia bahkan bukan seorang keturunan Yakub, tetapi diturunkan dari Esau dan karena itu adalah seorang Edom.].

William Hendriksen: “By race or nationality Herod was not a Jew, though at times, for selfish political reasons, he encouraged the view, proposed by others, that he was of rich and noble Jewish ancestry. But, as stated earlier, his father, Antipater, was an Edomite. Also, his mother, Cypros, was a Nabatean; that is, she hailed from an Arab kingdom to the east and southeast of Palestine. When the Edomites (or Idumeans) had been conquered by John Hyrcanus, the Jewish religion was in a sense forced upon them. It is not surprising, therefore, that it is said at times that Herod ‘practiced the Jewish religion.’” [= Menurut bangsa atau kebangsaan Herodes bukanlah seorang Yahudi, sekalipun kadang-kadang, demi alasan-alasan politik yang egois, ia mendorong / mendesakkan pandangan, diajukan oleh orang-orang lain, bahwa ia adalah dari nenek moyang Yahudi yang kaya dan mulia / ningrat. Tetapi seperti telah dinyatakan lebih awal, ayahnya, Antipater, adalah seorang Edom. Juga ibunya, Cypros, adalah seorang Nabatean; ia datang / berasal dari suatu kerajaan Arab ke Timur dan Tenggara dari Palestina. Pada waktu orang-orang Edom (atau orang-orang Idumea) telah dikalahkan oleh John Hyrcanus, agama Yahudi dalam suatu arti dipaksakan kepada mereka. Karena itu, bukan hal yang mengherankan bahwa kadang-kadang dikatakan bahwa Herodes ‘mempraktekkan agama Yahudi’.].

b) Sebetulnya Herodes adalah raja yang hebat.

William Barclay: “He had made himself useful to the Romans in the wars and civil wars of Palestine, and they trusted him. He had been appointed governor in 47 BC; in 40 BC he had received the title of king; and he was to reign until 4 BC. He had wielded power for a long time. He was called Herod the Great, and in many ways he deserved the title. He was the only ruler of Palestine who ever succeeded in keeping the peace and in bringing order to a situation of disorder. He was a great builder; he was indeed the builder of the Temple in Jerusalem. He could be generous. In times of difficulty he cancelled the taxes to make things easier for the people; and in the famine of 25 BC he had actually melted down his own gold plate to buy corn for the starving people.” [= Ia telah membuat dirinya sendiri berguna bagi orang-orang Romawi dalam perang dan perang saudara Palestina dan mereka mempercayainya. Ia ditetapkan / diangkat menjadi gubernur pada tahun 47 S. M.; pada tahun 40 S. M. ia telah menerima gelar raja; dan ia memerintah sampai tahun 4. S. M. Ia memegang kuasa / otoritas untuk waktu yang lama. Ia disebut Herodes yang Agung, dan dalam banyak hal ia layak mendapatkan gelar itu. Ia adalah satu-satunya penguasa Palestina yang pernah berhasil dalam menjaga perdamaian dan dalam membawa keteraturan pada suatu situasi yang tidak teratur. Ia adalah seorang pembangun yang besar; ia memang adalah pembangun Bait Suci di Yerusalem. Ia bisa menjadi dermawan. Pada masa kesukaran ia membatalkan pajak untuk membuat hal-hal lebih mudah bagi bangsa itu; dan dalam masa kelaparan pada tahun 25 S. M. ia sungguh-sungguh / benar-benar mencairkan batangan emasnya sendiri untuk membeli jagung / gandum untuk orang-orang / bangsa yang kelaparan.].

c) Tetapi ia mempunyai suatu keburukan yang luar biasa buruknya: ia sangat mudah curiga dan kejam luar biasa.

Ia bahkan membunuh istrinya sendiri, ibu mertuanya dan 3 anak laki-lakinya karena ia curiga bahwa mereka mau merebut takhtanya. Sampai-sampai saat itu ada kata-kata dari kaisar yang berbunyi: “Lebih baik menjadi babinya Herodes dari pada menjadi anak laki-lakinya”. Mengapa? Karena Herodes, untuk menyenangkan orang Yahudi, memang tidak makan babi. Jadi kalau menjadi babinya aman. Tetapi menjadi anak laki-lakinya resikonya besar untuk dicurigai dan lalu dibunuh.

Catatan: dalam bahasa Yunani, kata ‘anak laki-laki’ adalah HUIOS, sedangkan kata ‘babi’ adalah HUS / HUOS, sehingga dalam bahasa Yunani kata-kata kaisar itu membentuk semacam syair / permainan kata.

William Barclay: “But Herod had one terrible flaw in his character. He was almost insanely suspicious. He had always been suspicious, and the older he became the more suspicious he grew, until, in his old age, he was, as someone said, ‘a murderous old man’. If he suspected anyone as a rival to his power, that person was promptly eliminated. He murdered his wife Mariamne and her mother Alexandra. His eldest son, Antipater, and two other sons, Alexander and Aristobulus, were all assassinated by him. Augustus, the Roman emperor, had said, bitterly, that it was safer to be Herod’s pig than Herod’s son. (The saying is even more epigrammatic in Greek, for in Greek HUS is the word for a ‘pig,’ and HUIOS is the word for a ‘son.’)” [= Tetapi Herodes mempunyai satu cacat yang mengerikan dalam karakternya. Ia curiga secara hampir gila. Ia telah selalu curiga, dan makin ia jadi tua makin bertumbuh ia dalam kecurigaan, sampai, pada masa tuanya, ia adalah, seperti dikatakan seseorang, ‘seorang pembunuh tua’. Jika ia mencurigai siapapun sebagai seorang saingan bagi kekuasaannya, orang itu segera dibunuh. Ia membunuh istrinya Mariamne dan mertuanya Alexandra. Putra sulungnya, Antipater, dan dua putra yang lain, Alexander dan Aristobulus, semuanya dibunuh olehnya. Agustus, kaisar Romawi, telah mengatakan, dengan pahit, bahwa adalah lebih aman untuk menjadi babi Herodes dari pada putra Herodes. (Kata-kata ini bahkan lebih bersifat syair pendek dalam bahasa Yunani, karena dalam bahasa Yunani HUS adalah kata untuk seekor ‘babi’, dan HUIOS adalah kata untuk seorang ‘putra’.)].

William Hendriksen: “He loved power more than anything else. Therefore, the least suspicion that someone had arisen who might wish to deprive him of his throne often drew from him the immediate reaction, ‘He must die!’” [= Ia mencintai kekuasaan lebih dari apapun. Karena itu, kecurigaan yang terkecil bahwa seseorang telah muncul yang mungkin ingin menyingkirkan dia dari takhtanya sering menyebabkan reaksi langsung dari dia, ‘Ia harus mati!’].

William Barclay: “Something of Herod’s savage, bitter, warped nature can be seen from the provisions he made when death came near. When he was seventy, he knew that he must die. He retired to Jericho, the loveliest of all his cities. He gave orders that a collection of the most distinguished citizens of Jerusalem should be arrested on trumped-up charges and imprisoned. And he ordered that the moment he died, they should all be killed. He said grimly that he was well aware that no one would mourn for his death, and that he was determined that some tears should be shed when he died.” [= Sesuatu dari sifat dasar Herodes yang buas / ganas, pahit, menyimpang bisa dilihat dari pengaturan / persiapan yang ia buat pada waktu kematian mendekat. Pada waktu ia berusia 70 tahun, ia tahu bahwa ia pasti mati. Ia menarik diri ke Yerikho, kota yang paling indah dari semua kota-kotanya. Ia memberi perintah supaya suatu kumpulan dari warganegara yang paling terhormat / menonjol dari Yerusalem ditangkap atas tuduhan palsu dan dipenjarakan. Dan ia memerintahkan bahwa pada saat ia mati, mereka semua harus dibunuh. Ia berkata dengan seram bahwa ia sadar bahwa tak seorangpun akan berkabung untuk kematiannya, dan bahwa ia berketetapan bahwa air mata harus dicurahkan pada waktu ia mati.].

Catatan: tetapi pada saat ia mati, perintah ini tidak dilaksanakan.

d) Bisa dibayangkan bagaimana orang seperti Herodes bersikap waktu ia mendengar kelahiran Yesus / seorang Raja?

Ia menganggap kehadiran Tuhan Yesus ‘mengganggu’ kehidupannya / kedudukannya sehingga ia menentang Tuhan Yesus dan ingin membunuhNya. Perlu diketahui bahwa orang yang memusuhi Yesus belum tentu memusuhi gereja. Herodes membangun Bait Allah (sekalipun motivasinya hanya untuk menyenangkan orang-orang Yahudi), tetapi ia memusuhi Yesus. Jadi, bisa saja saudara kelihatannya pro pada gereja / kekristenan (simpatisan kristen), tetapi saudara memusuhi Yesus!

Yesus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi Herodes salah sangka terhadap maksud baik Yesus itu, dan ia justru memusuhi Yesus!

Illustrasi: Ada seorang petani yang mempunyai seekor anjing yang setia. Suatu hari petani itu mempunyai anak, dan pada waktu ia pergi ke sawah untuk bertani, ia meninggalkan bayinya dalam kamar beserta anjingnya. Pada waktu ia pulang dari sawah, anjingnya menyambutnya dengan mulut berlumuran darah. Ia kaget sekali dan menduga bahwa anjing itu telah membunuh bayinya. Ia marah sekali dan lalu memukuli anjing itu sampai mati. Tetapi pada waktu ia masuk ke kamar, ternyata bayi itu ada dalam keadaan sehat, dan di dekatnya ada bangkai seekor ular. Jadi anjing itu membela bayi itu dengan bertarung dengan ular itu dan membunuhnya. Anjing itu melakukan sesuatu yang sangat baik dan mulia, tetapi karena salah sangka, petani itu justru membunuhnya.

Ada banyak orang memusuhi Yesus karena salah sangka seperti ini! Yesus datang ke dalam dunia dengan maksud yang baik / mulia, yaitu untuk mati disalib bagi dosa dunia. Tetapi banyak orang salah sangka dan menganggap Yesus sebagai gangguan.

Penerapan: Apakah saudara adalah orang yang menolak Tuhan Yesus karena saudara merasa bahwa Tuhan Yesus ‘mengganggu’ hidup saudara? Ada bermacam-macam cara melalui mana saudara bisa merasakan Yesus sebagai gangguan, seperti:

1. Mungkin agama saudara bertentangan dengan Yesus, dan karena itu saudara menganggap Yesus sebagai gangguan.

2. Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu kenikmatan hidup saudara karena Yesus melarang saudara berzinah.

3. Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu acara piknik saudara pada hari Minggu karena Ia menyuruh saudara untuk berbakti di gereja.

4. Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu pekerjaan saudara karena Ia melarang saudara berdusta dan menyuruh saudara untuk hidup jujur.

5. Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu pelajaran sekolah saudara karena ia melarang saudara tidak jujur pada waktu ulangan / ujian.

6. Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu saudara dalam per¬soalan pacaran karena Ia melarang saudara berpacaran dengan orang yang tidak seiman.

7. Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu kehidupan keluarga saudara karena keluarga saudara selalu aktif di gereja sehingga menyebabkan saudara kesepian.

Kalau hal-hal seperti ini menyebabkan saudara lalu menolak Yesus, saudara tidak berbeda dengan Herodes!

C. H. Spurgeon: “The wise men brought the best news that ever was told, and yet it troubled people. Does the gospel trouble you, my friend? Then I am afraid you must be of Herod’s kith and kin. It is an ill sign of a man’s heart when that which is for the good of all men becomes a trouble to him.” [= Orang-orang Majus / bijaksana itu membawa kabar terbaik yang pernah diceritakan, tetapi itu mengganggu orang-orang. Apakah injil mengganggu engkau, temanku? Maka aku kuatir engkau pasti dari sanak keluarga Herodes. Merupakan suatu pertanda yang buruk tentang hati seseorang pada waktu apa yang adalah untuk kebaikan semua orang menjadi suatu gangguan bagi dia.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 33.

C. H. Spurgeon: “Herod was troubled, because he feared that he should lose his throne; he thought that the house of David, in the person of the now-born Child, would take possession of his throne; so he trembled, and was troubled. How many there are who think that, if religion be true, they will lose by it! Business will suffer. There are some businesses that ought to suffer; and as true godliness spreads, they will suffer. I need not indicate them; but those who are engaged in them usually feel that they had better cry out, ‘Great is Diana of the Ephesians,’ for they get their living by making and selling her shrines, and if their shrines are in danger and their craft is in danger, then they are troubled. There are such; I have known men, who have been loaders in sin, ringleaders in sin, and they have thought that they should lose some of their followers through Christ’s coming; so they have been troubled.” [= Herodes terganggu / gelisah, karena ia takut bahwa ia harus kehilangan takhtanya; ia berpikir bahwa keluarga Daud, dalam diri dari Anak yang baru dilahirkan itu, akan merebut takhtanya; maka ia gemetar, dan terganggu / gelisah. Betapa banyak orang di sana yang berpikir bahwa, jika agama itu benar; mereka akan kehilangan olehnya! Bisnis akan menderita / rugi. Disana ada beberapa bisnis yang harus menderita / rugi; dan pada waktu kesalehan yang benar tersebar, mereka akan menderita / rugi. Saya tidak perlu menunjukkan mereka; tetapi mereka yang terlibat di dalam bisnis-bisnis itu biasanya merasa bahwa lebih baik mereka berteriak, ‘Besarlah Diana {= Artemis}, dewi orang Efesus’, karena mereka mendapat nafkah mereka dengan membuat dan menjual kuil-kuilnya, dan jika kuil-kuil mereka ada dalam bahaya dan pekerjaan mereka ada dalam bahaya, maka mereka terganggu / gelisah. Disana ada hal-hal seperti itu; saya tahu orang-orang, yang adalah pemuat-pemuat dalam dosa (?), pemimpin-pemimpin dalam aktivitas-aktivitas yang berdosa, dan mereka berpikir bahwa mereka harus kehilangan beberapa / sebagian dari pengikut-pengikut mereka melalui kedatangan Kristus; maka mereka terganggu / gelisah.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 28.

Kisah Para Rasul 19:23-40 - “(23) Kira-kira pada waktu itu timbul huru-hara besar mengenai Jalan Tuhan. (24) Sebab ada seorang bernama Demetrius, seorang tukang perak, yang membuat kuil-kuilan dewi Artemis dari perak. Usahanya itu mendatangkan penghasilan yang tidak sedikit bagi tukang-tukangnya. (25) Ia mengumpulkan mereka bersama-sama dengan pekerja-pekerja lain dalam perusahaan itu dan berkata: ‘Saudara-saudara, kamu tahu, bahwa kemakmuran kita adalah hasil perusahaan ini! (26) Sekarang kamu sendiri melihat dan mendengar, bagaimana Paulus, bukan saja di Efesus, tetapi juga hampir di seluruh Asia telah membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan mengatakan, bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa. (27) Dengan jalan demikian bukan saja perusahaan kita berada dalam bahaya untuk dihina orang, tetapi juga kuil Artemis, dewi besar itu, berada dalam bahaya akan kehilangan artinya. Dan Artemis sendiri, Artemis yang disembah oleh seluruh Asia dan seluruh dunia yang beradab, akan kehilangan kebesarannya.’ (28) Mendengar itu meluaplah amarah mereka, lalu mereka berteriak-teriak, katanya: ‘Besarlah Artemis dewi orang Efesus!’ (29) Seluruh kota menjadi kacau dan mereka ramai-ramai membanjiri gedung kesenian serta menyeret Gayus dan Aristarkhus, keduanya orang Makedonia dan teman seperjalanan Paulus. (30) Paulus mau pergi ke tengah-tengah rakyat itu, tetapi murid-muridnya tidak mengizinkannya. (31) Bahkan beberapa pembesar yang berasal dari Asia yang bersahabat dengan Paulus, mengirim peringatan kepadanya, supaya ia jangan masuk ke gedung kesenian itu. (32) Sementara itu orang yang berkumpul di dalam gedung itu berteriak-teriak; yang seorang mengatakan ini dan yang lain mengatakan itu, sebab kumpulan itu kacau-balau dan kebanyakan dari mereka tidak tahu untuk apa mereka berkumpul. (33) Lalu seorang bernama Aleksander didorong ke depan oleh orang-orang Yahudi. Ia mendapat keterangan dari orang banyak tentang apa yang terjadi. Segera ia memberi isyarat dengan tangannya dan mau memberi penjelasan sebagai pembelaan di depan rakyat itu. (34) Tetapi ketika mereka tahu, bahwa ia adalah orang Yahudi, berteriaklah mereka bersama-sama kira-kira dua jam lamanya: ‘Besarlah Artemis dewi orang Efesus!’ (35) Akan tetapi panitera kota menenangkan orang banyak itu dan berkata: ‘Hai orang Efesus! Siapakah di dunia ini yang tidak tahu, bahwa kota Efesuslah yang memelihara baik kuil dewi Artemis, yang mahabesar, maupun patungnya yang turun dari langit? (36) Hal itu tidak dapat dibantah, karena itu hendaklah kamu tenang dan janganlah terburu-buru bertindak. (37) Sebab kamu telah membawa orang-orang ini ke sini, walaupun mereka tidak merampok kuil dewi kita dan tidak menghujat namanya. (38) Jadi jika Demetrius dan tukang-tukangnya ada pengaduannya terhadap seseorang, bukankah ada sidang-sidang pengadilan dan ada gubernur, jadi hendaklah kedua belah pihak mengajukan dakwaannya ke situ. (39) Dan jika ada sesuatu yang lain yang kamu kehendaki, baiklah kehendakmu itu diselesaikan dalam sidang rakyat yang sah. (40) Sebab kita berada dalam bahaya akan dituduh, bahwa kita menimbulkan huru-hara pada hari ini, karena tidak ada alasan yang dapat kita kemukakan untuk membenarkan kumpulan yang kacau-balau ini.’”.

Catatan: KJV/ASV/NKJV: ‘Diana’; RSV/NIV/NASB: ‘Artemis’. ‘Artemis’ juga disebut ‘Diana’. ‘Artemis’ adalah bahasa Yunaninya, dan ‘Diana’ adalah bahasa Latinnya.

Kalau saudara adalah orang seperti Herodes, ingatlah bahwa Yesus datang ke dalam dunia dengan maksud baik, yaitu untuk menyelamatkan dunia dari dosa. Kalau saudara terus membiarkan diri saudara salah paham tentang hal ini, dan terus memusuhi Yesus, maka akhirnya saudara tidak akan diselamatkan, dan saudara akan mengalami hukuman kekal di neraka karena dosa-dosa saudara! Karena itu bertobatlah dan datanglah kepada Yesus, dan terimalah Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara!

e) Pada saat ini Herodes sudah tua, sakit, dan dekat dengan kematiannya. Tetapi anehnya, ia masih begitu menjaga makhkotanya, sehingga merasa terganggu dengan kelahiran Raja yang baru ini, dan ingin membunuhNya.

William Hendriksen: “Since, according to Josephus, Herod, at his death (in 4 B.C.) was seventy years of age, he must have been born around 74 B.C. He may already have passed his sixty-ninth birthday when the wise men arrived in Jerusalem, but the exact date of their arrival is uncertain.” [= Karena, menurut Yosephus, Herodes, pada saat kematiannya (pada tahun 4 S. M.) berusia 70 tahun, ia pasti telah dilahirkan sekitar tahun 74 S. M. Ia mungkin telah melewati hari ulang tahunnya yang ke 69 pada waktu orang-orang bijaksana / majus tiba di Yerusalem, tetapi tanggal yang pasti tentang kedatangan mereka tidak pasti.].

