TAK KUTAHU KAN HARI DEPAN (YAKOBUS 4:13-14)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Yakobus 4:13-14 - “(13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, (14) sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
TAK KUTAHU KAN HARI DEPAN (YAKOBUS 4:13-14
gadget, bisnis, otomotif
I) Hal-hal yang tidak salah dalam diri orang ini

1) Pekerjaan orang itu / berdagang / keinginan untuk mendapat untung. Ini tidak salah!

Alkitab justru menyalahkan orang malas yang tidak mau bekerja.

Amsal 6:6-11 - “(6) Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: (7) biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, (8) ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. (9) Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? (10) ‘Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring’ - (11) maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.”.

Amsal 20:4 - “Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa.”.

2Tesalonika 3:10-12 - “(10) Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. (11) Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. (12) Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.”.

Bekerja itu bekerja secara sungguh-sungguh dan secara jujur. Bukan pekerjaan tidak halal.

2) Perencanaan untuk masa depan.

Banyak orang mengajar berdasarkan Mat 6:25-34 bahwa kita tidak boleh merencanakan untuk masa depan. Perencanaan dianggap sebagai bukti bahwa kita kurang beriman dan itu adalah dosa.

Matius 6:25-34 - “(25) ‘Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (26) Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, (29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. (30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. (33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (34) Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.’”.

Tetapi ajaran semacam ini adalah salah! Mat 6:25-34 tidak melarang perencanaan untuk masa depan, tetapi melarang kekuatiran dalam menghadapi masa depan!

Bacalah Kej 41:34-36 dan Amsal 6:6-8 yang jelas menunjukkan bahwa perencanaan untuk masa depan itu tidak bertentangan dengan iman, tidak salah, dan bahkan harus dilakukan.

Kejadian 41:34-36 - “(34) Baiklah juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir. (35) Mereka harus mengumpulkan segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik yang akan datang ini dan, di bawah kuasa tuanku Firaun, menimbun gandum di kota-kota sebagai bahan makanan, serta menyimpannya. (36) Demikianlah segala bahan makanan itu menjadi persediaan untuk negeri ini dalam ketujuh tahun kelaparan yang akan terjadi di tanah Mesir, supaya negeri ini jangan binasa karena kelaparan itu.’”.

Amsal 6:6-8 - “(6) Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: (7) biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, (8) ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.”.

Pandemi covid 19 ini menunjukkan kepada kita bahwa orang yang selama ini tidak belajar dari semut dalam hal bekerja dan menabung, betul-betul hancur. Dan memang banyak orang yang tidak pernah mau menabung. Semua uang dihabiskan. Dan pada waktu muncul pandemi dan tidak ada pekerjaan, mereka betul-betul jadi sangat miskin, bahkan kesukaran untuk makan.

Di USA sekarang, banyak orang tinggal di tenda-tenda di pinggir jalan! Mengapa? Waktu saya ada di sana saya bisa melihat bahwa mereka hampir semua hidup secara sangat boros, dan sangat jarang ada yang mau menabung!

II) Hal-hal yang salah dari orang ini.

1) Rencananya sepenuhnya sekuler dan sangat ambisius.

Yakobus 4: 13: “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’,”.

Ini seperti orang kaya yang bodoh dalam text di bawah ini.

Lukas 12:16-19 - “(16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!”.

Pada zaman sekarang, ini bisa ‘dirohanikan’. Pendeta yang merencanakan untuk membangun gereja besar, juga buka cabang-cabang dan sebagainya. Tentu ini bagus kalau motivasinya betul-betul untuk kemuliaan Tuhan. Tetapi apa iya itu motivasinya? Tetapi bagaimana kalau motivasinya bukan untuk kemuliaan Tuhan, tetapi untuk uang, atau kepopuleran diri sendiri dsb????

2) Rencananya direncanakan dengan self-confidence.

Ay 13 jelas menunjukkan orang yang mempunyai self-confidence.

Yakobus 4: 13: “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’,”.

Adanya self-confidence itu menyebabkan orang itu ‘bisa memastikan’ akan:

a) Saat keberangkatannya (‘hari ini atau besok’).

b) Tujuannya (‘kota anu’).

