YESUS KRISTUS ADALAH PENGUDUS KITA

“Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, MENYUCIKAN DIRI sama seperti Dia yang adalah suci” (1 Yohanes 3:3).
YESUS KRISTUS ADALAH PENGUDUS KITA
PENDAHULUAN

Allah adalah Allah yang kudus dan Dia menghendaki umat-Nya menjadi orang-orang yang kudus,”Karena inilah kehendak Allah: Pengudusanmu” (1 Tesalonika 4:3) Dan,”Akulah Tuhan, yang menguduskan kamu (Keluaran 31:13) selanjutnya Dia memerintahkan,”Haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus” (1 Petrus 1:15-16).

Surga milik Allah dan para malaikat-Nya adalah kudus,”Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya” (Yesaya 6:3). Bila pengudusan adalah kehendak Allah bagi kita, maka kita perlu memahaminya dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari, agar kehidupan kita berkenan pada Allah.

Jadi, kita sudah menjadi orang suci tetapi belum 100% bebas dari dosa. Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa kita disebut “orang suci” tetapi diperintahkan untuk “menyucikan hati”. Pada waktu kita percaya batin kita disucikan, tetapi lingkungan kita tetap sama. Itulah pergumulan kita sampai kita meninggal dunia. Kita SUDAH selamat tetapi menunggu keselamatan.

PROSES KESELAMATAN

Memang kita tidak diselamatkan karena berbuat baik, tetapi kita dididik untuk berbuat baik SESUDAH kita diselamatkan (Efesus 2:10). Siapakah yang akan mendidik kita? Kasih karunialah yang akan mendidik kita (Titus 2:12). Inilah yang disebut proses PENGUDUSAN. Jadi, keselamatan itu belum selesai prosesnya. Kita telah dibenarkan tetapi itu tidak berhenti sampai di situ. Sekarang kita DIKUDUSKAN agar kita semakin SERUPA DENGAN KRISTUS.

Jhon Owen menyatakan melalui Roh Kudus, Allah akan terus mengalirkan persediaan anugerah-Nya supaya kita mampu menghasilkan buah kekudusan dalam pekerjaan baik bagi kemuliaan Allah. Anugerah ini “mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi...” (Titus 2:14).

Tentang cara operasi Roh Kudus di dalam pengudusan benar-benar merupakan suatu misteri. Tak seorang pun mengetahui cara Roh Kudus tinggal di dalam diri orang percaya, atau cara Ia bekerja secera efesien dalam hati dan pikiran umat Allah, yang memungkinan pembersihan secara progresif dari pencemaran dosa, dan semakin lama semakin berubah menuju keserupaan dengan Anak-Nya Kristus.

Dalam proses ini, orang percaya tidaklah pasif atau berdiam diri. Allah bekerja di dalam kita dan kita bekerja juga. Allah bekerja mengerjakan bagian-Nya dan kita mengerjakan bagian kita. Petrus berkata di dalam suratnya 2 Petrus 1:4-8 demikian :

2 Petrus 1:4 Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.1:5 Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,1:6 dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, 2 Petrus 1:7 dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.1:8 Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.

Proses keselamatan tersebut terjadi dalam tiga tahap yaitu: waktu lalu, sekarang dan yang akan datang. 

1. Yang lalu

Diselamatkan dari hukuman, dosa atau akibatnya. Oleh sebab Kristus telah mati menggantikan hukuman sepenuhnya, yang semestinya untuk dosa-dosa kita, maka kita yang percaya sudah dibebaskan dari akibat dosa yang dahsyat (Yohanes 5:24).

2. Sekarang

Diselamatkan atau dilepaskan dari kuasa atau perintah dosa. Oleh sebab Roh Kudus berdiam di dalam orang percaya dan sifat Ilahi di dalam hatinya, maka orang percaya dapat menikmati kelepasan dari penjajahan dosa di dalamnya (2 Petrus 1:3-4). Hal ini bukan berarti bahwa orang percaya itu tidak mungkin lagi jatuh ke dalam dosa karena masih memiliki tabiat daging atau tubuh. Tetapi orang percaya dapat tidak berbuat dosa (Roma 6:13).

3. Yang akan datang

Diselamatkan atau dilepaskan dari adanya dosa atau perbuatan dosa. Hal ini terjadi pada waktu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya dan mengubahkan keberadaan orang percaya dengan mengenakan tubuh kemuliaan. Inilah tujuan akhir dari keselamatan yang kita nanti-nantikan, yaitu kita berkeadaan tidak dapat berbuat dosa (1 Tesalonika 4:13-18).

Dengan demikian, disimpulkan bahawa keselamatan itu merupakan sebuah proses! Berikut uraiannya.Kita baca Filipi 2:12 dikatakan, ”Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir”. Kata “tetap kerjakan keselamatanmu” memiliki makna yang sama dengan kata “menerima” di dalam Yohanes 1:12 adalah,” Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”. Kata “menerima” di sini dalam bahasa Yunaninya adalah elabon dari akar kata lambano berarti menggenggam/mencengkeram. Jelas ini menunjukkan suatu proses/tindakan yang berkesinambungan atau terus menerus, bukan sekejap/seketika. Ini bicara tanggung jawab kita.

