5 FUNGSI GEREJA BERDASARKAN KISAH PARA RASUL 2:42-47
5 Fungsi Gereja berdasarkan Kisah Para Rasul 2:42-47
Gereja yang hidup ialah gereja yang dapat menunjukkan fungsinya di tengah dunia. Fungsi gereja juga perlu diterapkan secara utuh dan tidak hanya sebagian-sebagian saja. Dalam bagian ini, penulis akan memaparkan fungsi-fungsi gereja yang ditinjau dari kitab Kisah Para Rasul 2:41-47, yang mana konteks ayat tersebut berbicara tentang gaya hidup gereja mula-mula
1. Persekutuan
Setelah jemaat mula-mula memberi diri mereka untuk dibaptis, penulis kitab Kisah Para Rasul menjelaskan bahwa mereka bertekun dalam pengajaran para rasul dan di dalam persekutuan. Dapat dimengerti bahwa jemaat mula-mula menunjukkan ketekunannya di dalam hal bersekutu. Kata yang digunakan dalam bagian tersebut ialah κοίνονια (koinonia).
Zalchu menjelaskan bahwa kata ini kata ini berarti menegaskan bahwa ada persamaan dan kesetaraan di dalam suatu komunitas dan terjalin hubungan tanpa sekat. Hal tersebut nyata terlihat dari latar belakang yang berbeda-beda dari perkumpulan jemaat mula-mula itu yang mana Kristus sebagai pemersatu mereka. Di dalam ayat yang ke-42 pada pasal 2 di Kisah Para Rasul menunjukkan bahwa persekutuan yang dibangun oleh jemaat mula-mula terdapat dua arah, yaitu persekutuan dengan Allah dan persekutuan dengan manusia.
Sutoyo dalam artikelnya menjelaskan bahwa di dalam ayat tersebut menjelaskan ada dua pasangan perbuatan yaitu kepatuhan gereja mula-mula terhadap pengajaran para rasul dan persekutuan serta memecahkan roti dan berdoa. Kedua pasang perbuatan tersebut memberikan penjelasan tentang hubungannya dengan manusia serta hubungannya dengan Allah. Persekutuan yang dibangun oleh gereja mula-mula tersebut selaras dengan apa yang diajarkan oleh Yesus tentang hukum yang terutama yaitu bahwa manusia diperintahkan untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (Matius 22:37-39)
Gereja saat ini juga perlu memperhatikan kehidupan jemaat mula-mula sebagai teladan dalam bersekutu. Bersekutu bukan menjadi suatu aktivitas yang biasa atau hanya rutinitas saja, tetapi dii dalam persekutuan terkandung nilai yang membangun. Nilai persekutuan yang ditekankan dalam Kisah Para Rasul 2:42-47 ialah nilai yang utuh.
Sebagaimana di dalam karya Andrew Brake menjelaskan bahwa saat orang percaya berdoa, itu diilustrasikan seperti saat seseorang membuat kue tart ulang tahun. Dalam bahan membuat kue tart tersebut diperlukan garam, pengembang, telur, penyedap rasa, dan sebagainya. Jika terdapat bahan-bahan yang kurang, tentu rasanya tidak lezat.
Begitu pula dengan persekutuan terdapat suatu hubungan yang dibangun dengan sesama terlebih dengan Allah. Di dalam ayat 42b mengatakan bahwa jemaat mula-mula itu memecahkan roti (persekutuan dengan sesama) dan berdoa (persekutuan dengan Allah). Gereja seharusnya melihat kedua fungsi persekutuan ini. Keduanya sama-sama perlu diperhatikan tanpa mengabaikan salah satunya
Dengan sesama. Persekutuan yang dibangun oleh jemaat mula-mula tidak memandang perbedaan seperti status sosial, warna kulit, pendidikan dan sebagainya. Persekutuan dengan sesama menekankan suatu peneguhan daripada Allah secara bersama yang berlandaskan firman Tuhan.
Kata “persekutuan” di dalam bagian ini berasal dari kata τε κοίνονια (te koinonia) yang mana diterjemahkan sebagai “the fellowship”. Pengertian dari kata ini digolongkan ke dalam kata khusus yang menjelaskan suatu permulaan persekutuan orang-orang percaya. Artinya bahwa aktivitas tersebut terus-menerus dilakukan dalam ikatan yang kuat.
Terjemahan “fellowship” lebih kepada persahabatan, namun juga dapat dimengerti suatu persekutuan yang lebih dari pada sekedar persahabatan. Di dalam persekutuan tentunya orang-orang percaya saling menguatkan, saling mendoakan, saling mengisi, dan tujuan utamanya ialah untuk memuliakan Allah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ndiy dan Susanto bahwa di dalam persekutuan, orang-orang percaya bisa saling menguatkan, menghibur, mencukupi, dan juga saling menasihati.