Pulpit Commentary: “The announcement of the King’s birth was not good news to Herod. He felt that that King must be the expected Messiah, the Christ; but he thought only of his own selfish aims, he feared for his crown. Strange that even in the immediate prospect of death, men should so cling to earthly things which must pass away so very soon, and neglect the one thing needful. But it is commonly so; as a man lives, so, as a rule, he will die. The selfish and avaricious in life are selfish and avaricious still, even in the presence of death.” [= Pengumuman tentang kelahiran sang Raja bukanlah kabar baik bagi Herodes. Ia merasa bahwa Raja itu pastilah Mesias yang diharap-harapkan, sang Kristus; tetapi ia hanya berpikir tentang tujuan egoisnya, ia takut untuk makhkotanya. Aneh bahwa bahkan dalam prospek yang dekat dari kematian, orang-orang begitu berpegang pada hal-hal duniawi yang harus segera berlalu, dan mengabaikan satu hal yang dibutuhkan. Tetapi biasanya memang demikian; sebagaimana seseorang hidup, biasanya demikianlah ia akan mati. Orang-orang egois dan tamak dalam kehidupan, tetap egois dan tamak, bahkan di hadapan kematian.].

2) Ketika Herodes terkejut / terganggu, seluruh Yerusalem juga terkejut / terganggu bersama dengan dia.

Ay 3: “Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.”.

Kalau Herodes terganggu / gelisah, itu sangat masuk akal. Tetapi mengapa seluruh Yerusalem terganggu / gelisah bersama dia??

Pulpit Commentary: “‘He was troubled;’ perplexed, agitated (ἐταράχθη). Fully in accordance with his jealous and suspicious character. For he had already slain, as actual or possible candidates for the throne, five of the Maccabean princes and princesses, including his favourite wife Mariamne (thus extirpating the direct line) and also his two sons by Mariamne. ... ‘And all Jerusalem.’ ... The reason for the inhabitants of Jerusalem feeling troubled is generally explained, by their fear, which was in fact only too well justified by experience, that the news would excite Herod to fresh crimes. It is also possible that many would shrink from the changes which the coming of Messiah could not but bring. Present ease, though only comparative, is with the unbelieving preferable to possibilities of the highest blessedness. Matt 21:10 affords both a parallel and a contrast. ‘With him.’ In this respect Jerusalem was one with Herod (John 1:11).” [= ‘Ia terganggu’; bingung, gelisah (ETARAKHTHE). Sepenuhnya sesuai dengan karakternya yang cemburu / iri dan curiga. Karena ia telah membunuh, sebagai calon yang sungguh-sungguh atau memungkinkan untuk takhta, lima dari pangeran-pangeran dan putri-putri Makabe, termasuk istri favoritnya Mariamne (dengan demikian menghancurkan sama sekali garis keturunan langsung) dan juga kedua putranya oleh Mariamne. ... ‘Dan / beserta seluruh Yerusalem’. ... Alasan bagi penduduk Yerusalem merasa terganggu / gelisah biasanya dijelaskan, oleh rasa takut mereka, yang sebetulnya dibenarkan dengan sangat baik oleh pengalaman, bahwa kabar itu akan menyebabkan / membangkitkan / menggerakkan Herodes pada kejahatan-kejahatan yang baru. Juga memungkinkan bahwa banyak orang mengkerut / takut karena perubahan-perubahan yang tidak bisa tidak akan dibawa oleh kedatangan sang Mesias. Kenyamanan sekarang, sekalipun hanya bersifat relatif, lebih dipilih / diinginkan oleh orang-orang yang tidak percaya dari pada kemungkinan-kemungkinan dari keadaan diberkati yang tertinggi. Matius 21:10 menyediakan baik sesuatu yang bersifat paralel dan kontras. ‘Bersama dia’. Dalam hal ini Yerusalem adalah satu dengan Herodes (Yoh 1:11).].

Matius 21:10-11 - “(10) Dan ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu dan orang berkata: ‘Siapakah orang ini?’ (11) Dan orang banyak itu menyahut: ‘Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea.’”.

Yohanes 1:11 - “Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.”.

C. H. Spurgeon: “we read that many were troubled about Christ. He was but newly born, and yet he troubled them. Herod was troubled, and all Jerusalem was troubled with him. It is an unusual thing to hear of a king troubled by a babe. Proud Herod, the fire-eater, troubled by a babe in swaddling bands, lying in a manger? Ah me! how little is the real greatness of wickedness, and how small a power of goodness may bring it grief! Herod was troubled, and all Jerusalem with him. So, when some people hear the gospel, and find that it has power in it, they are troubled.” [= kita membaca bahwa banyak orang terganggu karena Kristus. Ia baru dilahirkan, tetapi Ia mengganggu mereka. Herodes terganggu, dan seluruh Yerusalem terganggu bersama-sama dia. Merupakan sesuatu yang tidak biasa / luar biasa untuk mendengar tentang seorang raja terganggu oleh seorang bayi. Herodes yang sombong, orang yang pemarah / suka bertengkar, terganggu oleh seorang bayi yang dibalut kain lampin dan terbaring di palungan? Ah! betapa kecil kebesaran yang sesungguhnya dari kejahatan, dan betapa kekuatan yang kecil dari kebaikan bisa membawa kesedihan kepadanya! Herodes terganggu, dan seluruh Yerusalem bersama dia. Demikianlah, pada waktu sebagian orang mendengar injil, dan mendapati bahwa injil itu mempunyai kuasa, mereka terganggu.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 28.

Spurgeon mengatakan: mengapa seluruh Yerusalem terganggu bersama Herodes? Karena mereka pikir akan terjadi pertikaian / perang antara Raja yang baru itu dengan Herodes, dan akan ada gangguan / problem terhadap Yerusalem. Dengan cara yang sama ada orang-orang Kristen yang beranggapan supaya kita jangan menyebarkan Injil / agama Kristen. Nanti yang satu percaya ini, yang lain percaya itu, dan terjadi pertikaian. Akan terjadi perpecahan dalam keluarga kalau kita membawa agama ke dalamnya.

Bahwa kalau Injil / kekristenan masuk ke suatu tempat / keluarga, memang bisa menimbulkan pertikaian / perpecahan (Lukas 12:49 bdk Matius 10:34-36). Tetapi kalau Injil / kekristenan tidak masuk ke tempat itu, semua mereka akan masuk neraka!

C. H. Spurgeon: “But all Jerusalem was troubled with Herod. Why was that? It was most probably because they thought there would be contention. If there was a new King born, there would be a fight between him and Herod, and there would be trouble for Jerusalem. So there are some men who say, ‘Do not bring that religion here; it makes such contention. One believes this, and one believes that, and another believes nothing at all. We shall have trouble in the family if we get religion into it.’ Yes, you will; that is acknowledged in the Scriptures, for our Lord came to bring fire on the earth. He has come, with a sword in his hand, on purpose to fight against everything that is evil; and there will be contention. Hence I do not wonder that the great lovers of ease are troubled.” [= Tetapi seluruh Yerusalem terganggu bersama Herodes. Mengapa demikian? Itu paling mungkin karena mereka berpikir disana akan ada pertentangan / konflik. Jika disana ada seorang Raja baru dilahirkan, disana akan ada suatu perkelahian antara Dia dan Herodes, dan disana akan ada gangguan / problem bagi Yerusalem. Demikianlah disana ada beberapa orang yang berkata, ‘Jangan membawa agama itu ke sini; itu membuat pertentangan / konflik seperti itu. Satu percaya ini, dan satu percaya itu, dan yang lain tidak percaya apapun sama sekali. Kita semua mendapatkan problem dalam keluarga jika kita memasukkan agama ke dalamnya’. Ya, engkau akan mendapatkannya; itu diakui dalam Kitab Suci, karena Tuhan kita datang untuk membawa api ke bumi. Ia telah datang, dengan sebuah pedang dalam tanganNya, dengan tujuan untuk berkelahi terhadap segala sesuatu yang jahat; dan disana akan ada pertentangan / konflik. Jadi saya tidak heran bahwa pecinta-pecinta yang besar dari kenyamanan diganggu / gelisah.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 28-29.

Lukas 12:49 - “‘Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!”.

Matius 10:34-36 - “(34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.”.

Tetapi Spurgeon menambahkan bahwa biasanya orang-orang terganggu pada saat Injil masuk karena Injil itu mencampuri KEHIDUPAN MEREKA YANG BERDOSA. Mereka kuatir kalau mereka menjadi orang Kristen, maka mereka tidak bisa lagi melakukan kesenangan-kesenangan mereka yang berdosa. Tetapi sebetulnya agama yang benar / Injil justru memberikan kesenangan yang sejati, yang tidak bisa diberikan oleh dunia / dosa!

C. H. Spurgeon: “But the fact is that many are troubled because the gospel interferes with their sin. ‘If I become a Christian, I cannot live as I have been accustomed to live,’ says one, ‘so I will not believe the gospel.’ The great argument against the Bible is an ungodly life. If you probe to the bottom of the matter, some sinful pleasure is the reason of many a man’s infidelity. There is a practical reason against his repenting, he cannot give up his darling sin, he will not give that up; so he is troubled when Christ comes near to him. It is a terrible thing to cling to sin. ... Quit your sin, or quit all hope. Wilt thou have thy sin and, go to hell, or wilt thou leave thy sin and go to heaven? Thou canst not have Christ and sin; the two are diametrically opposed. I will not mention what your sin may be; let your own conscience tell you that. You cannot continue in the practice of any known sin, wilfully and deliberately, and yet find any comfort from the Word of God, or from the gospel.” [= Tetapi faktanya / sebetulnya adalah bahwa banyak orang terganggu karena injil mencampuri / ikut campur dengan dosa mereka. ‘Jika aku menjadi seorang Kristen, aku tidak bisa hidup seperti aku telah terbiasa hidup’, kata seseorang, ‘maka aku tak mau percaya injil’. Argumentasi yang besar terhadap Alkitab adalah suatu kehidupan yang jahat. Jika kamu memeriksa dasar dari persoalan, beberapa / sebagian kesenangan yang berdosa adalah alasan dari banyak kekafiran / ketidak-percayaan seseorang. Disana ada alasan praktis terhadap / menentang pertobatannya, ia tidak bisa menyerahkan dosanya yang ia kasihi, ia tidak akan menyerahkan itu; maka ia terganggu / gelisah pada waktu Kristus datang mendekatinya. Merupakan sesuatu yang mengerikan untuk berpegang erat-erat pada dosa. ... Tinggalkan dosamu, atau tinggalkan semua pengharapan. Apakah engkau mau mempunyai dosamu, dan pergi ke neraka, atau maukah engkau meninggalkan dosamu dan pergi ke surga? Kamu tidak bisa mempunyai Kristus dan dosa; keduanya bertentangan secara frontal. Saya tidak akan menyebutkan apa dosamu; biarlah hati nuranimu memberitahumu itu. Kamu tidak bisa terus dalam praktek dari dosa apapun yang diketahui, secara keras kepala dan secara sengaja, tetapi menemukan penghiburan apapun dari Firman Allah, atau dari injil.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 29.

C. H. Spurgeon: “Oftentimes, when a man is troubled about religion, he says, ‘If I become a Christian, I shall have to give up my pleasure;’ not that true religion requires us to give up anything which is real pleasure; or, if it makes us give up what affords us pleasure now, it changes our tastes so that it would be no longer a pleasure could we indulge in what we once loved. True religion gives us new pleasures; it takes away our halfpence, and it gives us golden coin instead thereof. It does better than that, but I cannot employ a figure good enough to describe the change. True religion never was designed to make our pleasures less; and it does not make them less. But still some think that it will do so, and hence their trouble.” [= Seringkali, pada waktu seseorang terganggu tentang agama, ia berkata, ‘Jika aku menjadi seorang Kristen, aku akan harus menyerahkan kesenanganku’; bukan bahwa agama yang benar menuntut kita untuk menyerahkan apapun yang adalah kesenangan yang sejati; atau, jika itu membuat kita menyerahkan apa yang menyediakan kita kesenangan sekarang, ITU MENGUBAH SELERA KITA SEHINGGA ITU BUKAN LAGI SUATU KESENANGAN SEANDAINYA KITA BISA MEMUASKAN DIRI DALAM APA YANG PERNAH KITA CINTAI. Agama yang benar memberikan kita kesenangan-kesenangan yang baru; itu mengambil setengah sen kita, dan itu memberi kita koin emas sebagai gantinya. Itu melakukan lebih baik dari itu, tetapi saya tidak bisa menggunakan suatu gambaran yang cukup baik untuk menggambarkan perubahan itu. Agama yang benar tidak pernah dirancang untuk membuat kesenangan-kesenangan kita berkurang; dan itu tidak membuat kesenangan-kesenangan itu berkurang. Tetapi tetap beberapa / sebagian orang berpikir bahwa agama yang benar akan melakukan itu, dan karena itu mereka terganggu.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 29-30.

Yohanes 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”.

Spurgeon mengakhiri bagian ini dengan mengatakan bahwa betul-betul menyedihkan kalau Injil yang merupakan kabar baik bagi manusia justru mengganggu manusia. Betul-betul menyedihkan kalau kasih karunia yang cuma-cuma ternyata mengganggu mereka. Betul-betul menyedihkan kalau pintu surga yang terbuka lebar ternyata mengganggu mereka. Betul-betul menyedihkan kalau permintaan supaya mereka dibersihkan / dibasuh oleh darah Kristus ternyata mengganggu mereka. Terganggu karena belas kasihan yang tak terbatas! Terganggu oleh kasih yang maha kuasa! Begitulah kebejatan umat manusia sehingga bagi banyak orang yang mendengar Injil setiap hari, itu tetap merupakan gangguan bagi mereka!

C. H. Spurgeon: “Well now, this is very sad, that the gospel, which is meant to be good news to men, should trouble them, that the heavenly offer of free grace should trouble them, that to have heaven gate widely open before them should trouble them, that to be asked to wash themselves or to be washed in the blood of Christ should trouble them. Troubled by infinite mercy! Troubled by almighty love! Yet such is the depravity of human nature that to many who hear the gospel every day, it is still nothing but a trouble to them.” [= Ya, ini adalah sangat menyedihkan, bahwa injil, yang dimaksudkan sebagai kabar baik bagi manusia, harus mengganggu mereka, bahwa tawaran surgawi tentang kasih karunia yang cuma-cuma harus mengganggu mereka, bahwa untuk mendapati pintu gerbang surga terbuka lebar di depan mereka harus mengganggu mereka, bahwa untuk diminta untuk mencuci diri mereka sendiri atau untuk dicuci dalam darah Kristus harus mengganggu mereka. Diganggu oleh belas kasihan yang tak terbatas! Diganggu oleh kasih yang maha kuasa! Tetapi begitulah kebejatan dari hakekat manusia sehingga bagi banyak orang yang mendengar injil setiap hari, itu tetap bukan apa-apa kecuali suatu gangguan bagi mereka.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 30

3) Herodes mengumpulkan para tokoh agama Yahudi dan menanyakan hal itu kepada mereka.

Matius 2: 4: “Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang sikap Herodes yang ditunjukkan dalam ayat ini:

a) Herodes mau belajar Firman Tuhan dari tokoh-tokoh Yahudi, tetapi:

1. Ia hanya mau belajar tentang topik yang dia ingin ketahui.

Ada 2 hal yang perlu saudara ketahui:

a. Kalau saudara adalah orang yang selalu pilih-pilih topik (hanya ke gereja kalau topiknya menyenangkan / menarik), maka saudara tidak terlalu berbeda dengan Herodes!

b. Orang yang selalu memilih topik adalah seperti anak yang memilih makanannya sendiri. Pikirkan: apakah itu lebih buruk atau lebih baik dari pada anak yang dipilihkan makanannya oleh orang tuanya?

2. Ia belajar dengan motivasi / tujuan yang sama sekali salah!

Ia mencari tahu dimana Yesus dilahirkan (ay 4-6), dan belakangan ia juga bertanya kapan Yesus dilahirkan (ay 7), hanya dengan tujuan membunuh Yesus.

C. H. Spurgeon: “Think of this vile wretch taking to studying his Bible. Yet there are some who do the like still. Reckoning that gain is godliness and therefore turning godliness into gain for sinister motives, they would be religious, and wish to be instructed in the truths of the Bible.” [= Pikirkan tentang orang hina / rendah yang menjijikkan ini memulai kebiasaan mempelajari Alkitabnya. Tetapi disana ada beberapa / sebagian orang yang tetap melakukan hal seperti itu. Menganggap / memperhitungkan bahwa keuntungan adalah kesalehan dan karena itu mengubah kesalehan menjadi keuntungan untuk motivasi-motivasi yang jahat, mereka mau menjadi religius, dan ingin untuk diajar dalam kebenaran-kebenaran dari Alkitab.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 33-34.

C. H. Spurgeon: “Herod is very particular in getting all the information that he can about that star; and now he sends for the doctors of divinity, and the scribes, and the priests, and he says, ‘When ought this Messiah that you talk about to be born, and where ought he to be born? Tell me.’ Herod, you see, is a wonderful disciple, is he not? He is sitting at the feet of the doctors; he is willing to be instructed by the magi; and then he finishes up by saying to the wise men, ‘Go now; you go and worship the new-born King; you are quite right to have come all this distance to worship this Child. Be particular, too, to take notes as to where you find him, and then come and tell me about him, that I also may go and worship him.’ So we always find that where Christ is, there is a Judas somewhere about.” [= Herodes sangat spesifik / terperinci dalam mendapatkan semua informasi yang ia bisa tentang bintang itu; dan sekarang ia mengutus / mengirimkan para doktor theologia, dan ahli-ahli Taurat, dan imam-imam, dan ia berkata, ‘Kapan seharusnya sang Mesias yang kamu bicarakan ini akan dilahirkan, dan dimana Ia harus dilahirkan? Beritahu aku’. Kamu lihat bahwa Herodes adalah seorang murid yang luar biasa, bukankah begitu? Ia sedang duduk di kaki dari para doktor; ia mau untuk diajar oleh orang-orang Majus; dan lalu ia menyelesaikannya dengan berkata kepada orang-orang bijaksana itu, ‘Pergilah sekarang; kamu pergi dan menyembah Raja yang baru dilahirkan itu; kamu cukup benar untuk datang dari jauh untuk menyembah Anak ini. Juga jadilah spesifik / terperinci untuk mencatat berkenaan dengan dimana kamu menemukan Dia, dan lalu datanglah dan beritahu aku tentang Dia, supaya aku juga bisa pergi dan menyembah Dia’. Demikianlah kita selalu mendapati bahwa dimana Kristus ada, disana ada seorang Yudas di sekitarnya.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 30.

3. Di satu sisi Herodes percaya nubuat Firman Tuhan itu, tetapi di sisi lain ia tidak percaya kepada Mesias yang diberitakan oleh Firman Tuhan itu!

