JIKA TUHAN MENGHENDAKINYA/INSYA ALLAH (YAKOBUS 4:15-17)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
gadget, bisnis, otomotif |
1).Ingat dan sadarilah bahwa segala sesuatu, termasuk rencana apapun dari kita, hanya bisa terjadi kalau Allah menghendakinya.
Yakobus 4: 15: “Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.’”.
Calvin mengatakan bahwa ‘kehendak Allah’ di sini menunjuk pada rencana / ketentuan Allah yang kekal (God’s eternal decree).
Calvin: “By ‘will’ he means not that which is expressed in the law, but God’s counsel by which he governs all things.” [= Dengan ‘kehendak’ ia tidak memaksudkan itu yang dinyatakan oleh hukum Taurat, tetapi rencana Allah dengan mana Ia memerintah / mengendalikan segala sesuatu.].
C. H. Spurgeon: “We should recognize God in the affairs of the future, because, first, there is a divine will which governs all things. I believe that nothing happens apart from divine determination and decree; even the little things in life are not overlooked by the all-seeing eye. ‘The very hairs of your head are numbered.’ The station of a rush by the river is as fixed and foreknown as the station of a king, and the chaff from the hand of the winnower is steered as much as the stars in their courses. All things are under regulation, and have an appointed place in God’s plan; and nothing happens, after all, but what he permits or ordains. Knowing that, we will not always say, ‘If the Lord will’; yet we will always feel it. Whatever our purposes may be, there is a higher power which we must ever acknowledge; and there is an omnipotent purpose, before which we must bow in lowliest reverence, saying, ‘If the Lord will.’” [= Kita harus mengakui Allah dalam persoalan-persoalan / urusan-urusan yang akan datang, karena, pertama, di sana ada suatu kehendak Ilahi yang memerintah / mengatur segala sesuatu. Saya percaya bahwa tidak ada apapun terjadi terpisah dari penentuan dan penetapan Ilahi; bahkan hal-hal kecil dalam kehidupan tidak diabaikan oleh mata yang melihat segala sesuatu. ‘Rambut kepalamupun terhitung semuanya’. Posisi dari suatu aliran sungai sama ditentukannya dan diketahui-lebih-dulunya seperti posisi dari seorang raja, dan sekam dari tangan seorang penampi diarahkan sama seperti bintang-bintang dalam lintasan mereka. Segala sesuatu ada di bawah pengaturan / pengendalian, dan mempunyai suatu tempat yang ditetapkan dalam rencana Allah; dan bagaimanapun, tak ada apapun yang terjadi, kecuali apa yang Ia izinkan atau tentukan. Mengetahui hal itu, kita tidak akan selalu mengatakan, ‘jika Tuhan menghendakinya’; tetapi kita akan selalu merasakannya. Apapun rencana-rencana kita adanya, di sana ada suatu kuasa yang lebih tinggi yang harus selalu kita akui; dan di sana ada suatu rencana yang maha kuasa, di hadapan siapa kita harus membungkuk dalam rasa hormat / takut yang terendah, sambil berkata, ‘Jika Tuhan menghendakinya’.] - hal 85.
Barclay: “Among the Arabs, the expression: ‘Insh’ Allah - if Allah wills’ is constantly used. The curious thing is that there seems to have been no corresponding phrase which the Jews used. In this, they had to learn.” [= Di antara orang-orang Arab, ungkapan: ‘Insya Allah - jika Allah menghendakinya’ digunakan secara terus menerus. Hal yang aneh adalah bahwa di sana kelihatannya tidak ada ungkapan yang bersesuaian yang orang-orang Yahudi gunakan. Dalam hal ini, mereka harus belajar.].
Kita juga harus belajar dalam hal ini. Misalnya saudara sudah jaga mati-matian berkenaan dengan covid 19. Ikuti semua protokol dengan ketat. Bolehkah yakin tak bakal kena covid 19? Tak boleh. Harus berkata: ‘Insya Allah saya tidak kena covid 19!’. Bagaimana kalau kita tidak usaha taati protokol covid 19 tetapi berkata seperti itu? Itu kurang ajar!