Gereja saat ini tidak boleh kehilangan fungsi utamanya yaitu persekutuan. Gereja merupakan lembaga yang berbeda dengan lembaga-lembaga dunia pada umumnya karena gereja merupakan persekutuan orang percaya. Bersekutuan terjadi antar sesama orang percaya.
Jika gereja memperhatikan esensi dari persekutuan yang sesungguhnya, tidak ada alasan bagi gereja untuk mementingkan kepentingan pribadi ataupun sibuk dengan kegiatan yang tujuan akhirnya hanya untuk mencari uang. Setiap kegiatan yang dilakukan gereja seyogiyanya menaruh perhatikan kepada fungsi persekutuan yang sesungguhnya yaitu untuk saling menguatkan, menghibur, mencukupi dan sebagainya
Persekutuan itu sebagaimana orang-orang percaya menghayati arti salib salah satunya ialah mengasihi Allah. Persekutuan dengan Allah juga merupakan suatu sikap membangun hubungan dengan Allah. Jemaat mula-mula memberikan contoh bahwa mereka membangun persekutuan dengan Allah. Hal tersebut ditunjukkan melalui sikap mereka yang berkumpul untuk berdoa.
Doa merupakan bagian penting dalam hidup orang percaya. Doa merupakan suatu interaksi antara manusia dengan Allah. Orang-orang percaya berkomunikasi dengan Allah melalui doa dan Allah berkomunikasi dengan orang-orang percaya melalui firman-Nya. Penegasan bahwa gereja mula-mula bertekun dalam pengajaran rasul-rasul mengindikasikan bahwa mereka bertekun dalam firman-Nya. Ada persekutuan yang terjalin antara jemaat mula-mula dengan Allah.
Membangun persekutuan dengan Allah menjadi satu bagian penting dalam persekutuan. Gereja perlu melihat dasar yang prinsip ini dalam persekutuan. Salah satu bentuk persekutuan gereja dengan Allah ialah melalui doa dan belajar firman. Adakah gereja tidak berpatokan dengan kedua hal ini?
Gereja yang hidup ialah gereja yang dapat menunjukkan fungsinya di tengah dunia. Fungsi gereja juga perlu diterapkan secara utuh dan tidak hanya sebagian-sebagian saja. Dalam bagian ini, penulis akan memaparkan fungsi-fungsi gereja yang ditinjau dari kitab Kisah Para Rasul 2:41-47, yang mana konteks ayat tersebut berbicara tentang gaya hidup gereja mula-mula
otomotif, gadget |
Setelah jemaat mula-mula memberi diri mereka untuk dibaptis, penulis kitab Kisah Para Rasul menjelaskan bahwa mereka bertekun dalam pengajaran para rasul dan di dalam persekutuan. Dapat dimengerti bahwa jemaat mula-mula menunjukkan ketekunannya di dalam hal bersekutu. Kata yang digunakan dalam bagian tersebut ialah κοίνονια (koinonia).
Zalchu menjelaskan bahwa kata ini kata ini berarti menegaskan bahwa ada persamaan dan kesetaraan di dalam suatu komunitas dan terjalin hubungan tanpa sekat. Hal tersebut nyata terlihat dari latar belakang yang berbeda-beda dari perkumpulan jemaat mula-mula itu yang mana Kristus sebagai pemersatu mereka. Di dalam ayat yang ke-42 pada pasal 2 di Kisah Para Rasul menunjukkan bahwa persekutuan yang dibangun oleh jemaat mula-mula terdapat dua arah, yaitu persekutuan dengan Allah dan persekutuan dengan manusia.
Sutoyo dalam artikelnya menjelaskan bahwa di dalam ayat tersebut menjelaskan ada dua pasangan perbuatan yaitu kepatuhan gereja mula-mula terhadap pengajaran para rasul dan persekutuan serta memecahkan roti dan berdoa. Kedua pasang perbuatan tersebut memberikan penjelasan tentang hubungannya dengan manusia serta hubungannya dengan Allah. Persekutuan yang dibangun oleh gereja mula-mula tersebut selaras dengan apa yang diajarkan oleh Yesus tentang hukum yang terutama yaitu bahwa manusia diperintahkan untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (Matius 22:37-39)
Gereja saat ini juga perlu memperhatikan kehidupan jemaat mula-mula sebagai teladan dalam bersekutu. Bersekutu bukan menjadi suatu aktivitas yang biasa atau hanya rutinitas saja, tetapi dii dalam persekutuan terkandung nilai yang membangun. Nilai persekutuan yang ditekankan dalam Kisah Para Rasul 2:42-47 ialah nilai yang utuh.
Sebagaimana di dalam karya Andrew Brake menjelaskan bahwa saat orang percaya berdoa, itu diilustrasikan seperti saat seseorang membuat kue tart ulang tahun. Dalam bahan membuat kue tart tersebut diperlukan garam, pengembang, telur, penyedap rasa, dan sebagainya. Jika terdapat bahan-bahan yang kurang, tentu rasanya tidak lezat.
