ARTI WAHYU UMUM DAN WAHYU KHUSUS


ARTI WAHYU UMUM DAN WAHYU KHUSUS
gadget, otomotif, bisnis
Ada dua cara yang Allah pakai untuk menyatakan diri-Nya, yaitu melalui Wahyu Umum dan Wahyu Khusus. Wahyu Umum berarti penyataan diri Allah yang dapat diakses oleh semua orang di segala tempat dan di segala abad. Wahyu Umum berbicara tentang hal-hal yang umum, hal-hal yang bisa dilihat dan dipahami oleh semua manusia. Sedangkan Wahyu Khusus berbicara tentang penyataan Allah yang khusus pada zaman tertentu, kepada orang tertentu, dan melalui cara tertentu. 

I. Alkitab mengajarkan ada tiga Wahyu Umum.

Pertama, melalui ciptaan-Nya. 

Di dalam Roma 1:20 Paulus mengatakan, “Sebab apa yang tidak nampak pada diri-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan dan sehingga mereka tidak dapat berdalih.” Artinya, ketika kita melihat alam semesta, kita perlu bertanya: Dari mana alam semesta yang sedemikian besar itu bisa ada? Kita juga perlu bertanya: Dari mana manusia yang berpribadi bisa muncul? Teori-teori mengajarkan bahwa manusia berasal dari evolusi, dari satu zat yang tidak berpribadi, kemudian zat itu berkembang dan akhirnya menjadi makhluk yang berpribadi, seperti manusia. Menurut teori-teori tersebut, alam semesta berasal dari proses yang bersifat kebetulan.

Tetapi Alkitab memberikan alasan yang jauh lebih masuk akal, bahwa dunia ini diciptakan oleh satu pribadi, yaitu Allah sendiri. Dari yang berpribadi menghasilkan makhluk yang berpribadi dan tidak berpribadi, maka itu masuk akal. Kalau kita balik, dari yang tidak berpribadi menghasilkan yang berpribadi, maka itu kurang masuk akal. Jadi, Wahyu Umum dapat dilihat melalui ciptaan, yang bisa dipersepsi melalui pikiran manusia.

Kedua, melalui hukum moral di dalam hati manusia. 

Di dalam Roma 2:14-15 Paulus mengatakan: Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.

Manusia bisa membedakan yang baik dan yang jahat, dalam arti ada kesadaran tentang yang baik dan yang jahat. Walaupun tidak semua manusia bisa benar dalam membedakan yang baik dan yang jahat, tetapi kesadaran bahwa ada yang baik dan yang jahat dalam diri manusia merupakan sebuah hal yang umum kita temukan. Ketika kita melakukan hal yang keliru, maka kita menjadi terganggu di dalam hati kita. Allah memberikan hati nurani untuk menolong manusia supaya dapat mengikuti hukum moral. Jadi ketika kita tidak mengikuti hukum moral yang Allah taruh di dalam hati kita, maka hati nurani kita akan menuduh kita. Hukum moral yang diletakkan Allah di dalam hati kita berguna untuk menunjukkan siapa Allah.

Ketiga, melalui kesadaran di dalam diri manusia tentang Allah. 

Hal ini dikenal dengan istilah sensus divinitatis atau sense of divinity di dalam diri manusia. Setiap manusia memiliki kesadaran di dalam dirinya bahwa Allah itu sebetulnya ada. Di dalam Kejadian 2:7 dikatakan bahwa setelah Allah menciptakan manusia, Allah menghembuskan nafas-Nya ke dalam diri manusia. Di dalam tradisi Alkitab, hal itu dipahami sebagai keunikan manusia sebagai makhluk rohani. Manusia memiliki sebuah kehampaan di dalam dirinya dan kehampaan itu hanya bisa ditutupi kalau dia berjumpa dengan penciptanya.

Seorang Bapa Gereja terkenal bernama Agustinus, sudah mencoba semua yang ditawarkan oleh dunia. Ia mencoba ilmu yang terbaik, yaitu retorika. Dia mencoba hidup di dalam dosa untuk memuaskan dirinya. Tetapi pada akhirnya ia mengakui bahwa jiwanya tidak bisa tenang kecuali di dalam Allah sebagai penciptanya. Ini terjadi karena manusia diciptakan sebagai makhluk rohani. Manusia akan terus mencari Allah di dalam dirinya. Alkitab menyebut orang-orang yang tidak mengakui Allah sebagai orang bebal (Mazmur 14:1, 53:1). Hanya kebebalan manusia yang membuat mereka tidak bisa melihat Allah, karena Allah sudah meletakkan sense of divinity di dalam manusia. Benih keagamaan sudah diletakkan di sana, sehingga manusia seharusnya selalu mencari Allah.

