PENGERTIAN TENTANG INJIL
APAKAH INJIL ITU? (SUATU PENJELASAN RINGKAS ATAS INJIL KESELAMATAN YANG UTUH)
Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th
(Roma 1:16) Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. (1:17) Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman (Roma 1:16-17)
Roma 1:16-17 ini adalah tema sentral dari kitab Roma yang ditulis oleh Rasul Paulus. Kitab ini adalah kitab doktrinal tulisan Rasul Paulus yang paling panjang, paling teologis, logis dan sistematis yang ditulisnya sekitar tahun 56-58 M. Kitab ini telah disebut sebagai “magna carta” gereja yang berisi pernyataan doktrinal tentang iman Kristen yang berpusatkan Injil Yesus Kristus. Sehingga tidak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa memahami kitab Roma adalah memahami Kekristenan.
Surat ini membentuk kehidupan dan pengajaran Yesus Kristus menjadi suatu batu dasar kebenaran bagi gereja sepanjang masa. Martin Luther menganggap kitab Roma sebagai buku terutama Perjanjian Baru dan Injil yang jelas dan paling murni. Kitab ini merupakan menunjukkan cara rasul Paulus dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam jemaat di Roma dengan menjelaskan Injil Yesus Kristus dan kuasanya yang mengubahkan serta penerapan dari Injil itu dalam kehidupan sehari-hari.
Karakteristik dari Injil adalah bahwa “Injil itu adalah kekuatan Allah; Injil itu menyelamatkan; Injil itu adalah kebenaran Allah; Injil itu mengajarkan tentang orang yang benar hidup oleh iman; dan Injil itu adalah pernyataan Yesus sendiri” (Roma 1:16-17; Bandingkan Galatia 1:12).
INTI BERITA INJIL
Berdasarkan Roma 1:16-17; 4:23-25; 1 Korintus 15:1-4; Galatia 1:12; 2 Timotius 2:8 dan ayat ayat lainnya maka inti dari Injil dapat diringkas sebagai berikut: bahwa Injil itu merupakan kebenaran historis dan teologis tentang Yesus Kristus dan karya-Nya yang menyelamatkan manusia. Secara historis, Injil berisi kisah faktual tentang Kristus yang berinkarnasi dan hadir dalam sejarah manusia.
Mulai dari kelahiran di Betlehem, kehidupan-Nya di Palestina, kematian-Nya di kayu salib di Bukit Golgotha, serta penguburan dan kebangkitan-Nya. Namun tanpa makna teologis, maka peristiwa-peristiwa faktual (kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan) tersebut hanya akan menjadi kisah sejarah belaka.
Tetapi tidak demikian dengan Kristus! Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut merupakan peristiwa-peristiwa yang berisi kebenaran teologis yang bermakna:
(1) kelahiranNya menggenapi nubuat para nabi tentang-Nya;
(2) kehidupannya menunjukkan ketaatan-Nya yang sempurna pada hukum Taurat;
(3) kematian-Nya merupakan tujuan misi-Nya, yaitu pendamaian bagi dosa-dosa seluruh dunia; dan
(4) kebangkitan-Nya bagi pembenaran orang berdosa yang percaya kepada-Nya. Injil Kristus yang menyelamatkan inilah yang menjadi inti pemberitaan rasul Paulus. Injil ini menurutnya, “... bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus” (Galatia 1:11-12).
Injil ini yang rasul Paulus sebut sebagai “Injilku” atau “Injil yang kuberitakan” oleh rasul Paulus disebut juga dengan berbagai keterangan seperti “Injil Kristus, Injil Allah, Injil keselamatan, Injil damai sejahtera dan Injil kasih karunia. Secara khusus, istilah Injil kasih karunia ini merupakan nama yang diberikan kepada Injil yang diberitakan rasul Paulus (Efesus 3:1-11; 2 Timotius 2:8). Namun, hanya mengetahui kebenaran historis dan teologis tentang Injil saja tidaklah menyelamatkan.
Setiap orang harus memberi dirinya percaya dan menerima Injil itu. “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya” (Yohanes 1:12). Jadi disini orang diselamatkan (menjadi anak-anak Allah) karena mereka percaya dan menerima Kristus melalui melalui pemberitaan Injil.
KESALAHAN PENGERTIAN TENTANG INJIL
Ada begitu banyak kebingungan yang terjadi berkenaan dengan isi maupun penyampaian Injil. Ada yang tidak menyampaikannya secara murni; ada yang tidak menyampaikannya dengan jelas; ada juga yang menyampaikannya dengan tidak sungguh-sungguh. Tetapi karena Allah Mahakasih, maka Ia seringkali memberikan terang dan iman kepada orang lain melalui kesaksian kita meskipun kesaksian kita tidak tepat.
Beberapa dari kekeliruan tentang Injil itu antara lain :
(1) Ada yang mengajarkan bahwa injil tidak berurusan dengan dosa. Ajaran ini jelas keliru! Karena, sebenarnya Injil adalah cara Allah menyelesaikan masalah dosa yang tidak bisa diselesaikan oleh manusia (1 Korintus 15:1-4);
(2) Ada yang mengajarkan bahwa kita perlu menyampaikan injil yang berbeda untuk kelompok usia yang berbeda, yaitu Injil untuk lansia, Injil untuk para pemuda, dan Injil untuk anak-anak. Ini jelas keliru! Sebab Alkitab mengajarkan Injil yang sama untuk semua orang (Roma 1:16; Galatia 3:26-28);
(3) Ada yang mengajarkan bahwa Injil akan diterima bila disampaikan dengan kepandaian dan dengan metode tertentu. Ini juga salah dan bertentangan dengan keyakinan rasul Paulus (1 Korintus 1:17-31; 2:4; 4:20);
(4) Ada yang menganggap bahwa kita diselamatkan karena perbuatan-perbuatan dan bukan hanya karena percaya pada Injil. Ini juga keliru karena membawa orang Kristen kepada legalisme (Galatia 3:1-8);
(5) ada yang menganggap bahwa baptisan air adalah Injil yang menyelamatkan (1 Korintus 1:17). Ini juga keliru karena Alkitab menunjukkan bahwa baptisan air bukanlah anugerah yang menyelamatkan atau pun syarat keselamatan (1 Korintus 1:17).
Point 5 yang disebutkan terakhir diatas perlu saya perjelas lagi, bahwa baptisan air itu penting tetapi bukanlah syarat keselamatan! Hal ini dapat lihat dari makna baptisan air itu sendiri, yaitu :
(1) Tanda (kepada) pertobatan (Matius 3:11);
(2) Tanda ketataan kepada perintah Tuhan, bahwa seseorang telah lahir baru atau telah diselamatkan (Matius 28:18,19);
(3) Tanda simbolik dari persatuan dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Artinya, orang percaya yang telah lahir baru (atau dibaptis Roh Kudus), telah bersatu dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, dan secara simbolik persatuan tersebut ditunjukkan melalui peristiwa baptisan air (Roma 6);
(4) Merupakan upacara (inisiasi) masuknya seseorang ke dalam keanggotaan tubuh Kristus yang kelihatan, disebut keanggotaan gereja lokal;
(5) Merupakan kesaksian bahwa kita telah dimeteraikan dan menerima hidup baru dan mengambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Kristus (Roma 6:3-6); dan
(6) Tanda bahwa kita menjadi pengikut atau murid Kristus yang sah (Matius 28:19,20).
