EKSPOSISI LUKAS 19:1-10 (ORANG BERDOSA YANG MENERIMA KESELAMATAN)
Perubahan Hidup yang Dialami Zakheus (Lukas 19:1-10)
Lukas 19:1, “Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.” Pada waktu itu kota “Yerikho merupakan kota yang permai dan makmur di bawah kekuasaan pemerintah Romawi.” Dalam buku Tafsir Injil Lukas karya Stefan Leks menyatakan, “arti nama kota ini adalah kota pohon-pohon korma (2 Tawarikh 28:15).
Kota ini bukan kota Yerikho yang dikenal di Perjanjian Lama, melainkan kota modern yang didirikan oleh Raja Herodes Agung di ujung barat Lembah Yordan.” Kota Yerikho sudah disebutkan dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati yang menolong sesama manusia dari penyamun yang merampoknya (Lukas 10:25-37). “Jaraknya kurang lebih 24 km dari Yerusalem.” Perdagangan berkembang baik di kota ini dan setiap barang-barang dagangan tersebut dikenakan cukai. Barangbarang dagangan yang belum membayar cukai akan ditahan dan tidak dapat diperjualbelikan
Pemerintah Romawi memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk pemungutan cukai ini dengan ketentuan jumlah pajak yang diterima pemerintah Romawi sehingga banyak terdapat pemungut cukai di kota Yerikho. Pemungut cukai seringkali tidak disukai dan dipandang rendah oleh pemuka-pemuka agama dan masyarakat Yahudi pada waktu itu. Pemuka agama memandang pemungut cukai sebagai orang berdosa karena tindakan mereka yang sering kali memungut cukai lebih besar dari yang seharusnya mereka setorkan kepada pemerintah Romawi
Masyarakat Yahudi memandang pemungut cukai sebagai penghianat bangsa karena mereka bekerja untuk pemerintah Romawi. Dalam pasal 5:27-32, Lukas mencatat sikap pemuka agama terhadap pemungut cukai yang bernama Lewi yang mengikut Yesus.
Orang- orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut- sungut kepada murid-murid Yesus, katanya “Mengapa kamu makan dan minum bersama- sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” (ayat 30). Pemerintah Romawi sangat beruntung dengan adanya pemungutpemungut cukai ini, sebab mereka tidak perlu bekerja secara langsung memungut cukai dengan masyarakat Yahudi pada waktu itu.
Lukas 19:2, “Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.” Dalam artikel sarapan pagi.org “Zakheus, Yunani: Ζακχαῖος – Banyak terdapat pos atau tempat untuk Zakkhaios, dari kata Ibrani כזַיZakai (Ezra 2:9), artinya, murni/ tahir / orang bersih.” Leks memberikan penjelasan bahwa nama “Zakai dalam bahasa Ibrani biasanya dipakai sejajar dengan “saddiq” artinya benar.” Arti nama Zakheus bertolak belakang dengan tingkah lakunya yang sering kali memungut lebih besar dari yang telah ditetapkan pemerintah Romawi.
Seorang kepala pemungut cukai mendapatkan kekayaannya dari selisih uang yang berhasil dipungutnya dengan jumlah yang ditetapkan pemerintah Romawi, bahkan mereka melakukan pemerasan. Ketidakadilan yang dilakukan pemungut cukai lebih berat dari pada bea cukai itu sendiri. Zakheus sebagai kepala pemungut cukai dipandang sebagai pendosa terbesar.
Dalam buku Tafsir PB, Zakheus dipandang “sebagai kepala para pendosa membawa tanggung jawab untuk semua pekerjaan lapangannya.” Leks kemudian menjelaskan “sebagai kepala pemungut cukai, Zakheus sangat bergantung kepada pemerintah Romawi. Zakheus rupanya satu-satunya wakil pemerintah Romawi yang secara resmi berhak memungut cukai di wilayah Yerikho terhadap orang-orang yang datang dari Perea untuk memasuki wilayah Yudea.”
B.J. Boland dan P.S. Naipospos, dalam buku Tafsiran Alkitab Injil Lukas menjelaskan kaitan kota Yerikho, Perea dan Yudea, “dekat kota Yerikho, sungai Yordan merupakan batas antara daerah Perea yang adalah wilayah kekuasaan Herodes dan daerah Yudea yang adalah wilayah kekuasaan Pilatus.” Lukas juga mencatat para pemungut cukai sehubungan dengan Yohanes Pembabtis.
