APAKAH DOKTRIN ROH KUDUS PERSPEKTIF KHARISMATIK BERBEDA DARI PROTESTAN ORTODOKSI DAN INJILI KONSERVATIF?

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.
DOKTRIN ROH KUDUS KHARISMATIK
Perbedaan doktrin Roh Kudus penganut Kharismatik dari non Kharismatik terutama berhubungan dengan keyakinan bahwa karunia-karunia ajaib dari Roh Kudus masih terus berfungsi dengan kadar yang sama dengan saat gereja baru saja berkembang. (Iverson, Dick., 1994. Roh Kudus Masa Kini, Diktat. Terjemahan, Harvest International Theological Seminary, Harvest Publication House: Jakarta, hal. 56). 

Para penganut Kharismatik percaya bahwa karunia-karunia rohani atau Charismata seperti yang disebutkan dalam Roma 1:11; 5:15, 16; 6:23; 11:29; 12:6; 1 Korintus 1:7; 7:7; 12:4, 9, 28, 30, 31; 2 Korintus 1:11; 1 Timotius 4:14; 1 Timotius 1:6; 1 Petrus 4:10, bukan hanya berlaku bagi gereja masa lalu tetapi juga untuk gereja masa kini. Karunia-karunia rohani harus menjadi bagian dari Gereja hingga Kristus datang kembali. Pengakuan akan kontinuitas dari eksistensi Charismata ini telah dianggap sebagai ciri utama Kharismatik. 

Harus diingat bahwa perbedaan-perbedaan ini berada dalam wilayah isu-isu yang non esensial atau yang sifatnya sekunder. Karena itu seharusnya perbedaaan itu haruslah dianggap sebagai kekayaan keanekaragaman dalam Kekristenan dan harus diberi ruang untuk sebuah toleransi dan kebebasan. 

Namun sekali lagi yang harus diketahui, pada umumnya Kharismatik sepakat dengan kaum Injil tentang doktrin-doktrin esensial (primer) dan utama yaitu: Inspirasi dan otoritas Alkitab, Allah Tritunggal, Kepribadian Kristus yang hipostatik dengan dua natur, keberdosaan manusia akibat kejatuhan dalam dosa, keselamatan hanya karena anugerah yang diterima melalui iman kepada Kristus saja, kebangkitan tubuh, kedatangan Kristus kembali, adanya surga dan neraka. Namun sayangnya perbedaan pada tingkat sekunder tentang karunia-karunia rohani tersebut ini telah dianggap seakan-akan sebagai perbedaan yang primer (esensial) oleh para openan Kharismatik.

Karena itu, haruslah dipahami bahwa pada umumnya doktrin Roh Kudus yang diakui oleh Kharismatik kompatibel (selaras) dengan ajaran dan keyakinan Protestan Ortodoksi dan Injili Konservatif, serta gereja-gereja arus utama lainnya. Para penganut Kharismatik percaya akan Keilahian dan Kepribadian Roh Kudus (Kisah Rasul 5:3-4). J. Rodman William, seorang teolog Presbyterian dan tokoh pembaharauan Kharismatik menjelaskan demikian, “The Holy Spirit is God. Whatever the various names or whatever the titles or symbols, all refer to God Himself. The Holy Spirit is not some reality less than God or other than God: He is God”. (William, J. Rodman., 1996. Renewal Theology: Systematic Theology from a Charismatic Perspective. Grand Rapids: Zondervan, page, 892). 

