KEPUTUSAN PONTIUS PILATUS (MATIUS 27:19-26)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
KEPUTUSAN PONTIUS PILATUS (MATIUS 27:19-26)KEPUTUSAN PONTIUS PILATUS (MATIUS 27:19-26). Matius 27:19-26 - “(19) Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: ‘Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.’ (20) Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati. (21) Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: ‘Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?’ Kata mereka: ‘Barabas.’ (22) Kata Pilatus kepada mereka: ‘Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?’ Mereka semua berseru: ‘Ia harus disalibkan!’ (23) Katanya: ‘Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukanNya?’ Namun mereka makin keras berteriak: ‘Ia harus disalibkan!’ (24) Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: ‘Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!’ (25) Dan seluruh rakyat itu menjawab: ‘Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!’ (26) Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan”.

Pengantar:

Matius 27: 19: “Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: ‘Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.’”.

1) Istri Pontius Pilatus.

· dalam buku Apocrypha yang disebut ‘Injil Nikodemus’, dikatakan bahwa istri Pontius Pilatus adalah orang yang memeluk agama Yahudi / Yudaisme.

· bahkan ada orang-orang yang mengatakan bahwa akhirnya istri Ponti­us Pilatus menjadi orang kristen.

Tetapi tentu saja hal-hal ini tak bisa dipastikan kebenarannya.

2) Mimpi istri Pontius Pilatus.

a) Ini jelas bukan mimpi biasa tetapi merupakan petunjuk dari Tuhan.

Calvin mengatakan bahwa banyak orang beranggapan bahwa setanlah yang memberikan mimpi ini, untuk menggagalkan penebusan dosa umat manusia, tetapi Calvin menganggap hal itu tidak mungkin, karena setan justru ingin membunuh Kristus. Jadi, menurut Calvin, mimpi itu merupakan cara Allah untuk menyatakan ketidak-bersalahan AnakNya. Tetapi Allah melakukan hal ini bukan untuk membebaskan Yesus, tetapi supaya dengan makin nyatanya ketidak-bersalahan Yesus maka makin terlihat dengan jelas bahwa Yesus menderita dan mati bagi kita / di tempat kita.

b) Bagi Pontius Pilatus, ‘pesan Tuhan’ ini makin menjerumuskannya ke- dalam neraka yang lebih dalam!

Matius 27: 20-26: “(20) Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati. (21) Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: ‘Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?’ Kata mereka: ‘Barabas.’ (22) Kata Pilatus kepada mereka: ‘Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?’ Mereka semua berseru: ‘Ia harus disalibkan!’ (23) Katanya: ‘Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukanNya?’ Namun mereka makin keras berteriak: ‘Ia harus disalibkan!’ (24) Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: ‘Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!’ (25) Dan seluruh rakyat itu menjawab: ‘Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!’ (26) Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan”.

1) Matius 27: 20-21: “(20) Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati. (21) Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: ‘Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?’ Kata mereka: ‘Barabas.’”.

Sementara Pontius Pilatus membaca dan merenungkan pesan istrinya, tokoh-tokoh Yahudi menghasut orang banyak sehingga mereka memilih Barabas untuk dibebaskan.

Penerapan:

ini menunjukkan bahayanya hasutan. Karena itu, berhati-hatilah setiap kali saudara mendengar kata-kata seseorang yang membangkitkan ketidak-senangan / kebencian terhadap seseorang. 

kalau saudara adalah orang yang sering menghasut, maka saudara tidak berbeda dengan orang-orang brengsek ini! Saudara sedang menjadi alat setan! Bertobatlah! 

2) Matius 27: 22-23: “(22) Kata Pilatus kepada mereka: ‘Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?’ Mereka semua berseru: ‘Ia harus disalibkan!’ (23) Katanya: ‘Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukanNya?’ Namun mereka makin keras berteriak: ‘Ia harus disalibkan!’”.

a) Kata-kata Pontius Pilatus dalam Matius 27: 22a,23a menunjukkan bahwa ia betul-betul frustrasi menghadapi keadaan itu.

b) Dalam Injil Yohanes ada tambahan, yaitu Yohanes 19:15b - “Kata Pilatus kepada mereka: ‘Haruskah aku menyalibkan rajamu?’ Jawab imam-imam kepala: ‘Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!’”.

c) Ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi itu hanya suka ikut-ikutan. Tadinya mereka ikut-ikutan berseru ‘Hosana’, dsb (Matius 21:9), dan sekarang mereka ikut-ikutan berseru ‘salibkan Dia’!

