JALAN KELUAR DARI KETAKUTAN (LUKAS 2:10-11)
Thomy J. Matakupan.
Lukas 2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan , di kota Daud.(Lukas 2:10-11)
Ketika Tuhan Yesus datang, para malaikat berkata, “Jangan takut, ….”; hal itu menjadi perenungan kita hari ini. Seruan ”jangan takut” ini tidak dapat menghentikan ketakutan para gembala. Para gembala tidak takut akan keheningan dan kegelapan malam tetapi hari itu mereka sunngguh-sungguh takut, sebab mereka tidak pernah berjumpa dengan malaikat yang secara tiba-tiba. Bayangkan kalau fenomena ini terjadi pada kita, ketika kita sedang berdoa tiba-tiba malaikat dengan cahayanya yang berkilauan datang di hadapanmu tentulah kita akan merasa takut, bukan?
Reaksi para gembala yang sangat ketakutan ini seringkali terjadi ketika seseorang mengalami sesuatu yang sifatnya supranatural. Hal yang juga dialami oleh para nabi pada jaman Perjanjian Lama demikian juga dengan para rasul. Pada khotbah hari ini, kita akan melihat dua hal: 1) apakah yang dimaksud dengan “takut” oleh Alkitab? Bagaimana kaitannya dengan kehadiran Allah? Mengapa muncul takut? Apakah takut itu hal yang wajar atau tidak? 2) berita yang menghentikan ketakutan, yakni “hari ini telah lahir bagi mu Juruselamat, yaitu Yesus Kristus di kota Daud.”
Di Perjanjian Lama, kita melihat para nabi juga bangsa Israel yang mengalami ketakutan ketika berjumpa dengan Allah, yakni:
1) Manoah didalam perjumpaannya dengan Allah, dia mengeluarkan satu kalimat: “Kita akan mati karena kita telah melihat Allah.” Ini merupakan ekspresi ketakutan Manoah. Kehadiran Allah tidak disambut dengan perasaan sukacita tetapi sebaliknya, disambut dengan perasaan takut,
2) Yakub pun mengalami ketakutan yang luar biasa ketika ia berjumpa dengan Allah,
3) peristiwa Allah memberikan tulah terakhir, yakni kematian anak sulung, Tuhan mengirimkan malaikat Maut datang menjelajah di setiap rumah orang Mesir yang tidak ada percikan darah anak domba di ambang pintu. Dapatlah dibayangkan bagaimana perasaan dan situasi saat itu, pastilah diliputi oleh ketakutan yang sangat mencekam meskipun Musa telah memberitahu bahwa anak sulung orang Israel tidak akan mati tetapi hal itu tidak menghilangkan rasa takut. Semua fenomena ini membuat orang ketakutan. Bagaimana dengan diri kita? Ketika kita berjumpa dengan Allah, apakah ada perasaan takut? Ataukah sebaliknya, kehilangan rasa takut akan Allah? Seorang anak Tuhan sejati haruslah memiliki perasaan takut itu ketika berjumpa dengan Allah,
4) peristiwa Tuhan memberikan 10 hukum Taurat pada bangsa Israel, Tuhan memerintahkan pada Musa supaya meneruskannya pada bangsa Israel, yakni harus berpuasa 2 hari lamanya dan pada hari ke-3, Tuhan menurunkan 10 hukum Taurat dan semua orang harus bekumpul di kaki gunung Sinai. Ketika hari yang dinanti itu tiba, suasana sungguh mencekam, petir menyambar, angin bertiup keras, awan tebal hitam kelam menutupi gunung Sinai dan orang Israel berdiri dengan ketakutan,
5) pada saat orang Israel membawa binatang persembahan yang harus dikorbankan di hadapan Allah sebagai korban penebus dosa. Bau amis darah binatang korban itu terus membekas dan tidak pernah kering membubuhi tanduk-tanduk mezbah. Hal ini menjadi ketakutan tersendiri dalam diri orang Israel, suara binatang memecahkan keheningan. Binatang itu mewakili diri mereka yang berdosa. Imam membawa darah domba ke dalam ruang suci dan kemudian ruang maha suci. Mereka harus menunggu imam besar itu keluar dari ruang maha suci dengan diliputi ketakutan. Kalau imam itu keluar, berarti dosa telah diampuni sebaliknya, kalau imam itu tidak keluar, berarti ia kedapatan telah berdosa dan ia mati di dalam ruangan maha suci,
6) Adam, manusia pertama sebelum jatuh dalam dosa, Alkitab mencatat, ia menikmati persekutuan indah dengan Allah. Namun dosa membuat Adam menjadi sangat takut ketika ia mendengar langkah kaki Tuhan. Suara Allah yang biasanya sangat ia nantikan karena membawa sukacita, kini suara itu begitu menakutkan. Adam bersembunyi. Hendaklah kita mengevaluasi diri kita, masih adakah perasaan takut itu ketika kita berbuat dosa? Jikalau kita melakukan dosa dan tidak merasa takut maka kemungkinan kuasa kegelapan itu telah mencengkeram dengan hebat.