Selanjutnya ia juga menyatakan, ”The Holy Spirit is a person… The Holy Spirit is not merely a divine influence or power but is a person in His own right”. (Ibid, page. 896). Kevin J. Conner, seorang teolog dan pengajar Kharismatik dari Gerakan Hujan Akhir (Later Rain Movement) juga menegaskan hal sama tentang kepribadian dan keilahian Roh Kudus. Tentang Kepribadian Roh Kudus ia mengatakan demikian, “Roh Kudus dinyatakan dalam Alkitab sebagai Pribadi ketiga dalam Keallahan yang kekal. Sebutan ini sering dihubungkan dengan Pribadi Bapa dan Pribadi Anak”. (Conner, Kevin J., 2004. A Practical Guide to Christian Belief, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal. 170) 

Selanjutnya tentang keilahian Roh Kudus ia mengatakan demikian, “Alkitab juga memberikan kesaksian tentag fakta bahwa Roh Kudus adalah Allah, sederajat dengan Bapa dan Anak, tetapi Pribadi tersendiri dalam Keallahan yang kekal”. (Ibid, hal. 173). 

Dengan demikian jelaslah bahwa doktrin Kharismatik tentang Roh Kudus pada dasarnya selaras dengan yang diakui oleh Protestan Ortodoksi dan Injili Konservatif. 

Kharismatik juga mengakui bahwa Roh Kudus melahirkan kembali orang-orang berdosa (Titus 3:5; Bandingkan Yohanes 3:5,6) dan mendiami orang-orang percaya (Roma 8:9);1 Korintus 3:16; 6:17; 1 Yohanes 2:27). Melalui Roh Kudus, Kristus membaptiskan semua orang percaya sebagai anggota-anggota tubuh-Nya (1 Korintus 12:12-14). Roh Kudus memenuhi orang percaya dengan diriNya (kisah Para Rasul 2:4; Efesus 5:18). 

Melalui Roh Kudus, Allah Bapa memeteraikan jaminan keselamatan orang-orang percaya pada hari penyelamatan (Roma 8:16; Efesus 1:13-14). Roh Kudus adalah Pengajar Ilahi yang menerangi hati dan pikiran orang-orang percaya saat mereka mempelajari Firman Allah (Yohanes 16:13; 1 Korintus 2:9-12; 1 Yohanes 2:27). Para penganut Kharismatik percaya bahwa Roh Kudus berdaulat penuh dalam membagikan karunia-karunia Roh (1 Korintus 12:11). (A Practical Guide to Christian Belief, hal. 181-182)

1. Secara Doktrinal, Penganut Kharismatik Percaya Roh Kudus adalah Allah.

Sebagaimana semua orang Protestan konservatif yakin bahwa Roh Kudus adalah Allah, demikian juga penganut Kharismatik percaya keilahian Roh Kudus. Keilahian Roh Kudus ditunjukkan melalui sifat-sifat yang dimilikiNya yang hanya dimiliki Allah sendiri seperti: Ia kekal (Ibrani 9:14); Dia mengilhami para penulis Kitab Suci (2 Petrus 1:21); Dia terlibat dalam penciptaan dunia (Kejadian 1:2); Ia Mahahadir (Mazmur 139:7-10); Ia sanggup berada dimana-mana pada satu ketika, di saat yang sama; Ia Mahatahu (1 Korintus 2:10,11); Ia mengetahui segala sesuatu; Ia Mahakuasa (Lukas 1:35). 

Ia memiliki kuasa untuk melakukan segala sesuatu; Ia dihubungkan dengan Bapa dan Anak dengan status yang sama (Matius 28:19). (Penjelasan lebih lanjut tentang keilahian Roh Kudus: William, J. Rodman., Renewal Theology: Systematic Theology from a Charismatic Perspective. page, 893-895; Conner, Kevin J., A Practical Guide to Christian Belief, hal. 173-175; Iverson, Dick., Roh Kudus Masa Kini, Diktat, hal. 1-3)

2. Penganut Kharismatik Percaya Bahwa Roh Kudus adalah Pribadi Berdaulat. 

Keyakinan teologis bahwa Roh Kudus itu adalah Allah sangat penting, tetapi pengenalan terhadap Roh Kudus tidak boleh berhenti hanya sampai disitu. Roh Kudus adalah Allah, sebagai Pribadi ketiga dari Trinitas, Ia setara dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Karena itu sesungguhnya bagi Dia pun selayaknya diberikan penghormatan, penghargaan dan kemuliaan yang sama. Kita tidak seharusnya memperlakukan Dia sebagai Pribadi yang lebih rendah. 