MEMAHAMI PENGERTIAN INJIL
Di atas telah disebutkan intisari injil dan apa yang bukan Injil. Namun perlu juga bagi kita untuk mengetahui lebih jelas lagi apa yang dimaksud dengan Injil. Kata Injil berasal dari kata Yunani “euangelion” dan kata kerjanya “euangelizo”, yang berarti “kabar baik”. Namun, ada banyak kabar baik di dalam Alkitab yang berhubungan dengan berkat materi dan tidak berhubungan dengan keselamatan.
Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th
(Roma 1:16) Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. (1:17) Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman (Roma 1:16-17)
gadget, otomotif, bisnis |
Surat ini membentuk kehidupan dan pengajaran Yesus Kristus menjadi suatu batu dasar kebenaran bagi gereja sepanjang masa. Martin Luther menganggap kitab Roma sebagai buku terutama Perjanjian Baru dan Injil yang jelas dan paling murni. Kitab ini merupakan menunjukkan cara rasul Paulus dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam jemaat di Roma dengan menjelaskan Injil Yesus Kristus dan kuasanya yang mengubahkan serta penerapan dari Injil itu dalam kehidupan sehari-hari.
Karakteristik dari Injil adalah bahwa “Injil itu adalah kekuatan Allah; Injil itu menyelamatkan; Injil itu adalah kebenaran Allah; Injil itu mengajarkan tentang orang yang benar hidup oleh iman; dan Injil itu adalah pernyataan Yesus sendiri” (Roma 1:16-17; Bandingkan Galatia 1:12).
INTI BERITA INJIL
Berdasarkan Roma 1:16-17; 4:23-25; 1 Korintus 15:1-4; Galatia 1:12; 2 Timotius 2:8 dan ayat ayat lainnya maka inti dari Injil dapat diringkas sebagai berikut: bahwa Injil itu merupakan kebenaran historis dan teologis tentang Yesus Kristus dan karya-Nya yang menyelamatkan manusia. Secara historis, Injil berisi kisah faktual tentang Kristus yang berinkarnasi dan hadir dalam sejarah manusia.
Mulai dari kelahiran di Betlehem, kehidupan-Nya di Palestina, kematian-Nya di kayu salib di Bukit Golgotha, serta penguburan dan kebangkitan-Nya. Namun tanpa makna teologis, maka peristiwa-peristiwa faktual (kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan) tersebut hanya akan menjadi kisah sejarah belaka.
Tetapi tidak demikian dengan Kristus! Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut merupakan peristiwa-peristiwa yang berisi kebenaran teologis yang bermakna:
(1) kelahiranNya menggenapi nubuat para nabi tentang-Nya;
(2) kehidupannya menunjukkan ketaatan-Nya yang sempurna pada hukum Taurat;
(3) kematian-Nya merupakan tujuan misi-Nya, yaitu pendamaian bagi dosa-dosa seluruh dunia; dan
(4) kebangkitan-Nya bagi pembenaran orang berdosa yang percaya kepada-Nya. Injil Kristus yang menyelamatkan inilah yang menjadi inti pemberitaan rasul Paulus. Injil ini menurutnya, “... bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus” (Galatia 1:11-12).
Injil ini yang rasul Paulus sebut sebagai “Injilku” atau “Injil yang kuberitakan” oleh rasul Paulus disebut juga dengan berbagai keterangan seperti “Injil Kristus, Injil Allah, Injil keselamatan, Injil damai sejahtera dan Injil kasih karunia. Secara khusus, istilah Injil kasih karunia ini merupakan nama yang diberikan kepada Injil yang diberitakan rasul Paulus (Efesus 3:1-11; 2 Timotius 2:8). Namun, hanya mengetahui kebenaran historis dan teologis tentang Injil saja tidaklah menyelamatkan.
Setiap orang harus memberi dirinya percaya dan menerima Injil itu. “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya” (Yohanes 1:12). Jadi disini orang diselamatkan (menjadi anak-anak Allah) karena mereka percaya dan menerima Kristus melalui melalui pemberitaan Injil.
KESALAHAN PENGERTIAN TENTANG INJIL
Ada begitu banyak kebingungan yang terjadi berkenaan dengan isi maupun penyampaian Injil. Ada yang tidak menyampaikannya secara murni; ada yang tidak menyampaikannya dengan jelas; ada juga yang menyampaikannya dengan tidak sungguh-sungguh. Tetapi karena Allah Mahakasih, maka Ia seringkali memberikan terang dan iman kepada orang lain melalui kesaksian kita meskipun kesaksian kita tidak tepat.
Beberapa dari kekeliruan tentang Injil itu antara lain :
(1) Ada yang mengajarkan bahwa injil tidak berurusan dengan dosa. Ajaran ini jelas keliru! Karena, sebenarnya Injil adalah cara Allah menyelesaikan masalah dosa yang tidak bisa diselesaikan oleh manusia (1 Korintus 15:1-4);
(2) Ada yang mengajarkan bahwa kita perlu menyampaikan injil yang berbeda untuk kelompok usia yang berbeda, yaitu Injil untuk lansia, Injil untuk para pemuda, dan Injil untuk anak-anak. Ini jelas keliru! Sebab Alkitab mengajarkan Injil yang sama untuk semua orang (Roma 1:16; Galatia 3:26-28);
(3) Ada yang mengajarkan bahwa Injil akan diterima bila disampaikan dengan kepandaian dan dengan metode tertentu. Ini juga salah dan bertentangan dengan keyakinan rasul Paulus (1 Korintus 1:17-31; 2:4; 4:20);
(4) Ada yang menganggap bahwa kita diselamatkan karena perbuatan-perbuatan dan bukan hanya karena percaya pada Injil. Ini juga keliru karena membawa orang Kristen kepada legalisme (Galatia 3:1-8);
(5) ada yang menganggap bahwa baptisan air adalah Injil yang menyelamatkan (1 Korintus 1:17). Ini juga keliru karena Alkitab menunjukkan bahwa baptisan air bukanlah anugerah yang menyelamatkan atau pun syarat keselamatan (1 Korintus 1:17).
Point 5 yang disebutkan terakhir diatas perlu saya perjelas lagi, bahwa baptisan air itu penting tetapi bukanlah syarat keselamatan! Hal ini dapat lihat dari makna baptisan air itu sendiri, yaitu :
(1) Tanda (kepada) pertobatan (Matius 3:11);
(2) Tanda ketataan kepada perintah Tuhan, bahwa seseorang telah lahir baru atau telah diselamatkan (Matius 28:18,19);
(3) Tanda simbolik dari persatuan dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Artinya, orang percaya yang telah lahir baru (atau dibaptis Roh Kudus), telah bersatu dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, dan secara simbolik persatuan tersebut ditunjukkan melalui peristiwa baptisan air (Roma 6);
(4) Merupakan upacara (inisiasi) masuknya seseorang ke dalam keanggotaan tubuh Kristus yang kelihatan, disebut keanggotaan gereja lokal;
(5) Merupakan kesaksian bahwa kita telah dimeteraikan dan menerima hidup baru dan mengambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Kristus (Roma 6:3-6); dan
(6) Tanda bahwa kita menjadi pengikut atau murid Kristus yang sah (Matius 28:19,20).