Para pemungut cukai datang kepada Yohanes Pembabtis untuk dibabtis dan mereka bertanya kepadanya “Guru, apakah yang harus kami perbuat?” (Lukas 3:12). Dan Yohanes Pembabtis menjawab mereka “jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu” (Lukas 3:13). Pada pasal 7:29, Lukas mencatat para pemungut cukai mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibabtis oleh Yohanes
Lukas 19:3-4, Lukas mencatat usaha Zakheus untuk melihat Yesus, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak dan karena badannya yang pendek. Ia berlari mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus yang akan lewat di situ. Menurut Leks, “ada beberapa pendapat mengenai usaha Zakheus untuk melihat Yesus: ada yang menyatakan bahwa Zakheus ingin melihat Yesus saja. Tetapi yang lain menyatakan bahwa Zakheus ingin mengetahui sesuatu yang khusus dari Yesus yang sedang melintasi kota Yerikho. Zakheus pernah mendengar Yesus ramai dibicarakan di mana- mana oleh orang- sebagai sahabat para pemungut cukai
Bagaimanapun juga Zakheus telah dikucilkan oleh masyarakat Yahudi karena pekerjaannya sebagai pemungut cukai. Sikap orang banyak yang tidak memberi jalan bagi Zakheus untuk melihat Yesus merupakan bagian pengucilan terhadap dirinya tersebut. Zakheus terlalu pendek untuk melihat Yesus yang sedang melintasi kota Yerikho. Ia tidak memilih naik ke balkon rumah bertingkat namun memanjat sebuah pohon ara. Pohon ini biasanya sangat tinggi tetapi cabang-cabang bawahnya mudah dipanjat sebab rendah. Maka usaha yang dilakukannya supaya dapat melihat Yesus dapat dipandang sebagai usaha dengan niat baik yang sungguh-sungguh dan motivasi yang murni.
Niat baik dan motivasi yang murni mendorong Zakheus untuk melakukan hal yang tidak lazim. Ia berlari tanpa memperhatikan pendapat orang banyak yang hadir pada saat itu. Menurut Warren dan Mark ada dua jenis motivasi yaitu ekstrinsik dan intrinsik. “Motivasi ekstrinsik berasal dari kekuatan luar yang membuat seseorang bertindak. Motivasi ekstrinsik berbentuk hukuman dan pahala. Penggunaan hukuman selalu menimbulkan reaksi yang buruk. Ketika hukuman digunakan, orang akan terlibat secara fisik, namun secara mental mereka berada jauh sekali
Motivasi ekstrinsik yang kedua adalah pahala. “Padahal ialah tawaran untuk memikat orang yang berbentuk hadiah atau penghargaan. Pahala memiliki efek negatif yaitu menghasilkan orang yang datang hanya untuk bersenang-senang, segala sesuatu berpusat pada diri mereka yang akhirnya merusak konsep melayani Allah. Ketika pahala dihilangkan, mereka tidak mau hadir lagi
Motivasi yang kedua adalah motivasi intrinsik yaitu “motivasi yang berasal dari dalam. Mereka tidak perlu diancam dengan hukuman atau dijanjikan dengan pahala.” Dalam motivasi intrinsik ada kesadaran dan kedewasaan untuk memahami mengapa perlu dan pentingnya Allah. “Motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang paling tidak efektif.
Orang-orang yang hanya memiliki motivasi ekstrinsik sebenarnya adalah bayi- bayi rohani yang selalu bersandar pada bujukan dari luar. Tetapi mereka yang memiliki motivasi intrinsik merupakan pengambil inisiatif untuk memulai sesuatu.” Menurut pandangan Peneliti, apa yang dilakukan oleh Zakheus merupakan motivasi intrinsik yang pada akhirnya mempertemukannya dengan Yesus bahkan hidupnya pun mengalami perubahan karena keselamatan hinggap padanya.
Lukas 19:5, Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan menyuruh Zakheus untuk segera turun, sebab Yesus harus menumpang di rumah Zakheus. Yesus memprakarsai kelanjutan usaha Zakheus untuk berlari mendahului orang banyak dan memanjat pohon.
Dalam buku Tafsir PB, “Yesus bertindak melawan sopan santun yang biasa. Ia tidak menunggu diundang ke rumah pemungut cukai. Ia mengundang diri sendiri, gembala mencari domba yang hilang.” Yesus memang biasa memprakarsai hal semacam itu kepada orang yang hendak dikaruniai-Nya. Yesus pernah meminta air kepada perempuan Samaria untuk menyatakan kepada perempuan Samaria itu bahwa Ia pemilik air hidup yang sesungguhnya (Yohanes 4:1-42).