Dalam Perjanjian Baru kita menjumpai ketakutan yang sama yang dialami oleh para murid ketika Tuhan Yesus bangkit dari kematian. Alkitab mencatat ketika Tuhan menjumpai mereka di tepi danau Galilea (Yohanes 21:12), mereka diam, mereka takut, sebab sebelumnya, mereka melarikan diri ketika Yesus ditangkap. Diantara para murid, Petrus yang paling takut sebab dia telah menyangkali Tuhan 3 kali. Itulah sebabnya, ketika Tuhan Yesus memangil: Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku? Panggilan itu diulang sebanyak tiga kali, kalimat itu menjadi penghakiman Tuhan secara moral. Tuhan mencari orang berdosa dan manusia berdosa tidak suka akan hal itu, sewajarnyalah kalau orang merasa takut.
Model Ketakutan di dalam Alkitab
Alkitab menegaskan supaya kita takut akan Tuhan. Ketakutan seperti apakah yang dimaksud?
1. Ketakutan semacam relasi pencipta dan ciptaan.
Ketakutan ini adalah semacam ketakutan yang harus ada dan tidak boleh lepas dari kita. Inilah ketakutan yang dipenuhi kekaguman pada Allah. Ketakutan karena ada jarak antara Allah Sang Pencipta dengan ciptaan. Ketakutan ini tidak terkait dengan dosa. Ketakutan ini kita dapat coba melihat bagaimana seorang anak ketika memberikan respon kepada panggilan ayahnya di rumah. Ia akan segera memberikan respon karena mengagumi, menghormati sang ayah. Ia tahu ada otoritas di balik panggilan tersebut dan tuntutan pertanggungjawaban. Ada perasaan takut tetapi ada penghormatan.
Ketika Tuhan Yesus datang, para malaikat berkata, “Jangan takut, ….”; hal itu menjadi perenungan kita hari ini. Seruan ”jangan takut” ini tidak dapat menghentikan ketakutan para gembala. Para gembala tidak takut akan keheningan dan kegelapan malam tetapi hari itu mereka sunngguh-sungguh takut, sebab mereka tidak pernah berjumpa dengan malaikat yang secara tiba-tiba. Bayangkan kalau fenomena ini terjadi pada kita, ketika kita sedang berdoa tiba-tiba malaikat dengan cahayanya yang berkilauan datang di hadapanmu tentulah kita akan merasa takut, bukan?
Reaksi para gembala yang sangat ketakutan ini seringkali terjadi ketika seseorang mengalami sesuatu yang sifatnya supranatural. Hal yang juga dialami oleh para nabi pada jaman Perjanjian Lama demikian juga dengan para rasul. Pada khotbah hari ini, kita akan melihat dua hal: 1) apakah yang dimaksud dengan “takut” oleh Alkitab? Bagaimana kaitannya dengan kehadiran Allah? Mengapa muncul takut? Apakah takut itu hal yang wajar atau tidak? 2) berita yang menghentikan ketakutan, yakni “hari ini telah lahir bagi mu Juruselamat, yaitu Yesus Kristus di kota Daud.”