Jadi yang dimaksud menerima keselamatan itu bukanlah seperti suatu moment/peristiwa yang digambarkan sebagai sebuah titik. Sebaliknya, menerima keselamatan adalah proses yang digambarkan sebagai suatu garis panjang, sebab itu memang proses yang harus kita lalui sepanjang hayat hidup kita di bumi.

Bila menerima keselamatan dipahami sebagai peristiwa sesaat bagai sebuah titik, maka ia tidak akan bertumbuh dalam keselamatan. Tidak bertumbuh dalam kedewasaan yang ditargetkan oleh Tuhan sesuai standar-Nya. Standar-Nya adalah kepribadian yang serupa dengan Kristus.

Lalu apa itu artinya kita belum diselamatkan? Dengan mantap tanpa keraguan sedikitpun kita katakan bahwa kita sedang dalam proses penyelamatan. Ini bukan berarti kita tidak bisa mengatakan bahwa kita belum selamat. Saya tegaskan di sini, kita sudah selamat, dan sedang mengerjakan keselamatan itu. Sebab kenyataan bahwa kita sudah selamat harus dibuktikan dengan perjuangan kita mengerjakan keselamatan itu. Perjuangan itu adalah menyangkal diri dan pikul salib (Lukas 9:23) hingga mencapai level kerohanian yang menunjuk kepada kepribadian yang serupa Kristus. Itulah bukti nyata dari kelahiran baru yaitu kepribadian yang memancarkan buah Roh (Galatia 5:22-23).

Inilah proses pendewasaan sebagai anak-anak Tuhan. Ini tugas berat seorang rohaniwan yaitu tidak sekedar ”mempertobatkan” seseorang untuk percaya pada Tuhan Yesus saja, tetapi selanjutnya “menggembalakan” mereka melalui pemuridan guna mengenakan karakter yang menyerupai Kristus. Proses ini disebut Paulus menyerupai proses persalinan, ”Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu” (Galatia 4:19). Bila kita berhenti mengerjakan keselamatan itu, berarti kita tidak selamat lagi. Selamat bukan sekedar kita diperkenan masuk Surga dan terhindar dari api neraka, tapi serupa Kristus. Itu target utama Bapa yang tidak boleh digantikan oleh target-target pelayanan yang lainnya. Semua target pelayanan harus bermuara pada proses penyerupaan dengan Kristus, Anak-Nya itu (Rm 8:29).

ARTI PENGUDUSAN

Apakah Saudara sadar bahwa pada waktu Saudara menerima Roh Kudus, Saudara ikut menjadi bagian dalam kekudusan Kristus? Bejana di mana Allah tinggal haruslah kudus, sebab Allah itu kudus adanya (1 Petrus 1:15-16).

Dr. Berkhof memberikan definisi pengudusan sebagai tindakan Roh Kudus yang penuh kasih karunia dan terus menerus yang olehnya Ia membebaskan orang berdosa yang sudah dibenarkan dari kecemaran karena dosa, memperbarui keseluruhan naturnya dalam gambar dan rupa Allah, dan memampukannya melakukan perbuatan baik.

1. Pengudusan adalah pemisahan dari dosa

Istilah pengudusan dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja “hagiazo” merupakan kata turunan dari “hagios” yang sama seperti kata bahasa Ibrani “qadosh” yang berarti pemisahan (Matius 6:9). Kata “hagios” ini terkadang dipakai dalam pengertian ritual, yaitu “memisahkan dari yang biasa untuk tujuan kudus”, atau “disisihkan untuk suatu jabatan tertentu” (Yohanes 10:39; 2 Timotius 2:21).

Orang percaya yang dikuduskan berarti dipisahkan dari dosa, dari dunia kejahatan, bahkan dari keakuannya sendiri dan dari apa pun yang bisa menjadi sebab kerenggangan antara dia dan Kristus dalam hidup baru.

Pengudusan dalam arti pemisahan adalah kematian dari manusia lama, tubuh yang berdosa. Manusia lama adalah natur manusia yang masih dikuasai dosa setahap demi setahap disingkirkan (Rm 6:6; Gal 5:24). Jadi, setiap orang percaya harus menyalibkan daging dan segala keinginannya dan bagi mereka Roh telah berkuasa sepenuhnya.

2. Pengudusan artinya dijadikan kudus

Pengudusan artinya dijadikan kudus, yaitu apapun yang dikaitkan dengan penyembahan Allah, baik benda atau orang yang melayani Allah — semuanya dalam satu arti adalah kudus, disisihkan bagi Allah, dipersembahkan kepada Allah.

