SUKSES YANG MEMBAHAYAKAN (LUKAS 10:17)
Pdt. Budi Asali, M.Div.
Kembalinya ke 70 murid (Lukas 10: 17-20).
1)
Ketujuh puluh murid kembali dengan sukacita karena kesuksesan pelayanan mereka (ay 17).
Lukas 10: 17: “Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: ‘Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.’”.
J. C. Ryle: “How long the mission of the seventy lasted we do not know. It may be safely conjectured that it was of short duration.” [= Kita tidak tahu berapa lama misi dari 70 murid itu berlangsung. Bisa ditebak secara aman bahwa itu hanyalah suatu durasi yang singkat.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).
Matthew Henry: “Though only the healing of the sick was mentioned in their commission (v. 9), yet no doubt the casting out of devils was included, and in this they had wonderful success. ... They give Christ the glory of this: It is ‘through thy name.’ Note, all our victories over Satan are obtained by power derived from Jesus Christ.” [= Sekalipun hanya penyembuhan orang-orang sakit yang disebutkan dalam pengutusan mereka (ay 9), tetapi tidak diragukan pengusiran setan-setan juga termasuk, dan dalam hal ini mereka mendapatkan sukses yang luar biasa. ... Mereka memberi Kristus kemuliaan dari hal ini: itu adalah ‘demi namaMu’. Perhatikan, semua kemenangan-kemenangan kita atas Iblis didapatkan oleh kuasa yang didapatkan dari Yesus Kristus.].
Lukas 10:8-9 - “(8) Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, (9) dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”.
J. C. Ryle: “We learn, from this passage, how ready Christians are to be puffed up with success. It is written, that the seventy returned from their first mission with joy, ‘saying, Lord, even the devils are subject unto us through thy name.’ There was much false fire in that joy. There was evidently self-satisfaction in that report of achievements. The whole tenor of the passage leads us to this conclusion. The remarkable expression which our Lord uses about Satan’s fall from heaven, was most probably meant to be a caution. He read the hearts of the young and inexperienced soldiers before Him. He saw how much they were lifted up by their first victory. He wisely checks them in their undue exultation. He warns them against pride.” [= Kita mempelajari dari text ini betapa siap orang-orang Kristen untuk menjadi sombong karena kesuksesan. Dituliskan bahwa ketujuh puluh murid itu kembali dari misi pertama mereka dengan sukacita, ‘sambil berkata, Tuhan, bahkan setan-setan tunduk kepada kami melalui / demi namaMu’. Di sana ada banyak api / semangat yang palsu dalam sukacita itu. Di sana jelas ada kepuasan diri sendiri dalam laporan tentang pencapaian-pencapaian itu. Seluruh nada dari text itu membimbing kita pada kesimpulan ini. Pernyataan yang luar biasa / patut diperhatikan yang Tuhan kita gunakan tentang kejatuhan Iblis dari surga, sangat mungkin dimaksudkan sebagai suatu peringatan. Ia membaca hati dari prajurit-prajurit yang muda dan tak berpengalaman di hadapanNya. Ia melihat betapa mereka ditinggikan / dijadikan sombong oleh kemenangan pertama mereka. Ia dengan bijaksana mengekang mereka dalam keadaan sukacita mereka yang berlebihan itu. Ia memperingatkan mereka terhadap kesombongan.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).