NIV: ‘this or that city’ [= kota ini atau itu].

c) Lamanya ia tinggal di sana (‘setahun’).

d) Apa yang akan dikerjakan di sana (‘berdagang’).

e) Kesuksesannya (‘serta mendapat untung’).

Banyak orang berpendapat bahwa self-confidence [= keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri], atau pede, adalah sesuatu yang sangat penting untuk bisa sukses, baik dalam hal bekerja, maupun study, olah raga, mencari pacar, melayani Tuhan dsb. Bahkan psikologi dunia mengajarkan untuk pede! ‘AKU BISA!’

Apakah Yakobus / Kitab Suci memuji orang itu karena self-confi­dence yang dimilikinya? Lihat Yakobus 4: 16: “Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.”.

Kata ‘salah’ (ay 16) diterjemahkan ‘evil’ [= jahat] oleh KJV/RSV/NIV/NASB.

C. H. Spurgeon: “They are foolish; but, what is worse, they are wicked.” [= Mereka bodoh; tetapi, apa yang lebih buruk, mereka jahat.] - hal 88.

Catatan: semua kutipan dari Spurgeon dalam khotbah ini saya ambil dari khotbahnya yang berjudul ‘God’s will about the future’ (no 2242) hal 78-92 (AGES).

Jadi jelas bahwa Yakobus bukannya memuji tetapi sebaliknya bahkan mengecam orang itu.

C. H. Spurgeon: “MEN to-day are just the same as when these words were first written. We still find people saying what they are going to do to-day, to-morrow, or in six months time, at the end of another year, and perhaps still further.” [= Orang-orang sekarang / pada zaman ini persis sama seperti pada waktu kata-kata ini pertama-tama dituliskan. Kita tetap mendapati orang-orang berkata apa yang akan mereka lakukan hari ini, besok, atau dalam waktu 6 bulan, pada akhir dari tahun yang akan datang, dan mungkin lebih jauh lagi.] - hal 78.

Dan bukan hanya pada zaman dari Spurgeon (abad 19), tetapi sampai zaman sekarangpun di abad 21, tetap terjadi hal yang sama

3) Rencananya direncanakan tanpa melibatkan Allah sama sekali.

Kesalahannya yang lain adalah bahwa ia sama sekali tidak melibatkan Allah dalam hidup dan rencananya. Ini sangat berhubungan dengan no 2 di atas.

Adanya self-confidence menyebabkan kita berusaha tanpa bimbingan ataupun pertolongan Tuhan. Lihat ay 13 lagi.

Yakobus 4: 13: “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’”.

Orang itu sedikitpun tidak berdoa untuk meminta pimpinan Tuhan ataupun untuk meminta penyertaan, pertolongan dan berkat Tuhan. Ia yakin dirinya sendiri bisa melakukannya dengan sukses tanpa Tuhan.

Bdk. Matius 26:31-35 - “(31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. (32) Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.’ (33) Petrus menjawabNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’ (34) Yesus berkata kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ (35) Kata Petrus kepadaNya: ‘Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.’ Semua murid yang lainpun berkata demikian juga.”.

Bukan hanya Petrus, tetapi semua murid yang lain, juga sama-sama pede! Karena itu terjadi lanjutan cerita itu.

Matius 26:36-44 - “(36) Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-muridNya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-muridNya: ‘Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.’ (37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’ (39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’ (40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-muridNya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: ‘Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’ (42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’ (43) Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. (44) Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.”.

Mereka sama sekali tidak berdoa, sekalipun Yesus menyuruh mereka berdoa. Sebaliknya mereka tidur, sementara Yesusnya berdoa!

Mungkin sekali saudara tetap berdoa untuk meminta pimpinan dan pertolongan Tuhan sekalipun saudara adalah orang yang mempunyai self-confidence. Tetapi kalau demikian halnya, saya percaya bahwa doa saudara itu adalah doa yang tidak sungguh-sungguh dijiwai! Saudara mungkin berdoa hanya seba­gai rutinitas, kebiasaan, kewajiban dsb. Dengan demikian pada hakekatnya saudara tidak berbeda dengan orang yang diceritakan oleh Yakobus, ataupun para murid Yesus.

