YESUS KRISTUS PENEBUS DOSA
Pdt. Budi Asali, M.Div.
gadget, bisnis, otomotif |
Pendahuluan:
YESUS KRISTUS PENEBUS DOSA. Kalau saudara mati saat ini, apakah saudara yakin bahwa saudara akan masuk surga? Kalau yakin, apa dasar keyakinan itu? Bukankah saudara mempunyai banyak dosa? Bagaimana kalau besok saudara berbuat dosa yang besar atau bahkan murtad? Dan bukankah Allah itu suci dan adil, sehingga pasti membenci dosa dan menghukum orang berdosa? Dalam kekristenan ada keyakinan keselamatan, karena dalam kekristenan ada penebusan dosa oleh Yesus Kristus. Inilah yang akan saya bahas pada hari ini.I) Manusia membutuhkan penebusan dosa.
Mengapa manusia membutuhkan penebusan?1) Karena manusia itu berdosa, bahkan sangat berdosa.
Roma 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor”.
Yehezkiel 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka, mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama seperti cemar kain di hadapanKu”.
2) Karena Allah itu suci dan adil sehingga pasti / harus menghukum orang berdosa.
Nahum 1:3a: “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah”.Illustrasi: polisi yang membebaskan begitu saja orang yang salah, bukanlah polisi yang baik!
Tuhan menuntut manusia itu sempurna.
Matius 5:48 - “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.’”.
Jadi, andaikata ujian, Ia menghendaki nilai 100. Kalau saudara mendapat nilai 99, saudara tidak lulus! Jadi, seandainya dalam hidup saudara ada satu dosa saja, itu sudah cukup untuk membuat Tuhan menghukum saudara selama-lamanya di dalam neraka (bdk. Roma 6:23).
3) Pertobatan manusia dari dosa / usaha manusia untuk berbuat baik adalah sia-sia. Mengapa?
a) Karena manusia tidak bisa baik.
Kita sering memutuskan untuk berubah menjadi baik, tetapi gagal. Misalnya saya dulu malas, dan sering berjanji untuk menjadi rajin, tetapi terus malas.Disamping itu, kalaupun dalam hal tertentu kita bisa berubah menjadi baik, tetapi:
· kebaikan itu cuma kebaikan lahiriah, hati / pikiran kita tetap kotor / berdosa. Misalnya: tidak berzinah tetapi mempunyai pikiran cabul. Pergi berbakti / berdoa tetapi pikirannya ngelantur.
· kita tidak baik dalam banyak hal yang lain. Misalnya: bisa jujur, tetapi sering sombong; atau bisa sabar tetapi sering munafik / berdusta, dan sebagainya.
· kebaikan itu ada pamrihnya. Misalnya menolong orang miskin supaya dirinya masuk surga. Ini adalah kebaikan yang bersifat egois, dan pada dasarnya bukanlah suatu kebaikan.
Bdk. Yesaya 64:6 yang menyatakan bahwa ‘segala kesalehan kita seperti kain kotor’.
b) Kalaupun manusia bisa baik, bagaimana dengan dosa-dosa pada masa lalu? Perbuatan baik tidak bisa menghapuskan dosa.
Galatia 2:16a - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus”.Gal 2:21b - “... sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Illustrasi: Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu mingu itu ia lalu banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya: ‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!
Kesimpulan: semua manusia membutuhkan penebusan.
II) Penebusan oleh Yesus Kristus.
1) Tuhan Yesus adalah Allah sendiri.
a) Ini tidak berarti bahwa orang kristen menyekutukan seorang manusia dengan Allah.
Orang Kristen percaya bahwa Yesus itu dari dulu adalah Allah, yang lalu menjadi manusia. Mengapa dianggap mustahil bahwa Allah yang mahakuasa itu menjadi manusia?
Ini tidak berarti bahwa dulunya ada satu Allah, yang lalu kawin / bersetubuh dengan seorang perempuan / Maria, lalu melahirkan Anak Allah.
Istilah ‘Anak Allah’ menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri. Ini terlihat dari Yohanes 5:18 yang berbunyi: “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
Kata-kata ‘menyamakan diri’ seharusnya adalah ‘menyetarakan diri’.
b) Istilah ‘Allah’ dan ‘Anak Allah’.