Yesus pernah mengijinkan seorang perempuan berdosa mengurapi tubuhNya untuk menyatakan pengampunan kepadanya (Lukas 7:36-50). Dalam PL, Allah memprakarsai pertemuanNya dengan Nuh, Allah menyampaikan maksud-Nya untuk menyelamatkan Nuh dan keluarganya dan mengakhiri hidup segala makhluk (Kej. 6-9). Allah juga memprakarsai pertemuan-Nya dengan Abraham (Kej. 12), juga kepada Yakub, Musa dan banyak lainnya
Lukas menggunakan kata “harus” sesuai dengan tujuan kedatanganNya ke dunia: mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10), bahwa Yesus memang diutus Allah untuk bertemu dengan pendosa terbesar ini. Zakheus mungkin saja tidak menyangka bahwa Yesus akan menumpang di rumahnya. Mendengar Yesus menyebut namanya saja tentu sudah membuat Zakheus terkejut, bagaimana mungkin Yesus bisa mengetahui namanya apalagi Yesus harus menumpang di rumahnya.
Yesus tidak menunggu Zakheus datang kepada-Nya sambil berlutut dan memohon pengampunanNya. Justru Dialah yang mendekati Zakheus dan memintanya untuk segera turun dan menerimaNya di rumahnya sambil menghidangkan makanan. Lukas mencatat kata “hari ini” pada ayat 5 dan mengulangnya kembali pada ayat 9. Rupanya Lukas ingin menekankan ada sejarah penting yaitu sejarah penyelamatan Allah sedang diwujudkan.
Lukas 19:6, Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Sukacita menjadi tanda penyelamatan yang Allah berikan kepadanya. Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, dalam buku Tafsir PB menjelaskan bahwa “Zakheus adalah pribadi yang menarik. Dalam perjumpaan singkat ini, sifat-sifat yang mendekati sifat-sifat Petrus muncul. Zakheus spontan dan mudah bertindak, memberi pernyataan-pernyataan yang luar biasa. Tetapi, ada kejujuran mendalam di sini. Meskipun ia seorang yang penting, kedudukannya tidak menghalangi dia untuk mengakukan kesalahannya secara publik dan menunjukkan pertobatannya
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh Zakheus merupakan motivasi intrinsik yang pada akhirnya mempertemukannya dengan Yesus bahkan hidupnya pun mengalami perubahan karena keselamatan hinggap padanya. Orang Disekitar Tidak Mengalami Seperti Yang Dialami Zakheus
Lukas 19:7, Lukas menyampaikan bagaimana reaksi semua orang yang melihat hal itu, mereka bersungut-sungut dengan mengatakan “Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Mereka beranggapan bahwa jika seseorang menumpang di rumah seorang pendosa, maka ia mengambil bagian dalam hidupnya yang salah. Reaksi semacam ini tentu mengingatkan kita semua bahwa sesungguhnya semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23).
Baik pemuka agama maupun pemungut cukai dan semua orang adalah sama-sama orang berdosa. Zakheus dianggap tidak pantas untuk diterima dalam pergaulan masyarakat karena lebih berdosa dari semua orang yang hadir pada saat itu. “Zakheus hendaknya jangan dikucilkan karena kegagalannya, melainkan dibantu untuk menemukan jalannya kembali kepada kawanan.” (Baca Lukas 8:0-14)
Lukas 19: 8, Lukas mencatat reaksi Zakheus. Ia mengabaikan sungut-sungut semua orang dan memusatkan perhatiannya kepada Tuhan Yesus. Kata “Tuhan” hendak menekankan bahwa Zakheus telah menemukan Yesus yaitu Mesias. Kalimat selanjutnya menyatakan bahwa setengah dari miliknya akan diberikan kepada orang miskin dan sesuatu yang dia peras dari seseorang akan dikembalikan empat kali lipat. Jumlah ini ternyata lebih besar dari aturan hukum Taurat (Imamat 6:1-5). Rupanya pertemuan Zakheus dengan Tuhan Yesus telah mengubah Zakheus. Ia yang dahulu hanya berorientasi memikirkan dirinya sendiri supaya ia bisa menjadi kaya, kini orientasinya kepada Tuhan dan sesama.
Dahulu ia mengambil dari orang lain, kini ia memberi kepada orang lain. Dahulu ia memandang orang lain sebagai obyek keuntungan untuknya, kini ia memandang orang lain sebagai obyek kasih Yesus yang telah ia terima. Dahulu ia tidak peduli kepada orang lain, kini ia peduli dengan orang lain, bahkan ia mengembalikan lebih besar dari aturan Hukum Taurat (Imamat 6:1-5).
Perubahan yang terjadi dalam hati dan hidup Zakheus menunjukkan bahwa keselamatan yang Allah berikan melalui Yesus Kristus menjadi kenyataan. Pada pasal sebelumnya (Lukas 18:18-27), Lukas mencatat bahwa orang kaya sukar masuk Kerajaan Allah. Tetapi Zakheus, seorang yang kaya (Lukas 19:2) memberi bukti bahwa keselamatan bukan hal yang mustahil.