Di Perjanjian Lama, kita melihat para nabi juga bangsa Israel yang mengalami ketakutan ketika berjumpa dengan Allah, yakni:
1) Manoah didalam perjumpaannya dengan Allah, dia mengeluarkan satu kalimat: “Kita akan mati karena kita telah melihat Allah.” Ini merupakan ekspresi ketakutan Manoah. Kehadiran Allah tidak disambut dengan perasaan sukacita tetapi sebaliknya, disambut dengan perasaan takut,
2) Yakub pun mengalami ketakutan yang luar biasa ketika ia berjumpa dengan Allah,
3) peristiwa Allah memberikan tulah terakhir, yakni kematian anak sulung, Tuhan mengirimkan malaikat Maut datang menjelajah di setiap rumah orang Mesir yang tidak ada percikan darah anak domba di ambang pintu. Dapatlah dibayangkan bagaimana perasaan dan situasi saat itu, pastilah diliputi oleh ketakutan yang sangat mencekam meskipun Musa telah memberitahu bahwa anak sulung orang Israel tidak akan mati tetapi hal itu tidak menghilangkan rasa takut. Semua fenomena ini membuat orang ketakutan. Bagaimana dengan diri kita? Ketika kita berjumpa dengan Allah, apakah ada perasaan takut? Ataukah sebaliknya, kehilangan rasa takut akan Allah? Seorang anak Tuhan sejati haruslah memiliki perasaan takut itu ketika berjumpa dengan Allah,
4) peristiwa Tuhan memberikan 10 hukum Taurat pada bangsa Israel, Tuhan memerintahkan pada Musa supaya meneruskannya pada bangsa Israel, yakni harus berpuasa 2 hari lamanya dan pada hari ke-3, Tuhan menurunkan 10 hukum Taurat dan semua orang harus bekumpul di kaki gunung Sinai. Ketika hari yang dinanti itu tiba, suasana sungguh mencekam, petir menyambar, angin bertiup keras, awan tebal hitam kelam menutupi gunung Sinai dan orang Israel berdiri dengan ketakutan,
5) pada saat orang Israel membawa binatang persembahan yang harus dikorbankan di hadapan Allah sebagai korban penebus dosa. Bau amis darah binatang korban itu terus membekas dan tidak pernah kering membubuhi tanduk-tanduk mezbah. Hal ini menjadi ketakutan tersendiri dalam diri orang Israel, suara binatang memecahkan keheningan. Binatang itu mewakili diri mereka yang berdosa. Imam membawa darah domba ke dalam ruang suci dan kemudian ruang maha suci. Mereka harus menunggu imam besar itu keluar dari ruang maha suci dengan diliputi ketakutan. Kalau imam itu keluar, berarti dosa telah diampuni sebaliknya, kalau imam itu tidak keluar, berarti ia kedapatan telah berdosa dan ia mati di dalam ruangan maha suci,
6) Adam, manusia pertama sebelum jatuh dalam dosa, Alkitab mencatat, ia menikmati persekutuan indah dengan Allah. Namun dosa membuat Adam menjadi sangat takut ketika ia mendengar langkah kaki Tuhan. Suara Allah yang biasanya sangat ia nantikan karena membawa sukacita, kini suara itu begitu menakutkan. Adam bersembunyi. Hendaklah kita mengevaluasi diri kita, masih adakah perasaan takut itu ketika kita berbuat dosa? Jikalau kita melakukan dosa dan tidak merasa takut maka kemungkinan kuasa kegelapan itu telah mencengkeram dengan hebat.
Dalam Perjanjian Baru kita menjumpai ketakutan yang sama yang dialami oleh para murid ketika Tuhan Yesus bangkit dari kematian. Alkitab mencatat ketika Tuhan menjumpai mereka di tepi danau Galilea (Yohanes 21:12), mereka diam, mereka takut, sebab sebelumnya, mereka melarikan diri ketika Yesus ditangkap. Diantara para murid, Petrus yang paling takut sebab dia telah menyangkali Tuhan 3 kali. Itulah sebabnya, ketika Tuhan Yesus memangil: Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku? Panggilan itu diulang sebanyak tiga kali, kalimat itu menjadi penghakiman Tuhan secara moral. Tuhan mencari orang berdosa dan manusia berdosa tidak suka akan hal itu, sewajarnyalah kalau orang merasa takut.
Model Ketakutan di dalam Alkitab
Alkitab menegaskan supaya kita takut akan Tuhan. Ketakutan seperti apakah yang dimaksud?
1. Ketakutan semacam relasi pencipta dan ciptaan.
Ketakutan ini adalah semacam ketakutan yang harus ada dan tidak boleh lepas dari kita. Inilah ketakutan yang dipenuhi kekaguman pada Allah. Ketakutan karena ada jarak antara Allah Sang Pencipta dengan ciptaan. Ketakutan ini tidak terkait dengan dosa. Ketakutan ini kita dapat coba melihat bagaimana seorang anak ketika memberikan respon kepada panggilan ayahnya di rumah. Ia akan segera memberikan respon karena mengagumi, menghormati sang ayah. Ia tahu ada otoritas di balik panggilan tersebut dan tuntutan pertanggungjawaban. Ada perasaan takut tetapi ada penghormatan.
