KEJATUHAN IBLIS ? (LUKAS 10:18)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Tanggapan Yesus terhadap kegembiraan 70 murid itu (Lukas 10: 18-20).
KEJATUHAN IBLIS ? (lUKAS 10:18)
otomotif, tutorial, gadget
Lukas 10: 18: “Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.”.

Ada 2 penafsiran tentang arti ayat ini:

J. C. Ryle: “‘I beheld Satan as lightning fall, &c.’ There are two meanings assigned by commentators to these remarkable words. Some think that our Lord is speaking of the effect produced on Satan’s kingdom by the preaching of the seventy disciples: - ‘I saw in spirit, or with my mind’s eye, Satan’s power declining, and himself rapidly losing his dominion over men in consequence of your ministry.’ This is the view held by many modern commentators, but it does not seem satisfactory. The strong language used by our Lord will hardly admit of being explained and fined down by such an interpretation as this. Others think that our Lord is speaking of what He had witnessed when Satan and his angels fell from heaven, and were cast down into hell, because they kept not their first estate. ‘There was a time when I saw Satan, great and mighty as he was, fall suddenly from his high position, and become a lost spirit.’ This last interpretation appears to me far the more satisfactory of the two, and is that which is held by Cyprian, Ambrose, Chrysostom, Jerome, Gregory, Bede, Theophylact, Bernard, Erasmus, Pellican, Doddridge, Gill, and Alford.” [= ‘Aku melihat Iblis seperti kilat jatuh, dst’. Ada dua arti yang diberikan oleh para penafsir pada kata-kata yang luar biasa / patut diperhatikan ini. Sebagian orang berpikir bahwa Tuhan kita sedang berbicara tentang hasil yang dihasilkan terhadap kerajaan Iblis oleh pemberitaan dari 70 murid: - ‘Aku melihat dalam roh, atau dengan mata pikiranKu, kuasa Iblis menurun, dan dia sendiri secara cepat kehilangan kekuasaannya atas manusia sebagai akibat dari pelayananmu’. Ini adalah pandangan yang dipegang oleh banyak penafsir modern, tetapi itu kelihatannya tidak memuaskan / tidak bisa diterima. Bahasa / kata-kata yang kuat yang digunakan oleh Tuhan kita tidak menerima / mengijinkan untuk dijelaskan dan diperhalus oleh penafsiran seperti ini. Orang-orang lain berpikir bahwa Tuhan kita sedang berbicara tentang apa yang telah Ia saksikan pada waktu Iblis dan malaikat-malaikatnya jatuh dari surga, dan dibuang ke dalam neraka, karena mereka tidak menjaga posisi / kedudukan awal mereka. Di sana ada suatu saat pada waktu Aku melihat Iblis, yang besar dan kuat, jatuh secara mendadak dari posisi / kedudukannya yang tinggi, dan menjadi suatu roh yang terhilang’. Penafsiran terakhir ini kelihatan bagi saya jauh lebih memuaskan dari dua penafsiran ini, dan itu dipegang oleh Cyprian, Ambrose, Chrysostom, Jerome, Gregory, Bede, Theophylact, Bernard, Erasmus, Pellican, Doddridge, Gill, dan Alford.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).

J. C. Ryle: “The application of our Lord’s words, assuming that He refers to Satan’s original fall, is differently explained. Theophylact, Heinsius, and Gill, consider that our Lord’s meaning was: ‘Marvel not that the devils are subject unto you, for I beheld their prince fall, and it is no wonder that his servants now fell before you.’ Cyprian, Jerome, Gregory, Bede, Erasmus, and Pellican, consider that our Lord’s intention was to warn the disciples against vain glory; ‘Be not puffed up because the devils are subject to you. Remember that Satan fell through pride, as I myself saw.’ I believe this last view to be the true one, and I think it is confirmed by St. Paul’s warning to Timothy, when he bids him not make a novice a Bishop, lest, ‘being lifted up with pride, he fall into the condemnation of the devil.’ (1 Tim. 3:6.)” [= Penerapan dari kata-kata Tuhan kita, dengan anggapan bahwa Ia merujuk pada kejatuhan pertama dari Iblis, dijelaskan secara berbeda. Theophylact, Heinsius, dan Gill, menganggap bahwa maksud Tuhan kita adalah: ‘Jangan heran bahwa setan-setan tunduk kepadamu, karena Aku melihat pangeran mereka jatuh, dan karena itu tidak heran bahwa pelayan-pelayannya sekarang jatuh di hadapanmu’. Cyprian, Jerome, Gregory, Bede, Erasmus, dan Pellican, menganggap bahwa maksud Tuhan kita adalah untuk memperingatkan murid-murid terhadap kemuliaan yang sia-sia; ‘Jangan sombong karena setan-setan tunduk kepadamu. Ingatlah bahwa Iblis jatuh melalui kesombongan, seperti yang Aku sendiri lihat’. Saya percaya pandangan terakhir ini adalah pandangan yang benar, dan saya berpikir itu diteguhkan oleh peringatan Santo Paulus kepada Timotius, pada waktu ia memintanya untuk tidak menjadikan seorang baru sebagai Uskup, supaya jangan ‘ditinggikan oleh kesombongan, ia jatuh dalam penghukuman setan’. (1Tim 3:6).] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).

1Timotius 3:6 - “Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.”.