II. Alkitab mengajarkan ada tiga Wahyu Khusus.

Wahyu Khusus berarti penyataan diri Allah pada zaman tertentu, untuk orang-orang tertentu, dan dengan cara yang tertentu. Berarti ini berbeda dengan Wahyu Umum yang ditujukan kepada semua manusia di segala tempat dan abad. Lalu apa yang termasuk pada Wahyu Khusus?

Pertama, berita para nabi dan rasul.

Para nabi sering mengatakan: “firman Tuhan datang kepadaku”. Atau di dalam tulisan para nabi, Tuhan berfirman kepada mereka. Misalnya di dalam Yeremia 1:4 dan di dalam bagian kitab nabi lainnya, kita akan banyak menemukan Tuhan berfirman kepada mereka. Jadi apa yang disampaikan oleh nabi itu merupakan firman dari Allah atau Allah yang menyatakan diri-Nya. Begitu juga halnya para rasul, seringkali menyebut bahwa apa yang mereka sampaikan, yaitu Injil, merupakan firman kebenaran. Ketika mereka mengatakan itu, misalnya di dalam Efesus 1:13 atau Roma 10:17, para rasul dengan jelas menyebut berita Injil yang mereka beritakan adalah firman Kristus dan firman kebenaran. Berarti apa yang diberitakan oleh mereka secara lisan merupakan firman Tuhan (Wahyu Khusus) dari Allah.

Kedua, melalui inkarnasi Yesus. 

Di dalam Yohanes 1:18 dikatakan, “Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Dengan demikian seluruh hidup Yesus ketika Dia berada di dalam dunia merupakan penyataan diri Allah. Allah yang tidak terlihat, bersifat Roh, dan tinggal di dalam kemuliaan yang tidak terhampiri oleh manusia; sekarang menyatakan diri melalui Yesus Kristus, yang menjadi manusia dan diam di antara kita. 

Jadi kita bisa melihat kemuliaan Allah, sifat-sifat Allah, tindakan-tindakan Allah melalui inkarnasi Tuhan Yesus. Manusia Yesus Kristus, yang adalah Allah sejati dan manusia sejati menyatakan dengan sempurna siapa Allah itu. Dari sini kita bisa melihat bahwa apa pun yang dikatakan dan dilakukan Yesus, juga apa pun yang bisa kita tangkap dari kehidupan dan pelayanan-Nya semasa inkarnasi-Nya, adalah penyataan Allah yang khusus bagi kita.

Ketiga, melalui Kitab Suci. 

 2Timotius 3:16 mengatakan, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”. Terjemahan yang tepat pada ayat ini adalah “segala tulisan adalah diilhamkan Allah dan bermanfaat”. Segala tulisan di sana merujuk kepada kitab-kitab di dalam Perjanjian Lama. 

Jadi kitab-kitab di dalam Perjanjian Lama merupakan tulisan yang diilhamkan oleh Allah atau dalam bahasa Yunaninya disebut “dinafaskan oleh Allah.” Hal ini berarti apa yang tertulis melalui pengilhaman Roh Kudus, Allah menafaskan itu di dalam tulisan Kitab Suci, sama berotoritasnya dengan firman Allah secara langsung di dalam sejarah. Segala tulisan, segala kitab-kitab di dalam Perjanjian Lama adalah firman Allah karena dinafaskan oleh Allah.

Demikian pula segala kitab Perjanjian Baru. Petrus menyebutkan tentang tulisan-tulisan Paulus demikian: ” . . . Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain. Petrus menyetarakan tulisan-tulisan Paulus dengan tulisan-tulisan Kitab Suci yang lain. Artinya, tulisan-tulisan Paulus pun dianggap sebagai Kitab Suci dan sebagai firman Allah.

Ini merupakan hal yang luar biasa bagi kita. Allah bukan hanya berbicara di dalam sejarah. Allah bukan hanya menyatakan diri-Nya secara sempurna melalui inkarnasi Anak-Nya, Yesus Kristus. Tetapi Allah juga telah memberikan firman-Nya kepada kita. Ia telah memberikan firman-Nya secara khusus bagi kita, sehingga kita memiliki firman Tuhan dari Kejadian sampai Wahyu. Itu merupakan cara Allah menyatakan diri-Nya.

Oleh karena itu kita perlu benar-benar mengerti tentang hal ini, dan sekaligus berhati-hati terhadap fenomena yang sekarang banyak beredar, antara lain: penglihatan, mimpi, nubuat, mendengar suara Tuhan; yang tidak jelas kebenarannya. Mari kita menghargai apa yang sudah Allah nyatakan kepada kita secara khusus, yaitu berita lisan yang disampaikan oleh para nabi dan para rasul, melalui inkarnasi Yesus Kristus ke dalam dunia, dan melalui Kitab Suci yang Allah sudah berikan kepada kita. Jadi seharusnya respon kita adalah bersyukur dan membaca firman Tuhan dengan teliti. Tuhan memberkati kita, amin.  -Pdt. Yakub Tri Handoko

Next Post Previous Post