EKSPOSISI 1 PETRUS 3:21

Pdt.Budi Asali, M.Div.

1 Petrus 3:21: “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan - maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah - oleh kebangkitan Yesus Kristus”.
EKSPOSISI 1 PETRUS 3:21
otomotif, gadget, bisnis

1) “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan”.

a) ‘kamu’.

Untuk kata ‘kamu’ (RSV/NIV/NASB) ada yang menuliskan ‘kita’ (KJV), karena ada perbedaan manuscripts di sini.

Pulpit Commentary: “The oldest manuscripts also read ‘you’ instead of ‘us.’” (= Manuscript-manuscript yang tertua juga berbunyi ‘kamu’ dan bukannya ‘kita’) - hal 136.

b) ‘diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan’.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘kiasan’ adalah ANTITUPON.

Bdk. Roma 5:14 - “Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang”.

Kata ‘gambaran’ diterjemahkan dari kata Yunani TUPOS, dan dalam NASB diterjemahkan ‘a type’ (= suatu TYPE), dan pada catatan kaki dari NASB diberikan terjemahan alternatif, yaitu ‘foreshadowing’ (= pembayangan lebih dulu).

Jadi kata ANTITUPON dalam 1 Petrus 3:21 ini bisa diartikan anti-type.

Dengan demikian penyelamatan Nuh dan keluarganya melalui air itu dianggap sebagai TYPE dari baptisan kristen, atau sebaliknya, baptisan Kristen adalah anti-TYPE dari penyelamatan Nuh dan keluarganya melalui air itu.

Jamieson, Fausset & Brown: “Water saved Noah, not of itself, but by sustaining the ark built in faith on God’s word: it was to him the sign and mean of a regeneration of the earth. ... The antitypical water, namely, baptism, saves you also, not of itself, but the spiritual thing conjoined with it, repentance and faith, of which it is the seal, as Peter explains. Compare the union of the sign and thing signified, John 3:5; Eph. 5:26; Titus 3:5: cf. 1 John 5:6” (= Air menyelamatkan Nuh, bukan dari dirinya sendiri, tetapi dengan menopang bahtera yang dibangun dalam iman pada kata-kata Allah: bagi dia itu merupakan tanda dan cara dari suatu kelahiran baru dari bumi. ... Anti-Type dari air, yaitu baptisan, menyelamatkan engkau juga, bukan dari dirinya sendiri, tetapi hal rohani yang digabungkan / disatukan dengannya, pertobatan dan iman, dari apa baptisan itu merupakan tanda, seperti dijelaskan oleh Petrus. Bandingkan persatuan dari tanda dan hal yang ditandakan / digambarkan, Yohanes 3:5; Efesus 5:26; Titus 3:5: bdk. 1Yohanes 5:6).

Pulpit Commentary: “the water which is saving you is the antitype of the water of the Flood. That water was made the means of saving a few; it bore up the ark in which they were. It saved them, perhaps, from the malice of the ungodly; it saved them from that corruption which was almost universal; it was the means of saving the race of men as by a new birth through death into a new life, a new beginning; it washed away the evil, those who suffered for evil-doing, and so saved those who had doubtless been suffering for well-doing. Thus it is the figure (tupoj) of the antitype (a]ntitupon) baptism” [= air yang menyelamatkan kamu adalah anti-type dari air dari air bah. Air itu dibuat sebagai jalan / cara penyelamatan sedikit orang; air itu menahan bahtera dalam mana mereka berada. Air itu menyelamatkan mereka, mungkin dari kebencian / niat jahat dari orang-orang jahat; air itu menyelamatkan mereka dari kejahatan yang hampir universal; air itu merupakan cara menyelamatkan umat manusia seperti oleh suatu kelahiran baru melalui kematian ke dalam suatu kehidupan yang baru, suatu permulaan yang baru; air itu menghanyutkan orang jahat, mereka yang menderita karena perbuatan jahat, dan dengan demikian menyelamatkan mereka yang jelas menderita karena perbuatan baik. Demikianlah itu adalah gambaran (tupoj) dari anti-type (a]ntitupon) baptisan] - hal 137.