William Barclay: “When the Seventy returned they were radiant with the triumphs which they had achieved in the name of Jesus. Jesus said to them, ‘I saw Satan fall like lightning from heaven.’ That is a difficult phrase to understand. It can have two meanings. (1) It may mean, ‘I saw the forces of darkness and evil defeated; the citadel of Satan is stormed and the kingdom of God is on the way.’ It may mean that Jesus knew that the death-blow to Satan and all his powers had been struck, however long his final conquest might be delayed. (2) Equally well it may be a warning against pride. The legend was that it was for a pride which rebelled against God that Satan was cast out of heaven where once he had been the chief of the angels. It may be that Jesus was saying to the Seventy, ‘You have had your triumphs; keep yourselves from pride, for once the chief of all the angels fell to pride and was cast from heaven.’” [= Pada waktu 70 murid itu kembali mereka bersinar / menunjukkan sukacita dengan kemenangan-kemenangan yang telah mereka capai dalam nama Yesus. Yesus berkata kepada mereka, ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari surga / langit’. Itu adalah suatu ungkapan yang sukar untuk dimengerti. Itu bisa mempunyai dua arti. (1) Itu bisa berarti, ‘Aku (telah) melihat kuasa-kuasa dari kegelapan dan kejahatan dikalahkan; benteng dari Iblis diserang dan kerajaan Allah ada dalam perjalanan’. Itu bisa berarti bahwa Yesus (telah) mengetahui bahwa pukulan mematikan kepada Iblis dan semua kuasa-kuasanya telah diberikan, betapapun lamanya penundukan terakhir bisa ditunda. (2) Secara sama baiknya itu bisa merupakan suatu peringatan terhadap kesombongan. Dongengnya adalah bahwa karena suatu kesombongan yang memberontak terhadap Allah maka Iblis dilemparkan keluar dari surga dimana ia pernah menjadi kepala dari malaikat-malaikat. Bisa saja bahwa Yesus sedang mengatakan kepada 70 murid itu, ‘Kamu telah mendapatkan kemenangan-kemenanganmu; jagalah dirimu dari kesombongan, karena kepala dari semua malaikat pernah jatuh pada kesombongan dan dilemparkan dari surga’.].

William Barclay: “Certainly Jesus went on to warn his disciples against pride and overconfidence.” [= Jelas / pasti Yesus melanjutkan untuk memperingati murid-muridNya terhadap kesombongan dan keyakinan yang berlebihan.].

Leon Morris (Tyndale): “It is not easy to see the meaning of the words, ‘I saw Satan fall like lightning from heaven.’ ... Probably in the mission of the seventy Jesus saw the defeat of Satan (his verb means ‘I was watching’, imperfect tense), a defeat as sudden and unexpected (to the forces of evil) as a flash of lightning. To the casual observer all that had happened was that a few mendicant preachers had spoken in a few small towns and healed a few sick folk. But in that gospel triumph Satan had suffered a notable defeat. Another view takes the words to refer to Satan’s fall which Jesus saw in pre-incarnation times. On this view the disciples are being warned not be proud as a result of their successful mission: they should remember that even Satan fell. But the former view is to be preferred.” [= Tidak mudah untuk melihat arti dari kata-kata, ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari surga / langit’. ... Mungkin dalam missi dari 70 murid Yesus melihat kekalahan Iblis (kata kerjaNya berarti ‘Aku dulu sedang melihat / menonton’, imperfect tense), suatu kekalahan yang sama mendadak dan tak terduganya (bagi kekuatan-kekuatan dari kejahatan) seperti suatu kilatan dari petir / kilat. Bagi pengamat yang dangkal semua yang telah terjadi hanyalah bahwa beberapa pengkhotbah yang tergantung pada sedekah telah berbicara dalam beberapa kota-kota kecil dan menyembuhkan beberapa orang sakit. TETAPI DALAM KEMENANGAN INJIL ITU IBLIS TELAH MENDERITA SUATU KEKALAHAN YANG LAYAK DIPERHATIKAN. Pandangan yang lain mengartikan bahwa kata-kata itu menunjuk pada kejatuhan Iblis yang Yesus lihat pada jaman sebelum inkarnasi. Pada pandangan ini murid-murid sedang diperingatkan untuk tidak sombong sebagai hasil dari missi mereka yang penuh kesuksesan: mereka harus mengingat bahwa bahkan Iblis jatuh. Tetapi pandangan yang terdahulu harus lebih dipilih.].

Catatan: jadi Leon Morris juga memberikan pandangan yang di atas diberikan oleh Barclay (tentang peringatan terhadap kesombongan), tetapi Leon Morris menolak pandangan itu.

Lenski: “When this occurred is not stated. Two periods deserve our attention: one, when Satan lost his first estate and was cast out of heaven; the other when he met his decisive defeat at the hands of Jesus at the time of the temptation in the wilderness. The latter is the better in every way. It is hard to conceive that Jesus is speaking of something that he beheld in his pre-existent state in heaven; he would hardly say regarding that, ‘I was beholding.’ He speaks as one who himself caused that fatal fall, who struck the blow that hurled the prince of evil down, as one who thus stood as victor and in triumph beheld him fall. Moreover, Jesus mentions this fall as the cause that the demons must now leave their victims when they are commanded by the disciples ‘in Jesus’ name’; this points decidedly to Jesus as being the cause of Satan’s fall.” [= Kapan ini terjadi tidak dinyatakan. Dua periode / masa layak mendapatkan perhatian kita: pertama, pada waktu Iblis kehilangan keadaannya yang mula-mula dan dilemparkan dari surga; yang lain pada waktu ia mengalami kekalahannya yang menentukan / meyakinkan pada tangan dari Yesus pada waktu pencobaan di padang gurun. Yang belakangan adalah lebih baik dalam setiap aspek. Adalah sukar untuk memikirkan bahwa Yesus sedang berbicara tentang sesuatu yang Ia lihat dalam keadaan pra-existensiNya di surga (sebelum inkarnasi); Ia pasti tidak mungkin berkata berkenaan dengan hal itu, ‘Aku dulu sedang melihat’. Ia berbicara sebagai seseorang yang diriNya sendiri menyebabkan kejatuhan yang fatal itu, yang melontarkan pukulan yang melemparkan pangeran kejahatan ke bawah, sebagai seseorang yang karena itu berdiri sebagai pemenang dan dalam kemenangan melihat ia jatuh. Selanjutnya / lebih lagi, Yesus menyebutkan kejatuhan ini sebagai penyebab sehingga setan-setan sekarang harus meninggalkan korban-korban mereka pada waktu mereka diperintah oleh murid-murid ‘dalam nama Yesus’; ini menunjuk secara meyakinkan kepada Yesus sebagai penyebab dari kejatuhan Iblis.].

