ARTI KEMESIASAN YESUS DALAM ALKITAB

KEMESIASAN YESUS DALAM ALKITAB
bisnis, tutorial
A. KEMESIASAN YESUS DALAM PERJANJIAN LAMA

1. Terminologi Kata Mesias diambil dari bahasa Ibrani Meshiah yang berarti ‘yang diurapi’. Kata dasarnya ‘masah’ artinya ‘mengurapi’. Bahasa Yunani menyebut ‘Kristos’, dari kata kerja khrio yang berarti ‘mengurapi’. 

Dalam Perjanjian Lama, jabatan-jabatan resmi yang selalu didahului oleh pengurapan adalah jabatan Raja, Imam dan Nabi. Minyak yang dituangkan dalam pengurapan tersebut adalah lambang Roh Kudus, seperti yang telah dikatakan dalam Yesaya 61:1; Zakharia 4:1-6, juga sekaligus melambangkan pengubahan satu pribadi sehingga dipenuhi Roh-Nya.

Sebagai tanda, ada tiga hal yang dilihat sebagai dampak pengurapan yaitu:

1) pengesahan yang menunjukkan sahnya pekerjaan tersebut sekaligus diberi kemampuan untuk melaksanakannya.

2). Penetapan relasi dengan Allah, ada status bagi yang diurapi sehingga orang lain tidak boleh berbuat sembarangan terhadap ‘yang diurapi’.

3). Komunikasi dengan Allah yang bersifat dinamis fungsional. Sebagai contoh, ketika Roh Tuhan berkuasa atas Daud dan Roh Kudus sebagai meterai yang menjamin orang yang diurapi Tuhan, seperti Mazmur 2:2; Kisah Para Rasul 4:27.

Pada umumnya dalam Perjanjian Lama, pengurapan merupakan penetapan atau pentabisan untuk tugas tertentu, memberi wewenang, wibawa dan kuasa, kekuatan, kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut. Tindakan pengurapan adalah hak mutlak Allah yang diberikan kepada Raja, Imam dan Nabi dengan tujuan melayani-Nya.

a. Mesias sebagai Raja

Mesias sebagai Raja berasal dari keturunan Yehuda. Tongkat Kerajaan akan tetap pada Yehuda sampai dituntut oleh penguasa terakhir yaitu Mesias sebagai Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. Dia-lah yang berhak untuk duduk di atas takhta Daud. Dia tidak hanya memerintah Kerajaan Daud tetapi bangsa-bangsa lain akan takluk juga kepada-Nya. 

Sang Mesias akan diberkati, akan memerintah pada zaman kelimpahan, Dia akan menambatkan keledai-Nya pada pohon anggur, dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan; dia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur; matanya akan merah karena anggur dan giginya akan putih karena susu.

Mazmur-mazmur berbicara mengenai watak dan tugas Mesias sebagai Raja; Dia akan menghadapi perlawanan dunia, tetapi Dia akan menang. Dia akan memerintah dunia, pemerintahan-Nya kekal, kerajaan damai sejahtera, ketaatan-Nya kepada Yahwe tak tergoyahkan. Dia sahabat orang miskin dan musuh para penindas. Dia pewaris Perjanjian Yahwe dengan Daud, Dia anak Yahwe, duduk di sebelah kanan-Nya dan Dia sendiri Ilahi.

Kitab Yesaya juga banyak menubuatkan mengenai Mesias sebagai Raja. Yesaya berbicara mengenai Raja Keturunan Daud yang dikaruniai Roh Allah, Kerajaan-Nya adalah Kerajaan Moral dan keadilan, rohani, penuh damai sejahtera Ilahi, meliputi bangsa-bangsa, dan Israel akan dipulihkan.

b. Mesias sebagai Nabi

Dalam Ulangan 18:15-19, Musa mengatakan bahwa: “Seorang Nabi ‘seperti aku’ akan dibangkitkan oleh Yahwe”. Umumnya para penafsir dan para teolog sepakat bahwa yang dimaksudkan dengan ‘seorang nabi seperti aku’ itu adalah Mesias yang lebih pantas untuk itu dibandingkan dengan para Nabi yang lain dalam Perjanjian Lama. 

Musa adalah pengantara Perjanjian Sinai; para Nabi lain adalah pemberita perjanjian ini dan menubuatkan penggantinya. Musa adalah pemula; para nabi lain adalah nabi penyiar. Dengan Musa, agama Israel memasuki masa baru; para nabi berjuang agar masa itu ditegakkan dan tetap ada, dan menyediakan jalan bagi masa yang akan menyusul, yang mereka idam-idamkan. Maka nubuatan tersebut hanya digenapi oleh Mesias.

c. Mesias sebagai Imam

Keimaman Mesias mengikuti peraturan Melkisedek. Dalam Mazmur 110:4, seorang Raja Keturunan Daud ditetapkan dengan sumpah Allah menjadi imam untuk selama-lamanya menurut Melkisedek. Latar belakang penetapan ini terdapat dalam hal penaklukan Yerusalem oleh Daud tahun 1000 BC, dan berdasarkan ini Daud dan keturunannya menjadi ahli waris atas jabatan imamraja dari Melkisedek. 