MEMAHAMI PENGERTIAN INJIL
Di atas telah disebutkan intisari injil dan apa yang bukan Injil. Namun perlu juga bagi kita untuk mengetahui lebih jelas lagi apa yang dimaksud dengan Injil. Kata Injil berasal dari kata Yunani “euangelion” dan kata kerjanya “euangelizo”, yang berarti “kabar baik”. Namun, ada banyak kabar baik di dalam Alkitab yang berhubungan dengan berkat materi dan tidak berhubungan dengan keselamatan.
Sebagai contoh, Septaguinta berkali-kali memakai kata euangelion ini yang terkait dengan berkat materi bukan keselamatan (2 Samuel 4:10; 18:19,20,22,26,27,31; 1 Raja-raja 1:42; 2 Raja-raja 7:9; 1 Tawarikh 10:9; Yesaya 40:9; 52:7; 61:1, dan lainnya). Jadi kabar baik tidak selalu sama dengan keselamatan.
Karena itu, saat kita berbicara tentang Injil, maka yang dimaksud disini adalah Injil keselamatan (Efesus 1:13) yaitu kabar baik dari Allah yang berhubungan dengah keselamatan rohani. Namun kebingungan juga masih terjadi terkait istilah-istilah yang dihubungkan dengan kata keterangan yang menyertai kata Injil itu sendiri yang akan-akan menjelaskan ada banyak Injil di dalam Alkitab.
Misalnya kita mendapati istilah-istilah seperti Injil Allah (Roma 1:1; 15:16; 2 Korintus 11;7; 1 Tesalonika 2:2,8,9; 1 Petrus 4:17), Injilku atau Injil Paulus (Roma 16:25-16; 2 Timotius 2:8), Injil Kristus (Roma 15:19, 9; 1 Korintus 9:12,18; 2 Korintus 2:12; 19:13; 10:14; Galatia 1:7; Filipi 1:27; 1 Tesalonika 3:2), Injil Damai Sejahtera (Roma 10:15; Efesus 6:15); Injil untuk orang-orang tak bersunat (Galatia 2:1-9); Injil untuk orang-orang bersunat (Galatia 2:7), Injil Kerajaan (Matius 4:23; 9:35; 24:14; Markus 1:14) dan Injil Anugerah (Kisah Para Rasul 20:24).
Mayoritas Perjanjian Baru memakai kata Injil tanpa prase keterangan apapun. Kelihatannya ketika para penulis Perjanjian Baru menggunakan kata Injil tanpa keterangan apapun, maka yang mereka maksudkan adalah Injil yang sedang diberitakan dan bukan Injil yang belum dinyatakan. Dengan demikian, kita tidak perlu bingung dengan banyaknya istilah-istilah keterangan dalam kata Injil tersebut. Jadi hanya ada satu Injil yaitu kabar baik yang berhubungan dengan keselamatan yang sudah dikerjakan oleh Kristus.
Hal ini perlu ditegaskan sebab Injil kerajaan yang diberitakan Kristus dan rasul-rasul pada masa pelayanan Kristus di bumi sama sekali tidak mengandung pengajaran bahwa Kristus akan mati bagi dosa-dosa dunia, padahal berita tersebut (kematian Kristus bagi dosa dunia) justru menjadi jantung Injil yang diberitakan oleh para rasul setelah kenaikan Kristus ke surga.
Karena itu, saat kita berbicara tentang Injil, maka yang dimaksud disini adalah Injil keselamatan (Efesus 1:13) yaitu kabar baik dari Allah yang berhubungan dengah keselamatan rohani. Namun kebingungan juga masih terjadi terkait istilah-istilah yang dihubungkan dengan kata keterangan yang menyertai kata Injil itu sendiri yang akan-akan menjelaskan ada banyak Injil di dalam Alkitab.
Misalnya kita mendapati istilah-istilah seperti Injil Allah (Roma 1:1; 15:16; 2 Korintus 11;7; 1 Tesalonika 2:2,8,9; 1 Petrus 4:17), Injilku atau Injil Paulus (Roma 16:25-16; 2 Timotius 2:8), Injil Kristus (Roma 15:19, 9; 1 Korintus 9:12,18; 2 Korintus 2:12; 19:13; 10:14; Galatia 1:7; Filipi 1:27; 1 Tesalonika 3:2), Injil Damai Sejahtera (Roma 10:15; Efesus 6:15); Injil untuk orang-orang tak bersunat (Galatia 2:1-9); Injil untuk orang-orang bersunat (Galatia 2:7), Injil Kerajaan (Matius 4:23; 9:35; 24:14; Markus 1:14) dan Injil Anugerah (Kisah Para Rasul 20:24).
Mayoritas Perjanjian Baru memakai kata Injil tanpa prase keterangan apapun. Kelihatannya ketika para penulis Perjanjian Baru menggunakan kata Injil tanpa keterangan apapun, maka yang mereka maksudkan adalah Injil yang sedang diberitakan dan bukan Injil yang belum dinyatakan. Dengan demikian, kita tidak perlu bingung dengan banyaknya istilah-istilah keterangan dalam kata Injil tersebut. Jadi hanya ada satu Injil yaitu kabar baik yang berhubungan dengan keselamatan yang sudah dikerjakan oleh Kristus.
Hal ini perlu ditegaskan sebab Injil kerajaan yang diberitakan Kristus dan rasul-rasul pada masa pelayanan Kristus di bumi sama sekali tidak mengandung pengajaran bahwa Kristus akan mati bagi dosa-dosa dunia, padahal berita tersebut (kematian Kristus bagi dosa dunia) justru menjadi jantung Injil yang diberitakan oleh para rasul setelah kenaikan Kristus ke surga.
Jadi, sekali lagi, ketika kita menyebut Injil, maka yang kita maksudkan adalah semua kabar baik dari Allah yang dibungkus dalam kematian Kristus. Dengan demikian Injil itu berkaitan dengan keselamatan, yaitu penerimaan hidup kekal dan semua berkat-berkat yang terkadung didalamnya baik berkat rohani maupun berkat jasmani.
INJIL MEMBERIKAN PENYEDIAAN YANG CUKUP BAGI MANUSIA
Segala sesuatu yang kita butuhkan bagi masa lalu, bagi masa kini, bagi masa depan, dan bahkan bagi kekekalan telah Kristus sediakan melalui kematian-Nya di kayu salib. Di kayu salib semua dosa kita telah diselesaikan secara tuntas. Disana semua hukuman dosa yang seharusnya ditimpakan kepada kita telah ditanggung-Nya secara tuntas. Hal yang kita perlukan untuk keselamatan kita telah dibayarNya secara lunas.
Semua penderitaan dan kebutuhan kita telah diselesaikan-Nya di kayu salib. Sekali waktu, seorang pemuda datang kepada seorang penginjil yang bernama Alexander Wooten. Pemuda ini bertanya, “apa yang harus aku lakukan supaya dapat diselamatkan?”. Wooten menjawab, “sudah terlambat!”, sambil meneruskan pekerjaannya. Pemuda itu terkejut, dan kembali bertanya, “maksud anda sudah terlambat bagi saya untuk diselamatkan? Tidak adakah yang dapat lakukan?” Sekali lagi Wooten menjawab, “sudah terlambat! Semuanya sudah dilakukan oleh Yesus! Satu-satunya yang dapat anda lakukan adalah percaya!”
