3 WUJUD KETAATAN TERHADAP PERINTAH KESEPULUH (KELUARAN 20:17)
Pdt. Yakub Tri Handoko.
Ketaatan terhadap perintah kesepuluh Tentang Jangan mengingini (Keluaran 20:17). Pertanyaan: Apakah wujud ketaatan terhadap perintah kesepuluh? Hari ini kita akan belajar tentang 3 (tiga) wujud ketaatan terhadap perintah ini.
Pertama, mencukupkan diri dengan apa yang ada.
Di dalam Filipi 4:10-13 Paulus berbicara tentang belajar untuk mencukupkan diri dalam segala sesuatu. Paulus telah belajar mencukupkan diri baik dalam kelimpahan maupun dalam kekurangan.
Cukup dengan berkat Tuhan bukanlah soal jumlah atau berapa banyak yang kita miliki, tetapi soal hati kita. Dosa membuat kita cenderung tidak puas berapa pun yang kita miliki. Ketika kita melihat orang lain mempunyai lebih banyak daripada kita maka kita cenderung tidak puas. Itulah natur kita yang berdosa.
Karena itu Paulus mengatakan, “Aku telah belajar.” Ini terjadi dalam proses belajar, bukan secara natural. Kita perlu belajar untuk mencukupkan diri. Banyak orang merasa tidak cukup karena memilih level hidup yang keliru. Banyak orang merasa hidupnya berkekurangan karena mereka salah menentukan apa yang disebut kebutuhan dan keinginan.
gadget, asuransi, otomotif |
Pertama, mencukupkan diri dengan apa yang ada.
Di dalam Filipi 4:10-13 Paulus berbicara tentang belajar untuk mencukupkan diri dalam segala sesuatu. Paulus telah belajar mencukupkan diri baik dalam kelimpahan maupun dalam kekurangan.
Cukup dengan berkat Tuhan bukanlah soal jumlah atau berapa banyak yang kita miliki, tetapi soal hati kita. Dosa membuat kita cenderung tidak puas berapa pun yang kita miliki. Ketika kita melihat orang lain mempunyai lebih banyak daripada kita maka kita cenderung tidak puas. Itulah natur kita yang berdosa.
Karena itu Paulus mengatakan, “Aku telah belajar.” Ini terjadi dalam proses belajar, bukan secara natural. Kita perlu belajar untuk mencukupkan diri. Banyak orang merasa tidak cukup karena memilih level hidup yang keliru. Banyak orang merasa hidupnya berkekurangan karena mereka salah menentukan apa yang disebut kebutuhan dan keinginan.
Banyak hal yang mereka ingin capai sebenarnya hanyalah merupakan keinginan dan bukan kebutuhan. Kita harus belajar untuk mencukupkan diri dengan apa yang kita miliki.
Kedua, turut bersukacita dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.
Mazmur 122:7-9 bukan saja mengatakan bahwa kita tidak boleh mengingini milik orang lain tetapi kita juga harus bersukacita dengan orang lain yang bersukacita.
Kita harus bersukacita dengan orang lain yang diberkati oleh Tuhan. Kita tidak boleh iri dengan apa yang diterima oleh orang lain. Kita seharusnya bersukacita ketika Allah memberkati/memakai orang lain lebih besar daripada kita sehingga orang itu mendatangkan kemuliaan yang lebih besar bagi Allah. Kalau kita tidak mampu bersukacita dengan sukacita orang lain, mungkin ada yang keliru di dalam hati kita. Mungkin kita memang mengingini harta orang lain atau ingin menjadi seperti orang lain, atau bahkan yang lebih buruk,
kita ingin lebih baik daripada orang lain. Bukan berarti ingin lebih daripada orang lain adalah sesuatu yang keliru tetapi kita perlu memahami batas kemampuan kita masing-masing. Kita perlu bergumul mengoptimalkan apa yang kita bisa. Ketika kita mengoptimalkan diri kita setinggi mungkin, kita tidak perlu membandingkannya dengan orang lain. Karena jika kita terus menerus membandingkan diri kita dengan orang lain, maka kita akan mengingini apa yang dimiliki oleh orang itu.
Ketiga, turut berdukacita dengan kehilangan orang lain.
Di dalam Ayub 31:29 kita dinasihati untuk tidak bersukacita dengan orang yang sedang berdukacita. Sebaliknya, kita turut berbelas kasihan dengan orang yang sedang kehilangan. Itulah yang seharusnya kita lakukan.
Ketika kita melihat orang lain mengalami kehilangan dan berduka atas kehilangannya, maka kita seharusnya turut berdukacita bersama dengan orang itu dan bukan malah bersukacita atas peristiwa itu. Ada beberapa orang yang bersukacita ketika melihat musuhnya mengalami persoalan, kehilangan harta benda, mengalami kerugian atau kemalangan.
