ARTI KAMU ADALAH TERANG DUNIA (MATIUS 5:14-16)


ARTI KAMU ADALAH TERANG DUNIA (MATIUS 5:14-16)Matius 5:14-16 – (Matius 5:14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. (15) Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. (16) Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

Pendahuluan:

Melalui Teks ini, saya ingin mengajak kita belajar dibawah tema “Kamu Adalah Terang Dunia”

Ada beberapa hal yang ingin saya angkat untuk kita pelajari sehubungan dengan tema ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan perhatian penuh dari sekalian kita yang hadir pada kesempatan yang berbahagia ini. 

Beberapa hal tentang terang:

1) Terang berbeda secara menyolok dengan gelap.

Karena itu kalau kita adalah terang, maka hidup kita harus berbeda secara menyolok dengan hidup orang dunia. Memang bukan berbeda dalam segala hal, tetapi hanya dalam hal yang merupakan dosa. Misalnya: 

· dalam kejujuran. 

· dalam kerajinan. 

· dalam hal mentaati peraturan lalu lintas dan lampu lalu lintas. 

· dalam hal sogok menyogok. 

· dalam hal ‘jam karet’ / suka terlambat. 

· pada waktu dimusuhi / ada orang yang menjengkelkan, kita tetap mengasihi dan mengampuni. 

· pada waktu menderita atau ada kesukaran, kita tidak mengeluh / marah, tetapi tetap beriman, bersukacita, dan tetap berusaha menyenangkan Allah. 

Kalau kita hidup berbeda dengan dunia dalam hal-hal yang bersifat dosa, maka kita memuliakan Allah (Matius 5: 16). 

Satu hal yang perlu dicamkan adalah: kalau kita hidup berbeda dengan dunia, kita akan seperti kota yang terletak di atas gunung (Matius 5: 14), artinya kehidupan kita akan disorot / diperhatikan orang. Karena itu kita harus hidup dengan lebih hati-hati. 

2) Terang tidak boleh disembunyikan. 

Ini terlihat dari: 

· Matius 5: 15: ‘orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang’. 

· Matius 5: 16: ‘hendaknya terangmu bercahaya di depan orang’. 

Jadi, kita tidak boleh terus menyendiri atau terus ada di gereja. Kita harus mau bergaul dengan orang dunia untuk ‘menerangi’ mereka. Ingat bahwa saudara tidak disebut dengan istilah ‘terang gereja’, tetapi ‘terang dunia’! 

3) Terang memberi petunjuk. 

Ini bisa kita lakukan dengan memberitakan Injil, memberi nasihat / teguran, mengajak ke gereja yang benar dan sebagainya. 

Apakah saudara memberi petunjuk pada orang-orang di sekitar saudara? Dan saudara-saudara yang sudah mempunyai anak, apakah saudara mengarahkan anak-anak saudara kepada Yesus? Bdk. Amsal 22:6. 

4) Terang makin dibutuhkan di tempat yang semakin gelap. 

Makin gelap suatu tempat, maka makin dibutuhkan terang di tempat itu. Analoginya: makin berdosa orang-orang di suatu tempat, makin perlu adanya orang-orang Kristen untuk menerangi mereka. 

Dalam pelayanan kita sebagai majelis, pengurus, guru sekolah minggu, pendeta, pengkhotbah, dan sebagainya, kita cenderung lebih senang melayani jemaat yang ‘baik’. Kita condong untuk ‘membuang orang yang brengsek’. Tetapi sebetulnya orang yang brengsek itu yang lebih membutuhkan terang kita! Bdk. Matius 9:10-13. 

5) Terang mempengaruhi gelap, bukan sebaliknya (Yohanes 1:5). 

Sama seperti garam, terang mempengaruhi, bukan dipengaruhi.

Penjelasan: 

1. SIAPA YANG DIMAKSUD DENGAN TERANG DUNIA.

Pada bagian pertama, saya merasa sangat perlu untuk kita mengetahui siapa yang dimaksud dengan “terang dunia”. Untuk bisa mengetahui siapa yang dimaksud dengan “terang dunia” maka kita harus melihat kepada siapa Yesus berbicara. Oleh karena itu mari kita perhatikan beberapa ayat berikut ini:

Matius 4:23-25 – (23) Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. (24) Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. (25) Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.