Kata-kata Wooten ini mengingatkan kita kepada apa yang Paulus katakan kepada seorang kepala penjara dalam Kisah Para Rasul 16:28-33, “Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!" Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas. Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: ‘Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?’ Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’ Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis”.
Kata-kata Alexander Wooten itu juga mengingatkan kita pada makna ucapan “sudah selesai” yang diucapkan Yesus saat penyaliban-Nya. Ungkapan “τετελεσται tetelestai)” atau “sudah selesai” (Yohanes 19:30), merupakan pernyataan tunggal yang paling penting dalam seluruh Alkitab. Kata ini berarti “menyelesaikan” dan “membawa kepada kesempurnaan”.
INJIL MEMBERIKAN PENYEDIAAN YANG CUKUP BAGI MANUSIA
Segala sesuatu yang kita butuhkan bagi masa lalu, bagi masa kini, bagi masa depan, dan bahkan bagi kekekalan telah Kristus sediakan melalui kematian-Nya di kayu salib. Di kayu salib semua dosa kita telah diselesaikan secara tuntas. Disana semua hukuman dosa yang seharusnya ditimpakan kepada kita telah ditanggung-Nya secara tuntas. Hal yang kita perlukan untuk keselamatan kita telah dibayarNya secara lunas.
Semua penderitaan dan kebutuhan kita telah diselesaikan-Nya di kayu salib. Sekali waktu, seorang pemuda datang kepada seorang penginjil yang bernama Alexander Wooten. Pemuda ini bertanya, “apa yang harus aku lakukan supaya dapat diselamatkan?”. Wooten menjawab, “sudah terlambat!”, sambil meneruskan pekerjaannya. Pemuda itu terkejut, dan kembali bertanya, “maksud anda sudah terlambat bagi saya untuk diselamatkan? Tidak adakah yang dapat lakukan?” Sekali lagi Wooten menjawab, “sudah terlambat! Semuanya sudah dilakukan oleh Yesus! Satu-satunya yang dapat anda lakukan adalah percaya!”
Kata-kata Wooten ini mengingatkan kita kepada apa yang Paulus katakan kepada seorang kepala penjara dalam Kisah Para Rasul 16:28-33, “Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!" Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas. Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: ‘Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?’ Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’ Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis”.
Kata-kata Alexander Wooten itu juga mengingatkan kita pada makna ucapan “sudah selesai” yang diucapkan Yesus saat penyaliban-Nya. Ungkapan “τετελεσται tetelestai)” atau “sudah selesai” (Yohanes 19:30), merupakan pernyataan tunggal yang paling penting dalam seluruh Alkitab. Kata ini berarti “menyelesaikan” dan “membawa kepada kesempurnaan”.
Yesus telah mengerjakan sepenuhnya pekerjaan Allah Bapa yang telah mengirimnya untuk melakukan itu. Paulus membahas fakta ini dalam Roma 5, bahwa keselamatan kita itu pasti karena kematian Kristus secara total mengalahkan sepenuhnya efek dosa Adam.
Namun kala dari verbanya, yaitu “perfect”, menyatakan bahkah lebih banyak dari apa yang Yesus katakan. Ada pengharapan untuk anda dan saya. Karena Yesus sepenuhnya telah menyelesaikan tugasnya, efek yang terus berlangsung adalah bahwa anda dan saya ditawarkan anugerah keselamatan secara cuma-cuma agar kita bisa bersama-Nya selamanya. Perlu diketahui, bahwa tetelestai adalah kata yang biasa diucapkan oleh seorang pemahat sewaktu ia selesai memahat sebuah patung. Sambil mengamati kembali hasil karyanya sang pemahat akan berulang-ulang berkata “tetelestai”. Artinya yang dikehendakinya tercapai secara tuntas.
Dalam budaya pada waktu itu, hanya seorang seniman yang benar-benar telah menyelesaikan karyanya dengan sempurna yang boleh berkata “tetelestai” karena melalui kata tersebut ia hendak menggambarkan hasil akhir dari karyanya yang sempurna. Jika seorang seniman saja menggunakan kata ini untuk menunjukkan karyanya yang sudah tuntas dan sempurna, lebih lagi dengan pernyataan Yesus ini.
Kata tetelestai yang diucapkan Yesus tepat sebelum kematianNya ini melebihi suatu fakta. Ini adalah kebenaran yang harus diketahui oleh orang-orang percaya. Karya Kristus di kayu salib itu sudah tuntas, genap, sempurna dan permanen (tak dapat diubah). Tidak perlu ada ruang bagi perdebatan atau argumen tentang kebenaran ini. Tetelestai ini merupakan seruan kemenangan Yesus di kayu salib.
INJIL KESELAMATAN YANG SEUTUHNYA
Di atas saya telah menjelaskan apa itu Injil. Namun perlu juga bagi kita untuk mengetahui apa itu keselamatan. Hal ini terkait dengan istilah Injil Keselamatan yang diberitakan rasul Paulus (Efesus 1:13). Pemakaian Kristen untuk kata keselamatan menunjukkan pada tindakan Allah di dalam Kristus yang membebaskan manusia dari kematian kekal dengan memberikan hidup yang kekal (zo’e) kepada mereka yang percaya (Yohanes 3:16,17; Kisah Para Rasul 16:30-32; 1 Yohanes 5:11-13). Istilah “keselamatan” secara etimologis berasal dari kata Yunani “soteria”.
Kata soteria ini digunakan sebanyak 45 kali dalam Perjanjian Baru, dan dalam King James Version diterjemahkan dengan salvation (keselamatan) sebanyak 40 kali, health (kesehatan) sebanyak 1 kali, saving (menyelamatkan) sebanyak 1 kali, deliver (melepaskan) sebanyak 1 kali, dan saved (diselamatan) sebanyak 1 kali.
Kata “soterion” muncul 5 kali dan dalam KJV selalu diterjemahkan dengan salvation. Dalam Septaguita maupun dalam Perjanjian Baru, kata kerja Yunani “sozo” dan kata-kata yang sama asalnya “soter” dan “soteria” biasanya merupakan terjemahan dari kata Ibrani Perjanjian Lama “yasha”. Kata “yasha” ini berarti “kebebasan dari sesuatu yang mengikat atau membatasi, dan kemudian berarti pembebasan, pelepasan, atau memberikan keluasan dan kelapangan kepada sesuatu.
Sedangkan kata “sozo” (dan kata-kata yang sama asalnya “soter” dan “soteria”) berhubungan dengan perawatan, kesembuhan, pertolongan, penyelamatan, penebusan atau kesejahteraan, yang dihubungkan dengan pemeliharaan dari bahaya, penyakit, ataupun kematian (Matius 9:22, Kisah Para Rasul 27:20,31-34; Ibrani 5:7). Dengan demikian, penggambaran istilah keselamatan yang utuh haruslah mencakup segala manfaat dari keselamatan itu sendiri termasuk di dalammnya kesembuhan dan juga kesejahteraan.
Memahami ini membuat kita mengerti bahwa segala yang kita perlukan hari ini Yesus Kristus telah menyediakan solusinya melalui Injil dan kita hanya perlu menerimanya dengan iman. Injil yang utuh memberitahu kita tentang hal ini! Kita sering diajar secara salah bahwa karya salib Kristus hanya berurusan dengan penerimaan kehidupan kekal, tetapi tidak berhubungan dengan menjalani kehidupan kita selanjutnya. Ini salah karena tidak menggambarkan Injil secara utuh!