Jay E. Adams: “It is altogether important to note that it was the water by which (not ‘from which’) they were saved. The same water that destroyed others lifted the eight persons who were in the ark above the destruction” [= Adalah sangat penting untuk memperhatikan bahwa adalah air itu ‘oleh mana’ (bukan ‘dari mana’) mereka diselamatkan. Air yang sama yang menghancurkan orang-orang lain, mengangkat 8 orang yang ada dalam bahtera di atas penghancuran] - hal 115.

Penafsiran-penafsiran di atas ini kelihatannya aneh, karena:

1. Sebetulnya Nuh dan keluarganya diselamatkan bukan oleh air, tetapi dari air, dan bahteralah yang menyelamatkan mereka.

Ibrani 11:7 - “Karena iman, maka Nuh - dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan - dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya”.

2. Kata-kata ‘oleh air’ pada akhir ay 20 itu seharusnya adalah ‘melalui air’.

Tetapi perhatikan apa yang dikatakan oleh ‘Word Biblical Commentary’ di bawah ini.

Word Biblical Commentary: “‘were saved through water.’ The preposition dia could be local or instrumental, and the meaning of the verb would differ accordingly: i.e., either ‘brought safely through the water’ (in which water is the threat; ...), or ‘saved through water’ (in which water is the means of salvation; ...). Taken by themselves in the natural situation of a life-threatening flood, these words are more plausibly understood in the first of these senses ..., but v 21a seems to settle the matter in favor of the second: water (i.e., baptism) is that which saves ... The likely meaning is that Noah and his family were brought safely through the flood by means of the flood waters themselves .... If it is objected that they escaped only because Noah built an ark that would float, the appropriate (and only possible) answer is that Peter is interested in ‘water’ in the story, not in ‘wood’ ..., because there is something he wants to say about Christian baptism. If the question is asked, ‘From what were Noah and his family saved?’ the answer is that they were saved from death - not merely from sinners or from a hostile environment .... As they were ‘saved through water’ from physical death, baptism saves from eternal death” [= ‘diselamatkan melalui air’. Kata depan dia (DIA) bisa bersifat lokal atau bersifat sebagai alat, dan arti dari kata kerjanya akan berbeda sesuai dengannya: yaitu, atau ‘dibawa dengan aman melalui air’ (dimana air adalah ancamannya; ...), atau ‘diselamatkan melalui air’ (dimana air adalah jalan / cara keselamatan; ...). Diambil sendirian dalam situasi yang wajar dari suatu banjir yang mengancam kehidupan, kata-kata ini lebih masuk akal untuk dimengerti dalam arti yang pertama ..., tetapi ay 21a kelihatannya menyelesaikan persoalan dengan mendukung arti kedua: air (yaitu baptisan) adalah apa yang menyelamatkan ... Arti yang paling memungkinkan adalah bahwa Nuh dan keluarganya dibawa dengan aman melalui air bah dengan memakai air bah itu sendiri .... Jika ada keberatan bahwa mereka lolos hanya karena Nuh membangun suatu bahtera yang mengapung, maka jawaban yang cocok dan satu-satunya yang memungkinkan adalah bahwa Petrus berminat terhadap ‘air’ dalam cerita itu, bukan terhadap ‘kayu’ ..., karena ada sesuatu yang ingin ia katakan tentang baptisan Kristen. Jika ditanyakan pertanyaan: ‘Nuh dan keluarganya diselamatkan dari apa?’, maka jawabannya adalah bahwa mereka diselamatkan dari kematian - bukan semata-mata dari orang-orang berdosa atau dari lingkungan yang bermusuhan .... Sebagaimana mereka ‘diselamatkan melalui air’ dari kematian fisik, baptisan menyelamatkan dari kematian kekal].

