EKSPOSISI YEHEZKIEL 36:26-37

Peniel C. D. Maiaweng.
EKSPOSISI  YEHEZKIEL 36:26-27
Yehezkiel 36:26-27 (TB) 26. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. 27.Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.

Dalam eksposisi Yehezkiel 36:26-27, yang terfokus pada terjemahan ayat dan penjelasan bagian-bagian penting dari kedua ayat tersebut. Pembahasan Yehezkiel 36:26 terfokus pada tindakan TUHAN, yaitu pemberian hati baru dan roh baru, penjauhan hati yang keras, dan pemberian hati yang lembut. Pembahasan Yehezkiel 37:27 terfokus pada tindakan TUHAN, yaitu pemberian Roh yang akan memampukan umat Allah untuk hidup dalam ketetapan-Nya dan menghasilkan kehidupan yang bertanggung jawab, yaitu memelihara hukum TUHAN dan melakukannya. 

Eksposisi Yehezkiel 36:26 Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. 

Terjemahan penulis: Dan Aku akan memberi hati baru dan roh baru, Aku akan memberi dalam batinmu, dan Aku akan menjauhkan hati yang keras dari tubuhmu, dan Aku akan memberi kepadamu hati lembut. 
Yehezkiel 36:26 menyebutkan tiga tindakan TUHAN terhadap umat Israel, yaitu memberikan hati yang baru dan roh yang baru, menjauhkan hati yang keras, dan memberikan hati yang lembut. 

Pemberian Hati Baru dan Roh Baru (ay. 26) 

Umat Israel memiliki hati yang tegar/tertutup terhadap firman TUHAN (Yehezkiel 2:4). Mereka memiliki roh pemberontak yang selalu menentang ketetapan-ketetapan dan peraturanperaturan yang diberikan TUHAN. Mereka juga selalu menentang TUHAN dengan penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan (3:18, 19; 4:4, 5, 6, 17; 7:13, 16, 19; 9:9; 14:3, 4, 7, 10; 16:49; 18:17, 18, 19, 20, 30; 21:23, 24, 25, 29; 24:23; 28:18; 29:16; 32:27; 33:6, 8, 9; 35:5; 36:31, 33; 39:23). Dalam keadaan demikian, tidak ada kebenaran yang terdapat dalam diri mereka. Mereka tidak memiliki motivasi untuk bersekutu dengan TUHAN. Akhirnya, mereka harus dibawa ke Babel sebagai orang buangan karena segala dosa mereka. 

Dalam keadaan terpuruk yang dialami oleh umat Israel, TUHAN berfirman, “Dan Aku akan memberi hati baru dan roh baru, Aku akan memberi dalam batinmu ... “ (ay. 26 – terjemahan penulis). TUHAN memberi hati baru dan roh baru kepada umat Israel sebagai pembaruan secara rohani yang akan mereka alami. 

Kata memberi dalam ayat 26 juga berarti meletakkan dan menempatkan. Ini berarti bahwa keberadaan hati baru dan roh baru mengacu kepada tindakan TUHAN sendiri dalam membuat, memberikan, dan menempatkannya dalam batin umat Israel. Pengulangan kata memberi sebanyak dua kali (“memberi hati baru dan roh baru” serta “memberi dalam batinmu”) dalam ayat 26 menunjukkan bahwa pemberian hati baru dan roh baru dalam batin adalah anugerah TUHAN untuk melakukan yang terbaik bagi umat Israel agar mereka hidup berkenan kepada-Nya dan dapat menikmati segala janji yang telah dinyatakan-Nya kepada mereka. Pemberian hati baru dan roh baru dalam batin adalah penunjukkan secara langsung yang dilakukan oleh TUHAN kepada umat Israel untuk memilikinya agar mereka dimampukan untuk hidup sesuai dengan hukum-hukum TUHAN

Pemberian hati baru dan roh baru dilaksanakan setelah TUHAN mengumpulkan bangsa Israel yang telah terserak di antara bangsa-bangsa dan membawa mereka kembali ke tanahnya (Yehezkiel 36:24) dan mentahirkan mereka dari kenajisan dan berhala-berhala (Yehezkiel 14:1-4; 36:25). Ini menunjukkan bahwa pemulihan yang akan dialami oleh umat Israel, baik secara jasmani maupun rohani, semata-mata inisiatif TUHAN dan demi kekudusan nama-Nya agar umat Israel hidup di tanah perjanjian dengan keadaan rohani yang telah dipulihkan dan berkenan kepada TUHAN. 