IVP Bible Background Commentary: “Although the texts often cited today as describing Satan’s fall (Isa 14; Ezek 28:1) refer contextually only to kings who thought they were gods, much of Jewish tradition believed that angels had fallen (based especially on Gen 6:1-3). But the context and the imperfect tense of the Greek verb (‘I was watching’) may suggest that something altogether different is in view here: the self-proclaimed ruler of this age (Luke 4:6) retreating from his position before Jesus’ representatives. (One might compare, e.g., the Jewish tradition that the guardian angel of Egypt fell into the sea when God smote the Egyptians for Israel; the image of falling from heaven is usually not literal, e.g., Lam 2:1.)” [= Sekalipun text-text yang sering dikutip pada jaman sekarang sebagai menggambarkan kejatuhan Iblis (Yes 14; Yeh 28:1) secara kontextual hanya menunjuk kepada raja-raja yang berpikir / mengira bahwa mereka adalah allah-allah / dewa-dewa, banyak dari tradisi Yahudi percaya bahwa malaikat-malaikat telah jatuh (didasarkan secara khusus pada Kej 6:1-3). Tetapi kontext dan tensa imperfect dari kata kerja bahasa Yunani (‘Aku dulu sedang melihat / menonton’) bisa mengusulkan bahwa sesuatu yang sama sekali berbeda sedang dipertimbangkan di sini: penguasa yang memproklamirkan diri sendiri dari jaman ini (Luk 4:6) mundur dari posisinya di hadapan wakil-wakil Yesus. (Seseorang bisa membandingkan, misalnya tradisi Yahudi bahwa malaikat penjaga dari Mesir jatuh ke dalam laut pada waktu Allah memukul orang-orang Mesir bagi Israel; gambaran tentang jatuh dari surga / langit biasanya tidak bersifat hurufiah, misalnya, Rat 2:1).].

Kej 6:1-3 - “(1) Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan, (2) maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. (3) Berfirmanlah TUHAN: ‘RohKu tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.’”.

Lukas 4:6 - “Kata Iblis kepadaNya: ‘Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepadaMu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.”.

Ratapan 2:1 - “Ah, betapa Tuhan menyelubungi puteri Sion dengan awan dalam murkaNya! Keagungan Israel dilemparkanNya dari langit ke bumi. Tak diingatNya akan tumpuan kakiNya tatkala Ia murka.”.

William Hendriksen: “Of this passage there have been several interpretations: a. Jesus meant, ‘I saw Satan’s original fall, his expulsion from heaven.’ b. He meant, ‘In my victory over the devil during the wilderness temptation I saw his fall.’ The trouble with both of these interpretations is that they are not contextual. The right view is undoubtedly that expressed by Godet ... in these words: ‘(Jesus meant) While you were expelling the subordinates (the demons) I was seeing the master (Satan) fall.’ While in the present passage Jesus speaks about Satan’s sudden (note ‘like lightning’) fall - sudden and startling because the disciples had not expected this victory; perhaps even because the devil himself had not anticipated it - elsewhere the Master refers to the prince of evil’s ejection (his being cast out, John 12:31, 32), and this in connection with Christ’s own activity of drawing ‘all men’ to himself. To this falling and being cast out should be added one more symbolic expression, that of binding ‘the strong man,’ Beelzebul (Matt. 12:27, 29). In the interpretation of Rev. 20:1–3 we should certainly give these passages their due. A good exegetical rule is always to allow Scripture to interpret Scripture!” [= Tentang text ini disana ada beberapa penafsiran: a. Yesus memaksudkan, ‘Aku melihat kejatuhan mula-mula Iblis, pengusirannya dari surga’. b. Ia memaksudkan, ‘Dalam kemenanganKu atas Iblis selama pencobaan di padang gurun Aku melihat kejatuhannya’. Masalah dengan kedua penafsiran ini adalah bahwa mereka tidak kontextual. Pandangan yang benar yang tak diragukan adalah yang dinyatakan oleh Godet ... dalam kata-kata ini: ‘(Yesus memaksudkan) Sementara kamu sedang mengusir bawahan-bawahannya (setan-setan) Aku sedang melihat tuannya (Iblis) jatuh’. Sementara dalam text saat ini Yesus berbicara tentang kejatuhan yang mendadak dari Iblis (perhatikan ‘seperti kilat’) - mendadak dan mengejutkan karena murid-murid tidak mengharapkan kemenangan ini; mungkin bahkan karena Iblis sendiri tidak mengantisipasinya / mengharapkannya - di tempat lain sang Guru / Tuan menunjuk pada pengeluaran dari pangeran kejahatan (pengusirannya, Yoh 12:31,32), dan ini dalam hubungan dengan aktivitas Kristus sendiri yang menarik ‘semua orang’ kepada diriNya sendiri. Pada kejatuhan dan pelemparan keluar ini harus ditambahkan satu ungkapan simbolis lagi, yaitu tentang pengikatan ‘orang yang kuat’, Beelzebul (Mat 12:27,29). Dalam penafsiran dari Wah 20:1-3 kita pasti harus memberikan text-text ini apa yang layak mereka dapatkan. Suatu peraturan exegesis yang baik adalah selalu mengijinkan Kitab Suci untuk menafsirkan Kitab Suci!].