Kita perlu memeriksa hati kita adakah kita bersukacita dengan orang bersukacita dan berdukacita dengan orang yang berdukacita? Adakah kita menganggap kehilangan orang lain sebagai kehilangan kita? Ketika orang lain mengalami kehilangan, janganlah bersukacita seolah-olah kita sekarang kita punya lebih banyak daripada orang itu.
Ketika orang lain mengalami kerugian, kemalangan atau kehilangan, seharusnya kita juga merasakan kedukaan itu. Kalau kita mau taat terhadap hukum kesepuluh itu maka kita seharusnya berdukacita ketika melihat orang lain juga sedang berada di dalam kehilangan.
Baca Juga: 2 Makna Jangan Mengingini (Keluaran 20:17)
Kedua, turut bersukacita dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.
Mazmur 122:7-9 bukan saja mengatakan bahwa kita tidak boleh mengingini milik orang lain tetapi kita juga harus bersukacita dengan orang lain yang bersukacita.
Kita harus bersukacita dengan orang lain yang diberkati oleh Tuhan. Kita tidak boleh iri dengan apa yang diterima oleh orang lain. Kita seharusnya bersukacita ketika Allah memberkati/memakai orang lain lebih besar daripada kita sehingga orang itu mendatangkan kemuliaan yang lebih besar bagi Allah. Kalau kita tidak mampu bersukacita dengan sukacita orang lain, mungkin ada yang keliru di dalam hati kita. Mungkin kita memang mengingini harta orang lain atau ingin menjadi seperti orang lain, atau bahkan yang lebih buruk,
kita ingin lebih baik daripada orang lain. Bukan berarti ingin lebih daripada orang lain adalah sesuatu yang keliru tetapi kita perlu memahami batas kemampuan kita masing-masing. Kita perlu bergumul mengoptimalkan apa yang kita bisa. Ketika kita mengoptimalkan diri kita setinggi mungkin, kita tidak perlu membandingkannya dengan orang lain. Karena jika kita terus menerus membandingkan diri kita dengan orang lain, maka kita akan mengingini apa yang dimiliki oleh orang itu.
Ketiga, turut berdukacita dengan kehilangan orang lain.
Di dalam Ayub 31:29 kita dinasihati untuk tidak bersukacita dengan orang yang sedang berdukacita. Sebaliknya, kita turut berbelas kasihan dengan orang yang sedang kehilangan. Itulah yang seharusnya kita lakukan.
Ketika kita melihat orang lain mengalami kehilangan dan berduka atas kehilangannya, maka kita seharusnya turut berdukacita bersama dengan orang itu dan bukan malah bersukacita atas peristiwa itu. Ada beberapa orang yang bersukacita ketika melihat musuhnya mengalami persoalan, kehilangan harta benda, mengalami kerugian atau kemalangan.
Kita perlu memeriksa hati kita adakah kita bersukacita dengan orang bersukacita dan berdukacita dengan orang yang berdukacita? Adakah kita menganggap kehilangan orang lain sebagai kehilangan kita? Ketika orang lain mengalami kehilangan, janganlah bersukacita seolah-olah kita sekarang kita punya lebih banyak daripada orang itu.
Ketika orang lain mengalami kerugian, kemalangan atau kehilangan, seharusnya kita juga merasakan kedukaan itu. Kalau kita mau taat terhadap hukum kesepuluh itu maka kita seharusnya berdukacita ketika melihat orang lain juga sedang berada di dalam kehilangan.
Baca Juga: 2 Makna Jangan Mengingini (Keluaran 20:17)
Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah belajar untuk mencukupkan diri dengan apa yang kita miliki? Berapa pun yang Tuhan percayakan kepada kita berarti cukup untuk saat itu. Tidak pernah Tuhan memberikan kurang daripada yang kita butuh kan.
Ketika Tuhan melihat bahwa kita membutuhkan lebih banyak, saya percaya Tuhan juga akan memenuhi kebutuhan itu. Tuhan juga akan membuat kita cukup di dalam Dia. Ketika kita cukup di dalam Tuhan, maka kita bisa bersukacita dengan orang yang bersukacita dan berdukacita ketika melihat orang lain mengalami kehilangan milik mereka. Mari kita belajar untuk cukup dengan apapun yang Tuhan percayakan kepada kita. Tuhan memberkati kita!
Ketika Tuhan melihat bahwa kita membutuhkan lebih banyak, saya percaya Tuhan juga akan memenuhi kebutuhan itu. Tuhan juga akan membuat kita cukup di dalam Dia. Ketika kita cukup di dalam Tuhan, maka kita bisa bersukacita dengan orang yang bersukacita dan berdukacita ketika melihat orang lain mengalami kehilangan milik mereka. Mari kita belajar untuk cukup dengan apapun yang Tuhan percayakan kepada kita. Tuhan memberkati kita!