Matius 5: 1-2’14 – (1) Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. (2) Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:………. (14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

Dari kedua bagian Firman Tuhan ini, kita bisa melihat dengan jelas bahwa pada saat itu Yesus sedang berbicara kepada orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti Dia, lantaran mereka telah melihat berbagai peristiwa ajaib yang telah dilakukan Yesus (Yesus telah melenyabkan berbagai macam penyakit dan kelemahan). Tidak hanya itu, kita juga bisa melihat dari ayat di atas bahwa bukan saja orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti Yesus yang menjadi pendengar khotbah Yesus, melainkan juga ada para murid Yesus. Ini berarti ketika Yesus berbicara “Kamu Adalah Terang Dunia”, Pembicaraan ini ditujukan kepada semua mereka yang hadir pada waktu itu (baik itu orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti Yesus mau pun para murid Yesus).

Apakah ini berarti bahwa mereka semua (orang banyak itu maupun murid-murid Yesus) adalah “Terang Dunia?”. Saya rasa TIDAK! Mengapa saya katakan demikian? Mari kita perhatikan ayat berikut ini:

Matius 5:2-12 – (2) Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya (3) "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. (4 )Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. (5) Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. (6) Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. (7) Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. (8) Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. (9) Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (10) Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. (11) Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. (12) Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga dianiyaya nabi-nabi sebelum kamu.

Dari ayat ini kita bisa katakan bahwa Yesus sementara mengajar orang banyak dan para murid untuk hidup berpusat pada Allah (Teosentris/ menempatkan Allah menjadi yang utama dalam hidup mereka). Untuk orang-orang seperti inilah (orang yang hidup berpusat pada Allah) Yesus berkata “Kamu Adalah Terang Dunia”

Selain itu kita harus ingat bahwa “Terang yang sesungguhnya bukanlah manusia” malainkan Yesus Kristus, hal ini nampak jelas dalam Injil Yohanes.

Yohanes 1:6-9 – (6) Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; (7) ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. (8) Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. (9) Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.

Yohanes 8:12 - Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.

Yohanes 9:5 - Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.

Manusia hanya disebut terang dunia karena mereka ‘mengikuti’ (percaya) kepada Yesus (hidup berpusat pada Allah), perhatikan ayat berikut ini:

Yohanes 8:12 - Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.

Efesus 5:8 - Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang.

Dengan demikian jelas sudah bahwa yang layak disebut “TERANG DUNIA” adalah “MEREKA YANG ‘MENGIKUTI’ (PERCAYA) KEPADA YESUS”

PENERAPANNYA: Tidak semua orang yang hadir di dalam gereja, mendengarkan khotbah dan lain sebagainya, layak disebut terang dunia, sebab ada yang datang ke gereja hanya di dorong oleh motifasi-motifasi yang salah, bahkan ada yang datang ke gereja tanpa mempercayai Yesus, orang-orang seperti itu TIDAK LAYAK disebut sebagai TERANG DUNIA. Orang yang layak disebut “TERANG DUNIA” adalah mereka yang ‘mengikuti’ (Percaya) kepada Yesus, atau mereka yang hidupnya berpusat pada Allah, atau mereka yang menempatkan Yesus di atas segalanya.

Bagaimana dengan kita yang hadir pada saat ini! Apakah kita tergolong orang yang ‘mengikuti’ (Percaya) kepada Yesus, atau orang yang hidupnya berpusat pada Allah, atau orang yang menempatkan Yesus di atas segalanya. Jika kita tergolong orang-orang seperti ini, maka Alkitab berkata “Kamu Adalah Terang Dunia”. Jika TIDAK! Maka, sesungguhnya kita adalah orang-orang gelap yang perlu diterangi.

Budi Asali - Sebagai orang percaya, kita juga disebut sebagai terang dunia (Matius 5:14-16 Filipi 2:15), tetapi dalam arti: Kita hanya memantulkan terang dari Kristus, sama seperti bulan memantulkan terang dari matahari. Seseorang mengatakan bahwa kalau ‘dunia’ ada di tengah-tengah bulan dan matahari, maka terjadilah gerhana bulan dimana bulan tidak bersinar / tidak memantulkan terang dari matahari. Demikian juga kalau kita sebagai orang kristen membiarkan ‘dunia’ ada di tengah-tengah diri kita dan Kristus, maka kita tidak bisa bersinar bagi Kristus! 