Pulpit Commentary: “He consults the priests and scribes. We see another strange inconsistency - strange, but very common - belief in the letter of Holy Scripture joined with practical unbelief. ... Mere bibliolatry is little better than unbelief: ‘the letter killeth.’ The Bible is precious exceedingly to the faithful: ‘the Spirit giveth life;’ but to men like Herod, who make use of religion merely for political or selfish purposes, it is a savour of death unto death.” [= Ia menanyakan kepada imam-imam dan ahli-ahli Taurat. Kita melihat ketidak-konsistenan aneh yang lain - aneh, tetapi sangat umum - kepercayaan pada huruf dari Kitab Suci digabungkan dengan ketidak-percayaan praktis. ... Semata-mata bibliolatry / pemberhalaan / pendewaan terhadap Alkitab hanya sedikit lebih baik dari pada ketidak-percayaan: ‘huruf membunuh’. Alkitab itu sangat berharga bagi orang-orang beriman / setia: ‘Roh memberi kehidupan’; tetapi bagi orang-orang seperti Herodes, yang menggunakan agama semata-mata untuk tujuan-tujuan politik dan yang bersifat egois, itu merupakan bau kematian kepada kematian.].

2Korintus 3:6 - “Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.”.

KJV: ‘for the letter killeth, but the spirit giveth life.’ [= karena huruf membunuh, tetapi roh / arti sebenarnya memberi kehidupan].

2Korintus 2:14-16 - “(14) Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenanganNya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. (15) Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. (16) Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?”.

Pulpit Commentary: “Observe, in Herod’s inquiry and subsequent action, the combination of superstition and irreligion. He was willing to accept the witness of stars and of prophecies, but not willing to allow himself to be morally influenced by it.” [= Perhatikan, dalam pertanyaan / penyelidikan dan tindakan selnjutnya dari Herodes, kombinasi dari takhyul dan ketidak-pedulian / permusuhan terhadap agama. Ia mau menerima kesaksian dari bintang-bintang dan dari nubuat-nubuat, tetapi tidak mau mengijinkan dirinya sendiri untuk dipengaruhi secara moral olehnya.].

b) Orang-orang Majus bertanya tentang Raja orang Yahudi (ay 2), dan sama sekali tidak berbicara tentang Mesias / Kristus, tetapi Herodes bertanya dimana Mesias / Kristus itu akan dilahirkan (ay 4).

Matius 2: 1-4: “(1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem (2) dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.’ (3) Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. (4) Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.”.

Mungkin sekali bahwa nubuat tentang Mesias dan bahwa Mesias itu akan menjadi Raja (seperti Mazmur 2:1-12 Daniel 9:25-27), sudah begitu populer di kalangan orang Yahudi sampai Herodespun tahu akan hal itu.

Matthew Poole: “The stating of the question to them, not where the King of the Jews, but where Christ should be born, makes it manifest, that although (that we read of) the wise men said nothing of Christ, yet Herod presently conceived that this King of the Jews, that was born, must be the Messiah prophesied of Ps 2:1-12 and in Da 9:1-27; he therefore desired to know of them the place in which, according to their received tradition, and sense of the prophecies of holy writ, the Messiah whom they expected (that is, Christ) should be born.” [= Pernyataan dari pertanyaan kepada mereka, bukan dimana Raja orang-orang Yahudi, tetapi dimana Kristus harus dilahirkan, membuat jelas, bahwa sekalipun (yang kita baca tentangnya) orang-orang bijaksana tidak berkata apa-apa tentang Kristus, tetapi Herodes segera mengerti bahwa Raja orang-orang Yahudi yang telah dilahirkan ini, harus adalah sang Mesias yang dinubuatkan dalam Mazmur 2:1-12 dan dalam Daniel 9:1-27; karena itu ia ingin mengetahui dari mereka, tempat dalam mana, sesuai dengan tradisi yang mereka terima, dan arti dari nubuat-nubuat dari tulisan kudus, sang Mesias yang mereka harapkan (yaitu, Kristus) harus dilahirkan.].

Bible Knowledge Commentary: “He therefore called the Jewish scholars together and inquired where the Christ was to be born (Matt 2:4). Interestingly Herod connected the One ‘born king of the Jews’ (v. 2) with ‘the Christ,’ the Messiah. Obviously Israel had a messianic hope and believed that the Messiah would be born.” [= Karena itu ia memanggil sarjana-sarjana Yahudi bersama-sama dan menanyakan dimana Kristus harus dilahirkan (Mat 2:4). Secara menarik Herodes menghubungkan Orang yang ‘dilahirkan sebagai raja orang-orang Yahudi’ (ay 2) dengan ‘sang Kristus’, sang Mesias. Jelas bahwa Israel mempunyai suatu pengharapan mesianik dan percaya bahwa sang Mesias akan dilahirkan.].

4) Jawaban para tokoh agama Yahudi kepada Herodes.

Matius 2: 5-6: “(5) Mereka berkata kepadanya: ‘Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: (6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel.’”.

a) Saat ini mereka masih bagus, belakangan mereka berubah.

Calvin mengatakan bahwa pada saat ini ahli-ahli Taurat dan imam-imam menjawab dengan jujur dari Kitab Suci / Perjanjian Lama. Mengapa? Karena Kristus dan InjilNya belum memberikan ketidak-tenangan / ketidak-nyamanan. Tetapi belakangan, pada waktu Kristus dan InjilNya menekan mereka, mereka menyemburkan bisa (venom) pemberontakan mereka. Ini merupakan sesuatu yang biasa terjadi di mana-mana! Banyak orang jahat mau ‘tunduk’ kepada Allah dan FirmanNya selama itu tidak merugikan mereka. Tetapi begitu Kristus datang dan bertentangan dengan ambisi, ketamakan, kesombongan, kemunafikan, penipuan mereka, mereka segera menjadi marah!

Calvin: “At a later period, the scribes and high priests labored with fury to corrupt the whole of the Scripture, that they might not give any countenance to Christ. But on the present occasion they reply honestly out of the Scripture, and for this reason, that Christ and his Gospel have not yet given them uneasiness. And so all ungodly persons find no difficulty in giving their assent to God on general principles; but when the truth of God begins to press them more closely, they throw out the venom of their rebellion. We have a striking instance of this, in our own day, among the Papists. They freely own, that he is the only-begotten Son of God, clothed with our flesh, and acknowledge the one person of God-man, as subsisting in the two natures. But when we come to the power and office of Christ, a contest immediately breaks out; because they will not consent to take a lower rank, and much less to be reduced to nothing. In a word, so long as wicked men think that it is taking nothing from themselves, they will yield to God and to Scripture some degree of reverence. But when Christ comes into close conflict with ambition, covetousness, pride, misplaced confidence, hypocrisy, and deceit, they immediately forget all modesty, and break out into rage. Let us therefore learn, that the chief cause of blindness in the enemies of truth is to be found in their wicked affections, which change light into darkness.” [= Pada masa belakangan, ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala / besar, berjerih payah dengan kemarahan untuk merusakkan / menyimpangkan seluruh Kitab Suci, sehingga mereka bisa tidak memberi dukungan / persetujuan apapun bagi / kepada Kristus. Tetapi pada peristiwa saat ini mereka menjawab dengan jujur dari Kitab Suci, dan alasannya adalah, karena Kristus dan InjilNya belum memberi mereka ketidak-nyamanan. Dan demikianlah semua orang-orang jahat tidak mendapati kesukaran dalam memberi persetujuan mereka kepada Allah tentang prinsip-prinsip umum; tetapi pada waktu kebenaran Allah mulai menekan mereka dengan lebih dekat, mereka menyemburkan bisa pemberontakan mereka. Kami mempunyai suatu contoh yang menyolok tentang ini, pada jaman kami sendiri, di antara para pengikut Paus. Mereka dengan bebas mengakui bahwa Ia adalah Anak Tunggal Allah, dipakaiani dengan daging kita, dan mengakui satu pribadi dari manusia-Allah, sebagai berada dalam dua hakekat. Tetapi pada waktu kita datang pada kuasa dan jabatan dari Kristus, suatu pergumulan segera muncul / menyebar; karena mereka tidak mau menyetujui untuk mengambil suatu kedudukan yang lebih rendah, dan lebih-lebih lagi untuk direndahkan menjadi nihil. Singkatnya, selama orang-orang jahat berpikir bahwa itu tidak mengambil apa-apa dari diri mereka sendiri, mereka mau memberikan kepada Allah dan kepada Kitab Suci tingkat hormat tertentu. Tetapi pada waktu Kristus datang ke dalam konflik yang dekat dengan ambisi, ketamakan kesombongan, keyakinan yang salah letak, kemunafikan, dan penipuan, mereka segera melupakan semua kesopanan, dan meledak ke dalam kemarahan. Karena itu hendaklah kita belajar, bahwa penyebab utama dari kebutaan dalam musuh-musuh dari kebenaran harus ditemukan dalam perasaan / prasangka jahat mereka, yang mengubah terang menjadi kegelapan.].

b) Mengapa para tokoh agama memberikan kutipan yang berbeda dengan sumber kutipan mereka?

Matius 2: 5-6: “(5) Mereka berkata kepadanya: ‘Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: (6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel.’”.

Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.”.

1. Betlehem Efrata (Mikha 5:1) vs Betlehem di tanah Yudea / Yehuda (Matius 2:5-6).

Calvin: “For ‘Ephratah’ Matthew has put ‘Judah,’ but the meaning is the same; for Micah only intended, by this mark, to distinguish the Bethlehem of which he speaks, from another Bethlehem, which was in the tribe of Zebulun.” [= Untuk ‘Efrata’ Matius telah menuliskan ‘Yehuda’, tetapi artinya adalah sama; karena Mikha hanya memaksudkan, oleh ciri / tanda ini, untuk membedakan Betlehem tentang mana ia berbicara, dari Betlehem yang lain, yang ada di dalam suku Zebulon.].

2. Betlehem adalah yang terkecil (Mikha 5:1) vs Betlehem bukanlah yang terkecil (Matius 2:6).

Calvin: “There is greater difficulty in what follows: for the Prophet says, that Bethlehem is little, when reckoned among the governments of Judah, while Matthew, on the contrary: speaks highly of its rank as one of the most distinguished: ‘thou art by no means the least among the princes of Judah.’ This reason has induced some commentators to read the passage in the prophet as a question, ‘Art thou little among the thousands of Judah’? But I rather agree with those who think that Matthew intended, by this change of the language, to magnify the grace of God in making an inconsiderable and unknown town the birth-place of the highest King.” [= Ada kesukaran yang lebih besar dalam kata-kata berikutnya: karena sang nabi berkata bahwa Betlehem adalah ‘kecil’, pada waktu diperhitungkan dalam pemerintahan Yehuda, sementara Matius, sebaliknya: berbicara secara meninggikan kedudukannya sebagai salah satu yang paling terkemuka: ‘engkau sama sekali bukanlah yang terkecil di antara pangeran-pangeran Yehuda’. Alasan ini telah menyebabkan beberapa penafsir untuk membaca text dalam nabi itu (Mikha) sebagai suatu pertanyaan, ‘Apakah engkau kecil di antara ribuan dari Yehuda’? Tetapi saya lebih setuju dengan mereka yang berpikir / menganggap bahwa Matius memaksudkan, oleh perubahan kata-kata ini, untuk meninggikan kasih karunia Allah dalam menjadikan suatu kota yang tidak berarti dan tidak dikenal sebagai tempat kelahiran dari Raja yang tertinggi.].

Catatan: untuk point ini telah saya bahas secara panjang lebar dalam file ‘natal15’.

Calvin: “The scribes quoted faithfully, no doubt, the words of the passage in their own language, as it is found in the prophet. But Matthew reckoned it enough to point out the passage; and, as he wrote in Greek, he followed the ordinary reading. This passage, and others of the same kind, readily suggest the inference, that Matthew did not compose his Gospel in the Hebrew language. It ought always to be observed that, whenever any proof from Scripture is quoted by the apostles, though they do not translate word for word, and sometimes depart widely from the language, yet it is applied correctly and appropriately to their subject. Let the reader always consider the purpose for which passages of Scripture are brought forward by the Evangelists, so as not to stick too closely to the particular words, but to be satisfied with this, that the Evangelists never torture Scripture into a different meaning, but apply it correctly in its native meaning.” [= Ahli-ahli Taurat mengutip dengan benar, tak diragukan, kata-kata dari text dalam bahasa mereka sendiri, sebagaimana itu ditemukan dalam sang nabi. Tetapi Matius menganggapnya cukup untuk menunjukkan text itu; dan, karena ia menulis dalam bahasa Yunani, ia mengikuti pembacaan biasa. Text ini, dan text-text lain dari jenis yang sama, dengan mudah menyatakan kesimpulan / anggapan, bahwa Matius tidak menyusun Injilnya dalam bahasa Ibrani. Harus selalu diperhatikan bahwa kapanpun bukti apapun dikutip dari Kitab Suci oleh rasul-rasul, sekalipun mereka tidak menterjemahkan kata demi kata, dan kadang-kadang menyimpang jauh dari bahasa / kata-katanya, tetapi itu diterapkan secara benar dan secara cocok dengan pokoknya. Hendaklah pembaca selalu mempertimbangkan tujuan untuk mana text-text dari Kitab Suci diajukan oleh para Penginjil, sehingga tidak berpegang terlalu ketat pada kata-kata tertentu, tetapi untuk puas dengan ini, bahwa para Penginjil tidak pernah menyimpangkan Kitab Suci ke dalam suatu arti yang berbeda, tetapi menerapkannya secara benar dalam arti aslinya.].

c) Para tokoh Yahudi ini adalah orang-orang yang mengerti Alkitab, tetapi acuh tak acuh / asing terhadap Yesusnya sendiri.

Orang-orang ini adalah orang-orang yang belajar Kitab Suci (Perjanjian Lama) mati-matian. Tetapi waktu mereka mendengar bahwa Mesias telah dilahirkan, dan mereka tahu dimana Mesias itu seharusnya dilahirkan, mereka tidak ikut bersama dengan orang-orang Majus itu untuk mencari Mesias itu! Mereka adalah rohaniwan-rohaniwan yang tidak peduli kepada Yesus! Dan jaman sekarang ada banyak rohaniwan yang seperti itu. Mereka bisa adalah pendeta, penginjil, misionaris, dosen theologia, anggota / ketua sinode, majelis, maupun pelayan-pelayan gereja yang lain! Orang-orang seperti ini, sekalipun sepintas lalu kelihatannya adalah orang-orang yang pro Kristus, tetapi sebetulnya adalah musuh-musuh Kristus!

The Biblical Illustrator: “Near in privilege, far from piety: - Some that are best acquainted with the gospel are practical strangers to it. They are like one who should pore over a map, mastering its geography; marking each sea, lake, river; understanding the position of every range of mountains; learning the names of all the localities indicated, but never visiting them. A living author, describing his journey to the falls of Niagara, says: ‘I met with a gentleman who told me that he had walked from Boston, a distance of seven hundred miles, to see Niagara. When within seven miles, he heard what he thought might be the roar of the torrent, and asked a man who was at work on the road if this was so. The man replied that he didn’t know; it might be, but he had never been there himself. Yet he had lived within sound of it all his life!’ Wonderful stupidity, this! Who does not reprobate such folly? Nevertheless, it is nothing - absolutely nothing - compared with the direr folly which may be witnessed any day that we choose to look around us. Numbers are within sound of ‘the river of the water of life’ without an actual, personal experience of its benefit.” [= Dekat dalam hak yang istimewa, jauh dari kesalehan: - Beberapa / sebagian orang yang paling mengenal injil secara praktis adalah orang-orang asing terhadapnya. Mereka adalah seperti seseorang yang membaca suatu peta dengan rajin, menguasai geografinya; menandai setiap laut, danau, sungai; mengerti posisi dari setiap barisan gunung-gunung; mempelajari nama-nama dari semua lokasi yang ditunjukkan, tetapi tidak pernah mengunjunginya. Seorang pengarang yang masih hidup, menggambarkan perjalanannya ke air terjun Niagara, dan berkata: ‘Saya bertemu dengan seorang laki-laki yang memberitahu saya bahwa ia telah berjalan dari Boston, suatu jarak dari 700 mil, untuk melihat Niagara. Pada waktu ada dalam jarak 7 mil, ia mendengar apa yang ia pikirkan merupakan gemuruh dari aliran air yang deras itu, dan bertanya kepada seseorang yang sedang bekerja di jalan itu apakah itu memang demikian. Orang itu menjawab bahwa ia tidak tahu; itu bisa saja, tetapi ia sendiri tidak pernah berada di sana jika itu memang demikian. Tetapi ia telah hidup dalam bunyi / suaranya seumur hidupnya!’ Ini merupakan ketololan yang mengherankan / luar biasa! Siapa yang tidak mengecam ketololan seperti ini? Tetapi, itu tidak ada apa-apanya - sama sekali tidak ada apa-apanya - dibandingkan dengan ketololan yang menghancurkan / menakutkan yang bisa disaksikan kapanpun pada waktu kita memilih untuk melihat ke sekitar kita. Banyak orang berada di dalam bunyi / suara dari ‘sungai dari air kehidupan’ tanpa suatu pengalaman yang sungguh-sungguh dan bersifat pribadi tentang manfaatnya.].

C. H. Spurgeon: “THERE ARE FAR-OFF ONES BROUGHT NIGH. God saveth whom he wills to save; his grace is most sovereign. You cannot see, as I do, so many persons brought to Christ without often wondering why they were brought. I have often seen the last first, and the first last; people of whose conversion I should hardly have dreamed become converted, while other persons, for whom I have hoped, and over whom I have prayed, remain unconverted. It is very delightful, as well as very wonderful, to notice the strange way in which the grace of God singles out men, and the marvellous measures which the God of grace uses to bring these men to the feet of Jesus.” [= ADA ORANG-ORANG YANG JAUH DIBAWA MENDEKAT. Allah menyelamatkan siapa yang Ia kehendaki untuk selamatkan; kasih karuniaNya paling berdaulat. Kamu tidak bisa melihat, seperti yang saya lihat, begitu banyak orang dibawa kepada Kristus tanpa sering bertanya-tanya mengapa mereka dibawa. Saya telah sering melihat yang terakhir menjadi yang pertama, dan yang pertama menjadi yang terakhir; orang-orang yang pertobatannya sukar dibayangkan telah bertobat, sedangkan orang-orang lain, untuk siapa saya telah berharap, dan tentang siapa saya telah berdoa, tetap tidak bertobat. Adalah sangat menyenangkan, dan juga sangat ajaib / luar biasa, untuk memperhatikan cara / jalan yang aneh dalam mana Allah dari kasih karunia gunakan untuk membawa orang-orang ini kepada kaki Yesus.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 24.

C. H. Spurgeon: “But there were other characters beside the hypocrite who were troubled; and they were the men who displayed their learning. These were the scribes and the chief priests who looked in their Bibles, and turned up that passage of the prophet which said where Jesus was to be born. Now, I like these people for looking up their Bibles, and studying the Scriptures; but what I do not like in them is that, while they told Herod that Christ was to be born at Bethlehem, none of them said that they would go to Bethlehem and worship him. Not a living soul of them, not a scribe or a chief priest said, ‘If this is the Messiah, who was to be born at Bethlehem, - and this remarkable star makes us believe that it is even so, - we will go with the wise men, and worship him.’ No, not they; they were quite content to have the sacred roll, and read it, and know all about the truth, and yet to leave it there.” [= Tetapi disana ada orang-orang lain disamping orang munafik yang terganggu / gelisah; dan mereka adalah orang-orang yang menunjukkan pengetahuan mereka. Mereka adalah ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala yang melihat dalam Alkitab-Alkitab mereka, dan menemukan text dari sang nabi itu, yang mengatakan dimana Yesus harus dilahirkan. Saya senang orang-orang ini karena mencari dalam Alkitab-Alkitab mereka, dan mempelajari Kitab Suci; tetapi apa yang tidak saya senangi dalam diri mereka adalah bahwa, sementara / sekalipun mereka memberitahu Herodes bahwa Kristus harus dilahirkan di Betlehem, tak seorangpun dari mereka berkata bahwa mereka akan pergi ke Betlehem dan menyembah Dia. Tidak seorangpun dari mereka, tidak seorang ahli Taurat atau seorang imam kepala berkata, ‘Jika ini adalah sang Mesias, yang harus dilahirkan di Betlehem, - dan bintang yang luar biasa ini membuat kami percaya bahwa itu memang demikian, - kami akan pergi bersama orang-orang bijaksana itu, dan menyembah Dia’. Tidak, tidak dengan mereka; mereka cukup puas mempunyai gulungan kudus (Kitab Suci), dan membacanya, dan mengetahui semua tentang kebenaran, tetapi membiarkannya disana.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 31.