Dalam PL segala sesuatu yang dipisahkan untuk Allah disebut kudus atau disucikan meskipun tidak ada dosa sebelumnya yang melekat. Kemah ibadah dikuduskan walaupun tidak ada dosa, tetapi dipersembahkan pada Allah. Demikian pula semua perlengkapan kemah ibadah dikuduskan. Dipisahkan untuk dipakai hal-hal yang suci.

3. Pengudusan berarti juga memberi diri pada Allah

Pemisahan dari dosa dan memberi diri pada Allah adalah arti dasar dari kata pengudusan. Orang Kristen yang dikuduskan harus sepenuhnya menyerahkan diri pada Allah dalam segala hal.

PENGUDUSAN adalah suatu anugerah di mana orang percaya dipisahkan dari sifat dosa di dalam dirinya dengan jalan memenuhinya dengan Roh Kudus. Jadi, tidak ada kesucian secara moral yang terlepas dari hubungan dan persekutuan dengan Roh Kudus,”Ia (Yesus) akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus…” (Matius 3:11). Itulah Roh Kudus berdiam dalam hati kita diberikan oleh Allah, sehingga setiap gerak, pemikiran, keinginan atau kerinduan seluruh pribadi kita akan digerakkan oleh sumber kehidupan ilahi dalam hati kita.

Dalam PB, istilah yang paling umum bagi orang-orang Kristen adalah orang-orang kudus. Mereka dipisahkan dari dosa dan dimurnikan oleh Roh Kudus yang membuat mereka mampu mengambil bagian dalam kekudusan Allah.

Inilah yang oleh Dr. Berkhof dinamakan bangkitnya manusia baru yang diciptakan dalam Kristus Yesus untuk perbuatan baik. Pengudusan di sini adalah tindakan Allah di mana sikap batin yang kudus diperkuat, tindakan-tindakan yang kudus makin meningkat, dan dengan demikian jalan hidup yang baru diperlihatkan. Bersamaan dengan manusia lama yang perlahan-lahan musnah, maka manusia baru itu muncul. Seperti pada saat gas beracun itu dipompa keluar maka udara yang segar itu masuk ke dalam. Hidup yang baru yang mengikuti adalah sebuah hidup bagi Tuhan (Rm 6:11; Galatia 2:19).

Saya ingin Saudara memahami satu hal penting berkenaan dengan pengudusan adalah PENGUDUSAN itu tidak diterima secara massal, melainkan BERSIFAT PRIBADI (Kis 2:3,38). Dengan demikian, hendaklah masing-masing pribadi kita mempersembahkan diri seluruhnya kepada Allah sebagai korban yang hidup, kudus dan berkenan dengan kesadaran bahwa diri kita telah dibeli dengan harga lunas, sebab itu patut memuliakan Allah (Rm 12:1-2, 1 Korintus 6:20).

Penyerahan diri sepenuhnya merupakan bagian kita, sedangkan bagian Allah adalah Ia menyucikan dan memenuhi kita dengan Roh Kudus (Matius 3:11-12). Bila seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus, maka ia mendapat kuasa untuk mengalahkan dosa dan mendapat kuasa untuk melayani Tuhan (Kis 1:8).

Jadi, pengudusan ini mempengaruhi keseluruhan hidup kita. Jika manusia batiniah kita itu diubahkan,maka keseluruhan hidup kita itu juga akan diubahkan (1 Tesalonika 5:23). Kekudusan itu berlangsung terus menerus dari pengalaman hidup, sementara kita hidup di dunia (Yohanes 17:17; 1 Yohanes 1:7).

STANDAR KEKUDUSAN

Standar Allah tentang kesucian begitu tinggi sehingga tidak mungkin mencapai standar kesucian itu melalui usaha manusia walaupun kita berusaha dengan keras, karena kita disuruh hidup kudus dalam segala tingkah laku kita sama seperti Allah kudus (1 Petrus 1:15-16). Kita harus hidup sama seperti Yesus telah hidup (1 Yohanes 2:6). Standar yang tinggi ini tidak mungkin dicapai hanya dengan usaha manusia saja.

Pengudusan adalah karunia Allah, sebagaimana keselamatan adalah karunia Allah (Efesus 2:8-9). Tidak mungkin kita menyelamatkan diri kita melalui usaha manusia dan demikian juga TIDAK MUNGKIN kita hidup kudus sesuai standar kekudusan Allah melalui usaha manusia. Tetapi ada kemungkinan untuk hidup kudus menurut standar kekudusan Allah dan untuk melakukan perbuatan baik jika dilakukan menurut cara Allah.

YESUS KRISTUS ADALAH PENGUDUS KITA

Saya akan menunjukkan ayat kepada kita semua, di mana Yesus berkata,”Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran” (Yohanes 17:19). Anak kalimat terakhir bisa juga berarti “supaya mereka pun dikuduskan dengan benar.” Ini berarti di dunia ini ada juga kekudusan yang lain yang bukan kekudusan sejati, yang menurut cara/standar Allah.