2. TANGGUNG JAWAB KITA SEBAGAI TERANG DUNIA

Matius 5:14-15 – (14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. (15) Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

Sesungguhnya menjadi terang dunia merupakan sebuah tanggung jawab yang sangat besar dan sekaligus merupakan sebuah kehormatan yang luar biasa, karena kita, manusia dapat memancarkan cahaya Kristus di tengah-tengah dunia ini. Dalam kapasitas kita sebagai “Terang Dunia”. Maka, ada beberapa hal yang harus kita lakoni sebagai bagian dari tanggung jawab kita sebagai “terang dunia”, yaitu :

Pertama; Sebagai “Terang dunia” kita harus senantiasa memancarkan terang tersebut. Coba perhatikan ayat berikut ini:

Matius 5:14 – Kamu adalah terang dunia…………..dst

Pertanyaannya! Terang seperti apa yang harus kita pancarkan? Untuk itu saya ajak kita melihat ayat ke 16 Matius 5:

Matius 5:16 - Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya……dst

Dalam Versi KJV (Alkitab Versi King James) memberikan kita keterangan lebih jelas, ketimbang versi Indonesia yang kita miliki, mari kita perhatikan.

Matthew 5:16 – Let your light so shine before men, that they may see your good works, and glorify your Father which is in heaven.

Artinya terang yang “berkilat, berkilau, berseri, mengkilap, berkilau-kilauan atau singkatnya “sangat terang”. Bukan redup atau pu suram.

Karena itu kalau kita adalah terang, maka hidup kita harus berbeda secara menyolok dengan hidup orang dunia. Memang bukan berbeda dalam segala hal, tetapi hanya dalam hal yang merupakan dosa. (orang lain berbuat dosa kita jangan berbuat dosa)

Satu hal yang perlu dicamkan adalah: kalau kita hidup berbeda dengan dunia, kita akan seperti kota yang terletak di atas gunung

Matius 5:14 - Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi

Note: Artinya kehidupan kita akan disorot / diperhatikan orang. Karena itu kita harus hidup dengan lebih hati-hati.

Kedua; Sebagai “Terang Dunia”, kita tidak boleh menyembunyikan terang kita. Karena orang yang menyembunyikan terangnya adalah orang yang egois (memanfaatkan terang untuk kepentingan dirinya). Lagi pula dalam teks kita ini, menegaskan kepada kita orang percaya untuk menunjukkan terang itu. Perhatikan ayat berikut ini:

Matius 5: 15 – Orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang.

Matius 5: 16 – Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang.

Anonim – “Kehadiran Anda dan teladan yang Anda tunjukkan memberikan jawaban bagi orang lain. Ketika mereka melihat Anda, mereka yang hidup dalam gelap ingin hidup di dalam terang, mereka yang tidak memiliki arah tujuan yang jelas menjadi mengerti bahwa hidup itu sangat berharga. Keberadaan anda menjadi sebuat ‘unsur’ yang ditunggu-tunggu oleh orang lain, karena Anda membuat mereka berubah ke arah yang lebih baik”

Seseorang pernah menulis begini: “Sejajar dengan gambaran itu, maka kekristenan adalah sesuatu yang untuk dilihat. ‘didalam kekristenan tidak ada istilah mengikut Yesus secara sembunyi-sembunyi’ didalamnya hanya akan terjadi dua kemungkinan, yaitu KETERSEMBUNYIAN itu akan menghancurkan kekristenannya, atau kekristenannya itu akan menghancurkan ketersembunyiannya.”

Artinya sebagai orang percaya (red. Terang Dunia) kita mesti berani menunjukkan kualitas diri kita agar melalui diri kita membuat orang yang melihat kita tertarik untuk mengenal Kristus. Bukan sebaliknya, kita menjadi batu sandungan (penghalang) sehingga orang enggan tertarik datang kepada kristus.