Lukas 19:9, Yesus berkata: Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Melalui perkataan ini Yesus memperdamaikan kembali Zakheus dengan masyarakat Yahudi dan menyatakan bahwa Zakheus pun pewaris sah perjanjian Allah dan manusia. Keselamatan yang diterima Zakheus bukan berdasarkan ia anak Abraham dalam arti rohani. Lukas ingin menekankan betapa luasnya kasih karunia Allah.
Zakheus telah bertemu dengan juruselamat, ia menerima dengan sukacita sehingga keselamatan itu hinggap kepadanya. Keselamatan itulah sukacita yang besar yang Allah berikan kepada seluruh bangsa, kepada semua orang. Pandangan pemuka agama dan semua orang kepada Zakheus sebagai orang berdosa yang berada di luar dan jauh dari keselamatan, ditolak oleh Yesus. Bahkan seandainya Zakheus bukan seorang Yahudi, Yesus pun datang untuk dia.
Lukas 19:10 menjadi ayat tujuan dari seluruh Injil bahwa Yesus Kristus datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Artinya untuk mengembalikan manusia yang sudah berdosa di hadapan Allah dan sesama kepada perubahan hidup yang benar dalam hubungan yang juga benar dengan Allah dan sesama manusia. Melalui narasi Zakheus pada Lukas 19:1-10 mengingatkan kita semua bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23).
Artinya baik pemuka agama maupun pemungut cukai dan semua orang adalah orang berdosa. Untuk semua orang berdosa inilah Allah hadir ke dunia dalam Yesus Kristus untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Hanya orang yang menerima Juruselamat yaitu Yesus Kristus yang akan menerima keselamatan tersebut. Orang-orang yang sibuk dengan membenarkan dirinya sendiri dan memandang orang lain lebih berdosa darinya justru sukar menerima keselamatan. Segala kemuliaan bagi Yesus Kristus
Baca Juga: Lukas 19:1-10 (Perubahan Hidup Sebagai Bukti Status Baru)
Lukas 19:1, “Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.” Pada waktu itu kota “Yerikho merupakan kota yang permai dan makmur di bawah kekuasaan pemerintah Romawi.” Dalam buku Tafsir Injil Lukas karya Stefan Leks menyatakan, “arti nama kota ini adalah kota pohon-pohon korma (2 Tawarikh 28:15).
otomotif, tutorial, gadget |
Pemerintah Romawi memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk pemungutan cukai ini dengan ketentuan jumlah pajak yang diterima pemerintah Romawi sehingga banyak terdapat pemungut cukai di kota Yerikho. Pemungut cukai seringkali tidak disukai dan dipandang rendah oleh pemuka-pemuka agama dan masyarakat Yahudi pada waktu itu. Pemuka agama memandang pemungut cukai sebagai orang berdosa karena tindakan mereka yang sering kali memungut cukai lebih besar dari yang seharusnya mereka setorkan kepada pemerintah Romawi
Masyarakat Yahudi memandang pemungut cukai sebagai penghianat bangsa karena mereka bekerja untuk pemerintah Romawi. Dalam pasal 5:27-32, Lukas mencatat sikap pemuka agama terhadap pemungut cukai yang bernama Lewi yang mengikut Yesus.
Orang- orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut- sungut kepada murid-murid Yesus, katanya “Mengapa kamu makan dan minum bersama- sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” (ayat 30). Pemerintah Romawi sangat beruntung dengan adanya pemungutpemungut cukai ini, sebab mereka tidak perlu bekerja secara langsung memungut cukai dengan masyarakat Yahudi pada waktu itu.
Lukas 19:2, “Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.” Dalam artikel sarapan pagi.org “Zakheus, Yunani: Ζακχαῖος – Banyak terdapat pos atau tempat untuk Zakkhaios, dari kata Ibrani כזַיZakai (Ezra 2:9), artinya, murni/ tahir / orang bersih.” Leks memberikan penjelasan bahwa nama “Zakai dalam bahasa Ibrani biasanya dipakai sejajar dengan “saddiq” artinya benar.” Arti nama Zakheus bertolak belakang dengan tingkah lakunya yang sering kali memungut lebih besar dari yang telah ditetapkan pemerintah Romawi.
Seorang kepala pemungut cukai mendapatkan kekayaannya dari selisih uang yang berhasil dipungutnya dengan jumlah yang ditetapkan pemerintah Romawi, bahkan mereka melakukan pemerasan. Ketidakadilan yang dilakukan pemungut cukai lebih berat dari pada bea cukai itu sendiri. Zakheus sebagai kepala pemungut cukai dipandang sebagai pendosa terbesar.