Kita tidak dapat menguduskan diri kita sendiri. Jika kita sanggup membangunnya sendiri dan terus menyempurnakannya tahun demi tahun sampai sempurna, bukankah kita akan berdiri dengan kecongkakan? Satu-satunya cara ialah menyerahkan diri seluruhnya / seutuhnya kepada Allah sebagai persembahan sukarela, karena Dia sendirilah yang membersihkan dan mengisi hati dan hidup kita.

Penyebabnya jatuhnya para malaikat di surga dari keududukan mereka yang tinggi adalah karena mereka menyadari keindahan mereka sendiri dan kecongkakan muncul di hati mereka. Mereka memandang diri mereka dan menganggap diri mereka sama dengan Allah.

Pada saat kita menyadari bahwa kita suci murni, pada saat itu juga keterpisahan itu mulai. Ini menyebabkan kita terlepas dari-Nya dan kita memisahkan hidup kita dari kehidupan Kristus. Kita harus menjadi bejana yang kosong yang terbuka mengalirkan kehidupan Kristus. Barulah kesempurnaan Kristus dianugerahkan pada kita. Dan kita akan semakin berkurang keakuannya sedangkan Kristus semakin bertambah dalam kita.

Yesus sendirilah menjadi pengudus atau kesucian kita. Pengudusan terjadi melalui Yesus yang mendiami hati kita. Ia tidak sekedar menaruh kebenaran dalam hati, tetapi juga Ia pribadi hidup dalam diri kita. Jadi, barangsiapa mencoba hidup kudus terpisah dari Kristus bukan pengudusan yang benar.

Kita harus mengambil Yesus menjadi kehidupan kita untuk mengalami pengudusan yang benar. Yesus sendiri datang ke dalam hati kita dan hidup nyata di dalam kita dan demikianlah menjadi pengudusan dari jiwa kita. Itulah arti pengudusan. Itulah artinya secara pribadi mengalami kesucian yang dari Allah,”…. kamu berada dalam Kristus Yesus yang oleh Allah telah menjadi hikmat, kebenaran, pengudusan dan penebusan kita” (1 Korintus 1:30).

DIKUDUSKAN SEKARANG INI

Ada orang berpikir bahwa hidup kudus itu adalah untuk nanti kalau sudah tiba di sorga. Ada juga yang berpikir adalah tidak mungkin dapat hidup kudus di dunia yang sekarang ini. Pikiran ini sangat berbahaya karena bisa menyesatkan umat Tuhan, dan membuat orang-orang Kristen komproni dengan dosa. Ada yang berdalih, kita ‘kan masih manusia, tinggal di dunia, sekarang kita masih jatuh bangun dalam dosa?

Orang yang berpikir bahwa tidak mungkin bisa menjadi kudus, serupa dengan Tuhan Yesus adalah menganggap dan menuduh Tuhan sebagai pendusta, seakan-akan “omong kosong”, memerintahkan orang percaya melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan. Hendaknya bukan karena telah melihat kegagalan diri sendiri maka berpikir mustahil untuk menjadi suci dan serupa Kristus.

Memang kita masih tidak kudus dalam sifat kita. Kita telah mewarisi sifat berdosa dalam Adam. Memang benar bahwa kita tidak dilahirkan kudus. Setiap bayi dilahirkan dengan sifat yang berdosa. Setiap manusia mempunyai sifat berdosa, yaitu kecenderungan yang diwarisi untuk berbuat dosa sejak lahir dan seterusnya.

Kelahiran baru merupakan jawaban Allah untuk kesalahan dosa. Memang Alkitab tidak mengajarkan bahwa kelahiran baru itu membebaskan kita dari sifat berdosa. Ada pemurnian dan penyempurnaan kesucian yang perlu menyusul kelahiran baru (2 Korintus 7:1). Inilah kekudusan yang berlangsung terus, kesalehan yang makin bertambah dan pembersihan yang terus-menerus dari pengalaman hidup, sementara kita hidup (Yohanes 13:10).

Jadi, apakah mungkin memperoleh kesucian pribadi di dalam dunia yang sekarang? Jika tanpa kesucian, tidak seorang pun dapat melihat Tuhan (Matius 5:8), dapatkan kita memperoleh kekudusan yang penting itu sekarang sementara kita hidup di dunia (Ibrani 12:14)?

Jawabannya, tegas: DAPAT! Tuhan tidak meminta standar yang mustahil dari kita. Tuhan bukan penipu (Mat 5:48). Tuhan tidak akan memerintahkan sesuatu yang tidak mungkin. Jika Tuhan memerintahkan agar kita menjadi kudus, itu membuktikan bahwa kita dapat menjadi kudus (1 Ptr 1:15-16).