Kata “baru” juga berarti kudus, dengan maksud, hati baru dan roh baru yang diberikan TUHAN adalah hati dan roh yang kudus. Inilah cara TUHAN menguduskan umat Israel agar mereka berkenan kepada TUHAN. Pemberian hati dan roh baru (kudus) sejalan dengan nama TUHAN yang kudus. Bangsa Israel telah menajiskan nama TUHAN yang kudus di tengah bangsa-bangsa di mana bangsa Israel terserak. Untuk itulah, TUHAN sendiri yang menguduskan nama-Nya. Dan pemulihan umat Israel, dengan cara memberi hati baru dan roh baru adalah cara TUHAN untuk menguduskan nama-Nya di antara bangsabangsa. 

Hati manusia adalah pusat kehidupan manusia yang memengaruhi seluruh tindakan hidup manusia dan menyatakan kepribadian seseorang yang terwujud dalam pikiran, kehendak, dan perasaan (bdg. 2:4; 3:7). Roh manusia merupakan kekuatan yang menggerakkan manusia melaksanakan tanda-tanda kehidupan. Roh memastikan seseorang untuk melakukan jenis perbuatan yang khusus (Keluaran 35:12). Roh manusia terbuka terhadap pengaruh Allah (Hagai 1:14).

Hati dan roh dalam batin menyatakan keseluruhan bagian terdalam dari kehidupan manusia (the whole inner life). “Hati dan roh manusia menggerakkan pusat kehidupan manusia dan mendorongnya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan ke arah tertentu.” Dengan demikian, TUHAN memberikan hati baru dan roh baru agar umat Israel dapat memotivasi dirinya melakukan hal-hal yang benar di hadapan TUHAN, memiliki keinginan untuk terbuka terhadap hal-hal rohani, dan memiliki motivasi untuk menyatukan diri dengan TUHAN. Pemberian hati baru dan roh baru adalah cara TUHAN memperbarui hubungan- Nya dengan umat Israel yang dimulai dengan pembaruan pikiran, kehendak, perasaan, dan motivasi umat Israel agar mereka dapat melakukan hal-hal yang berkenan kepada TUHAN. 

Menjauhkan Hati yang Keras (ay. 26) TUHAN menilai bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang berkepala batu dan bertegar hati (Yehezkiel 2:3; 3:7). Mereka telah melakukan kekejian-kekejian yang besar (Yehezkiel 8:6, 15), meninggalkan TUHAN (8:12), dan berkelakuan tidak senonoh (8:17). Kehidupan bangsa Israel yang demikian, membuat mereka mengalami konsekuensinya. Yerusalem diserang oleh Babel, tembok Yerusalem dan Bait Suci dihancurkan, tata ibadah dalam Bait Allah dirusakkan, dan para bangsawan serta orang-orang muda dan kuat diangkut ke Babel (Yehezkiel 20:37-38). 

Bangsa Israel gagal melaksanakan perannya sebagai bangsa yang menyatakan perbuatan-perbuatan Allah di antara bangsa-bangsa (Yehezkiel 36:22-23). Bangsa Israel pun gagal menjaga Tanah Perjanjian yang telah diberikan TUHAN kepadanya berdasarkan pengikatan perjanjian yang telah dilaksanakan oleh TUHAN dengan leluhur Israel (bdg. Yehezkiel 36:24).16 Bangsa Israel mengalami pergumulan yang besar ketika sedang berada di pembuangan. Israel tidak dapat berbuat apa-apa untuk kebaikan mereka.