Dalam Kitab Suci Yesus memang tidak pernah menyebut diriNya sendiri sebagai Allah. Ia menyebut diriNya ‘Anak Allah’.Ini tidak berarti bahwa dulunya ada satu Allah, yang lalu kawin / bersetubuh dengan seorang perempuan / Maria, lalu melahirkan Anak Allah.
Istilah ‘Anak Allah’ menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri. Ini terlihat dari Yohanes 5:18 yang berbunyi: “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
Kata-kata ‘menyamakan diri’ seharusnya adalah ‘menyetarakan diri’.
c) Karena Yesus mengaku sebagai Allah / Anak Allah, maka hanya ada 2 kemungkinan:
atau Dia memang adalah Allah / Anak Allah, atau Dia adalah orang kurang ajar / nabi palsu / seorang penghujat. Tidak ada kemungkinan bahwa Dia adalah nabi / orang saleh tetapi bukan Allah.
d) Bahwa Bapa adalah Allah, dan Yesus juga adalah Allah, tidak berarti bahwa orang kristen mempunyai lebih dari satu Allah.
Orang kristen percaya bahwa Bapa itu Allah, Anak / Yesus itu Allah, Roh Kudus (bukan Maria!) itu Allah, tetapi orang kristen percaya Allah itu satu (Ulangan 6:4 1Timotius 2:5). Tidak masuk akal? Itu bukannya tidak masuk akal, tetapi melampaui akal! Allah itu tidak terbatas, sedangkan pikiran kita terbatas. Bukankah masuk akal kalau yang terbatas tidak bisa mengerti sepenuhnya yang tidak terbatas?
e) Karena Yesus itu Allah, maka Ia kekal, bukan baru ada pada waktu Ia dilahirkan oleh Maria!
2) Tuhan Yesus yang adalah Allah itu sudah menjadi manusia.
a) Mengapa Ia menjadi manusia? Karena Ia mau menebus dosa manusia.
Dosa itu upahnya maut (Roma 6:23), sedangkan Allah itu tidak bisa menderita ataupun mati. Supaya Ia bisa menderita dan mati untuk menebus / memikul hukuman dosa manusia, maka Ia harus menjadi manusia. Jadi, Ia menjadi manusia dengan satu tujuan utama, yaitu untuk mati di salib untuk menebus dosa manusia.
Yohanes 12:23-24,27 - “(23) Tetapi Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. (24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. ... (27) Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini”.
Karena Yesus menjadi manusia dengan tujuan utama untuk mati, maka tidak mungkin Ia tidak mati! Kalau Yesus tidak mati, maka semua manusia akan masuk neraka.
· kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.
· kalau saya berkata ‘tahun lalu saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan setelah itu saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta .
Kalau kita berbicara tentang ‘Allah yang menjadi manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang (bahkan tidak berkurang sedikitpun), tetapi Ia ketambahan hakekat manusia pada diriNya.
Jadi, setelah Yesus menjadi manusia, Ia adalah 100 % Allah dan 100 % manusia. Tidak masuk akal lagi? Lagi-lagi, bukan tidak masuk akal, tetapi melampaui akal. Ingat bahwa di sini lagi-lagi kita berbicara tentang Allah. Bukankah pantas / masuk akal kalau otak kita yang terbatas tidak bisa menjangkau / mengerti sepenuhnya?
Yohanes 12:23-24,27 - “(23) Tetapi Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. (24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. ... (27) Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini”.
Karena Yesus menjadi manusia dengan tujuan utama untuk mati, maka tidak mungkin Ia tidak mati! Kalau Yesus tidak mati, maka semua manusia akan masuk neraka.
b) Pada waktu Yesus menjadi manusia, tidak berarti bahwa Ia berhenti menjadi Allah.
Kata ‘menjadi’ bisa digunakan dalam 2 arti:· kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.
· kalau saya berkata ‘tahun lalu saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan setelah itu saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta .
Kalau kita berbicara tentang ‘Allah yang menjadi manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang (bahkan tidak berkurang sedikitpun), tetapi Ia ketambahan hakekat manusia pada diriNya.
