ROMA 12:1 (3 KRITERIA AGAR PELAYANAN BERKENAN KEPADA ALLAH)

ROMA 12:1 (3 KRITERIA AGAR PELAYANAN BERKENAN KEPADA ALLAH). ROMA 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan  yang hidup , yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
ROMA 12:1 (3 KRITERIA AGAR PELAYANAN BERKENAN KEPADA ALLAH)
gadget, bisnis, otomotif

Kata “persembahkan” dalam bahasa Yunani paristÄ“mi berhubungan dengan kehidupan di istana yaitu menyediakan, mengabdikan kepada raja. Di dalam ayat ini paristÄ“mi merupakan istilah yang berhubungan dengan peribadatan di dalam bait Allah yaitu mempersembahkan (persembahan). 

Jadi Paulus disini menegaskan bahwa orang percaya yang telah menerima kemurahan Allah harus mengorbankan dirinya untuk mengabdi kepada Allah, sang Raja diatas segala raja. Dengan kata lain, Paulus disini ingin menegaskan bahwa orang percaya harus melayani Allah yang telah terlebih dahulu melayani kita dalam diri Allah Yesus Kristus yang telah mati untuk menyelamatkan orang berdosa.

Jadi, melayani Allah merupakan keharusan bukan pilihan bagi setiap orang percaya. Melayani Allah adalah ungkapan rasa syukur kita kepada kemurahan Allah. Meskipun demikian melayani tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Paulus mengutarakan 3 (tiga) kriteria yang harus dipenuhi dalam melayani agar pelayanan kita berkenan kepada Allah.

1.MELAYANI DENGAN TOTALITAS

Paulus menegaskan kepada orang percaya Roma bahwa yang harus dipersembahkan kepada Allah ialah “tubuhmu.” Paulus disini tidak mengatakan bahwa orang percaya harus menyerahkan tubuhnya untuk dibunuh, sebagaimana dilakukan oleh sekte-sekte agama tertentu. Paulus juga tidak mewajibkan orang percaya untuk menyiksa diri (askese) agar memperoleh kesucian yang lebih. Yang dimaksudkan oleh Paulus disini adalah di dalam melayani, orang percaya harus melayani dengan penuh totalitas yaitu melibatkan seluruh aspek hidup orang percaya. 

Seluruh pikiran, perkataan, perbuatan, kemampuan, dan kegiatan kita, harus dipersembahkan untuk melayani Allah. Dalam melayani, orang percaya tidak boleh menyisihkan sebagian dari apa yang dimiliki untuk dipakai melayani diri sendiri atau diserahkan untuk melayani illah lain. Dengan kata lain, orang percaya harus memberikan persembahan yang terbaik bagi Allah yaitu melayani dengan totalitas.

Adapun alasan utama bagi orang percaya dalam mempersembahkan dirinya secara total adalah karena Kristus telah terlebih dahulu mempersembahkan diri-Nya secara total bagi keselamatan manusia yang harus binasa karena dosa. Bahkan penyerahan diri Kristus secara total bukan hanya raga tapi juga jiwaNya dikorbankan bagi kita. Maka ketika orang percaya mempersembahkan tubuhnya secara total untuk melayani Allah, sebenarnya tidak sebanding dengan pengorbanan Kristus. Jadi apa yang diberikan oleh orang percaya bukanlah sebagai bentuk balasan kepada Allah, tetapi merupakan ungkapan rasa syukur orang percaya kepada kemurahan Allah yang tiada bandingnya.

2.MELAYANI DENGAN VITALITAS

Paulus lebih jauh menegaskan bahwa orang percaya harus mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup. Kata hidup disini dikontraskan dengan persembahan yang diberikan oleh umat Allah dalam Perjanjian Lama yaitu binatang yang mati. Bagi orang percaya harus mempersembahkan tubuhnya yang hidup. Kata hidup di sini memiliki pengertian aktif bergerak karena perbedaan antara sesuatu yang mati dengan sesuatu yang hidup adalah gerak. 

Hal ini selaras dengan penggunaan kata menasehatkkan yang memakai bentuk indikatif aktif atau permintaan yang bersifat aktif. Di sini Paulus menegaskan bahwa orang percaya yang telah menerima anugrah kemurahan Allah harus melayani dengan penuh vitalitas atau semangat yang tinggi. Jadi orang percaya yang melayani, tubuhnya atau fisiknya harus bergerak secara aktif. Di dalam melayani, seseorang harus memiliki kerajinan yang tinggi tanpa takut lelah. Oleh sebab itu Paulus menegaskan bahwa orang yang percaya tidak boleh kerajinannya kendor yang berarti malas (Roma 12:11).

Hal ini juga sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Allah Yesus. Allah Yesus sangat tidak berkenan kepada hamba yang malas. Sebagai ganjaran bagi hamba yang malas Allah Yesus memerintahkan untuk mengambil apa yang dimiliki oleh hamba yang malas tersebut. Bahkan hamba yang malas itu dicampakkan ke tempat yang penuh ratapan dan kertak gigi yang melambangkan hukuman yang mengerikan (Matius 25:26-30). 

Gereja membutuhkan orang-orang yang mau bergerak secara aktif untuk mengembangkan pelayanan yang makin hari makin banyak tuntutan dan persaingan. Realita hari ini menunjukkan bahwa banyak hamba-hamba Allah yang malas akan kalah bersaing dan tersingkir dalam arena pelayanan. 