Jika orang merasa takut tapi tidak ada penghormatan, maka ini adalah otoritas semu. Perasaan takut yang seharusnya ada dalam diri setiap anak Tuhan, membuat kita makin dekat dengan Tuhan dan berespon terhadap panggilan-Nya. Ketakutan yang sejati kepada Allah adalah ketakutan yang berlari mendekat pada Allah. Ketakutan karena tahu bahwa Ia baik dan tidak salah memperlakukan setiap anakNya.
2. Ketakutan seperti semacam yang dimiliki seorang budak.
Ketika orang mempunyai pandangan yang salah terhadap Allah, bahwa Allah itu sangat kejam dan menghukum setiap orang yang bersalah kepada Dia. Ketakutan ini adalah takut yang tanpa kasih akibatnya orang ingin melarikan diri dan melepaskan diri dari Allah. Ketika orang bertemu dengan kemuliaan dan kebesaran Allah maka orang akan menemukan sifat Allah yang adil, yang datang dengan tongkat hukuman.
2. Ketakutan seperti semacam yang dimiliki seorang budak.
Ketika orang mempunyai pandangan yang salah terhadap Allah, bahwa Allah itu sangat kejam dan menghukum setiap orang yang bersalah kepada Dia. Ketakutan ini adalah takut yang tanpa kasih akibatnya orang ingin melarikan diri dan melepaskan diri dari Allah. Ketika orang bertemu dengan kemuliaan dan kebesaran Allah maka orang akan menemukan sifat Allah yang adil, yang datang dengan tongkat hukuman.
Orang-orang sedemikian akan hidup di dalam ketakutan setiap kali berjumpa dengan Allah, ia akan lari menjauh karena takut. Ia tidak ingin Allah mengambil semua yang menjadi kesukaannya; bahwa Allah akan merampok semuanya. Ini adalah kondisi yang mengerikan. Beberapa pemikiran yang salah, misalnya, dekat dengan Allah akan mengakibatkan kedukaan; kalau ingin bahagia, maka harus membuat jarak dengan Allah, apalagi melayani Dia, maka kita akan menjadi budak. Ini merupakan negative thinking of God. Merupakan suatu kesia-siaan kalau kita mendengar dan mengerti khotbah tetapi tidak ada kemauan atau komitmen dan membangkitkan rasa kasih pada-Nya.
Model ketakutan seperti apakah yang kita miliki ketika berpikir tentang Allah? Ketika berhadapan denganNya? Ketakutan yang membuat kita mendekat ataukah justru menjauh? Allah yang menghukum adalah Allah yang kasih. Dia mengasihi orang berdosa, sehingga Dia memberikan cara bagaimana keluar dari ketakutan model kedua itu. Kalau kita tidak merasa takut lagi kepada Allah, kita tidak akan merasa takut ketika berbuat dosa bahkan kita bisa tersenyum ketika berbuat dosa. Kita harus bertobat diri dan memohon ampun pada-Nya. Mohonlah anugerah belas kasihan Tuhan atas diri kita sehingga kita tidak semakin jauh dari Dia.
Jalan Keluar dari Ketakutan
Berita malaikat kepada gembala adalah “Jangan takut, karena hari ini telah lahir Kristus Tuhan di kota Daud.“ Kita menyoroti tiga kata, yakni: 1) lahir, 2) Juruselamat, 3) bagimu.
1. Lahir
Kata “lahir“ mau menjelaskan bahwa Yesus itu sungguh-sungguh manusia. Berarti Ia mengalami semua pengalaman layaknya seorang manusia, dikandung selama 9 bulan dan bertumbuh layaknya seorang anak, menjadi dewasa dan mengalami kematian. Paulus menegaskan bahwa setelah genap waktunya, Allah mengirimkan anak-Nya lahir dari seorang perempuan (Galatia 3). Bahwa Yesus sungguh-sungguh manusia yang berbalutkan darah dan daging, mengalami kelemahan seorang manusia.