Jadi, setelah Yesus menjadi manusia, Ia adalah 100 % Allah dan 100 % manusia. Tidak masuk akal lagi? Lagi-lagi, bukan tidak masuk akal, tetapi melampaui akal. Ingat bahwa di sini lagi-lagi kita berbicara tentang Allah. Bukankah pantas / masuk akal kalau otak kita yang terbatas tidak bisa menjangkau / mengerti sepenuhnya?
c) Sesuatu yang penting sekali untuk diwaspadai / diperhatikan tentang keilahian dan kemanusiaan Yesus adalah:
Ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, dan ada banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah manusia, dan kita juga tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk mem-buktikan bahwa Ia bukanlah Allah!
Para Saksi Yehuwa sering melakukan kesalahan ini dimana mereka menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kristus bukanlah Allah.
Misalnya:
· Matius 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Ayat yang menunjukkan pikiran manusia yang terbatas dalam diri Yesus ini mereka pakai sebagai bukti bahwa Yesus bukanlah Allah.
· Yohanes 14:28 - “Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku”.
· Ayat ini jelas juga menekankan Yesus sebagai manusia (pikiran manusialah yang saat itu timbul). Tetapi ayat ini dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah, atau bahwa Yesus lebih rendah dari pada Allah.
· Matius 4:1-11 menunjukkan bahwa Yesus dicobai 3 x oleh setan di padang gurun. Jelas bahwa Yesus dicobai sebagai manusia, tetapi ayat-ayat ini lalu dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tidak bisa dicobai (bdk. Yakobus 1:13).
· Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus berdoa, juga mereka pakai untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah, karena Allah tidak perlu berdoa.
Illustrasi: Saya adalah seorang pendeta, tetapi pada saat yang sama saya juga adalah seorang olahragawan. Kadang-kadang saya memakai toga dan memimpin Perjamuan Kudus, sehingga saya terlihat sebagai pendeta. Tetapi kadang-kadang saya memakai celana pendek, kaos, dan sepatu olah raga, sehingga saya terlihat sebagai olahragawan. Tidak ada orang yang pada waktu melihat saya memakai toga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan olahragawan, dan sebaliknya, pada waktu melihat saya memakai pakaian olah raga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan pendeta!
Analoginya, karena Yesus adalah Allah dan manusia, maka kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan manusia, atau menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan Allah!
d) Sebagai manusia, Yesus hidup suci murni tanpa dosa.Ibrani 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa”.
2Korintus 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Kitab Suci mengatakan semua manusia berdosa (Roma 3:23), dan Yesus (bukan Maria atau siapapun juga) adalah satu-satunya yang dikecualikan. Kalau Nuh, Ayub dsb disebutkan sebagai orang saleh dsb, itu hanyalah dalam perbandingan dengan orang lain.
Kesucian Yesus ini penting, karena kalau Ia tidak suci, maka penderitaan dan kematianNya tidak bisa menebus dosa kita, tetapi merupakan upah dosaNya sendiri.
Keadilan Allah terlihat karena pada saat itu Allah menjatuhkan hukuman terhadap dosa.
Kasih Allah terlihat karena Allah itu sendiri menjadi manusia, dan lalu menerima hukuman yang Ia sendiri jatuhkan.
Illustrasi:
Ada 2 orang saudara kembar yang bentuk tubuh maupun wajahnya persis. Tetapi sejak kecil yang satu nakal, yang lain alim. Pada saat dewasa yang satu jadi perampok, yang satu jadi hakim. Suatu hari perampok itu membunuh orang dan tertangkap, dan ia diajukan ke pengadilan, dimana yang jadi hakim adalah saudara kembarnya. Setelah memeriksa akhirnya sang hakim secara adil menjatuhkan hukuman mati kepada saudara kembarnya. Tetapi karena hakim itu mengasihi saudara kembarnya itu, maka malam sebelum hukuman mati itu dilaksanakan, hakim itu mengunjungi saudara kembarnya di penjara, dan lalu mengajaknya tukar tempat. Besoknya hakim itu mengalami hukuman mati, sedangkan saudaranya bebas karena ‘penebusan’ sang hakim.
Jadi terlihat bahwa pada waktu Yesus menderita dan mati, Ia mengalami semua itu sebagai pengganti / substitute bagi kita. Ini beda dengan teori solidaritas yang mengatakan bahwa Yesus menderita di kayu salib hanya untuk bersikap solider dengan manusia.
Kalau tidak ada penebusan di kayu salib dan Allah mengampuni begitu saja, maka Ia memang kasih tetapi tidak suci dan tidak adil. Tetapi dengan Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus dan lalu mati di salib memikul hukuman dosa, maka Allah itu suci, adil, dan sekaligus kasih!