Semua orang percaya perlu mengenal Roh Kudus sebagai Pribadi yang berdaulat. Secara praktis, banyak orang Kristen beranggapan bahwa Roh Kudus itu hanyalah kekuatan tak berwujud atau suatu pengaruh dan bukan suatu pribadi. Mereka memerlukan Roh Kudus sepertinya Roh Kudus itu hanya semacam kekuatan listrik atau bentuk kekuatan yang lain, sehingga mereka dapat mematikan dan menyalakannya sesuka mereka. 

Konsep ini salah sama sekali. Alkitab mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah Pribadi. Ia adalah Satu Pribadi yang memiliki otoritas (wibawa) dan kuasa yang besar, tapi Ia sendiri jauh lebih besar dari kekuatan yang dimilikiNya. Ia jelas layak menerima penghargaan dan hormat yang diberikan pada Allah Yang Mahakuasa. 

Perhatikan tiga bukti yang Alkitab katakan tentang Roh Kudus sebagai Pribadi: 

(1) Roh Kudus disebut dengan memakai kata ganti orang dalam bentuk maskulin (Yohanes 14:17; 15:26; 16:13, 14). 

(2) Roh Kudus memiliki kualitas sifat-sifat dasar suatu pribadi seperti: intelektualitas yaitu kemampuan untuk berpikir dan mencari alasan (Roma 8:5); kepekaan yaitu kemampuan untuk merasa (Efesus 4:30); dan kehendak yaitu kemampuan untuk memilih dan memutuskan. 

(3) Pernyataan-pernyataan dari kepribadianNya. Suatu kuasa atau pengaruh, tak sanggup untuk merasakan hal-hal yang Roh Kudus dapat rasakan. Contohnya, kita diperingatkan untuk tidak "mendukacitakan" Roh Kudus (Efesus 4:30). Ananias dan Safira "mendustai Roh Kudus" (Kisah Para Rasul 5: 3,4). 

Suatu kuasa atau kekuatan tidak dapat didukacitakan. Anda tidak dapat mendukacitakan atau menyakiti kekuatan daya listrik misalnya, hal itu tidak mempengaruhi jika menipu ataupun mencobainya. Suatu wujud kuasa atau kekuatan bukan merupakan satu pribadi yang dapat merasakan hal-hal seperti itu. Tetapi seseorang atau satu pribadi dapat didukacitakan, disakiti, didustai dan dicobai. 

Perhatikanlah pernyataan-pernyataan tentang kepribadian Roh Kudus di bawah ini: Ia merasa (Efesus 4:30), Ia menghibur (Kisah Para Rasul 9:31), Ia berpikir (Roma 8:5), Ia berbicara (Kisah Para Rasul 13:2), Ia berdoa (Roma 8:26), Ia mengajar (Yohanes 14:26), Ia mengerjakan seperti yang dikehendakiNya (1 Korintus 12:11), Ia melarang (Kisah Para Rasul 16:6), Ia melakukan mujizat-mujizat (Kisah Para Rasul 19:6). (Penjelasan lebih lanjut tentang kepribadian Roh Kudus William, J. Rodman., Renewal Theology: Systematic Theology from a Charismatic Perspective. page, 896-898; Conner, Kevin J., A Practical Guide to Christian Belief, hal. 168-173; Iverson, Dick., Roh Kudus Masa Kini, Diktat, hal. 4-8)

3. Penganut Kharismatik Percaya Bahwa Roh Kudus Masih Aktif dan Berkarya dalam Gerejanya dan Kehidupan Orang Percaya Masa Kini.