Yohanes 12:31-32 - “(31) Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; (32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’”.

Matius 12:27-29 - “(27) Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. (28) Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. (29) Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu.”.

Wahyu 20:1-3 - “(1) Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; (2) ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, (3) lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.”.

Catatan: Tidak ada dari ketiga text di atas ini yang menunjuk pada kejatuhan awal dari Iblis.

Saya tidak ingat dalam video mana Erastus Sabdono pernah menggunakan ayat ini untuk menunjuk pada kejatuhan awal Iblis. Tetapi dia pasti pernah mengatakan itu. Dan terus terang, dulu saya sendiri berpikir seperti itu. Tetapi sekarang setelah mempelajari lebih dalam tentang ayat ini, saya berpendapat bahwa ayat ini tidak ada hubungannya dengan kejatuhan awal dari Iblis.

Hal pertama yang harus kita perhatikan kalau mau menafsirkan ayat ini, adalah kontextnya.

Kontextnya adalah pengutusan 70 murid oleh Yesus (Lukas 10:1-16), dan kembalinya mereka dari pengutusan itu. Mereka kembali dengan gembira KARENA SETAN-SETAN TUNDUK KEPADA MEREKA, DEMI NAMA YESUS (ay 17)!

Lukas 10:17-20 - “(17) Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: ‘Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.’ (18) Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Aku MELIHAT Iblis jatuh seperti kilat dari langit. (19) Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. (20) Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.’”.

Juga dari kontext, rasanya ay 19 itu tidak cocok kalau ay 18nya diartikan menunjuk pada kejatuhan awal dari Iblis.

Hal kedua yang harus kita perhatikan adalah kata ‘melihat’ yang saya cetak dengan huruf besar itu, yang dalam bahasa Yunaninya ada dalam IMPERFECT TENSE.

Karena ini digunakan oleh beberapa penafsir, maka di sini saya memberikan sedikit penjelasan lebih dulu berkenaan dengan hal ini.

Imperfect tense dalam bahasa Yunani.

Gresham Machen: “In Present time there is no special form of the verb in Greek to indicate continued action - there is no distinction in Greek between ‘I loose’ and ‘I am loosing’. But in the past time the distinction is made even more sharply than in English. The tense which in the indicative is used as the simple past tense is called the aorist. ... The tense which denotes continued action in past time is called the imperfect.” [= Dalam masa present tidak ada bentuk khusus dari kata kerja dalam bahasa Yunani untuk menunjukkan tindakan yang terus menerus - disana tak ada pembedaan dalam bahasa Yunani antara ‘I loose’ dan ‘I am loosing’. Tetapi dalam masa lampau pembedaan itu dibuat dengan lebih tajam dari pada dalam bahasa Inggris. Tense dalam mana bentuk indikatif digunakan sebagai past tense biasa disebut aorist. ... Tense yang menunjukkan tindakan yang terus berlangsung pada masa lampau disebut ‘the Imperfect’.] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 65.

Bandingkan Yohanes 1:1 yang menggunakan imperfect tense, dan Yoh 1:14 yang menggunakan aorist tense. Lihat di Bible Works 8.

KJV/RSV/NIV/ASV menterjemahkan kata ‘melihat’ itu dalam past tense biasa (beheld / saw). NASB menterjemahkan secara lebih tepat, yaitu ‘was watching’. Juga YLT menterjemahkan ‘was beholding’.

Seandainya dalam bahasa Yunaninya digunakan aorist tense (past tense), maka adalah mungkin kalau Yesus memaksudkan kejatuhan awal dari Iblis. Tetapi karena yang digunakan adalah imperfect tense, maka tidak mungkin kejatuhan awal Iblis yang dimaksudkan oleh Yesus, karena kejatuhan awal itu hanya terjadi dalam sesaat!

Jadi, kata-kata Yesus dalam ay 18 ini berhubungan dengan pelayanan 70 murid ini, yang membuat kerajaan Iblis berantakan!

Ini seharusnya mendorong semua orang Kristen untuk melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, sesuai panggilan Tuhan baginya.

Tetapi pelayanan yang mana? Ada yang menganggap pelayanan pengusiran setan, ada yang menganggap pelayanan pemberitaan Injil, dan ada juga yang menggabungkan keduanya.

1. Ada penafsir-penafsir yang menghubungkan pengusiran setan-setan oleh 70 murid dengan kejatuhan Iblis dalam ay 18 ini.

The Bible Exposition Commentary: “They had seen individual victories from city to city, but Jesus saw these victories as part of a war that dethroned and defeated Satan (note Isa 14:4-23; John 12:31-32; and Rev 12:8-9).” [= Mereka telah melihat kemenangan-kemenangan individual dari kota ke kota, tetapi Yesus melihat kemenangan-kemenangan ini sebagai bagian dari suatu peperangan yang menurunkan Iblis dari takhta dan mengalahkan dia (perhatikan Yesaya 14:4-23; Yohanes 12:31-32; dan Wah 12:8-9).].