Begitu pula dengan persekutuan terdapat suatu hubungan yang dibangun dengan sesama terlebih dengan Allah. Di dalam ayat 42b mengatakan bahwa jemaat mula-mula itu memecahkan roti (persekutuan dengan sesama) dan berdoa (persekutuan dengan Allah). Gereja seharusnya melihat kedua fungsi persekutuan ini. Keduanya sama-sama perlu diperhatikan tanpa mengabaikan salah satunya
Dengan sesama. Persekutuan yang dibangun oleh jemaat mula-mula tidak memandang perbedaan seperti status sosial, warna kulit, pendidikan dan sebagainya. Persekutuan dengan sesama menekankan suatu peneguhan daripada Allah secara bersama yang berlandaskan firman Tuhan.
Kata “persekutuan” di dalam bagian ini berasal dari kata τε κοίνονια (te koinonia) yang mana diterjemahkan sebagai “the fellowship”. Pengertian dari kata ini digolongkan ke dalam kata khusus yang menjelaskan suatu permulaan persekutuan orang-orang percaya. Artinya bahwa aktivitas tersebut terus-menerus dilakukan dalam ikatan yang kuat.
Terjemahan “fellowship” lebih kepada persahabatan, namun juga dapat dimengerti suatu persekutuan yang lebih dari pada sekedar persahabatan. Di dalam persekutuan tentunya orang-orang percaya saling menguatkan, saling mendoakan, saling mengisi, dan tujuan utamanya ialah untuk memuliakan Allah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ndiy dan Susanto bahwa di dalam persekutuan, orang-orang percaya bisa saling menguatkan, menghibur, mencukupi, dan juga saling menasihati.
Gereja saat ini tidak boleh kehilangan fungsi utamanya yaitu persekutuan. Gereja merupakan lembaga yang berbeda dengan lembaga-lembaga dunia pada umumnya karena gereja merupakan persekutuan orang percaya. Bersekutuan terjadi antar sesama orang percaya.
Jika gereja memperhatikan esensi dari persekutuan yang sesungguhnya, tidak ada alasan bagi gereja untuk mementingkan kepentingan pribadi ataupun sibuk dengan kegiatan yang tujuan akhirnya hanya untuk mencari uang. Setiap kegiatan yang dilakukan gereja seyogiyanya menaruh perhatikan kepada fungsi persekutuan yang sesungguhnya yaitu untuk saling menguatkan, menghibur, mencukupi dan sebagainya
Persekutuan itu sebagaimana orang-orang percaya menghayati arti salib salah satunya ialah mengasihi Allah. Persekutuan dengan Allah juga merupakan suatu sikap membangun hubungan dengan Allah. Jemaat mula-mula memberikan contoh bahwa mereka membangun persekutuan dengan Allah. Hal tersebut ditunjukkan melalui sikap mereka yang berkumpul untuk berdoa.
Doa merupakan bagian penting dalam hidup orang percaya. Doa merupakan suatu interaksi antara manusia dengan Allah. Orang-orang percaya berkomunikasi dengan Allah melalui doa dan Allah berkomunikasi dengan orang-orang percaya melalui firman-Nya. Penegasan bahwa gereja mula-mula bertekun dalam pengajaran rasul-rasul mengindikasikan bahwa mereka bertekun dalam firman-Nya. Ada persekutuan yang terjalin antara jemaat mula-mula dengan Allah.
Membangun persekutuan dengan Allah menjadi satu bagian penting dalam persekutuan. Gereja perlu melihat dasar yang prinsip ini dalam persekutuan. Salah satu bentuk persekutuan gereja dengan Allah ialah melalui doa dan belajar firman. Adakah gereja tidak berpatokan dengan kedua hal ini?
Jika gereja saat ini mengabaikan salah satu dari kedua hal tersebut, maka gereja itu dapat dikatakan telah menyimpang dari fungsi gereja yang sesungguhnya. Tidak ada bagian yang lebih penting dari pada firman dan doa di dalam persekutuan orang-orang percaya. Tanpa keduanya, gereja dinyatakan telah kehilangan fungsinya. Firman Tuhan dan doa menjadi dasar persekutuan orang-orang percaya sepanjang masa.
2. Pemuridan
Fungsi lain dari gereja berdasarkan Kisah Para Rasul 2:42-47 ialah pemuritan. Pemuritan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mendewasakan orang-orang percaya di dalam Kristus. Chan mengungkapkan bahwa pemuridan merupakan proses yang membawa seseorang untuk menuju kepada kedewasaan penuh dalam Yesus dan kemudian dapat melipatgandakan proses ini kepada orang lain.
Hal yang lebih menarik lagi yang disampaikan oleh Simanjuntak berkaitan tentang pemuritan ialah bahwa pemuridan merupakan tugas perindividu dalam hal mengajar, mendidik dan juga membimbing orang lain dengan maksud agar orang yang dimuridkan dapat melakukan apa yang pengajar lakukan.
