HUKUMAN MATI TERHADAP UZA (2 SAMUEL 6:6-7)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Gadget, health, education, otomotif |
2 Samuel 6:6-7: “(2 Samuel 6:6) Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir. (7) Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu.”.
KJV/ASV/NKJV: ‘his error’ (= kesalahannya).
RSV: ‘he put forth his hand to the ark’ (= ia mengulurkan tangannya kepada tabut).
NIV: ‘his irreverent act’ (= tindakan tidak hormatnya).
NASB: ‘his irreverence’ (= ketidak-hormatannya).
Catatan: Kata bahasa Ibraninya tak diketahui artinya dengan pasti.
Ada beberapa hal yang ingin saya bahas di sini:
a) Kesalahan Uza / bangsa Israel.
The Biblical Illustrator (Old Testament): “Uzzah was a Levite, and he knew or ought to have known the commands of God with respect to the ark. In Num 4:15, it is written that those who had to bear the ark were ‘not to touch any holy thing, lest they die,’ Not only so, but the ark was to be covered, and so kept from the gaze of the irreverent. This had been neglected. Again, that which was to be borne only on men’s shoulders was put on a cart. This was a gross piece of neglect” (= Uza adalah seorang Lewi, dan ia tahu atau seharusnya telah mengetahui hukum-hukum / perintah-perintah Allah berkenaan dengan tabut. Dalam Bil 4:15, dituliskan bahwa mereka yang harus memikul tabut ‘tidak boleh menyentuh hal-hal / benda-benda kudus apapun, supaya mereka jangan mati’. Bukan hanya demikian, tetapi tabut harus ditutupi, dan dengan demikian menjaga / melindungi dari pandangan yang tidak hormat / tanpa rasa takut).
Bilangan 4:15 - “Setelah Harun dan anak-anaknya selesai menudungi barang-barang kudus dan segala perkakas tempat kudus, pada waktu perkemahan akan berangkat, barulah orang Kehat boleh masuk ke dalam untuk mengangkat barang-barang itu; tetapi janganlah mereka kena kepada barang-barang kudus itu, nanti mereka mati. Jadi itulah barang-barang di Kemah Pertemuan yang harus diangkat bani Kehat”.
Bdk. Bilangan 4:4-6 - “(4) Pekerjaan jabatan orang Kehat di Kemah Pertemuan ialah mengurus barang-barang yang maha kudus. (5) Kalau perkemahan akan berangkat, haruslah Harun dan anak-anaknya masuk ke dalam untuk menurunkan tabir penudung, dan menudungkannya kepada tabut hukum. (6) Di atasnya mereka harus meletakkan tutup dari kulit lumba-lumba, dan di atasnya lagi mereka harus membentangkan sehelai kain yang seluruhnya ungu tua, kemudian mereka harus memasang kayu-kayu pengusung tabut itu”.
Kata-kata ‘kulit lumba-lumba’ dalam Bilangan 4:6 diterjemahkan sangat beraneka ragam; rupanya arti kata itu tak diketahui dengan pasti.
KJV: ‘badgers’ skins’ (= kulit badger).
RSV: ‘goatskin’ (= kulit kambing).
NIV: ‘hides of sea cows’ (= kulit dari sapi laut).
NASB: ‘porpoise skin’ (= kulit lumba-lumba).
ASV: ‘sealskin’ (= kulit anjing laut).
NKJV: ‘badger skins’ (= kulit badger).
Catatan: Badger adalah binatang semacam luwak.
Calvin: “Indeed, only a specified part of the tribe of Levi was commissioned to carry the ark” (= Bahkan, hanya suatu bagian yang ditetapkan dari suku Lewi diperintahkan untuk membawa / mengangkut tabut) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 248.
Catatan: ‘orang / bani Kehat’ hanyalah sebagian tertentu dari suku Lewi, karena Lewi memang mempunyai 3 orang anak, dan salah satunya namanya adalah Kehat.
Kejadian 46:11 - “Anak-anak Lewi ialah Gerson, Kehat dan Merari”.