Yesaya 14:4-23 - “(4) maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: ‘Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! (5) TUHAN telah mematahkan tongkat orang-orang fasik, gada orang-orang yang memerintah, (6) yang memukul bangsa-bangsa dengan gemas, dengan pukulan yang tidak putus-putusnya; yang menginjak-injak bangsa-bangsa dalam murka dengan tiada henti-hentinya. (7) Segenap bumi sudah aman dan tenteram; orang bergembira dengan sorak-sorai. (8) Juga pohon-pohon sanobar dan pohon-pohon aras di Libanon bersukacita karena kejatuhanmu, katanya: ‘Dari sejak engkau rebah terbaring, tidak ada lagi orang yang naik untuk menebang kami!’ (9) Dunia orang mati yang di bawah gemetar untuk menyongsong kedatanganmu, dijagakannya arwah-arwah bagimu, yaitu semua bekas pemimpin di bumi; semua bekas raja bangsa-bangsa dibangunkannya dari takhta mereka. (10) Sekaliannya mereka mulai berbicara dan berkata kepadamu: ‘Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi sama seperti kami!’ (11) Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu.’ (12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! (15) Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur. (16) Orang-orang yang melihat engkau akan memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang, (17) yang telah membuat dunia seperti padang gurun, dan menghancurkan kota-kotanya, yang tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah? (18) Semua bekas raja bangsa-bangsa berbaring dalam kemuliaan, masing-masing dalam rumah kuburnya. (19) Tetapi engkau ini telah terlempar, jauh dari kuburmu, seperti taruk yang jijik, ditutupi dengan mayat orang-orang yang tertikam oleh pedang dan jatuh tercampak ke batu-batu liang kubur seperti bangkai yang terinjak-injak. (20) Engkau tidak akan bersama-sama dengan raja-raja itu di dalam kubur, sebab engkau telah merusak negerimu dan membunuh rakyatmu. Anak cucu orang yang berbuat jahat tidak akan disebut-sebut untuk selama-lamanya. (21) Dirikanlah bagi anak-anaknya tempat pembantaian, oleh karena kesalahan nenek moyang mereka, supaya mereka jangan bangun dan menduduki bumi dan memenuhi dunia dengan kota-kota.’ (22) ‘Aku akan bangkit melawan mereka,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam, ‘Aku akan melenyapkan nama Babel dan sisanya, anak cucu dan anak cicitnya,’ demikianlah firman TUHAN. (23) ‘Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam.”.

Yohanes 12:31-32 - “(31) Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; (32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’”.

Wahyu 12:8-9 - “(8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.

Dalam kutipan di atas ia hanya berbicara tentang ‘kemenangan-kemenangan’ dari 70 murid, tetapi tidak ia jelaskan kemenangan yang mana. Tetapi dari kata-katanya selanjutnya di bawah ini, kelihatannya ia menekankan pengusiran setan yang 70 murid itu telah lakukan.

The Bible Exposition Commentary: “But the enemy will not give up! Satan would certainly attack Christ’s servants and seek to destroy them. That is why our Lord added the words of encouragement in Luke 10:19. He assured them that their authority was not gone now that the preaching mission had ended, and that they could safely tread on the ‘old serpent’ without fear (Gen 3:15; Rev 12:9).” [= Tetapi sang musuh tidak akan menyerah! Iblis pasti akan menyerang pelayan-pelayan Kristus dan berusaha untuk menghancurkan mereka. Itu sebabnya Tuhan menambahkan kata-kata penguatan / pemberi semangat dalam Luk 10:19. Ia meyakinkan mereka bahwa otoritas mereka tidak hilang sekalipun sekarang missi pemberitaan itu telah berakhir, dan bahwa mereka bisa dengan aman menginjak ‘ular tua’ tanpa rasa takut (Kej 3:15; Wah 12:9).].

Kejadian 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.

Wahyu 12:9 - “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.

Bible Knowledge Commentary (tentang Luk 10:17-20): “When the messengers came back, they were excited that even the demons had submitted to them in Jesus’ name. This was true because of the authority Jesus had given them. They had such authority because Satan’s power had been broken by Jesus. He answered them, I saw Satan fall like lightning from heaven. Jesus was not speaking of Satan being cast out at that precise moment, but that his power had been broken and that he was subject to Jesus’ authority.” [= Pada waktu para utusan itu kembali, mereka sangat bersukacita karena bahkan setan-setan telah tunduk kepada mereka dalam nama Yesus. Ini benar karena otoritas yang telah Yesus berikan kepada mereka. Mereka mempunyai otoritas seperti itu karena kuasa Iblis telah dihancurkan / dipatahkan oleh Yesus. Ia menjawab mereka, Aku (telah) melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit / surga. Yesus bukan sedang berbicara tentang Iblis sedang diusir pada saat itu, tetapi bahwa kuasanya telah dihancurkan / dipatahkan dan bahwa ia (telah) tunduk pada otoritas Yesus.].

Barnes’ Notes: “‘I beheld Satan ...’ ‘Satan’ here denotes evidently the prince of the devils who had been cast out by the seventy disciples, for the discourse was respecting their power over evil spirits. ‘Lightning’ is an image of ‘rapidity’ or ‘quickness.’ I saw Satan fall ‘quickly’ or rapidly - as quick as lightning. The phrase ‘from heaven’ is to be referred to the lightning, and does not mean that he saw ‘Satan’ fall ‘from heaven,’ but that he fell as quick as lightning from heaven or from the clouds. The whole expression then may mean, ‘I saw at your command devils immediately depart, as quick as the flash of lightning. I gave you this power - I saw it put forth - and I give also now, in addition to this, the power to tread on serpents,’ etc.” [= ‘Aku melihat Iblis ...’. ‘Iblis’ di sini jelas menunjuk kepada pangeran dari setan-setan yang telah diusir oleh 70 murid, karena pembicaraan itu berkenaan dengan kuasa mereka atas roh-roh jahat. ‘Kilat’ adalah suatu gambaran dari ‘kecepatan’. Aku melihat Iblis jatuh ‘dengan cepat’ - secepat kilat. Ungkapan ‘dari surga’ harus dihubungkan dengan kilat, dan tidak berarti bahwa Ia melihat ‘Iblis’ jatuh ‘dari langit / surga’, tetapi bahwa ia jatuh secepat kilat dari langit / surga atau dari awan-awan. Jadi seluruh ungkapan bisa berarti, ‘Aku (telah) melihat atas perintahmu setan-setan segera pergi, secepat kilatan dari kilat. Aku (telah) memberimu kuasa ini - Aku (telah) melihat kuasa itu dikerahkan - dan sekarang Aku memberimu juga, sebagai tambahan pada kuasa ini, kuasa untuk menginjak ular’, dst.].