C. H. Spurgeon: “But nowadays I meet people ‘mighty in the Scriptures,’ yes, and very keen too upon doctrine, who - ‘Could a hair divide Betwixt the west and northwest side,’ as regards points of divinity; but as to charity to the poor, as to visiting the needy, as to caring for the souls of men, as to holy living, and as to prevalence in prayer with God, they are nowhere at all. I do pray you to dread a religion which is all in the book. You must have it in the heart; you must have it in the life; or else this Child that was born at Bethlehem will only affect you so far that you turn over the Books of Scripture, and there is an end of the matter so far as you are concerned. Yes, yes, yes, know your Bible, that is good: but practice what your Bible tells you, for that is better. Yes, yes, yes, understand the doctrines of grace, be clear upon them; but love them, live them, for that is better far. Yes, yes, yes, be a sound divine; but let us see a holy humanity about you as well. God grant that it may be so! Otherwise, I tell you, your book-learning will only leave you still an enemy of Christ.” [= Tetapi sekarang saya bertemu orang-orang yang ‘hebat dalam Kitab Suci’, ya, dan sangat tajam juga tentang doktrin, yang - ‘Bisa membelah sehelai rambut di antara barat dan barat laut’, berkenaan dengan pokok-pokok tentang keilahian; tetapi berkenaan dengan kasih kepada orang-orang miskin, berkenaan dengan kunjungan kepada orang-orang yang ada dalam kebutuhan, berkenaan dengan kepedulian untuk jiwa-jiwa manusia, berkenaan dengan kehidupan yang kudus, dan berkenaan dengan kebiasaan dalam doa bersama Allah, mereka tidak berada dimana-mana / berada sangat jauh. Saya berdoa supaya kamu takut pada suatu agama yang semuanya ada dalam buku / kitab. Kamu harus mempunyainya di dalam hati; kamu harus mempunyainya dalam kehidupan; atau Anak yang dilahirkan di Betlehem hanya akan mempengaruhi kamu sejauh yang kamu membalik kitab-kitab dari Kitab Suci, dan disana ada suatu akhir dari persoalan sejauh kamu yang dipersoalkan. Ya, ya, ya, ketahuilah Alkitabmu, itu baik: tetapi praktekkan apa yang Alkitabmu beritahukan kepadamu, karena itu lebih baik. Ya, ya, ya, mengertilah doktrin-doktrin tentang kasih karunia, mengertilah dengan jelas tentang mereka; tetapi kasihilah mereka, jalanilah mereka / hiduplah sesuai dengan mereka, karena itu jauh lebih baik. Ya, ya, ya, jadilah seorang ahli theologia yang sehat; tetapi biarlah kami juga melihat suatu kemanusiaan yang kudus tentang kamu. Kiranya Allah mengaruniakan itu sehingga terjadi demikian! Kalau tidak, saya memberitahu kamu, pembelajaran-kitabmu hanya akan membiarkan kamu tetap sebagai seorang musuh Kristus.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 31.


C. H. Spurgeon: “The saddest point is that none of these people, sought Christ; not Herod with his hypocrisy, nor Jerusalem with its troubles, nor the scribes and priests with their ancient knowledge; none of them sought Christ.” [= Hal yang paling menyedihkan adalah bahwa tak ada dari orang-orang ini, mencari Kristus; tidak Herodes dengan kemunafikannya, atau Yerusalem dengan kesukaran / problemnya, atau ahli-ahli Taurat dan imam-imam dengan pengetahuan kuno mereka; tak ada dari mereka yang mencari Kristus.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 32.

Pulpit Commentary: “The chief priests and scribes. They knew the Scriptures; they could answer Herod’s question at once; they told him where the Christ should be born. But they were blind guides; they knew and did not. Their religion was a lifeless theology, a dead orthodoxy. They showed others the way to Christ; they sought him not themselves. They taught the Gentile Magians; the disciples profited, the teachers were callous and unmoved. It is a sad thing when the preacher does not feel the saving power of the words which, by the grace of God, bring life to the listener. The deepest, the most accurate knowledge of the letter or Scripture is a very poor thing compared with that inner knowledge of the heart, which may be granted to the ignorant as well as to the learned; which leads learned and ignorant alike to him who is the only Saviour of the world, the Lord Jesus Christ.” [= Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Mereka tahu Kitab Suci; mereka bisa menjawab pertanyaan Herodes dengan segera; mereka memberitahu dia dimana Kristus harus dilahirkan. Tetapi mereka adalah pembimbing-pembimbing buta; mereka tahu dan tidak melakukannya. Agama mereka adalah suatu theologia yang tak bernyawa, suatu keortodoxan yang mati. Mereka menunjukkan kepada orang-orang lain jalan kepada Kristus; mereka sendiri tidak mencariNya. Mereka mengajar orang-orang Majus non Yahudi; murid-murid itu mendapatkan manfaat, guru-gurunya keras / tak punya perasaan dan tak tergerakkan. Merupakan sesuatu yang menyedihkan pada waktu sang pengkhotbah tidak merasakan kuasa yang menyelamatkan dari kata-kata / firman, yang oleh kasih karunia Allah, membawa kehidupan kepada para pendengar. Pengetahuan yang terdalam, paling akurat, dari huruf atau Kitab Suci adalah sesuatu yang sangat miskin dibandingkan dengan pengetahuan di dalam dari hati, yang bisa dianugerahkan kepada orang-orang yang tak berpengetahuan maupun kepada orang-orang terpelajar; yang membimbing orang yang terpelajar dan orang yang tak berpengetahuan secara sama kepada Dia yang adalah satu-satunya Juruselamat dunia, Tuhan Yesus Kristus.] - hal 40-41.

Renungkan: apakah saudara seperti para tokoh agama itu dalam hal agama / pengetahuan, dan hubungan dengan Kristus??

5) Herodes menyelidiki dengan teliti untuk membunuh Yesus.

Matius 2: 7-8: “(7) Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. (8) Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: ‘Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.’”.

a) Sikap aneh / kontradiktif dari Herodes.

Pulpit Commentary (tentang ay 4): “Observe, in Herod’s inquiry and subsequent action, the combination of superstition and irreligion. He was willing to accept the witness of stars and of prophecies, but not willing to allow himself to be morally influenced by it.” [= Perhatikan, dalam pertanyaan / penyelidikan dan tindakan selanjutnya dari Herodes, kombinasi dari takhyul dan ketidak-pedulian / permusuhan terhadap agama. Ia mau menerima kesaksian dari bintang-bintang dan dari nubuat-nubuat, tetapi tidak mau mengijinkan dirinya sendiri untuk dipengaruhi secara moral olehnya.].

Pulpit Commentary: “He consults the priests and scribes. We see another strange inconsistency - strange, but very common - belief in the letter of Holy Scripture joined with practical unbelief. Herod’s religion is simply superstition; he had the Scriptures, he has the priests; he uses them as if they were heathen oracles, and priests of Jupiter or Apollo. Mere bibliolatry is little better than unbelief: ‘the letter killeth.’ The Bible is precious exceedingly to the faithful: ‘the Spirit giveth life;’ but to men like Herod, who make use of religion merely for political or selfish purposes, it is a savour of death unto death.” [= Ia menanyakan kepada imam-imam dan ahli-ahli Taurat. Kita melihat ketidak-konsistenan aneh yang lain - aneh, tetapi sangat umum - kepercayaan pada huruf dari Kitab Suci digabungkan dengan ketidak-percayaan praktis. Agama Herodes adalah sekedar takhyul; ia mempunyai Kitab Suci, ia mempunyai imam-imam; ia menggunakan mereka seakan-akan mereka adalah sabda-sabda dewa-dewa kafir, dan imam-imam dari Yupiter atau Apollo. Semata-mata bibliolatry / pemberhalaan / pendewaan terhadap Alkitab hanya sedikit lebih baik dari pada ketidak-percayaan: ‘huruf membunuh’. Alkitab itu sangat berharga bagi orang-orang beriman / setia: ‘Roh memberi kehidupan’; tetapi bagi orang-orang seperti Herodes, yang menggunakan agama semata-mata untuk tujuan-tujuan politik dan yang bersifat egois, itu merupakan bau kematian kepada kematian.].

2Korintus 3:6 - “Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.”.

KJV: ‘Who also hath made us able ministers of the new testament; not of the letter, but of the spirit: for the letter killeth, but the spirit giveth life.’ [= Yang juga telah membuat kami mampu menjadi pelayan-pelayan dari Perjanjian Baru; bukan dari huruf, tetapi dari roh: karena huruf / arti hurufiah membunuh, tetapi roh / arti sesungguhnya memberi kehidupan.].

2Kor 2:14-16a - “(14) Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenanganNya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. (15) Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. (16a) Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan.”.

Pulpit Commentary: “Some read the Bible like Herod and the priests; they know all about Christ, they know not himself. Such knowledge saveth not.” [= Beberapa / sebagian orang membaca Alkitab seperti Herodes dan imam-imam; mereka tahu semua tentang Kristus, mereka tidak mengenal diriNya sendiri. Pengetahuan seperti itu tidak menyelamatkan.].

b) Kejahatan yang bertopengkan agama / kesalehan.

Matthew Henry: “He privily called the wise men, to talk with them about this matter. ... All this might look suspicious, if he had not covered it with a show of religion: ‘that I may come and worship him also.’ Note, The greatest wickedness often conceals itself under a mask of piety.” [= Ia secara pribadi / diam-diam memanggil orang-orang Majus itu, berbicara dengan mereka tentang persoalan ini. ... Semua ini bisa kelihatan mencurigakan, jika ia tidak menutupinya dengan suatu pertunjukan agama: ‘supaya akupun datang menyembah Dia’. Perhatikan, Kejahatan yang terbesar sering menyembunyikan dirinya di bawah topeng kesalehan.].

C. H. Spurgeon: “Covering his bloody design with the pretense of reverence. There is never a worse sin in the world than that which a man covers over with the cloak of religion; let us ever beware of falling into this evil.” [= Menutupi rancangan berdarahnya dengan kepura-puraan tentang penghormatan. Disana tidak pernah ada suatu dosa yang lebih buruk dari pada dosa itu, yang seseorang tutupi dengan jubah agama; hendaklah kita selalu waspada terhadap kejatuhan ke dalam kejahatan ini.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 34.

Penerapan: Kita bisa melihat orang-orang seperti dalam ISIS, Al Qaeda, dsb, melakukan teror, pembunuhan, dsb, atas nama agama. Tetapi mengapa hanya melihat hal-hal seperti itu dalam agama lain? Apakah pendeta-pendeta yang mendirikan gereja-gereja, dan aktif dalam pelayanan, tetapi yang motivasi sesungguhnya adalah uang, tidak melakukan kejahatan atas nama agama?

c) Kebutaan yang datang dari Allah.

Saudara mungkin bertanya: mengapa Herodes tidak ikut sendiri, atau menyuruh tentaranya ikut, bersama orang-orang Majus itu ke Betlehem (yang jaraknya hanya 5-7 mil dari Yerusalem), dan langsung membunuh Yesus? Jelas bahwa Allah yang menguasai dan mengatur segala sesuatu, membuat Herodes menjadi bodoh / buta, sehingga tidak memikirkan / melakukan hal, yang seandainya dilakukan, akan membunuh Yesus.

Matthew Henry: “God can hide from the eyes of the church’s enemies those methods by which they might easily destroy the church;” [= Allah bisa menyembunyikan dari mata dari para musuh gereja metode-metode itu dengan mana mereka dengan mudah menghancurkan gereja;].

Bdk. Amsal 21:1 - “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkanNya ke mana Ia ingini.”.

Matthew Henry: “See how strangely he was befooled and infatuated in this, that he trusted it with the wise men, and did not choose some other managers, that would have been true to his interests. It was but seven miles from Jerusalem; how easily might he have sent spies to watch the wise men, who might have been as soon there to destroy the child as they to worship him! Note, God can hide from the eyes of the church’s enemies those methods by which they might easily destroy the church;” [= Lihatlah betapa dengan aneh ia dijadikan tolol dan diisi dengan kebodohan dalam hal ini, bahwa ia mempercayakan itu dengan orang-orang bijaksana / Majus, dan tidak memilih beberapa pemimpin lain, yang benar pada kepentingan-kepentingannya. Itu (Betlehem) hanya berada 7 mil dari Yerusalem; betapa dengan mudahnya ia telah mengutus mata-mata untuk memperhatikan orang-orang bijaksana / Majus itu, yang bisa telah ada di sana untuk menghancurkan Anak itu begitu mereka menyembahNya! Perhatikan, Allah bisa menyembunyikan dari mata dari para musuh gereja metode-metode itu dengan mana mereka bisa dengan mudah menghancurkan gereja;].

III) Orang-orang Majus menemukan Yesus.

1) Orang-orang Majus melanjutkan pencarian mereka, dan mereka mendapatkan petunjuk bintang lagi.

Matius 2: 9-10: “(9) Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. (10) Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.”.

a) Orang-orang Majus berangkat lagi untuk melanjutkan pencarian mereka.

1. Mereka tetap mencari Kristus sekalipun sendirian.

Tak ada siapapun yang mau menyertai mereka, baik Herodes, orang-orang dari istana, tokoh-tokoh agama Yahudi, ataupun orang-orang Yahudi dari Yerusalem. Tetapi mereka berkeras dalam mencari Kristus!

C. H. Spurgeon: “There is something to look at, something good that is worth gazing upon. Behold it. Here are far-off persons who come very nigh. Wise men from the east come and worship the infant Christ; but there is something to which there is no ‘behold’ put, yet it is sorrowfully worth considering. Here are near ones who are far off, Herod, the inhabitants of Jerusalem, the chief priests, and the scribes. They are as far from Christ as if he had been born in the distant east, while they who lived in the far country came as near to him as if they themselves had dwelt at Bethlehem. So I have these two things to talk about to-night, first, the extraordinary fact that many far-off ones are brought nigh, and the sad but almost equally extraordinary fact that many who are apparently very near never really come nigh to Jesus.” [= Ada sesuatu untuk diperhatikan, sesuatu yang baik yang layak dipandang. Lihatlah itu. Di sini ada orang-orang yang jauh yang datang sangat dekat. Orang-orang bijaksana dari Timur datang dan menyembah bayi Kristus; tetapi ada sesuatu pada mana tidak diletakkan kata ‘lihatlah’, tetapi itu sesuatu yang secara menyedihkan layak untuk direnungkan / dipertimbangkan. Di sini ada orang-orang dekat yang jauh, Herodes, penduduk Yerusalem, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat. Mereka sama jauhnya dari Kristus seakan-akan Ia telah dilahirkan di Timur yang jauh, sementara mereka yang tinggal di negeri dari jauh datang sedekat dengan Dia seakan-akan mereka sendiri tinggal di Betlehem. Jadi saya mempunyai dua hal ini untuk dibicarakan malam ini, pertama, fakta yang luar biasa bahwa banyak orang yang jauh dibawa mendekat, dan fakta menyedihkan yang hampir sama luar biasanya bahwa banyak orang yang kelihatannya sangat dekat, tidak pernah betul-betul datang dekat kepada Yesus.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 24.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘When they had heard the king, they departed.’ But where were ye, O Jewish ecclesiastics, ye chief priests and scribes of the people? Ye could tell Herod where Christ should be born, and could hear of these strangers from the far East that the Desire of all nations had actually come: but I do not see you trooping to Bethlehem - I find these devout strangers journeying there all alone. Yet God ordered this too, lest the news should be blabbed, and reach the tyrant’s ears, before the Babe could be placed beyond his reach. Thus, are the very errors and crimes and cold indifference of men all overruled.” [= ‘Pada waktu mereka mendengar raja, mereka pergi’. Tetapi dimana kamu berada, oh tokoh-tokoh agama Yahudi, kamu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dari bangsa itu? Kamu bisa memberitahu Herodes dimana Kristus harus dilahirkan, dan bisa mendengar dari orang-orang asing dari Timur jauh ini bahwa Keinginan dari semua bangsa telah sungguh-sungguh datang: tetapi saya tidak melihat kamu berbondong-bondong pergi ke Yerusalem - saya mendapati orang-orang asing yang saleh / relijius ini melakukan perjalanan kesana sendirian. Tetapi Allah mengatur ini juga, supaya jangan berita itu harus dinyatakan, dan mencapai telinga dari sang tiran, sebelum Bayi itu bisa ditempatkan di luar jangkauannya. Demikianlah kesalahan-kesalahan dan kejahatan-kejahatan dan sikap acuh tak acuh yang dingin dari manusia semuanya dibalikkan / dilindas.].

Matthew Henry: “We have here the wise men’s humble attendance upon this new-born King of the Jews, and the honours they paid him. From Jerusalem they went to Bethlehem, resolving to seek till they should find; but it is very strange that they went alone; that not one person of the court, church, or city, should accompany them, if not in conscience, yet in civility to them, or touched with a curiosity to see this young prince. As the queen of the south, so the wise men of the east, will rise up in judgment against the men of that generation, and of this too, and will condemn them; for they came from a far country, to worship Christ; while the Jews, his kinsmen, would not stir a step, would not go to the next town to bid him welcome. It might have been a discouragement to these wise men to find him whom they sought thus neglected at home. Are we come so far to honour the King of the Jews, and do the Jews themselves put such a slight upon him and us? Yet they persist in their resolution. Note, We must continue our attendance upon Christ, though we be alone in it; whatever others do, we must serve the Lord; if they will not go to heaven with us, yet we must not go to hell with them.” [= Kita mempunyai disini kehadiran yang rendah hati dari orang-orang bijaksana / Majus pada Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan ini, dan penghormatan yang mereka berikan kepadaNya. Dari Yerusalem mereka pergi ke Betlehem, memutuskan untuk mencari sampai mereka menemukan; tetapi adalah sangat aneh bahwa mereka pergi sendirian; bahwa tak seorangpun dari istana, gereja, atau kota, menyertai mereka, jika tidak dalam kesungguhan / kewajaran, tetapi dalam kesopanan kepada mereka, atau disentuh dengan suatu rasa ingin tahu untuk melihat Pangeran muda ini. Seperti ratu dari Selatan, demikian juga orang-orang bijaksana / Majus dari Timur, akan bangkit dalam penghakiman terhadap orang-orang dari generasi itu, dan dari generasi ini juga, dan akan menghukum mereka; karena mereka datang dari negeri yang jauh, untuk menyembah Kristus; sementara orang-orang Yahudi, orang-orang sebangsaNya, tidak mau melakukan satu langkahpun, tidak mau pergi ke kota di sebelahnya untuk mengucapkan selamat datang kepadaNya. Itu bisa telah merupakan sesuatu yang mengecilkan hati bagi orang-orang bijaksana / Majus ini untuk mendapati Dia yang mereka cari diabaikan seperti itu di rumah. Apakah kami datang dari begitu jauh untuk menghormati Raja orang Yahudi, dan apakah orang-orang Yahudi sendiri meremehkan Dia dan kami? Tetapi mereka berkeras dengan keputusan mereka. Perhatikan, Kita harus melanjutkan kehadiran kita pada Kristus, sekalipun kita sendirian di dalamnya; apapun yang orang-orang lain lakukan, kita harus melayani / menyembah Tuhan; jika mereka tidak mau pergi ke surga bersama kita, tetapi kita tidak boleh pergi ke neraka bersama mereka.].