Model ketakutan seperti apakah yang kita miliki ketika berpikir tentang Allah? Ketika berhadapan denganNya? Ketakutan yang membuat kita mendekat ataukah justru menjauh? Allah yang menghukum adalah Allah yang kasih. Dia mengasihi orang berdosa, sehingga Dia memberikan cara bagaimana keluar dari ketakutan model kedua itu. Kalau kita tidak merasa takut lagi kepada Allah, kita tidak akan merasa takut ketika berbuat dosa bahkan kita bisa tersenyum ketika berbuat dosa. Kita harus bertobat diri dan memohon ampun pada-Nya. Mohonlah anugerah belas kasihan Tuhan atas diri kita sehingga kita tidak semakin jauh dari Dia.
Jalan Keluar dari Ketakutan
Berita malaikat kepada gembala adalah “Jangan takut, karena hari ini telah lahir Kristus Tuhan di kota Daud.“ Kita menyoroti tiga kata, yakni: 1) lahir, 2) Juruselamat, 3) bagimu.
1. Lahir
Kata “lahir“ mau menjelaskan bahwa Yesus itu sungguh-sungguh manusia. Berarti Ia mengalami semua pengalaman layaknya seorang manusia, dikandung selama 9 bulan dan bertumbuh layaknya seorang anak, menjadi dewasa dan mengalami kematian. Paulus menegaskan bahwa setelah genap waktunya, Allah mengirimkan anak-Nya lahir dari seorang perempuan (Galatia 3). Bahwa Yesus sungguh-sungguh manusia yang berbalutkan darah dan daging, mengalami kelemahan seorang manusia.
Inilah beda antara Yesus dengan Adam. Adam tidak pernah dilahirkan. Ia muncul sebagai sosok orang dewasa. Ia tidak pernah mengalami kelemahan seorang bayi, mengalami segala kebergantungan. Tetapi Yesus Kristus pernah mengalaminya. Kitab Ibrani menangkap point ini: Dia sama seperti kita, Dia juga mengalami pencobaan-pencobaan manusia hanya bedanya Dia tidak berdosa. Itulah sebabnya, Dia dapat menolong kita, ketika kita dicobai.
Namun, pada bagian lain, para Majus datang dan mengatakan: “Dimanakah Dia, Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?“ Perhatikan, tidak ada satu anak pun yang lahir dengan status raja. Kalau pun seorang berada garis kerajaan, pada waktu dia lahir, dia harus melewati jenjang sebagai pangeran terlebih dulu. Kalaupun kemudian menjadi raja, maka raja sebelumnya harus mangkat terlebih dahulu dan dia diangkat menjadi raja pengganti.
Namun, pada bagian lain, para Majus datang dan mengatakan: “Dimanakah Dia, Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?“ Perhatikan, tidak ada satu anak pun yang lahir dengan status raja. Kalau pun seorang berada garis kerajaan, pada waktu dia lahir, dia harus melewati jenjang sebagai pangeran terlebih dulu. Kalaupun kemudian menjadi raja, maka raja sebelumnya harus mangkat terlebih dahulu dan dia diangkat menjadi raja pengganti.
Yesus Kristus tidak perlu itu, karena Dia adalah Raja sejak dari kekekalan. Pada waktu inkarnasi, Dia melepaskan jubah kemuliaan, dan memberikan tubuh-Nya dibalut dengan lampin, Dia melepaskan mahkota kemuliaan-Nya dan memberikan kepala-Nya berbaring di atas rumput dalam palungan, Dia meninggalkan tahta-Nya dan berbaring di dalam palungan. Kondisi yang sangat kontras. Raja kemuliaan menuju ke tempat yang sangat hina.
Pada waktu Yesus lahir di kandang, tangan mungil yang menggapai dengan lemah adalah tangan seorang Raja. Detak jantung kecil itu adalah detak jantung seorang Raja. Setiap aliran darah yang ada di dalam tubuhNya adalah darah sang Raja. Dialah Raja Kemuliaan sekarang datang ke dalam dunia dengan kondisi yang sangat hina. Inilah sifat kemanusiaan dan sifat keilahian menyatu dalam diri-Nya.
Pada waktu Yesus lahir di kandang, tangan mungil yang menggapai dengan lemah adalah tangan seorang Raja. Detak jantung kecil itu adalah detak jantung seorang Raja. Setiap aliran darah yang ada di dalam tubuhNya adalah darah sang Raja. Dialah Raja Kemuliaan sekarang datang ke dalam dunia dengan kondisi yang sangat hina. Inilah sifat kemanusiaan dan sifat keilahian menyatu dalam diri-Nya.