Sebaliknya dari perencanaan tanpa melibatkan Allah, kita harus berusaha mengenal Allah, dan belajar firman untuk makin mengenal Dia dan kehendak-Nya, dan menggunakan firman itu untuk menjadi pembimbing hidup kita!

The Bible Exposition Commentary: “Apart from the will of God, life is a mystery. When you know Jesus Christ as your Saviour, and seek to do His will, then life starts to make sense. Even the physical world around you takes on new meaning.” [= Terpisah dari kehendak Allah, hidup adalah suatu misteri. Pada waktu kamu mengenal Yesus Kristus sebagai Juruselamatmu, dan berusaha untuk melakukan kehendakNya, maka hidup mulai bisa dimengerti / mempunyai arti. Bahkan dunia fisik di sekelilingmu mempunyai arti yang baru.].

Bdk. Yohanes 14:7a - “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu.”.

The Bible Exposition Commentary: “God reveals His will in His Word, and yet most people ignore the Bible. In the Bible, God gives precepts, principles, and promises that can guide us in every area of life. Knowing and obeying the Word of God is the surest way to success (Josh 1:8; Ps 1:3).” [= Allah menyatakan kehendakNya dalam firmanNya, tetapi kebanyakan orang mengabaikan Alkitab. Dalam Alkitab, Allah memberikan peraturan-peraturan, prinsip-prinsip, dan janji-janji yang bisa membimbing kita dalam setiap daerah kehidupan. Mengetahui / mengenal dan mentaati firman Allah adalah cara yang paling pasti untuk sukses / berhasil (Yosua 1:8; Mazmur 1:3).].

Yosua 1:7-8 - “(7) Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hambaKu Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi. (8) Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”.

Mazmur 1:1-3 - “(1) Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, (2) tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. (3) Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”.

III) Alasan mengapa orang itu salah.

1) Kita tidak mempunyai kepastian tentang masa yang akan datang (ay 14a).

Yakobus 4: 14a: “sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok.”.

Ay 13 kontras dengan ay 14!

Yakobus 4: 13-14: “(13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, (14) sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.”.

Ay 13 menunjukkan bahwa orang itu merasa pasti akan segala sesuatu. Tetapi ay 14 berkata ‘kamu tidak tahu’. Ay 13 mengatakan ‘setahun’, tetapi ay 14 mengatakan ‘besok’.

Bdk. Amsal 27:1 - “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.”.

Calvin: “He condemns here another kind of presumption, that many, who ought to have depended on God’s providence, confidently settled what they were to do, and arranged their plans for a long time, as though they had many years at their own disposal, while they were not sure, no not even of one moment.” [= Di sini ia mengecam suatu jenis kesombongan yang lain, bahwa banyak orang, yang seharusnya bergantung pada Providensia Allah, dengan yakin memutuskan apa yang akan mereka lakukan, dan mengatur rencana-rencana mereka untuk suatu waktu yang lama, seakan-akan mereka mempunyai banyak tahun yang bisa mereka gunakan semau mereka, sedangkan mereka tidak pasti, tidak, bahkan tidak untuk satu saat.].

