PERINTAH ORANG PERCAYA TAKLUK KEPADA PEMERINTAH ( ROMA 13:1-2)

PERINTAH ORANG PERCAYA TAKLUK KEPADA PEMERINTAH ( ROMA 13:1-2)
Roma 13:1 Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Roma 13:2 Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya (Roma 13:1-2)

a. Perintah untuk takluk kepada pemerintah (Roma 13: 1a)

Roma 13:1a Terjemahan hurufiahnya: Setiap jiwa, sambil penguasa-penguasa terus menerus berada di atasnya, pada saat yang sama dia terus menerus berada di bawah (tunduk/takluk) penguasa-penguasa yang mengatur. 

Kata Jiwa, kata ini menunjukan kepada tiap-tiap orang/semua orang namun dalam konteks ayat ini menunjuk pada orang-orang percaya jemaat di Roma. Beberapa pengikut Kristus berasumsi bahwa karena kewarganegaraan mereka adalah warga negara surga sehingga tidak perlu untuk mengikuti setiap kewajiban di dunia. Tentunya pandangan seperti ini adalah pandangan yang salah. Kepercayaan kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat bukan berarti membebaskan orang percaya dari kewajiban warga negara. 

Kata penguasa secara umum diterjemahkan kekuatan untuk bertindak, otoritas. Dalam konteks ayat ini, kata ini diterjemahkan secara metonim yaitu sebuah majas yang menggunakan sepatah-dua patah kata yang merupakan merek, macam atau lainnya yang merupakan satu kesatuan dari sebuah kata. Contoh: Mobil diganti dengan Kijang, Pasta gigi diganti dengan Odol, Air Mineral diganti dengan Aqua dan lain-lain. Oleh karena diterjemahkan secara metonomia maka kata penguasa yang diterjemahkan otoritas diganti dengan pemerintah. Jadi maksud kata ini menunjuk kepada penguasa-penguasa (jamak) Roma yang memerintah pada saat itu dan diterjemahkan penguasa-penguasa.

Sanggahan lain tentang argumentasi di atas adalah jika melihat koteks perikop ini maka dengan jelas bahwa Roma 13:6-7 jelas menunjukan kewajiban membayar pajak untuk penguasa-penguasa dunia dan bukan kepada malaikat-malaikat. Jadi sangat jelas ini menjelaskan tentang penguasa-penguasa Roma. 

Oleh karena plural/jamak maka ini tentunya bukan menunjuk kepada satu pemerintah saja namun mengarah kepada semua penguasa Roma dari Kaisar (paling tertinggi) sampai kepada prajurit-prajurit yang menjajah bangsa Israel (paling rendah). Allah menghendaki supaya jemaat Roma tunduk kepada pemerintah yang tertinggi sampai kepada pemerintah yang terendah. 

Kata ―terus menerus berada di atas‖. Maknanya adalah penguasa-penguasa Roma terus menerus berada di atas semua rakyat baik Romawi, Yunani, Yahudi, termasuk di dalamnya jemaat Roma dimana perintah ini diberikan. 

Kata ―dia terus-menerus berada di bawah yang mengatur‖ dalam kaitannnya dengan ayat ini maka memiliki makna orang-orang percaya jemaat Roma harus terus menerus tunduk/berada di bawah penguasa-penguasa Romawi yang mengatur. Kata ini memakai istilah militer yang digunakan untuk menjelaskan rantai komando di mana prajurit harus tunduk kepada komandannya. Perlu dingat bahwa Paulus tidak sedang berbicara tentang pemerintahan yang baik (good government) tetapi ia sedang menjelaskan tentang yang baik dan yang jahat. 

Jadi bagian ini membahas tentang sebagai orang Kristen harus tunduk pada otoritas pemerintah dan bukan membahas tentang tanggung jawab pemerintah untuk menjalankan pemerintahannnya dengan baik. 

Orang-orang Yahudi khususnya Golongan Zelot memiliki ketidaksenangan kepada Pemerintahan Kafir/non Yahudi oleh karena pengharapan yang penuh akan kehadiran kerajaan Mesias (Politis) dan bertekad memulihkan negara (teokrasi) dengan melakukan pemberontakan. Ada kemungkinan Paulus tidak ingin agar jemaat Kristen di Roma dipengaruhi oleh Golongan Yahudi yang seperti ini sehingga Paulus mengatakan bahwa orang Kristen harus tunduk kepada pemerintah. 