Percaya akan kehendak Allah tidak membuang tanggung jawab manusia!!!
Tapi saudara melakukan tanggung jawab saudara sepenuhnyapun, kalau ternyata itu bukan kehendak Allah, itu akan gagal! Contoh: kesehatan saya.
Barclay: “The true Christian way is not to be terrorized into fear and paralysed into inaction by the uncertainty of the future, but to commit the future and all our plans into the hands of God, always remembering that these plans may not be within God’s purpose.” [= Jalan orang Kristen yang benar adalah tidak diteror ke dalam rasa takut dan dilumpuhkan ke dalam absennya tindakan oleh ketidak-pastian masa depan, tetapi untuk menyerahkan masa depan dan semua rencana-rencana kita ke dalam tangan Allah, sambil selalu mengingat bahwa rencana-rencana ini bisa tidak berada di dalam rencana Allah.].
Dan ay 15 itu mengatakan bahwa baik hidup kita maupun tindakan / perbuatan kita tergantung sepenuhnya pada kehendak Allah itu. Hanya kalau Allah menghendaki barulah kita bisa hidup dan berbuat ini dan itu.
Yakobus 4: 15: “Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.’”.
‘Berbuat ini dan itu’ mencakup semua hal secara mutlak termasuk hal-hal kecil dan remeh!
Dalam tafsirannya tentang kata-kata ‘jika Allah menghendakinya’ dalam Kis 18:21, Calvin berkata: “we do all confess that we be not able to stir one finger without his direction;” [= kita semua mengakui bahwa kita tidak bisa menggerakkan satu jaripun tanpa pimpinan / pengarahanNya;].
Bandingkan dengan:
a) Kis 17:28a - “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada,”.
b) 1Korintus 8:6 - “namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.”.
c) Mazmur 31:16 - “Masa hidupku ada dalam tanganMu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku!”.
d) Mazmur 127:1-2 - “(1) Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. (2) Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah - sebab Ia memberikannya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur.”.
e) Amsal 16:1,9 - “(1) Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN. ... (9) Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.”.
f) Mazmur 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.”.
Kalau kita selalu menyadari hal itu maka kita tidak akan pede, tetapi akan bersandar sepenuhnya kepada Tuhan.
Pertanyaan: Haruskah kita betul-betul mengucapkan kata-kata ‘jika Tuhan menghendakinya’ seperti dalam ay 15 itu?
Paulus sering mengucapkan kata-kata seperti itu.
1. Kisah Para Rasul 18:21 - “Ia minta diri dan berkata: ‘Aku akan kembali kepada kamu, jika Allah menghendakinya.’ Lalu bertolaklah ia dari Efesus.”
2. Roma 1:10 - “Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu.”.
3. 1Korintus 4:19 - “Tetapi aku akan segera datang kepadamu, kalau Tuhan menghendakinya. Maka aku akan tahu, bukan tentang perkataan orang-orang yang sombong itu, tetapi tentang kekuatan mereka.”.
4. 1Korintus 16:7 - “Sebab sekarang aku tidak mau melihat kamu hanya sepintas lalu saja. Aku harap dapat tinggal agak lama dengan kamu, jika diperkenankan Tuhan.”.
Tetapi di tempat lain Paulus mengucapkannya secara implicit.
Roma 15:24 - “aku harap dalam perjalananku ke Spanyol aku dapat singgah di tempatmu dan bertemu dengan kamu, sehingga kamu dapat mengantarkan aku ke sana, setelah aku seketika menikmati pertemuan dengan kamu.”.
Yohanes juga mengucapkannya secara implicit.
