PRAKTEK PEMBERIAN PERSEPULUHAN SEBELUM HUKUM TAURAT (2)

Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.

PERSEPULUHAN (PASAL 2) PRAKTEK PEMBERIAN PERSEPULUHAN SEBELUM HUKUM TAURAT

“Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, katanya: ‘Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.’ Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya” (Kejadian 14:18-20).
PERSEPULUHAN: PRAKTEK PEMBERIAN PERSEPULUHAN SEBELUM HUKUM TAURAT (2)
gadget, bisnis, otomotif
Praktek pemberian persepuluhan tidak berasal dari hukum Taurat, namun dikemudian hari bagi bangsa Israel praktek ini secara khusus diatur dalam hukum Taurat. Beberapa komentar berikut ini menyatakan bahwa praktek pemberian persepuluhan telah ada jauh sebelum hukum Taurat. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini menjelaskan demikian, “Kebiasaan memberi persepuluhan tidak dimulai oleh Taurat Musa (Kejadian 14:17-20), dan tidak khas kebiasaan Israel. Persepuluhan dilakukan juga oleh bangsa-bangsa kuno lainnya”. 

J. Wesley Brill mengatakan demikian, “Pemberian persepuluhan kepada Allah sudah dilakukan orang-orang sejak purbakala, baik oleh orang-orang Ibrani maupun bangsa-bangsa lain. Sebelum Musa memberikan Taurat kepada bani Israel, sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk memberi persepuluhan kepada Tuhan. Rupanya hal itu telah ditanamkan di dalam hati nurani manusia sejak purbakala”. 

Steven Teo menjelaskan demikian, “Memberikan persepuluhan adalah kaum Yahudi meskipun hal itu tidak hanya dilakukan oleh kaum Israel. Dalam buku Beyond Tithing, Stuart Murray menuliskan bahwa ‘suatu bentuk persepuluhan dilakukan di seluruh Timur Tengah dan dibanyak budaya masa silam’.”

Menurut catatan Alkitab di kitab Kejadian, walau bukan merupakan pemberian persepuluhan, namun praktek memberikan persembahan sulung kepada Tuhan telah ada jauh sebelum Abraham. Alkitab mencatat bahwa Anak Adam yang bernama Habel “... mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu” (Kejadian 4:4). 

Nuh, keturunan kesepuluh dari Adam, yang lahir kira-kira 1.056 tahun setelah Adam, dikatakan “... mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu” (Kejadian 8:20). Tetapi, praktek pemberian persepuluhan secara jelas untuk pertama kalinya, menurut catatan kitab Kejadian, dilakukan oleh Abraham dalam Kejadian 14:17-24.

ABRAHAM MEMBERIKAN PERSEPULUHAN

Abraham keturunan kedua puluh dari Adam yang lahir kira-kira 1.948 tahun setelah Adam, dikatakan memberikan persepuluhan dari semuanya kepada Melkisedek, raja Salem dan seorang imam Allah Yang Maha tinggi (Kejadian 14:18-20). Menurut kebiasaan Timur Kuno barang-barang rampasan itu adalah milik Abraham berdasarkan hak penaklukannya. Karena Abraham berhak atas barang-barang rampasan perang itu maka pemberian persepuluhannya dianggap sah atau tidak bermasalah sesuai dengan kebiasaan pada masa itu. Di sini kita melihat bahwa Abraham memberikan persepuluhan yang terbaik dari hasil penaklukannya kepada Melkisedek setelah Melkisedek memberkatinya. 

Menurut penulis Kitab Ibrani “Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi” (Ibrani 7:7). Dengan memberi persepuluhan kepada Melkisedek, Abraham mengakui keunggulan keimaman Melkisedek yang lebih tinggi darinya, yang dijelaskan penulis kitab Ibrani demikian, “Camkanlah betapa besarnya orang itu, yang kepadanya Abraham, bapa leluhur kita, memberikan sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik” (Ibrani 7:4). 

Jadi Abraham dengan sukacita tanpa paksaan siapa pun (Ibrani 7:4), dengan iman kepada Allah dan pengakuan akan keimaman Melkisedek, sebagai imam Allah Yang Maha tinggi, dengan rela hati memberikan persembahan persepuluhan terbaiknya pada saat itu.