Dalam buku Tafsir PB, Zakheus dipandang “sebagai kepala para pendosa membawa tanggung jawab untuk semua pekerjaan lapangannya.” Leks kemudian menjelaskan “sebagai kepala pemungut cukai, Zakheus sangat bergantung kepada pemerintah Romawi. Zakheus rupanya satu-satunya wakil pemerintah Romawi yang secara resmi berhak memungut cukai di wilayah Yerikho terhadap orang-orang yang datang dari Perea untuk memasuki wilayah Yudea.”
B.J. Boland dan P.S. Naipospos, dalam buku Tafsiran Alkitab Injil Lukas menjelaskan kaitan kota Yerikho, Perea dan Yudea, “dekat kota Yerikho, sungai Yordan merupakan batas antara daerah Perea yang adalah wilayah kekuasaan Herodes dan daerah Yudea yang adalah wilayah kekuasaan Pilatus.” Lukas juga mencatat para pemungut cukai sehubungan dengan Yohanes Pembabtis.
Para pemungut cukai datang kepada Yohanes Pembabtis untuk dibabtis dan mereka bertanya kepadanya “Guru, apakah yang harus kami perbuat?” (Lukas 3:12). Dan Yohanes Pembabtis menjawab mereka “jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu” (Lukas 3:13). Pada pasal 7:29, Lukas mencatat para pemungut cukai mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibabtis oleh Yohanes
Lukas 19:3-4, Lukas mencatat usaha Zakheus untuk melihat Yesus, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak dan karena badannya yang pendek. Ia berlari mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus yang akan lewat di situ. Menurut Leks, “ada beberapa pendapat mengenai usaha Zakheus untuk melihat Yesus: ada yang menyatakan bahwa Zakheus ingin melihat Yesus saja. Tetapi yang lain menyatakan bahwa Zakheus ingin mengetahui sesuatu yang khusus dari Yesus yang sedang melintasi kota Yerikho. Zakheus pernah mendengar Yesus ramai dibicarakan di mana- mana oleh orang- sebagai sahabat para pemungut cukai
Bagaimanapun juga Zakheus telah dikucilkan oleh masyarakat Yahudi karena pekerjaannya sebagai pemungut cukai. Sikap orang banyak yang tidak memberi jalan bagi Zakheus untuk melihat Yesus merupakan bagian pengucilan terhadap dirinya tersebut. Zakheus terlalu pendek untuk melihat Yesus yang sedang melintasi kota Yerikho. Ia tidak memilih naik ke balkon rumah bertingkat namun memanjat sebuah pohon ara. Pohon ini biasanya sangat tinggi tetapi cabang-cabang bawahnya mudah dipanjat sebab rendah. Maka usaha yang dilakukannya supaya dapat melihat Yesus dapat dipandang sebagai usaha dengan niat baik yang sungguh-sungguh dan motivasi yang murni.
Niat baik dan motivasi yang murni mendorong Zakheus untuk melakukan hal yang tidak lazim. Ia berlari tanpa memperhatikan pendapat orang banyak yang hadir pada saat itu. Menurut Warren dan Mark ada dua jenis motivasi yaitu ekstrinsik dan intrinsik. “Motivasi ekstrinsik berasal dari kekuatan luar yang membuat seseorang bertindak. Motivasi ekstrinsik berbentuk hukuman dan pahala. Penggunaan hukuman selalu menimbulkan reaksi yang buruk. Ketika hukuman digunakan, orang akan terlibat secara fisik, namun secara mental mereka berada jauh sekali
Motivasi ekstrinsik yang kedua adalah pahala. “Padahal ialah tawaran untuk memikat orang yang berbentuk hadiah atau penghargaan. Pahala memiliki efek negatif yaitu menghasilkan orang yang datang hanya untuk bersenang-senang, segala sesuatu berpusat pada diri mereka yang akhirnya merusak konsep melayani Allah. Ketika pahala dihilangkan, mereka tidak mau hadir lagi
Motivasi yang kedua adalah motivasi intrinsik yaitu “motivasi yang berasal dari dalam. Mereka tidak perlu diancam dengan hukuman atau dijanjikan dengan pahala.” Dalam motivasi intrinsik ada kesadaran dan kedewasaan untuk memahami mengapa perlu dan pentingnya Allah. “Motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang paling tidak efektif.