Para Saksi Yehuwa sering melakukan kesalahan ini dimana mereka menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kristus bukanlah Allah.
Misalnya:
· Matius 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Ayat yang menunjukkan pikiran manusia yang terbatas dalam diri Yesus ini mereka pakai sebagai bukti bahwa Yesus bukanlah Allah.
· Yohanes 14:28 - “Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku”.
· Ayat ini jelas juga menekankan Yesus sebagai manusia (pikiran manusialah yang saat itu timbul). Tetapi ayat ini dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah, atau bahwa Yesus lebih rendah dari pada Allah.
· Matius 4:1-11 menunjukkan bahwa Yesus dicobai 3 x oleh setan di padang gurun. Jelas bahwa Yesus dicobai sebagai manusia, tetapi ayat-ayat ini lalu dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tidak bisa dicobai (bdk. Yakobus 1:13).
· Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus berdoa, juga mereka pakai untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah, karena Allah tidak perlu berdoa.
Illustrasi: Saya adalah seorang pendeta, tetapi pada saat yang sama saya juga adalah seorang olahragawan. Kadang-kadang saya memakai toga dan memimpin Perjamuan Kudus, sehingga saya terlihat sebagai pendeta. Tetapi kadang-kadang saya memakai celana pendek, kaos, dan sepatu olah raga, sehingga saya terlihat sebagai olahragawan. Tidak ada orang yang pada waktu melihat saya memakai toga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan olahragawan, dan sebaliknya, pada waktu melihat saya memakai pakaian olah raga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan pendeta!
Analoginya, karena Yesus adalah Allah dan manusia, maka kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan manusia, atau menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan Allah!
d) Sebagai manusia, Yesus hidup suci murni tanpa dosa.Ibrani 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa”.
2Korintus 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Kitab Suci mengatakan semua manusia berdosa (Roma 3:23), dan Yesus (bukan Maria atau siapapun juga) adalah satu-satunya yang dikecualikan. Kalau Nuh, Ayub dsb disebutkan sebagai orang saleh dsb, itu hanyalah dalam perbandingan dengan orang lain.
Kesucian Yesus ini penting, karena kalau Ia tidak suci, maka penderitaan dan kematianNya tidak bisa menebus dosa kita, tetapi merupakan upah dosaNya sendiri.
3) Yesus mengalami penderitaan dan kematian di kayu salib untuk menebus manusia.
a) Di sini kita melihat 3 macam sifat Allah, yaitu suci, adil, dan kasih.
Kesucian Allah terlihat, karena pada salib kita melihat kebencian Allah terhadap dosa, sehingga Ia memberikan hukuman yang begitu berat terhadap dosa, sekalipun yang memikul dosa itu adalah AnakNya sendiri.Keadilan Allah terlihat karena pada saat itu Allah menjatuhkan hukuman terhadap dosa.
Kasih Allah terlihat karena Allah itu sendiri menjadi manusia, dan lalu menerima hukuman yang Ia sendiri jatuhkan.
Illustrasi:
Ada 2 orang saudara kembar yang bentuk tubuh maupun wajahnya persis. Tetapi sejak kecil yang satu nakal, yang lain alim. Pada saat dewasa yang satu jadi perampok, yang satu jadi hakim. Suatu hari perampok itu membunuh orang dan tertangkap, dan ia diajukan ke pengadilan, dimana yang jadi hakim adalah saudara kembarnya. Setelah memeriksa akhirnya sang hakim secara adil menjatuhkan hukuman mati kepada saudara kembarnya. Tetapi karena hakim itu mengasihi saudara kembarnya itu, maka malam sebelum hukuman mati itu dilaksanakan, hakim itu mengunjungi saudara kembarnya di penjara, dan lalu mengajaknya tukar tempat. Besoknya hakim itu mengalami hukuman mati, sedangkan saudaranya bebas karena ‘penebusan’ sang hakim.
Jadi terlihat bahwa pada waktu Yesus menderita dan mati, Ia mengalami semua itu sebagai pengganti / substitute bagi kita. Ini beda dengan teori solidaritas yang mengatakan bahwa Yesus menderita di kayu salib hanya untuk bersikap solider dengan manusia.