c) Dari bagian ini rupanya ada yang menafsirkan bahwa baptisan harus baptisan selam, dan terhadap penafsiran ini Adam Clarke berkata sebagai berikut:

“The ark was not immersed in the water; had it been so they must all have perished; but it was borne up on the water, and sprinkled with the rain that fell from heaven. This text, as far as I can see, says nothing in behalf of immersion in baptism; but is rather, from the circumstance mentioned above, in favor of sprinkling” (= Bahtera tidak direndam dalam air; seandainya demikian mereka semua pasti sudah binasa; tetapi itu ditunjang oleh air, dan diperciki dengan hujan yang jatuh dari langit. Text ini, sejauh yang bisa saya lihat, tidak berbicara apa pun untuk baptisan selam; tetapi sebaliknya, dari keadaan yang disebutkan di atas, lebih menyetujui pemercikan / baptisan percik).

Sekalipun saya tidak mempercayai keharusan baptisan selam, dan saya mengakui dan menggunakan baptisan percik, tetapi saya berpendapat bahwa text ini tidak membicarakan cara baptisan, dan dengan demikian tidak mendukung baptisan selam ataupun percik.

2) “maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah”.

a) ‘maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani’.

Kata ‘maksudnya’ seharusnya tidak ada.

KJV: ‘not the putting away of the filth of the flesh’ (= bukan penyisihan kotoran dari daging).

RSV: ‘not as a removal of dirt from the body’ (= bukan seperti suatu pembersihan kotoran dari tubuh).

NIV: ‘not the removal of dirt from the body’ (= bukan pembersihan kotoran dari tubuh).

NASB: ‘not the removal of dirt from the flesh’ (= bukan pembersihan kotoran dari daging).

b) ‘melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah’.

KJV: ‘but the answer of a good conscience toward God’ (= tetapi jawaban / tanggapan suatu hati nurani yang baik kepada Allah).

RSV: ‘but as an appeal to God for a clear conscience’ (= tetapi sebagai suatu permohonan kepada Allah untuk suatu hati nurani yang bersih).

NIV: ‘but the pledge of a good conscience toward God’ (= tetapi janji / ikrar dari suatu hati nurani yang baik kepada Allah).

NASB: ‘but an appeal to God for a good conscience’ (= tetapi suatu permohonan kepada Allah untuk suatu hati nurani yang baik).

Kata Yunani yang digunakan adalah EPEROTEMA, yang artinya sebetulnya adalah ‘answer’ (= jawaban / tanggapan).

c) Kata-kata ini kelihatannya ruwet dan membingungkan, tetapi semua penafsir menganggap bahwa tambahan kalimat ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa hanya sekedar baptisan lahiriah tidak ada gunanya dan tidak akan menyelamatkan siapapun juga.

Pulpit Commentary: “Baptism doth save us, but not the mere outward ceremony; ... The outward and visible sign doth not save if separated from the inward and spiritual grace. The first is necessary, for it is an outward sign appointed by Christ; but it will not save without the second” (= Baptisan memang menyelamatkan kita, tetapi bukan semata-mata upacara lahiriahnya; ... Tanda yang bersifat lahiriah dan bisa dilihat ini tidak menyelamatkan kita jika dipisahkan dari kasih karunia yang di dalam dan bersifat rohani. Yang pertama itu perlu, karena itu adalah tanda lahiriah yang ditetapkan oleh Kristus; tetapi itu tidak akan menyelamatkan tanpa yang kedua) - hal 137.