The Bible Exposition Commentary: “The uncertainty of life (v. 14a). This statement is based on Prov 27:1 - ‘Boast not thyself of tomorrow; for thou knowest not what a day may bring forth.’ These businessmen were making plans for a whole year when they could not even see ahead into one day! See how confident they were: ‘We will go. We will stay a year. We will buy and sell and make a profit.’ Their attitude reminds us of the farmer in the parable of Jesus in Luke 12:16-21. The man had a bumper crop; his barns were too small; so he decided to build bigger barns and have greater security for the future. "And I will say to my soul, ‘Soul, thou hast much goods laid up for many years; take thine ease, eat, drink, and be merry’" (Luke 12:19). What was God’s reply to this man’s boasting? ‘Thou fool, this night thy soul shall be required of thee’ (Luke 12:20). Life is not uncertain to God, but it is uncertain to us. Only when we are in His will can we be confident of tomorrow, for we know that He is leading us.” [= Ketidak-pastian hidup (ay 14a). Pernyataan ini didasarkan pada Amsal 27:1 - ‘Jangan membanggakan / menyombongkan dirimu tentang hari esok; karena engkau tidak tahu hari yang seperti apa yang bisa muncul’. Pebisnis-pebisnis ini sedang membuat rencana-rencana untuk satu tahun penuh pada waktu mereka bahkan tidak bisa melihat ke depan ke dalam satu hari! Lihatlah betapa yakinnya mereka: ‘Kami akan pergi. Kami akan tinggal satu tahun. Kami akan membeli dan menjual dan mendapatkan keuntungan’. Sikap mereka mengingatkan kita tentang petani dalam perumpamaan Yesus dalam Lukas 12:16-21. Orang itu mendapatkan hasil panen yang sangat besar; lumbung-lumbungnya terlalu kecil; maka ia memutuskan untuk membangun lumbung-lumbung yang lebih besar dan mempunyai keadaan aman yang lebih besar untuk masa yang akan datang. "Dan aku akan berkata kepada jiwaku, ‘Jiwa, engkau mempunyai banyak barang / milik tertimbun untuk banyak tahun; santailah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah’" (Lukas 12:19). Apa jawaban Allah terhadap kesombongan orang ini? ‘Engkau orang bodoh, malam ini jiwamu akan dituntut / diminta dari padamu’ (Lukas 12:20). Hidup itu bukannya tidak pasti bagi Allah, tetapi itu tidak pasti bagi kita. Hanya pada waktu kita ada di dalam kehendakNya kita bisa yakin tentang hari esok, karena kita tahu bahwa ia sedang membimbing kita.].

Kalau saudara begitu buta tentang apa yang akan terjadi besok, bagaimana saudara bisa mempunyai self-confidence? Bagaimana kalau besok saudara sakit (ingat sekarang ada wabah covid 19!), tertimpa kecelakaan / musibah, kerampokan, atau bahkan mati? Apakah itu tidak menggagalkan rencana saudara?

C. H. Spurgeon: “The text applies with very peculiar force when our friends and fellow workers are passing away from us. Sickness and death have been busy in our midst. Perhaps in our abundant service we have been reckoning what this brother would do this week, and what that sister would be doing next week, and so on. Even for God’s work we have had our plans, dependent in great measure on the presence of some beloved helpers. They have appeared amongst us in such buoyant health, that we have scarcely thought it possible that they would be struck down in a moment. Yet so it has often been. The uncertainty of life comes home to us when such things occur, and we begin to wonder that we have reckoned anything at all safe, or even probable, in such a shifting, changing world as this.” [= Text ini cocok dengan kekuatan yang sangat khusus pada waktu teman-teman dan rekan-rekan kerja kita mati. Penyakit dan kematian telah sibuk di tengah-tengah kita. Mungkin dalam pelayanan kita yang banyak kita telah memperhitungkan apa yang saudara ini akan lakukan minggu ini, dan apa yang saudari itu akan lakukan minggu depan, dan seterusnya. Bahkan untuk pekerjaan Allah kita telah mempunyai rencana-rencana kita, tergantung pada tingkat yang besar pada kehadiran dari beberapa penolong yang terkasih. Mereka terlihat di antara kita dalam kesehatan yang begitu baik, sehingga kita tidak memikirkan kemungkinan bahwa mereka akan menjadi sangat sakit / mati dalam sekejap. Tetapi begitulah yang sering terjadi. Ketidak-pastian dari kehidupan menjadi jelas bagi kita pada waktu hal seperti itu terjadi, dan kita mulai bertanya-tanya bahwa kita telah memperhitungkan apapun yang aman pada tingkat apapun, atau bahkan memungkinkan, dalam suatu dunia yang berubah / bergeser seperti ini.] - hal 78-79.

Wabah covid 19 ini, yang menghantam kesehatan, hidup / nyawa, bisnis, keuangan dan bahkan gereja, merupakan pelajaran Tuhan bagi semua kita yang punya keyakinan seperti orang ini, akan betapa tidak pastinya hidup kita dan masa depan kita di dunia ini!