Seorang missionaris bernama E. Stanley Jones pernah mengajukan pertanyaan kepada Mahatma Gandhi tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan India dengan cara damai (Mahatma Gandhi adalah seorang yang sering mengutip khotbah di bukit yang terdapat dalam Matius 6-7). Pertanyaannya begini: “sekalipun Anda sering mengutip kata-kata Yesus, mengapa Anda kelihatannya keras menolak untuk menjadi pengikutnya?” Jawab Gandhi: “Saya tidak pernah menolak Kristus. Saya suka Kristus Anda, Tapi saya tidak suka dengan orang Kristen Anda.” Lebih lanjut Gandhi menambahkan bahwa “Jika orang Kristen benar-benar hidup menurut ajaran Kristus, seperti yang ditemukan di dalam Alkitab, seluruh India sudah menjadi Kristen hari ini” ini diakibatkan karena orang Kristen yang dijumpai Gandhi pada waktu itu berprilaku sangat buruk atau gagal menjadi terang.

Renungan Harian Air Hidup: - Dikatakan, "...orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu." (Matius 5:15). Artinya terang dari Tuhan itu tidak boleh ditutupi, disembunyikan, terlebih lagi dipadamkan. Terang dari Tuhan harus dinyatakan kepada seluruh orang, harus diangkat ke tempat yang lebih tinggi sehingga memberi terang kepada dunia sekitar laksana kota yang letaknya di atas bukit, di mana keberadaannya jelas terlihat dan tidak mungkin disembunyikan. Itulah keberaaan kita sebagai orang percaya yang adalah terang di tengah kegelapan dunia ini. Orang lain akan melihat kita dengan jelas. (Orang Kristen Adalah Terang Dunia - edisi 14 Oktober 2011)

Ketiga; Sebagai “Terang Dunia” kita harus bisa memberi petunjuk. Perhatikan ayat berikut ini:

Matius 5:14 – Kamu adalah terang dunia…………..dst

Firman Tuhan dengan jelas berkata “kamu adalah terang dunia”, perlu kita ketahui bahwa kata “dunia” merujuk kepada manusia yang berada dalam kegelapan, Maka dari itu orang percaya (red. Terang dunia) diharapkan mampu memberikan petunjuk bagi mereka yang masih berada dalam kegelapan.

Ingat bahwa orang percaya tidak disebut dengan istilah ‘terang gereja’, tetapi ‘terang dunia’! Dengan demikian terang itu lebih berfaedah apabila berada dalam kegelapan. Maka benarlah lirik lagu “Jadilah Terang” yang dilantukan oleh Glann Fredly Deviano Latuihamallo”

Glann Fredly Deviano Latuihamallo (Lirik lagu - Terang): “Jadilah terang, jangan di tempat yang terang. Jadilah terang di tempat yang gelap……..”

Dengan demikian sebagai orang percaya (red. Terang Dunia) kita HARUS menjadi petunjukkan bagi mereka yang masih berada dalam kegelapan. Ini bisa kita lakukan dengan memberitakan Injil, memberi nasihat / teguran, mengajak ke gereja dan perbuatan ‘baik’ lainnya. Sudahkan kita lakukan hal-hal itu? Jika sudah pertahankan, jika belum mulailah dari sekarang.

3. TUJUAN KITA MEMACARKAN TERANG DUNIA

Matius 5:16 - Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.

Kata “BAIK” Dalam bahasa Yunani ada dua kata yaitu “Agathos” yang berarti sesuatu yang baik mutunya. Dan, Kalos, yang berarti sesuatu yang bukan hanya baik, tetapi juga indah, menarik hati dan mempunyai daya tarik”

Dalam Teks kita (Matius 5:16) kata “baik” menggunakan kata “Kala” yang berasal dari kata “Kalos” yang berarti sesuatu yang bukan hanya baik, tetapi juga indah, menarik hati dan mempunyai daya tarik”

Dengan demikian sebagai orang percaya (red. Terang Dunia) perbuatan baik kita harus seperti magnet (mempunyai daya tarik), sasaran akhir dari perbuatan baik itu bertujuan agar orang-orang dapat memuliakan Tuhan, bukan memuliakan diri kita sebagai terang. Itulah tujuan akhir dari kita memancarkan terang.

Artikel – “Tujuan menjadi terang bukan supaya kita dilihat hebat. Ini adalah spirit farisi. Tujuan menjadi terang supaya Bapa di Sorga yang dipermuliakan bukan diri kita…….mengapa demikian? Karena kita bukan sumber terang itu, kita hanya memancarkan terang yaitu Bapa sendiri” (Biarlah Terangmu Bersinar)

Matius 5:16 - Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.