The Biblical Illustrator (Old Testament): “Uzzah sinned with his eyes open. He knew the commands. He sinned with the warning of Beth-shemesh before him. He sinned publicly, and has perished suddenly and miserably. It was a sudden and severe judgment, but that was a stern age, and the people could only be influenced by such means” (= Uza berdosa dengan mata terbuka. Ia tahu perintah / hukum itu. Ia berdosa dengan peringatan Bet-Semes di hadapannya. Ia berdosa di depan umum, dan telah binasa dengan tiba-tiba dan dengan menyedihkan. Itu merupakan suatu penghakiman yang mendadak dan keras, tetapi itu adalah suatu jaman yang keras, dan bangsa itu hanya bisa dipengaruhi dengan cara itu).
Catatan: yang dimaksudkan dengan ‘peringatan Bet-Semes’ pasti adalah peristiwa yang terjadi dalam 1Samuel 6:19 - “Dan Ia membunuh beberapa orang Bet-Semes, karena mereka melihat ke dalam tabut TUHAN; Ia membunuh tujuh puluh orang dari rakyat itu. Rakyat itu berkabung, karena TUHAN telah menghajar mereka dengan dahsyatnya”.
Sebetulnya merupakan sesuatu yang perlu diragukan bahwa Uza mengetahui peristiwa ini, mengingat peristiwa ini terjadi 70 tahun sebelum saat ini, dimana ia pasti belum lahir. Tetapi ia memang bisa mengetahuinya dari cerita dari orang tuanya atau orang-orang lain.
b) Keberatan terhadap hukuman mati ini.
Bukankah ini merupakan dosa remeh? Mengapa dihukum dengan begitu berat? Dan bukankah Uza bermaksud baik, yaitu mencegah jatuhnya tabut itu ke tanah? Mengapa ia justru dihukum, dan lebih-lebih mengapa dihukum dengan begitu berat?
1. Di atas segala-galanya, kalau ada orang berani menyalahkan Allah karena dianggap menghukum terlalu keras, perlu ditekankan bahwa Allah tidak mungkin salah!
Mazmur 51:6b - “supaya ternyata Engkau adil dalam putusanMu, bersih dalam penghukumanMu”.
Karena itu, sekalipun bingung / tidak mengerti mengapa Allah menghukum Uza, dan juga Ananias dan Safira, dengan hukuman mati, tetaplah percaya bahwa Allah tidak mungkin salah dalam hal itu.
2. Maksud yang baik tidak membenarkan tindakan yang salah.
The Biblical Illustrator (Old Testament): “It may be objected that the punishment was needlessly severe, in that Uzzah’s intentions were good. This is very plausible; but good intentions do not always justify wrong-doing. Many have been led astray by this sophistry” (= Bisa diajukan keberatan bahwa hukuman itu tidak perlu begitu hebat / keras, karena maksud Uza adalah baik. Ini memungkinkan; tetapi maksud baik tidak selalu membenarkan tindakan yang salah. Banyak orang telah disesatkan oleh cara berpikir yang menyesatkan ini).
Catatan: saya menganggap kata-kata ‘tidak selalu’ kurang kuat; seharusnya adalah ‘tidak pernah’!
Calvin: “you might consider this hastiness to be commendable zeal, but in the eyes of God it was inconsiderate zeal, and merited punishment” (= engkau mungkin / bisa menganggap ketergesa-gesaannya sebagai semangat yang bisa / patut dipuji, tetapi di mata Allah itu adalah semangat yang tanpa dipikir, dan layak mendapatkan hukuman) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 249.
Bdk. Amsal 19:2 - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah”.
KJV: ‘Also, that the soul be without knowledge, it is not good; and he that hasteth with his feet sinneth’ (= Juga, bahwa jiwa tanpa pengetahuan, itu tidaklah baik; dan ia yang tergesa-gesa dengan kakinya berbuat dosa).
RSV: ‘It is not good for a man to be without knowledge, and he who makes haste with his feet misses his way’ (= Adalah tidak baik bagi seseorang untuk tidak mempunyai pengetahuan, dan ia yang tergesa-gesa dengan kakinya luput / kehilangan jalannya).