3Yoh 10 - “Karena itu, apabila aku datang, aku akan meminta perhatian atas segala perbuatan yang telah dilakukannya, sebab ia meleter melontarkan kata-kata yang kasar terhadap kami; dan belum merasa puas dengan itu, ia sendiri bukan saja tidak mau menerima saudara-saudara yang datang, tetapi juga mencegah orang-orang, yang mau menerima mereka dan mengucilkan orang-orang itu dari jemaat.”.
Jadi boleh saja kita betul-betul mengucapkan kata-kata seperti itu asal tidak sekedar menjadi kebiasaan. Tetapi yang penting bukanlah mengucapkan kata-kata itu, tetapi kesadaran dalam hati dan pikiran kita, bahwa segala sesuatu hanya bisa terjadi kalau itu adalah kehendak Tuhan.
C. H. Spurgeon: “When you say, ‘I will do this or that,’ always add, in thought if not in word, ‘If the Lord will.’” [= Pada waktu kamu berkata, ‘Aku akan melakukan ini atau itu’, selalu tambahkan, dalam pikiran jika bukan dalam kata-kata, ‘Jika Tuhan menghendakinya’.] - hal 84,85.
2) Ubahlah self-confidence itu menjadi God-confidence.
Yeremia 17:5-6 - “(5) Beginilah firman TUHAN: ‘Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! (6) Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.”.
Yeremia 17:7-8 - “(7) Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (8) Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”.
Jadi, kalau Kitab Suci melarang kita mempunyai self-confidence, itu tidak berarti bahwa semua orang kristen harus menjadi orang yang rendah diri, pesimis dan selalu ragu-ragu / kuatir / takut. Kalau ini yang kita lakukan dalam tahun yang baru ini dan tahun-tahun yang akan datang, maka itu betul-betul buruk! Itu tidak beriman! Lalu harus bagaimana? Kita harus melakukan segala sesuatu dengan yakin, tetapi keyakinan itu tidak boleh kita letakkan pada diri kita sendiri, tetapi kita letakkan pada Tuhan.
Ini terlihat dari ay 15 yang berbunyi ‘jika Tuhan menghendakinya....’.
Tadi kita sudah membaca Yes 41:14.
Yesaya 41:14 - “Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau, demikianlah firman TUHAN, dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Israel.”.
Mari kita baca lanjutannya.
Yesaya 41:15 - “Sesungguhnya, Aku membuat engkau menjadi papan pengirik yang tajam dan baru, dengan gigi dua jajar; engkau akan mengirik gunung-gunung dan menghancurkannya, dan bukit-bukitpun akan kaubuat seperti sekam.”.
Perhatikan kontras akan ‘cacing’ / ‘ulat’ dengan ‘papan pengirik’.
Mazmur 60:12-14 - “(12) Bukankah Engkau, ya Allah, yang telah membuang kami, dan yang tidak maju, ya Allah, bersama-sama bala tentara kami? (13) Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia. (14) Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita.”.
Bdk. Filipi 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”.
NASB: ‘I can do all things through Him who strengthens me.’ [= Aku bisa melakukan segala sesuatu melalui Dia yang menguatkan aku.].
Tetapi kita tidak akan bisa mempunyai keyakinan seperti ini kecuali kalau kita yakin bahwa apa yang kita lakukan itu sesuai dengan kehendak Tuhan.
Contoh: Daud dalam 1Samuel 17:31-47.
1Sam 17:45-47 - “(45) Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: ‘Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. (46) Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, (47) dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami.’”.
Ia yakin bahwa Tuhan menghendakinya untuk berkelahi melawan Goliat dan pada waktu ia maju untuk berkelahi, ia yakin ia akan menang. Tetapi ia meletakkan keyakinannya kepada Tuhan, bukan kepada dirinya sendiri.
Contoh lain: Yonatan dalam 1Samuel 14:6-15.