Adam Clarke: “Baptism implies a consecration and dedication of the soul and body to God, the Father, Son, and Holy Spirit. He who is faithful to his baptismal covenant, taking God through Christ, by the eternal Spirit, for his portion, is saved here from his sins; and through the resurrection of Christ from the dead, has the well-grounded hope of eternal glory. ... the water of baptism, typifying the regenerating influence of the Holy Spirit, is the means of salvation to all those who receive this Holy Spirit in its quickening, cleansing efficacy. Now as the waters of the flood could not have saved Noah and his family, had they not made use of the ark; so the water of baptism saves no man ... it is not the sprinkling, washing, or cleansing the body, that can be of any avail to the salvation of the soul, but the answer of a good conscience towards God ... We are therefore strongly cautioned here, not to rest in the letter, but to look for the substance” (= Baptisan secara tak langsung menunjukkan suatu pengabdian dan penyerahan / pembaktian dari jiwa dan tubuh kepada Allah, Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ia yang setia kepada perjanjian baptisan, mengambil Allah untuk bagiannya, melalui Kristus, oleh Roh yang kekal, diselamatkan di sini dari dosa-dosanya; dan melalui kebangkitan Kristus dari orang mati, mempunyai pengharapan yang mempunyai dasar yang baik tentang kemuliaan yang kekal. ... air baptisan, yang merupakan gambaran / bayangan dari pengaruh yang melahir-barukan dari Roh Kudus, adalah jalan / cara keselamatan dari semua mereka yang menerima Roh Kudus ini dalam kemujarabannya yang menghidupkan dan membersihkan. Sekarang sama seperti air dari air bah tidak bisa menyelamatkan Nuh dan keluarganya, seandainya mereka tidak menggunakan bahtera; demikian juga air baptisan tidak menyelamatkan seorang pun ... bukan pemercikan, pencucian, atau pembersihan tubuh, yang bisa bermanfaat bagi keselamatan dari jiwa, tetapi tanggapan dari suatu hati nurani yang baik kepada Allah ... Karena itu kita diperingati secara kuat di sini, untuk tidak bersandar pada simbol, tetapi mencari realitanya).

Barnes’ Notes: “Not the mere application of water, for that idea the apostle expressly disclaims, when he says that it involves not ‘putting away the filth of the flesh, but the answer of a good conscience toward God.’ The sense is, that baptism, including all that is properly meant by baptism as a religious rite - that is, baptism administered in connection with true repentance, and true faith in the Lord Jesus, and when it is properly a symbol of the putting away of sin, and of the renewing influences of the Holy Spirit, and an act of unreserved dedication to God - now saves us” (= Bukan semata-mata penggunaan / pemberian air, karena gagasan itu secara jelas disangkal oleh sang rasul, pada waktu ia berkata bahwa itu tidak mencakup ‘pembuangan kotoran dari daging, tetapi tanggapan dari hati nurani yang baik kepada Allah’. Artinya adalah bahwa baptisan, termasuk semua yang secara benar dimaksudkan oleh baptisan sebagai suatu upacara agama - yaitu, baptisan diberikan / dilaksanakan berhubungan dengan pertobatan yang sejati, dan iman yang benar kepada Tuhan Yesus, dan pada waktu baptisan itu secara benar adalah suatu simbol dari penyingkiran dosa, dan dari pengaruh-pengaruh yang memperbaharui dari Roh Kudus, dan suatu tindakan pembaktian sepenuhnya kepada Allah - sekarang menyelamatkan kita).

Calvin: “Now Peter briefly defines the efficacy and use of baptism, when he calls attention to conscience, and expressly requires that confidence which can sustain the sight of God and can stand before his tribunal. For in these words he teaches us that baptism in its main part is spiritual, and then that it includes the remission of sins and renovation of the old man; for how can there be a good and pure conscience until our old man is reformed, and we be renewed in the righteousness of God?” (= Sekarang Petrus dengan singkat mendefinisikan kemujaraban dan penggunaan baptisan, pada waktu ia meminta perhatian pada hati nurani, dan secara jelas menghendaki / mewajibkan keyakinan itu yang bisa menyokong pandangan Allah dan bisa bertahan di hadapan pengadilan-Nya. Karena dalam kata-kata ini ia mengajar kita bahwa baptisan terutama bersifat rohani, dan lalu bahwa itu mencakup pengampunan dosa dan pembaharuan dari manusia lama; karena bagaimana di sana bisa ada hati nurani yang baik dan murni sampai manusia lama kita direformasi, dan kita diperbaharui dalam kebenaran Allah?) - hal 119.