NIV: ‘It is not good to have zeal without knowledge, nor to be hasty and miss the way’ (= Adalah tidak baik untuk mempunyai semangat tanpa pengetahuan, ataupun untuk tergesa-gesa dan luput / kehilangan jalannya).
NASB: ‘Also it is not good for a person to be without knowledge, And he who hurries his footsteps errs’ (= Juga adalah tidak baik bagi seseorang untuk tidak mempunyai pengetahuan, Dan ia yang mempercepat langkah-langkah kakinya akan salah).
KJV menterjemahkan secara paling hurufiah, karena dalam bahasa Ibrani memang digunakan kata NEPHESH, yang artinya ‘soul’ (= jiwa). Tetapi jelas bahwa yang dimaksudkan memang adalah ‘orang’, dan karena itu RSV menterjemahkan ‘a man’ (= seseorang), dan NASB menterjemahkan ‘a person’ (= seseorang). NIV menterjemahkan ‘to have zeal’ (= mempunyai semangat), mungkin karena menghubungkan dengan kata ‘hasty’ (= tergesa-gesa) pada anak kalimat berikutnya.
Ayat ini jelas mengecam orang yang cepat-cepat melakukan sesuatu, tetapi salah langkah, karena ia tidak mempunyai pengetahuan.
3. Ada orang yang mengatakan: Tuhan kadang-kadang menghukum dosa kecil / ringan dengan hukuman yang berat / hukuman mati, supaya orang tahu bahwa sebetulnya itulah hukuman dari dosa kecil / ringan.
4. Tindakan Uza ini belum tentu merupakan dosa yang ringan.
Calvin mengatakan (hal 250) bahwa bisa saja Uza memang mempunyai sikap ambisius, karena ia ingin memuliakan dirinya sendiri, mengingat rumahnya telah menjadi tempat bagi tabut itu selama ini, dan sekarang ia ingin dianggap berjasa karena telah menyelamatkan tabut itu dari kejatuhan.
Yang jelas, kita tidak tahu semua fakta tentang tindakan Uza ini, karena Alkitab memang tidak menceritakan segala sesuatu secara mendetail. Karena itu, jangan terlalu cepat menilai bahwa ini adalah dosa ringan, atau ini adalah tindakan yang motivasinya baik, dan sebagainya.
5. Tuhan menghukum seperti itu sebagai peringatan bagi orang-orang lain pada setiap jaman.
Calvin: “Yet he did it so that it might serve as a perpetual memorial to others, who might in turn give more serious thought to the appropriate way to worship God” (= Tetapi Ia melakukannya supaya itu bisa bermanfaat sebagai suatu peringatan kekal bagi orang-orang lain, yang pada saatnya memberikan pikiran yang lebih serius pada cara yang tepat untuk menyembah Allah) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 251.
Calvin: “Even today, when we have this marvelous privilege of approaching God, we must remember still that our approach is in the name of our Lord Jesus Christ, ... who enables us to find grace before him” (= Bahkan pada saat ini, pada waktu kita mempunyai hak yang sangat bagus untuk mendekat kepada Allah, kita harus tetap ingat bahwa pendekatan kita adalah dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, ... yang memampukan kita untuk menemukan kasih karunia di hadapanNya) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 251.
Bdk. Ibrani 4:15-16 - “(15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. (16) Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”.
c) Mengapa hanya Uza yang dihukum?
Dalam proses pengangkatan tabut ke kereta pasti ada banyak tangan menyentuh tabut, dan seluruh proses disetujui oleh Daud. Bukankah dengan demikian Daud juga bersalah? Lalu mengapa hanya Uza yang dihukum? Ada beberapa kemungkinan:
1. Tuhan melihat bahwa Uza mempunyai sikap hati yang tidak hormat / memandang rendah / remeh pada tabut itu.
The Biblical Illustrator (Old Testament): “It should be remembered that many hands must have touched the ark that day in the process of lifting it on to the cart; that none of these helpers were smitten, and that therefore it was not the fact of touching, but the spirit in which he touched, that made Uzzah guilty. We shall probably be right if we ascribe to him rash irreverence, entire ignoring of the sanctity of the ark, a regarding of it as ‘an unholy (that is, a common) thing.’” [= Harus diingat bahwa banyak tangan pasti telah menyentuh tabut itu pada hari itu dalam proses pengangkatannya ke kereta; dan tidak ada satupun dari penolong-penolong ini yang dipukul (dengan hukuman), dan bahwa karena itu bukanlah fakta menyentuh tabut, tetapi roh / sikap hati dalam mana tabut itu disentuh, itulah yang membuat Uza bersalah. Kita mungkin benar jika kita menganggapnya mempunyai ketidak-hormatan yang gegabah, dengan sepenuhnya mengabaikan kekudusan / kesucian dari tabut itu, suatu anggapan tentang tabut itu sebagai suatu barang yang biasa / bukan barang yang kudus].
Catatan: Sekalipun apa yang dikatakan di sini bisa benar, tetapi menurut saya, belum tentu benar. Fakta menyentuh tabut, tak peduli apapun sikap hatinya, tetap merupakan suatu dosa. Motivasi yang benar tidak membenarkan tindakan yang salah.
2. Bisa juga karena orang-orang yang lain tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, sehingga dosa mereka dianggap ringan / lebih ringan, sedangkan Uzza, sebagai seorang Lewi, mempunyai pengetahuan lebih, sehingga dosanya dianggap lebih berat.
Bdk. Lukas 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.
3. Mungkin Uza yang paling dulu mengusulkan cara pengangkatan yang salah ini.
Matthew Henry: “David afterwards owned that Uzzah died for an error they were all guilty of, which was carrying the ark in a cart. Because it was not carried on the Levites’ shoulders, ‘the Lord made that breach upon us,’ 1 Chron 15:13. But Uzzah was singled out to be made an example, perhaps because he had been most forward in advising that way of conveyance; however he had fallen into another error, which was occasioned by that” (= Belakangan Daud mengakui bahwa Uza mati untuk suatu kesalahan terhadap mana mereka semua bersalah, yaitu mengangkut tabut itu dalam suatu kereta. Karena tabut itu tidak diangkat pada bahu orang-orang Lewi, ‘Tuhan telah menyambar kita’, 1Tawarikh 15:13. Tetapi Uza dikhususkan untuk menjadi suatu contoh, mungkin karena ia telah menjadi yang paling depan / lancang dalam menasehatkan cara pengangkutan itu; tetapi ia telah terjatuh ke dalam kesalahan yang lain, yang disebabkan oleh cara pengangkutan itu).
1Tawarikh 15:11-15 - “(11) Lalu Daud memanggil Zadok dan Abyatar, imam-imam itu, dan orang-orang Lewi, yakni Uriel, Asaya, Yoel, Semaya, Eliel dan Aminadab, (12) dan berkata kepada mereka: ‘Hai kamu ini, para kepala puak dari orang Lewi, kuduskanlah dirimu, kamu ini dan saudara-saudara sepuakmu, supaya kamu mengangkut tabut TUHAN, Allah Israel, ke tempat yang telah kusiapkan untuk itu. (13) Sebab oleh karena pada pertama kali kamu tidak hadir, maka TUHAN, Allah kita, telah menyambar di tengah-tengah kita, sebab kita tidak meminta petunjukNya seperti seharusnya.’ (14) Jadi para imam dan orang-orang Lewi menguduskan dirinya untuk mengangkut tabut TUHAN, Allah Israel. (15) Kemudian bani Lewi mengangkat tabut Allah itu dengan gandar pengusung di atas bahu mereka, seperti yang diperintahkan Musa, sesuai dengan firman TUHAN”.
d) Hukuman yang mengerikan ini merupakan suatu peringatan bagi semua orang dalam setiap jaman.
The Biblical Illustrator (Old Testament): “Uzzah died by the side of the ark of God. How terrible! Yet what a warning for the ages! Being engaged in religious services or connected with sacred things cannot ensure salvation. We should, therefore, watch any tendency to levity or lightness in Divine worship, or in treatment of sacred subjects” (= Uza mati di sisi tabut Allah. Alangkah mengerikannya! Tetapi ini betul-betul merupakan suatu peringatan untuk semua jaman! Terlibat dalam pelayanan / ibadah agamawi atau berhubungan dengan benda-benda / hal-hal yang keramat tidak bisa menjamin keselamatan. Karena itu, kita harus, berjaga-jaga terhadap setiap kecenderungan pada sikap sembrono atau mengentengkan dalam ibadah Ilahi, atau dalam penanganan dari benda-benda keramat).