Lebih jauh, dalam kejadian 14 dikisahkan tentang kemenangan Abraham atas raja-raja kafir, dan kisah tentang Abraham yang bertemu dengan Melkisedek. Melkisedek adalah raja Salem dan seorang imam Allah yang Maha tinggi. Ketika bertemu dengan Abraham, Melkisedek langsung “memberkati Abram, katanya: ‘Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Maha tinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Maha tinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu." (Kejadian 14:19-20a). Setelah diberkati oleh Melkisedek maka dikatakan, “Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya” (Kejadian 14:20b).

Penulis kitab Ibrani menarasikan kembali kisah Abraham dan Melkisedek tersebut demikian, “Sebab Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Maha tinggi; ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia. Kepadanya pun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. 

Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya. Camkanlah betapa besarnya orang itu, yang kepadanya Abraham, bapa leluhur kita, memberikan sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik” (Ibrani 7:1-4). Abraham, bapak bangsa Israel itu, yang melaluinya banyak bangsa diberkati, memberikan persembahan persepuluhannya kepada Melkisedek.

Jadi Ibrani 7:1-19 mencatat kisah yang sama seperti kejadian 14. Ini adalah referensi langsung yang terakhir dalam Perjanjian Baru tentang persepuluhan. Hal ini cukup menarik karena ayat tersebut juga mengacu pada referensi pertama yang ditemukan dalam Perjanjian Lama. Abraham memberikan persepuluhan kepada Melkisedek sebelum hukum Musa diberikan oleh Allah di Gunung Sinai. 

Abraham menghormati Allah Yang Maha tinggi dengan cara memberikan dari hati yang sukarela, penuh kasih dan penuh ucapan syukur. Ini merupakan tindakan ibadah yang sejati. Pemberian Abraham tidak berasal dari hukum Taurat tetapi pada respon yang penuh syukur terhadap kasih karunia Allah dan iman yang bergantung pada berkat-berkat-Nya. Di sini kita diingatkan kembali kepada pendekatan hermeneutika “prinsip penyebutan pertama” yang dijelaskan di bagian 1 buku ini. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, 

Kevin J. Conner dan Ken Malmin mengatakan, “Pada umumnya, kali pertama sesuatu hal disebutkan di dalam Alkitab, hal itu mengandung suatu arti yang akan tetap sama di seluruh Alkitab. Dan di sini kita juga melihat bahwa penyebutan terakhir tentang persepuluhan dalam Ibrani 7, tidak bertentangan dengan penyebutan pertama dalam Kejadian 14. Dengan demikian setelah masa hukum Taurat berakhir karena digenapi melalui kematian Kristus di kayu salib, maka pemberian persepuluhan masih tetap berlaku bagi orang percaya yang hidup dalam masa Perjanjian Baru.

Tindakan Abraham memberikan persepuluhan ini mengekspresikan pengakuan dan iman Abraham tentang kedaulatan Allah terhadap segala yang dimilikinya. Pengakuan akan kedaulatan Allah ini juga nampak dari tanggapan Abraham yang menolak menerima harta kekayaan dari raja Sodom. Ketika Raja Sodom berkata kepada Abraham, "Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah untukmu harta benda itu” (Kejadian 14:22). Maka dengan tegas Abraham menjawab, “Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Maha tinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasut pun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya” (Kejadian 14:22-23). 

Abraham berpegang teguh pada janji Allah, bahwa Allah sendiri yang akan memberkatinya, janji yang tidak bersyarat ini disampaikan Tuhan kepada Abraham ketika ia diperintahkan untuk pergi meninggalkan Haran (Kejadian 12:1-5). Abraham percaya, bahwa Allah telah memberikan kemenangan kepadanya. Allah Yang Maha tinggi sebagai sumber berkat dan perlindungannya, juga adalah Allah yang disembah dan dilayani oleh Melkisedek raja Salem itu. Karena itulah sebagai rasa syukurnya atas kemenangan tersebut, Abraham memberikan persembahan persepuluhan kepada Melkisedek dengan sukacita tanpa paksaan.

YAKUB MEMBERIKAN PERSEPULUHAN

Abraham hidup bersama dengan Ishak selama 75 tahun dan dengan Yakub cucunya, sekitar 15 tahun. Dikisahkan, bahwa Abraham berumur 75 tahun ketika ia berangkat dari Haran dan masuk ke Kanaan. Dia hidup 100 tahun lagi dan memperoleh Ishak, anaknya, dan Yakub, cucunya, kemudian ia mati pada usia 175 tahun. Ibrani 11:9 mengatakan, “Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu”. 