Perintah Allah melalui Paulus kepada jemaat di Roma bahwa walaupun mereka sedang berada di bawah otoritas pemerintah Roma yang kejam dan tidak takut akan Allah tetapi mereka harus terus menerus tunduk kepada pemerintah Roma. Nampak dengan sangat jelas Allah ingin agar jemaat di Roma tidak menghadapi penguasa melalui pemberontakan atau perlawan keras meskipun demikian banyak kekejaman yang sedang mereka alami, Allah ingin jemaat di Roma menghadapinya dengan ketudukan total. Jalan kebenaran yang dikehedaki 

Allah untuk mengalahkan kejahatan atau penguasa yang jahat adalah ketundukan. Matthew Henry's Concise Commentary : The grace of the gospel teaches us submission and quiet, where pride and the carnal mind only see causes for murmuring and discontent (Kasih karunia Injil mengajar kita untuk tunduk dan tenang, di mana kesombongan dan pikiran duniawi hanya melihat sebab-sebab untuk bergumam dan tidak puas). 

Jemaat di Roma diajarkan untuk tunduk dan tenang serta tidak mengikuti cara dunia menghadapi kejahatan dengan bersungutsungut bahkan melawannya dengan pemberiontakan. Jemaat Roma sering dianiaya oleh otoritas sipil dan mungkin cenderung merasa bahwa ini adalah ketidakadilan sehingga mendiskulifikasi Negara dari hak untuk menerima rasa ketundukan dan hormat. 

Namun tidak demikian, ketundukan memiliki arti yang sangat dalam. Ketundukan yang di maksudkan di sini adalah ketundukan walaupun harus menerima kekejaman dan penderitaan yang dapat membuat orang-orang percaya untuk tidak tunduk tetapi tetap tunduk. Sejarah membuktikan bahwa penguasa Roma terkenal dengan kekejaman yang hebat, seperti Gelandang Gladiator, menjadikan Kristen sebagai obor-obor pada jalan, pencambukan yang sadis, penyaliban yang terkutuk dan bentuk-bentuk kejahatan yang lain, dan tiap-tiap orang jemaat di Roma diperintahkan untuk tunduk kepada pengusa seperti itu. 

Barnes Notes: The kingdoms of the world were then "pagan" kingdoms. The laws were made by pagans, and were adapted to the prevalence of paganism. Those kingdoms had been generally founded in conquest, and blood, and oppression. Many of the monarchs were bloodstained warriors; were unprincipled men; and were polluted in their private, and oppressive in their public character. Whether Christians were to acknowledge the laws of such kingdoms and of such men, was a serious question, and one which could not but occur very early. It would occur also very soon, in circumstances that would be very affecting and trying. Soon the hands of these magistrates were to be raised against Christians in the fiery scenes of persecution; and the duty and extent of submission to them became a matter of very serious inquiry (Kerajaan dunia pada waktu itu adalah kerajaan "kafir". Hukum dibuat oleh orang-orang kafir, dan disesuaikan dengan prevalensi paganisme. Kerajaan-kerajaan itu pada umumnya didirikan dalam penaklukan, darah, dan penindasan. Banyak raja adalah prajurit bernoda darah; adalah orang berprinsip; dan dicemari secara pribadi, dan menindas dalam karakter publik mereka. Apakah orang Kristen mengakui hukum kerajaan-kerajaan seperti itu dan orang-orang seperti itu, adalah pertanyaan serius, dan sesuatu yang tidak bisa tidak terjadi pada awal. Itu akan segera terjadi juga, dalam keadaan yang akan sangat pengaruh besar dan berat. Segera tangan para hakim ini akan diangkat melawan orang-orang Kristen dalam adegan penganiayaan yang berapi-api; dan tugas serta tingkat penyerahan kepada mereka menjadi penyelidikan masalah yang sangat serius). 

Ini merupakan perintah Allah yang penuh dengan misteri untuk dipahami secara sempurna namun sebagai orang Kristen, penting untuk percaya bahwa kehendak dan rencana Allah jauh lebih tepat dan benar dibandingkan dengan rencana dan kehendak manusia. Perlu untuk mendapat catatan penting adalah bahwa ketundukan kepada penguasa/pemerintah harus didasarkan kepada hukum-hukum Allah. 

Jika tidak bertentangan dengan esensi mendasar dari hukum Allah maka orang Kristen harus tunduk kepada pemerintah tetapi jika bertentangan dengan kehendak Allah maka orang percaya harus lebih memilih untuk tunduk kepada Allah dibandingkan dengan pemerintahan dunia. 

Roma 13:5b memberikan penjelasan tentang motivasi dalam melakukan perintah ini. Roma 13:5b Terjemahan hurufiah: bukan hanya karena murka itu tetapi juga hati nurani itu. Seperti yang telah dijelaskan di atas. Dalam bagian ini kata ini menyatakan kontras antara motivasi takluk karena murka dan motivasi karena hati nurani. Paulus menekankan bahwa dorongan untuk takluk/tunduk kepada pemerintahan adalah tidak hanya karena takut akan murka melainkan karena kesadaran hati yang taat akan perintah Allah. 