Manna Sorgawi – “Orang dunia berbuat baik demi sebuah nilai personal, tetapi kita sebagai orang percaya memiliki nilai yang lebih luhur, yaitu bagi kemuliaan Tuhan. Kita menjadikannya tanggung jawab untuk memancarkan terang sebagai sebuah pelayanan bagi kemuliaan Tuhan” (Manna Sorgawi, Agustus 2014. No. 197/Tahun XVII)

Stephen Tong – Manusia diciptakan sebagai REFLEKTOR yang merefleksikan dan mewakilkan Tuhan, sehingga kemuliaan, kebajikan, cinta kasih dan kesucian Tuhan harus terlihat dari hidup kita (Reformed 21 Channel)

Oleh karena itu sebagai orang percaya jangan berbangga (red. Sombong) dengan apa yang telah kita karyakan dalam perjalanan iman kita, melainkan tirulah teladan Yohanes Pembabtis.

Yohanes 3:30 (BIS) - Dialah yang harus makin penting, dan saya makin kurang penting.

Orang percaya hanyalah alat di tangan Tuhan. Ibarat kunci (alat kerja) di tangan sang montir. Sebagus apa pun kunci (alat kerja) tersebut ketika digunakan oleh montir untuk memperbaiki mesin yang rusak hingga berhasil, maka di sini bukanlah kunci (alat kerja) itu yang akan mendapat penghargaan (red. Pujian) melainkan si montir itulah yang mendapat penghargaan (red. Pujian). Soli Deo Gloria, “Kemuliaan hanya bagi Allah” itulah yang harus kita wujudkan.

Ini adalah sebuah tantangan yang cukup besar dari Tuhan, yang semestinya membuat kita berpikir secara serius agar bisa mewujudkan semua ini, karena sebagai manusia ada kecendrungan yang amat kuat dalam diri kita agar bisa (dapat) dipuji orang.

Dalam level praktika, untuk menjalani prinsip hidup Soli Deo Gloria tidaklah mudah. Contohnya saja, walaupun kita tahu bahwa sebagai orang percaya perbuatan baik yang kita pancarkan adalah hanya bagi Tuhan dan untuk kemuliaanNya semata, tapi sering kali jika tidak ada orang yang perhatikan apa yang tengah kita kerjakan, kita seringkali menjadi kesal. Tidak jarang, kita berupaya (sadar atau tidak sadar) dengan seribu satu cara mengkomunikasikan upaya kerja keras kita pada orang lain dengan tujuan agar banyak orang boleh menaruh simpati pada kita dan akhirnya memuji kerja keras kita lebih daripada Tuhan yang dimuliakan. Ingat perbuatan baik kita bukan merupakan ajang pameran.

Ada yang menulis begini: “Tindakan yang dilakukan sebagai pameran bukan saja merupakan wujud dari kesombongan diri yang tak akan mengundang berkat Tuhan bagi orang yang melakukannya, ia juga akan membuat orang lain merasa muak dan menutup diri. Sehingga bukannya menjadi terang yang menunjukkan jalan kepada Kristus malahan dapat menjadi penghalang bagi orang lain” (Hidup Berdampak Bagi Dunia)

Catatan: Mattew Henry mengatakan  Kamu adalah terang dunia (Matius 5: 14). Hal ini juga memperlihatkan bahwa murid-murid itu berguna, seperti pada perintah sebelumnya ( -- Tidak ada yang lebih berguna daripada matahari dan garam), hanya saja yang terang ini lebih mulia. Semua orang Kristen adalah terang di dalam Tuhan (Efesus 5:8), dan harus bercahaya seperti bintang-bintang (Filipi. 2:15), namun melayani dengan cara yang istimewa. 

Kristus menyebut diri-Nya terang dunia (Yohanes 8:12), sedangkan murid-murid-Nya adalah teman-teman sekerja dan menerima sebagian kehormatan-Nya. Sesungguhnya terang itu manis dan disambut kehadirannya. Terang pada hari pertama penciptaan dunia seperti itu, ketika dari dalam gelap terbit terang. Begitu pula halnya dengan terang fajar setiap hari. Demikian halnya juga dengan Injil, dan orang-orang yang menyebarkannya kepada semua orang yang mau mendengar. Dunia diam dalam kegelapan, dan Kristus membangunkan murid-murid-Nya untuk bersinar di dalamnya, dan supaya dapat melakukannya, mereka meminjam dan mendapatkan terang itu dari-Nya.