Ketika Israel berada dalam keadaan demikian, TUHAN memiliki rencana untuk memulihkannya dari keadaannya yang terpuruk. Rencana tersebut adalah menjauhkan hati yang keras. TUHAN berfirman, “... dan Aku akan menjauhkan hati yang keras dari tubuhmu ...” (ay. 26 – terjemahan penulis). Kata menjauhkan adalah kata kerja ini menunjukkan bahwa TUHAN yang menyebabkan umat Israel berbalik kepada-Nya dan Ia jugalah yang menjauhkan hati umat Israel yang keras/batu dari tubuh/daging . 

Dalam ayat ini, daging tidak dipertentangkan dengan roh, tetapi dengan batu. Daging menggambarkan hati yang yang lembut, batu yang menggambarkan hati yang berkeras. Hati yang keras yang dimiliki umat Israel menyatakan keadaan hati mereka yanglama. Mereka memiliki hati yang telah membatu. Hati yang tidak memiliki keinginan untuk taat kepada TUHAN dan tertutup terhadap hal-hal rohani. Dengan perkataan lain, pikiran, perasaan, dan emosi menjadi keras atau tertutup untuk taat kepada TUHAN (2:4; 3:7). 

Untuk itulah TUHAN sendiri berinisiatif mendatangi umat Israel serta mengeluarkan dan menjauhkan hati yang keras, yang telah membatu, yang tertutup terhadap kebenaran, dan yang tidak sanggup mempertahankan kesucian dalam diri mereka. 

Dengan demikian, umat Israel tetap membutuhkan anugerah TUHAN untuk mengangkat keluar hati yang keras dari diri mereka agar mereka terbuka terhadap kebenaran dan memprioritaskan kekudusan dalam relasinya dengan TUHAN. 

Memberikan Hati yang Lembut (ay. 26) Umat Israel bergumul dengan keadaannya sendiri, yaitu hati yang keras terhadap kebenaran. TUHAN sendiri bertindak untuk menolong umat Israel, dengan cara menjauhkan hati yang keras dan memberikan hati yang lembut. Terjemahan secara harfiah, “... dan Aku akan menjauhkan hati yang batu dari dagingmu/tubuhmu dan Aku akan memberi kepadamu hati daging .” Secara umum diterjemahkan, “... dan Aku akan menjauhkan hati yang keras dari tubuhmu dan Aku memberi kepadamu hati lembut” (ay. 26) 

Berdasarkan terjemahan yang ada, penggambaran hati baru adalah daging yang tidak terdapat batu atau daging yang tidak mengeras seperti batu. Seolah-olah TUHAN membuang batu dari daging dan memberikan daging. Dengan perkataan lain, TUHAN menjauhkan daging yang telah mengeras dan menggantikannya dengan daging yang lembut. Maksudnya, TUHAN menjauhkan hati yang keras dan menggantikannya dengan hati yang lembut, yang orientasinya adalah hati yang siap untuk menerima dan melakukan kehendak TUHAN serta hidup dalam kebenaran dan ketaatan. 

Tindakan TUHAN dalam memberikan hati baru dan roh baru, menjauhkan hati yang keras, dan memberi hati yang lembut, bukan berarti TUHAN menggantikan organ tubuh (hati) umat Israel, tetapi sebuah transformasi total yang dilakukan oleh TUHAN di dalam diri umat Israel agar mereka siap untuk melakukan kehendak Allah dalam hidup mereka (bdg. Ay. 27) 

Eksposisi Yehezkiel 36:27 Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya

Terjemahan penulis: Dan Aku akan memberi Roh-Ku dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup di dalam ketetapan-ketetapan-Ku dan kamu akan memelihara hukum-hukum-Ku dan kamu akan melakukannya.. 

Yehezkiel 36:27 menyebutkan dua tindakan TUHAN, yaitu memberikan Roh-Nya dan membuat umat Israel hidup menurut ketetapan-ketetapan-Nya; dan dua tanggung jawab umat Israel, yaitu memelihara hukum-hukum Tuhan dan melakukannya. 

Tindakan TUHAN: Pemberian Roh untuk Hidup menurut Ketetapan-Nya (ay. 27) 

TUHAN berfirman, “Dan Aku akan memberi Roh-Ku dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup di dalam ketetapan-ketetapan-Ku ...” (ay. 27). Pemberian hati baru dan roh baru, penjauhan hati yang keras, dan pemberian hati yang lembut sebagai persiapan yang dilakukan TUHAN untuk memberi Roh-Nya agar Roh mendapat tempat yang layak untuk berdiam dalam diri umat Israel. 