Keil & Delitzsch: “‘Uzzah was therefore a type of all who with good intentions, humanly speaking, yet with unsanctified minds, interfere in the affairs of the kingdom of God, from the notion that they are in danger, and with the hope of saving them’ (O. v. Gerlach)” [= ‘Karena itu Uza merupakan suatu type dari semua orang yang dengan maksud baik, berbicara secara manusia, tetapi dengan pikiran yang tidak dikuduskan, ikut campur dalam urusan-urusan dari kerajaan Allah, dari pikiran bahwa mereka ada dalam bahaya, dan dengan pengharapan untuk menyelamatkan mereka’ (O. v. Gerlach)].
Calvin: “we must gather from it that none of our devotions will be accepted by God unless they are conformed to his will. This rule ruins all the man-made inventions in the papacy so-called worshipped of God, which has so much pomp and foolishness. All of that is nothing but sheer trash before God, and is in fact an abomination to him. Hence, let us hold this unmistakable rule, that if we want to worship God in accordance with our own ideas, it will simply be abuse and corruption” (= kita harus menyimpulkan darinya bahwa tidak ada dari pembaktian kita yang akan diterima oleh Allah kecuali pembaktian itu sesuai dengan kehendakNya. Peraturan ini menghancurkan semua penemuan-penemuan buatan manusia dalam apa yang disebut penyembahan Allah dalam kepausan, yang mempunyai begitu banyak kemegahan dan kebodohan. Semua itu bukan lain hanyalah sampah di hadapan Allah, dan dalam faktanya adalah sesuatu yang dibenci bagiNya. Karena itu, hendaklah kita memegang ini sebagai suatu peraturan yang tidak bisa salah, bahwa jika kita mau menyembah Allah sesuai dengan gagasan-gagasan kita sendiri, itu akan sekedar merupakan suatu penyalah-gunaan dan kejahatan / kerusakan) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 246.
Calvin: “we must remember that when we worship God, we ought to be touched with such a deep affection that it would serve to separate us from all the pollution of the world. ... we must tremble before his majesty. Let us not come to him like hypocrites, who only twist their mouths and make fun of God and make sport of him. Let us not do that, but instead, let us be nothing in ourselves, and let us realise how great his grandeur is - not in order to be utterly overawed by it, but rather to be beneficially instructed by the present story” (= kita harus mengingat bahwa pada waktu kita menyembah / berbakti kepada Allah, kita harus disentuh dengan suatu perasaan yang dalam sedemikian rupa sehingga itu akan bermanfaat untuk memisahkan kita dari semua polusi dari dunia. ... kita harus gemetar di hadapan keagunganNya. Hendaklah kita tidak datang kepadaNya seperti orang-orang munafik, yang hanya memutar-balikkan mulut mereka dan mengolok-olok dan mempermainkan Dia. Hendaklah kita tidak melakukan hal itu, tetapi sebaliknya, hendaklah kita menjadi nihil / tidak ada dalam diri kita sendiri, dan hendaklah kita menyadari betapa besar kemuliaanNya - bukan supaya kita sepenuhnya dipesonakan olehnya, tetapi supaya kita diajar secara bermanfaat oleh cerita ini) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 248-249.
e) Bahaya dari keakraban terhadap benda-benda / hal-hal keramat: ‘Familiarity breeds contempt’ (= Keakraban membiakkan kejijikan / sikap memandang rendah).
The Biblical Illustrator (Old Testament): “Uzzah; or the danger of familiarity with sacred things: ... Now God intended by this terrible visitation to teach a lesson of great importance. It is one that needs to be uttered even at this day with emphasis, viz., the need that exists for the deepest reverence in all things connected with the Divine service, and the danger that arises from over-familiarity with sacred things” (= Uza; atau bahaya dari keakraban dengan hal-hal / benda-benda yang keramat: ... Oleh kunjungan yang mengerikan ini Allah bermaksud untuk mengajarkan suatu pelajaran yang sangat penting. Itu adalah suatu pelajaran yang perlu untuk diucapkan bahkan pada hari / jaman ini dengan penekanan, yaitu, kebutuhan yang ada untuk rasa takut / hormat yang terdalam dalam semua hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan / ibadah Ilahi, dan bahaya yang muncul dari keakraban yang berlebihan dengan hal-hal / benda-benda keramat).