Calvin: “the external symbol is not sufficient, except baptism be received really and effectually: and the reality of it will be found only in a few. ... when we speak of sacraments, two things are to be considered, the sign and the thing itself. In baptism the sign is water, but the thing is the washing of the soul by the blood of Christ and the mortifying of the flesh. ... Let us learn not to tear away the thing signified from the sign” (= simbol lahiriah tidak cukup, kecuali baptisan diterima secara sungguh-sungguh dan sepenuhnya: dan realitanya akan ditemukan hanya dalam sedikit orang. ... pada waktu kita berbicara tentang sakramen, 2 hal harus dipertimbangkan, tandanya dan hal itu sendiri. Dalam baptisan tandanya adalah air, tetapi halnya adalah pencucian jiwa oleh darah Kristus dan pematian daging. ... Hendaklah kita belajar untuk tidak menyobek hal yang digambarkan, dari tandanya) - hal 118.

Calvin: “We must at the same time beware of another evil, such as prevails among the Papists; for as they distinguish not as they ought between the thing and the sign, they stop at the outward element, and on that fix their hope of salvation. Therefore the sight of the water takes away their thoughts from the blood of Christ and the power of the Spirit. They do not regard Christ as the only author of all blessings therein offered to us; they transfer the glory of his death to the water, they tie the secret power of the Spirit to the visible sign” (= Pada saat yang sama kita harus hati-hati terhadap suatu kejahatan yang lain, seperti yang tersebar luas di antara para pengikut Paus; karena seperti mereka tidak membedakan seperti yang seharusnya mereka lakukan antara hal dan tanda, mereka berhenti pada elemen lahiriah, dan memancangkan padanya pengharapan mereka tentang keselamatan. Karena itu pemandangan terhadap air mengambil pemikiran mereka dari darah Kristus dan kuasa dari Roh. Mereka tidak menganggap Kristus sebagai satu-satunya sumber dari semua berkat-berkat yang ditawarkan kepada kita; mereka memindahkan kemuliaan dari kematianNya kepada air, mereka mengikat kuasa rahasia dari Roh kepada tanda yang bisa terlihat) - hal 118.

EKSPOSISI 1 PETRUS 3:21
otomotif, gadget, bisnis

Bahwa Katolik memang mempercayai keselamatan karena baptisan, terlihat dari kutipan-kutipan di bawah ini yang saya ambil dari ‘Catechism of the Catholic Church’ yang dikeluarkan tahun 1992:1213: Holy Baptism is the basis of the whole Christian life, the gateway to life in the Spirit (vitae spiritualis ianua),[4] and the door which gives access to the other sacraments. Through Baptism we are freed from sin and reborn as sons of God; we become members of Christ, are incorporated into the Church and made sharers in her mission: ‘Baptism is the sacrament of regeneration through water in the word.’[5]

Terjemahan: Baptisan Kudus adalah dasar dari seluruh kehidupan Kristen, jalan masuk kepada kehidupan dalam Roh, dan pintu yang memberikan jalan masuk kepada sakramen-sakramen yang lain. Melalui Baptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali / lagi sebagai anak-anak Allah; kita menjadi anggota-anggota Kristus, digabungkan / dimasukkan ke dalam Gereja dan dibuat menjadi pengambil bagian dalam misinya. ‘Baptisan adalah sakramen kelahiran baru melalui air dalam firman.’

1215: This sacrament is also called ‘the washing of regeneration and renewal by the Holy Spirit,’ for it signifies and actually brings about the birth of water and the Spirit without which no one ‘can enter the kingdom of God.’[7]

Terjemahan: Sakramen ini juga disebut ‘pembasuhan kelahiran baru dan pembaharuan oleh Roh Kudus,’ karena itu berarti / menandakan dan sungguh-sungguh menghasilkan kelahiran air dan Roh tanpa mana tak seorangpun ‘bisa masuk kerajaan Allah.’