A. T. Robertson: “‎As a flash of lightning out of heaven, quick and startling, so the victory of the Seventy over the demons, the agents of Satan, forecast his downfall and Jesus in vision pictured it as a flash of lightning.” [= Seperti suatu kilatan dari petir / kilat dari surga / langit, cepat dan mengejutkan, demikianlah kemenangan dari 70 murid atas setan-setan, agen-agen dari Iblis, meramalkan kejatuhannya dan Yesus dalam penglihatan menggambarkan itu sebagai suatu kilatan dari petir / kilat.].

Vincent: “‎The imperfect, was beholding, refers either to the time when the seventy were sent forth, or to the time of the triumphs which they are here relating. ‘While you were expelling the subordinates, I was beholding the Master fall’ (Godet).” [= Bentuk / tensa Imperfet, ‘sedang melihat / memandang’, atau menunjuk pada waktu dimana 70 murid itu diutus, atau pada waktu dari kemenangan-kemenangan yang di sini sedang mereka ceritakan. ‘Sementara kamu sedang mengusir bawahan-bawahannya, Aku sedang melihat / memandang sang Tuan (Iblis) jatuh’ (Godet).].

The Biblical Illustrator: “I beheld Satan as lightning - fall from heaven. ... These words refer to a definite moment in Jesus’ life. That same hour in which He sent forth the seventy, He beheld Satan fall from Heaven. Yet that was a prophetic vision of the Lord. When He saw Satan falling, Jesus was in spirit above time, beholding as one finished whole, from the beginning to the end, the history of God’s conquest of evil. While the seventy were going forth to win their first unexpected success in His name, the Lord in prophetic anticipation was looking back upon His work and theirs as a work already accomplished; as even the devils, to their surprise, began to be subject unto them, His Spirit went forward to the final triumph of redemption, and, as one looking back from its completion, Jesus beheld Satan fallen.” [= ‘Aku melihat Iblis seperti kilat - jatuh dari surga / langit’. ... Kata-kata ini menunjuk pada suatu saat tertentu dalam kehidupan Yesus. Pada saat yang sama pada waktu Ia mengutus 70 murid, Ia melihat Iblis jatuh dari surga. Tetapi itu adalah suatu penglihatan yang bersifat nubuatan dari Tuhan. Pada waktu Ia melihat Iblis jatuh, Yesus berada di dalam roh di atas waktu, melihat sebagai satu kesatuan yang sudah selesai, dari awal sampai akhir, sejarah dari penaklukan kejahatan oleh Allah. Sementara 70 murid sedang pergi untuk memenangkan sukses pertama yang tak diharapkan dalam namaNya, Tuhan dalam antisipasi yang bersifat nubuatan sedang melihat kembali pada pekerjaanNya dan pekerjaan mereka sebagai suatu pekerjaan yang sudah tercapai / selesai; karena bahkan setan-setan, sebagai suatu kejutan bagi mereka, mulai tunduk kepada mereka, RohNya maju ke depan pada kemenangan akhir tentang penebusan, dan seperti seseorang melihat ke belakang pada penyelesaiannya, Yesus melihat Iblis jatuh.].

Wiersbe: “When the seventy returned, they were overjoyed with their experiences of victory; and Jesus saw in those victories the defeat of the devil (v. 18; John 12:31-32; Isa 14:4-11; Gen 3:15; Rom 16:20).” [= Pada waktu 70 murid kembali, mereka sangat bersukacita karena pengalaman mereka tentang kemenangan; dan Yesus melihat dalam kemenangan-kemenangan itu kekalahan dari setan / Iblis (ay 18; Yoh 12:31-32; Yes 14:4-11; Kej 3:15; Ro 16:20).].

Roma 16:20 - “Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!”.

UBS NT Handbook Series: “Satan’s fall from heaven means that he has lost his power, and this explains why the demons submitted to the disciples.” [= Kejatuhan Iblis dari langit / surga berarti bahwa ia telah kehilangan kuasanya, dan ini menjelaskan mengapa setan-setan / roh-roh jahat tunduk kepada murid-murid.].

Jamieson, Fausset & Brown: “‘And he said, I behold (ETHEOOROUN‎) Satan as lightning fall from heaven.’ Since much of the force of this glorious statement depends on the nice shade of sense indicated by the imperfect tense in the original, it might have been well to bring it out in the translation: ‘I was beholding Satan as lightning falling from heaven:’ - q.d., ‘I followed you on your mission, and watched its triumphs; while ye were wondering at the subjection to you of devils in My name, a grander spectacle was opening to My view; sudden as the darting of lightning from heaven to earth Satan was beheld by Mine eye falling from heaven!’” [= ‘Dan Ia berkata, Aku melihat (ETHEOOROUN) Iblis seperti kilat jatuh dari surga / langit’. Karena banyak dari kekuatan dari pernyataan yang mulia ini tergantung pada bayangan / gambaran yang bagus dari arti yang ditunjukkan oleh tensa imperfect dalam bahasa aslinya, itu bisa telah menyatakannya dengan baik dalam terjemahan: ‘Aku sedang memandang Iblis seperti kilat jatuh dari surga / langit’; - seakan-akan Ia berkata, ‘Aku (telah) mengikuti kamu dalam missi kalian, dan menonton kemenangan-kemenangannya; sementara kamu sedang terheran-heran / bertanya-tanya tentang ketundukan setan-setan kepadamu dalam namaKu, suatu tontonan sedang terbuka bagi pandanganKu; mendadak seperti cepatnya kilat dari surga / langit ke bumi Iblis (telah) dilihat oleh mataKu jatuh dari surga / langit!’].