The Biblical Illustrator (Old Testament): “Then it is probable that the offence of Uzzah was aggravated by the fact that he had not sufficient reverence for the Divine command. The ark had been for seventy years under the care of his father and family. Eleazar, who had been set apart to take care of it, was probably dead. It may be that neither Uzzah nor Ahio his brother had ever thought that it was important that they should be consecrated to the work. They, presuming on their Levitical descent, may have taken upon themselves informally the position of attendants. Constant familiarity with it may have led them to think of it with even somewhat of contempt. It was like a piece of useless furniture. They may have forgotten how interwoven that ark was with religious and national life. ... Others regarded it with expectancy and reverence, but to them it was only so much wood and gold. ... Doubtless Uzzah had touched the ark in an over-familiar way before, and it may have been passed over; now he does it publicly, and as evil would result from his example, judgment follows” (= Maka adalah mungkin bahwa pelanggaran Uza diperhebat oleh fakta bahwa ia tidak mempunyai cukup rasa hormat / takut untuk hukum / perintah Ilahi. Tabut itu telah untuk 70 tahun berada dibawah pemeliharaan ayah dan keluarganya. Eleazar, yang telah mereka pisahkan untuk memelihara / memperhatikannya, mungkin sudah mati. Adalah mungkin bahwa baik Uza maupun Ahyo saudaranya tidak pernah memikirkan bahwa adalah penting bahwa mereka harus dikuduskan untuk pekerjaan ini. Mereka, menganggap bahwa karena mereka adalah keturunan Lewi, boleh mengambil bagi diri mereka sendiri dengan cara biasa posisi / kedudukan sebagai pelayan-pelayan. Keakraban yang terus menerus dengannya bisa telah membimbing mereka untuk berpikir tentangnya bahkan dengan agak memandang rendah. Itu adalah seperti sepotong perabot yang tak berguna. Mereka bisa telah melupakan betapa menyatunya tabut itu dengan kehidupan agama dan nasional. ... Orang-orang lain memandangnya dengan pengharapan dan rasa takut / hormat, tetapi bagi mereka itu hanyalah kayu dan emas saja. ... Tak diragukan Uza telah menyentuh tabut dalam suatu cara yang kelewat akrab sebelumnya, dan itu mungkin telah dibiarkan; sekarang ia melakukannya di depan umum, dan karena kejahatan bisa dihasilkan dari teladan ini, penghakiman menyusul).
Catatan:
1. Bagian yang saya beri garis bawah ganda hanya merupakan suatu dugaan yang tak berdasar.
2. Eleazar yang dimaksudkan di sini, bukanlah anak Harun (yang namanya sama - Keluaran 6:22), tetapi anak Abinadab (1Sam 7:1).
1Samuel 7:1 - “Lalu orang-orang Kiryat-Yearim datang, mereka mengangkut tabut TUHAN itu dan membawanya ke dalam rumah Abinadab yang di atas bukit. Dan Eleazar, anaknya, mereka kuduskan untuk menjaga tabut TUHAN itu”.
3. Kata-kata dari kutipan di atas ini memang sangat penting untuk diperhatikan, karena memang sangat sering terjadi. Misalnya:
a. Karena seringnya menaikkan doa makan, kita melakukannya dengan sembarangan, bahkan tanpa konsentrasi kepada Tuhan.
b. Karena seringnya mengikuti Perjamuan Kudus, lalu mengikutinya dengan sembarangan (bdk. 1Korintus 11:27-31 - “(27) Jadi barang siapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. (28) Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. (29) Karena barang siapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. (30) Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. (31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita”).
c. Karena seringnya mengucapkan 12 Pengakuan Iman Rasuli ataupun menaikkan Doa Bapa Kami dalam kebaktian, lalu melakukannya dengan asal-asalan / tanpa dijiwai!
d. Karena seringnya mengikuti kebaktian atau acara rohani (Pemahaman Alkitab, KKR dsb), maka kita mengikutinya dengan tidak ada rasa hormat / takut maupun kesadaran akan hadirnya Allah sendiri dalam acara itu! Ini bisa diwujudkan dengan bermacam-macam tindakan seperti:
· datang terlambat.