Bdk. Matius 12:42 - “Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!’”.

Bdk. Yohanes 6:66-69 - “(66) Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. (67) Maka kata Yesus kepada kedua belas muridNya: ‘Apakah kamu tidak mau pergi juga?’ (68) Jawab Simon Petrus kepadaNya: ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; (69) dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.’”.

Calvin: “If God had not fortified the minds of the Magi by his Spirit, they might have been discouraged by this state of things. But the ardor of their zeal is unabated; they set out without a guide. And yet the means of confirming their faith are not wanting; for they hear that the King, who had been pointed out to them by a star, was long ago described, in glowing language, by divine predictions.” [= Seandainya Allah tidak membentengi / menguatkan pikiran dari orang-orang Majus oleh RohNya, mereka mungkin telah menjadi kecil hati oleh keadaan dari hal-hal. Tetapi tingkat dari semangat mereka tidak berkurang; mereka melanjutkan perjalanan tanpa seorang pembimbing. Tetapi cara-cara / jalan-jalan untuk meneguhkan iman mereka tidak kurang; karena mereka mendengar bahwa Raja itu, yang telah ditunjukkan kepada mereka oleh sebuah bintang, telah digambarkan jauh sebelumnya, dalam bahasa / kata-kata yang bersinar terang, oleh ramalan-ramalan ilahi.].

Memang jelas bahwa kalau mereka bisa seperti itu, itu pasti terjadi karena Allah menguatkan mereka.

2. Mereka tetap mencari / mengikut Kristus, sekalipun itu merupakan sesuatu yang membahayakan.

Calvin menduga bahwa tokoh-tokoh Yahudi itu tidak ikut ke Betlehem, mungkin karena takut kepada Herodes.

Calvin: “It is truly an instance of base sluggishness, that not one of the Jews offers himself as an escort to those foreigners, to go and see the King who had been promised to their own nation. The scribes show them the way, and point out the place where he was born; but they allow them to depart alone: not one moves a step. They were afraid, perhaps, of Herod’s cruelty: but it displayed wicked ingratitude that, for the sake of the salvation which had been offered to them, they were unwilling to undergo any risk, and cared less about the grace of God than about the frown of a tyrant. The whole nation, I have lately showed, was so degenerate, that they chose rather to be oppressed with the yoke of tyranny, than to submit to any inconvenience arising from a change.” [= Itu betul-betul merupakan suatu contoh tentang kemalasan / kelambanan yang jelek / hina, bahwa tak seorangpun dari orang-orang Yahudi menawarkan dirinya sendiri sebagai seorang penjaga / pengawal kepada orang-orang asing itu, untuk pergi dan melihat Raja yang telah dijanjikan kepada bangsa mereka sendiri. Ahli-ahli Taurat menunjukkan mereka jalannya, dan menunjukkan tempat dimana Ia dilahirkan; tetapi mereka membiarkan mereka pergi sendirian: tak seorangpun menggerakkan satu langkahpun. Mungkin mereka takut pada kekejaman Herodes: tetapi itu menunjukkan rasa tidak tahu terima kasih yang jahat bahwa untuk keselamatan yang telah ditawarkan kepada mereka, mereka tidak mau mengalami resiko apapun, dan mempunyai kepedulian kurang tentang kasih karunia Allah dari pada mengkerutnya dahi seorang tiran. Seluruh bangsa, telah saya tunjukkan belakangan, adalah begitu memburuk, sehingga mereka lebih memilih untuk ditindas dengan kuk dari tiran, dari pada untuk menerima ketidak-nyamanan apapun yang muncul dari suatu perubahan.].

b) Bintang yang mereka lihat di Timur sekarang muncul lagi, mendahului mereka, dan berhenti di atas tempat dimana bayi Yesus berada.

Matius 2: 9-10: “(9) Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. (10) Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.”.

Pulpit Commentary: “Note: Those who follow up the leadings of providence will never lack a providence to lead them. (2) Behold the relief to their perplexity! The familiar star is again in sight. Lo, it moves! They follow. It stands over a dwelling. Those brightening scintillations proclaim that the heavenly Royalty is there. Note: It was not reason that guided the Magi to Christ. Reason had its province, and will ever have it. But the effectual guidance, first and last, was supernatural.” [= Perhatikan: Mereka yang mengikuti bimbingan-bimbingan dari Providensia tidak pernah akan kekurangan suatu Providensia untuk membimbing mereka. (2) Lihatlah pertolongan / kelegaan pada / bagi kebingungan mereka! Bintang yang sudah akrab dengan mereka / sudah mereka kenal itu kelihatan lagi. Lihatlah, itu bergerak! Mereka mengikuti. Bintang itu berada di atas sebuah rumah. Pancaran cahaya yang terang itu menyatakan bahwa Raja surgawi itu ada di sana. Perhatikan: Bukanlah akal yang membimbing orang-orang Majus kepada Kristus. Akal mempunyai daerahnya sendiri, dan akan selalu mempunyainya. Tetapi bimbingan yang efektif, pertama dan terakhir, adalah bersifat supranatural.].

Jelas bahwa bintang itu tadinya hilang untuk sementara. Mengapa?

1. Calvin mengatakan supaya orang-orang Majus bertanya dan sekaligus memberi informasi tentang kelahiran Mesias kepada orang-orang Yahudi, dan itu menyebabkan mereka tidak punya alasan untuk tidak datang kepada Kristus.

Calvin: “It would seem that the star, which hitherto guided them in the way, had lately disappeared. The reason may easily be conjectured. It was, that they might make inquiry in Jerusalem about the new King, and might thus take away all excuse from the Jews, who, after having been instructed about the Redeemer who was sent to them, knowingly and willingly despise him.” [= Kelihatannya bahwa bintang itu, yang sampai sekarang telah membimbing mereka dalam jalan itu, belakangan telah hilang. Alasannya bisa dengan mudah ditebak. Itu adalah, supaya mereka bisa bertanya-tanya di Yerusalem tentang Raja yang baru itu, dan dengan demikian bisa membuang semua alasan / dalih dari orang-orang Yahudi, yang, setelah diberi instruksi tentang sang Penebus yang diutus kepada mereka, dengan tahu dan sengaja meremehkan Dia.].

2. Matthew Henry memberi alasan yang lain tentang hilangnya bintang itu, dengan mengatakan bahwa pada waktu mereka ada di Timur, Tuhan harus menggunakan mujijat (bintang) untuk mengarahkan mereka kepada Kristus. Tetapi setelah mereka sampai ke Yerusalem, ada cara ‘biasa’ yaitu melalui Firman Tuhan, dan karena itu mujijat itu dihilangkan. Tetapi sekarang, dari Yerusalem ke Betlehem, mereka membutuhkan mujijat itu lagi, dan Tuhan memberikan bintang itu lagi.


Matthew Henry: “Observe, 1. How graciously God directed them. By the first appearance of the star they were given to understand where they might enquire for this King, and then it disappeared, and they were left to take the usual methods for such an enquiry. Note, Extraordinary helps are not to be expected where ordinary means are to be had. Well, they had traced the matter as far as they could; they were upon their journey to Bethlehem, but that is a populous town, where shall they find him when they come thither? Here they were at a loss, at their wit’s end, but not at their faith’s end; they believed that God, who had brought them thither by his word, would not leave them there; nor did he; for, behold, the star which they saw in the east went before them. Note, If we go on as far as we can in the way of duty, God will direct and enable us to do that which of ourselves we cannot do; Up, and be doing, and the Lord will be with thee. VIGILANTIBUS, NON DORMIENTIBUS, SUCCURIT LEX - The law affords its aid, not to the idle, but to the active. The star had left them a great while, yet now returns. They who follow God in the dark shall find that light is sown, is reserved, for them. Israel was led by a pillar of fire to the promised land, the wise men by a star to the promised Seed, who is himself the bright and morning Star, Rev 22:16. God would rather create a new thing than leave those at a loss who diligently and faithfully sought him.” [= Perhatikan, 1. Betapa dengan murah hati Allah mengarahkan mereka. Oleh pemunculan pertama dari bintang itu mereka diberi pengertian dimana mereka bisa bertanya-tanya tentang Raja ini, dan lalu itu hilang, dan mereka dibiarkan untuk mengambil metode-metode biasa untuk penyelidikan seperti itu. Perhatikan, Pertolongan-pertolongan yang luar biasa tidak boleh diharapkan dimana cara-cara / jalan-jalan yang biasa dimiliki. Mereka telah mengikuti / menemukan hal itu sejauh mereka bisa; mereka ada dalam perjalanan ke Betlehem, tetapi itu adalah suatu kota yang mempunyai banyak penduduk, dimana mereka akan mendapatkan Dia pada waktu mereka datang ke tempat itu? Di sini mereka bingung / tidak pasti, pada akhir / batas dari sumber akal mereka, tetapi bukan pada akhir / batas dari iman mereka; mereka percaya bahwa Allah, yang telah membawa mereka ke tempat itu oleh firmanNya, tidak akan meninggalkan mereka di sana; dan memang Ia tidak meninggalkan mereka; karena, lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur mendahului mereka. Perhatikan, Jika kita berjalan sejauh kita bisa dalam jalan kewajiban, Allah akan mengarahkan dan memampukan kita untuk melakukan itu, yang dari diri kita sendiri tak bisa kita lakukan; Bangunlah, dan kerjakanlah, dan Tuhan akan menyertaimu. VIGILANTIBUS, NON DORMIENTIBUS, SUCCURIT LEX - Hukum Taurat menyediakan bantuannya, bukan kepada orang yang malas, tetapi kepada orang yang aktif. Bintang itu telah meninggalkan mereka untuk suatu waktu, tetapi sekarang kembali. Mereka yang mengikuti Allah dalam gelap akan mendapati bahwa terang ditaburkan, disimpan, untuk mereka. Israel dipimpin oleh suatu tiang api ke tanah yang dijanjikan, orang-orang bijaksana / Majus oleh suatu bintang kepada Benih / Keturunan yang dijanjikan, yang diriNya sendiri adalah Bintang terang dan pagi, Wah 22:16. Allah lebih memilih untuk menciptakan sesuatu yang baru dari pada membiarkan mereka yang dengan rajin dan setia mencariNya menjadi bingung / tak tahu apa yang harus dilakukan.].

Wahyu 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.

KJV: ‘the bright and morning star’ [= bintang terang dan pagi].

RSV/NIV/NASB: ‘the bright morning star’ [= bintang pagi yang terang].

Kata ‘and’ [= dan] dalam KJV itu sebetulnya memang tidak ada dalam bahasa Yunaninya.

Suatu contoh lain bisa kita lihat dari bangsa Israel di padang gurun, dimana mereka diberi makan secara mujijat dengan manna yang turun dari langit. Tetapi setelah mereka memasuki Kanaan, manna itu berhenti, karena mereka bisa mendapat makan dengan mengerjakan tanah itu.

Yosua 5:12 - “Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan.”.

Matthew Henry (tentang Yos 5:12): “Notice is taken of the ceasing of the manna as soon as ever they had eaten the old corn of the land, … To teach us not to expect extraordinary supplies when supplies may be had in an ordinary way.” [= Perhatian diambil berkenaan dengan berhentinya manna begitu mereka telah memakan gandum dari negeri itu, … Untuk mengajar kita untuk tidak mengharapkan suplai yang luar biasa / bersifat mujijat pada waktu suplai bisa didapatkan dengan cara yang biasa.].

Penerapan:

a. Kalau saudara sakit pada saat saudara ada di hutan belantara dimana tidak ada obat, dokter dsb, maka saudara boleh mengharapkan mujijat kesembuhan dari Tuhan (tentu saja untuk itupun tak ada jaminan bahwa Tuhan akan memberi mujijat). Tetapi kalau saudara sakit di kota dimana ada dokter, obat, rumah sakit, dan saudara mempunyai uang untuk membayar, maka janganlah terlalu mengharapkan mujijat kesembuhan.

b. Ini juga berlaku pada waktu kita mencari kebenaran. Pada saat tak ada orang, buku atau apapun untuk membimbing kita untuk mengerti Alkitab / firman Tuhan, maka kita bisa mengharapkan Tuhan akan memberikan kebenaran itu secara mujijat kepada kita. Tetapi kalau ada banyak cara, baik melalui pendeta-pendeta, pengkhotbah-pengkhotbah, buku-buku, maupun internet, untuk mengerti kebenaran, tetapi kita malas menggunakan semua cara-cara / jalan-jalan itu, jangan berharap Allah mau memberikan kebenaran secara mujijat kepada orang yang malas mencarinya!

Berbeda dengan orang-orang Yahudi dalam Mat 13 itu, orang-orang Majus ini tidak dihalangi oleh hal-hal lahiriah dari Yesus, dan tetap menyembahNya, dan memberikan persembahan-persembahan kepadaNya.

Pulpit Commentary: “They saw the young Child with Mary his mother. It was not as they had, perhaps, expected; there were no outward signs of royalty, no pomp, no guards, no courtiers; only a manger, or now, perhaps, some poor cottage; very different from the stately palace where they had left the proud, wicked Herod. But their faith was not shaken by these mean surroundings; they recognized the little Child as the King Messiah; they paid him the worship which they had come to render; they fell down and worshipped him - him, we mark, not the virgin-mother. Worship was the end, the object, of their long journey. It is the end of ours; the heavenly worship before the throne is the high hope that brightens the Christian life. They made their offerings to the infant Christ. True worship involves offerings; they will give of their means who first have given their hearts; they freely give who have freely received; they who have found Christ count all earthly wealth as dross in comparison with the heavenly riches.” [= Mereka melihat Anak muda itu bersama Maria, ibuNya. Itu mungkin bukanlah seperti yang mereka harapkan; di sana tidak ada tanda-tanda lahiriah / luar tentang raja, tidak ada kemegahan, tidak ada penjaga-penjaga / pengawal-pengawal, tidak ada anggota-anggota istana; hanya sebuah palungan, atau sekarang, mungkin, suatu gubuk yang buruk; sangat berbeda dari istana yang megah dimana mereka telah meninggalkan Herodes yang sombong dan jahat. Tetapi iman mereka tidak digoncangkan oleh keadaan sekeliling yang buruk ini; mereka mengenali Anak kecil itu sebagai sang Raja Mesias; mereka memberikan kepada Dia penyembahan yang mereka datang untuk berikan; mereka jatuh tersungkur dan menyembah Dia - Dia, kami perhatikan / tekankan, bukan sang ibu yang perawan. Penyembahan adalah tujuan, obyek, dari perjalanan panjang mereka. Itu adalah tujuan dari perjalanan kita; penyembahan surgawi di hadapan takhta adalah pengharapan yang tinggi yang menerangi kehidupan Kristen. Mereka memberikan persembahan-persembahan kepada bayi Kristus. Penyembahan yang benar mencakup persembahan-persembahan; mereka akan memberi dari kekayaan mereka yang pertama-tama telah memberikan hati mereka; mereka memberi dengan murah hati / royal yang telah menerima dengan murah hati / royal; mereka yang telah menemukan Kristus memperhitungkan / menganggap semua kekayaan duniawi sebagai kotoran / hal yang remeh dalam perbandingan dengan kekayaan surgawi.].

Matthew Henry: “We may well imagine their expectations were raised to find this royal babe, though slighted by the nation, yet honourably attended at home; and what a disappointment it was to them when they found a cottage was his palace, and his own poor mother all the retinue he had! Is this the Saviour of the world? Is this the King of the Jews, nay, and the Prince of the kings of the earth? Yes, this is he, who, though he was rich, yet, for our sakes, became thus poor. However, these wise men were so wise as to see through this veil, and in this despised babe to discern the glory as of the Only-begotten of the Father; they did not think themselves balked or baffled in their enquiry; but, as having found the King they sought, they presented themselves first, and then their gifts, to him.” [= Kita bisa membayangkan dengan baik pengharapan-pengharapan mereka diangkat / ditinggikan untuk mendapati Bayi raja ini, sekalipun diremehkan oleh bangsa itu, tetapi dilayani secara terhormat di rumah; dan betul-betul suatu kekecewaan bagi mereka pada waktu mereka menemukan suatu gubuk adalah istanaNya, dan ibuNya sendiri yang miskin adalah semua pelayan / rombongan yang Ia miliki! Inikah sang Juruselamat dunia? Inikah Raja orang-orang Yahudi, bahkan Pangeran / Raja dari raja-raja dunia? Ya, ini adalah Dia, yang, sekalipun Ia kaya, tetapi demi kepentingan kita, menjadi miskin seperti itu (2Kor 8:9). Tetapi, orang-orang bijaksana / Majus ini begitu bijaksana sehingga melihat melalui kerudung ini, dan dalam Bayi yang direndahkan ini mengenali kemuliaan dari Anak Tunggal Bapa; mereka tidak memikirkan diri mereka sendiri berhenti atau bingung dalam pencarian mereka; tetapi, setelah menemukan Raja yang mereka cari, mereka pertama-tama mempersembahkan diri mereka sendiri, dan lalu pemberian-pemberian mereka, kepada Dia.].

2Korintus 8:9 - “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya.”.

Calvin: “So revolting a sight might naturally have created an additional prejudice; for Christ was so far from having aught of royalty surrounding him, that he was in a meaner and more despised condition than any peasant child. But they are convinced that he is divinely appointed to be a King. This thought alone, deeply rooted in their minds, procures their reverence. They contemplate in the purpose of God his exalted rank, which is still concealed from outward view. Holding it for certain, that he will one day be different from what he now appears, they are not at all ashamed to render to him the honors of royalty.” [= Penglihatan yang begitu menjijikkan itu bisa secara alamiah telah menciptakan suatu prasangka tambahan; karena Kristus begitu jauh dari mempunyai apapun dari raja mengelilingi Dia, sehingga Ia berada dalam keadaan yang lebih hina dan lebih menjijikkan dari pada anak orang rendahan manapun. Tetapi mereka diyakinkan bahwa Ia ditetapkan secara Ilahi sebagai seorang Raja. Pemikiran ini saja, berakar secara mendalam dalam pikiran-pikiran mereka, menghasilkan penghormatan / rasa takut mereka. Mereka mempertimbangkan / merenungkan dalam rencana Allah kedudukanNya yang tinggi, yang tetap tersembunyi dari pandangan luar. Mempertahankannya sebagai kepastian, bahwa suatu hari Ia akan menjadi lain dari apa kelihatannya Ia sekarang, mereka sama sekali tidak malu untuk memberikan kepada Dia penghormatan raja.].

