MATIUS 5:10-12 (MAKNA BERBAHAGIALAH ORANG YANG MENDERITA KARENA KEBENARAN)

Pdt.Budi Asali,M.Div.
MATIUS 5:10-12 (MAKNA BERBAHAGIALAH ORANG YANG MENDERITA KARENA KEBENARAN)MATIUS 5:10-12 (MAKNA BERBAHAGIALAH ORANG YANG MENDERITA KARENA KEBENARAN). Matius 5:10-12 - “Berbahagialah orang yang dianiaya (menderita) oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.’”.

Adalah sesuatu yang menarik bahwa Matius 5: 9 (tentang mengusahakan damai) langsung disambung dengan Matius 5: 10-12 (tentang penganiayaan / PENDERITAAN terhadap orang Kristen). Memang, sekalipun kita berusaha mendamaikan orang, khususnya kalau kita berusaha mendamaikan orang dengan Allah, akan ada banyak orang akan memusuhi / menganiaya kita.

I) Penderitaan / penganiayaan.

1) Alasan Yesus memberikan bagian ini.
Calvin: “It is evident from other passages, that they foolishly imagined the kingdom of Christ to be filled with wealth and luxuries” (= Adalah jelas dari bagian-bagian yang lain, bahwa mereka secara tolol membayangkan bahwa Kerajaan Kristus dipenuhi dengan kekayaan dan kemewahan).
Karena itu Kristus memberikan ayat-ayat ini sebagai peringatan: ikut Yesus tidak berarti jalannya mulus, tetapi sebaliknya penuh dengan penderitaan!

2) Yang disebut berbahagia bukanlah seadanya orang yang menderita. Ada orang-orang yang menderita karena dosa. Ini tentu tidak disebut berbahagia (1Petrus 2:20 1Petrus 4:15). Ada juga orang-orang yang menderita karena mereka mengira mereka taat pada Tuhan, tetapi sebetulnya tidak. Ini bisa terjadi karena kurang / tidak mengerti Firman Tuhan. Misalnya: orang yang membolos dari pekerjaan untuk melayani Tuhan, sehingga akhirnya dipecat dari pekerjaannya dan menderita karenanya. Ini tetap adalah menderita karena dosa, sekalipun dosanya tidak disengaja / tidak disadari.

3) Yang disebut berbahagia adakah orang yang menderita karena:
a) Kebenaran (Matius 5: 10).
Orang yang lapar dan haus akan kebenaran (Matius 5:6), justru akan menderita karena kebenaran!
b) Kristus (Matius 5: 11).

Memang orang-orang yang percaya kepada Kristus, betul-betul mengikut Kristus dan berusaha hidup sesuai kehendak Tuhan, pasti akan mengalami penderitaan (Mat 10:16,25,34-36 Yoh 15:18-25 Kis 14:22 Fil 1:29 2Tim 3:12).

Luther: “The Church is the community of those who are persecuted and martyred for the gospel’s sake” (= Gereja adalah kumpulan dari mereka yang dianiaya dan dibunuh secara syahid demi Injil).

Calvin: “We can not be Christ’s soldiers on any other condition than to have the greater part of the world rising in hostility against us, and pursuing us even to death. The state of the matter is this. Satan, the prince of the world, will never cease to fill his followers with rage, to carry on hostilities against the members of Christ” (= Kita tidak bisa menjadi tentara Kristus dengan kondisi lain selain mendapatkan sebagian besar dari dunia memusuhi kita, dan mengejar kita bahkan sampai mati. Persoalannya adalah seperti ini. Setan, penguasa dunia ini, tidak akan pernah berhenti mengisi pengikut-pengikutnya dengan kemarahan, untuk mengadakan permusuhan terhadap anggota-anggota Kristus).