Kita dikuduskan oleh Roh Kudus dengan perantaraan firman-Nya yang harus kita terima sendiri (Yoh 17:17; Efesus 5:26). Perlengkapan Allah bagi kita ialah kebenaran dan kekudusan yang disediakan Kristus seumur hidup kita di dunia (Lukas 1:74-75). Kita akan dibuat menjadi mampu untuk hidup dengan pengendalian diri, jujur dan saleh pada jaman sekarang ini, ya - di sini: di dunia (Titus 2:11)

Doa Yesus untuk PENGUDUSAN para murid-Nya adalah karena”Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia” (Yohanes 17:17). Jadi, jelas Yesus menghendaki agar kita dikuduskan SEMENTARA HIDUP DI DUNIA.

Menjadi kudus di dunia yang sekarang bukanlah angan-angan yang indah tetapi dapat kita peroleh. Yesus berkata,”Kuduskanlah mereka dalam kebenaran. Firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17). Ini adalah pengudusan yang harus dilakukan di sini- di dunia.

KRISTUS MATI UNTUK KEMURNIAN HATI KITA

Sekali lagi saya mengajak Saudara, kita patut bersyukur, bahwa kita, setiap orang percaya yang telah dilahirkan baru DAPAT dan HARUS HIDUP KUDUS. Efesus 5:25-27, dikatakan,”Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya bagi untuk menguduskannya … supaya Ia menempatkan jemaat di hadapan-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa dengan itu, tetapi supaya jemaat KUDUS DAN TAK BERCELA”. Kehidupan kudus dimulai pada saat kita dilahirkan baru oleh Roh Kudus. Setiap orang percaya didiami oleh Roh (Rm 8:9, 2 Tim 1:14) sehingga tubuh kita menjadi bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19).

Jadi, ada kuasa untuk kita mengalahkan segala dosa. Dengan demikian, adalah mungkin untuk kita hidup BEBAS dari ikatan dosa. Kristus,”Yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk MEMBEBASKAN kita dari segala kejahatan dan MENGUDUSKAN bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik” (Titus 2:14).

PENGUDUSAN YANG BERLANJUT

Dalam hubungannya dengan pengalaman Kristen, pengudusan meliputi tiga aspek, yaitu kesucian secara posisi, secara kondisi/pengalaman, dan secara final/sempurna.

1. Pengudusan secara posisi

Pengudusan itu bersifat SEKETIKA dan BERTAHAP! Pengudusan awal terjadi pada saat Roh Kudus menciptakan kita menjadi manusia baru di dalam Kristus, dalam kelahiran baru. Ini adalah peristiwa yang berlangsung sesaat dan sekejap (seketika). Seketika itu juga dosa-dosa kita diampuni dan kita berdamai dengan Allah. Pada saat (seketika) itu kita dibersihkan dari segala dosa masa lalu (Titus 3:5, 1 Korintus 6:11). Dengan demikian, dalam pengertian ini, setiap orang Kristen sudah dikuduskan dan dapat disebut orang saleh. “Orang saleh” dikenakan kepada orang-orang yang telah dikuduskan. Sekalipun demikian, ini baru awal.

Pengudusan secara posisi ini tidak melihat keadaan rohani orang itu, tetapi pertobatan dari dosa dan imannya kepada Tuhan Yesus. Ini berarti orang-orang yang percaya Kristus telah dipisahkan sebagai orang-orang suci dalam kedudukannya sebagai keluarga Allah. Contoh yang paling nyata adalah orang-orang Korintus. Mereka adalah orang-orang suci secara posisi, meskipun mereka masih hidup dalam kondisi duniawi (1 Korintus 6:11). Nama mereka disebut suci/kudus adalah suatu titel yang diberikan tanpa usaha dari mereka melainkan atas dasar kematian Yesus dan mereka telah beriman kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

2. Pengudusan secara kondisi

Selanjutnya pengudusan adalah sebuah PROSES BERTAHAP! Roh yang menguduskan itu tidak akan berhenti berusaha untuk mengubah setiap aspek kehidupan kita,”Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar akan Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yangsesuai dengan kepenuhan Kristus” (Efesus 4:13). PENGUDUSAN yang demikian merupakan PROSES SEPANJANG HIDUP, di mana kita mau taat secara progresif diubah menjadi MAKIN SERUPA dengan KRISTUS “dalam kemuliaan yang semakin besar” (2 Korintus 3:18). Kita harus terus berjalan dalam terang,”Jika kita hidup dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari segala dosa” (1 Yohanes 1:7).

Ini adalah kekudusan yang berlangsung terus (BERTAHAP), kesalehan yang makin bertambah dan pembersihan yang terus-menerus dari pengalaman hidup, sementara kita hidup. Dalam Ibrani 12:7-13, dikatakan bahwa Bapa akan mendidik kita sebagai anak-Nya, supaya kita mendapat bagian di dalam kekudusan-Nya. Pengudusan berlangsung terus SAMPAI MATI,”

Dengan demikian, kesucian itu perlu diperjuangkan terus menerus. Pengudusan ini bergerak secara progresif . Dalam hal ini tidak ada “orang suci instan”. Namun ada beberapa hambatan dalam mengusahakan kesucian secara kondisi/pengalaman, diantaranya adalah: pertama adalah sikap yang mendukakan Roh yaitu dosa orang Kristen, termasuk dosa yang tersembunyi seperti motivasi yang buruk. Kedua adalah memadamkan Roh (1 Tes 5:19). Tindakan memadamkan Roh seperti hidup didalam daging, dan bukan menurut Roh, hidup yang tidak berserah pada kehendak Tuhan.