· ribut, berbicara, membiarkan pikiran ngelantur / ngelamun, membiarkan anak ribut, dsb, dalam acara rohani itu.
· menggunakan HP (baik untuk bicara atau sms) dalam acara rohani itu. Ini dilakukan bukan hanya oleh jemaat biasa, tetapi juga oleh hamba-hamba Tuhan! Saudara hanya boleh menggunakan HP hanya kalau HP saudara berisikan Alkitab dan saudara menggunakan Alkitab itu dalam acara rohani itu. Untuk tidak mencobai diri sendiri dalam penggunaan HP dalam acara rohani, atau matikanlah atau silent-kan secara total HP saudara, dalam setiap acara rohani!
4. Dalam acara rohani yang sifatnya insidentil, seperti KKR, Camp, dsb, seringkali yang justru tidak tertib adalah panitianya! Mungkin karena posisi / kedudukan sebagai panitia itu menyebabkan mereka merasa berhak untuk melakukan apa pun dalam acara rohani. Secara sama, dalam kebaktian, seringkali yang tidak tertib adalah pendeta / majelis! Ini salah! Justru panitia / pendeta / majelis harus memberikan teladan untuk tertib dan disiplin dalam acara rohani!
f) Keselamatan jiwa Uza.
Adam Clarke: “as to Uzzah, no man can doubt of his eternal safety. He committed a sin unto death, but doubtless the mercy of God was extended to his soul” (= berkenaan dengan Uza, tak seorangpun bisa meragukan keselamatan kekalnya. Ia melakukan suatu dosa pada kematian / yang membawa kematian, tetapi tak diragukan belas kasihan Allah diperluas pada jiwanya).
Catatan: Ini merupakan suatu tafsiran yang sama sekali tidak punya dasar Alkitab apapun! Dan saling kontradiksi!
Anehnya, Calvinpun (hal 250) mempunyai penafsiran yang mirip dengan penafsiran Clarke. Hanya saja, Calvin tidak memastikan keselamatan Uza, seperti yang dilakukan Clarke.
Bagi saya, Allah tidak mungkin menghukum anak-Nya dengan hukuman mati, apalagi secara mendadak sehingga tak memungkinkan pertobatan apa pun. Kalau untuk anakNya, Ia mengkoreksi / memperbaiki dengan memberikan hajaran.
Ibrani 12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya”.
Tetapi dengan memberikan hukuman mati, apalagi secara mendadak, perbaikan apa yang bisa dihasilkan dalam diri orang yang dihukum / dihajar itu?
BACA JUGA: PRO KONTRA TENTANG HUKUMAN MATI (KRISTEN)
Kasus hukuman mati terhadap Eli (1Samuel 2:27-36; 4:16-18), menurut saya merupakan sesuatu yang berbeda, karena hukuman mati itu tidak diberikan dengan mendadak, tetapi ada pemberitahuan sebelumnya, sehingga memungkinkan ia untuk bertobat.
Jadi, berbeda dengan Calvin dan Clarke, saya berpendapat bahwa hukuman mati yang mendadak terhadap Uza menunjukkan bahwa ia bukan anak Tuhan, dan itu menunjukkan bahwa ia tidak selamat. HUKUMAN MATI TERHADAP UZA (2 SAMUEL 6:6-7). AMIN-
Jadi, berbeda dengan Calvin dan Clarke, saya berpendapat bahwa hukuman mati yang mendadak terhadap Uza menunjukkan bahwa ia bukan anak Tuhan, dan itu menunjukkan bahwa ia tidak selamat. HUKUMAN MATI TERHADAP UZA (2 SAMUEL 6:6-7). AMIN-
https://teologiareformed.blogspot.com/
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America