Apakah hal utama yang Abraham lakukan ketika tinggal di kemah? Menurut Ibrani 11:9, pekerjaan utama Abraham adalah mewariskan iman kepada keturunan-keturunannya. Menurut Kejadian 18:18-19, hal ini merupakan tujuan pemanggilan Abraham dan dia sepenuhnya menaati panggilan-Nya. Hasilnya, Ishak, anak laki-laki Abraham, menjadi buah iman. Buah iman ini terbukti dalam ketaatan Ishak (Kejadian 22:9), ketika Allah memerintahkan Abraham untuk mempersembahkannya, satu-satunya anak perjanjian yang dilahirkan bagi Abraham pada usia 100 tahun, sebagai korban bakaran (Kejadian 22:1-2).

Selama sekitar 15 tahun hidup bersama Yakub, Abraham juga mewariskan imannya kepada Yakub. Kemungkinan Abraham mendidik Yakub, cucunya, tentang panggilan Allah di Ur Kasdim, persinggahannya yang berlarut-larut di Haran, keberangkatannya dari Haran menuju Kanaan, semua pekerjaan Allah yang menakjubkan yang terjadi selama 100 tahun setelah ia meninggalkan Haran pada usia 75 tahun, dan fakta mengenai janji.

Pada suatu waktu, Yakub cucu Abraham ini, mengungsi ke negeri orang karena ia telah menipu Ishak, ayahnya, dan Esau, saudaranya. Ia meninggalkan tempat asalnya dan pergi ke daerah Mesopatamia. Ketika berangkat ia hanya membawa tongkat yang ada ditangannya. Suatu saat dalam perjalanan pelariannya itu, Allah menyatakan diri kepadanya melalui mimpi dan berkata, "Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu" (Kejadian 28:13-15).

Sebagai tanggapan atas pernyataan Allah itu Yakub kemudian bernazar, katanya "Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk di makan dan pakaian untuk di pakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepadaMu" (Kejadian 28:20-22). 

Mengenai ayat ini J. Wesley Brill mengatakan, “Ketika Yakub di Bethel ia berjanji akan memberikan persepuluhan kepada Allah. Kalau kisah ini diteliti, maka nampaknya hal memberi persepuluhan itu adalah sebagai pengakuan kesalahannya karena ia belum memberikan persepuluhan, dan sejak itu ia melakukannya (Kejadian 28:20-22)”.

Namun menurut saya yang utama di sini adalah bahwa Yakub memperbaharui pengakuan dan komitmennya kepada Tuhan yang disembah oleh Abraham, kakeknya itu. Selama ini, Yakub hanya mengenal Allah dari kisah-kisah Abraham kakeknya, dan Ishak, ayahnya. Tetapi kini ia berjumpa langsung dengan Allah melalui suatu pewahyuan yang khusus tersebut. Yakub membuat suatu janji di hadapan Tuhan, dan Tuhan menghargai yang diucapkan Yakub, karena kita tahu Tuhan memang memelihara kehidupan Yakub. 

Kita memang tidak menemukan catatan kapan dan di mana Yakub memberikan persepuluhannya kepada Allah, tetapi ini pasti dilakukannya, sebab jika tidak Allah pasti akan menegurnya karena ingkar janjinya. Namun yang jelas, komitmen Yakub untuk mempersembahkan sepersepuluh dari segala sesuatu yang diberikan Tuhan kepadanya, dikemudian hari diterapkan kepada bangsa Israel sebagai suatu kewajiban. Yakub yang artinya “penipu” pada suatu ketika setelah bergumul di Pniel diganti namanya menjadi Israel yang pertama-tama berarti “bergumul dengan Allah dan menang” (Kejadian 32:28), kemudian arti nama Israel itu juga berati “putra mahkota” (Kejadian 35:10-12). Dikemudian hari, suku-suku di Israel disebut berdasarkan nama dari anak-anak Yakub. Dan hingga hari saat ini keturunan Yakub ini sebut bangsa Israel.