3. Pengudusan final

Sebelum kita disucikan melalui pemenuhan Roh Kudus, tidak seorang pun mempunyai sifat yang suci (Rm 3:23). Kesucian yang diperjuangkan itu akhirnya mencari puncak/finalnya. Itu berarti kedewasaan atau kesempurnaan total di saat Tuhan Yesus datang kembali mengubah tubuh yang hina dan fana ini menjadi serupa tubuh-Nya yang mulia (Fil 3:20-21).

PERAN MANUSIA DALAM PENGUDUSAN

Sebab pengudusan adalah pekerjaan Tuhan di mana kita ikut mengambil bagian di dalamnya. Kita adalah mahkluk yang berpikir, dan Tuhan juga yang menggerakkan kita berdoa dan bekerja bersama-sama dengan Roh. Kita memang harus bekerja bersama dengan Roh Kudus untuk melawan kejahatan dan pencobaan (Galatia 5:16-23). Jadi, kita harus giat melakukannya untuk hidup suci (Yohanes 15:2,8,16). Walaupun kita terlibat aktif dalam proses pengudusan bekerja sama dengan Roh Kudus, kita hanya dapat melakukannya berdasarkan kekuatan dari Roh itu yang diberikan kepada kita dari hari ke hari. Pengudusan dan perkembangan rohani dari kita bukan hasil usaha kita sendiri tetapi merupakan karya anugerah Allah.

Berikut ini saya memberikan petunjuk praktis agar hidup yang dikuduskan ini bisa dilakukan hari demi hari.

1. Kita harus hidup taat pada suara Tuhan, suara Roh-Nya yang berbicara lembut di hati kita,”…hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Galatia 5:16). Itu artinya kita harus hidup dengan kehidupan yang TAAT dari hati pada Allah, selalu melakukan apa yang Dia inginkan dan selalu sepenuhnya di dalam pimpinan-Nya.

Percaya dan taat berjalan bergandengan tangan. Iman adalah perisai kita dalam pencobaan (Ef 6:16). Kita hidup dengan iman, bukan dengan perasaan sukacita. Perasaan daapat datang dan pergi, tetapi hubungan kita dengan Allah harus dipelihara dengan iman dan ketaatan yang penuh kasih. Percayalah dan taatilah Allah dengan setia.

Hukum yang mendasari hukum Musa adalah KETAATAN, di mana Allah menginginkan agar Israel menjadi bangsa yang kudus, yang dipisahkan bagi-Nya, tetapi juga dipisahkan dari dosa-dosa pada jaman mereka (Keluaran 19:6). Dan hukum yang mendasari perlakuan Allah terhadap bangsa-bangsa kafir adalah KETAATAN kepada terang yang telah mereka terima dalam nurani mereka (Rm 2:14-16). Allah tidak mempunyai standar yang lain untuk makhluk-makhluk-Nya, selain KETAATAN yang penuh kasih.

2. Peliharalah saat teduh dan doa syafaat Saudara

Tidak ada kehidupan rohani yang memuaskan, terlepas dari hidup yang berhubungan dengan Allah (DOA) setiap hari. Seluruh kehidupan Kristen tergantung pada DOA. DOA lebih diperlukan untuk memelihara NYALA ROHANI Saudara. Bahan bakar api rohani ialah doa. Saudara harus menyisihkan waktu untuk bersaat teduh setiap hari, setiap hari doa harus wajar seperti halnya bernafas.

Saya beritahu Saudara, bahwa karunia Roh dan buah Roh bermekaran di dalam iklim saat teduh.

3. Dalam setiap pergumulan atau pencobaan atau ujian, kita harus mendekatkan diri kepada Allah dan menyerahkan masalahnya kepada-Nya.

Pada saat Saudara menyerah diri kepada Yesus, bukannya mengalami hal-hal yang indah dan manis, terkadang justru iblis datang dan mencoba untuk menggoncangkan keyakinan Saudara dengan pencobaan atau ujian. Bila Saudara gagal, jangan katakan bahwa tidak ada gunanya untuk mencoba lebih jauh. Berhentilah sejenak dan taruhlah semua di kaki Tuhan, lalu mulai lagi dari awal, dan belajarlah untuk tinggal berserta Dia dari saat kegagalan Saudara.

Masih ingatkah Saudara akan Petrus? Pernah pernah jatuh dan meninggalkan kasih karunia. Yesus memperingatkan Petrus bahwa ia akan jatuh dan menyangkal-Nya. Tetapi Yesus berkata,”Tetapi Aku telah BERDOA untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur, dan engkau, jikalau sudah insaf, kuatkanlah saudara-sauadaramu” (Lukas 22:32).