Pemberian Roh adalah anugerah TUHAN bagi umat Israel untuk menyatakan kehadiran TUHAN di dalam dan di antara umat-Nya yang menopang umat Israel untuk hidup dalam ketaatan. Keberadaan Roh TUHAN dalam batin akan menuntun dan menggerakkan umat Israel yang memiliki hati baru dan roh baru untuk hidup dalam ketaatan (bdg. 11:19-20; 18:31; 37:14; 39:29). 

Menurut J. Koeberle, “Roh Allah adalah suatu kekuatan atau kuasa yang datang dan berasal dari Allah sendiri dan menguasai diri manusia itu. Roh demikian inilah yang memotivasi manusia untuk bertindak dan melakukan pekerjaan-pekerjaan luar biasa dan mengagumkan.” Pemberian Roh dalam batin menunjukkan bahwa hati baru dan roh baru yang dimiliki oleh umat Israel tidak dapat berfungsi dengan baik apabila mereka hanya bergantung pada kekuatan pribadi masing-masing. Setiap orang membutuhkan Roh TUHAN, yaitu kuasa atau kekuatan TUHAN yang berdiam dalam diri umat Israel yang memampukan mereka untuk hidup dalam ketaatan. 

Kerohanian umat Israel tidak bergantung pada kemampuan diri sendiri, tetapi pada pekerjaan Roh TUHAN untuk menghidupkan kerohanian mereka. Roh TUHAN akan memberikan pengaruh yang positif dalam diri umat Israel, sehingga mereka dimampukan untuk hidup dalam ketetapan TUHAN, memelihara hukum-Nya, dan melakukannya. 

Tanggung Jawab Umat Israel: Memelihara Hukum Tuhan dan Melakukannya (ay. 27) 

TUHAN berfirman, “... dan kamu akan memelihara hukum-hukum-Ku dan kamu akan melakukannya” (ay. 27). Dua konsekuensi yang menjadi tanggung jawab umat Israel adalah mereka akan memelihara hukum-hukum TUHAN dan melakukannya. Dengan perkataan lain, pemberian Roh Kudus dan kemampuan untuk melakukan ketetapan-ketetapan TUHAN akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar di dalam diri umat Israel, bahwa mereka akan selalu memelihara dan memperhatikan hukum-hukum TUHAN serta melakukannya dalam hidup mereka. 

Kehadiran Roh TUHAN adalah Allah yang hadir dalam diri umat Israel yang akan mengingatkan, menyadarkan, dan memampukan umat Israel untuk hidup dalam segala ketetapan TUHAN. Dengan kemampuan dari TUHAN untuk hidup dalam segala ketetapan TUHAN, maka mereka akan mampu memelihara dan melakukan segala hukum TUHAN dalam hidupnya. 

Pemberian Roh TUHAN dalam batin umat Israel juga berarti bahwa TUHAN memberikan hakikat ilahi dalam diri umat Israel sehingga mereka akan mencerminkan karakter TUHAN di dalam hidupnya. Keberadaan Roh akan membangkitkan kehidupan rohani umat Israel (bdg. Yehezkiel 37:1-14), sehingga mereka tidak lagi hidup menurut kekerasan hati mereka, tetapi mereka hidup menurut sifat-sifat TUHAN yang dinyatakan di dalam hidup mereka melalui pikiran, perkataan, perbuatan, dan motivasi, karena Roh akan memampukan mereka untuk melakukannya. 

Dalam konteks pembuangan di Babel yang sedang dialami oleh umat Israel, Roh TUHAN akan memampukan mereka untuk hidup dalam segala ketetapan TUHAN, melakukan segala hukum-Nya, dan menguatkan mereka dalam menghadapi berbagai situasi hidup, termasuk di dalamnya, keberadaan mereka sebagai orang buangan di Babel

Kajian Teologis-Praktis 

Dalam pembahasan tentang kajian teologis-praktis difokuskan pada Roh Allah adalah Allah memperharui kehidupan orang percaya, yang hidup di dalam orang percaya, dan yang hidup di antara orang percaya. 