1238: The baptismal water is consecrated by a prayer of epiclesis (either at this moment or at the Easter Vigil). The Church asks God that through his Son the power of the Holy Spirit may be sent upon the water, so that those who will be baptized in it may be ‘born of water and the Spirit.’[40]

Terjemahan: Baptisan air dikuduskan oleh suatu doa dari epiclesis (atau pada saat ini atau pada Malam Paskah). Gereja meminta Allah supaya melalui AnakNya kuasa dari Roh Kudus dikirimkan ke atas / kepada air, sehingga mereka yang akan dibaptiskan di dalamnya  bisa ‘dilahirkan dari air dan Roh.’

Catatan: saya tidak tahu arti dari kata ‘epiclesis’.

1239: The essential rite of the sacrament follows: Baptism properly speaking. It signifies and actually brings about death to sin and entry into the life of the Most Holy Trinity through configuration to the Paschal mystery of Christ. Baptism is performed in the most expressive way by triple immersion in the baptismal water. However, from ancient times it has also been able to be conferred by pouring the water three times over the candidate's head.

Terjemahan: Upacara sakramen yang sangat perlu menyusul: sebenarnya Baptisan. Itu berarti / menandakan dan betul-betul menghasilkan kematian terhadap dosa dan jalan masuk ke dalam kehidupan dari Tritunggal yang Paling Kudus melalui bentuk misteri Paschal dari Kristus. Baptisan dilakukan dalam cara yang paling berarti dengan 3 x penyelaman dalam air baptisan. Tetapi, dari jaman kuno itu juga bisa diberikan dengan pencurahan air 3 x ke atas kepala calon.

Catatan: dalam kamus Webster dikatakan bahwa kata ‘Paschal’ bisa berhubungan dengan Paskah Perjanjian Lama (hari keluarnya Israel dari Mesir), atau Paskah Perjanjian Baru (hari kebangkitan Kristus). Saya tidak mengerti apa yang mereka maksud dengan istilah ‘misteri Paschal dari Kristus’,

1243: The white garment symbolizes that the person baptized has ‘put on Christ,’[42] has risen with Christ. The candle, lit from the Easter candle, signifies that Christ has enlightened the neophyte. In him the baptized are ‘the light of the world.’[43] 

The newly baptized is now, in the only Son, a child of God entitled to say the prayer of the children of God: ‘Our Father.’

Terjemahan: Jubah putih menyimbolkan bahwa orang yang dibaptis telah ‘mengenakan Kristus,’ telah bangkit bersama Kristus. Lilin, dinyalakan dari lilin Paskah, menandakan bahwa Kristus telah menerangi orang baru itu. Dalam Dia orang yang dibaptis itu adalah ‘terang dunia.’

Orang yang baru dibaptis itu sekarang, dalam satu-satunya Anak, adalah seorang anak Allah yang berhak untuk mengucapkan doa dari anak-anak Allah: ‘Bapa kami.’

1254: For all the baptized, children or adults, faith must grow after Baptism. For this reason the Church celebrates each year at the Easter Vigil the renewal of baptismal promises. Preparation for Baptism leads only to the threshold of new life. Baptism is the source of that new life in Christ from which the entire Christian life springs forth.

Terjemahan: Untuk semua orang yang dibaptis, anak-anak atau orang-orang dewasa, iman harus bertumbuh setelah Baptisan. Untuk alasan ini Gereja merayakan setiap tahun pada malam Paskah pembaharuan dari janji-janji baptisan. Persiapan untuk Baptisan membimbing hanya kepada ambang pintu dari kehidupan yang baru. Baptisan adalah sumber dari kehidupan baru dalam Kristus itu dari mana seluruh kehidupan Kristen keluar.