Perhatikan dan dengarkan dengan baik! Injil bukan hanya kabar baik tentang bagaimana kita bisa diselamat pada awalnya; Injil adalah kabar baik yang kita kembali kepadanya setiap hari karena kita cenderung mengembara ke dalam narsisme (bagaimana keadaan saya? Dan apa yang perlu saya lakukan bagi keselamatan saya?). Injil menjaga kita untuk terus mengarahkan mata kita kepada Yesus, pemulai dan penyempurna iman kita (Ibrani 12:2).
Jadi Injil tidak hanya membenarkan kita di awal keselamatan kita, tetapi kebenaran Injil itu juga menguduskan, membangun, menguatkan, memelihara, mendewasakan dan menyempurnakan kita karena Kristus sendirilah pusat dari Injil itu. Namun, saat ini kita dapat lihat adanya serangan yang hebat terhadap Injil yang murni. Ada upaya dan ajakan untuk berpaling dari Injil kepada filsafat-filsafat manusia dan ajaran-ajaran setan (1 Timotius 4:1).
Ajaran-ajaran ini lebih berdasarkan pemikiran alami ketimbang ilahi; lebih berfokus pada mencoba mengubah orang-orang dengan kekuatan manusia dan pertimbangan pikiran daripada mengandalkan hikmat dan kekuatan Allah yang ada pada Injil (1 Korintus 1:22-24). Akibatnya, perubahan apapun yang terjadi dalam hidup orang-orang yang yang bukan disebabkan oleh kuasa dan hikmat Allah di dalam Injil, hanyalah perubahan sementara dan segera akan memudar.
INJIL YANG TIDAK UTUH
Saat ini ada sejumlah besar khotbah dan pengajaran yang tidak baik karena menggambarkan Yesus Kristus secara kurang memadai, tidak seperti yang dimaksudkan Injil. Ada yang mengajarkan Yesus Kristus sebagai seorang psikiater yang menenangkan kita dari ketakutan, memberi tujuan hidup, dan menanggani rasa bersalah. Ada yang mengajarkan Yesus sebagai seorang dokter yang menyembuhkan sakit penyakit dan membalut hati yang terluka. Ada yang mengajarkan Yesus sebagai konselor yang menolong menghadapi masalah-masalah keluarga dan masalah-masalah pekerjaan.
Khotbah dan pengajaran yang mengambarkan Yesus secara tidak memadai seperti ini tidak akan pernah membawa orang percaya bertumbuh melebihi tingkat “hidup yang ditolong”. Ingatlah ini, di dalam Kristus kita memiliki segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh (2 Petrus 1:3)! Karena itu, Yesus Kristus adalah satu-satunya dan segala-galanya yang dunia dan kita butuhkan. Rasul Paulus menggambarkan keunggulan Kristus dengan menyebut Kristus sebagai Pencipta, Sumber segala sesuatu; Kepala Gereja, pendamaian kita, pengudusan kita, pengharapan kita dan penyempurna iman kita (Kolose 1:15-29).
Tidak ada mahluk dari seluruh ciptaan atau dari segala waktu yang dapat membatalkan karya pendamaian Kristus. Tidak ada tuduhan yang dapat dikenakan kepada orang-orang percaya yang telah dibenarkan (dinyatakan tidak bersalah) oleh Kristus. Tidak ada kabar buruk yang dapat merusak atau meniadakan kabar baik.
Ini adalah Injil yang sama yang dikabarkan kepada seluruh alam dibawah kolong langit (Kolose 1:23). Sebab tidak ada mahluk yang ada diluar jangkauan kuasa pendamaian Kristus. Sebab Yesus yang Alkitabiah sesuai dengan Injil yang seutuhnya adalah Yesus yang dapat memberikan keselamatan jauh lebih besar. Karena itu jangan pernah puas dengan penggambaran Yesus yang kurang memadai dan kurang berkuasa, dan kurang dari apa yang dikatakan oleh Injil.
Namun sayangnya, saat ini banyak pemimpin gereja tidak memiliki waktu mengkhotbahkan atau mengajarkan Injil. Sebagian dari mereka mungkin telah menganggap bahwa Injil adalah doktrin tidak berguna, tidak relevan, kuno dan dan ketinggalan zaman. Karena itulah rasul Paulus mengingatkan “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya” (2 Timotius 4:3).
Ketimbang mengkhotbahkan pesan Injil yang mengubahkan dan membebaskan itu. Mimbar gereja saat ini justru dijejali dengan pengkhotbah dan pengajar yang telah berpaling kepada pidato, politik, etika, motivasional dan inspirasional, serta kecenderungan mengkhotbah teologi sosial dan kemakmuran. Saya tidak mengatakan bahwa hal-hal itu tidak perlu kita bicarakan!
Namun yang ingin saya katakan ialah bahwa ketika pemberitaan kita beralih dari Injil ke isu politik, etika, sosial dan kemakmuran, maka kita telah kehilangan tujuan kita. Ketika berita Injil yang murni diganti dengan pesan “pertolongan terhadap diri sendiri” dari Injil lain yang lebih populer dan menarik perhatian orang-orang, maka gereja Kristen akan segera kehilangan kuasa supranaturalnya. Pesan motivasi dan inspirasional yang dirangkai dengan kata-kata manis mungkin saja baik bagi emosi manusia, tetapi itu tidak dapat mengubah hati.
Hanya Injil yang secara radikal dan penuh kuasa mampu mengubah hati manusia, Jika kita tidak berhati-hati, kepercayaan dan pengajaran kita akan beralih dari kuasa kebenaran Allah menjadi teori tanpa kuasa. Filsafat buatan manusia terkadang memasukkan ide-ide yang menggerakkan semangat dan informasi yang sangat menarik, tetapi mereka pada akhirnya tidak berjiwa dan tidak bernyawa karena sekali lagi, mereka tidak mampu menghasilkan perubahan yang bertahan. Pesan Injil mungkin bukan pesan paling populer pada saat ini, tetapi itu adalah kebenaran kekal; itu diberikan untuk semua orang di sepanjang masa dan itu mendatangkan hasil yang langgeng.
KECUKUPAN INJIL BAGI KITA
Ketika rasul Paulus menulis surat kepada jemaat di Kolose kira-kita tahun 60 M, maka paling sedikit ada dua alasan ia menulis surat tersebut. Alasan pertama berhubungan dengan adanya persaingan budaya yang berusaha mengalihkan perhatian orang percaya dari kesetiaannya kepada Kristus.
Namun kala dari verbanya, yaitu “perfect”, menyatakan bahkah lebih banyak dari apa yang Yesus katakan. Ada pengharapan untuk anda dan saya. Karena Yesus sepenuhnya telah menyelesaikan tugasnya, efek yang terus berlangsung adalah bahwa anda dan saya ditawarkan anugerah keselamatan secara cuma-cuma agar kita bisa bersama-Nya selamanya. Perlu diketahui, bahwa tetelestai adalah kata yang biasa diucapkan oleh seorang pemahat sewaktu ia selesai memahat sebuah patung. Sambil mengamati kembali hasil karyanya sang pemahat akan berulang-ulang berkata “tetelestai”. Artinya yang dikehendakinya tercapai secara tuntas.