Roh Allah Memperbaharui Hidup Orang Percaya 

Hati dan roh yang telah diperbarui adalah tempat yang layak didiami oleh Roh Kudus. Ini berkaitan dengan pemberian hati baru dan roh baru, yaitu pembaruan rohani yang dilakukan oleh Allah untuk mempersiapkan orang percaya menerima Roh yang akan berdiam dalam dirinya. 

Dalam Perjanjian Baru, orang-orang telah berada di dalam Kristus, mereka disebut ciptaan baru (II Korintus 5:17). Mereka adalah orang-orang yang telah mengalami transformasi dari Allah ketika mereka menerima Kristus sebagai Juruselamat. Sedangkan hati baru dan roh baru adalah padanan kata yang sama dengan “kelahiran kembali,” yaitu tindakan Allah di dalam Roh-Nya untuk memberikan hati baru – roh baru dalam diri orang percaya melalui kelahiran kembali. Dalam Perjanjian Baru tidak secara bersama disebutkan tentang hati baru dan roh baru, tetapi memiliki makna bahwa hati baru dan roh baru adalah pembaruan roh yang dikerjakan oleh Roh Kudus. 

Hal tersebut diketahui melalui percakapan Nikodemus dengan Yesus (Yoh. 3). Nikodemus adalah seorang Farisi (Yohanes 3:1), pemimpin agama Yahudi (ay. 1), tidak mengerti hal-hal rohani, secara khusus, kelahiran kembali (ay. 9), penjaga Israel (ay. 10), serta terkenal dan berpengaruh di kalangan Yahudi. Masalah yang dialaminya adalah ia memahami dan meyakini Kerajaan Allah, tetapi ia tidak melihat dan tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah, karena ia belum dilahirkan kembali. 

Yesus berkata kepada Nikodemus, “Aku berkata kepadamu, jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yohanes 3:3). Tampaknya “dilahirkan kembali” menjadi masalah bagi Nikodemus sehingga Nikodemus berkata kepada Yesus, “Bagaimana mungkin seorang akan dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” (Yohanes 3:4). 

Nikodemus menilai secara akali dan secara alami berdasarkan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Nikodemus menganggap bahwa “dilahirkan kembali” adalah sesuatu yang sulit untuk terjadi, tidak mungkin terjadi, dan tidak masuk akal. Nikodemus menganggap bahwa “dilahirkan kembali” tidak mungkin baginya karena ia sudah tua. Ini menunjukkan bahwa Nikodemus dengan segala pemahaman teologinya, memiliki kekurangan terhadap hal-hal rohani. Nikodemus tidak hanya buta terhadap hal-hal rohani, tetapi ia juga membutuhkan spiritual/roh yang baru untuk pembaruan rohani. 

Akhirnya Yesus menjawab, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. (Yohanes 3:5-7). 

Nikodemus sepertinya masih mengharapkan bahwa Kerajaan Allah adalah seperti tanda-tanda yang dilakukan oleh Yesus, tetapi Yesus berkata bahwa Kerajaan Allah menyangkut perubahan sikap hati dan kehidupan rohani seseorang, bukan pada manifestasimanifestasi yang luar biasa yang tampak di luar diri orang percaya. 

Kelahiran kembali adalah titik awal dari tindakan Allah untuk mentransformasi karakter orang percaya, yaitu membarui keadaan hati, batin, jiwa, dan rohani yang berpusat pada Allah yang menjamin orang percaya akan kehidupan kekal dan memiliki karakter rohani. 

Instrumen yang digunakan adalah air dan pribadi yang dilibatkan di dalamnya adalah Roh. Air melambangkan pembasuhan, pembersihan, atau penyucian yang dilakukan oleh Allah melalui penumpahan darah Yesus Kristus. Roh adalah pribadi Allah yang membarui roh kita agar kita memiliki kepekaan terhadap hal-hal rohani. Ini berarti bahwa memiliki karakter rohani, bukan karena orang percaya melaksanakan aturan atau hukum-hukum tertentu, tetapi dikerjakan oleh Roh Allah melalui proses kelahiran kembali. 