Malaikat memberitakan: “Ia lahir bagimu...”; Ia lahir & mengalami semua penderitaan kita. Dia sungguh-sungguh manusia 100%. Ia bahkan pernah merasa takut sekali, yaitu ketika Dia berada di taman Getsemani memikirkan kematian-Nya. Allah Bapa berpisah dengan Allah Anak, yaitu Yesus bukan di bukit Golgota, tetapi pada saat inkarnasi, Yesus menjadi manusia. Selain itu, Allah Bapa kehilangan Allah Anak, yaitu pada waku Yesus disalib. Ia harus mati di atas kayu salib untuk menggenapi rencana Allah bagi penebusan dosa dan menggantikan posisi keterhilangan kita. Tuhan Yesus mengatakan: “Marilah kepada-Ku yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan padamu,” berarti Dia tahu bagaimana cara mengatasi ketakutan itu.
2. Juruselamat, Kristus Tuhan
Kristus adalah Juruselamat yang melepaskan kita dari jerat dosa. Kalau Yesus bukan Juruselamat maka misi Yesus akan berakhir. Celakalah hidup kita kalau hidup kita jauh dari Tuhan dan tidak diselamatkan olehNya. Suatu kali saya pernah hampir tenggelam di sungai Kalimantan. Pada saat kritis saya tangan saya menyentuh batu yang ada di dalam air dan berusaha untuk tidak melepaskannya. Batu itu telah menjadi “penyelamat” saya. Manusia baru merasakan butuh seorang Juruselamat ketika ia akan mati.
2. Juruselamat, Kristus Tuhan
Kristus adalah Juruselamat yang melepaskan kita dari jerat dosa. Kalau Yesus bukan Juruselamat maka misi Yesus akan berakhir. Celakalah hidup kita kalau hidup kita jauh dari Tuhan dan tidak diselamatkan olehNya. Suatu kali saya pernah hampir tenggelam di sungai Kalimantan. Pada saat kritis saya tangan saya menyentuh batu yang ada di dalam air dan berusaha untuk tidak melepaskannya. Batu itu telah menjadi “penyelamat” saya. Manusia baru merasakan butuh seorang Juruselamat ketika ia akan mati.
Alkitab mengatakan: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud. Kalau hari ini hidup kita telah terpisah jauh dari Allah, kita tidak lagi merasa peka akan dosa. Atau jikalau ada orang yang mengatakan: “Tuhan, saya takut untuk pulang kembali, saya takut bertemu dengan engkau,” berarti engkau membutuhkan seorang Juruselamat. Jika ada seseorang yang berkata, ”Tuhan, aku tidak bisa kembali karena tidak ada pengampunan bagi-Ku” maka saudara membutuhkan Juruselamat. “Yesus adalah Juruselamat.”
3. Bagimu
Kata “bagimu” memberikan semacam sentuhan personal. Adam menjadi wakil semua manusia, Yesus menjadi representatif bagi semua orang yang diberikan Bapa kepadaNya. Pada waktu Yesus mati di salib, maka di dalam hati-Nya membawa nama-nama mereka, yaitu nama yang telah tertulis sejak kekekalan. Adalah salah kalau orang mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang karena ini berarti kekekalan telah gagal total. Nama-nama itu telah ada sejak kekekalan menuju kepada kekekalan dan telah dituntaskan di atas kayu salib.
Bagaimana membebaskan diri dari ketakutan ini? Jika ada yang mengatakan:
(a) ”Saya merasa lemah,” Firman Tuhan mengatakan: “Bulu yang terkulai, tidak akan dipatahkannya, seperti sumbu yang pudar, tidak akan dipadamkannya.
(b) “Saya tidak mungkin ke sorga dan melihat wajah Allah karena dosa saya terlalu banyak.” Memang, kita adalah orang berdosa dan Kita tidak akan pernah melihat wajah Allah sebab kita akan langsung mati. Tetapi jangan lupa, kita punya Imam Besar, Yesus Kristus; Dia berdoa syafaat bagi kita, Dia menjadi Juruselamat; Dia adalah Perantara kita dengan Allah,
BACA JUGA: KELAHIRAN YESUS DI BETLEHEM
3. Bagimu
Kata “bagimu” memberikan semacam sentuhan personal. Adam menjadi wakil semua manusia, Yesus menjadi representatif bagi semua orang yang diberikan Bapa kepadaNya. Pada waktu Yesus mati di salib, maka di dalam hati-Nya membawa nama-nama mereka, yaitu nama yang telah tertulis sejak kekekalan. Adalah salah kalau orang mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang karena ini berarti kekekalan telah gagal total. Nama-nama itu telah ada sejak kekekalan menuju kepada kekekalan dan telah dituntaskan di atas kayu salib.