Penerapan: jangan suka-ikut-ikutan. Berusahalah untuk mengetahui kebenaran, dan ikutilah kebenaran itu, tak peduli apa yang dilaku­kan oleh orang lain!

d) Mereka menuntut supaya Yesus disalibkan, padahal salib bukanlah hukuman Yahudi (Yahudi biasanya menggunakan rajam), tetapi hukuman Romawi.

Mengapa mereka, yang adalah orang Yahudi, memilih salib, yang adalah hukuman Romawi?

1. Karena ini adalah hukuman yang paling menyakitkan / mengerikan

Pulpit Commentary menyebut penyaliban sebagai: “the most painful, barbarous, and ignominious punishment which the cruelty of man ever invented” (= hukuman yang paling menyakitkan, paling biadab / kejam, dan paling jahat yang pernah ditemukan oleh kekejaman manusia).

Kebencian mereka kepada Yesus menyebabkan mereka sengaja memilih hukuman yang paling menyakitkan / mengerikan untuk membunuh Yesus!

2. Ada tangan Allah / Providence of God yang mengatur sehingga mereka memilih hukuman ini. Mengapa Allah mengatur seperti itu? Karena orang yang berbuat dosa / tidak mentaati Firman Tuhan adalah orang terkutuk (Ulangan 27:26 Gal 3:10b). Kristus menebus / memikul hukuman umat manusia, dan karena itu Ia harus menjadi terkutuk, dan karena itu Ia harus mengalami kematian yang terku­tuk, yaitu tergantung pada salib (Galatia 3:13 Ulangan 21:23).

3) Matius 27: 24: “Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: ‘Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!’”.

a) Dalam sepanjang pengadilan ini Pontius Pilatus terombang-ambing di antara 2 hal:

· Fakta bahwa Kristus tidak bersalah.

· Rasa takut kepada orang banyak yang menuntut supaya Kristus dihukum mati.

Setelah berusaha dengan macam-macam cara, akhirnya Pontius Pilatus menyerah pada tuntutan orang banyak itu.

Penerapan: seringkali kitapun mengalami saat-saat dimana ketaatan pada Firman Tuhan / kehendak Allah / kebenaran mengandung resiko tinggi. Pada saat seperti itu, apakah saudara lalu mengabaikan firman Tuhan / kehendak Allah / kebenaran itu? Kalau ya, saudara tidak berbe­da dengan Pontius Pilatus!

b) Mengapa Pontius Pilatus menyerah?

1. Karena ia takut pada tuduhan dalam Yohanes 19:12 - “Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: ‘Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.’”.

Bertentangan dengan ajaran Yesus dalam Matius 10:28, Pontius Pilatus lebih takut kepada manusia dari pada kepada Allah

2. Karena ia ingin memuaskan orang banyak.

Markus 15:15 - “Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan”.

Bdk. Galatia 1:10 - “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus”.

3. Karena ia mengira bahwa ia bisa melepaskan diri dari tanggung jawab dengan mencuci tangan.

4. Karena ia hanya mengetahui kebenaran secara intelektual saja.

Orang yang betul-betul mengerti dan mengenal kebenaran (dengan otak maupun hati), pasti akan membela kebenaran mati-matian. Tetapi orang yang mengerti kebenaran secara intelektual, hanya akan membela kebenaran dengan setengah hati, dan setelah itu mengorbankan kebenaran itu

Renungkan: bagaimana saudara mengenal kebenaran / Firman Tuhan? Bagaimana saudara membela firman Tuhan / kebenaran?

c) Pontius Pilatus mencuci tangannya.

1. Ini merupakan tradisi Yahudi untuk menunjukkan bahwa seseorang itu tidak bersalah / tidak ikut apa-apa (bdk. Ulangan 21:6 Mazmur 26:6).

2. Tetapi dalam kasus ini jelas bahwa Pontius Pilatus bukannya tidak ikut apa-apa! Hal itu memang adalah tanggung jawabnya, dan tidak bisa ia lepaskan begitu saja! Jadi, cuci tangan yang ia lakukan jelas tidak berguna sedikitpun!

Penerapan: jangan terlalu gampang berkata: ‘itu bukan urusan / tanggung jawab saya’!

4) Matius 27: 25: “Dan seluruh rakyat itu menjawab: ‘Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!’”.

Ini mereka ucapkan tanpa berpikir. Tetapi hal ini akhirnya betul-betul terjadi pada tahun 70 Masehi dimana Yerusalem dihancur-lebur­kan oleh Romawi. Ahli sejarah Josephus mengatakan bahwa pada saat itu:

· sekitar 1,1 juta orang Yahudi mati.

· ribuan dari mereka mati disalib.

· darah mengalir di jalanan begitu banyak seperti sungai sehingga memadamkan benda-benda yang terbakar.

