2 TIMOTIUS 2:1-7 (GURU SEBAGAI PEKERJA, PEMBELAJAR DAN PENELITI)

Johan Wahyudi Lukas 

2 TIMOTIUS 2:1-7 (GURU SEBAGAI PEKERJA, PEMBELAJAR DAN PENELITI)
Dalam surat 2 Timotius 2:1-7, Paulus menasihati Timotius (sebagai pekerja Kristen) dengan tiga gambaran—prajurit, olahragawan, dan petani—supaya Timotius dapat memikirkan dan menghayati tiga gambaran tersebut. Tiga gambaran tersebut juga sangat relevan bagi semua orang percaya (termasuk, guru Kristen2). Meskipun guru Kristen tidak melayani Tuhan secara purna waktu di gereja, tetapi guru juga melayani Tuhan di luar gereja (dalam profesi/bidang pendidikan). Oleh sebab itu, guru Kristen juga dapat disebut pekerja Kristen seperti Timotius.

Paulus mengingatkan Timotius bahwa tugas pekerja Kristen sangatlah berat. Tugas tersebut adalah mengajar orang lain (1 Timotius 2:2). Tujuannya, supaya orang yang diajar tersebut dapat menggantikan tugas Timotius untuk mengajar orang lain kembali. Tentu tidaklah semua orang diberi karunia untuk dapat mengajar orang lain (Efesus 4:11; bdk. 1 Timotius 3:2; 6:20; 2 Timotius 1:14). Hal tersebut juga berlaku dalam profesi guru, sebab tidak semua orang dipanggil untuk menjadi guru. Oleh sebab itu, tugas guru juga sangatlah berat seperti tugas pekerja Kristen.

Pekerja Kristen dituntut untuk memiliki kedisiplinan yang kuat dan tekun dalam memikul beratnya tugas tersebut. Oleh sebab itu, Paulus menasihati Timotius dengan tiga gambaran. Menurut Demarest, tiga gambaran tersebut memiliki arti, yaitu: (1) prajurit menggambarkan prioritas, (2) olahragawan menggambarkan kedisiplinan, dan (3) petani adalah pola dari ketekunan.4 Namun, dalam artikel singkat ini, penulis hanya akan menguraikan hasil refleksi penulis terhadap dua gambaran—prajurit dan olahragawan—yang diberikan. Kemudian, penulis akan mengaitkan refleksi tersebut dalam profesinya

1 Terdapat 2 kali catatan tentang Paulus terpenjara di Roma, yaitu: (1) Meski Paulus terpenjara, tetapi ia masih menikmati sedikit kebebasan. Misalnya, para sahabatnya masih bisa berkunjung secara bebas (Kisah Para Rasul 28:23, 30) dan (2) Paulus terpenjara dan terbelenggu seperti penjahat (2 Timotius 2:9). Dalam hal ini, Paulus menuliskan 2 Tim pada saat ia terpenjara dan terbelenggu seperti penjahat.

Prioritas Guru adalah Kemuliaan TUHAN

Prioritas utama guru adalah ‘mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya’ (Matius 6:33). Oleh sebab itu, pertama-tama guru haruslah memiliki keinginan untuk ‘mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya’ (lih. Yohanes 15:1-8; Mazmur 1:1-2). Jikalau guru adalah seorang prajurit, maka guru akan mengabdi dan menaati seluruh perintah dari komandannya dengan hati yang tulus. Dalam hal ini, komandan dari guru adalah Tuhan. Tuhan berkehendak supaya guru memprioritaskan diri mereka untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya.

Dalam menjalankan prioritas utama tersebut, guru perlu berkeinginan kuat. Keinginan tersebut haruslah disertai dengan kedisiplinan yang kuat seperti gambaran ‘prajurit’. Bagi Paulus, gambaran ‘prajurit’ adalah model kedisiplinan. Selain itu, gambaran ‘olahragawan’ adalah model kedisiplinan lainnya yang diberikan oleh Paulus (lih. Filipi 3:14; 1 Korintus 9:27). Seorang olahragawan pasti berkeinginan untuk menang dalam perlombaan sehingga ia bekerja keras untuk melatih tubuhnya sedemikian rupa. Demikian juga, guru harus bertekad untuk mempelajari kebenaran Firman Tuhan (bdk. 2 Timotius 3:16; Rm. 10:17). Selain itu, guru juga harus bertekad untuk menghidupi kebenaran Firman Tuhan di dalam kehidupannya (Yakobus 1:22-25; bdk. 1 Timotius 4:16; 1 Korintus 9:27).