Orang-orang yang hanya memiliki motivasi ekstrinsik sebenarnya adalah bayi- bayi rohani yang selalu bersandar pada bujukan dari luar. Tetapi mereka yang memiliki motivasi intrinsik merupakan pengambil inisiatif untuk memulai sesuatu.” Menurut pandangan Peneliti, apa yang dilakukan oleh Zakheus merupakan motivasi intrinsik yang pada akhirnya mempertemukannya dengan Yesus bahkan hidupnya pun mengalami perubahan karena keselamatan hinggap padanya.
Lukas 19:5, Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan menyuruh Zakheus untuk segera turun, sebab Yesus harus menumpang di rumah Zakheus. Yesus memprakarsai kelanjutan usaha Zakheus untuk berlari mendahului orang banyak dan memanjat pohon.
Dalam buku Tafsir PB, “Yesus bertindak melawan sopan santun yang biasa. Ia tidak menunggu diundang ke rumah pemungut cukai. Ia mengundang diri sendiri, gembala mencari domba yang hilang.” Yesus memang biasa memprakarsai hal semacam itu kepada orang yang hendak dikaruniai-Nya. Yesus pernah meminta air kepada perempuan Samaria untuk menyatakan kepada perempuan Samaria itu bahwa Ia pemilik air hidup yang sesungguhnya (Yohanes 4:1-42).
Yesus pernah mengijinkan seorang perempuan berdosa mengurapi tubuhNya untuk menyatakan pengampunan kepadanya (Lukas 7:36-50). Dalam PL, Allah memprakarsai pertemuanNya dengan Nuh, Allah menyampaikan maksud-Nya untuk menyelamatkan Nuh dan keluarganya dan mengakhiri hidup segala makhluk (Kej. 6-9). Allah juga memprakarsai pertemuan-Nya dengan Abraham (Kej. 12), juga kepada Yakub, Musa dan banyak lainnya
Lukas menggunakan kata “harus” sesuai dengan tujuan kedatanganNya ke dunia: mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10), bahwa Yesus memang diutus Allah untuk bertemu dengan pendosa terbesar ini. Zakheus mungkin saja tidak menyangka bahwa Yesus akan menumpang di rumahnya. Mendengar Yesus menyebut namanya saja tentu sudah membuat Zakheus terkejut, bagaimana mungkin Yesus bisa mengetahui namanya apalagi Yesus harus menumpang di rumahnya.
Yesus tidak menunggu Zakheus datang kepada-Nya sambil berlutut dan memohon pengampunanNya. Justru Dialah yang mendekati Zakheus dan memintanya untuk segera turun dan menerimaNya di rumahnya sambil menghidangkan makanan. Lukas mencatat kata “hari ini” pada ayat 5 dan mengulangnya kembali pada ayat 9. Rupanya Lukas ingin menekankan ada sejarah penting yaitu sejarah penyelamatan Allah sedang diwujudkan.
Lukas 19:6, Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Sukacita menjadi tanda penyelamatan yang Allah berikan kepadanya. Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, dalam buku Tafsir PB menjelaskan bahwa “Zakheus adalah pribadi yang menarik. Dalam perjumpaan singkat ini, sifat-sifat yang mendekati sifat-sifat Petrus muncul. Zakheus spontan dan mudah bertindak, memberi pernyataan-pernyataan yang luar biasa. Tetapi, ada kejujuran mendalam di sini. Meskipun ia seorang yang penting, kedudukannya tidak menghalangi dia untuk mengakukan kesalahannya secara publik dan menunjukkan pertobatannya
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh Zakheus merupakan motivasi intrinsik yang pada akhirnya mempertemukannya dengan Yesus bahkan hidupnya pun mengalami perubahan karena keselamatan hinggap padanya. Orang Disekitar Tidak Mengalami Seperti Yang Dialami Zakheus
Lukas 19:7, Lukas menyampaikan bagaimana reaksi semua orang yang melihat hal itu, mereka bersungut-sungut dengan mengatakan “Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Mereka beranggapan bahwa jika seseorang menumpang di rumah seorang pendosa, maka ia mengambil bagian dalam hidupnya yang salah. Reaksi semacam ini tentu mengingatkan kita semua bahwa sesungguhnya semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23).
Baik pemuka agama maupun pemungut cukai dan semua orang adalah sama-sama orang berdosa. Zakheus dianggap tidak pantas untuk diterima dalam pergaulan masyarakat karena lebih berdosa dari semua orang yang hadir pada saat itu. “Zakheus hendaknya jangan dikucilkan karena kegagalannya, melainkan dibantu untuk menemukan jalannya kembali kepada kawanan.” (Baca Lukas 8:0-14)
Lukas 19: 8, Lukas mencatat reaksi Zakheus. Ia mengabaikan sungut-sungut semua orang dan memusatkan perhatiannya kepada Tuhan Yesus. Kata “Tuhan” hendak menekankan bahwa Zakheus telah menemukan Yesus yaitu Mesias. Kalimat selanjutnya menyatakan bahwa setengah dari miliknya akan diberikan kepada orang miskin dan sesuatu yang dia peras dari seseorang akan dikembalikan empat kali lipat. Jumlah ini ternyata lebih besar dari aturan hukum Taurat (Imamat 6:1-5). Rupanya pertemuan Zakheus dengan Tuhan Yesus telah mengubah Zakheus. Ia yang dahulu hanya berorientasi memikirkan dirinya sendiri supaya ia bisa menjadi kaya, kini orientasinya kepada Tuhan dan sesama.