J. C. Ryle: “The lesson is one which all who work for Christ should mark and remember. Success is what all faithful laborers in the Gospel field desire. The minister at home and the missionary abroad, the district visitor and the city missionary, the tract distributor and the Sunday-school teacher, all alike long for success. All long to see Satan’s kingdom pulled down, and souls converted to God. We cannot wonder. The desire is right and good. Let it, however, never be forgotten, that the time of success is a time of danger to the Christian’s soul. The very hearts that are depressed when all things seem against them are often unduly exalted in the day of prosperity. Few men are like Samson, and can kill a lion without telling others of it. (Judges 14:6.) No wonder that St. Paul says of a bishop, that he ought not to be ‘a novice, lest being lifted up with pride, he fall into the condemnation of the devil.’ (1 Tim. 3:6.) Most of Christ’s laborers probably have as much success as their souls can bear.” [= Pelajaran ini adalah salah satu yang semua orang yang bekerja untuk Kristus harus perhatikan dan ingat. Sukses adalah apa yang semua pekerja dalam ladang Injil inginkan. Pendeta di rumah / tempat kediamannya dan misionaris di luar negeri, pengunjung daerah dan misionaris kota, distributor traktat dan guru Sekolah Minggu, semua secara sama menginginkan kesuksesan. Semua menginginkan kerajaan Iblis dirobohkan, dan jiwa-jiwa dipertobatkan bagi Allah. Kita tidak bisa merasa heran akan hal itu. Keinginan itu benar dan baik. Tetapi janganlah pernah dilupakan bahwa SAAT KESUKSESAN ADALAH SAAT BERBAHAYA BAGI JIWA ORANG KRISTEN. Hati yang menjadi sedih pada waktu segala sesuatu kelihatan menentang mereka, sering ditinggikan secara berlebihan pada saat kemakmuran / kesuksesan. Sedikit orang seperti Simson, dan bisa membunuh seekor singa tanpa memberitahu orang-orang lain tentang hal itu (Hakim 14:6). Tak heran bahwa Santo Paulus berkata tentang seorang Uskup / Penatua, bahwa ia tidak boleh merupakan ‘seorang yang baru (bertobat) / seorang pemula, supaya jangan karena ditinggikan dengan kesombongan, ia jatuh dalam penghukuman dari setan’ (1Tim 3:6). Kebanyakan dari pekerja dari Kristus mungkin mendapatkan sukses sebanyak yang jiwa mereka bisa pikul / tahan.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).
Hakim 14:5-6 - “(5) Lalu pergilah Simson beserta ayahnya dan ibunya ke Timna. Ketika mereka sampai ke kebun-kebun anggur di Timna, maka seekor singa muda mendatangi Simson dengan mengaum. (6) Pada waktu itu berkuasalah Roh TUHAN atas dia, sehingga singa itu dicabiknya seperti orang mencabik anak kambing - tanpa apa-apa di tangannya. Tetapi tidak diceriterakannya kepada ayahnya atau ibunya apa yang dilakukannya itu.”.
1Timotiua 3:6 - “Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.”.
J. C. Ryle: “Let us pray much for humility, and especially for humility in our days of peace and success. When everything around us seems to prosper, and all our plans work well, - when family trials and sicknesses are kept from us, and the course of our worldly affairs runs smooth, - when our daily crosses are light, and all within and without like a morning without clouds, - then, then is the time when our souls are in danger! Then is the time when we have need to be doubly watchful over our own hearts. Then is the time when seeds of evil are sown within us by the devil, which may one day astound us by their growth and strength. There are few Christians who can carry a full cup with a steady hand. There are few whose souls prosper in their days of uninterrupted success. We are all inclined to sacrifice to our net, and burn incense to our own drag. (Hab. 1:16.) We are ready to think that our own might and our own wisdom have procured us the victory. The caution of the passage before us ought never to be forgotten. In the midst of our triumphs, let us cry earnestly, ‘Lord, clothe us with humility.’” [= Hendaklah kita banyak berdoa untuk kerendahan hati, dan khususnya kerendahan hati dalam hari-hari damai dan sukses kita. Pada waktu segala sesuatu di sekitar kita kelihatannya makmur, dan semua rencana kita bekerja dengan baik, - pada waktu ujian-ujian dan penyakit-penyakit keluarga dijauhkan dari kita, dan perjalanan dari urusan-urusan duniawi kita berjalan lancar, - pada waktu salib-salib harian kita ringan, dan semua di dalam dan di luar seperti suatu pagi tanpa awan, - maka itulah saat dimana jiwa kita berada dalam bahaya. Maka itulah saat dimana kita perlu untuk berjaga-jaga secara dobel atas hati kita sendiri. Itulah saat dimana benih-benih dari kejahatan ditaburkan di dalam diri kita oleh setan, yang pada suatu hari bisa mengherankan kita oleh pertumbuhan dan kekuatan mereka. Di sana ada sedikit orang-orang Kristen yang bisa membawa suatu cangkir yang penuh dengan tangan yang teguh. Di sana ada sedikit orang yang jiwanya makmur pada hari-hari sukses mereka yang terus menerus. Kita semua cenderung untuk mempersembahkan korban bagi pukat / jala kita, dan membakar kemenyan bagi penarik (jala) kita sendiri. (Hab 1:16). Kita siap berpikir bahwa kekuatan dan hikmat kita sendiri telah mendapatkan / menghasilkan kemenangan bagi kita. Peringatan / nasehat dari text di depan kita seharusnya tidak pernah dilupakan. Di tengah-tengah kemenangan-kemenangan kita, hendaklah kita berteriak dengan sungguh-sungguh, ‘Tuhan, pakaianilah kami dengan kerendahan hati’.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).