II) Macam-macam penderitaan.
Matius 5: 11 dan Lukas 6:22 menunjukkan bahwa penderitaan itu bisa ada dalam berbagai bentuk, yaitu: dicela, difitnah, dianiaya, dikucilkan, dibenci, ditolak. Ini tentu tidak lengkap. Bisa saja kita dipecat dari pekerjaan, dicerai oleh istri / suami (bdk. 1Kor 7:15), dipenjarakan, dan bahkan dibunuh. Makin kita mendekati akhir jaman / kedatangan Kristus yang keduakalinya, maka makin hebat penganiayaan terhadap orang Kristen (Mat 24:9,21,22). Karena itu, kalau kita tidak mau untuk berlatih untuk menderita / berkorban bagi Kristus mulai sekarang, nanti pada saat ada penganiayaan besar, kita pasti tidak akan kuat!

III) Sikap menghadapi penderitaan / penganiayaan.

1) Sikap yang salah dalam menderita:
• kasihan pada diri sendiri (self pity).
• marah / benci / membalas dendam.
• susah / sedih.
• pura-pura menikmati penderitaan.
• berkompromi dengan dosa / lari ke dalam dosa / menjauhi Tuhan.
• menjadi suam dalam kerohanian.
• menjadi takut terhadap serangan setan, sehingga mengambil keputusan untuk tidak terlalu giat dalam mengikuti Tuhan, dengan tujuan supaya setan tidak terlalu menyerangnya.

2) Sikap yang benar: bersuka cita dan bergembira (Matius 5: 12 bdk. 1Pet 4:13).
Mengapa bersukacita / bergembira? Bukan karena penderitaan itu sendiri! Tetapi karena:

a) Upah yang besar di surga (Matius 5: 10b,12a Ibr 11:24-26 Ro 8:18 2Kor 4:17).

b) Penderitaan itu membuktikan kemurnian iman kita (1Pet 4:14).
Yesus juga dianiaya, dan demikian juga nabi-nabi Perjanjian Lama (Matius 5: 12b), dan rasul-rasul juga. Kalau kita tidak dianiaya, jelas ada sesuatu yang tidak beres dengan iman kita.

c) Kita menderita karena orang yang kita cintai yaitu Kristus sendiri (Matius 5: 11 Kis 5:41).
Polycarp, murid rasul Yohanes yang pada tahun 155 / 156 M. mengalami kematian syahid dengan jalan dibakar hidup-hidup, sebelum pembakaran itu menyatakan kata-kata ini: “86 years have I served Christ, and he has done me no wrong. How can I blaspheme my King who has saved me?” (= 86 tahun aku telah melayani Kristus, dan Ia tidak pernah berbuat salah kepadaku. Bagaimana aku bisa menghujat Rajaku yang telah menyelamatkanku?).

“O Lord God Almighty, the Father of thy well beloved and well blessed son, by whom we have received the knowledge of thee .... I thank thee that thou hast graciously thought me worthy of this day and of this hour” (= ‘Ya Tuhan Allah yang mahakuasa, Bapa dari AnakMu yang kekasih Yesus Kristus, melalui siapa kami telah menerima pengenalan terhadapMu ... Aku bersyukur kepadaMu bahwa Engkau dengan begitu baik telah menganggapku layak untuk hari ini dan jam / saat ini).

d) Kita bisa memberi teladan yang menguatkan orang-orang Kristen yang lain. Matius 5: 12 menunjukkan bahwa nabi-nabi itu bisa menjadi teladan bagi kita. Kalau kita menderita karena Kristus / kebenaran dan kita tetap bisa bersukacita, kita juga bisa menjadi teladan yang menguatkan iman orang-orang Kristen yang lain.

IV) Kalau sampai sekarang saudara belum pernah menderita barang sedikitpun karena Kristus / kebenaran, maka perhatikanlah Luk 6:26 - “Celakalah kamu jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu”.