1Sam 14:6-15 - “(6) Berkatalah Yonatan kepada bujang pembawa senjatanya itu: ‘Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.’ (7) Lalu jawab pembawa senjatanya itu kepadanya: ‘Lakukanlah niat hatimu itu; sungguh, aku sepakat.’ (8) Kata Yonatan: ‘Perhatikan, kita menyeberang ke dekat orang-orang itu dan memperlihatkan diri kepada mereka. (9) Apabila kata mereka kepada kita begini: Berhentilah, sampai kami datang padamu, maka kita tinggal berdiri di tempat kita dan tidak naik mendapatkan mereka, (10) tetapi apabila kata mereka begini: Naiklah ke mari, maka kita akan naik, sebab kalau demikian TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tangan kita. Itulah tandanya bagi kita.’ (11) Ketika mereka keduanya memperlihatkan diri kepada pasukan pengawal orang Filistin, berkatalah orang Filistin itu: ‘Lihat, orang-orang Ibrani keluar dari lobang-lobang tempat mereka bersembunyi.’ (12) Orang-orang dari pasukan pengawal itu berseru kepada Yonatan dan pembawa senjatanya, katanya: ‘Naiklah ke mari, maka kami akan menghajar kamu.’ Lalu kata Yonatan kepada pembawa senjatanya: ‘Naiklah mengikuti aku, sebab TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Israel.’ (13) Maka naiklah Yonatan merangkak ke atas, dengan diikuti oleh pembawa senjatanya. Orang-orang itu tewas terparang oleh Yonatan, sedang pembawa senjatanya membunuh mereka dari belakangnya. (14) Kekalahan yang pertama ini, yang ditimbulkan Yonatan dan pembawa senjatanya itu, besarnya kira-kira dua puluh orang dalam jarak kira-kira setengah alur dari sepembajakan ladang. (15) Lalu timbullah kegentaran di perkemahan, di padang dan di antara seluruh rakyat. Juga pasukan pengawal dan penjarah-penjarah itu gentar, dan bumi gemetar, sehingga menjadi kegentaran yang dari Allah.”.
Repotnya, kehendak Tuhan dalam arti Rencana kekal Tuhan itu, seringkali tidak bisa kita ketahui.
Barclay: “This uncertainty of life is not a cause either for fear or for inaction. It is a reason for realizing our complete dependence on God.” [= Ketidak-pastian hidup ini bukanlah suatu penyebab atau untuk takut atau untuk tidak bertindak apa-apa. Itu adalah suatu alasan untuk menyadari ketergantungan kita sepenuhnya kepada Allah.].
3) Yakobus 4: 17: “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.”.
a) Barclay: “James ends with a threat. Anyone who knows that a thing is wrong and still continues to do it commits sin. James is in effect saying: ‘You have been warned; the truth has been placed before your eyes.’ To continue now in the self-confident habit of seeking to dispose of one’s own life is sin for anyone who has been reminded that the future is not in our hands but in God’s.” [= Yakobus mengakhiri dengan suatu ancaman. Siapapun yang tahu bahwa suatu hal itu salah dan tetap melakukannya terus, melakukan dosa. Pada dasarnya Yakobus mengatakan: ‘Kamu telah diperingatkan; kebenaran telah diletakkan di depan matamu’. Sekarang, terus dalam kebiasaan pede tentang usaha untuk mengatur kehidupan diri sendiri adalah dosa bagi siapapun yang telah diingatkan bahwa masa depan bukan di tangan kita tetapi di tangan Allah.].
b) Kalau ay 15 bicara tentang ‘kehendak Allah’ dalam arti rencana kekal dari Allah, yang tidak kita ketahui, maka ay 17 ini bicara tentang ‘kehendak Allah’ dalam arti perintah-perintah / larangan-larangan Allah dalam firmanNya, yang kita ketahui.
C. H. Spurgeon: “But while many of God’s purposes are hidden from us, there is a revealed will which we must not violate.” [= Tetapi sekalipun banyak dari rencana-rencana Allah tersembunyi dari kita, di sana ada suatu kehendak yang dinyatakan yang tidak boleh kita langgar.] - hal 85.