Dahulu ia mengambil dari orang lain, kini ia memberi kepada orang lain. Dahulu ia memandang orang lain sebagai obyek keuntungan untuknya, kini ia memandang orang lain sebagai obyek kasih Yesus yang telah ia terima. Dahulu ia tidak peduli kepada orang lain, kini ia peduli dengan orang lain, bahkan ia mengembalikan lebih besar dari aturan Hukum Taurat (Imamat 6:1-5).
Perubahan yang terjadi dalam hati dan hidup Zakheus menunjukkan bahwa keselamatan yang Allah berikan melalui Yesus Kristus menjadi kenyataan. Pada pasal sebelumnya (Lukas 18:18-27), Lukas mencatat bahwa orang kaya sukar masuk Kerajaan Allah. Tetapi Zakheus, seorang yang kaya (Lukas 19:2) memberi bukti bahwa keselamatan bukan hal yang mustahil.
Lukas 19:9, Yesus berkata: Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Melalui perkataan ini Yesus memperdamaikan kembali Zakheus dengan masyarakat Yahudi dan menyatakan bahwa Zakheus pun pewaris sah perjanjian Allah dan manusia. Keselamatan yang diterima Zakheus bukan berdasarkan ia anak Abraham dalam arti rohani. Lukas ingin menekankan betapa luasnya kasih karunia Allah.
Zakheus telah bertemu dengan juruselamat, ia menerima dengan sukacita sehingga keselamatan itu hinggap kepadanya. Keselamatan itulah sukacita yang besar yang Allah berikan kepada seluruh bangsa, kepada semua orang. Pandangan pemuka agama dan semua orang kepada Zakheus sebagai orang berdosa yang berada di luar dan jauh dari keselamatan, ditolak oleh Yesus. Bahkan seandainya Zakheus bukan seorang Yahudi, Yesus pun datang untuk dia.
Lukas 19:10 menjadi ayat tujuan dari seluruh Injil bahwa Yesus Kristus datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Artinya untuk mengembalikan manusia yang sudah berdosa di hadapan Allah dan sesama kepada perubahan hidup yang benar dalam hubungan yang juga benar dengan Allah dan sesama manusia. Melalui narasi Zakheus pada Lukas 19:1-10 mengingatkan kita semua bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23).
Artinya baik pemuka agama maupun pemungut cukai dan semua orang adalah orang berdosa. Untuk semua orang berdosa inilah Allah hadir ke dunia dalam Yesus Kristus untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Hanya orang yang menerima Juruselamat yaitu Yesus Kristus yang akan menerima keselamatan tersebut. Orang-orang yang sibuk dengan membenarkan dirinya sendiri dan memandang orang lain lebih berdosa darinya justru sukar menerima keselamatan. Segala kemuliaan bagi Yesus Kristus
Baca Juga: Lukas 19:1-10 (Perubahan Hidup Sebagai Bukti Status Baru)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa deemikian yang terjadi dengan Zakheus dan semua orang yang hadir pada saat itu. Zakheus sebagai orang yang dibenarkan Allah. Ia mengabaikan sungut-sungut semua orang dan memusatkan perhatiannya kepada Tuhan Yesus. Kata “Tuhan” hendak menekankan bahwa Zakheus telah menemukan Yesus yaitu Mesias. Hanya orang yang menerima juruselamat yaitu Yesus Kristus yang akan menerima keselamatan tersebut. Orang-orang yang sibuk dengan membenarkan dirinya sendiri dan memandang orang lain lebih berdosa darinya justru sukar menerima keselamatan
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan Lukas 19:1-10 ini, peneliti menyimpulkan dan memahami beberapa hal yaitu:
Pertama, Dosa menurut Alkitab, memiliki sifat yang umum, yang meliputi seluruh keturunan Adam dan Hawa, dengan cara yang bermacam-macam hal itu diajurkan oleh Alkitab. Allah begitu mengasihi seorang Zakheus yang telah mengalami pengucilan oleh bangsanya sendiri. Allah menolak pandangan orang banyak bahwa menumpang di rumah seorang pendosa berarti mengambil bagian dalam cara hidupnya yang salah. Allah juga menolak pandangan bahwa seorang pendosa terbesar berada jauh di luar keselamatan yang Allah berikan. Allah menyatakan bahwa keselamatan yang diberikan-Nya untuk semua orang, untuk semua bangsa
Kedua, Zakheus merupakan motivasi intrinsik yang pada akhirnya mempertemukannya dengan Yesus bahkan hidupnya pun mengalami perubahan karena keselamatan hinggap padanya. Zakheus menemukan Mesias yaitu Yesus. Ia menerima Yesus dengan sukacita. Ia menemukan juruselamat, ia mendapatkan keselamatan. Hidupnya mengalami perubahan. Seorang pendosa terbesar menjadi seorang yang dibenarkan.