C. H. Spurgeon: “They evidently thought everything was at their own disposal. They said ‘We will go, we will continue, we will buy, we will sell, we will get gain.’ But it is not foolish for a man to feel that he can do as he likes, and that everything will fall out as he desires; that he can both propose and dispose, and has not to ask God’s consent at all? ... May God teach thee that everything is not at your disposal; but that the Lord reigneth, the Lord sitteth King for ever and ever!” [= Mereka secara jelas berpikir segala sesuatu tergantung diri mereka sendiri. Mereka berkata ‘Kami akan pergi, kami akan terus / melanjutkan, kami akan membeli, kami akan menjual, kami akan mendapat untung’. Tetapi bukankah tolol bagi seseorang untuk merasa bahwa ia bisa melakukan seperti ia senangi, dan bahwa segala sesuatu akan terjadi seperti yang ia inginkan; bahwa ia bisa baik bermaksud / merencanakan dan menentukan jalannya peristiwa-peristiwa, dan tidak harus meminta persetujuan Allah sama sekali? ... Kiranya Allah mengajar kamu bahwa segala sesuatu tidak tergantung dirimu sendiri; tetapi bahwa Tuhan bertakhta, Tuhan duduk sebagai Raja selama-lamanya!] - hal 79-80.

C. H. Spurgeon: “They had no thought of asking the divine blessing, nor of entreating the help of the Most High. ... So they were full of self-confidence, and began reckoning for the future without a shadow of doubt as to their own ability.” [= Mereka tidak berpikir untuk meminta berkat Allah, ataupun memohon pertolongan dari Yang Maha Tinggi. ... Begitulah mereka penuh dengan rasa percaya diri sendiri, dan mulai memperhitungkan untuk masa depan tanpa keraguan sedikitpun berkenaan dengan kemampuan mereka.] - hal 80.

C. H. Spurgeon: “It is evident that to those men everything seemed certain. ‘We will go into such a city.’ How did they know that they would ever get there? ‘We will buy, and sell, and get gain.’ Did they regulate the markets? Might there be no fall in prices? Oh, no! they looked upon the future as a dead certainty, and upon themselves as people who were sure to win, whatever might become of others.” [= Adalah jelas bahwa bagi orang-orang itu segala sesuatu kelihatan pasti. ‘Kami akan pergi ke kota itu’. Bagaimana mereka tahu bahwa mereka akan pernah sampai di sana? ‘Kami akan membeli, dan menjual, dan mendapat untung’. Apakah mereka mengatur / mengontrol pasar? Tidak bisakah ada kejatuhan harga-harga di sana? Ah, tidak! mereka memandang masa depan sebagai suatu kepastian yang mutlak, memandang kepada diri mereka sendiri sebagai orang-orang yang pasti akan menang, apapun yang bisa terjadi tentang orang-orang lain.] - hal 80-81.

Bagian terakhir itu betul-betul persis seperti keyakinan Petrus akan dirinya sendiri.

Matius 26:33 - “Petrus menjawabNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’”.


C. H. Spurgeon: “It is a great folly to build hopes on that which may never come. It is unwise to count your chickens before they are hatched; it is madness to risk everything on the unsubstantial future.” [= Merupakan suatu kebodohan yang besar untuk membangun pengharapan-pengharapan pada hal yang bisa / mungkin tidak pernah datang / terjadi. Adalah tidak bijaksana untuk menghitung anak-anak ayammu sebelum mereka menetas; merupakan kegilaan untuk meresikokan segala sesuatu pada masa depan yang tidak meyakinkan / tidak berdasarkan fakta.] - hal 81.

Ilustrasi: orang yang mau menjual madu ke kota.