PENTING: BIOGRAFI RINGKAS ABRAHAM

Karena salah satu intitesis dasar dari pendekatan saya terhadap isu teologis tentang persepuluhan adalah keyakinan bahwa prinsip-prinsip Kristen dalam memberikan persepuluhan bukan berdasarkan prinsip yang di ambil dari hukum Taurat, tetapi dari pertama kalinya kata tersebut ditemukan dan diterapkan, yaitu ketika Abraham pertama kali memberikan persepuluhannya kepada Melkisedek dalam Kejadian 14:17-24, maka merupakan hal yang penting untuk mengetahui sekilas tentang Abraham ini.

Abraham adalah keturunan Sem dan putra Terah. Ia adalah leluhur bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lainnya. Imannya sangat teguh dan ia dikenal sebagai “sahabat Allah” (2 Tawarikh 20:7; Bandingkan Yakobus 2:23). Riwayat hidupnya disajikan mulai dari Kejadian 11:26 hingga Kejadian 25:10, dan ringkasannya tercatat dalam Kisah Para Rasul 7:2-8. Abraham Park mengatakan, “Adam adalah bapa pertama umat manusia, 

Nuh menjadi bapa dari umat manusia dari dunia baru setelah air bah, dan Abraham adalah bapa dari umat pilihan, Israel. Abraham juga adalah bapa iman dari umat segala bangsa di dunia rohaniah di dalam Yesus Kristus”. Sacara Etimologi, nama “Abram “berarti “bapa yang tinggi” atau “bapa yang agung” (kejadian 11:26), tetapi pada usianya yang kesembilan puluh sembilan tahun, Allah mengganti namanya menjadi “Abraham” yang berarti “bapa orang banyak” atau “bapa sejumlah besar bangsa” (Kejadian 17:5).

Abraham dilahirkan di Ur Kasdim, di mana ia hidup bersama ayahnya, Terah, dan saudaranya laki-laki, Nahor dan Haran, juga keponakkannya, Lot. Ia menikah dengan Sarai (Kejadian 11:26-30), yang dikemudian diubah oleh Allah namanya menjadi Sara (Kejadian 17:15-16). Setelah Haran saudaranya meninggal, dari Ur Kasdim Abraham pindah ke Haran bersama istrinya, ayahnya dan keponakkannya (kejadian 11:31-32). 

Anak-anak Abraham adalah Ismail yang dilahirkan dari Hagar, selirnya pada saat Abraham berusai 86 tahun (Kejadian 16:1-6), dan Ishak yang dilahirkan dari Sarah pada saat Abraham berusia 100 tahun (Kejadian 21:1-5). Pada saat Lanjut usia, dan setelah Sara meninggal, Abraham menikah lagi dengan Ketura (Kejadian 25:1-8). Abraham dipanggil Allah pada usia 75 tahun, ia meninggalkan Haran menuju Kanaan, dan meninggal pada usia 175 tahun. Ia dikuburkan oleh Ishak dan Ismail, di dalam gua Makhpela, tempat di mana Sara, istrinya dikuburkan (Kejadian 25:9-10).

1. Awal Panggilan Abraham di Ur Kasdim (Kejadian 11:31; Kisah Para Rasul 7:2-4).

Panggilan awal Abraham dikisahkan kembali oleh Stefanus secara ringkas dalam Kisah Para Rasul 7:2-4. Suatu saat, ketika Abraham berada di Ur Kasdim, untuk pertama kalinya “Allah yang Mahamulia” menampakkan diri kepadanya. Allah memanggil dan memerintah Abraham untuk meninggalkan Ur Kasdim, kota kelahiran dan tempat tinggalnya. Asal kata Ur berarti “terang” atau “api”. Para ahli berpendapat bahwa kata ini berasal dari upacara penyembahan berhala ketika orang-orang menyembah api di zaman itu. 

Asal kata ini menunjukkan bahwa Abraham hidup di zaman yang sepenuhnya jatuh ke dalam dosa dan yang penuh dengan penyembahan berhala. Eugene H. Merrill mengatakan, “Abram disuruh meninggalkan Ur, tanah airnya, dan pergi ke negeri yang akan ditunjukkan Allah kepadanya. Ketaatan pada panggilan ini akan membuat ia menjadi rekan Yahweh (TUHAN) dalam proses pemberkatan dunia dan membawa dunia kembali pada jalan yang sesuai dengan maksud Sang Pencipta”.