Ia yang dahulu hanya berorientasi memikirkan dirinya sendiri supaya ia bisa menjadi kaya, kini orientasinya kepada Tuhan dan sesama. Dahulu ia mengambil dari orang lain, kini ia memberi kepada orang lain. Dahulu ia memandang orang lain sebagai obyek keuntungan untuknya, kini ia memandang orang lain sebagai obyek kasih Yesus yang telah ia terima. Dahulu ia tidak peduli kepada orang lain, kini ia peduli dengan orang lain, bahkan ia mengembalikan lebih besar dari ketentuan Hukum Taurat (Imamat 6:1-5)
Ketiga, pemuka agama dan orang banyak hanya sibuk membenarkan diri mereka sendiri. Mereka terlalu sibuk melakukan ibadah, memberikan korban persembahan, berpuasa dan melakukan Hukum Taurat lainnya. Pada akhirnya mereka terjebak menghakimi sesama mereka yang hidup tidak sesuai Hukum Taurat. Usaha mereka tidak membuat mereka mendapatkan keselamatan. Mereka menganggap Zakheus lebih berdosa dari mereka.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan Lukas 19:1-10 ini, peneliti menyimpulkan dan memahami beberapa hal yaitu:
Pertama, Dosa menurut Alkitab, memiliki sifat yang umum, yang meliputi seluruh keturunan Adam dan Hawa, dengan cara yang bermacam-macam hal itu diajurkan oleh Alkitab. Allah begitu mengasihi seorang Zakheus yang telah mengalami pengucilan oleh bangsanya sendiri. Allah menolak pandangan orang banyak bahwa menumpang di rumah seorang pendosa berarti mengambil bagian dalam cara hidupnya yang salah. Allah juga menolak pandangan bahwa seorang pendosa terbesar berada jauh di luar keselamatan yang Allah berikan. Allah menyatakan bahwa keselamatan yang diberikan-Nya untuk semua orang, untuk semua bangsa
Kedua, Zakheus merupakan motivasi intrinsik yang pada akhirnya mempertemukannya dengan Yesus bahkan hidupnya pun mengalami perubahan karena keselamatan hinggap padanya. Zakheus menemukan Mesias yaitu Yesus. Ia menerima Yesus dengan sukacita. Ia menemukan juruselamat, ia mendapatkan keselamatan. Hidupnya mengalami perubahan. Seorang pendosa terbesar menjadi seorang yang dibenarkan.
Ia yang dahulu hanya berorientasi memikirkan dirinya sendiri supaya ia bisa menjadi kaya, kini orientasinya kepada Tuhan dan sesama. Dahulu ia mengambil dari orang lain, kini ia memberi kepada orang lain. Dahulu ia memandang orang lain sebagai obyek keuntungan untuknya, kini ia memandang orang lain sebagai obyek kasih Yesus yang telah ia terima. Dahulu ia tidak peduli kepada orang lain, kini ia peduli dengan orang lain, bahkan ia mengembalikan lebih besar dari ketentuan Hukum Taurat (Imamat 6:1-5)
Ketiga, pemuka agama dan orang banyak hanya sibuk membenarkan diri mereka sendiri. Mereka terlalu sibuk melakukan ibadah, memberikan korban persembahan, berpuasa dan melakukan Hukum Taurat lainnya. Pada akhirnya mereka terjebak menghakimi sesama mereka yang hidup tidak sesuai Hukum Taurat. Usaha mereka tidak membuat mereka mendapatkan keselamatan. Mereka menganggap Zakheus lebih berdosa dari mereka.
Pandangan mereka membuat mereka sukar membuka hati mereka untuk mengerti keselamatan yang Allah berikan melalui Yesus Kristus. Mata dan telinga mereka menjadi buta dan tuli untuk melihat dan mendengar karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Bahkan hati mereka tumpul untuk merasakan belas kasihan Yesus kepada para pendosa