Hal senada yang diungkapkan oleh Subekti dan Pujiwati bahwa tujuan utama dari pemuritan ialah untuk membentuk seseorang dan mempersiapkannya untuk menjadi guru kelak yang kemudian bertanggung jawab untuk memuridkan di masa mendatang. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemuridan merupakan suatu proses pengajaran agar orang yang dimuridkan dapat berumbuh di dalam Kristus dan memperlengkapi serta mempersiapkannya untuk dapat memperlengkapi orang lain kemudian hari
Pemuridan yang terjadi dalam jemaat mula-mula merupakan pemuridan yang mendidik agar mereka bertumbuh dan dapat memuridkan orang lain kelak. Pemuridan tersebut ialah pemuritan yang multikultural. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bagian sebelumnya bahwa jemaat mula-mula ialah suatu jemaat yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan bahasa.
Pemuridan mula-mula dilakukan oleh para rasul kepada orang-orang yang memberi diri dibaptis dan masuk dalam kelompok orang-orang percaya. Di dalam teks Kisah Para Rasul 2:42-47 tampak ada suatu gerakan bertekun dalam pengajaran dari pihak jemaat mula-mula yang dipimpin oleh rasul-rasul. Dalam hal inilah pemuridan terjadi. Darmawan mengatakan bahwa agar gereja dapat bertumbuh maka pengajaran mutlak diperlukan.
Jika meninjau kembali kehidupan dari jemaat mula-mula secara keseluruhan yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul, salah satu yang berperan besar dalam memberitakan Injil ialah jemaat yang telah dimuridkan oleh para rasul, termasuk dalam peristiwa Kisah Para Rasul 2:42-47 ini. Orang-orang percaya yang berdiaspora kemudian memberitakan Injil kepada orang-orang ke mana mereka tersebar. Itu semua dapat mereka lakukan tentu karena telah bertekun di dalam pengajaran rasul-rasul. Pemuridan dilakukan oleh gereja mula-mula dengan bertekun dan telah menghasilkan buah.
Gereja saat ini perlu melakukan pemuridan dengan dasar yang benar dan tujuan yang tepat serta dengan cara yang bijak. Tugas pemuridan bukan hanya tugas para pendeta dan para teolog-teolog yang memiliki latar belakang sekolah teologi. Semua orang percaya bertanggung jawab untuk memuridkan, paling tidak memuridkan anggota keluarganya. Oleh karena itu, perlunya program pemuridan yang dirancang dengan baik guna memperlengkapi orang-orang percaya lainnya agar memiliki pemahaman yang benar serta iman yang bertumbuh dalam Kristus yang mana itu sebagai modal untuk memuridkan orang lain.
3. Pengabdian
Jika mengamati kronologi kehidupan jemaat mula-mula, didapati bahwa setelah mereka membangun relasi dengan Tuhan dan dengan sesama dan kemudian adanya pemuridan, tindakan tersebut menghasilkan suatu bentuk demonstrasi dari iman mereka. Jemaat mula-mula menunjukkan suatu pengabdiannya terhadap sesama. Pengabdian tersebut terlihat dari tindakan saling melengkapi dari jemaat mula-mula.
Mereka yang memiliki harta lebih memberikan bantuan kepada mereka yang mengalami kekurangan dan yang membutuhkan. Oleh karena sikap yang dilakukan gereja mula-mula tersebut, kesenjangan sosial di antara mereka bukan lagi menjadi penghambatan untuk bersekutu bersama.
Dalam konteks ini, fungsi gereja dalam hal pengabdian hanya berfokus pada bagian internal saja, akan tetapi saat itu jemaat mula-mula masih hidup berbaur dengan masyarakat di luar komunitas mereka karena belum ada suatu kelembagaan yang mengatur secara resmi. Ungkapan “mereka disukai semua orang” (Kisah Para Rasul 2:47) menggambarkan bahwa jemaat mula-mula memiliki pengaruh yang cukup besar dalam masyarakat pada umumnya.
Jadi bukan menjadi alasan bahwa gereja hanya perlu mengabdi secara internal saja dan mengabaikan pengabdian kepada masyarakat. Memang diakui bahwa pelayanan gereja dalam hal pengabdian sudah berkurang. Hal tersebut diungkapkan oleh Nanuru bahwa saat ini gereja belum maksimal dalam menjalankan tugasnya sebagai gereja yang mengabdi kepada masalah-masalah sosial. Perhatian gereja terhadap persoalan seperti kemiskinan, penindasan, bencana alam dan sebagainya masih dibatasi oleh hal agama.
Memang tidak semua gereja menutup mata dalam masalah ini, namun didapati bahwa lebih dari 70 persen gereja tidak terlibat secara intens dalam hal pengabdian. Fungsi diakonia di beberapa gereja Kristen saat ini telah mengalami pergesaran. Gereja lebih berfokus pada persoalan di dalam dan menghabiskan banyak dana untuk kegiatan seremonial. Tantangan yang gereja alami saat ini menjadi tantangan yang serius. Bercermin kepada jemaat mula-mula menjadi suatu tindakan yang tepat.