Dari sudut orang-orang yang pro Yesus, mereka harus menunggu lebih dari 30 tahun sebelum keadilan Allah dilaksanakan!

Karena itu, kalau saudara sebagai orang kristen mengalami penindasan dan perlakuan yang tidak adil dari orang lain, dan saudara melihat bahwa orang-orang itu tetap jaya dan makmur untuk waktu yang lama, jangan saudara berkata bahwa Allah tidak adil! Allah pasti akan bertindak, pada saatNya!

5) Matius 27: 26: “Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan”.

a) Penyesahan terhadap Yesus ini adalah suatu penggenapan nubuat, baik nubuat Yesus sendiri (Matius 20:19), maupun nubuat Perjanjian Lama (Yesaya 53:5 Yesaya 50:6) 

b) Mungkin sekali Yesus disesah 2 x (2 set penyesahan), karena:

1. Matius 27:26 dan Markus 15:15 menceritakan tentang penyesahan yang terjadi persis sebelum penyaliban. Memang tradisi saat itu adalah: sebelum disalib disesah dulu (lihat komentar William Barclay di bawah).

2. Yohanes 19:1-16 dan Lukas 23:13-25 menceritakan adanya penyesahan yang dilakukan selama pengadilan masih berlangsung / belum selesai. Ini dilakukan oleh Pontius Pilatus dengan tujuan supaya orang-orang Yahudi menjadi kasihan kepada Yesus sehingga lalu tidak jadi menyalibkan Yesus.

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari tentang penyesahan yang ini:

a. Ini jelas merupakan sesuatu hal yang tidak adil terhadap Yesus. Ia tidak bersalah, tetapi harus disesah!

Penerapan: pernahkah saudara ‘mengorbankan’ orang yang tidak bersa­lah demi memuaskan orang yang marah kepada dia? Misalnya dengan menyuruhnya meminta maaf (sekalipun ia tidak bersalah)? Ini adalah suatu tindakan yang tidak terlalu berbeda dengan apa yang Pontius Pilatus lakukan pada saat ia menyesah Yesus!

b. Di sini Pontius Pilatus melakukan tawar-menawar dengan kebenaran. Memang setan sering menggoda kita untuk menawar kebenaran / kehendak Allah. Misalnya: supaya kita memberikan hanya 5 % dari penghasilan kita kepada Tuhan, atau supaya kita pergi ke gereja 3 x sebulan, atau supaya kita pergi ke gereja yang dekat tetapi tidak alkitabiah, dsb. Apakah saudara sering tunduk pada godaan seperti itu?

c. Pontius Pilatus melakukan dosa yang relatif lebih kecil (menye­sah Kristus), dengan harapan bisa terhindar dari dosa yang lebih besar (membunuh Kristus). Ini adalah tindakan yang salah! Yang harus ia lakukan saat itu adalah: memilih untuk tidak berdosa dengan jalan membebaskan Kristus.

Pulpit Commentary:

“Sin ever leads on to sin” (= Dosa selalu membawa kepada dosa).

“We may not do evil that good may come” (= Kita tidak boleh melakukan yang jahat dengan tujuan supaya yang baik datang).

c) Penyesahan.

Untuk bisa mengerti lebih baik tentang hebatnya penderitaan Kris­tus pada waktu disesah, mari kita lihat 2 komentar di bawah ini.
KEPUTUSAN PONTIUS PILATUS (MATIUS 27:19-26)
William Hendriksen: “The Roman scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone. The stripes were laid especially on the victim's back, bared and bent. Gener­ally two men were employed to administer this punishment, one lashing the victim from one side, one from the other side, with the result that the flesh was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins and arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging, from which Roman citi­zens were exempt (cf. Acts 16:37), often resulted in death” [= Cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sede­mikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kisah Para Rasul 16:37), sering berakhir dengan kematian].

William Barclay: “Roman scourging was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied behind him, and he was tied to a post with his back bent double and conveniently exposed to the lash. The lash itself was a long leather thong, studded at intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such scourging always preceded crucifixion and ‘it reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding weals’. Men died under it, and men lost their reason under it, and few remained conscious to the end of it” [= Pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencam­bukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu menjadikan tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya (menja­di gila?) karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].

d) Yesus rela mengalami penyesahan itu untuk kita (bdk. Yesaya 53:5 1Petrus 2:24).

Kita yang adalah orang berdosa, dan karena itu kitalah yang seha­rusnya mengalami hukuman seperti itu. Tetapi Yesus yang tidak bersalah, karena kasihnya kepada kita, rela menanggung hukuman itu bagi kita, supaya kalau kita percaya kepada Dia, kita bebas dari semua hukuman dosa!