Hati baru dan roh baru tidak diperoleh karena kelahiran secara lahiriah, tetapi Roh Allah yang mengerjakannya di dalam orang-orang yang menerima Kristus sebagai Juruselamat. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh” (ay. 6). Dan orang-orang yang telah mengalami pembaruan rohani mereka adalah orang-orang yang meyakini bahwa Yesus adalah Juruselamat dan mereka akan hidup bagi Allah. 

Orang percaya memerlukan transformasi rohani untuk menghasilkan karakter rohani. Pembaruan rohani terjadi bukan karena pengetahuan teologi dan pengetahuan tentang Alkitab yang dimilikinya, tetapi karena Roh Allah yang mengerjakannya di dalam dirinya ketika ia menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi. 

Setiap orang, siapa pun dia, apa pun profesinya, apa pun tingkat pendidikannya, apa pun jabatannya, memerlukan Roh Allah mengerjakan karakter rohani untuk memprioritaskan hal-hal rohani dalam hidupnya. Apabila ia tidak memiliki hati baru dan roh baru serta Roh kudus tidak berdiam dalam dirinya, maka ia buta terhadap hal-hal rohani. Untuk itu, ia memerlukan Roh Allah bekerja di dalam dirinya agar ia dimampukan untuk menghasilkan karakter yang diinginkan oleh Allah. 

Orang percaya memiliki hati baru dan roh baru, bukan karena tingkat pendidikan teologi dan pengetahuan tentang Alkitab yang tinggi, tetapi karena mereka menerima Kristus sebagai Juruselamat dan Roh Allah memeteraikannya dalam diri mereka, sehingga mereka memiliki hati (pikiran, kehendak, dan emosi) dan roh (motivasi yang menggerakkan atau mengendarai pikiran dan perbuatan) yang taat kepada Allah. 

Roh Allah adalah Allah Diam di dalam Orang Percaya 

Menjadi seorang Kristen berarti menerima dari Allah hati baru dan roh baru dari Allah. Itu berarti telah mengalami pembaruan rohani yang memampukan orang Kristen untuk hidup secara penuh bagi kemuliaan Allah. Ini adalah transformasi hati dan roh yang dilakukan oleh Allah sebagai prasyarat untuk menjadi anggota keluarga Allah. 

Kehadiran Roh Kudus dalam diri orang percaya adalah melayani sebagai agen transformasi yang menyucikan, melindungi, mendukung, dan menjamin orang percaya. Pemberian Roh sebagai tindakan pemeteraian yang dilakukan oleh Allah untuk memastikan bahwa orang-orang percaya adalah milik Allah dan menjadi jaminan untuk mengalami semua yang disediakan Allah bagi mereka (II Korintus 1:22). 

Allah adalah Allah yang kudus dan Ia tetap mempertahankan kekudusan-Nya walaupun umat-Nya telah menajiskan kekudusan-Nya. Allah adalah Allah yang kudus tidak mungkin hidup bersama umat yang tidak kudus, yang memiliki hati yang keras dan roh pemberontak. Pemberian hati baru dan roh baru adalah untuk kepentingan Allah dan kepentingan orang percaya. Pada satu sisi, Allah memperbarui kehidupan orang percaya dan memberikan Roh-Nya diam dalam dirinya untuk menegakkan kekudusan-Nya. Pada sisi lain, pembaruan rohani dan pemberian Roh akan memampukan orang percaya memiliki sifat dan karakter Allah untuk dapat bersekutu dengan Dia dalam kekudusan-Nya. Dan kehadiran Roh Allah yang mendiami orang percaya menyatakan kehadiran Allah secara langsung untuk menguatkan dan mengingatkan mereka untuk hidup dalam kebenaran. 

Menjadi penekanan penting bagi orang percaya masa kini, walaupun Roh Allah yang mendiami orang percaya menyatakan kehadiran Allah yang suci yang dapat menyucikan hati dan roh dari segala dosa dan kenajisannya, tetapi Roh Allah tidak hidup di dalam hati dan roh orang percaya yang dicemarkan oleh dosa. Untuk itu, setelah seseorang mengalami keselamatan di dalam Kristus, ia harus memiliki prioritas terhadap firman Allah, karena Roh Allah yang mendiaminya mengerjakan hakikat ilahi dalam dirinya, dan ia pun dimampukan untuk hidup dalam ketaatan, yaitu memelihara dan melakukan firman Allah. 