C. H. Spurgeon: “How do we know what will be on the morrow? It has grown into a proverb that we ought to expect the unexpected; for often the very thing happens which we thought would not happen. We are constantly surprised by the events which occur around us. ... They come upon us at unawares, and overwhelm us. How can we reckon upon anything in a world like this, where nothing is certain but uncertainty?” [= Bagaimana kita tahu apa yang akan terjadi besok? Telah menjadi suatu pepatah bahwa kita harus mengharapkan hal yang tidak diharapkan; karena sering terjadi hal yang kita pikir / kira tidak akan terjadi. Kita secara terus menerus dikejutkan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar / sekeliling kita. Mereka datang kepada kita secara tidak terduga, dan mengubur / mengalahkan kita. Bagaimana kita bisa memperhitungkan berdasarkan apapun dalam suatu dunia seperti ini, dimana tidak ada apapun yang pasti kecuali ketidak-pastian?] - hal 81.

2) Kita adalah manusia yang fana, dan hidup kita sangat singkat.

Ay 14b: “Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.”.

KJV/NASB/ASV/NKJV/YLT: ‘vapor / vapour’ [= uap].

RSV/NIV: ‘mist’ [= kabut].

A. T. Robertson: “A vapour ‎(ATMIS)‎. ... An old word for mist” [= Suatu uap (ATMIS) ... suatu kata kuno untuk kabut].

Kabut itu menunjuk pada ketidakpastian, dan waktu yang singkat. Kalau dilihat dari ay 14b itu, maka sifat singkat itu yang ditekankan.

Alkitab mempunyai penggambaran-penggambaran yang lain tentang singkatnya hidup manusia.

1Tawarikh 29:15 - “Sebab kami adalah orang asing di hadapanMu dan orang pendatang sama seperti semua nenek moyang kami; sebagai bayang-bayang hari-hari kami di atas bumi dan tidak ada harapan.”.

Ayub 8:9 - “Sebab kita, anak-anak kemarin, tidak mengetahui apa-apa; karena hari-hari kita seperti bayang-bayang di bumi.”.

Mazmur 102:12 - “Hari-hariku seperti bayang-bayang memanjang, dan aku sendiri layu seperti rumput.”.

Mazmur 90:5-6 - “(5) Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, (6) di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.”.

Semua ayat-ayat ini menunjukkan bahwa diri kita bersifat fana / sementara, dan hidup kita semua sangat singkat. Dan karena begitu singkatnya hidup kita, adalah bodoh untuk hidup hanya dengan tujuan sekuler, bersenang-senang, dan sebagainya. Kita hanya bisa bersenang-senang untuk waktu yang sangat singkat! Dan sesudah itu????

William Barclay memberikan suatu percakapan antara seorang muda yang ambisius dan seorang yang lebih tua yang sudah mengerti tentang kehidupan. Percakapannya adalah sebagai berikut:

A: I will learn my trade [= Aku akan belajar berdagang].

B: And then? [= Lalu?].

A: I will set up in business [= Aku akan memulai bisnis].

B: And then? [= Lalu?].

A: I will make my fortune [= Aku akan menjadi kaya].

B: And then? [= Lalu?].

A: I suppose that I shall grow old and retire and live on my money [= Aku kira aku akan menjadi tua dan pensiun dan hidup dari uangku].

B: And then? [= Lalu?].

A: Well, I suppose that some day I will die [= Aku kira suatu hari aku akan mati].

B: And then? [= Lalu?].

Barclay (tentang Luk 12:13-34): “There is a story of a conversation between an ambitious youth and an older man who knew life. Said the young man, ‘I will learn my trade.’ ‘And then?’ said the older man. ‘I will set up in business.’ ‘And then?’ ‘I will make my fortune.’ ‘And then?’ ‘I suppose that I shall grow old and retire and live on my money.’ ‘And then?’ ‘Well, I suppose that some day I will die.’ ‘And then?’ came the last stabbing question.” [= ].

Barclay (tentang Lukas 12:13-34): “Those who never remember that there is another world are destined some day for the grimmest of grim shocks.” [= Mereka yang tidak pernah mengingat bahwa di sana ada suatu dunia yang lain, ditentukan / dipastikan pada suatu hari untuk kejutan-kejutan menakutkan yang paling menakutkan.].

The Bible Exposition Commentary: “Since life is so brief, we cannot afford merely to ‘spend our lives’; and we certainly do not want to ‘waste our lives.’ We must invest our lives in those things that are eternal.” [= Karena hidup itu begitu singkat, kita tidak meresikokan semata-mata untuk ‘menghabiskan hidup kita’; dan kita pasti tidak mau untuk ‘menggunakan secara ceroboh / memboroskan hidup kita’. Kita harus MENGINVESTASIKAN hidup kita dalam hal-hal yang kekal itu.].