Paulus mengajarkan kepada jemaat di Roma bahwa ketundukan harus awali dari hati nurani. Kata ini juga digunakan dalam pengertian batiniah (Roma 2:15), Paulus menggunakan istilah ini dua kali dalam pengadilannya (Kisah Para Rasul.23:1; 24:16) dan menunjuk pada pengertiannya bahwa ia belum pernah merasa melanggar tugas-tugas agamawi yang diketahuinya terhadap Allah (1 Korintus. 4:4). 

Jadi kata menekankan tentang kesadaran hati atau hati nurani. Takluk yang didasarkan kepada kesadaran hati/hati nurani maka akan menghasilkan ketundukan yang murni, sebaliknya takluk yang didasarkan pada hati nurani maka hanya akan menghasilkan kepura-puraan. 

Yustinus Martir memberikan pernyataan yang sangat tajam bahwa walaupun berada di bawah tekanan yang hebat tetapi orang-orang Kristen lebih siap dari orang lain dalam membayar pajak. Dengan senang hati melayani pemerintah bahkan mengakui dan mendoakan mereka. 

Wujud nyata dari ketundukan kepada pemerintah adalah dengan wajib membayar pajak (ayat 6-7). Kata kalian terus menerus membayar. Ini adalah satu contoh dari tanggung jawab Orang Kristen terhadap penguasa sipil untuk terus menerus membayar pajak secara tepat karena penguasa pemerintahan adalah hamba-hamba Allah 

b. Alasan takluk kepada pemerintah (Roma 13: 1b-2) 

Roma 13:1b Terjemahan Hurufiah: Karena tidak ada pemerintah jika tidak dari Allah, dan pemerintah-pemerintah itu ada adalah telah ditetapkan oleh Allah. 

Bagian sebelumnya membahas tentang perintah Allah agar jemaat di Roma tunduk kepada pemerintah-pemerintah Roma maka bagian ini membahas tentang alasan mengapa Tuhan memberikan perintah tersebut. 

Apa alasannya? Secara literal ayat ini memberikan alasannya adalah yang pertama, karena tidak ada pemerintah jika tidak dari Allah. Ayat ini memeberikan alasan bahwa tidak ada pemerintah kecuali dari Allah atau dengan kalimat yang lain semua pemerintah yang ada di dunia berasal dari Allah. Pemerintahan Romawi melalui Kaisar Nero dan sampai bawahannya adalah berasal dari Allah. 

Alasan yang kedua,= dan pemerintah-pemerintah itu ada adalah telah ditetapkan oleh Allah. Ini menegaskan bahwa Allah ada di belakang semua penguasa manusia, kepemimpinan semua penguasa manusia ditetapkan oleh Allah sendiri. Semua intrik atau cara (positif/negatif) yang digunakan untuk meraih sebuah jabatan pada akhirnya juga Allahlah yang menetapkannya. Paulus ingin mengatakan kepada jemaat di Roma bahwa Allahlah yang menetapkan Kaisar dan termasuk di dalamnya kaisar Nero yang berkuasa di Roma. 

William Barclay mengutip tulisan Tertulianus (Apologi 30) "Caesar is more ours than yours because our God appointed him". Bapak Gereja Tertulianus (155–230) menegaskan bahwa Kaisar Romawi adalah milik orang Kristen lebih daripada milik dunia, karena Allah kami telah menetapkan dia. Pada zaman bapak gereja Tertulianus, suara gereja masih tetap lantang tentang status dari pemerintah di hadapan Allah, bahwa mereka ditetapkan oleh Allah. 

Pemahaman teologis tentang Allah yang menetapkan pemerintah adalah bahwa semua pemimpin manusia berada jauh di bawah Allah atau bukanlah Allah karena Allah yang menetapkan kepemimpinannya. Tidak benar jika ada penguasa dunia yang mengangkat dirinya sebagai Allah, tentunya ini adalah sebuah kesesatan. 

Pemerintahan manusia bukanlah yang tertinggi, kekuasaannya adalah kekuasaan yang terbatas. Memang ada kehendak Ilahi dalam kepemimpinannya tetapi mereka bukanlah Sang Ilahi. Mengaggungkan seorang penguasa dunia melebihi Allah adalah kesesatan. Secara tersirat juga dapat dipahami bahwa jika hukum yang dibuat oleh penguasa manusia bertentangan dengan hukum Allah maka sebagai orang kristen wajib tidak mengikuti hukum tersebut. 

Ini juga memberikan pengertian bahwa tanggung jawab utama kepemimpinan manusia bukan kepada rakyat tetapi kepada Allah yang telah menetapkannya menjadi pemimpin. Jika penguasa-penguasa manusia tidak menjalankan tanggung jawabnya dengan benar maka memang akan ada konsekuensi sosial, politik dan hukum yang akan ditanggungnya namun konsekuensi utama yang akan ia terima adalah dari Allah sendiri. 