Leon Morris (Tyndale):
• “It is a danger when all men speak well of you, for this can scarcely happen apart from sacrifice of principle” (= Merupakan sesuatu yang berbahaya kalau semua orang memuji / berbicara baik tentang kamu, karena ini hampir tidak mungkin terjadi terpisah dari pengorbanan prinsip).

• “It is the false prophets who win wide acclaim (cf. Je. 5:31). A true prophet is too uncomfortable to be popular” [= Adalah nabi-nabi palsu yang memenangkan banyak tempik sorak (bdk. Yer 5:31). Seorang nabi yang benar terlalu tidak menyenangkan untuk menjadi populer].

William Hendriksen: “When everybody speaks well of you it must be that you are a deceitful, servile flatterer” (= Kalau setiap orang berbicara baik tentang kamu / memuji kamu, itu pasti karena kamu adalah seorang penjilat yang mau merendahkan diri dan bersifat penipu).

Contoh: Bambang Noorsena (Gereja Orthodox Syria) berulangkali menyatakan kebanggaannya karena ia diterima oleh tokoh-tokoh ‘orang seberang’ (padahal ‘orang seberang’ itu tidak bertobat /percaya kepada Yesus), dan ia mengecam orang kristen yang tidak diterima oleh ‘orang seberang’. Ia juga mengatakan bahwa dengan sistim penyampaian seperti yang ia lakukan, sekalipun ia tidak mengkompromikan kepercayaannya, tetapi bisa terjadi ‘agree in disagreement’ (= setuju di dalam ketidaksetujuan).


Perlu dipertanyakan mengapa ia bisa diterima oleh ‘orang seberang’ padahal mereka tidak bertobat / percaya kepada Yesus? Jelas karena ajaran yang ia beritakan adalah Kitab Suci / Injil yang sudah disesuaikan dengan telinga ‘orang seberang’ itu.

Misalnya ia berkata: kalau berbicara kepada orang Islam sebutlah Bapa sebagai WUJUTULAH (= the existence of God / keberadaan Allah), Anak sebagai KALIMATULAH (= Firman Allah), Roh Kudus sebagai ROHULAH (= Roh Allah), maka pasti tidak ada batu sandungan. Bandingkan sikap kompromi 

Bambang Noorsena ini dengan:
• Yesus sendiri, rasul-rasul, dan orang-orang kristen abad pertama (bahkan nabi-nabi dalam Perjanjian Lama). Pada waktu mereka memberitakan Injil / Firman Tuhan, saya tidak melihat bahwa orang-orang yang menolak mereka lalu ‘setuju di dalam ketidak-setujuan’. Sebaliknya mereka memusuhi, memfitnah, dan tidak jarang menganiaya dan membunuh pemberita Injil / Firman Tuhan tersebut. Mengapa? Karena berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Bambang Noorsena, mereka ini tidak mengkompromikan Injil / Firman Tuhan tersebut.
• kata-kata Paulus dalam 2Korintus 4:2 dan 1Kor 1:22-23. Paulus tetap memberitakan salib, sekalipun itu adalah batu sandungan!

Bandingkan juga dengan:
Yoh 15:18-20a - “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih dari tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu”.

Matius 10:21-28 - “Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang. Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.

Renungkan kedua text di atas ini. Kalau Bambang Noorsena bisa tidak dimusuhi dengan sistim pemberitaan yang ia gunakan, bukankah ia menjadi hamba / murid yang lebih tinggi dari Tuan / Gurunya?

Tetapi William Hendriksen juga memberikan tambahan yang penting untuk menjaga keseimbangan. Ia berkata: “If a person is unpopular, he should ask himself, ‘Is this because I am loyal to my Lord ... or is it because I have failed to reveal a Christlike character?’” (= Jika seseorang tidak populer, ia harus bertanya kepada dirinya sendiri: ‘Apakah ini disebabkan karena aku setia kepada Tuhanku ... atau apakah ini disebabkan karena aku telah gagal untuk menyatakan karakter yang menyerupai Kristus?’).

-o0o-
Next Post Previous Post