Calvin (tentang ay 1): “A beautiful instance of real harmony, amidst apparent contradiction, is here exhibited. A star from heaven announces that he is a king, to whom a manger, intended for cattle, serves for a throne, because he is refused admittance among the lowest of the people. ... Why is this? The heavenly Father chose to appoint the star and the Magi as our guides, to lead directly to his Son: while he stripped him of all earthly splendor, for the purpose of informing us that his kingdom is spiritual.” [= Suatu contoh yang indah dari keharmonisan yang nyata, di tengah-tengah apa yang kelihatannya kontradiksi, ditunjukkan di sini. Suatu bintang dari surga mengumumkan bahwa Ia adalah seorang Raja, bagi siapa sebuah palungan, dimaksudkan untuk ternak, berfungsi sebagai sebuah takhta, karena Ia ditolak / tidak diterima di antara orang-orang yang paling rendah. ... Mengapa begini? Bapa surgawi memilih untuk menetapkan bintang dan orang-orang Majus sebagai pembimbing-pembimbing kita, untuk membimbing secara langsung kepada AnakNya: pada waktu / sementara Ia dilucuti dari semua kemegahan duniawi, dengan tujuan memberi informasi kepada kita bahwa kerajaanNya adalah bersifat rohani.].

4. Penyembahan yang bagaimana yang orang-orang Majus berikan kepada Yesus?

Kalau hanya dilihat dari kata ‘menyembah’ yang digunakan, maka kata itu bisa digunakan baik untuk penyembahan terhadap Allah maupun terhadap manusia (Clarke).

Adam Clarke: “‘To worship him.’ Or, To do him homage; PROSKUNEESAI AUTOO. The word PROSKUNEOO, which is compounded of PROS, to, and KUOON, a dog, signifies to crouch and fawn like a dog at his master’s feet. It means, to prostrate oneself to another, according to the eastern custom, which is still in use. In this act, the person kneels, and puts his head between his knees, his forehead at the same time touching the ground. It was used to express both civil and religious reverence.” [= ‘Menyembah Dia’. Atau, memberikan Dia penghormatan; PROSKUNESAI AUTO. Kata PROSKUNEO, yang digabungkan dari PROS, ‘kepada’, dan KUON, ‘seekor anjing’, berarti mendekam dan menjilat seperti seekor anjing di kaki tuannya. Itu berarti, meniarapkan diri sendiri kepada orang lain, sesuai dengan tradisi Timur, yang masih tetap digunakan. Dalam tindakan ini, orang itu berlutut, dan meletakkan kepalanya di antara lutut-lututnya, dahinya pada saat yang sama menyentuh tanah. Itu digunakan untuk menyatakan baik penghormatan sekuler maupun agamawi.].

Tetapi adalah aneh bahwa dalam kontext seperti ini ada orang-orang yang memperdebatkan penyembahan yang bagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Majus itu (Matthew Poole).

Matthew Poole: “‘And are come to worship him’: whether worshipping here signifieth only a civil honour, which those Eastern nations ordinarily gave unto great princes, or that religious homage and adoration which was due unto the Messias, is variously opened by interpreters.” [= ‘Dan datang untuk menyembah Dia’: apakah penyembahan di sini hanya berarti suatu penghormatan warga negara, yang biasanya bangsa-bangsa Timur itu berikan kepada pangeran-pangeran / raja-raja yang agung, atau penghormatan dan pemujaan agamawi yang merupakan hak sang Mesias, terbuka dengan bermacam-macam oleh para penafsir.].

Calvin: “So far as respects themselves, they had not come to render to Christ such pious worship, as is due to the Son of God, but intended to salute him, according to the Persian custom, as a very eminent King. For their views, with regard to him, probably went no farther, than that his power and exalted rank would be so extraordinary as to impress all nations with just admiration and reverence. It is even possible, that they wished to gain his favor beforehand, that he might treat them favorably and kindly, if he should afterwards happen to possess dominion in the east.” [= Sejauh berkenaan dengan diri mereka sendiri, mereka tidak datang untuk memberikan kepada Kristus suatu penyembahan yang saleh seperti itu, seperti yang adalah hak dari Anak Allah, tetapi bermaksud menghormati Dia, sesuai dengan kebiasaan / tradisi Persia, sebagai seorang Raja yang sangat menonjol. Karena pandangan-pandangan mereka, berkenaan dengan Dia, mungkin tidak pergi / berjalan lebih jauh, dari pada bahwa kuasa dan posisiNya yang ditinggikan akan menjadi begitu luar biasa sehingga mengesankan semua bangsa dengan penghormatan dan rasa takut yang benar. Bahkan adalah memungkinkan, bahwa mereka ingin mendapatkan perkenanNya sebelumnya, supaya Ia bisa memperlakukan mereka secara positif dan baik, jika Ia belakangan memiliki kekuasaan di Timur.].

Catatan: saya menganggap pandangan Calvin berkenaan dengan hal ini sangat buruk, karena dengan demikian segala pimpinan dari Tuhan menggunakan bintang dsb, menjadi tidak ada artinya bagi orang-orang Majus ini.

Pulpit Commentary: “Ver. 11. - Worshipping a Babe. The word ‘worship’ is a confusing word. It is applied to human beings, and it is applied to God. It means, ‘offer homage as to a king;’ it means, ‘reverently acknowledge as Divine.’ Really the word seems only to mean, ‘acknowledge the worth of.’ We speak of magistrates as ‘your worship.’ We speak of the service of the Churches as ‘worship.’ But when we use the word carefully, we limit it to ‘paying Divine honours,’ ‘venerating with religious rites.’ We cannot, however, assume that these Eastern Magi worshipped the Babe in the higher, spiritual sense, recognizing in him the manifested God. We have simply that anticipative homage which was due to one who would prove to be a great King. Their attitude implies the Eastern homage offered to a King.” [= Matius 2: 11. - Menyembah / penyembahan seorang Bayi. Kata ‘menyembah’ adalah suatu kata yang membingungkan. Itu diterapkan kepada manusia, dan itu diterapkan kepada Allah. Itu berarti, ‘memberikan penghormatan berkenaan dengan / seperti kepada seorang raja’; itu berarti, ‘dengan hormat mengakui sebagai Ilahi’. Sesungguhnya kata itu kelihatannya hanya berarti, ‘mengakui nilai / kwalitet dari’. Kita berbicara tentang hakim-hakim sebagai ‘your worship’ / ‘Yang Mulia’. Kita berbicara tentang ibadah dari Gereja-gereja sebagai ‘penyembahan’. Tetapi pada waktu kita menggunakan kata itu dengan hati-hati / teliti, kita membatasinya pada ‘memberikan penghormatan Ilahi’, ‘pemujaan dengan upacara-upacara agamawi’. Tetapi, kita tidak bisa menganggap bahwa orang-orang Majus dari Timur ini menyembah sang Bayi dalam arti yang lebih tinggi dan rohani, karena mengenali dalam Dia Allah yang dinyatakan. Kita hanya mempunyai antisipasi penyembahan itu yang harus diberikan kepada Orang yang terbukti sebagai seorang Raja yang besar / agung. Sikap mereka secara implicit menunjukkan penghormatan Timur yang diberikan kepada seorang Raja.].

Catatan: perhatikan kalimat yang saya beri garis bawah ganda itu. Kalau ditinjau dari sudut bahasa Inggris itu memang benar, tetapi apakah kita menafsirkan Alkitab dengan menggunakan asal usul kata dalam bahasa Inggris?

International Standard Bible Encyclopedia (Revised Edition): “‘Worship’ is from the Saxon / Old English word ‘weorthscipe’ or ‘weordhscipe,’ which means ‘worthship’ or worthiness. This connotes actions motivated by an attitude that reveres, honors, or describes the worth of another person or object.” [= ‘Worship’ berasal dari kata Saxon / Inggris kuno ‘weorthscipe’ atau ‘weordhscipe’, yang berarti ‘worthship’ atau kelayakan. Ini mengandung arti tindakan-tindakan yang dimotivasi oleh suatu sikap yang takut, menghormat, atau menggambarkan kelayakan dari seorang atau sebuah obyek yang lain.] - PC Study Bible 5.

Pulpit Commentary: “We must learn to worship here; it is the training for the heavenly life. Worship is not merely prayer; it includes prayer, but it is more. It does not consist simply in asking for what we need to supply our own wants. It is unselfish; its end is the glory of God. They who are learning here the true and heavenly worship are learning to approach God, to seek the presence of God, not only for their own deep necessities - they must indeed seek him for that, but not for that only - they seek his face for himself, because he is so great, so glorious, so holy, so gracious. He himself is the exceeding great Reward of his chosen. These Gentiles teaches us Christians what so many of us forget, the duty of unselfish worship - simple, heartfelt adoration.” [= Kita harus belajar menyembah di sini; itu adalah latihan untuk kehidupan surgawi. Penyembahan bukanlah semata-mata doa; ITU MENCAKUP DOA, tetapi itu lebih lagi. Itu bukan terdiri sekedar dari permintaan untuk apa yang kita butuhkan untuk menyuplai kebutuhan-kebutuhan kita sendiri. Itu adalah tidak egois; tujuannya adalah kemuliaan Allah. Mereka yang sedang mempelajari penyembahan yang benar dan surgawi di sini, sedang mempelajari untuk mendekati Allah, untuk mencari kehadiran Allah, bukan hanya untuk kebutuhan-kebutuhan mendalam dari mereka sendiri - mereka memang harus mencari Dia untuk itu, tetapi bukan hanya untuk itu - mereka mencari wajahNya untuk Dia sendiri, karena Dia begitu besar / agung, begitu mulia, begitu kudus, begitu murah hati / bersifat kasih karunia. Ia sendiri adalah Pahala / Upah yang sangat besar dari orang-orang pilihanNya. Orang-orang non Yahudi ini mengajar kita orang-orang Kristen apa yang begitu banyak dari kita lupakan, kewajiban dari penyembahan / ibadah yang tidak egois - pemujaan yang sederhana, dirasakan di dalam hati / dirasakan dengan sungguh-sungguh.].

Saya secara mutlak lebih menyetujui pandangan para penafsir di bawah ini, seperti Matthew Henry, Jamieson, Fausset & Brown, dan Spurgeon, yang menganggap bahwa ini merupakan penyembahan agama / rohani terhadap Allah.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘And are come to worship him.’ - ‘to do Him homage,’ as the word PROSKUNEESAI signifies; the nature of that homage depending on the circumstances of the case. That not civil but religious homage is meant here is plain from the whole strain of the narrative, and particularly Matt 2:11.” [= ‘Dan datang untuk menyembah Dia’ - ‘memberikan penghormatan kepadaNya’, sebagaimana kata PROSKUNEESAI berarti; sifat dari penghormatan itu tergantung pada keadaan-keadaan dari kasusnya. Bahwa bukan penghormatan sipil tetapi agamawi yang dimaksudkan di sini adalah jelas dari seluruh nada dari cerita, dan secara khusus Matius 2:11.].

Sebagai argumentasi, Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa kata yang diterjemahkan ‘mempersembahkan persembahan’ (ay 11) sering digunakan dalam Perjanjian Lama berkenaan dengan persembahan kepada Allah (mungkin ia maksudkan LXX), dan dalam Perjanjian Baru digunakan 7 x dan selalu menunjuk pada persembahan dalam arti agamawi kepada Allah.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘And fell down and worshipped him.’ Clearly this was no civil homage to a petty Jewish king, whom these star-guided strangers came so far, and inquired so eagerly, and rejoiced with such exceeding joy to pay, but a lofty spiritual homage. The next clause confirms this. ‘And when they had opened their treasures, they presented (rather, ‘offered’) unto him gifts,’ (PROSEENENGKAN AUTOO DOORA). This expression, used frequently in the Old Testament of the oblations presented to God, is in the New Testament employed seven times, and always in a religious sense of offerings to God. Beyond doubt, therefore, we are to understand the presentation of these giftsby the Magi as a religious offering.” [= ‘Dan jatuh tersungkur dan menyembah Dia’. Jelas ini bukanlah penghormatan warga negara kepada seorang raja Yahudi yang remeh, yang diberikan orang-orang asing yang dibimbing bintang ini datang dari begitu jauh dan bertanya-tanya dengan begitu bersemangat, dan bersukacita dengan sukacita yang begitu besar, tetapi suatu penghormatan rohani yang tinggi. Anak kalimat selanjutnya meneguhkan hal ini. ‘Dan pada waktu mereka telah membuka hadiah / benda-benda berharga mereka, mereka memberikan (lebih tepat ‘mempersembahkan’) kepadaNya pemberian-pemberian’, (PROSEENENGKAN AUTOO DOORA). Ungkapan ini, digunakan secara sering dalam Perjanjian Lama tentang persembahan yang diberikan kepada Allah, digunakan dalam Perjanjian Baru tujuh kali, dan selalu dalam suatu arti agamawi tentang / dari persembahan-persembahan kepada Allah. Karena itu, tak diragukan, kita harus mengerti pemberian dari pemberian-pemberian oleh orang-orang Majus ini sebagai suatu persembahan agamawi.].

Sebagai argumentasi lain, beberapa penafsir mengatakan: kalau memang mereka menyembah Yesus sebagai seorang raja biasa, mengapa mereka tidak menyembah Herodes, yang juga adalah seorang raja?

Pulpit Commentary: “II. HOW DO THEY WORSHIP? 1. They worship Jesus as the King of the Jews. (1) ‘They fell down,’ etc., put themselves into that attitude which Orientals are accustomed to assume in presence of royalty. ... 2. They worship Jesus as the Christ of God. (1) They did not journey from the distant East to pay respect to an ordinary prince. The star had marked this prince as extraordinary and supernatural. Prophecy also had declared him to be Divine. (2) These Gentiles, in coming to the King of the Jews, claimed an interest in his kingdom. They did not honour Herod as they honoured Jesus. Neither did they pay religious worship to Mary.” [= II. Bagaimana mereka menyembah? 1. Mereka menyembah Yesus sebagai Raja orang-orang Yahudi. (1) ‘Mereka tersungkur’, dst., meletakkan diri mereka sendiri ke dalam sikap itu, yang biasa diambil orang-orang Timur di hadapan raja. ... 2. Mereka menyembah Yesus sebagai sang Kristus dari Allah. (1) Mereka tidak melakukan perjalanan dari Timur yang jauh untuk memberikan penghormatan kepada seorang pangeran / raja biasa. Bintang telah menandai pangeran / raja ini sebagai luar biasa dan supranatural. Nubuat juga telah menyatakan Dia sebagai Ilahi. (2) Orang-orang non Yahudi ini, dalam datang kepada Raja dari orang-orang Yahudi, mengclaim suatu partisipasi dalam kerajaanNya. Mereka tidak menghormati Herodes seperti mereka menghormati Yesus. Juga mereka tidak memberikan penyembahan agamawi kepada Maria.].

Catatan: Jangan heran kalau tafsiran-tafsiran dari Pulpit Commentary saling bertentangan karena buku tafsiran ini memberikan tulisan-tulisan dari banyak orang.

Matthew Henry: “They presented themselves to him: they fell down, and worshipped him. We do not read that they gave such honour to Herod, though he was in the height of his royal grandeur; but to this babe they gave this honour, not only as to a king (then they would have done the same to Herod), but as to a God. Note, All that have found Christ fall down before him; they adore him, and submit themselves to him. ‘He is thy Lord, and worship thou him.’ It will be the wisdom of the wisest of men, and by this it will appear they know Christ, and understand themselves and their true interests, if they be humble, faithful worshippers of the Lord Jesus.” [= Mereka memberikan / mempersembahkan diri mereka sendiri kepada Dia: mereka jatuh tersungkur, dan menyembah Dia. Kami tidak membaca bahwa mereka memberikan penghormatan seperti itu kepada Herodes, sekalipun ia ada dalam keagungan kerajaannya yang tertinggi; tetapi kepada Bayi ini mereka memberikan penghormatan ini, bukan hanya seperti kepada seorang raja (kalau demikian mereka akan sudah melakukan hal yang sama terhadap Herodes), tetapi seperti kepada Allah. Perhatikan, Semua orang yang telah menemukan Kristus jatuh tersungkur di hadapanNya; mereka memuja Dia, dan menundukkan diri mereka sendiri kepada Dia. ‘Ia adalah Tuhanmu, sembahlah Dia’ (Maz 45:12). Itu adalah kebijaksanaan dari orang-orang yang paling bijaksana, dan dengan ini terlihat bahwa mereka mengenal Kristus, dan mengerti diri mereka sendiri dan kepentingan-kepentingan mereka sendiri, jika mereka adalah penyembah-penyembah yang rendah hati, setia, dari Tuhan Yesus.].

Mazmur 45:12 - “Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!”.

KJV: ‘for he is thy Lord; and worship thou him.’ [= karena Ia adalah Tuhanmu; dan sembahlah Dia.].

Catatan: Maz 45 jelas adalah Mazmur tentang Mesias. Maz 45:7 dikutip dalam Ibr 1:8 dan ditujukan kepada Yesus.

Mazmur 45:7 - “Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran.”.

Ini terjemahannya salah.

KJV: ‘Thy throne, O God,’ [= TakhtaMu, ya Allah,].

Ibrani 1:8 - “Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran.”.

KJV: ‘But unto the Son he saith,’ [= Tetapi kepada Anak, Ia berkata,].

C. H. Spurgeon: “These wise men were not Unitarian, who disbelieved the deity of Christ. It has been said by some that they only meant that they were come to pay him the homage of a king. Then, why did they not worship Herod, and why did Herod say that he wished to worship him? It will not do, the thought is not to be endured for a single moment. The magi believed that he who was born King of the Jews was more than a human being, and they had come to worship him.” [= Orang-orang bijaksana ini bukanlah Unitarian, yang tidak mempercayai keAllahan Kristus. Telah dikatakan oleh beberapa orang bahwa mereka hanya memaksudkan untuk datang dan memberikan penghormatan dari seorang raja. Lalu, mengapa mereka tidak menyembah Herodes, dan mengapa Herodes berkata bahwa ia ingin menyembahNya? Itu tidak cocok, pemikiran itu tidak boleh ditoleransi / dibiarkan sebentarpun. Orang-orang Majus itu percaya bahwa Ia yang dilahirkan sebagai Raja orang Yahudi adalah lebih dari seorang manusia, dan mereka telah datang untuk menyembahNya.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 33.

c) Penafsiran salah / sesat tentang orang-orang Majus yang menemukan Yesus.

Pulpit Commentary: “What led them to the Christ? The mysterious star. The brightest light that shone in the Gentile firmament was but as a star compared with the Sun of Righteousness. There were good men among the heathen - men who in the darkness felt after the truth, if haply they might find it; who showed the work of the law written in their hearts; men like Socrates, Plato, Epictetus, earnest seekers after God. Their knowledge was as a star, beautiful, but pale; very limited in range and power, glimmering in the darkness. STILL, IT WAS ENOUGH, WE CANNOT DOUBT, FOR THEIR SALVATION. Their conscience bore witness; if they followed its guidance it would bring them safe to their journey’s end. That guiding star, conscience, the candle of the Lord within us, tells us of sin, of judgment, of salvation. It is set in our hearts to lead us to the Saviour. God grant that we may find him!” [= Apa yang membimbing mereka kepada Kristus? Bintang yang misterius. Terang yang paling terang yang bersinar di cakrawala orang-orang non Yahudi hanyalah sebuah bintang dibandingkan dengan Sang Surya Kebenaran. Di sana ada orang-orang baik di antara orang-orang kafir - orang-orang yang dalam kegelapan mencari kebenaran, jika kebetulan mereka bisa menemukannya; yang menunjukkan pekerjaan dari hukum Taurat tertulis dalam hati mereka; orang-orang seperti Socrates, Plato, Epictetus, pencari-pencari Allah yang sungguh-sungguh. Pengetahuan mereka adalah seperti sebuah bintang, indah, tetapi pucat; sangat terbatas dalam jarak dan kuasa, bersinar secara redup dalam kegelapan. TETAP, ITU ADALAH CUKUP, KAMI / KITA TAK BISA MERAGUKAN, UNTUK KESELAMATAN MEREKA. Hati nurani mereka memberi kesaksian; jika mereka mengikuti bimbingannya, itu akan membimbing mereka dengan aman sampai akhir perjalanan mereka. Bintang yang membimbing itu, hati nurani, lilin dari Tuhan di dalam kita, memberitahu kita tentang dosa, tentang penghakiman, tentang keselamatan. Itu diletakkan dalam hati kita untuk membimbing kita kepada sang Juruselamat. Kiranya Allah mengaruniakan sehingga kita bisa menemukan Dia!].