Bdk. Mazmur 90:10-12 - “(10) Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. (11) Siapakah yang mengenal kekuatan murkaMu dan takut kepada gemasMu? (12) Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”.

Pengkhotbah 11:9 - “Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!”.

Pengkhotbah 12:1 - “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’,”.

Adam Clarke: “God is particularly displeased with those people:

‘Who, counting on long years of pleasure here,

Are quite unfurnished for a world to come.’”

[= Allah tidak senang secara khusus dengan orang-orang itu:

‘Yang, memperhitungkan tahun-tahun kesenangan yang panjang di sini,

Sama sekali tidak diperlengkapi untuk suatu dunia yang akan datang’.].

3) Self-confidence adalah suatu kesombongan, karena dalam faktanya kita semua sangat lemah.

Yakobus 4: 16: “Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.”.

Kata ‘congkak’ dalam ay 16, dalam bahasa Yunaninya adalah ALAZONEIA.

William Barclay mengatakan bahwa kata ini biasanya ditujukan kepada penjual obat / penyembuh. Jadi orang yang mempunyai self-confi­dence disamakan seperti penjual obat yang selalu menyombong­kan / membual tentang obatnya.

Barclay: “The word is ALAZONEIA. ALAZONEIA was originally the characteristic of the wandering quack who offered cures which were no cures and boasted of things that he was not able to do. The future is not within our hands, and no one can arrogantly claim to have the power to decide it.” [= Kata itu adalah ALAZONEIA. ALAZONEIA secara orisinil merupakan ciri dari penyembuh / penjual obat keliling yang menawarkan kesembuhan yang sebetulnya bukan kesembuhan, dan membanggakan tentang hal-hal yang ia tidak mampu lakukan. Masa depan tidak berada dalam tangan kita, dan tak seorangpun bisa secara arogan mengclaim kuasa untuk menentukannya.].

Calvin: “James does not reprove the form of speaking, but rather the arrogance of mind, that men should forget their own weakness, and speak thus presumptuously; for even the godly, who think humbly of themselves, and acknowledge that their steps are guided by the will of God, may yet sometimes say, without any qualifying clause, that they will do this or that.” [= Yakobus tidak mencela / mengecam bentuk pembicaraannya, tetapi kesombongan pikirannya, bahwa orang melupakan kelemahan mereka sendiri, dan berbicara dengan begitu sombong; karena bahkan di antara orang-orang saleh, yang berpikir dengan rendah / rendah hati tentang diri mereka sendiri, dan mengakui bahwa langkah-langkah mereka diarahkan oleh kehendak Allah, bisa kadang-kadang berkata, tanpa anak kalimat yang memberikan persyaratan apapun, bahwa mereka akan melakukan ini atau itu.].

Adam Clarke: “That man walks most safely who has the least confidence in himself. True magnanimity keeps God continually in view.” [= Orang itu berjalan secara paling aman yang mempunyai keyakinan paling sedikit kepada dirinya sendiri. Jiwa yang sungguh-sungguh besar / agung menjaga Allah secara terus menerus dalam pandangannya.].

Adam Clarke: “To know that we are dependent creatures is well; to feel it, and to act suitably, is still better.” [= Mengetahui bahwa kita adalah makhluk-makhluk ciptaan yang tergantung adalah bagus; merasakannya, dan bertindak sesuai dengannya adalah lebih baik lagi.].

Bdk. Yohanes 15:5 - “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”.

CHRISTIAN - CHRIST = IAN (I Am Nothing).

Mazmur 103:14 - “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”.

Yesaya 41:14 - “Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau, demikianlah firman TUHAN, dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Israel.”.

Ro 7:18a - “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik.”.

IV) Apa yang seharusnya kita lakukan?

1) Berhenti, untuk bisa berpikir / merenung.

Yakobus 4: 13: “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’”.