Ada sebuah lagu yang manarik, berjudul: “Segala Pujian Bagi Tuhan” Liriknya seperti ini:

Betapapun tinggi prestasi manusia

Semua itu kar’na rahmat Anugrah Tuhan

Kita semua adalah alat yang Kuasa

Jangan s’orang pun megahkan dirinya 

Chorus:

Sgala pujian bagi Tuhan

Hanya Tuhan layak disembah

Tak s’orangpun layak megahkan diri 

Kemuliaan hanya bagi Tuhan 

Sgala pujian bagi Tuhan

Hanya Tuhan layak disembah

Tak s’orangpun layak megahkan diri

Kemuliaan hanyalah kepada Tuhan 

S'gala pujian bagi Tuhan 

Apakah karya baik yang kita buat (atau terang yang kita pancarkan) bertujuan untuk mencari kemuliaan diri sendiri atau kah untuk kemuliaan Tuhan? Renungkan ini secara serius.

PENUTUP:

Pada bagian penutup ini, saya mengajak kita untuk memperhatikan kutipan berikut ini: “salah satu penyakit pandemik tertua di dunia dan yang sampai sekarang masih belum berhasil dihapuskan adalah flu atau influenza. Dua ribu empat ratus tahun yang lampau Hippocrates, tabib yang sangat terkenal dari Yunani dan pribadi yang dianggap sebagai peletak dasar-dasar ilmu pengobatan Barat, telah mencatat keberadaan penyakit yang ditularkan oleh virus ini. Ia disebut sebagai penyakit pandemik karena sebarannya yang sangat luas, sehingga meliputi hampir seluruh dunia. 

Bukannya berhasil dilenyapkan, malahan di zaman modern ini muncul berbagai variannya yang baru seperti flu Hongkong, flu burung dan flu babi. Kata influenza itu sendiri berasal dari bahasa Latin, bahasa yang digunakan orang Italia, yang artinya pengaruh atau dalam bahasa Inggris influence. Istilah ini mereka gunakan karena pada zaman dahulu orang beranggapan bahwa seseorang terjangkiti influenza karena pengaruh astrologi atau perbintangan yang buruk atas dirinya. 

Di kemudian hari karena perkembangan pemahaman ilmu medis istilah itu diubah menjadi influenza di freddo, atau dalam bahasa Inggris influence of the cold yang artinya pengaruh dari suhu yang dingin. Dengan kata lain bila seseorang dikatakan terjangkiti flu atau influenza secara harafiah sebenarnya yang bersangkutan disebut sedang terkena pengaruh. Istilah ini mengingatkan kita kepada panggilan kita sebagai pengikut Kristus, yaitu untuk mempengaruhi dunia sekitar kita. Tanpa sedikitpun bermaksud untuk mengatakan bahwa kekristenan merupakan sejenis penyakit, namun sebagaimana penyakit flu memiliki daya tular yang sangat tinggi, demikian pula pengaruh kehidupan para pengikut Kristus semustinya memiliki daya tular yang sangat besar” (Hidup Berdampak Bagi Dunia)

Dalam dunia yang gelap karena dosa, orang percaya diharapkan dapat menjadi terang yang bercahaya agar memiliki daya magnet (red. daya tarik) bagi orang-orang untuk datang kepada Kristus. Kristus telah membawa kita keluar dari kegelapan, dan Dia (red. Kristus) mengatakan bahwa kita para pengikut-Nya adalah “terang dunia”. Maka, sudah seharusnya kita mainkan peran itu dengan baik.

Vidio Ilustrasi “Surat Dari Neraka” (seseorang yang tidak bisa menjadi terang bagi sahabatnya sampai ajal menjemput sahabatnya, penyesalan pun datang terlambat)

Apapun keadaannya tetap jadilah terang di dalam dunia yang gelap ini.

Ringkasan: 

1.Kita Terang dunia yang bercahaya dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang dapat dilihat dan diakui orang.

2.Kita jadi terang dunia bukan untuk memuliakan diri, tetapi untuk memuliakan Bapamu yang di sorga.

Soli Deo Gloria.
Next Post Previous Post