Catatan: Ini salah / sesat! Jelas tidak semua orang kafir mendapat bimbingan Tuhan untuk menemukan Yesus. Hati nurani hanya bisa menunjukkan dosa, tetapi tidak bisa menunjukkan Yesus / jalan keselamatan, apalagi untuk orang-orang yang hidup sebelum jaman Yesus. Kalau hati nurani sudah cukup untuk bisa menemukan Yesus, Tuhan tak perlu memberikan firmanNya / Alkitab kepada kita! Tetapi bagusnya, penulis itu tetap menekankan perlunya Juruselamat bagi siapapun untuk bisa diselamatkan. Dalam kata-kata selanjutnya, dalam khotbah yang sama, ia berkata sebagai berikut:

Pulpit Commentary: “The learned need a Saviour as much as the ignorant; the Magians must come to Christ as well as the shepherds. The best and holiest need him as much as the most sinful, the blessed virgin as much as the publican and the sinner.” [= Orang-orang terpelajar membutuhkan seorang Juruselamat sama seperti orang-orang yang bodoh / tak mempunyai pengetahuan. Orang-orang Majus harus datang kepada Kristus sama seperti para gembala. Orang-orang yang terbaik dan paling suci membutuhkan Dia sama seperti orang yang paling berdosa, sang perawan yang diberkati sama seperti pemungut cukai dan orang berdosa.].

Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi itu pasti menunjuk kepada Maria. Kita tidak mempercayai kesucian Maria. Alkitab dengan jelas sekali mengatakan bahwa semua manusia berdosa.

Roma 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. (11) Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”.


Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.

Ayub 25:4 - “Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih?”.

Dan Alkitab hanya mengecualikan Yesus, bukan Maria!

Ibrani 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.

2Korintus 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.

Karena itu, Maria harus datang kepada Kristus, dan seandainya tidak, ia akan sudah masuk ke neraka

d) Mereka memberikan persembahan, yaitu emas, kemenyan dan mur (Matius 2: 11b).

1. Ada 2 penafsiran tentang persembahan mereka ini:

a. Ada orang-orang yang menganggap bahwa persembahan ini mempunyai arti / makna, dan arti / maknanyapun bisa berbeda-beda.

Ada yang menganggap emas merupakan persembahan untuk seorang raja (Yesus adalah Raja), kemenyan untuk seorang imam (Yesus adalah imam / pengantara), dan mur untuk orang mati (Yesus datang untuk mati).

William Barclay: “Later legends have been busy with the wise men. In the early days, tradition said that there were twelve of them. But now the tradition that there were three is almost universal. The New Testament does not say that there were three, but the idea that there were three no doubt arose from the threefold gift which they brought. Later legend made them kings. And still later legend gave them names, Caspar, Melchior and Balthasar. Still later legend assigned to each a personal description, and distinguished the gift which each of them gave to Jesus. Melchior was an old man, grey-haired, and with a long beard, and it was he who brought the gift of gold. Caspar was young and beardless, and flushed with youth, and it was he who brought the gift of frankincense. Balthasar was swarthy, with the beard newly grown upon him, and it was he who brought the gift of myrrh.” [= Dongeng-dongeng belakangan telah sibuk dengan orang-orang bijaksana / Majus ini. Pada jaman awal, tradisi berkata bahwa mereka ada 12 orang. Tetapi sekarang tradisi bahwa mereka adalah 3 orang hampir bersifat universal. Perjanjian Baru tidak mengatakan bahwa mereka 3 orang, tetapi gagasan bahwa mereka adalah 3 orang tak diragukan muncul dari 3 macam pemberian yang mereka bawa. Dongeng belakangan membuat mereka raja-raja. Dan dongeng yang lebih belakangan lagi memberi mereka nama-nama, Caspar, Melchior dan Balthasar. Dongeng yang lebih belakangan lagi memberi kepada masing-masing penggambaran pribadi, dan membedakan pemberian yang masing-masing dari mereka berikan kepada Yesus. Melchior adalah seorang tua, berambut abu-abu, dan dengan janggut panjang, dan dialah yang membawa pemberian emas. Caspar muda dan tak berjanggut, dan bersinar dengan kemudaan, dan dialah yang membawa pemberian kemenyan. Balthasar berkulit hitam, dengan janggut yang baru tumbuh padanya, dan dialah yang membawa pemberian mur.].

Catatan: kata-kata Barclay ini saya berikan sekedar untuk menunjukkan betapa banyak dongeng-dongeng yang tak berdasar yang dipercayai orang. Jadi, bodohlah orang-orang yang mempercayai tradisi yang tak bisa dijamin kebenarannya seperti ini. Dan kebodohan seperti ini adalah kebodohan yang mengarahkan orang pada kesesatan!

William Barclay: “From very early times, the gifts the wise men brought have been seen as particularly fitting. Each gift has been seen as representing something which specially matched some characteristic of Jesus and his work. (1) Gold is the gift of a king. Seneca, the Roman philosopher, tells us that in Parthia it was the custom that no one could ever approach the king without a gift. And gold, the king of metals, is the fit gift for a king. So, Jesus was ‘the Man born to be King’. But he was to reign not by force but by love; and he was to rule over human hearts, not from a throne, but from a cross. We do well to remember that Jesus Christ is King. We can never meet Jesus on equal terms. We must always meet him on terms of complete submission. … Before we can be friends with Christ, we must submit to Christ. (2) Frankincense is the gift for a priest. It was in the Temple worship and at the Temple sacrifices that the sweet perfume of frankincense was used. The function of a priest is to open the way to God for men and women. The Latin word for priest is pontifex, which means a bridge-builder. The priest is the one who builds a bridge between human beings and God. That is what Jesus did. He opened the way to God; he made it possible for us to enter into the very presence of God. (3) Myrrh is the gift for one who is to die. Myrrh was used to embalm the bodies of the dead. Jesus came into the world to die. ... Jesus came into the world to live for men and women, and, in the end, to die for them. He came to give for us his life and his death. Gold for a king, frankincense for a priest, myrrh for one who was to die - these were the gifts of the wise men, and, even at the cradle of Christ, they foretold that he was to be the true king, the perfect high priest, and in the end the supreme Saviour of the world.” [= Sejak masa yang sangat awal, pemberian-pemberian dari orang-orang bijaksana / Majus telah dilihat sebagai cocok secara khusus. Setiap pemberian telah dilihat sebagai mewakili sesuatu yang secara khusus cocok dengan beberapa karakteristik dari Yesus dan pekerjaanNya. (1) Emas adalah pemberian untuk seorang raja. Seneca, ahli filsafat Romawi, memberitahu kita bahwa di Parthia merupakan kebiasaan bahwa tak seorangpun bisa mendekati raja tanpa suatu pemberian. Dan emas, raja dari logam, adalah pemberian yang cocok untuk seorang raja. Jadi, Yesus adalah ‘Orang yang dilahirkan untuk menjadi Raja’. Tetapi Ia akan / harus memerintah bukan dengan kekuatan tetapi dengan kasih; dan Ia akan / harus memerintah atas hati manusia, bukan dari sebuah takhta, tetapi dari sebuah salib. Kita melakukan dengan baik kalau kita mengingat bahwa Yesus Kristus adalah Raja. Kita tidak pernah bisa menemui Yesus pada tingkat yang sama. Kita harus selalu menemui Dia dengan syarat ketundukan sepenuhnya. ... Sebelum kita bisa bersahabat dengan Kristus, kita harus tunduk kepada Kristus. (2) Kemenyan adalah pemberian untuk seorang imam. Di dalam ibadah / penyembahan Bait Suci dan pada korban-korban Bait Suci minyak wangi kemenyan yang manis digunakan. Fungsi dari seorang imam adalah membuka jalan kepada Allah untuk laki-laki dan perempuan. Kata bahasa Latin untuk imam adalah PONTIFEX, yang berarti seorang pembangun jembatan. Imam adalah orang yang membangun sebuah jembatan antara manusia dan Allah. Itu adalah apa yang Yesus lakukan. Ia membuka jalan kepada Allah; Ia membuatnya mungkin bagi kita untuk masuk ke dalam kehadiran Allah. (3) Mur adalah pemberian untuk seseorang yang akan mati. Mur digunakan untuk membalsem mayat dari orang mati. Yesus datang ke dalam dunia untuk mati. ... Yesus datang ke dalam dunia untuk hidup bagi orang laki-laki dan perempuan, dan pada akhirnya, untuk mati bagi mereka. Ia datang untuk memberi untuk kita hidup-Nya dan kematian-Nya. Emas untuk seorang raja, kemenyan untuk seorang imam, mur untuk seseorang yang akan mati - ini adalah pemberian-pemberian dari orang-orang bijaksana / Majus, dan, bahkan di tempat kelahiran Kristus, mereka meramalkan bahwa Ia akan / harus menjadi Raja yang benar, Imam Besar yang sempurna, dan pada akhirnya Juru selamat yang tertinggi dari dunia.].

Ada yang menganggap emas merupakan persembahan untuk seorang raja, kemenyan merupakan persembahan untuk Allah (karena dalam Perjanjian Lama kemenyan dibakar dan asapnya naik kepada Allah), dan mur merupakan persembahan untuk manusia yang harus mati (karena mur dipakai untuk membalsem orang mati).

Pulpit Commentary: “They offered costly gifts - gifts of mystic meaning. The frankincense was significant; it was offered to God in the services of the temple; offered to the holy Babe, it confessed his Divinity. Gold is offered to a king; the star had announced the approaching birth of the King of the Jews; the Magians recognized the infant Jesus as the promised King. Myrrh was used in preparing bodies for the grave. Nicodemus brought a mixture of myrrh and aloes (John 19:39), and laid therein the sacred body of the Lord. It may be that the gift of myrrh prefigured the blessed death which was to close the earthly life of the holy Babe.” [= Mereka mempersembahkan pemberian-pemberian yang mahal - pemberian-pemberian dari arti mistik. Kemenyan itu penting; itu dipersembahkan kepada Allah dalam kebaktian dari Bait Suci; dipersembahkan kepada sang Bayi kudus, itu mengakui keilahianNya. Emas dipersembahkan kepada seorang raja; bintang telah mengumumkan mendekatnya kelahiran dari Raja orang-orang Yahudi; orang-orang Majus mengenali bayi Yesus sebagai Raja yang dijanjikan. Mur digunakan untuk mempersiapkan tubuh / mayat bagi kubur. Nikodemus membawa suatu campuran dari mur dan minyak gaharu (Yoh 19:39), dan meletakkan di sana tubuh / mayat kudus dari Tuhan. Adalah mungkin bahwa pemberian mur menggambarkan lebih dulu kematian yang diberkati yang harus menutup kehidupan duniawi dari sang Bayi kudus.].

Yohanes 19:39 - “Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya.”.

William Hendriksen membahas hal ini secara sangat panjang lebar, dan pertama-tama ia menunjukkan bermacam-macam penggunaan dari 3 hal ini, yaitu emas, kemenyan, dan mur.

William Hendriksen: “This list of various uses is somewhat incomplete as any Concordance will indicate. However, it establishes the point to be noted, namely, that according to Scripture (both Old and New Testament) each of the three gifts brought by the wise men serves more than one purpose. Now if this is true, what justification did Origen (and many after him) have for saying that the magi brought ‘gold, as to a king; myrrh, as to one who was mortal; and incense, as to God’? Does not this representation amount to oversimplification? On the surface it would seem that it does. However, another look at the entire list of passages in which these three items are mentioned proves that, to say the least, there is an important element of truth in Origen’s observation. To begin with gold, it is striking how often in Scripture this precious metal is indeed associated with royalty: with the king, the queen, the vice-gerent, and the prince.” [= Daftar dari bermacam-macam penggunaan ini agak tidak lengkap seperti konkordansi manapun akan tunjukkan. Tetapi, itu meneguhkan pokok yang harus diperhatikan, yaitu bahwa menurut Kitab Suci (baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) masing-masing dari tiga pemberian yang dibawa oleh orang-orang Majus memberikan lebih dari satu tujuan. Sekarang jika ini adalah benar, pembenaran apa yang dipunyai oleh Origen (dan banyak setelah dia) untuk mengatakan bahwa orang-orang Majus membawa ‘emas, berkenaan dengan seorang raja; mur, berkenaan dengan seseorang yang fana; dan kemenyan, berkenaan dengan Allah’? Tidakkah penggambaran ini sama dengan penyederhanaan yang menyebabkan kesalahan? Pada permukaannya kelihatannya memang begitu. Tetapi kalau kita melihat lagi pada seluruh daftar text-text dalam mana tiga hal / benda ini disebutkan, membuktikan bahwa, setidaknya di sana ada suatu elemen kebenaran yang penting dalam pengamatan Origen. Mulai dengan emas, merupakan sesuatu yang menyolok betapa sering dalam Kitab Suci logam berharga ini memang dihubungkan dengan kerajaan: dengan raja, ratu, wakil, dan pangeran.].

William Hendriksen lalu memberi banyak contoh dalam Alkitab dimana emas digunakan oleh raja, ratu dan sebagainya.

William Hendriksen: “We see, therefore, that to anyone acquainted with the books of the Old Testament gold would almost immediately suggest royalty.” [= Karena itu, kita / kami melihat bahwa bagi siapapun yang akrab dengan kitab-kitab dari Perjanjian Lama emas hampir segera menunjukkan kerajaan.].

William Hendriksen: “As to frankincense (literally meaning pure incense), the Old Testament word is derived from a root meaning white. ... As to frankincense, in by far the most of the cases in which this word occurs in the Old Testament it is mentioned in connection with the service of Jehovah. ... According to Exod. 30:34 it entered as an ingredient into the composition of incense, with respect to which it is specifically stated that it is not for the people but only for Jehovah (Exod. 30:37). In the Old Testament the basic word incense occurs more than one hundred times. In the New Testament it is found in Luke 1:9–11 and Rev. 8:3,4. Whenever it occurs it has to do with the service of God. In offering incense, burning coals were taken from the altar of burnt offering and placed on the altar of incense, the golden altar that stood in the holy place immediately in front of the holy of holies. On these coals the incense was then sprinkled. The fragrant smoke rising heavenward was symbolical of the prayers and thanksgivings of the people and the priests. The incense was definitely an offering made to God (see Luke 1:9 f.; Rev. 5:8; 8:3). Frankincense, and also incense in general, immediately suggests God, therefore. It belongs to him, to him alone. ... It is clear, therefore, that just as gold and king go together, so do also incense and God.” [= Berkenaan dengan kemenyan (secara hurufiah berarti ukupan murni), kata Perjanjian Lama itu diturunkan dari suatu akar kata yang berarti putih. ... Berkenaan dengan kemenyan, dalam kebanyakan kasus dalam mana kata ini muncul dalam Perjanjian Lama itu disebutkan berhubungan dengan pelayanan dari Yehovah. ... Menurut Keluaran 30:34 itu masuk sebagai suatu bahan / unsur ke dalam komposisi dari ukupan, berkenaan dengan apa itu secara khusus dinyatakan bahwa itu bukan untuk orang-orang tetapi hanya untuk Yehovah (Keluaran 30:37). Dalam Perjanjian Lama kata dasar ukupan muncul lebih dari 100 x. Dalam Perjanjian Baru itu ditemukan dalam Lukas 1:9-11 dan Wahyu 8:3,4. Kapanpun itu muncul itu berhubungan dengan pelayanan Allah. Dalam mempersembahkan ukupan, batu bara / arang membara diambil dari mezbah dari korban bakaran dan diletakkan di mezbah pembakaran ukupan, mezbah emas yang berada di Ruang Suci langsung di depan Ruang Maha Suci. Pada arang ini ukupan lalu dipercikkan. Asap yang harum / wangi yang naik ke atas merupakan simbol dari doa-doa dan ucapan-ucapan syukur dari bangsa / orang-orang dan imam-imam. Ukupan pasti merupakan suatu persembahan yang dibuat bagi Allah (lihat Lukas 1:9-dst; Wahyu 5:8; 8:3). Karena itu, kemenyan, dan juga ukupan secara umum, segera menunjukkan Allah. Itu adalah milik-Nya, milik-Nya sendiri. ... Karena itu jelaslah bahwa sama seperti emas dan raja berjalan bersama-sama, begitu juga ukupan dan Allah.].

Catatan: dalam Alkitab Indonesia ‘frankincense’ biasanya diterjemahkan ‘kemenyan’, dan ‘incense’ biasanya diterjemahkan ‘ukupan’. Tetapi ada juga ayat-ayat, seperti misalnya Wah 5:8 dan Wah 8:3-4, dimana ‘incense’ diterjemahkan ‘kemenyan’, dan dalam Kel 30:34 ‘pure frankincense’ diterjemahkan ‘kemenyan yang tulen’.

Keluaran 30:34,37 - “(34) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Ambillah wangi-wangian, yakni getah damar, kulit lokan dan getah rasamala, wangi-wangian itu serta kemenyan yang tulen, masing-masing sama banyaknya. ... (37) Dan tentang ukupan yang harus kaubuat menurut campuran yang seperti itu juga janganlah kamu buat bagi kamu sendiri; itulah bagian untuk TUHAN, yang kudus bagimu.”.

Lukas 1:9-11 - “(9) Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ. (10) Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan. (11) Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan.”.

Wahyu 5:8 - “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.”.

Wahyu 8:3-4 - “(3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.”.

William Hendriksen: “As to myrrh, in the more than a dozen Old Testament passages where the word occurs it is mentioned in connection with the service of Jehovah in only one instance. It enters into the composition of anointing oil (Exod. 30:22–33). For the rest, as has already been indicated, it was a perfume used by and in the interest of mortal man, to make his life more pleasant, his pain less dreadful, and his burial less repulsive.” [= Berkenaan dengan mur, dalam lebih dari selusin text-text Perjanjian Lama dimana kata itu muncul, kata itu disebutkan berhubungan dengan pelayanan Yehovah dalam hanya satu contoh / kejadian. Kata itu masuk ke dalam komposisi dari minyak urapan (Kel 30:22-33). Untuk sisanya, seperti telah ditunjukkan, itu adalah minyak wangi yang digunakan oleh dan demi kepentingan dari orang yang fana, untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan, rasa sakitnya kurang menakutkan, dan penguburannya kurang menjijikkan.].

Dan akhirnya William Hendriksen memberikan kesimpulan ini:

William Hendriksen: “It has been established, therefore, that Origen had good reason to say that the magi brought ‘gold, as to a king; myrrh, as to one who was mortal; and incense, as to God.’” [= Karena itu, telah diperlihatkan / dibuktikan bahwa Origen mempunyai alasan yang baik untuk mengatakan bahwa orang-orang Majus membawa ‘emas, berkenaan dengan seorang raja; mur, berkenaan dengan orang yang fana; dan kemenyan, berkenaan dengan Allah.’].