Jika ia menjalankan tanggung jawabnya dengan benar maka tentunya ia juga akan mendapatkan penghargaan utama dari Allah sendiri. Allah dapat memakai siapa saja untuk membawa kebaikan kepada umat-Nya, termasuk di dalamnya memakai penguasa-penguasa manusia yang tidak mengenal Allah. Pax Romana, merupakan suatu contoh dari penguasa manusia yang tidak mengenal Allah namun memiliki dampak yang besar dalam perluasan Injil. Dapat juga dimenegerti bahwa Allah menghendaki keteraturan pemerintahan sipil daripada ketidakberaturannya sebuah masayarakat. 

c. Konsekuensi takluk/tidak takluk kepada pemerintah (Roma 13: 2) 

Roma 13:2,Terjemahan hurufiahnya: sehingga dia sendiri yang terus menerus menentang/melawan pemerintahan itu dia telah menentang/melawan aturan Allah itu, dan barangsiapa yang telah menentang/melawan mereka akan mendapatkan penghukuman bagi diri mereka sendiri. 

Kata sambung ini menghubungkan sebab dengan efek yang diperlukan yang menekankan hasil (gabungan, pencapaian akhir). Hasil yang terlibat kemudian adalah kombinasi dari kedua elemen dalam korelasi, menekankan efek yang tidak terhindarkan dari elemen berpasangan. 

Titik tumpu korelasi ini adalah kunci utama untuk menghasilkan hasil hubungan sebab-akibat. “Setiap jiwa, sambil penguasapenguasa terus menerus berada di atasnya, pada saat yang sama dia terus menerus berada di bawah (tunduk/takluk) penguasa-penguasa yang mengatur. 

Karena tidak ada pemerintah jika tidak dari Allah, dan pemerintah-pemerintah itu ada adalah telah ditetapkan oleh Allah. Sehingga barangsiapa yang terus menerus menentang/melawan pemerintahan itu dia telah menentang/melawan aturan dari Allah itu, dan barangsiapa yang telah menentang/melawan mereka akan mendapatkan penghukuman bagi diri mereka sendiri‖. 

Kata yang diterjemahkan dia sendiri terus menerus menentang/melawan. Ini menunjuk pada kebiasaan pemberontakan secara pribadi melawan suatu aturan yang telah ditetapkan, secara hurufiah berarti ―menempatkan diri sebagai lawan‖. 

Kata diterjemahkan aturan dari Allah itu. Aturan dari Allah itu menunjuk kepada aturan Allah untuk tunduk kepada pemerintah pada ayat pertama. Selanjutnya kata ini memiliki morfologi kata yaitu perfek indikatif aktif, orang ketiga tunggal dari kata yang diterjemahkan dia telah menentang/melawan. 

Barangsiapa secara pribadi menentang atau melawan pemerintah-pemerintah sesungguhnya, dia telah menantang/melawan aturan dari Allah sendiri, tindakan seperti ini adalah pemberontakan kepada Allah. 


Kata yang diterjemahkan hukuman/penghukuman. Hukuman dalam konteks Roma 13:1-7 menunjuk pada (1) penghakiman Allah (2) hukuman sipil (bdk. ay 4). Selanjutnya kata yang diterjemahkan mereka akan menerima/mendapatkan hukuman bagi diri mereka sendiri. 

Ini adalah sebuah konsekuensi logis dari pemberontakan kepada Allah. ketidaktaatan kepada Allah adalah dosa, dosa membuat manusia layak menerima hukuman. 

H. Implikasi Teologis 

Adapun implikasi teologis yang ditemukan dari eksegese Roma 13:1-2, antara lain: 

a. Semua orang Kristen harus terus-menerus tunduk kepada pemerintah 

b. Ketundukan kepada pemerintah manusia harus didasarkan pada hati nurani yang murni 

c. Wujud nyata dari sikap orang kristen yang tunduk kepada pemerintah adalah dengan mendukung pemerintahan melalui pajak. 

d. Pemerintahan manusia telah ditahbiskan/ditetapkan oleh Allah. 

e. Pemerintahan manusia bukanlah yang tertinggi, Kekuasaannya terbatas. Pemerintahan Allahlah yang tertinggi dan tidak terbatas kekuasaannya 


f. Pemerintah-pemerintah bukanlah Allah, Allah yang telah menetapkan pemerintahan mereka. Meskipun negara memiliki kedudukan kehormatan tertinggi, ia tidak memiliki status Illahi. 

g. Barangsiapa yang terus menerus menentang/melawan pemerintahan manusia dia telah menentang/melawan aturan dari Allah sendiri 

h. Barangsiapa yang telah menentang/melawan pemerintahan manusia akan mendapatkan penghukuman bagi diri mereka sendiri

Next Post Previous Post