Kalau tidak ada penebusan di kayu salib dan Allah mengampuni begitu saja, maka Ia memang kasih tetapi tidak suci dan tidak adil. Tetapi dengan Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus dan lalu mati di salib memikul hukuman dosa, maka Allah itu suci, adil, dan sekaligus kasih!
Catatan: Kata penebusan berasal dari 4 (empat) kata Yunani:
(1) “agorazo” yang berarti “membeli dari pasar”. Seringkali kata ini berhubungan dengan penjualan budak dipasar. Kata “agorazo” ini digunakan untuk menggambarkan orang percaya yang dibeli dari pasar budak dosa dan dibebaskan dari ikatan dosa. Harga pembayaran untuk kebebasan orang percaya dan pembebasan dari dosa adalah kematian Kristus (1 Korintus 6:20; 7:23; Wahyu 5:9; 14:3,4).
Rasul Paulus menggunakan istilah penebusan untuk menggambarkan transaksi Kristus untuk membebaskan kita dari dosa dan hukumannya, sehingga kita menerima pengampunan dari Allah. Paulus mengatakan, “Sebab di dalam Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa” (Efesus 1:7; Kolose 1:14). Kita “dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam darah Kristus Yesus” (Roma 3:24)
(2) exagorazo, yang berarti “membayar harga, menebus, membeli dari pasar, mengambil alih dari kuasa pihak lain”. Kata ini digunakan dua kali behubungan dengan Kristus menebus atau melepaskan orang percaya dari kutuk dan kuasa hukum Taurat (Galatia 3:13; 4:5);
(3) lutro, yang berarti “membebaskan melalui pembayaran tebusan”. Kata kerjanya muncul tiga kali dalam Lukas 24:21; Titus 2:14; 1 Petrus 1:18-19. Sedangkan kata benda “lutron” digunakan dua kali dalam Matius 20:28; Markus 10:45 (tebusan), dan kata benda “lutrosis” digunakan tiga kali dalam Lukas 1:16; 2:38; Ibrani 9:12 (kelepasan);
(4) apolutrosis, yang berarti “kelepasan yang terjadi karena pembayaran tebusan”. Digunakan sembilan kali berkenanan dengan penebusan dari dosa (Lukas 21:28; Roma 3:24; 1 Korintus 1:30; Efesus 1:7, 14; 3:30; Kolose 1:14; Ibrani 9:15). Jadi, Alkitab menunjukkan keadaan manusia yang pada dasarnya telah berada di bawah kuasa dosa, dan dari keadaan tersebut ia tidak berdaya membebaskan dirinya. Untuk membebaskan manusia, suatu tebusan dibayar. Yesus Kristus membayar tebusan yang diperlukan itu dengan kematianNya sendiri.
· semua dosa kita beres, karena kalau tidak, Ia seharusnya berteriak ‘belum selesai’.
· penebusan dosa terjadi di kayu salib, bukan di neraka.
Karena itu hati-hati dengan ajaran yang mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus turun ke neraka untuk memikul hukuman dosa. Ajaran ini bertentangan dengan kata-kata ‘sudah selesai’ tadi, dan juga dengan Luk 23:43,46.
Lukas 23:43,46 - “(43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ ... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya”.
Kedua ayat di atas ini jelas menunjukkan bahwa begitu mati, roh manusia Yesus pergi ke surga. Jadi, Ia pasti tidak pergi ke neraka.
1Korintus 15:14,17 - “(14) Tetapi andai kata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. ... (17) jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”.
Jadi untuk bisa selamat, seseorang cukup hanya percaya kepada Yesus! Percaya apa? Bukan sekedar percaya bahwa Yesus itu ada, tetapi percaya bahwa Yesus adalah Tuhan / Allah yang telah menjadi manusia, yang lalu mati untuk menebus dosanya di kayu salib.
Jadi berbeda dengan semua agama yang lain, keselamatan dalam Kristen tidak didasarkan pada perbuatan baik, tetapi berdasarkan iman / kepercayaan kepada Yesus. Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
· Galatia 2:16a - “Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus”.
· Roma 3:27-28 - “(27) Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
BACA JUGA: KONSEP PENEBUSAN DALAM SURAT ROMA
b) Apakah penebusan oleh Yesus itu sempurna, atau dengan kata lain apakah penebusan itu betul-betul membereskan semua dosa orang yang percaya? Ya, dan ini terlihat dari:
1. Kata-kata ‘sudah selesai’ di atas kayu salib (Yohanes 19:28).
Kata-kata ini menunjukkan bahwa:· semua dosa kita beres, karena kalau tidak, Ia seharusnya berteriak ‘belum selesai’.