Catatan: q.d. mungkin merupakan singkatan dari QUASI DICAT [Latin: ‘as if he would say’ {= seakan-akan Ia berkata}] - https://www.acronymfinder.com/QD.html

Yohanes 12:31 - “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar;”.

2. Ada penafsir-penafsir yang menghubungkan pemberitaan Injil oleh 70 murid dengan kejatuhan Iblis (bdk. Lukas 10:9,16 - jelas mereka memang diperintahkan untuk memberitakan Injil, sama seperti 12 murid dalam Luk 9 / Mat 10).

Matthew Henry: “He confirmed what they said, as agreeing with his own observation (v. 18): ‘My heart and eye went along with you; I took notice of the success you had, and I saw Satan fall as lightning from heaven.’ Note, Satan and his kingdom fell before the preaching of the gospel. ‘I see how it is,’ saith Christ, ‘as you get ground the devil loseth ground.’” [= Ia meneguhkan apa yang (telah) mereka katakan, karena sesuai dengan pengamatanNya sendiri (ay 18): ‘Hati dan mataKu pergi bersamamu; Aku (telah) memperhatikan sukses yang kamu dapatkan, dan Aku (telah) melihat Iblis (telah) jatuh seperti kilat dari surga’. PERHATIKAN, IBLIS DAN KERAJAANNYA JATUH DI HADAPAN PEMBERITAAN INJIL. ‘Aku melihat bagaimana itu’, kata Kristus, ‘pada waktu kamu mendapatkan daerah / menang, setan kehilangan daerah / kalah’.].

William Hendriksen: “One important item should be added to this interpretation: in all probability the Master’s exalted language, ‘I was watching Satan fall from heaven like lightning,’ was not only a reference to this one event, namely, the success of the seventy-two, but rather to all similar events that would take place afterward. In other words, Jesus viewed the triumph of these seventy-two as being symptomatic of ever so many other victories over Satan throughout the course of the new dispensation, triumphs accomplished through the work of thousands of other missionaries. He was looking far into the future (cf. Matt. 24:14). He saw the ultimate discomfiture of the ugly dragon and all his minions.” [= Satu hal penting harus ditambahkan pada penafsiran ini: sangat mungkin bahasa / kata-kata yang tinggi / mulia dari Tuan / Guru, ‘Aku sedang melihat Iblis jatuh dari surga / langit seperti kilat’, bukan hanya merupakan suatu referensi pada satu peristiwa ini, yaitu, sukses dari 72 murid, tetapi lebih pada semua peristiwa-peristiwa yang serupa yang akan terjadi setelahnya. Dengan kata lain, Yesus memandang kemenangan dari 72 murid ini sebagai symptom / gejala dari begitu banyak kemenangan-kemenangan lain atas Iblis dalam sepanjang jalan dari jaman yang baru, kemenangan-kemenangan yang tercapai melalui pekerjaan dari ribuan misionaris yang lain. Ia sedang melihat / memandang ke masa depan yang jauh (bdk. Mat 24:14). Ia melihat kekalahan puncak dari naga yang buruk dan semua bawahan-bawahan yang mentaatinya.].

Matius 24:14 - “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.’”.

Baca Juga: 5 Jenis Asuransi Kesehatan

Calvin: “From one instance Christ leads them to the whole class; for he commanded his Gospel to be published for the very purpose of overturning Satan’s kingdom. So then, while the disciples rested solely on that demonstration which they had obtained from experience, Christ reminds them, that the power and efficacy of their doctrine extends farther, and that its tendency is to extirpate the tyranny which Satan exercises over the whole human race. We have now ascertained the meaning of the words. When Christ commanded that his Gospel should be preached, he did not at all attempt a matter of doubtful result, but foresaw the approaching ruin of Satan. Now since the Son of God cannot be deceived, and this exercise of his foresight relates to the whole course of the Gospel, we have no reason to doubt, that whenever he raises up faithful teachers, he will crown their labor with prosperous success.” [= Dari satu contoh / kejadian Kristus membimbing mereka pada seluruh kelompok / golongan; karena IA MEMERINTAHKAN INJILNYA DIPUBLIKASIKAN / DISAMPAIKAN UNTUK TUJUAN MEJUNGKIR-BALIKKAN KERAJAAN IBLIS. Maka karena itu, sementara murid-murid bersandar / bergantung semata-mata pada demonstrasi yang mereka dapatkan dari pengalaman itu, Kristus mengingatkan mereka, bahwa kuasa dan keefektifan dari doktrin / ajaran mereka menjangkau lebih jauh, dan bahwa kecenderungannya adalah untuk menghancurkan secara total tirani yang Iblis gunakan / praktekkan atas seluruh umat manusia. Sekarang kita telah menemukan / memastikan arti dari kata-kata itu. Pada waktu Kristus memerintahkan bahwa InjilNya harus diberitakan, Ia sama sekali tidak mencoba suatu hal yang hasilnya meragukan, tetapi melihat lebih dulu kehancuran yang mendekat dari Iblis. Karena Anak Allah tidak bisa ditipu, dan pelaksanaan / penerapan dari penglihatan-lebih-dulu-Nya berhubungan dengan seluruh pergerakan yang terus menerus dari Injil, kita tidak mempunyai alasan untuk meragukan, bahwa KAPANPUN IA MEMBANGKITKAN GURU-GURU / PENGAJAR-PENGAJAR YANG SETIA, IA AKAN MEMAKHKOTAI JERIH PAYAH MEREKA DENGAN SUKSES YANG KAYA / MENYENANGKAN.].