Kata-kata ‘jadi sekarang’ (NIV: ‘Now listen’; NASB: ‘Come now’) pada awal ay 13, dalam bahasa Yunaninya adalah AGE NUN.

Thomas Manton mengatakan bahwa ini adalah suatu ungkapan yang menyuruh berhenti untuk berpikir dan merenung. Tanpa itu kita akan terus hidup dalam dosa self-confidence itu tanpa kita sadari.

Biasanya tiap orang (bahkan yang rendah diri sekalipun) mempunyai segi-segi kehidupan tertentu dimana ia merasa yakin akan dirinya sendiri. Jadi, baik orang yang pede, maupun yang minder, sama-sama harus merenung / introspeksi. Dan awal dari suatu tahun merupakan saat yang bagus untuk melakukan hal itu.

2) Hati-hati terhadap ‘titik kuat’ saudara!

Biasanya kita diperingatkan akan titik lemah kita. Itu tidak salah. Tetapi jarang orang memperingatkan kita akan ‘titik kuat’ kita. Padahal ini sangat berbahaya, dan sangat banyak orang jatuh pada ‘titik kuat’nya! Dan pada ‘titik kuat’ ini biasanya orang merasa pede.

Dalam ay 13 Yakobus menggunakan contoh tentang orang yang mau berdagang karena orang-orang Yahudi banyak yang berda­gang. Itu memang keahlian mereka. Itu ‘titik kuat’ mereka!

Barclay: “The Jews were the great traders of the ancient world,” [= Orang-orang Yahudi adalah pedagang-pedagang yang hebat / sangat ahli dari dunia kuno,].

Karena itu, dalam hal itu mereka punya self-confidence. Karena itu hati-hatilah dengan ‘kekuatan’ saudara! Itu adalah tempat dimana saudara mudah jatuh ke dalam dosa self-confidence (bdk. Simson dalam Hak 15:16-19 dan Hak 16:20).

Hak 15:16-19 - “(16) Berkatalah Simson: ‘Dengan rahang keledai bangsa keledai itu kuhajar, dengan rahang keledai seribu orang kupukul.’ (17) Setelah berkata demikian, dilemparnya tulang rahang itu dari tangannya. Kemudian dinamailah tempat itu Ramat Lehi. (18) Ketika ia sangat haus, berserulah ia kepada TUHAN: ‘Oleh tangan hambaMu ini telah Kauberikan kemenangan yang besar itu, masakan sekarang aku akan mati kehausan dan jatuh ke dalam tangan orang-orang yang tidak bersunat itu!’ (19) Kemudian Allah membelah liang batu yang di Lehi itu, dan keluarlah air dari situ. Ia minum, lalu menjadi kuat dan segar kembali. Sebab itu dinamailah mata air itu Mata Air Penyeru, yang sampai sekarang masih ada di Lehi.”.

Hak 16:20 - “Lalu berserulah perempuan itu: ‘Orang Filistin menyergap engkau, Simson!’ Maka terjagalah ia dari tidurnya serta katanya: ‘Seperti yang sudah-sudah, aku akan bebas dan akan meronta lepas.’ Tetapi tidaklah diketahuinya, bahwa TUHAN telah meninggalkan dia.”.

Jadi, renungkan juga ‘titik kuat’ saudara, kalau-kalau dalam hal itu saudara percaya kepada diri saudara sendiri, dan bukan kepada Tuhan! Ini beberapa kemungkinan akan ‘titik kuat’ saudara:

a) Pintar bekerja / cari duit.

b) Pintar untuk jadi pemimpin.

c) Pintar menganalisa.

d) Pintar mengurus rumah.

e) Pintar masak / buat kue.

f) Pintar tentang komputer.

g) Pintar bahasa asli Alkitab.

h) Pintar berkhotbah / mengajar.

i) Pintar berdebat.

j) Pintar mengajar Sekolah Minggu.

k) Pintar memberitakan Injil secara pribadi.

l) Pintar menyanyi.

Kesimpulan dari khotbah session ini: sikap pede orang itu salah, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok!. TAK KUTAHU KAN HARI DEPAN (YAKOBUS 4:13-14)
Next Post Previous Post