William Hendriksen: “these important men not only prostrated themselves before him but presented him with gifts that were not only lavish but also definitely appropriate; gold, for he was and is indeed a king - yes, ‘King of kings and Lord of lords’ - frankincense, for he is indeed God - the fulness of the godhead dwells in him - and myrrh, for he is also man, destined for death, and this by his own choice. How much of this the wise men understood we do not know. Let it suffice to say that their coming, the homage they rendered, and the gifts they offered were acceptable in the eyes of God.” [= orang-orang penting ini bukan hanya meniarapkan diri mereka sendiri (menyembah) di hadapanNya, tetapi memberi Dia pemberian-pemberian yang bukan hanya mahal tetapi juga pasti cocok; emas, karena Ia dari dulu sampai sekarang memang adalah seorang Raja - ya, ‘Raja atas segala raja dan Tuhan atas segala Tuhan’ - kemenyan, karena Ia memang adalah Allah - kepenuhan dari keAllahan tinggal di dalam Dia - dan mur, karena Ia juga adalah manusia, ditentukan untuk kematian, dan ini oleh pilihanNya sendiri. Berapa banyak dari ini orang-orang bijaksana / Majus itu mengertinya kami tidak tahu. Cukuplah untuk mengatakan bahwa kedatangan mereka, penyembahan yang mereka berikan, dan pemberian-pemberian yang mereka persembahkan bisa diterima dalam pandangan Allah.].

Jadi, emas merupakan persembahan yang cocok bagi seorang raja, kemenyan merupakan persembahan yang cocok bagi Allah (Hendriksen / Pulpit Commentary) atau bagi imam (Barclay), dan mur merupakan persembahan yang cocok bagi orang mati.

b. Kebanyakan penafsir hanya menganggap bahwa orang-orang Majus ini memberikan hal-hal terbaik dari tempat asal mereka. Ini merupakan suatu teladan bagi kita untuk juga selalu memberikan yang terbaik bagi Kristus!

Jamieson, Fausset & Brown: “That the gold was presented to the infant King in token of His royalty; the frankincense in token of His divinity, and the myrrh, of his sufferings; or that they were designed to express His divine and human natures; or that the prophetic, priestly, and kingly offices of Christ are to be seen in these gifts; ... - all these are, at the best, precarious suppositions.” [= Bahwa emas diberikan kepada Raja yang masih bayi sebagai tanda / simbol dari kerajaanNya; kemenyan sebagai tanda / simbol dari KeilahianNya, dan mur, dari penderitaanNya; atau bahwa mereka dirancang untuk menyatakan hakekat Ilahi dan hakekat manusiaNya; atau bahwa jabatan-jabatan nabi, imam, dan raja dari Kristus harus bisa dilihat dalam pemberian-pemberian ini; ... - semua ini paling-paling merupakan anggapan-anggapan / perkiraan-perkiraan yang tidak pasti.].

Calvin: “Their presents show whence they came: for there can be no doubt that they brought them as the choicest productions of their country. ... Almost all the commentators indulge in speculations about those gifts, as denoting the kingdom, priesthood, and burial of Christ. They make ‘gold’ the symbol of his kingdom, - ‘frankincense,’ of his priesthoods, - and ‘myrrh,’ of his burial. I see no solid ground for such an opinion. It was customary, we know, among the Persians, when they offered homage to their kings, to bring a present in their hands. The Magi select those three for the produce of which Eastern countries are celebrated; just as Jacob sent into Egypt the choicest and most esteemed productions of the soil.” [= Hadiah-hadiah mereka menunjukkan dari mana mereka datang: karena tak diragukan bahwa mereka membawa hadiah-hadiah itu sebagai hasil-hasil pilihan / terbaik dari negara mereka. ... Hampir semua penafsir menuruti kesukaannya dalam spekulasi-spekulasi tentang pemberian-pemberian ini, sebagai menunjukkan kerajaan, imamat, dan penguburan Kristus. Mereka membuat ‘emas’ simbol dari kerajaanNya, - ‘kemenyan’ simbol dari imamatNya, - dan ‘mur’, simbol dari penguburanNya. Saya tidak melihat dasar yang kuat untuk pandangan seperti itu. Kami tahu bahwa merupakan kebiasaan di antara orang-orang Persia, pada waktu mereka memberikan penghormatan / penyembahan kepada raja-raja mereka, untuk membawa suatu hadiah dalam tangan mereka. Orang-orang Majus memilih 3 hadiah itu sebagai hasil tentang mana negara-negara Timur terkenal; sama seperti Yakub mengirimkan ke Mesir hasil-hasil pilihan / terbaik dan paling dihargai dari tanah.].

Bdk. Kejadian 43:11 - “Lalu Israel, ayah mereka, berkata kepadanya: ‘Jika demikian, perbuatlah begini: Ambillah hasil yang terbaik dari negeri ini dalam tempat gandummu dan bawalah kepada orang itu sebagai persembahan: sedikit balsam dan sedikit madu, damar dan damar ladan, buah kemiri dan buah badam.”.

Adam Clarke: “‘Gold, and frankincense, and myrrh.’ Some will have these gifts to be emblematic of the Divinity, regal office, and manhood of Christ. ‘They offered him incense as their God; gold as their king; and myrrh, as united to a human body, subject to suffering and death.’ ... Rather, they offered him the things which were in most esteem among themselves; and which were productions of their own country.” [= ‘Emas, dan kemenyan, dan mur’. Beberapa / sebagian orang menghendaki pemberian-pemberian ini sebagai simbol dari Keilahian, jabatan raja, dan kemanusiaan Kristus. ‘Mereka mempersembahkan kepadaNya kemenyan sebagai Allah mereka; emas sebagai Raja mereka; dan mur, karena bersatu dengan suatu tubuh manusia, tunduk pada penderitaan dan kematian’. ... Lebih baik, mereka mempersembahkan kepadaNya hal-hal yang paling dihargai di antara mereka sendiri; dan yang merupakan hasil-hasil dari negara mereka sendiri.].

Barnes’ Notes: “The offerings here referred to were made because they were the most valuable which the country of the Magi or wise men produced. They were tokens of respect and homage which they paid to the new-born King of the Jews. They evinced their high regard for him, and their belief that he was to be an illustrious prince; and the fact that their deed is recorded with approbation shows us that we should offer our most valuable possessions, our all, to the Lord Jesus Christ. Wise men came from far to do him homage, and bowed down, and presented their best gifts and offerings. It is right that we give to him also our hearts, our property, our all.” [= Persembahan-persembahan yang ditunjukkan di sini dibuat karena mereka merupakan yang paling berharga yang dihasilkan oleh negara dari orang-orang Majus atau orang-orang bijaksana. Hadiah-hadiah itu adalah tanda dari rasa hormat dan penghormatan / penyembahan yang mereka berikan kepada Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Mereka menunjukkan penghormatan mereka yang tinggi bagiNya, dan kepercayaan mereka bahwa Ia akan menjadi seorang pangeran / raja yang penting / menonjol / berpengaruh; dan fakta bahwa tindakan mereka dicatat dengan penerimaan / persetujuan menunjukkan kepada kita bahwa kita harus mempersembahkan milik kita yang paling berharga, semua milik kita, kepada Tuhan Yesus Kristus. Orang-orang bijaksana / Majus datang dari jauh untuk menghormatiNya, dan menyembah, dan memberikan pemberian-pemberian dan persembahan-persembahan terbaik mereka. Adalah benar bahwa kita juga memberi kepada Dia hati kita, kekayaan kita, semua milik kita.].

Pulpit Commentary: “The Magi opened their rich stores and presented them to the Child. They set out with the object of worshipping him; this is the way in which they performed their intention. Their liturgy was an act of sacrifice. It is unworthy only to seek Christ for the sake of the good we hope to obtain for ourselves. He is worthy of adoration, and we can best express our adoration by service and sacrifice. Some will not measure the gift. He whose heart is on fire with devotion to Christ will not ask with what minimum will his Lord be satisfied; he will love to give his best.” [= Orang-orang Majus membuka simpanan mereka yang kaya dan memberikannya kepada Anak itu. Mereka berangkat dengan tujuan menyembah Dia; ini adalah jalan dalam mana mereka melaksanakan tujuan / maksud mereka. Penyembahan mereka merupakan suatu tindakan dari pengorbanan. Merupakan sesuatu yang tidak layak untuk mencari Kristus hanya demi hal-hal baik yang kita harapkan untuk dapatkan bagi diri kita sendiri. Ia layak untuk mendapatkan pemujaan kita, dan kita bisa menyatakan pemujaan kita dengan cara terbaik oleh pelayanan dan korban. Beberapa / sebagian orang tidak mau mengukur pemberian. Ia yang hatinya berkobar-kobar dengan pembaktian kepada Kristus tidak akan bertanya berapa PEMBERIAN MINIMUM yang memuaskan Tuhannya; ia akan senang untuk memberi yang terbaik.].

2. Persembahan dari orang kaya.

Pulpit Commentary: “V. THE HOMAGE OF WEALTH. Tradition has called the Wise Men ‘kings.’ Certainly they were men of substance, as they brought with them costly gifts. We think of Christ as the Friend of the poor, but we have no right to narrow our conception of his sympathy to any one class of society. He is equally the friend of the rich, when the rich accept his friendship - e.g. Zacchæus. Moreover, the rich need Christ as much as the poor. The rich, too, have the privilege of giving to him from their wealth.” [= V. PENGHORMATAN / PERSEMBAHAN DARI KEKAYAAN. Tradisi telah menyebut orang-orang Bijaksana / Majus ‘raja-raja’. Pastilah mereka adalah orang-orang kaya, karena mereka membawa bersama mereka pemberian-pemberian yang mahal. Kita berpikir tentang Kristus sebagai Sahabat dari orang-orang miskin, tetapi kita tidak mempunyai hak untuk menyempitkan konsep kita tentang simpatiNya pada satu kelas / golongan masyarakat yang manapun. Ia secara sama / setara adalah sahabat dari orang kaya, pada waktu orang kaya menerima persahabatanNya - contoh, Zakheus. Selanjutnya / lebih lagi, orang kaya membutuhkan Kristus sama banyaknya dengan yang orang miskin butuhkan. Orang kaya, juga, mempunyai hak memberikan kepadaNya dari kekayaan mereka.].

3. Apakah orang-orang Majus memberi emas dalam jumlah banyak sehingga membuat Yesus kaya sejak lahir?

Lukas 2:24 - “dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.”.


Calvin (tentang Lukas 2:24): “When the Evangelist mentions ‘a pair of turtle-doves, or two young pigeons,’ he takes for granted that his readers will understand, that Joseph and Mary were in such deep poverty, as not to have it in their power to offer a lamb. For this exception is expressly mentioned: ‘If she be not able to bring a lamb, then she shall bring two turtles, or two young pigeons,’ (Leviticus 12:8.) Is it objected, that the Magi had very recently supplied them with a sufficiency of gold to make the purchase? I reply: We must not imagine that they had such abundance of gold as to raise them suddenly from poverty to wealth. We do not read, that their camels were laden with gold. It is more probable that it was some small present, which they had brought solely as a mark of respect.” [= Pada waktu sang Penginjil menyebutkan ‘sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati,’ ia menganggap sebagai sesuatu yang benar bahwa para pembacanya akan mengerti, bahwa Yusuf dan Maria ada dalam kemelaratan yang dalam seperti itu, sehingga tidak mempunyainya dalam kuasa mereka untuk mempersembahkan seekor anak domba. Untuk hal ini perkecualian dinyatakan secara explicit: ‘Jika ia tidak mampu untuk membawa seekor anak domba, maka ia harus membawa dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati’, (Imamat 12:8). Apakah ada keberatan bahwa orang-orang Majus baru-baru saja telah menyuplai mereka dengan emas yang cukup untuk membelinya? Saya menjawab: Kita tidak boleh membayangkan bahwa mereka mempunyai emas yang sangat banyak seperti itu sehingga dengan mendadak mengangkat mereka dari kemelaratan menjadi kaya. Kita tidak membaca, bahwa unta-unta mereka dimuati dengan emas. Adalah lebih memungkinkan bahwa itu adalah suatu hadiah / pemberian yang kecil, yang telah mereka bawa sebagai suatu tanda penghormatan.].

Imamat 12:6-8 - “(6) Bila sudah genap hari-hari pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak perempuan haruslah dibawanya seekor domba berumur setahun sebagai korban bakaran dan seekor anak burung merpati atau burung tekukur sebagai korban penghapus dosa ke pintu Kemah Pertemuan, dengan menyerahkannya kepada imam. (7) Imam itu harus mempersembahkannya ke hadapan TUHAN dan mengadakan pendamaian bagi perempuan itu. Demikianlah perempuan itu ditahirkan dari leleran darahnya. Itulah hukum tentang perempuan yang melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan. (8) Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan seekor kambing atau domba, maka haruslah ia mengambil dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang seekor sebagai korban bakaran dan yang seekor lagi sebagai korban penghapus dosa, dan imam itu harus mengadakan pendamaian bagi perempuan itu, maka tahirlah ia.’”.

Bible Knowledge Commentary: “These gifts were obviously the means by which Joseph took his family to Egypt and sustained them there until Herod died.” [= Pemberian-pemberian ini jelas merupakan cara dengan mana Yusuf membawa keluarganya ke Mesir dan menopang mereka di sana sampai Herodes mati.].

3) Orang-orang Majus tidak kembali kepada Herodes tetapi pulang melalui jalan yang lain.

Matius 2: 12: “Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.”.

a) Mereka diperingati dalam mimpi (oleh Allah) untuk tidak kembali kepada Herodes, maupun kepada orang-orang Yerusalem, orang-orang yang tidak layak mendapatkan laporan mereka tentang Kristus, yang sebetulnya bisa mereka lihat dengan mata mereka sendiri, tetapi yang mereka tidak mau melihatNya. Mereka pulang melalui jalan lain ke negerinya, untuk memberitakan kabar baik ini kepada orang-orang senegara mereka.

Pulpit Commentary: “4. Their departure. They were warned of God. Perhaps they had consulted him, as the Greek word seems to imply. They could not trust Herod; the contrast between his dark character and the beautiful simplicity of the holy family at Bethlehem struck them, and awakened their suspicions. They feared the designs of Herod. They sought counsel of God; he provided for the safety of the holy Child; he warned them; they departed to their own country.” [= 4. Keberangkatan mereka. Mereka diperingatkan oleh Allah. Mungkin mereka telah berkonsultasi dengan Dia, seperti terlihat secara implicit dari arti kata Yunaninya. Mereka tidak bisa mempercayai Herodes; kontras antara karakternya yang gelap / jahat dan kesederhanaan yang indah dari keluarga Kudus di Betlehem memasuki pikiran mereka, dan membangunkan kecurigaan mereka. Mereka takut pada rancangan-rancangan Herodes. Mereka mencari bimbingan dari Allah; Ia menyediakan untuk keamanan dari sang Anak yang kudus; Ia memperingati mereka; mereka berangkat / pulang ke negara mereka sendiri.].

Catatan: kata Yunani yang diterjemahkan ‘diperingatkan’ adalah χρηματισθέντες (KHREMATISTHENTES), dan menurut Bible Works memang bisa berarti ‘to make answer to those who ask for advice’ [= memberi jawaban kepada mereka yang meminta nasehat].

Jadi, adalah mungkin bahwa mereka curiga terhadap Herodes dan lalu meminta bimbingan Tuhan berkenaan dengan hal itu, dan Tuhan membimbing mereka untuk pulang ke negara mereka melalui jalan lain.
KISAH KELAHIRAN YESUS KRISTUS (MATIUS 2:1-12)
William Hendriksen: “It is often difficult for thoroughly honest men to understand hypocrites, and for generous people to catch on to the schemes of self-seekers. So it is not surprising that the magi had failed to see what Herod was actually up to when he said, ‘Report to me that I too may come and worship him.’ But though the eyes of the wise men are not sharp enough to penetrate the king’s disguise, before God nothing is hidden (Heb. 4:13). He does not want any harm to befall the magi, nor does he want the life of his Son to be taken away before the latter has finished the work which his Father had given him to do. So the magi must be warned (verse 12), and so must Joseph (verse 13). In each case the warning arrives during a dream.” [= Seringkali sukar bagi orang-orang jujur untuk mengerti orang-orang munafik, dan bagi orang-orang yang murah hati untuk mengerti rencana rahasia dari pencari-pencari diri sendiri. Maka tidaklah mengherankan bahwa orang-orang Majus telah gagal untuk melihat apa yang sebetulnya Herodes rencanakan pada waktu ia berkata ‘Laporkan kepadaku supaya aku juga bisa datang dan menyembah Dia’. Tetapi sekalipun mata dari orang-orang bijaksana / Majus tidak cukup tajam untuk menembus penyamaran / kepura-puraan sang raja, di hadapan Allah tak ada apapun yang tersembunyi (Ibr 4:13). Ia tidak mau bencana apapun menimpa orang-orang Majus, juga Ia tidak mau kehidupan / nyawa AnakNya diambil sebelum Ia menyelesaikan pekerjaan yang BapaNya berikan kepadaNya untuk dilakukan. Jadi orang-orang Majus harus diperingatkan, dan demikian juga Yusuf (ayat 13). Dalam setiap kasus peringatan datang selama suatu mimpi.].

Ibrani 4:13 - “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”.

b) Kita tidak pernah mendengar apa-apa lagi dalam Alkitab tentang orang-orang Majus ini, tetapi Pulpit Commentary mengatakan bahwa mereka pulang sebagai orang beriman, dan akhirnya mati sebagai orang yang beriman, karena kalau Allah memulai suatu pekerjaan baik, Ia pasti menyelesaikannya.


Pulpit Commentary: “We know no more of them certainly; we cannot doubt that they were saints of God. Their pilgrimage was not in vain; they carried back the lessons they had learned, and died at the last in the faith of him whom they had worshipped. We may be sure of this - sure that he who had begun the good work within their hearts would complete it. Their character is strikingly beautiful; simple faith, undoubting obedience, deep loving reverence, love that showed itself in costly offerings, - these were the graces that shone forth in the first Gentiles to whom the Saviour of the world was manifested.” [= Kita tidak tahu lebih tentang mereka dengan pasti; kita tidak bisa meragukan bahwa mereka adalah orang-orang kudus dari Allah. Perjalanan ziarah mereka tidaklah sia-sia; mereka membawa pulang pelajaran yang telah mereka pelajari, dan akhirnya mati dalam iman kepada Dia yang telah mereka sembah. Kita bisa pasti tentang ini - pastilah Dia yang telah memulai suatu pekerjaan baik di dalam hati mereka akan menyelesaikan / menyempurnakannya. Karakter mereka indah secara menyolok; iman yang sederhana, ketaatan tanpa keraguan, rasa hormat / takut dan penuh kasih yang dalam, kasih yang menunjukkan dirinya sendiri dalam persembahan-persembahan yang mahal, - hal-hal ini adalah kasih karunia - kasih karunia yang bersinar dalam orang-orang non Yahudi yang pertama kepada siapa sang Juruselamat dunia dinyatakan.].

Bdk. Filipi 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.”.

Siapapun yang sudah datang / percaya dengan sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus, bukan hanya sudah selamat, tetapi juga tidak akan kehilangan keselamatannya. Tetapi persoalannya, sudahkah saudara datang / percaya kepada Kristus? Saudara sudah sering kali merayakan Natal, tetapi sudah pernahkah saudara betul-betul datang / percaya kepada Kristus? Kalau belum, datanglah sekarang juga, dan saudara pasti akan selamat! Kiranya Tuhan memberkati saudara!.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post