Ternyata sebelum dipanggil oleh Allah, Abraham dan Terah ayahnya, beribadah kepada allah lain. Hal ini diungkapkan oleh Yosua ketika ia berkata kepada umat Israel, “ ... Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain” (Yosua 24:2). 

Menurut Andrew E. Hill dan John H. Walton, “Abraham tidak diperkenalkan sebagai orang yang benar, juga tidak sama sekali disebut sebagai orang yang hidupnya berbeda dengan dunia sekelilingnya. Ayat lain di Alkitab menjelaskan bahwa keluarga Abraham tidak menyembah Yahweh (Bandingkan Yosua 24:2). Jadi sebenarnya Tuhan datang kepada Abraham secara tiba-tiba dan tanpa diduga-duga”. Suatu hari, “Allah yang Mahamulia menampakkan diriNya pada Abraham dan memerintahkannya untuk meninggalkan Ur Kasdim (Kisah Para Rasul 7:2-3). Jadi, Abraham mengikuti ayahnya, Terah, meninggalkan Ur Kasdim dan menetap di Haran (Kejadian 11:31)”.

2. Panggilan Abraham yang Kedua di Haran dan Ketaatan Sepenuhnya Pada Panggilannya (Kejadian 12:1-3; Ibr. 11:8).

Haran adalah satu dari kota-kota Padan Aram di wilayah utara Mesopotamia dan kota tersebut sangat indah. Diperkirakan bahwa sejumlah besar keluarga dan kerabat dari garis keturunan Sem hidup di sekitar wilayah ini (Kejadian 10:22, 24:4, 25:20, 28:5). Setelah Abraham meninggalkan Ur Kasdim, dia menetap di Haran. Bagi Abraham seharusnya Haran hanya merupakan sebuah tempat persinggahan di tengah perjalanan menuju Kanaan, tetapi Abraham tidak meninggalkan Haran karena kasih sayangnya terhadap Terah, ayahnya. 

Terah dilahirkan di dalam suasana dosa dan kejahatan nenek moyangnya, dibesarkan, serta makan dan minum di dalam suasana dosa dan kejahatan. Karena kebiasaan berbuat dosa telah mendarah daging di dalam diri Terah, dia tidak dapat memutuskan ikatan perbuatan dosa dan kejahatan, sehingga ia ingin tetap tinggal di Haran, tempat persinggahan di tengah perjalanan. Maka terjadilah sesuai dengan arti namanya Terah berarti “berlambat-lambat” atau “menetap (untuk sementara)”.

Abraham telah menetap cukup lama bersama dengan Terah di Haran ketika ia menerima panggilan kedua dari Allah. Pada usia 75 tahun, ia meninggalkan Haran dan akhirnya tiba di Kanaan (Kejadian 12:5). Pada waktu itu, Allah memerintahkan di Kejadian 12:1, “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.” Abraham menaati dan tidak berpegang lagi pada Terah, ayahnya. 


Kini Abraham sungguh-sungguh menaati Allah (Kejadian 12:4). Ia mengambil keputusan iman yang teguh untuk sepenuhnya memutuskan ikatan kasih sayang dengan ayahnya, dan berangkat menuju Kanaan. Mengenai hal ini, penulis kitab Ibrani mengakui kebesaran imannya sambil berkata, “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui” (Ibrani 11:8). Abraham kini disebut bukan hanya bapak bangsa Israel tetapi juga bapak semua orang percaya (Roma 4:16).

Ringkasnya: 

Berdasarkan apa yang telah disajikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa praktek persepuluhan bukan berasal dari hukum Taurat. Praktek pemberian persepuluhan ini telah dilakukan oleh Abraham dan Yakub jauh sebelum hukum Taurat ada, yaitu kira-kira 430 tahun sebelumnya. Kemudian Tuhan menampakkan diri kepada Musa untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir dan pergi menuju ke Tanah Perjanjian, Kanaan. 

Dalam perjalanan itu di gunung Sinai Allah memberikan hukum Taurat kepada bangsa Israel melalui Musa. Hukum Taurat ini merupakan regulasi yang mengatur kehidupan dan tata peribadatan bangsa Israel, termasuk regulasi tentang persepuluhan.  PERSEPULUHAN: PRAKTEK PEMBERIAN PERSEPULUHAN SEBELUM HUKUM TAURAT (2)
Next Post Previous Post