Orang yang hati dan rohnya belum dibarui oleh Allah adalah orang-orang yang tidak merasa bersalah ketika ia berbuat salah; tidak merasa berdosa kalau ia berbuat dosa; tetapi bahkan ia merasa senang dan menikmati hal yang salah dan dosa yang dilakukannya. Orang yang telah memiliki hati baru dan roh baru serta Roh Kudus diam di dalamnya, seharusnya: 

- Memprioritaskan waktu untuk bersekutu dengan Allah ketika orang lain hanya mengutamakan segala kesempatan dan waktu hanya untuk pekerjaan atau profesinya demi kebutuhan pribadinya. 

- Memprioritaskan pengorbanan dalam pelayanan ketika orang lain hanya berupaya memperbanyak hartanya dan memperkaya dirinya melalui profesinya. 

- Memprioritaskan kebenaran ketika orang lain melakukan hal-hal yang tidak benar melalui profesinya untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan pribadi. 

- Memprioritaskan pembekalan firman Tuhan bagi kebutuhan rohaninya ketika orang lain hanya sibuk membekali diri kita dengan berbagai informasi dan pemanfaatan media untuk kepuasan diri.

- Memprioritaskan kejujuran ketika orang lain melakukan kecurangan. 

- Memprioritaskan integritas dalam bekerja ketika orang lain mencari muka terhadap pimpinan dan bekerja asal-asalan. 

- Memprioritaskan kesucian ketika orang lain hidup dengan tidak merasa bersalah ketika melakukan dosa. 

- Memprioritaskan hidup dalam tuntunan Roh Kudus ketika orang lain hanya memprioritaskan pendemonstrasian karunia-karunia Roh. 

Dengan demikian pemberian hati baru, roh baru, dan Roh Allah yang mendiami orang percaya adalah anugerah dan tanggung jawab. Sebagai anugerah, Allah telah meletakkan dasar untuk hidup suci dan Roh Allah adalah kuasa dan kekuatan Allah yang telah berdiam dalam diri orang percaya untuk memampukannya hidup dalam ketaatan. Tidak ada kesucian dan ketaatan yang dapat dibanggakan oleh setiap orang percaya karena itu pun dikerjakan oleh Roh Allah di dalam dirinya dan ketaatannya harus ditopang oleh Roh Allah. Sebagai tanggung jawab, orang percaya harus membangun hidupnya di atas ketaatan yang telah dikerjakan oleh Allah di dalam dirinya untuk hidup memuliakan Allah. Dalam hidupnya, ia akan memprioritaskan buah-buah Roh, yaitu kasih (sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22-23; bdg. I Korintus 13:4-7) sebagai bagian dari kehidupan rohaninya. 

Roh Allah Berdiam di antara Orang Percaya 

Pemberian hati baru, roh baru, dan Roh yang dilakukan oleh Allah, bukan hanya untuk kepentingan manusia, tetapi untuk penegakan kekudusan nama-Nya, yang mana, melalui orang percaya, Allah bekerja untuk menyatakan sifat dan karakter-Nya kepada semua manusia. Dan apabila hati dan roh orang percaya telah ditransformasi oleh Allah, maka mustahil ia akan hidup untuk dirinya sendiri. Mereka yang telah diubahkan oleh Allah, seharusnya hidup mereka menjadi wadah yang melaluinya kesucian dan kehendak Allah dinyatakan keseluruh bumi. Mereka yang telah menerima hati baru dan roh baru dari Allah seharusnya menyatakan sifat-sifat Allah kepada dunia (bdg. Keluaran 19:6). 

Dengan adanya hati baru, roh baru, dan Roh Allah yang mendiami orang-orang percaya, maka sebenarnya mereka memiliki tanggung jawab untuk menyatakan kesucian Allah kepada orang-orang yang berada di sekitar mereka. Jika hati dan roh mereka benarbenar telah ditransformasi Allah, maka mereka tidak hanya mengalami untuk diri kita sendiri, tetapi juga menyatakannya kepada orang lain. Mereka yang telah dibarui oleh Allah adalah orang yang hidupnya seharusnya menjadi berkat bagi orang lain. 