Kita seharusnya mengenal Roh Kudus dan karya-karyaNya masa kini sebagaimana kita mengenal kedua Pribadi Allah yang lain yaitu Bapa dan Anak (Kisah Para Rasul 5:3,4). Sebagaimana karya Kristus sangat penting dalam keselamatan dan gereja, demikian juga karya Roh Kudus. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa karya-karya Roh Kudus berhenti seiring dengan meninggalnya para rasul, atau karena Alkitab sudah selesai ditulis. 

Roh Kudus masih aktif dan berkarya dalam gerejaNya dan kehidupan orang percaya. (Penjelasan tentang masih berlanjutnya karya-karya Roh Kudus ini, silakan baca: Greig, Gary. S & Kevin N. Spinger, ed., 2001. Kebutuhan Gereja Saat ini. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang. Inilah hasil karya Para Pakar Alkitab dan Teologi, serta bidang kesarjaan lainnya, yang mendukung kontinusionisme, yaitu paham yang percaya bahwa karunia-karunia Roh Kudus masih berlanjut hingga kini).

Ayat-ayat yang memuat daftar karunia-karunia (charismata) yang Tuhan berikan kepada Gereja terdapat dalam Roma 12:6-8; 1 Korintus 12:4-11; Efesus 4:11-12; 1 Petrus 4:11. Menurut penganut Kharismatik, setiap orang percaya memiliki karunia-karunia yang berbeda-beda satu dengan yang lain, dan hingga kini karunia-karunia itu masih eksis di dalam dan melalui gereja. Dengan kata lain karunia-karunia ini belum berakhir sebagaimana yang diyakini oleh para penganut Sessasionisme yang mengajarkan bahwa “charismata” atau karunia-karunia rohani yang disebutkan dalam 1 Korintus 12 hanya berlaku pada zaman rasul-rasul saja. 

Menurut Stanley M. Burgess, pendapat yang mengajarkan berhentinya karunia-karunia Roh setelah masa para rasul, atau karena Alkitab sudah selesai ditulis jelaslah tidak didasarkan pada eksegese yang memadai terhadap teks-teks Alkitab, tetapi lebih merupakan asumsi pribadi dan reaksi terhadap orang-orang yang membela adanya pengalaman religius mengenai karunia-karunia yang istimewa. 

Stanley M. Burgess adalah Profesor bidang Studi Agama dari Southwest Mission State University, yang juga seorang pakar sejarah gereja mengatakan “Penganut sessaionisme menyatakan bahwa karunia-karunia kuasa yang nyata dalam gereja abad pertama tidak perlu dan tidak berfungsi lagi setelah kanon Perjanjian Baru selesai. Refresentatif dari pendapat ini adalah Benjamin Breckinrodge Warfield (1851-1921), seorang profesor teologi di Princenton. 

Warfield terutama memusuhi orang-orang yang membela adanya pengalaman religius dan orang-orang yang ersikeras mengenai adanya karunia-karunia rohani yang istimewa. Ia merasa bahwa orang-orang ini menggantikan kesempurnaan Alkitab dengan keagamaan yang subjektif. (Burgess, Stanley M. Pemberitaan Injil dengan Karunia-karunia Mukjizat Dalam Gereja Mula-mula Setelah Zaman Alkitab, dalam Greig, Gary. S & Kevin N. Spinger, ed., Kebutuhan Gereja Saat ini, hal 340.).

4. Penganut Kharismatik Normatif Mementingkan Keseimbangan Pengetahuan Akan Roh Kudus Secara Doktrinal dan Pengenalan Roh Kudus Secara Pribadi 

Para penganut Kharismatik menyadari bahwa pengetahuan doktrinal tentang Roh Kudus tidak secara otomatis menjadikan seseorang mengenal Roh Kudus secara pribadi. Disinilah kebutuhan akan kehadiran dan kuasa Roh Kudus dialami secara pribadi menjadi jelas. Mereka ingin mengenal Roh Kudus dan mengalami kuasaNya. 