Penerapan:

· masihkah saudara meragukan kasih Tuhan kepada saudara? Pada saat-saat dimana saudara mengalami problem / penderitaan yang hebat, sehingga saudara meragukan kasih Tuhan, atau bahkan marah kepada Tuhan, renungkan tentang penyesahan yang Yesus alami bagi saudara!

· kalau Yesus mengalami semua ini bagi saudara, pantaskah saudara menolak untuk menderita bagi Dia? Pantaskah saudara masih mempunyai ‘allah lain’ atau hal-hal yang saudara utamakan / cintai lebih dari Tuhan? Pantaskah saudara masih segan untuk berkorban bagi Tuhan, baik dalam hal tenaga, waktu, pikiran, uang dsb?

· kalau Yesus rela mengalami semua ini bagi saudara, pantaskah kalau saudara enggan / seganuntuk:

* pergi berbakti ke gereja (sekalipun hari hujan!)?

* membaca / belajar Firman Tuhan / ikut Pemahaman Alkitab?

* bersaat teduh?

* berdoa / datang ke persekutuan doa?

* melayani Tuhan / memberitakan Injil?

* memberikan perpuluhan / persembahan kepada Tuhan?

e) Barabas bebas, dan Yesus disesah lalu disalib.

Banyak orang menganggap hal ini sebagai suatu TYPE dari kematian Kristus sebagai substitute (= pengganti) bagi kita.

Calvin: “Meanwhile, we ought to consider the purpose of God, by which Christ was appointed to be crucified, as if he had been the basest of men. The Jews, indeed, rage against him with blinded fury; but as God had appointed him to be a sacrifice to atone for the sins of the world, he permitted him to be placed even below a robber and murderer. That the Son of God was reduced so low none can properly remember without the deepest horror, and displeasure with themselves, and detestation of their own crimes. But hence also arises no ordinary ground of confidence; for Christ was sunk into the depths of ignominy, that he might obtain for us, by his humiliation, an ascent to the heavenly glory: he was reckoned worse than a robber, that he might admit us to the society of the angels of God. If this advantage be justly estimated, it will be more than sufficient to remove the offence of the cross” (= Sementara itu, kita harus memikirkan tujuan Allah, dengan mana Kristus ditetapkan untuk disalibkan, seakan-akan Ia adalah orang yang paling jahat. Memang orang-orang Yahudi marah kepadaNya dengan suatu kemarahan yang buta; tetapi karena Allah telah menetapkan Dia untuk menjadi korban untuk menebus dosa-dosa dunia, Ia mengijinkan Dia untuk ditempatkan bahkan di bawah seorang perampok dan pembunuh. Bahwa Anak Allah direndahkan begitu rendah tidak ada seorangpun yang bisa mengingat dengan benar tanpa kengerian yang terdalam, dan ketidak-senangan dengan diri mereka sendiri, dan kebencian / kejijikan terhadap kejahatan-kejahatan mereka sendiri. Tetapi dari sana juga muncul suatu dasar yang luar biasa bagi keyakinan; karena Kristus ditenggelamkan ke dalam suatu kedalaman yang memalukan, supaya Ia bisa mendapatkan bagi kita, oleh perendahanNya, suatu peninggian / pengangkatan kepada kemuliaan surgawi: Ia dianggap lebih buruk dari seorang perampok, supaya Ia bisa menerima kita pada perhimpunan malaikat-malaikat Allah. Jika manfaat ini dinilai dengan benar, itu lebih dari cukup untuk menyingkirkan sandungan dari salib) - hal 282.

f) Yesus dihakimi oleh Pontius Pilatus secara tidak adil.

Padahal nanti pada kedatangan Yesus yang kedua-kalinya, Ia yang akan menjadi Hakim, dan Pontius Pilatuslah yang akan diadili oleh Yesus. Bisakah saudara bayangkan bagaimana sikap Pontius Pilatus dalam pengadilan akhir jaman nanti?

Juga semua hakim yang mengadili dengan cara yang tidak adil seperti Pontius Pilatus, nanti harus menghadap dengan gemetar kepada Hakim akhir jaman ini!

Penutup:

Kalau saudara sendiri bukan orang yang betul-betul percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, maka sikap saudara pada saat itu tidak akan berbeda terlalu jauh dari sikap Pontius Pilatus dan hakim-hakim itu!

KEPUTUSAN PONTIUS PILATUS (MATIUS 27:19-26)
-o0o- 
Next Post Previous Post