BACA JUGA: TAK KUTAHU KAN HARI DEPAN (YAKOBUS 4:13-14)
Bdk. Ulangan 29:29 - “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.’”.
C. H. Spurgeon: “May the Lord bring us all to his feet in whole-hearted consecration, till we can say, ‘We will not go to that city unless we can serve God there. We will not buy, and we will not sell, unless we can glorify God by not buying and selling; and we will not wish even for the honest gain that comes of trading; unless we can be promoting the will of God by getting it. Our best profit will consist of doing God’s will.’ A man can as much as serve God by measuring calico, or by weighing groceries, as he can by preaching the gospel, if he is called to do it, and if he does it in a right spirit.” [= Kiranya Tuhan membawa kita semua ke kakiNya dalam pendedikasian sepenuh hati, sampai kita bisa berkata, ‘Kami tidak akan pergi ke kota itu kecuali kami bisa melayani Allah di sana. Kami tidak akan membeli, dan kami tidak akan menjual, kecuali kami bisa memuliakan Allah dengan dengan tidak membeli dan menjual; dan kami tidak akan menginginkan bahkan untuk keuntungan yang jujur yang datang dari perdagangan; kecuali kami bisa memajukan kehendak Allah dengan mendapatkannya. Keuntungan terbaik kami terdiri dari tindakan melakukan kehendak Allah’. Seseorang bisa secara sama melayani Allah dengan mengukur kain katun, atau dengan menimbang barang-barang belanjaan, seperti ia bisa dengan memberitakan Injil, jika ia dipanggil untuk melakukan hal itu, dan jika ia melakukannya dalam roh yang benar.] - hal 87.
Jadi, kalau kita tidak bertindak / berkata sesuai dengan kebenaran yang kita ketahui, bahwa segala sesuatu ada di tangan Tuhan, itu adalah dosa!. JIKA TUHAN MENGHENDAKINYA/INSYA ALLAH (YAKOBUS 4:15-17) -AMIN
C. H. Spurgeon: “May the Lord bring us all to his feet in whole-hearted consecration, till we can say, ‘We will not go to that city unless we can serve God there. We will not buy, and we will not sell, unless we can glorify God by not buying and selling; and we will not wish even for the honest gain that comes of trading; unless we can be promoting the will of God by getting it. Our best profit will consist of doing God’s will.’ A man can as much as serve God by measuring calico, or by weighing groceries, as he can by preaching the gospel, if he is called to do it, and if he does it in a right spirit.” [= Kiranya Tuhan membawa kita semua ke kakiNya dalam pendedikasian sepenuh hati, sampai kita bisa berkata, ‘Kami tidak akan pergi ke kota itu kecuali kami bisa melayani Allah di sana. Kami tidak akan membeli, dan kami tidak akan menjual, kecuali kami bisa memuliakan Allah dengan dengan tidak membeli dan menjual; dan kami tidak akan menginginkan bahkan untuk keuntungan yang jujur yang datang dari perdagangan; kecuali kami bisa memajukan kehendak Allah dengan mendapatkannya. Keuntungan terbaik kami terdiri dari tindakan melakukan kehendak Allah’. Seseorang bisa secara sama melayani Allah dengan mengukur kain katun, atau dengan menimbang barang-barang belanjaan, seperti ia bisa dengan memberitakan Injil, jika ia dipanggil untuk melakukan hal itu, dan jika ia melakukannya dalam roh yang benar.] - hal 87.
Jadi, kalau kita tidak bertindak / berkata sesuai dengan kebenaran yang kita ketahui, bahwa segala sesuatu ada di tangan Tuhan, itu adalah dosa!. JIKA TUHAN MENGHENDAKINYA/INSYA ALLAH (YAKOBUS 4:15-17) -AMIN