1257: The Lord himself affirms that Baptism is necessary for salvation.[59] He also commands his disciples to proclaim the Gospel to all nations and to baptize them.[60] Baptism is necessary for salvation for those to whom the Gospel has been proclaimed and who have had the possibility of asking for this sacrament.[61] The Church does not know of any means other than Baptism that assures entry into eternal beatitude; this is why she takes care not to neglect the mission she has received from the Lord to see that all who can be baptized are ‘reborn of water and the Spirit.’ God has bound salvation to the sacrament of Baptism, but he himself is not bound by his sacraments.

Terjemahan: Tuhan sendiri menegaskan bahwa Baptisan itu perlu untuk keselamatan. Ia juga memerintahkan murid-muridNya untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa dan untuk membaptis mereka. Baptisan adalah perlu untuk keselamatan dari mereka kepada siapa Injil telah diberitakan dan yang mempunyai kemungkinan meminta sakramen ini. Gereja tidak mengetahui cara lain selain Baptisan yang memastikan jalan masuk ke dalam kebahagiaan kekal; ini sebabnya mengapa ia berhati-hati untuk tidak mengabaikan misi yang telah ia terima dari Tuhan untuk melihat / mengusahakan bahwa semua yang bisa dibaptis ‘dilahirkan kembali dari air dan Roh.’ Allah telah mengikat keselamatan kepada sakramen baptisan, tetapi Ia sendiri tidak diikat oleh sakramen-sakramenNya.

1259: For catechumens who die before their Baptism, their explicit desire to receive it, together with repentance for their sins, and charity, assures them the salvation that they were not able to receive through the sacrament.

Terjemahan: Untuk pengikut katekisasi yang mati sebelum Baptisan, keinginan mereka yang explicit untuk menerimanya, bersama dengan pertobatan dari dosa-dosa mereka, dan amal / kasih, memastikan keselamatan mereka yang tidak bisa mereka terima melalui sakramen.

1260: ‘Since Christ died for all, and since all men are in fact called to one and the same destiny, which is divine, we must hold that the Holy Spirit offers to all the possibility of being made partakers, in a way known to God, of the Paschal mystery.’[62] Every man who is ignorant of the Gospel of Christ and of his Church, but seeks the truth and does the will of God in accordance with his understanding of it, can be saved. It may be supposed that such persons would have desired Baptism explicitly if they had known its necessity.

Terjemahan: ‘Karena Kristus mati untuk semua, dan karena semua orang dalam faktanya dipanggil ke tujuan yang satu dan yang sama, yang bersifat ilahi, kita harus percaya bahwa Roh Kudus menawarkan kepada semua kemungkinan untuk menjadi pengambil-pengambil bagian, dalam suatu cara yang diketahui Allah, tentang misteri Paschal.’ Setiap orang yang tidak mengetahui Injil Kristus dan GerejaNya, tetapi mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pengertiannya tentang hal itu, bisa diselamatkan. Bisa dianggap bahwa orang-orang seperti itu akan menginginkan Baptisan secara explicit seandainya mereka mengetahui perlunya hal itu.

1263: By Baptism all sins are forgiven, original sin and all personal sins, as well as all punishment for sin.[65] In those who have been reborn nothing remains that would impede their entry into the Kingdom of God, neither Adam's sin, nor personal sin, nor the consequences of sin, the gravest of which is separation from God.

Terjemahan: Oleh Baptisan semua dosa-dosa diampuni, dosa asal dan semua dosa-dosa pribadi, maupun semua hukuman untuk dosa. Dalam mereka yang telah dilahirkan kembali tidak ada apapun yang tertinggal yang akan menghalangi masuknya mereka ke dalam Kerajaan Allah, tidak dosa Adam, ataupun dosa pribadi, atau konsekwensi dari dosa, dimana yang paling berat darinya adalah perpisahan dari Allah.