Dalam budaya pada waktu itu, hanya seorang seniman yang benar-benar telah menyelesaikan karyanya dengan sempurna yang boleh berkata “tetelestai” karena melalui kata tersebut ia hendak menggambarkan hasil akhir dari karyanya yang sempurna. Jika seorang seniman saja menggunakan kata ini untuk menunjukkan karyanya yang sudah tuntas dan sempurna, lebih lagi dengan pernyataan Yesus ini.
Kata tetelestai yang diucapkan Yesus tepat sebelum kematianNya ini melebihi suatu fakta. Ini adalah kebenaran yang harus diketahui oleh orang-orang percaya. Karya Kristus di kayu salib itu sudah tuntas, genap, sempurna dan permanen (tak dapat diubah). Tidak perlu ada ruang bagi perdebatan atau argumen tentang kebenaran ini. Tetelestai ini merupakan seruan kemenangan Yesus di kayu salib.
INJIL KESELAMATAN YANG SEUTUHNYA
Di atas saya telah menjelaskan apa itu Injil. Namun perlu juga bagi kita untuk mengetahui apa itu keselamatan. Hal ini terkait dengan istilah Injil Keselamatan yang diberitakan rasul Paulus (Efesus 1:13). Pemakaian Kristen untuk kata keselamatan menunjukkan pada tindakan Allah di dalam Kristus yang membebaskan manusia dari kematian kekal dengan memberikan hidup yang kekal (zo’e) kepada mereka yang percaya (Yohanes 3:16,17; Kisah Para Rasul 16:30-32; 1 Yohanes 5:11-13). Istilah “keselamatan” secara etimologis berasal dari kata Yunani “soteria”.
Kata soteria ini digunakan sebanyak 45 kali dalam Perjanjian Baru, dan dalam King James Version diterjemahkan dengan salvation (keselamatan) sebanyak 40 kali, health (kesehatan) sebanyak 1 kali, saving (menyelamatkan) sebanyak 1 kali, deliver (melepaskan) sebanyak 1 kali, dan saved (diselamatan) sebanyak 1 kali.
Kata “soterion” muncul 5 kali dan dalam KJV selalu diterjemahkan dengan salvation. Dalam Septaguita maupun dalam Perjanjian Baru, kata kerja Yunani “sozo” dan kata-kata yang sama asalnya “soter” dan “soteria” biasanya merupakan terjemahan dari kata Ibrani Perjanjian Lama “yasha”. Kata “yasha” ini berarti “kebebasan dari sesuatu yang mengikat atau membatasi, dan kemudian berarti pembebasan, pelepasan, atau memberikan keluasan dan kelapangan kepada sesuatu.
Sedangkan kata “sozo” (dan kata-kata yang sama asalnya “soter” dan “soteria”) berhubungan dengan perawatan, kesembuhan, pertolongan, penyelamatan, penebusan atau kesejahteraan, yang dihubungkan dengan pemeliharaan dari bahaya, penyakit, ataupun kematian (Matius 9:22, Kisah Para Rasul 27:20,31-34; Ibrani 5:7). Dengan demikian, penggambaran istilah keselamatan yang utuh haruslah mencakup segala manfaat dari keselamatan itu sendiri termasuk di dalammnya kesembuhan dan juga kesejahteraan.
Memahami ini membuat kita mengerti bahwa segala yang kita perlukan hari ini Yesus Kristus telah menyediakan solusinya melalui Injil dan kita hanya perlu menerimanya dengan iman. Injil yang utuh memberitahu kita tentang hal ini! Kita sering diajar secara salah bahwa karya salib Kristus hanya berurusan dengan penerimaan kehidupan kekal, tetapi tidak berhubungan dengan menjalani kehidupan kita selanjutnya. Ini salah karena tidak menggambarkan Injil secara utuh!
Perhatikan dan dengarkan dengan baik! Injil bukan hanya kabar baik tentang bagaimana kita bisa diselamat pada awalnya; Injil adalah kabar baik yang kita kembali kepadanya setiap hari karena kita cenderung mengembara ke dalam narsisme (bagaimana keadaan saya? Dan apa yang perlu saya lakukan bagi keselamatan saya?). Injil menjaga kita untuk terus mengarahkan mata kita kepada Yesus, pemulai dan penyempurna iman kita (Ibrani 12:2).
Jadi Injil tidak hanya membenarkan kita di awal keselamatan kita, tetapi kebenaran Injil itu juga menguduskan, membangun, menguatkan, memelihara, mendewasakan dan menyempurnakan kita karena Kristus sendirilah pusat dari Injil itu. Namun, saat ini kita dapat lihat adanya serangan yang hebat terhadap Injil yang murni. Ada upaya dan ajakan untuk berpaling dari Injil kepada filsafat-filsafat manusia dan ajaran-ajaran setan (1 Timotius 4:1).
Ajaran-ajaran ini lebih berdasarkan pemikiran alami ketimbang ilahi; lebih berfokus pada mencoba mengubah orang-orang dengan kekuatan manusia dan pertimbangan pikiran daripada mengandalkan hikmat dan kekuatan Allah yang ada pada Injil (1 Korintus 1:22-24). Akibatnya, perubahan apapun yang terjadi dalam hidup orang-orang yang yang bukan disebabkan oleh kuasa dan hikmat Allah di dalam Injil, hanyalah perubahan sementara dan segera akan memudar.
INJIL YANG TIDAK UTUH
Saat ini ada sejumlah besar khotbah dan pengajaran yang tidak baik karena menggambarkan Yesus Kristus secara kurang memadai, tidak seperti yang dimaksudkan Injil. Ada yang mengajarkan Yesus Kristus sebagai seorang psikiater yang menenangkan kita dari ketakutan, memberi tujuan hidup, dan menanggani rasa bersalah. Ada yang mengajarkan Yesus sebagai seorang dokter yang menyembuhkan sakit penyakit dan membalut hati yang terluka. Ada yang mengajarkan Yesus sebagai konselor yang menolong menghadapi masalah-masalah keluarga dan masalah-masalah pekerjaan.
Khotbah dan pengajaran yang mengambarkan Yesus secara tidak memadai seperti ini tidak akan pernah membawa orang percaya bertumbuh melebihi tingkat “hidup yang ditolong”. Ingatlah ini, di dalam Kristus kita memiliki segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh (2 Petrus 1:3)! Karena itu, Yesus Kristus adalah satu-satunya dan segala-galanya yang dunia dan kita butuhkan. Rasul Paulus menggambarkan keunggulan Kristus dengan menyebut Kristus sebagai Pencipta, Sumber segala sesuatu; Kepala Gereja, pendamaian kita, pengudusan kita, pengharapan kita dan penyempurna iman kita (Kolose 1:15-29).
Tidak ada mahluk dari seluruh ciptaan atau dari segala waktu yang dapat membatalkan karya pendamaian Kristus. Tidak ada tuduhan yang dapat dikenakan kepada orang-orang percaya yang telah dibenarkan (dinyatakan tidak bersalah) oleh Kristus. Tidak ada kabar buruk yang dapat merusak atau meniadakan kabar baik.