Guillermo Maldonado, seorang pemimpin Kharismatik terkemuka saat ini mengatakan, “Ketika anda menginginkan pribadi Roh Kudus, ketika anda mengenal Dia dan memberi Dia tempat yang layak Ia dapatkan, maka gairah bagi Allah dan kuasaNya akan dihidupkan kembali di dalam diri anda. Anda akan menjadi lebih peka terhadap dunia rohani dan mulai mengenali apa yang berasal dari Tuhan dan apa yang bukan. Semangat yang menyala-nyala sesungguhnya, yang berasal dari Roh, akan mulai bertumbuh di dalam anda”. (Maldonado, Guillermo., 2017. 

Perjumpaan Ilahi Dengan Roh Kudus. Terjemahan, Penerbit Laight Publising: Jakarta, hal. 111). Iman Kristen bukan hanya sekedar untuk dibicarakan, tetapi harus dipraktikkan. Sekedar persetujuan mental terhadap doktrinal Roh Kudus tidaklah pernah memadai bagi kehidupan Kristen yang maksimal. A.W Tozer mengatakan, “Kita tidak berani menyimpulkan bahwa hanya karena kita mempelajari maka kita benar-benar mengenalNya. Pengenalan akan Roh Kudus hanya terjadi melalui perjumpaan pribadi dengan Roh Kudus itu sendiri”. (Tozer, A.W., 2002. Tozer Tentang Roh Kudus. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam, hal. 10)

Para penganut Kharismatik saat ini telah mengutamakan memelihara keseimbangan pengetahuan akan Roh Kudus baik secara doktrinal maupun pengenalan akan Roh Kudus secara praktis dalam suatu pengalaman rohani yang dinamis. Mereka menyadari bahwa pengalaman tentang Roh Kudus harus dibedakan, yaitu kebenaran objektif mengenai Roh Kudus dan pandangan manusia secara subjektif yang serba terbatas dan berpraduga tentang Dia. 


Pengalaman bersama Roh Kudus itu sangat diperlukan dengan demikian kita mengetahui bahwa sesuatu itu benar-benar nyata karena kita merasakan kehadiranNya, mengalami dan menyaksikan kuasaNya serta melihat bagaimana ia menjamah hidup kita dan orang lain. Tozer menyimpulkan, “pengetahuan yang didapat dari pengenalan secara pribadi selalu lebih baik dari pengetahuan yang didapat dari deskripsi”. (Tozer Tentang Roh Kudus., hal. 8). 

Tetapi untuk menguji pengalaman subjektif ini diperlukan norma yang lebih tinggi daripada pengalaman itu sendiri. Pengalaman harus diukur dalam terang Firman Allah. Hal yang subjek harus tunduk pada yang objek; hal yang tidak sempurna harus tunduk pada yang sempurna; Jika tidak, pengalaman yang tidak dituntun bisa menyebabkan kesalahan dan kekeliruan. 

Dick Iverson Pemimpin Kharismatik dari Gerakan Hujan Akhir (Later Rain Movement) mengingatkan, “Tidak peduli betapa yakinnya seseorang bahwa memiliki pernyataan dari Roh, namun jika pernyataan itu berkontradiksi dengan pengajaran Alkitab yang jelas, maka pernyataan tersebut tidak bisa diterima. Satu-satunya yang aman bagi kita supaya tidak masuk dalam ajatan yang sesat adalah tinggal di dalam batas-batas kebenaran yang dinyatakan dengan jelas di dalam Alkitab”. (Iverson, Dick., Roh Kudus Masa Kini, Diktat, hal. 66).APAKAH DOKTRIN ROH KUDUS PERSPEKTIF KHARISMATIK BERBEDA DARI PROTESTAN ORTODOKSI DAN INJILI KONSERVATIF?. 
https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post