Menghidupi kembali sikap mengabdi terhadap sesama dan bahkan mengabdi kepada orang-orang yang di luar lingkaran komunitas gereja. Fungsi pengabdian dalam gereja tidak kalah pentingnya dari fungsi lainnya. Bahkan saat gereja melakukan suatu pengabdian kepada masyarakat, saat itu terang gereja terlihat dan garam dari gereja terasa. Pengabdian merupakan bentuk kesaksian yang lebih terdengar jelas dari perkataan.
4. Penginjilan
Meninjau kata aslinya yaitu ευαγγελισό (evanngeliso), penginjilan dapat diartikan sebagai mengumumkan, memberitakan, atau membawa kabar baik serta memproklamasikan kabar baik di dalam Yesus.
Stephanus mengatakan bahwa penginjilan ialah suatu tugas yang dilakukan oleh semua orang percaya dengan cara menyampaikan kabar baik di dalam Kristus kepada orang lain. Ellis juga menjelaskan bahwa penginjilan merupakan suatu usaha untuk mewartakan Yesus Kristus sebagai Juruselamat sehingga setiap orang dapat menerima-Nya dan hidup dalam gereja-Nya.
Melalui pernyataan-pernyataan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa penginjilan ialah suatu upaya mewartakan Yesus sebagai Juru selamat dan kemudian membawa orang tersebut kepada persekutuan gereja-Nya.
Apakah jemaat mula-mula dalam konteks ini melakukan penginjilan? Jika diperhatiakan, tidak ada ayat dalam bagian bahasan ini yang menceritakan bahwa mereka menyampaikan Injil kepada orang lain. Lalu apa yang dapat diteladani oleh gereja saat ini terhadap gereja mula-mula dalam hal penginjilan? Ya, jemaat mula-mula melakukan penginjilan, dan penginjilan yang mereka lakukan sangat menarik yaitu penginjilan tanpa perkataan.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam bagian pengabdian sebelumnya, bahwa jemaat mula-mula bersaksi bukan melalui perkataan saja tetapi melalui tindakan. Penginjilan yang terlihat dari gaya hidup jemaat mula-mula bukan sekedar pemahaman saja. Gereja pertama bersaksi dengan gaya hidupnya.
2. Pemuridan
Fungsi lain dari gereja berdasarkan Kisah Para Rasul 2:42-47 ialah pemuritan. Pemuritan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mendewasakan orang-orang percaya di dalam Kristus. Chan mengungkapkan bahwa pemuridan merupakan proses yang membawa seseorang untuk menuju kepada kedewasaan penuh dalam Yesus dan kemudian dapat melipatgandakan proses ini kepada orang lain.
Hal yang lebih menarik lagi yang disampaikan oleh Simanjuntak berkaitan tentang pemuritan ialah bahwa pemuridan merupakan tugas perindividu dalam hal mengajar, mendidik dan juga membimbing orang lain dengan maksud agar orang yang dimuridkan dapat melakukan apa yang pengajar lakukan.
Hal senada yang diungkapkan oleh Subekti dan Pujiwati bahwa tujuan utama dari pemuritan ialah untuk membentuk seseorang dan mempersiapkannya untuk menjadi guru kelak yang kemudian bertanggung jawab untuk memuridkan di masa mendatang. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemuridan merupakan suatu proses pengajaran agar orang yang dimuridkan dapat berumbuh di dalam Kristus dan memperlengkapi serta mempersiapkannya untuk dapat memperlengkapi orang lain kemudian hari
Pemuridan yang terjadi dalam jemaat mula-mula merupakan pemuridan yang mendidik agar mereka bertumbuh dan dapat memuridkan orang lain kelak. Pemuridan tersebut ialah pemuritan yang multikultural. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bagian sebelumnya bahwa jemaat mula-mula ialah suatu jemaat yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan bahasa.
Pemuridan mula-mula dilakukan oleh para rasul kepada orang-orang yang memberi diri dibaptis dan masuk dalam kelompok orang-orang percaya. Di dalam teks Kisah Para Rasul 2:42-47 tampak ada suatu gerakan bertekun dalam pengajaran dari pihak jemaat mula-mula yang dipimpin oleh rasul-rasul. Dalam hal inilah pemuridan terjadi. Darmawan mengatakan bahwa agar gereja dapat bertumbuh maka pengajaran mutlak diperlukan.
Jika meninjau kembali kehidupan dari jemaat mula-mula secara keseluruhan yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul, salah satu yang berperan besar dalam memberitakan Injil ialah jemaat yang telah dimuridkan oleh para rasul, termasuk dalam peristiwa Kisah Para Rasul 2:42-47 ini. Orang-orang percaya yang berdiaspora kemudian memberitakan Injil kepada orang-orang ke mana mereka tersebar. Itu semua dapat mereka lakukan tentu karena telah bertekun di dalam pengajaran rasul-rasul. Pemuridan dilakukan oleh gereja mula-mula dengan bertekun dan telah menghasilkan buah.