Ini adalah Injil yang sama yang dikabarkan kepada seluruh alam dibawah kolong langit (Kolose 1:23). Sebab tidak ada mahluk yang ada diluar jangkauan kuasa pendamaian Kristus. Sebab Yesus yang Alkitabiah sesuai dengan Injil yang seutuhnya adalah Yesus yang dapat memberikan keselamatan jauh lebih besar. Karena itu jangan pernah puas dengan penggambaran Yesus yang kurang memadai dan kurang berkuasa, dan kurang dari apa yang dikatakan oleh Injil.
Namun sayangnya, saat ini banyak pemimpin gereja tidak memiliki waktu mengkhotbahkan atau mengajarkan Injil. Sebagian dari mereka mungkin telah menganggap bahwa Injil adalah doktrin tidak berguna, tidak relevan, kuno dan dan ketinggalan zaman. Karena itulah rasul Paulus mengingatkan “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya” (2 Timotius 4:3).
Ketimbang mengkhotbahkan pesan Injil yang mengubahkan dan membebaskan itu. Mimbar gereja saat ini justru dijejali dengan pengkhotbah dan pengajar yang telah berpaling kepada pidato, politik, etika, motivasional dan inspirasional, serta kecenderungan mengkhotbah teologi sosial dan kemakmuran. Saya tidak mengatakan bahwa hal-hal itu tidak perlu kita bicarakan!
Namun yang ingin saya katakan ialah bahwa ketika pemberitaan kita beralih dari Injil ke isu politik, etika, sosial dan kemakmuran, maka kita telah kehilangan tujuan kita. Ketika berita Injil yang murni diganti dengan pesan “pertolongan terhadap diri sendiri” dari Injil lain yang lebih populer dan menarik perhatian orang-orang, maka gereja Kristen akan segera kehilangan kuasa supranaturalnya. Pesan motivasi dan inspirasional yang dirangkai dengan kata-kata manis mungkin saja baik bagi emosi manusia, tetapi itu tidak dapat mengubah hati.
Hanya Injil yang secara radikal dan penuh kuasa mampu mengubah hati manusia, Jika kita tidak berhati-hati, kepercayaan dan pengajaran kita akan beralih dari kuasa kebenaran Allah menjadi teori tanpa kuasa. Filsafat buatan manusia terkadang memasukkan ide-ide yang menggerakkan semangat dan informasi yang sangat menarik, tetapi mereka pada akhirnya tidak berjiwa dan tidak bernyawa karena sekali lagi, mereka tidak mampu menghasilkan perubahan yang bertahan. Pesan Injil mungkin bukan pesan paling populer pada saat ini, tetapi itu adalah kebenaran kekal; itu diberikan untuk semua orang di sepanjang masa dan itu mendatangkan hasil yang langgeng.
KECUKUPAN INJIL BAGI KITA
Ketika rasul Paulus menulis surat kepada jemaat di Kolose kira-kita tahun 60 M, maka paling sedikit ada dua alasan ia menulis surat tersebut. Alasan pertama berhubungan dengan adanya persaingan budaya yang berusaha mengalihkan perhatian orang percaya dari kesetiaannya kepada Kristus.
Kolose saat itu adalah sebuah pusat perdagangan yang diminati banyak pendatang dengan tujuan bisnis, wisata, dan berbagai kepetingan lainnya. Kolose adalah sebuah kota tempat dimana berbagai gagasan, filosofi, pandangan dunia, tradisi dan budaya saling bersaing untuk dibicarakan dan dipromosikan. Semua bergerak untuk mendapatkan pengakuan dan keunggulan.
Ini mungkin dapat disamakan dengan Jakartanya Indonesia, atau Holywoodnya Amerika. Dalam kondisi dan lingkungan seperti itulah orang percaya berada. Perhatian mereka seringkali dialihkan oleh kekuatan-kekuatan dan konsep-konsep budaya tersebut yang merusaha menarik mereka dari kesetiaan kepada Kristus. Alasan selanjutnya rasul Paulus menulis perlu menulis surat Kolose berhubungan dengan adanya pengajar-pengajar palsu yang muncul di kalangan orang percaya di Kolose.
Pengajar-pengajar palsu ini menggoda dan menarik orang-orang percaya Kolose dengan ajaran buatan manusia, yang memberi janji keselamatan yang lebih dalam, penyelamatan yang lebih baik, kebebasan yang lebih besar, pengetahuan yang menerangi, dan kuasa yang lebih tinggi dalam hidup. Semuanya melampaui apa yang telah Kristus lakukan bagi mereka. Semua pengaruh yang memikat ini menjauhkan orang percaya dari Yesus dan membawa mereka ke sumber-sumber berkat tambahan yang mungkin dapat mereka utamakan ketimbang mengutamakan Kristus.
Gagasannya ialah, bahwa Kristus tidak cukup bagi iman dan kedewasaan kehidupan orang percaya. Karena itulah rasul Paulus menganggap ajaran ini sangat berbahaya dan merusak, sehingga ia perlu mengingatkan orang percaya di Kolose dan memberikan nasihat-nasihatnya. Paulus dengan tegas menasehati “Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya” (Kolose 1:23).
Rasul Paulus di dalam surat tersebut menunjukkan keunggulan Kristus atas semua filosofi dan tradisi manusia; keunggulan Kristus atas semua pendapat, preferensi, kepribadian, dan prestasi manusia. Itu adalah sebuah keunggulan yang sangat luar biasa, sangat utama, sangat tidak terbatas sehingga orang percaya Kolose dapat berpegang teguh tanpa syarat pada kesimpulan bahwa Yesus saja cukup karena segalanya ada di dalam Dia dan Dia adalah segala-galanya.
Rasul Paulus mengatakan tentang keutamaan Kristus demikian, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia” (Kolose 1:16-19; Bandingkan Kolose 1:20-29; 2:9-10). Dalam ayat-ayat tersebut rasul Paulus mengajarkan jemaat di Kolose untuk memahami keutamaan Kristus.
Kristus ditinggikan di atas segala sesuatu, termasuk kerajaan yang tidak kelihatan. Kristus sebagai sumber segala sesuatu (Pencipta) yang ada terlebih dahulu dari segala sesuatu. Ia ada sebelum segala sesuatu dan lebih utama (lebih unggul) dari segala sesuatu. Ia pemelihara dan merupakan tujuan dari segala sesuatu. Jadi Yesus tidak hanya satu-satunya yang orang-orang percaya Kolose butuhkan tetapi Yesus adalah segala-galanya bagi mereka. Demikian juga saat ini, Yesus bukan hanya satu-satunya yang kita orang percaya butuhkan, tetapi Dia adalah segala-gala bagi kita. Dia cukup untuk segalanya bagi kita.
PENUTUP
Akhirnya, dari mimbar ini saya berulangkali tidak henti-hentinya mengingatkan kita bahwa kuasa dalam pemberitaan Injil tidak terletak pada metode dan teknik. Bukan juga pada kata-kata yang dirangkai indah dan hikmat manusia. Tetapi terletak dalam keyakinan dan ketergantungan pada kuasa Roh dan kesetiaan pada inti berita Injil, yaitu Yesus Kristus (1 Korintus 2:1-5; Kisah Para Rasul 1:8).
Karena itu, jangan pernah menyesuaikan berita Injil dengan alasan apapun hanya agar berita Injil itu dapat diterima dan relevan dengan filsafat dan pemikiran manusia, namun tidak menghasilkan kehidupan yang diubahkan. Allah telah menetapkan Injil sebagai satu-satunya kabar baik bagi dunia yang terpuruk agar diselamatkan (Roma 1:16-17).