· penebusan dosa terjadi di kayu salib, bukan di neraka.
Karena itu hati-hati dengan ajaran yang mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus turun ke neraka untuk memikul hukuman dosa. Ajaran ini bertentangan dengan kata-kata ‘sudah selesai’ tadi, dan juga dengan Luk 23:43,46.
Lukas 23:43,46 - “(43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ ... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya”.
Kedua ayat di atas ini jelas menunjukkan bahwa begitu mati, roh manusia Yesus pergi ke surga. Jadi, Ia pasti tidak pergi ke neraka.
2. Kebangkitan-Nya dari antara orang mati.
Ini membuktikan bahwa dosa manusia sudah beres, karena kalau tidak, Ia tidak bisa bangkit dari antara orang mati. Tanpa kebangkitan-Nya ini maka kematian-Nya tidak berguna.1Korintus 15:14,17 - “(14) Tetapi andai kata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. ... (17) jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”.
3. Kenaikan Yesus ke surga dan duduknya Ia di sebelah kanan Allah.
Ini menunjukkan bahwa misiNya untuk menebus dosa manusia sudah selesai.III) Tanggapan manusia.
1) Beriman / percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal”.Jadi untuk bisa selamat, seseorang cukup hanya percaya kepada Yesus! Percaya apa? Bukan sekedar percaya bahwa Yesus itu ada, tetapi percaya bahwa Yesus adalah Tuhan / Allah yang telah menjadi manusia, yang lalu mati untuk menebus dosanya di kayu salib.
Jadi berbeda dengan semua agama yang lain, keselamatan dalam Kristen tidak didasarkan pada perbuatan baik, tetapi berdasarkan iman / kepercayaan kepada Yesus. Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
· Galatia 2:16a - “Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus”.
· Efesus 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
· Roma 3:24 - “dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.
· Roma 3:27-28 - “(27) Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
BACA JUGA: KONSEP PENEBUSAN DALAM SURAT ROMA
· Roma 9:30-32 - “(30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah memperoleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan”.
· Filipi 3:7-9 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaran-Ku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.
· Filipi 3:7-9 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaran-Ku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.
Keselamatan berdasarkan iman inilah yang menyebabkan adanya keyakinan keselamatan dalam kekristenan. Dalam agama lain, yang mengandalkan perbuatan baik, tidak mungkin mereka bisa tahu apakah yang lebih banyak dosanya atau perbuatan baiknya, dan karena itu mereka tidak mungkin bisa yakin akan keselamatannya. Apa gunanya mati-matian mengikuti suatu agama yang tidak bisa memberikan keyakinan keselamatan?
BACA JUGA: ALLAH TRITUNGGAL PELAKU PENEBUSAN KITA
2) Berbuat baik / mentaati Tuhan, bukan supaya selamat, tetapi sebagai tanda terima kasih karena sudah diselamatkan.
Supaya selamat, sebetulnya seseorang hanya perlu beriman kepada Kristus, bukan berbuat baik. Setelah selamat / diselamatkan, maka sebagai tanda syukur kepada Tuhan, kita lalu melakukan perbuatan baik.BACA JUGA: ALLAH TRITUNGGAL PELAKU PENEBUSAN KITA
Dalam agama non Kristen, orang berbuat baik dengan harapan supaya akhirnya ia selamat. Dalam Kristen, seseorang yang percaya kepada Yesus sudah selamat, dan sebagai tanda syukur karena dirinya sudah diselamatkan, maka ia berbuat baik / membuang dosa, mentaati Tuhan dan sebagainya.
Mana pilihan saudara?
Penutup / kesimpulan.
Semua manusia berdosa, bahkan sangat berdosa, dan tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Allah itu adil sehingga manusia membutuhkan penebusan. Tetapi Allah itu juga kasih sehingga sudah menjadi manusia dan mati di salib untuk memberikan penebusan. Karena itu kalau seseorang mau percaya kepada Yesus maka dosanya dihapus / diampuni, sehingga pasti masuk surga. Kalau seseorang tidak mau percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat / Penebus, maka Ia harus membayar sendiri dosa-dosanya dan dihukum secara kekal di neraka.Mana pilihan saudara?
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America