Jabatan Imam sangat jelas menjadi bagian dari kekuasaan raja, karena penguasa terhormat Yerusalem sekaligus menjadi imam besar Yerusalem. Jabatan rangkap ini dimulai Daud menurut Mazmur 110, menggantikan Melkisedek. Di dalam dirinya, dia membangun altar untuk Allah dan mempersembahkan korban; dia ingin membangun Bait Allah; dia membawa tabut Perjanjian ke Yerusalem, dengan berpakaian imam.

Catatan: Ketiga peran tersebut yakni Nabi, Imam, dan Raja merupakan ciri dari yang terurapi, dan yang terpilih, yang tidak lain digenapi dalam diri Yesus sang Mesias. Artiya Yesus meliputi semua jabatan tersebut, di dalam Injil Sinoptik memberikan pengakuan langsung kepada Yesus.

Salomo juga menjadi imam tertinggi; dia membangun Bait Allah dan menabiskan Bait Allah tersebut, dan mempersembahkan kurban di depan tabut perjanjian sambil berkhotbah dan memberkati bangsa Israel (I Raj.8). Pekerjaan-pekerjaan tersebut sebenarnya tugas Imam Besar. Tetapi Raja adalah imam tertinggi dan bahkan dia mengurapi para imam.

Yesus adalah Raja yang ditetapkan dengan cara demikian, oleh orang-orang sezaman-Nya disebut Mesias Anak Daud. Dia harus menjadi imam untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek. Ibrani 5:6-11;6:20-7:28 menjelaskan keimaman Yesus di surga berdasarkan Mazmur 110 dengan penjelasan dari Kejadian 14:18 dan berikut. Melkisedek lebih tinggi dari Abram, maka ditetapkan bahwa keimaman Kristus bukan dari keturunan Harun tetapi dari Melkisedek, dan keimaman Kristus lebih tinggi dari keimaman keturunan Lewi dalam Perjanjian Lama.

B. KEMESIASAN YESUS DALAM PERJANJIAN BARU

1. Interpretasi Mesias dalam Perjanjian Baru

Istilah “Mesias” dalam Perjanjian Baru diterjemahkan dengan kata Yunani Kristos yang berarti ‘yang diurapi’. Dalam Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia, Mesias diterjemahkan dengan kata Kristus tetapi juga Mesias dan ‘yang diurapi’. Mesias adalah Yesus dari Nazaret yang pada saat pembaptisan-Nya diurapi dengan Roh Kudus dan kuat kuasa Allah (Kisah Para Rasul 10:38). 

Tetapi Tuhan Yesus sendiri jarang menggunakan istilah Mesias untuk diri-Nya sendiri. Hal ini disebabkan karena adanya kesalah-pahaman yang timbul dari penggunaan istilah itu, baik yang terjadi pada zaman Perjanjian Lama maupun yang dapat terjadi pada zaman Perjanjian Baru, zaman Tuhan Yesus selagi di dunia.

Ketika Petrus menyatakan pengakuannya bahwa ‘Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup’, Dia menerimanya, tetapi memerintahkan murid-murid-Nya untuk tidak menceritakan itu kepada siapa pun. Dalam percakapan-Nya dengan perempuan Samaria, istilah itu pasti dipahami dalam terang pengharapan perempuan Samaria bahwa akan datang seorang taheb atau ‘yang membetulkan’, nabi seperti Musa yang dijanjikan dalam Ulangan 18:15-19. 

Tetapi, ketika Dia ditantang oleh Imam Besar pada saat penghakiman-Nya, supaya Dia mengatakan apakah Dia Mesias, Anak dari Yang Terpuji atau tidak, Dia mengaku, dan kata-kata dari ucapan-Nya dijadikan dakwaan bahwa Dia menghujat Allah.

Sekali lagi Tuhan Yesus tidak pernah memproklamasikan diri-Nya sebagai Mesias, namun Tuhan Yesus juga tidak menolak gelar Mesias bagi diri-Nya. Tetapi pengertian Yesus mengenai kemesiasan-Nya berbeda dengan gambaran umum bangsa Israel tentang Mesias yang mereka harapkan. Dia menolak setiap unsur yang berbau politis dan nasionalisme. 