Kata “jikalau engkau sudah insaf” dalam bahasa Inggrisnya adalah “when you returned to Me”. Jadi Yesus menggunakan kata “when” (ketika), bukan “if” (jikalau). Itu artinya doa Yesus untuk orang-orang pilihan-Nya begitu kuat, sehingga mereka PASTI tidak akan meninggalkan kasih karunia selama-lamanya dan binasa. Kata “when” juga menunjukkan bahwa Petrus akan melewati proses kejatuhan, tetapi ia pasti akan BANGKIT LAGI dan MENANG. Haleluya!

TUJUAN HIDUP KUDUS

Tujuan pengudusan dapat diringkaskan sebagai berikut:

1. Supaya TAAT kepada Yesus

Dengan jelas sekali Alkitab berkata bahwa kita dikuduskan untuk TAAT kepada Yesus,”… dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya TAAT kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya” (1 Ptr 1:2).

Taat pada Yesus berarti mengasihi Dia. Mengasihi adalah kata kerja. Mengasihi adalah perbuatan yang positif dan aktif, yang meliputi seluruh aspek kepribadian seseorang harus secara aktif terlibat dalam perbuatan mengasihi Allah. Ya, seluruh kepribadian kita, termasuk kehendak, kasih, pikiran, dan seluruh energi kita, harus digerakkan.

Saya kira tidak ada langkah paling penting dan mendasar untuk mempertahankan kelahiran baru kita, selain KETAATAN. Ketaatan merupakan syarat mutlak yang utama (Kis 5:32). Bila kita gagal, kita harus segera mengakuinya kepada Allah serta menerima pengampunan-Nya (1 Yohanes 1:9).

Hanya ketika hati kita dikuduskan oleh Roh dan dipenuhi dengan Roh, maka kita benar-benar dapat mengasihi Yesus. Namun demikian, Alkitab berkata bahwa kasih kepada Yesus itu akan terus mengalir diwujudkan dengan mengasihi sesamanya. Kita tidak mengasihi Allah seperti yang dikatakan Yesus kecuali kita mengasihi sesama kita seperti yang dikatakan Yesus,”Barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (1 Yohanes 4:20). “Barangsiapa mengasihi Allah ia harus juga mengasihi saudaranya” (1 Yohanes 4:21)

Pengudusan yang terus-menerus diperlukan untuk membuat kita benar-benar mengasihi Tuhan (Mrk 12:30) dan juga mampu mengasihi sesama menurut I Kor 13.

2. Untuk memenuhi kebutuhan batin/roh kita

Kita membutuhkan kepenuhan Roh Kudus melalui hidup yang disucikan. Ketika Roh Kudus memenuhi batin kita, Dia akan membuat kita bercahaya dengan sukacita Tuhan (Yohanes 17:13), Dia memenuhi kita dengan sukacita-Nya (KIs 13:52), karena sukacita diberikan oleh Roh Kudus (1 Tesalonika 1:6). Kerajaan Allah yang memenuhi kita berarti sukacita dari Roh Kudus (Rm 14:17). Salah satu buah Roh adalah sukacita (Gal 5:22), sukacita yang digambarkan sebagai “mulia dan yang tak terkatakan” (1 Ptr 1:8).

Hidup yang disucikan melalui kepenuhan Roh Kudus merupakan kebutuhan dasar untuk cahaya rohani tiap-tiap hari, sebagai kesaksian bagi Kristus kepada orang lain.

3. Untuk memperoleh kemenangan dalam kehidupan Kristen

Tujuan penyucian ialah untuk nmelepaskan kita daripada diri kita sendiri dan dari dosa, dan untuk menunjukkan kepada kita jalan Allah yang membawa KEMENANGAN,”Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Gal 5:16).

Sebelum sifat berdosa kita disucikan, kita tidak mampu menang dalam perjuangan dengan prinsip dosa,”Tetapi kamu tidak dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu” (Rm 8:9).

Paulus menggambarkan tentang hidup perjuangan dengan prinsip dosa, ia merasa putus asa, dengan berseru,”Aku manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Rm 7:24). Selanjutnya Paulus memberi jawaban yang diberikan Allah kepadanya,”Syukur kepada Allah! Oleh Yesus Kristus,Tuhan kita” (Rm 7:25) dan kemudian Paulus masuk ke dalam Roma 8, pasal yang menakjubkan tentang kemenangan melalui Roh Kudus. Betapa jauh lebih mudah untuk hidup suci dalam kemenangan yang diberikan oleh Roh Kudus ketika Dia menguduskan sepenuhnya dan memenuhi kita secara menyeluruh dengan kehadiran-Nya yang memberi kita KUASA.