Orang percaya yang melayani juga pikirannya harus bergerak secara aktif. Dengan kata lain, seseorang yang melayani harus memiliki pikiran yang inovatif dan kreatif. Allah Yesus sendiri menyatakan bahwa murid-muridNya diutus seperti domba ditengah-tengah serigala yang artinya bahwa dalam melayani akan banyak tantangan dan kesulitan. Untuk itu mereka harus cerdik seperti ular yang berarti memiliki pikiran yang cerdas untuk menghadapi semua tantangan dalam pelayanan (Matius 10:16). 

Dalam dunia pelayanan yang penuh tantangan hari ini, sangat dibutuhkan orang-orang yang melayani dengan memiliki kemampuan berinovasi dan berkreasi untuk mengembangkan pelayanan yang efektif. Sekali lagi fakta menunjukkan bahwa orang-orang yang melayani tanpa memiliki kemampuan untuk berinovasi dan berkreasi tersisih dalam kancah persaingan pelayanan hari ini.

3.MELAYANI DENGAN INTEGRITAS

Paulus juga memerintahkan jemaat di Roma agar mereka mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang kudus. Kata kudus berarti dipisahkan atau berbeda. Dengan kata lain, dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang kudus, berarti orang percaya harus berbeda dengan dunia ini. 

Jadi Paulus menyatakan bahwa orang percaya yang melayani Allah harus memiliki kehidupan yang berbeda dengan gaya hidup duniawi yang telah terkontaminasi oleh falsafah yang bertentangan dengan kebenaran Allah. Kota Romawi pada saat surat ini dituliskan adalah kota yang penuh dengan para filsuf yang mengajarkan falsafah hidup yang menjunjung tinggi kebebasan individu dalam mengumbar hawa nafsu. Oleh sebab itu, Paulus mengingat orang percaya di Roma tidak serupa atau tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang menyesatkan tersebut.

Kondisi dunia hari ini tidak berbeda jauh dengan kota Roma pada waktu itu. Falsafah yang diajarkan oleh para filsuf pada saat itu ternyata juga ditawarkan dalam era postmo saat ini. Falsafah postmo mengajarkan materialism, hedonism, dan lain sebagainya. Materialisme mengajarkan bahwa materi adalah segala-galanya. Falsafah ini mengajarkan kepada setiap orang harus berlomba-lomba untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Dengan memiliki materi/uang maka seseorang akan dapat melakukan apa saja. Akibatnya banyak orang-orang termasuk orang percaya yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi/uang sebanyak-banyaknya. 

Hedonisme mengajarkan bahwa kesenangan adalah segala-galanya. Hidup ini hanya sekali, maka kita harus dapat menikmatinya dengan sebebas-bebasnya. Akibatnya banyak orang percaya yang terpengaruh falsafah itu dengan hidup mengumbar hawa nafsu demi mencapai kesenangan hidup. Tidak sedikit orang-orang yang melayani Allah juga jatuh dalam dosa hedonisme ini. Mengingat bahayanya pengaruh dari falsafah dunia, maka Paulus menegaskan kepada orang percaya untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini.

Adapun cara agar orang percaya tidak terpengaruh oleh dunia ini, maka orang percaya harus mengalami pembaharuan budi (Roma 12:2). Pembaharuan budi berarti mengalami transformasi hidup. pertobatan yang total baik lahiriah dan batiniah. Dengan kata lain, orang percaya harus memiliki integritas. Seseorang yang memiliki integritas adalah seseorang yang memiliki kesamaan antara yang tampak dengan apa yang tidak tampak dalam diri orang tersebut. Apa yang diyakini harus selaras dengan apa yang dihidupi. Apa yang diucapkan harus sepadan dengan apa yang dilakukan.

BACA JUGA: ROMA 12:1 (3 MAKNA IBADAH SEJATI)

Seseorang yang tidak memiliki integritas adalah seseorang yang munafik. Kemunafikkan adalah bahaya yang perlu diwaspadai oleh orang percaya, termasuk bagi orang-orang yang melayani Allah. Allah Yesus sangat tidak berkenan kepada orang-orang Farisi yang munafik dengan menggambarkan mereka seperti ular beludak dan kuburan yang berbahaya dan menajiskan. Walaupun mereka adalah pemimpin agama namun mereka tidak memiliki integritas. 

Orang percaya tidak boleh meneladani kaum Farisi yang tidak memiliki integritas. Orang percaya yang melayani Allah harus menjaga integritasnya agar pelayanannya berkenan dan memuliakan Allah. Paulus lebih jauh mengingat bahwa orang percaya yang memiliki integritas akan menjalani hidupnya ditengah-tengah masyarakat dengan benar dan kehadirannya dapat membawa berkat bagi orang lain (keluarga, pergaulan, pemerintah, dll).

BACA JUGA: ROMA 12:1 (4 ARTI PERSEMBAHAN YANG HIDUP)

Akhirnya Paulus menulis: "itu adalah ibadahmu yang sejati. Kata “Ibadah yang sejati” dalam bahasa Yunani: logike latreia memiliki arti “pengabdian yang benar”. Jadi di sini Paulus ingin menegaskan bawa orang percaya yang melayani Allah dengan memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh rasul Paulus dalam Roma 12:1, merupakan bentuk pengabdian kepada Allah yang sejati. Orang percaya yang demikian telah Berani Menjadi Hamba yang Terbaik. ROMA 12:1 (3 KRITERIA AGAR PELAYANAN BERKENAN KEPADA ALLAH). https://teologiareformed.blogspot.com/

Next Post Previous Post