Bagaimana membebaskan diri dari ketakutan ini? Jika ada yang mengatakan:
(a) ”Saya merasa lemah,” Firman Tuhan mengatakan: “Bulu yang terkulai, tidak akan dipatahkannya, seperti sumbu yang pudar, tidak akan dipadamkannya.
(b) “Saya tidak mungkin ke sorga dan melihat wajah Allah karena dosa saya terlalu banyak.” Memang, kita adalah orang berdosa dan Kita tidak akan pernah melihat wajah Allah sebab kita akan langsung mati. Tetapi jangan lupa, kita punya Imam Besar, Yesus Kristus; Dia berdoa syafaat bagi kita, Dia menjadi Juruselamat; Dia adalah Perantara kita dengan Allah,
BACA JUGA: KELAHIRAN YESUS DI BETLEHEM
(c) ”Saya sendirian, tidak ada yang peduli.” Salah! Tuhan Yesus adalah orang yang pernah mengalami ketersendirian ketika Dia di salib dimana Allah Bapa memalingkan wajah-Nya dari Yesus dan semua orang bersumpah serapah dan menghina Dia. Itulah saat paling tersendiri yang dialami oleh Kristus,
(d) “Saya takut berjumpa dengan Tuhan, karena saya berdosa”. Sudah sewajarnyalah kalau kita harus takut ketika berjumpa dengan Allah ketika berdosa. Jangan lupa bahwa Yesus Kristus pernah mati ganti kita ketika kita masih berdosa. Dialah pengharapan satu-satunya.
(e) “Saya tidak bisa berdoa, saya takut berdoa.” Puji Tuhan, kita mempunyai Kristus sebagai Perantara kepada Allah Bapa,
(f) “Saya tidak dapat percaya pada Allah.” Kita memang tidak mungkin dapat percaya pada Allah dengan usaha kita sendiri. Tetapi dapatkan percaya bahwa Tuhan Yesus telah menebus dosa mu karena tidak mau percaya padaNya? Ingatlah, satu hal Kristus telah lahir bagimu.
BACA JUGA: 1 SAMUEL 30:1-8 (3 CARA MENGUBAH TRAGEDI MENJADI KEMENANGAN)
(d) “Saya takut berjumpa dengan Tuhan, karena saya berdosa”. Sudah sewajarnyalah kalau kita harus takut ketika berjumpa dengan Allah ketika berdosa. Jangan lupa bahwa Yesus Kristus pernah mati ganti kita ketika kita masih berdosa. Dialah pengharapan satu-satunya.
(e) “Saya tidak bisa berdoa, saya takut berdoa.” Puji Tuhan, kita mempunyai Kristus sebagai Perantara kepada Allah Bapa,
(f) “Saya tidak dapat percaya pada Allah.” Kita memang tidak mungkin dapat percaya pada Allah dengan usaha kita sendiri. Tetapi dapatkan percaya bahwa Tuhan Yesus telah menebus dosa mu karena tidak mau percaya padaNya? Ingatlah, satu hal Kristus telah lahir bagimu.
BACA JUGA: 1 SAMUEL 30:1-8 (3 CARA MENGUBAH TRAGEDI MENJADI KEMENANGAN)
Puji Tuhan, karena Kristus kita mempunyai pengharapan. Banyak pendapat mengatakan bahwa natal seharusnya bukan jatuh pada bulan Desember, sebab hari itu adalah musim dingin maka mustahil ada gembala di padang rumput. Akan tetapi bukanlah suatu kebetulan kalau Allah di dalam providensiaNya mengijinkan hal ini terjadi, bahwa natal jatuh pada akhir tahun dengan demikian orang dapat mengevaluasi kembali di akhir tahun relasi antara dirinya dengan Kristus. Apakah engkau merasa takut saat ini pada Allah? Malaikat mengatakan: Jangan takut, sebab hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. JALAN KELUAR DARI KETAKUTAN (LUKAS 2:10-11) - Amin