Kita harus kembali kepada esensi Injil yang benar (1 Korintus 15:3-4), walaupun hal itu nampak sederhana, tidak menarik dan tidak relevan dengan tuntutan zaman. Ingatlah ini, Allah telah mengubah kita dengan penuh kuasa hanya melalui Injil. Kita menerima warisan rohani kita dalam Yesus Kristus ketika kita percaya pada pemberitaan Injil dan berpegang teguh pada Injil itu. Di dalam Injil kita diselamatkan, dibenarkan, dikuduskan, didewasakan, dan disempurnakan. Di dalam Injil kita mendapatkan kekayaan, hikmat, dan kuasa Allah.
Hanya Injil yang menjadi jaminan bagi keselamatan kita dari awal hingga akhir, di dunia dan dikehidupan yang akan datang. Dengan demikian, Injil bukan sekedar kabar baik tetapi Injil adalah satu-satunya kabar baik yang dunia dan kita butuh. Injil adalah hidup kita, jalan hidup kita, cara hidup kita, teologi kita dan pandangan hidup kita terhadap dunia.
Injil adalah Jangkar kita dan pengharapan kita yang menguatkan kita. Karena itu, jangan pernah mau diegeser sedikitpun dari Injil yang telah menyelamatkan kita dan memelihara kita dari awal hingga akhirnya (Kolose 1:23). Milikilah keyakinan yang kokoh terhadap Injil! (Roma 1:16-17) bahwa Injil saja cukup bagi kita!, PENGERTIAN TENTANG INJIL. https://teologiareformed.blogspot.com/
Ini mungkin dapat disamakan dengan Jakartanya Indonesia, atau Holywoodnya Amerika. Dalam kondisi dan lingkungan seperti itulah orang percaya berada. Perhatian mereka seringkali dialihkan oleh kekuatan-kekuatan dan konsep-konsep budaya tersebut yang merusaha menarik mereka dari kesetiaan kepada Kristus. Alasan selanjutnya rasul Paulus menulis perlu menulis surat Kolose berhubungan dengan adanya pengajar-pengajar palsu yang muncul di kalangan orang percaya di Kolose.
Pengajar-pengajar palsu ini menggoda dan menarik orang-orang percaya Kolose dengan ajaran buatan manusia, yang memberi janji keselamatan yang lebih dalam, penyelamatan yang lebih baik, kebebasan yang lebih besar, pengetahuan yang menerangi, dan kuasa yang lebih tinggi dalam hidup. Semuanya melampaui apa yang telah Kristus lakukan bagi mereka. Semua pengaruh yang memikat ini menjauhkan orang percaya dari Yesus dan membawa mereka ke sumber-sumber berkat tambahan yang mungkin dapat mereka utamakan ketimbang mengutamakan Kristus.
Gagasannya ialah, bahwa Kristus tidak cukup bagi iman dan kedewasaan kehidupan orang percaya. Karena itulah rasul Paulus menganggap ajaran ini sangat berbahaya dan merusak, sehingga ia perlu mengingatkan orang percaya di Kolose dan memberikan nasihat-nasihatnya. Paulus dengan tegas menasehati “Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya” (Kolose 1:23).
Rasul Paulus di dalam surat tersebut menunjukkan keunggulan Kristus atas semua filosofi dan tradisi manusia; keunggulan Kristus atas semua pendapat, preferensi, kepribadian, dan prestasi manusia. Itu adalah sebuah keunggulan yang sangat luar biasa, sangat utama, sangat tidak terbatas sehingga orang percaya Kolose dapat berpegang teguh tanpa syarat pada kesimpulan bahwa Yesus saja cukup karena segalanya ada di dalam Dia dan Dia adalah segala-galanya.
Rasul Paulus mengatakan tentang keutamaan Kristus demikian, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia” (Kolose 1:16-19; Bandingkan Kolose 1:20-29; 2:9-10). Dalam ayat-ayat tersebut rasul Paulus mengajarkan jemaat di Kolose untuk memahami keutamaan Kristus.
Kristus ditinggikan di atas segala sesuatu, termasuk kerajaan yang tidak kelihatan. Kristus sebagai sumber segala sesuatu (Pencipta) yang ada terlebih dahulu dari segala sesuatu. Ia ada sebelum segala sesuatu dan lebih utama (lebih unggul) dari segala sesuatu. Ia pemelihara dan merupakan tujuan dari segala sesuatu. Jadi Yesus tidak hanya satu-satunya yang orang-orang percaya Kolose butuhkan tetapi Yesus adalah segala-galanya bagi mereka. Demikian juga saat ini, Yesus bukan hanya satu-satunya yang kita orang percaya butuhkan, tetapi Dia adalah segala-gala bagi kita. Dia cukup untuk segalanya bagi kita.
PENUTUP
Akhirnya, dari mimbar ini saya berulangkali tidak henti-hentinya mengingatkan kita bahwa kuasa dalam pemberitaan Injil tidak terletak pada metode dan teknik. Bukan juga pada kata-kata yang dirangkai indah dan hikmat manusia. Tetapi terletak dalam keyakinan dan ketergantungan pada kuasa Roh dan kesetiaan pada inti berita Injil, yaitu Yesus Kristus (1 Korintus 2:1-5; Kisah Para Rasul 1:8).
Karena itu, jangan pernah menyesuaikan berita Injil dengan alasan apapun hanya agar berita Injil itu dapat diterima dan relevan dengan filsafat dan pemikiran manusia, namun tidak menghasilkan kehidupan yang diubahkan. Allah telah menetapkan Injil sebagai satu-satunya kabar baik bagi dunia yang terpuruk agar diselamatkan (Roma 1:16-17).
Kita harus kembali kepada esensi Injil yang benar (1 Korintus 15:3-4), walaupun hal itu nampak sederhana, tidak menarik dan tidak relevan dengan tuntutan zaman. Ingatlah ini, Allah telah mengubah kita dengan penuh kuasa hanya melalui Injil. Kita menerima warisan rohani kita dalam Yesus Kristus ketika kita percaya pada pemberitaan Injil dan berpegang teguh pada Injil itu. Di dalam Injil kita diselamatkan, dibenarkan, dikuduskan, didewasakan, dan disempurnakan. Di dalam Injil kita mendapatkan kekayaan, hikmat, dan kuasa Allah.
Hanya Injil yang menjadi jaminan bagi keselamatan kita dari awal hingga akhir, di dunia dan dikehidupan yang akan datang. Dengan demikian, Injil bukan sekedar kabar baik tetapi Injil adalah satu-satunya kabar baik yang dunia dan kita butuh. Injil adalah hidup kita, jalan hidup kita, cara hidup kita, teologi kita dan pandangan hidup kita terhadap dunia.
Injil adalah Jangkar kita dan pengharapan kita yang menguatkan kita. Karena itu, jangan pernah mau diegeser sedikitpun dari Injil yang telah menyelamatkan kita dan memelihara kita dari awal hingga akhirnya (Kolose 1:23). Milikilah keyakinan yang kokoh terhadap Injil! (Roma 1:16-17) bahwa Injil saja cukup bagi kita!, PENGERTIAN TENTANG INJIL. https://teologiareformed.blogspot.com/