1265: Baptism not only purifies from all sins, but also makes the neophyte ‘a new creature,’ an adopted son of God, who has become a ‘partaker of the divine nature,’[68] member of Christ and co-heir with him,[69] and a temple of the Holy Spirit.[70]

Terjemahan: Baptisan bukan hanya memurnikan dari semua dosa-dosa, tetapi juga membuat orang baru itu ‘suatu ciptaan baru,’ seorang anak adopsi dari Allah, yang telah menjadi seorang ‘pengambil bagian dari hakekat ilahi,’ anggota dari Kristus dan rekan ahli waris dengan Dia, dan suatu bait dari Roh Kudus.

1266: The Most Holy Trinity gives the baptized sanctifying grace, the grace of justification: 

enabling them to believe in God, to hope in him, and to love him through the theological virtues; 

giving them the power to live and act under the prompting of the Holy Spirit through the gifts of the Holy Spirit; 

allowing them to grow in goodness through the moral virtues. 

Thus the whole organism of the Christian’s supernatural life has its roots in Baptism.

Terjemahan: Tritunggal yang Paling Kudus memberikan kepada orang yang dibaptis kasih karunia yang menguduskan, kasih karunia pembenaran:

memampukan mereka untuk percaya kepada Allah, berharap kepadaNya, dan mengasihi Dia melalui kebaikan-kebaikan teologis;

memberi mereka kuasa untuk hidup dan bertindak di bawah dorongan Roh Kudus melalui karunia-karunia Roh Kudus;

mengijinkan mereka untuk bertumbuh dalam kebaikan melalui kebaikan-kebaikan moral.

Maka / karena itu seluruh organisme dari kehidupan supranatural Kristen mempunyai akarnya dalam Baptisan.

3) “oleh kebangkitan Yesus Kristus”.

Calvin: “By these words he teaches us that we are not to cleave to the element of water, and that what is thereby typified flows from Christ alone, and is to be sought from him. ... the resurrection was victory over death and the completion of our salvation. We hence learn that the death of Christ is not excluded, but is included in his resurrection. We then cannot otherwise derive benefit from baptism, than by having all our thoughts fixed on the death and the resurrection of Christ” (= Oleh kata-kata ini ia mengajar kita bahwa kita tidak boleh berpegang erat-erat / menggantungkan diri pada eleman air, dan bahwa apa yang digambarkan olehnya mengalir dari Kristus saja, dan harus dicari dari Dia. ... kebangkitan adalah kemenangan atas kematian dan penyempurnaan / penyelesaian dari keselamatan kita. Karena itu kita belajar bahwa kematian Kristus tidak dibuang, tetapi tercakup dalam kebangkitanNya. Maka kita tidak bisa mendapatkan manfaat dari baptisan dengan cara lain dari pada dengan memancangkan seluruh pemikiran kita pada kematian dan kebangkitan Kristus) - hal 119.

Calvin memang menganggap bahwa kalau dalam Kitab Suci disebutkan tentang kematian Kristus saja, maka kita juga harus mengingat akan kebangkitanNya. Dan juga sebaliknya, kalau hanya disebutkan tentang kebangkitan Kristus saja, maka kita juga harus mengingat akan kematianNya.

Calvin: “So then, let us remember that whenever mention is made of His death alone, we are to understand at the same time what belongs to His resurrection. Also, the same synecdoche applies to the word ‘resurrection’: whenever it is mentioned separately from death, we are to understand it as including what has to do especially with His death” (= Jadi, marilah kita mengingat bahwa kalau hanya disebutkan tentang kematian¬Nya, kita harus mengartikan pada saat yang sama, apa yang termasuk dalam kebangkitanNya. Juga ‘synecdoche’ yang sama berlaku terhadap kata ‘kebangkitan’: kalau kata itu disebut¬kan terpisah dari kematian, kita harus menafsirkan kata itu beserta apa yang termasuk dalam kematianNya) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XVI, No 13. 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America

EKSPOSISI 1 PETRUS 3:21

Next Post Previous Post