Jikalau guru telah memprioritaskan dirinya untuk ‘mempelajari Firman Tuhan’ serta bertekad untuk menghidupi Firman Tuhan, maka guru tersebut diingatkan senantiasa bahwa prioritasnya adalah kemuliaan Tuhan dinyatakan melalui profesi yang dikerjakannya. Hal tersebut menjadi modal awal8 guru dalam melayani Tuhan secara efektif di bidang pendidikan (bdk. Amsal 1:7a). Oleh sebab itu, guru haruslah memacu diri untuk mengerjakan prioritas utama tersebut.

Prioritas Guru sebagai Pembelajar dan Peneliti

Jikalau prioritas utama terpenuhi, maka hal tersebut dapat menjadi modal awal guru dalam melayani Tuhan. Namun, modal awal tersebut perlu ditambahkan dengan prioritas guru berikutnya, yaitu kompetensi dalam bidang keilmuannya. Tujuannya, supaya kedua modal tersebut dapat dipakai oleh guru dalam melayani Tuhan secara efektif di dalam bidang pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh Amy L. Crider and Joseph R. Crider, “as Christian educators to ultimately lead to the result—helping from students who are competent in their field of study and maturing in Christlike character.” Jadi, tugas guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan yang dikuasainya saja, tetapi juga mendidik para siswa-siswi yang dipercayakan kepadanya. Selain itu, dengan kedua modal tersebut, guru memiliki kemampuan yang cukup untuk mulai memikirkan dan mengintegrasikan antara pengetahuan Firman Tuhan dengan bidang ilmu yang dikuasainya.

Guru tidak boleh berhenti untuk belajar. Kompetensi dalam bidang keilmuannya pun tidak boleh berhenti berkembang, sebab guru adalah murid seperti Alkitab ajarkan bahwa semua orang percaya (termasuk, guru) adalah murid Kristus. Meskipun istilah tersebut berkaitan erat dengan iman (bdk. Yoh. 20:30-31). Namun, tidak ada aspek dalam kehidupan orang percaya yang tidak berkaitan erat dengan iman (lih. 1 Korintus 10:31; Kolose 3:23) seperti yang dikatakan Craig Bartholomew dan Michael Goheen. Oleh sebab itu, guru haruslah belajar dan meneliti terus menerus supaya kompetensi dalam bidang keilmuannya berkembang seiring dengan perkembangan zaman. 

John Stott menggambarkan murid Kristus seperti peziarah, “Hidup adalah ziarah pembelajaran, suatu pertualangan penemuan, yang melaluinya pandangan-pandangan kita yang salah diperbaiki, konsep-konsep kita yang terdistorsi dibetulkan, pendapat-pendapat kita yang dangkal diperdalam, dan sebagian ketidaktahuan kita yang besar dihilangkan.” Selain itu, guru juga haruslah meningkatkan kualitas dalam metode pembelajarannya supaya proses pembelajaran di kelas (baik online maupun on site) semakin efektif. Hal tersebut dilakukan dengan cara guru terlibat aktif dalam penelitian seumur hidupnya (mis., meneliti kepustakaan, mencatat hasil pengamatan kelas, dll).

BACA JUGA: YAKOBUS 3:1-12 (GURU DAN BAHAYANYA LIDAH)

Tentu untuk menjalankan kedua prioritas diatas tidak mudah. Dibutuhkan keinginan dan kedisiplinan yang kuat dari guru. Selain itu, kedua hal tersebut dapat terlaksana dengan baik. Apabila guru dapat mengatur waktunya dengan baik pula seperti yang disebut pedoman penelitian dari Universitas Birmingham.

Kesimpulan

Refleksi dari 2 Timotius 2:1-7 dapat disimpulkan bahwa guru harus memiliki dua prioritas dalam menjalani profesinya, yaitu: 

(1) prioritas utama guru adalah ‘mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya.’ Hal tersebut adalah modal awal yang harus dimiliki oleh guru. 

(2) prioritas guru berikutnya adalah kompetensi dalam bidang keilmuannya. 

Kedua modal tersebut dibutuhkan oleh guru supaya guru dapat mulai memikirkan dan mengintegrasikan antara pengetahuan Firman Tuhan dengan bidang ilmu yang dikuasainya. Selain itu, guru juga harus meningkatkan kualitas dalam metode pembelajarannya di kelas (baik online maupun on site). Namun, kedua prioritas tersebut tidak diperoleh dengan instan. Oleh sebab itu, guru harus memiliki keinginan dan kedisiplinan yang kuat dalam mengejar kedua prioritas tersebut serta guru harus memiliki kemampuan untuk mengatur waktunya dengan baik supaya hasil akhirnya, guru dapat melayani Tuhan di bidang pendidikan dengan makin efektif.

2 TIMOTIUS 2:1-7 (GURU SEBAGAI PEKERJA, PEMBELAJAR DAN PENELITI).

https://teologiareformed.blogspot.com/

Next Post Previous Post