Gereja saat ini perlu melakukan pemuridan dengan dasar yang benar dan tujuan yang tepat serta dengan cara yang bijak. Tugas pemuridan bukan hanya tugas para pendeta dan para teolog-teolog yang memiliki latar belakang sekolah teologi. Semua orang percaya bertanggung jawab untuk memuridkan, paling tidak memuridkan anggota keluarganya. Oleh karena itu, perlunya program pemuridan yang dirancang dengan baik guna memperlengkapi orang-orang percaya lainnya agar memiliki pemahaman yang benar serta iman yang bertumbuh dalam Kristus yang mana itu sebagai modal untuk memuridkan orang lain.
3. Pengabdian
Jika mengamati kronologi kehidupan jemaat mula-mula, didapati bahwa setelah mereka membangun relasi dengan Tuhan dan dengan sesama dan kemudian adanya pemuridan, tindakan tersebut menghasilkan suatu bentuk demonstrasi dari iman mereka. Jemaat mula-mula menunjukkan suatu pengabdiannya terhadap sesama. Pengabdian tersebut terlihat dari tindakan saling melengkapi dari jemaat mula-mula.
Mereka yang memiliki harta lebih memberikan bantuan kepada mereka yang mengalami kekurangan dan yang membutuhkan. Oleh karena sikap yang dilakukan gereja mula-mula tersebut, kesenjangan sosial di antara mereka bukan lagi menjadi penghambatan untuk bersekutu bersama.
Dalam konteks ini, fungsi gereja dalam hal pengabdian hanya berfokus pada bagian internal saja, akan tetapi saat itu jemaat mula-mula masih hidup berbaur dengan masyarakat di luar komunitas mereka karena belum ada suatu kelembagaan yang mengatur secara resmi. Ungkapan “mereka disukai semua orang” (Kisah Para Rasul 2:47) menggambarkan bahwa jemaat mula-mula memiliki pengaruh yang cukup besar dalam masyarakat pada umumnya.
Jadi bukan menjadi alasan bahwa gereja hanya perlu mengabdi secara internal saja dan mengabaikan pengabdian kepada masyarakat. Memang diakui bahwa pelayanan gereja dalam hal pengabdian sudah berkurang. Hal tersebut diungkapkan oleh Nanuru bahwa saat ini gereja belum maksimal dalam menjalankan tugasnya sebagai gereja yang mengabdi kepada masalah-masalah sosial. Perhatian gereja terhadap persoalan seperti kemiskinan, penindasan, bencana alam dan sebagainya masih dibatasi oleh hal agama.
Memang tidak semua gereja menutup mata dalam masalah ini, namun didapati bahwa lebih dari 70 persen gereja tidak terlibat secara intens dalam hal pengabdian. Fungsi diakonia di beberapa gereja Kristen saat ini telah mengalami pergesaran. Gereja lebih berfokus pada persoalan di dalam dan menghabiskan banyak dana untuk kegiatan seremonial. Tantangan yang gereja alami saat ini menjadi tantangan yang serius. Bercermin kepada jemaat mula-mula menjadi suatu tindakan yang tepat.
Menghidupi kembali sikap mengabdi terhadap sesama dan bahkan mengabdi kepada orang-orang yang di luar lingkaran komunitas gereja. Fungsi pengabdian dalam gereja tidak kalah pentingnya dari fungsi lainnya. Bahkan saat gereja melakukan suatu pengabdian kepada masyarakat, saat itu terang gereja terlihat dan garam dari gereja terasa. Pengabdian merupakan bentuk kesaksian yang lebih terdengar jelas dari perkataan.
4. Penginjilan
Meninjau kata aslinya yaitu ευαγγελισό (evanngeliso), penginjilan dapat diartikan sebagai mengumumkan, memberitakan, atau membawa kabar baik serta memproklamasikan kabar baik di dalam Yesus.
Stephanus mengatakan bahwa penginjilan ialah suatu tugas yang dilakukan oleh semua orang percaya dengan cara menyampaikan kabar baik di dalam Kristus kepada orang lain. Ellis juga menjelaskan bahwa penginjilan merupakan suatu usaha untuk mewartakan Yesus Kristus sebagai Juruselamat sehingga setiap orang dapat menerima-Nya dan hidup dalam gereja-Nya.
Melalui pernyataan-pernyataan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa penginjilan ialah suatu upaya mewartakan Yesus sebagai Juru selamat dan kemudian membawa orang tersebut kepada persekutuan gereja-Nya.