Ketika Yesus dibaptis, suara dari surga menyambut Dia sebagai Mesias dari suku Daud dengan memakai kata-kata dari Mazmur 2:7, tetapi juga menambahkan katakata dari Yesaya 52:1 yang memperkenalkan Hamba Yahwe. Ini pertanda bahwa KeMesiasan-Nya akan menggenapi gambaran Hamba yang rendah hati, taat, menderita, menggenapi tugas-Nya melewati maut, sambil menyerahkan pembelaan diri-Nya kepada Allah.

Pelayanan Yesus yang dimahkotai dengan penderitaan inilah yang memberikan arti baru kepada ‘mesias’ yang jelas berbeda dengan pengertian sebelumnya. Sedangkan pembebasan yang tadinya dilihat sebagai pembebasan bersifat politis, sekarang Yesus melihatnya sebagai pembebasan dari dosa dan penghukuman. Kerajaan-Nya tidak bersifat jasmani melainkan rohani.

Seperti dalam Perjanjian Lama, Mesias atau Kristus adalah Orang yang diurapi yang mempunyai jabatan dan peran sebagai Raja, Imam dan Nabi.

Sebagai Raja yang bersifat Rohani, Mesias/Kristus berkuasa mengampuni dosa (Markus 2:10;10:45), menghakimi orang berdosa (Matius 25:31-36).

Sebagai Imam, Dia menjadi Imam Besar menurut peraturan Melkisedek, Dia mempersembahkan kurban karena dosa bahkan Dia sendiri adalah kurban yang kekal (Ibrani 3:4; 4:14; 5:5; 6:20; 7:26). Dia pendoa syafaat bagi umat-Nya, Dia memberkati umat-Nya atas nama Allah. Dia Tuhan atas Hari Sabat (Lukas 6:5).

Sebagai Nabi, telah dinubuatkan dalam Ulangan 18:15 sebagaimana juga tertulis dalam Kisah Para Rasul 3:22-23. Kristus sendiri berbicara bahwa Dia adalah seorang Nabi (Lukas 13:33). Dia membawa berita dari Bapa-Nya (Yohanes 8:26-28), Dia menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan akhir zaman (Matius 24:3-35), Dia berbicara dengan otoritas, berbuat mukjizat, dan masih banyak yang lain.

2. Kemesiasan Yesus Dalam Injil Sinoptik

Pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias yang pertama adalah pada perikop di mana Yesus bertanya, “Kata orang, siapakah Aku (diganti dengan Anak Manusia di Matius) ini?” dan jawaban dari Petrus, “Engkau adalah Mesias” (Markus 8:29); “Mesias dari Allah” (Lukas 9:20); dan “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Matius 16:16). Beberapa ahli percaya bahwa pernyataan yang ditulis Markus merupakan pernyataan yang asli, sedangkan yang lain diberikan tambahan untuk menegaskan bahwa kemesiasan Yesus bukanlah dalam arti politik seperti yang diharapkan orang lain, tetapi Mesias secara rohani.

Baca Juga: Arti Nama Yesus Kristus

Pernyataan kedua bisa dilihat dari peristiwa Yesus di hadapan Kayafas yang bertanya, “Apakah Engkau Mesias?” diikuti dengan sebutan “Anak Allah” (Matius 26:63-64) dan “Anak dari Yang Terpuji (eulogetos, istilah yang berarti juga Allah” (Markus 14:61-62) yang dijawab Yesus dengan “Akulah Dia” di Markus dan “Engkau telah mengatakannya” di Matius. 

Jawaban ini menunjukkan bahwa dalam kesengsaraan-Nya, Yesus tidak enggan lagi mengakui kemesiasan-Nya. Sedangkan Injil Lukas mencatat penjelasan Yesus pasca kebangkitan-Nya tentang seorang Mesias yang harus menderita, karena penyaliban dan kebangkitan-Nya sudah menghilangkan pengertian politik tentang misi Mesias Yesus (Lukas 24:26 dan Lukas 24:46-49).

3. Tulisan-tulisan Yohanes

Gelar Mesias beberapa kali dipakai dalam Injil Yohanes, antara lain oleh Andreas yang memberitahu Petrus, ”Kami telah menemukan Mesias” (Yohanes 1:41) yang dimaknainya sebagai Mesias seperti yang dijanjikan oleh Musa dalam Kitab Taurat dan oleh para nabi. Jadi pengertian para murid yang pertama ini ketika pertama kali bertemu Yesus adalah bahwa Ia Mesias seperti yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama (secara politis dan rohani), meskipun pada bagian akhir kitab ini tercatat bahwa akhirnya murid-murid percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang jauh dari konsep politik. 