Jadi, kita harus terus belajar bagaimana mengandalkan Dia dalam segala keadaan dan kebutuhan. Kita harus belajar untuk bersandar kepada-Nya. Ingatlah rahasianya,”Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil 4:13).

4. Untuk perlengkapan pelayanan

Tujuan lain daripada pengudusan dan kepenuhan Roh ialah untuk memperlengkapi kita dengan kuasa untk pelayanan. Yesus berkata,”Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Lukas 24:49). Dan dengan cara itu,”… kamu akan menjadi saksi-Ku…” (Kis 1:8).

a. Dikuduskan untuk berdoa secara efektif

Alkitab berkata,”…Roh membantu kita dalam kelemahan kita, sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Rm 8:26)

Saya beritahu Saudara bahwa salah satu penyebab utama masalah dalam doa adalah hati yang tidak dikuduskan yang tidak sepenuhnya dipenuhi oleh Roh Kudus. Sebaliknya, Roh jauh lebih mudah membimbing orang yang dipenuhi oleh Roh di dalam doanya. Roh demikian menguasai sifat pribadi orang yang dikuduskan sehingga Ia berulang-ulang menariknya untuk BERDOA terutama pada saat Allah dan orang lain membutuhkan doa itu.

Saya katakan kepada Saudara bahwa ada HUBUNGAN YANG ERAT antara KEPENUHAN ROH dan kuasa dalam DOA. Untuk itu DOA harus merupakan KEGEMBIRAAN bagi tiap orang Kristen. Doa syafaat yang kuat adalah kebutuhan gereja dan dunia kita.

b. Dikuduskan untuk bersaksi dan memenangkan jiwa secara efektif

Bersaksi dan memenangkan jiwa merupakan pekerjaan yang terus-menerus bergantung pada Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, kata-kata kita mungkin benar, tetapi bukan kata-kata yang menyelamatkan, yang memberi hidup. Tanpa Roh Kudus, tidak akan membawa orang kepada Kristus. Paulus berkata,”Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus…(1 Tesalonika 1:5).

Apakah kita ingin dipakai oleh Allah? Alasannya mengapa ada beberapa orang yang tidak dipakai Allah ialah karena mereka tidak mengkhususkan diri atau memisahkan diri sehingga dapat dipakai-Nya,”Jika seorang menyucikan diri dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia” (2 Timotius 2:21).

Baca Juga: Ajaran Kasih Karunia Yang Benar Dan Pengudusan

Setiap orang Kristen dapat bersaksi, tetapi kuasa untuk bersaksi berasal dari Roh Kudus (Kis 1:8). Pengudusan melalui pemenuhan Roh Kudus adalah sangat penting bagi hidup dan pelayanan kita yang suci. Lihat kesaksian para rasul, kesaksian dan pelayanannya menjadi efektif karena kuasa Roh,”Dengan kuasa yang besar Rasul-rasul memberi kesaksian…” (Kis 4:33).

JANGAN SALAH PAHAM

Saya ingin Saudara memahami fakta ini :

1. Pengudusan tidak membebaskan kita dari pencobaan

Adam dan Hawa dicoba namun mereka kalah dan menjadi berdosa. Kristus pun juga dicobai, namun tidak berdosa (Ibrani 4:15). Pencobaan tidak menjadi dosa sampai pencobaan itu disetujui. Jadi pengudusan tidak pernah melenyapkan dosa dan iblis untuk tidak mencobai kita. Tetapi, pengudusan lebih mudah untuk membuat kemenangan atas pencobaan dan Roh Kudus memberikan kuasa yang lebih besar untuk mengalahkan pencobaan,”Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib ... supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia” (2 Ptr 1:3-4).

2. Pengudusan tidak membebaskan kita dari kemungkinan untuk jatuh dosa

Selama kita berada di dunia, kita dalam masa ujian, dan ada kemungkinan untuk jatuh dosa. Sehingga kita diingatkan,”… perlu berhati-hati supaya ia jangan jatuh” (1 Korintus 10:12). Kemenangan atas pencobaan adalah mungkin bagi orang yang dikuduskan. Roh Kudus tidak hanya membersihkan kita, Dia juga memberi kuasa tetapi kita juga harus bersedia mendisiplin diri. Sebab Roh Kudus tidak akan memperlaukan kita seperti robot dan membuat keputusan bagi kita. Kitalah yang harus membuat pilihan (memilih) untuk bertindak, dan kemudian Roh akan menguatkan sementara kita bertindak sesuai dengan kehendak-Nya,”dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar” (Kolose 1:11).

Kita masih dalam bejana tanah liat. Kita masih dalam tubuh yang belum dimuliakan, sehingga kita masih dapat jatuh dosa, namun tidak mau berbuat dosa. Kemenangan atas pencobaan hanya mungkin bagi orang yang telah dikuduskan dan menyucikan diri.

Kasih karunia bukan hanya membenarkan, Kasih karunia juga menguduskan seseorang sampai ia menjadi serupa Kristus. Amin-
Next Post Previous Post