Apakah jemaat mula-mula dalam konteks ini melakukan penginjilan? Jika diperhatiakan, tidak ada ayat dalam bagian bahasan ini yang menceritakan bahwa mereka menyampaikan Injil kepada orang lain. Lalu apa yang dapat diteladani oleh gereja saat ini terhadap gereja mula-mula dalam hal penginjilan? Ya, jemaat mula-mula melakukan penginjilan, dan penginjilan yang mereka lakukan sangat menarik yaitu penginjilan tanpa perkataan.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam bagian pengabdian sebelumnya, bahwa jemaat mula-mula bersaksi bukan melalui perkataan saja tetapi melalui tindakan. Penginjilan yang terlihat dari gaya hidup jemaat mula-mula bukan sekedar pemahaman saja. Gereja pertama bersaksi dengan gaya hidupnya.
Sutoyo mengatakan bahwa gereja tanpa kesaksian hidup ialah gereja yang hanya sekedar nama saja. Ia juga menegaskan bahwa dari ayat “tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan”, apakah itu dikarenakan kesaksian dari malaikat? Bukan, tetapi melalui jemaat mula-mula.
Pernyataan tegas tersebut mengajarkan kepada gereja bahwa sikap hidup orang percaya lebih penting dari pada hanya sekedar pengetahuan akan firman belaka. Dari apa yang terjadi pada masa gereja pertama itu dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan terkadang berbicara lebih keras dan jelas daripada perkataan.
5. Penyembahan
Gereja dipanggil untuk menjadi penyembah yang benar. Penyembahan ini tentunya ditujukan kepada Allah. Sikap penyembahan merupakan suatu wujud hormat gereja kepada Sang Pencipta. Harbison mendefinisikan penyembahan sebagai suatu latihan spiritual antara manusia dengan Allah melalui ekspresi hati yang penuh kasih.
Hal yang sama diungkapkan oleh Mahoney bahwa penyembahan merupakan suatu wujud ekspresi kasih dan pujian kepada Allah. Suatu bentuk ekspresi dengan memberi seluruh hati kepada Allah. Bentuk penyembahan yang dilakukan oleh jemaat mula-mula ialah dengan berkumpul tiap-tiap hari di Bait Allah.
Ekspresi dari penyembahan mereka ialah dengan memuji Allah dan berdoa. Henny mengatakan bahwa bentuk penyembahan pada zaman gereja mula-mula dan para rasul ialah dengan memuji Allah dan berdoa.
Pujian menjadi unsur penting dalam ibadah. Kata yang digunakan untuk “memuji Allah” ialah αινέο (aineo) yang berasal dari kata αϊνός (ainos). Kata aineo merujuk kepada pujian sukacita bagi Tuhan dalam himne atau doa yang dilakukan oleh individu, kelompok, maupun komunitas. Sedangkan αϊνός ialah kata yang digunakan untuk pujian dalam arti religius.
Baca Juga: 12 Daftar Asuransi Kesehatan Terbaik Di Indonesia
Pernyataan tegas tersebut mengajarkan kepada gereja bahwa sikap hidup orang percaya lebih penting dari pada hanya sekedar pengetahuan akan firman belaka. Dari apa yang terjadi pada masa gereja pertama itu dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan terkadang berbicara lebih keras dan jelas daripada perkataan.
5. Penyembahan
Gereja dipanggil untuk menjadi penyembah yang benar. Penyembahan ini tentunya ditujukan kepada Allah. Sikap penyembahan merupakan suatu wujud hormat gereja kepada Sang Pencipta. Harbison mendefinisikan penyembahan sebagai suatu latihan spiritual antara manusia dengan Allah melalui ekspresi hati yang penuh kasih.
Hal yang sama diungkapkan oleh Mahoney bahwa penyembahan merupakan suatu wujud ekspresi kasih dan pujian kepada Allah. Suatu bentuk ekspresi dengan memberi seluruh hati kepada Allah. Bentuk penyembahan yang dilakukan oleh jemaat mula-mula ialah dengan berkumpul tiap-tiap hari di Bait Allah.
Ekspresi dari penyembahan mereka ialah dengan memuji Allah dan berdoa. Henny mengatakan bahwa bentuk penyembahan pada zaman gereja mula-mula dan para rasul ialah dengan memuji Allah dan berdoa.
Pujian menjadi unsur penting dalam ibadah. Kata yang digunakan untuk “memuji Allah” ialah αινέο (aineo) yang berasal dari kata αϊνός (ainos). Kata aineo merujuk kepada pujian sukacita bagi Tuhan dalam himne atau doa yang dilakukan oleh individu, kelompok, maupun komunitas. Sedangkan αϊνός ialah kata yang digunakan untuk pujian dalam arti religius.
Baca Juga: 12 Daftar Asuransi Kesehatan Terbaik Di Indonesia
Jadi apa yang dilakukan oleh jemaat mula-mula merupakan suatu penyembahan dengan menaikkan pujian bagi Allah dalam komunitas. Kegiatan yang dilakukan oleh jemaat mula-mula tidak terlepas dari kegiatan penyembahan. Ekspresi penyembahan mereka terlihat dari pujian yang dinaikkan kepada Allah. Semua bentuk penyembahan yang dilakukan oleh jemaat mula-mula berpusat pada Allah.