Calvin: “Hence we infer, that our deliverance from the bondage of Satan is effected in no other way than through the Gospel; and that those only make actual proficiency in the Gospel, in whom Satan loses his power, so that sin is destroyed, and they begin to live to the righteousness of God. We ought also to attend to the comparison which he employs, that the thunder of the Gospel makes ‘Satan fall like lightning;’ for it expresses the divine and astonishing power of the doctrine, which throws down, in a manner so sudden and violent, the prince of the world armed with such abundant forces.” [= Jadi kami menyimpulkan, bahwa PEMBEBASAN KITA DARI BELENGGU IBLIS TERCAPAI BUKAN DENGAN CARA LAIN SELAIN MELALUI INJIL; dan bahwa hanya mereka saja yang membuat keahlian / kecakapan yang sungguh-sungguh dalam Injil, dalam siapa Iblis kehilangan kuasa / kekuatannya, sehingga dosa dihancurkan, dan mereka mulai untuk hidup bagi kebenaran Allah. Kita juga harus memperhatikan perbandingan yang ia gunakan, bahwa GUNTUR DARI INJIL MEMBUAT ‘IBLIS JATUH SEPERTI KILAT’; karena itu menyatakan kuasa yang bersifat ilahi dan mengherankan dari doktrin / ajaran itu, yang melemparkan ke bawah, dengan suatu cara yang begitu mendadak dan keras / menghancurkan, pangeran dari dunia yang dipersenjatai dengan kekuatan-kekuatan yang begitu berlimpah-limpah.].

3. Ada yang menggabungkan kedua hal yang dilakukan 70 murid itu (pengusiran setan-setan maupun penginjilan) dengan kejatuhan Iblis.

Baca Juga: Sukses Yang Membahayakan (Lukas 10:17)

Pulpit Commentary: “The Lord’s words here were prophetic rather than descriptive of what had taken, or was then taking place. The seventy were telling him their feelings of joy at finding that his Name in their mouths enabled them to cast out evil spirits from the possessed. Their Master replied in an exalted and exultant strain - strange and rare sounds on the lips of the Man of sorrows - telling them how he had been looking - not on a few spirits of evil driven out of unhappy men, but on the king and chief of all evil falling from his sad eminence and throne of power like a flash of lightning. Jesus Christ saw, in the first success of these poor servants of his, an earnest of that wonderful and mighty victory which his followers, simply armed with the power of his Name, would shortly win over paganism. He saw, too, in the dim far future, many a contest with and victory over evil in its many forms. He looked on, we may well believe, to the final defeat which at length his servants, when they should have learned the true use and the resistless power of that glorious Name of his, should win over the restless enemy of the souls of men.” [= Kata-kata Tuhan di sini lebih bersifat nubuatan dari pada bersifat menggambarkan tentang apa yang telah atau sedang terjadi pada saat itu. Ke 70 murid sedang menceritakan kepadaNya perasaan sukacita mereka pada waktu mendapati bahwa namaNya dalam mulut mereka memampukan mereka untuk mengusir roh-roh jahat dari orang yang kerasukan. Tuan mereka menjawab dalam suatu aliran kata-kata yang mulia dan ditandai dengan sukacita / kemenangan - bunyi / suara yang aneh dan jarang dari Manusia dari kesedihan - memberitahu mereka bagaimana Ia telah memandang sampai saat itu - bukan pada beberapa / sedikit roh-roh jahat yang diusir dari orang-orang yang menderita / tak bahagia, tetapi pada raja dan kepala dari semua kejahatan yang jatuh dari kemenonjolan yang menyedihkan dan takhta kuasanya seperti suatu kilatan dari kilat. Yesus Kristus melihat, dalam sukses pertama dari pelayan-pelayanNya yang miskin ini, suatu jaminan tentang kemenangan yang luar biasa dan kuat yang para pengikutNya, hanya dengan diperlengkapi / dipersenjatai dengan kuasa dari namaNya, AKAN DENGAN SEGERA MENANG ATAS KEKAFIRAN. Ia juga melihat, dalam masa depan yang jauh yang kabur, banyak kontes / pertempuran dengan kejahatan dan kemenangan atasnya dalam banyak bentuknya. Ia memperhatikan, kita boleh percaya secara benar, pada kekalahan akhir yang akhirnya, pelayan-pelayanNya (pada waktu mereka telah mempelajari penggunaan yang benar dan kuasa yang tidak bisa ditahan dari NamaNya yang mulia) AKAN MENANGKAN ATAS MUSUH YANG TEKUN / TAK HENTI-HENTINYA DARI MUSUH DARI JIWA-JIWA MANUSIA.].

Dari semua komentar di atas ini, terlihat dengan jelas bahwa kalau ditafsirkan sesuai dengan kontextnya, Lukas 10:18 bukan berbicara tentang kejatuhan awal dari Iblis!

Saya sendiri lebih menekankan bahwa kejatuhan Iblis di sini dihubungkan dengan penginjilan yang dilakukan oleh 70 murid itu. Ini seharusnya lebih memotivasi kita untuk melakukan penginjilan, tetapi pada saat yang sama, kita juga harus makin hati-hati, makin mendekat kepada Tuhan, pada waktu kita makin giat dalam memberitakan Injil, karena Iblis dan antek-anteknya pasti akan makin hebat menyerang kita!

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post