Peristiwa lain tercatat mengenai perempuan Samaria yang menyebut-Nya Mesias dan diakui oleh Yesus, “Akulah Dia” (Yohanes 4:25-26) karena gagasan tentang Mesias bagi orang Samaria adalah pembaharu yang akan datang meskipun belum jelas bagaimana pengertian pembaharuan tersebut. 

Terdapat juga pengakuan Marta (Yohanes 11:27) bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang dipahami sebagai Mesias bukan secara politik, bukan sebagai “Raja orang Yahudi”. Ketiga peristiwa ini disajikan karena tujuan tulisan Yohanes adalah agar para pembacanya percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah (Yohanes 20:31).

4. Kisah Para Rasul

Pengajaran rasul-rasul dapat diringkas dengan tema pemberitaan “Yesus adalah Mesias” (Kisah Para Rasul 5:42). Hal ini dapat dilihat pada pengajaran Filipus di Samaria (Kisah Para Rasul 8:5-12), kesaksian Paulus di Damsyik (Kisah Para Rasul 9:22), Tesalonika (Kisah Para rasul 17:3), dan Korintus (Kisah Para Rasul 18:5), khotbah Petrus kepada Kornelius (Kisah Para Rasul 10:36-38), serta pengajaran Apolos (Kisah Para Rasul 18:28). Pengertian ini menjadi misi pemberitaan sekaligus dasar iman jemaat Kristen mula-mula.

5.Surat I Petrus

Hampir sama seperti surat-surat Paulus yang menggunakan Kristus bukan hanya sebagai gelar, namun juga sebagai nama diri untuk Yesus, yang mengandung pengakuan dari Petrus bahwa Yesus adalah benar-benar Mesias. Selain itu, gelar Kristus juga digunakan dalam hubungan dengan penderitaan Yesus (1 Petrus 1:11, 2:21, 3:18, 4:13, 5:1), Hamba yang menderita (1 Petrus 2:21-25), dan Mesias yang dibangkitkan (1 Petrus 1:3 dan 3:21).

Kesimpulan

Dari beberapa pengertian di atas, bisa dilihat bahwa jemaat Kristen mula-mula percaya sekali jika Yesus adalah penyelamat (Mesias) yang dijanjikan para nabi, meskipun pengertian kemesiasan Yesus sangat berbeda dengan keyakinan yang berkembang di masyarakat saat itu. Pengertian orang Kristen tentang Mesias berubah dari seorang tokoh politik menjadi Mesias wakil Allah dan melalui Dialah Allah hadir di dunia untuk keselamatan umat-Nya.

BACA JUGA: YOHANES 7:25-36 (ASAL USUL MESIAS)

Pandangan Yesus sendiri tentang kemesiasan-Nya bisa dilihat pada beberapa bagian Perjanjian Baru yang mengungkapkan kesadaran-Nya bahwa Ia sedang menggenapi apa yang dinubuatkan pada Perjanjian Lama (misal Matius 11:3-6)..

Mesias berarti “seseorang yang diurapi.Dalam hal ini, seseorang yang diurapi memiliki kaitan yang erat dengan satu tugas khusus yang akan diberikan kepada orang tersebut. Misalnya dalam Perjanjian Lama. Seseorang yang diurapi untuk satu tugas khusus adalah para imam (1 Samuel 12:3), raja-raja (1 Samuel 16:6), orang percaya yang saleh (Mazmur 84:10), dan sampai kepada raja kafir (Yesaya 45:1). Orang-orang ini merupakan orang-orang yang diurapi oleh Allah untuk satu tugas khusus yang dipercayakan kepada mereka.

Bagi kehidupan orang percaya adalah bagaimana mereka menyadari bahwa sesungguhnya Yesus adalah Mesias yang diurapi oleh Allah untuk melakukan tugas khusus, yaitu penebusan dosa. Hanya Yesus sajalah yang memiliki kompetensi dan potensi untuk menjadi Mesias, karena Dia adalah Anak Allah.

Selain itu, ketika melihat terminologi ‘Mesias’ dalam Perjanjian Lama, maka sebenarnya istilah ‘Mesias’ atau ‘yang diurapi’ tidak selalu bersifat literal bahwa yang diurapi pasti raja, imam, dan nabi. Tetapi sebenarnya setiap orang percaya juga adalah orang-orang yang dipilih dan dipanggil oleh Allah dan juga diurapi (walau pun tidak dengan cara-cara seperti jaman Perjanjian Lama) untuk melakukan tugas khusus, yaitu memberitakan kabar keselamatan yang dari Yesus Kristus Sang Mesias sejati. ARTI KEMESIASAN YESUS DALAM ALKITAB
Next Post Previous Post