Pada masa kini, gereja perlu menghidupkan suasana penyembahan dan menegakkan fungsi gereja untuk menyembah. Selain itu, pusat dari penyembahan pun harus jelas dan ditekankan. Allah menjadi orientasi dalam penyembahan dan bukan diri sendiri ataupun objek lainnya. Di dalam penyembahan terdapat suatu ungkapan syukur melalui pujian. Pujian ialah bentuk kepercayaan diri kepada pemeliharaan-Nya dan juga sebagai wujud rekomendasi agar orang lain melakukan hal yang serupa.
Di dalam penyembahan ada kerendahan hati dan di dalam penyembahan ada penyerahan diri penuh dan pengakuan. Gereja yang memandang dirinya lebih tinggi dari sebelumnya saat menyembah,itu berarti gereja memungkiri suatu penyembahan yang alkitabiah.
Dengan melakukan penyembahan yang sungguh bagi Tuhan, gereja seharusnya dibukakan untuk dapat melihat dan merasakan anugerah Tuhan yang luar biasa. Menyembah Tuhan perlu disertai dengan rasa ucapan syukur yang tulus. Jemaat mula-mula menunjukkan teladan yang baik dalam penyembahan dengan menjadikan Allah sebagai tujuan utama dalam penyembahan dan disertai dengan ucapan syukur
KESIMPULAN
Mengamati dan menganalisa kehidupan gereja mula-mula berdasarkan Kisah Para Rasul 2:42-47 ditemukan ada lima fungsi gereja yaitu persekutuan, pemuridan, pengabdian, penginjilan, dan penyembahan.
Baca Juga: Kisah Para Rasul 2:41-47 (Aktivitas Dan Cara Hidup Gereja Mula-Mula)
Pada masa kini, gereja perlu menghidupkan suasana penyembahan dan menegakkan fungsi gereja untuk menyembah. Selain itu, pusat dari penyembahan pun harus jelas dan ditekankan. Allah menjadi orientasi dalam penyembahan dan bukan diri sendiri ataupun objek lainnya. Di dalam penyembahan terdapat suatu ungkapan syukur melalui pujian. Pujian ialah bentuk kepercayaan diri kepada pemeliharaan-Nya dan juga sebagai wujud rekomendasi agar orang lain melakukan hal yang serupa.
Di dalam penyembahan ada kerendahan hati dan di dalam penyembahan ada penyerahan diri penuh dan pengakuan. Gereja yang memandang dirinya lebih tinggi dari sebelumnya saat menyembah,itu berarti gereja memungkiri suatu penyembahan yang alkitabiah.
Dengan melakukan penyembahan yang sungguh bagi Tuhan, gereja seharusnya dibukakan untuk dapat melihat dan merasakan anugerah Tuhan yang luar biasa. Menyembah Tuhan perlu disertai dengan rasa ucapan syukur yang tulus. Jemaat mula-mula menunjukkan teladan yang baik dalam penyembahan dengan menjadikan Allah sebagai tujuan utama dalam penyembahan dan disertai dengan ucapan syukur
KESIMPULAN
Mengamati dan menganalisa kehidupan gereja mula-mula berdasarkan Kisah Para Rasul 2:42-47 ditemukan ada lima fungsi gereja yaitu persekutuan, pemuridan, pengabdian, penginjilan, dan penyembahan.
Baca Juga: Kisah Para Rasul 2:41-47 (Aktivitas Dan Cara Hidup Gereja Mula-Mula)
Lima fungsi ini dilakukan oleh gereja mula-mula di tengah situasi yang tidak baik dalam artian banyak tantangan dan tekanan yang dialami. Keteladanan dari gereja mula-mula menjadi patokan dan standar bagi gereja sepanjang masa dalam mengembangkan dan menjalankan fungsinya. Di situasi pandemi, banyak tantangan dan juga ujian dari berbagai aspek yang membuat gereja saat ini sulit untuk menjalankan kelima fungsi gereja secara utuh.
Namun melihat dan meneladani kehidupan gereja mula-mula, gereja saat ini dapat menerapkan fungsi gereja secara internal, yaitu melakukan persekutuan, pemuritan, penyembahan, dan secara eksternal yaitu melakukan pengabdian dan juga penginjilan. Dengan melihat kebutuhan-kebutuhan di lapangan sesuai dengan kondisi pandemi, tidak ada alasan bagi gereja untuk tidak menjalankan fungsinya dalam gereja dan masyarakat.
Namun melihat dan meneladani kehidupan gereja mula-mula, gereja saat ini dapat menerapkan fungsi gereja secara internal, yaitu melakukan persekutuan, pemuritan, penyembahan, dan secara eksternal yaitu melakukan pengabdian dan juga penginjilan. Dengan melihat kebutuhan-kebutuhan di lapangan sesuai dengan kondisi pandemi, tidak ada alasan bagi gereja untuk tidak menjalankan fungsinya dalam gereja dan masyarakat.