Dalam kehidupan komunitas orang percaya, Roh yang sama (Roh Allah) berdiam di dalam setiap orang percaya untuk mempersatukan semua orang percaya (I Korintus 12:12-13) dan melengkapi semua orang percaya dengan karunia-karunia tertentu (I Korintus 12:7-11), agar mereka dapat saling melayani dan dilayani satu sama lain (I Korintus 12:14-20), demi keutuhan, kehidupan, dan kelanjutan persekutuan orang percaya (I Korintus 12:21-26). 

Penutup 

Tujuan panggilan Israel adalah untuk menyatakan perbuatan TUHAN kepada bangsabangsa lain, tetapi Israel telah gagal memenuhi panggilan tersebut. Untuk menggenapi panggilan tersebut , TUHAN sendiri berinisiatif menentukan tindakan yang harus dilaksanakan untuk menggenapi tujuan tersebut. TUHAN menyatakan kekudusan nama-Nya, dengan cara, melakukan transformasi yang radikal dalam diri umat Israel. Mereka berada dalam keadaan najis, tetapi TUHAN mentahirkan mereka. Hati yang lama (keras), tidak dapat memahami kebenaran, tidak memelihara iman, tetapi diganti dengan hati baru (lembut). Roh yang lama, yaitu roh yang tidak taat, diganti dengan roh baru, yaitu roh taat. Klimaksnya adalah memberikan Roh-Nya yang berdiam dalam batin umat Israel. 

Dalam kehidupan orang percaya saat ini, Allah mentransformasi kehidupan rohani orang percaya menjadi ciptaan baru dan Roh Allah diberikan kepada mereka agar mereka dimampukan untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah. Dengan demikian, tidak ada seorang pun yang dapat menyombongkan diri dengan kehidupan rohaninya, karena kehidupan rohani harus ditopang oleh Roh Kudus yang memberikan kekuatan kepadanya untuk hidup dalam ketaatan. 

Untuk itu, pengajaran tentang Roh Kudus penting untuk dipahami oleh orang-orang Kristen agar tidak memiliki pemahaman yang salah, sehingga dalam prakteknya, pada satu sisi, tidak memberikan penekanan secara berlebihan bagian tertentu, seperti pendemonstrasian karunia tertentu secara berlebihan, dan pada sisi lain, orang percaya peka terhadap kehadiranNya sebagai Allah yang hidup di dalam kehidupan mereka. 

Umumnya penyataan tentang kuasa Roh Kudus hanya menekankan dalam pelayananpelayanan Kristen, tetapi kurang menekankan keberadaan-Nya sebagai Allah yang berdiam dalam diri setiap orang percaya. Roh Kudus tidak hanya menyatakan kuasa-Nya dalam pelayanan-pelayanan yang ada, tetapi juga mengerjakan karakter yang memuliakan Allah berdasarkan hati yang telah diubahkan oleh Allah. 

Kehadiran Roh Kudus bukan hanya melengkapi orang percaya dengan karuniakarunia pelayanan, tetapi juga mewujudkan pekerjaan Allah dalam setiap orang percaya, yaitu untuk memberikan hati baru – roh baru dan Roh Kudus, agar setiap orang percaya memiliki hati yang taat, peka dan memiliki keinginan terhadap hal-hal rohani, ingin selalu dekat dengan Allah, dan selalu memiliki keinginan untuk menyenangkan Allah. 

Dengan demikian, sudah sepantasnya, orang percaya menghargai kehadiran Roh Kudus dalam dirinya sebagai Allah yang memampukannya untuk mengalami pertumbuhan rohani dan memberdayakan kuasa Roh yang bekerja di dalam setiap orang percaya untuk melaksanakan pelayanan-pelayanan dalam tubuh Kristus berdasarkan karunia-karunia yang dimilikinya. EKSPOSISI YEHEZKIEL 36:26-27. -AMIN_
https://teologiareformed.blogspot.com/

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post