Hab 1:16 - “Itulah sebabnya dipersembahkannya korban untuk pukatnya dan dibakarnya korban untuk payangnya; sebab oleh karena alat-alat itu pendapatannya mewah dan rezekinya berlimpah-limpah.”.
Catatan:
a) ‘payang’ = pukat (KBBI).
b) KJV: “their drag” [= jala mereka].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Hab 1:16): “‘Therefore they sacrifice unto their net’ - i.e., their arms, power, and military skill, wherewith they gained their victories; instead of to God. ... They idolize themselves for their own cleverness and might (Deut 8:17; Isa 10:13; 37:24-25).” [= ‘Karena itu mereka membuat korban untuk jala mereka’ - artinya, senjata-senjata, kuasa / kekuatan, keahlian militer mereka, dengan mana mereka mendapatkan kemenangan-kemenangan mereka; alih-alih kepada Allah. ... Mereka mengidolakan diri mereka sendiri untuk kepandaian dan kekuatan mereka sendiri (Ul 8:17; Yesaya 10:13; 37:24-25).].
Ulangan 8:17-18 - “(17) Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. (18) Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.”.
Yesaya 10:13 - “Sebab ia telah berkata: ‘Dengan kekuatan tanganku aku telah melakukannya dan dengan kebijaksanaanku, sebab aku berakal budi; aku telah meniadakan batas-batas antara bangsa, dan telah merampok persediaan-persediaan mereka, dengan perkasa aku telah menurunkan orang-orang yang duduk di atas takhta.”.
Yesaya 37:24-25 - “(24) Dengan perantaraan hamba-hambamu engkau telah mencela Tuhan, dan engkau telah berkata: Dengan banyaknya keretaku aku naik ke tempat-tempat tinggi di pegunungan, ke tempat yang paling jauh di gunung Libanon; aku telah menebang pohon-pohon arasnya yang tinggi besar, pohon-pohon sanobarnya yang terpilih; aku telah masuk ke tempat tinggi yang paling ujung, ke hutan pohon-pohonannya yang lebat. (25) Aku ini telah menggali air dan telah minum air; aku telah mengeringkan dengan telapak kakiku segala sungai di Mesir!”.
Lenski: “All alike returned with joy; there is no note of failure or of disappointment in their report. What elated them especially was the fact that even the demons were submitting to them in Jesus’ name. Καί, ‘even,’ shows that diseases also yielded to Jesus’ name. Jesus had not laid such stress on expelling demons, in v. 9 only the healing of diseases is mentioned, the expulsion of demons was apparently tacitly included.” [= Semua secara sama kembali dengan sukacita; di sana tidak ada catatan kegagalan atau kekecewaan dalam laporan mereka. Apa yang menyebabkan mereka gembira / berbesar hati khususnya adalah fakta bahwa bahkan setan-setan tunduk kepada mereka dalam nama Yesus. KAI, ‘bahkan’ menunjukkan bahwa penyakit-penyakit juga menyerah pada nama Yesus. Yesus tidak memberikan penekanan seperti itu tentang pengusiran setan-setan, dalam ay 9 hanya penyembuhan penyakit-penyakit yang disebutkan, pengusiran setan-setan kelihatannya dicakup / termasuk secara implicit.].
Lenski: “They rejoice, not so much because they were received with open arms, or because their message about the kingdom and its nearness found ready acceptance, or because they were accounted worthy to be the missionaries of Jesus, or because they themselves felt the full blessedness of the kingdom, but because devils obeyed them.” [= Mereka bersukacita bukan karena mereka diterima dengan tangan terbuka, atau karena berita mereka tentang kerajaan dan kedekatannya mendapatkan penerimaan yang siap, atau karena mereka dianggap layak sebagai misionaris-misionaris Yesus, atau karena mereka sendiri merasakan keberkatan yang penuh dari kerajaan, tetapi karena setan-setan mentaati mereka.].
Lenski: “Since demons are concerned, we note that the ‘name’ was not used as a charm. Charms forsake God, use the holy names in forbidden ways, and are, therefore, employed in cases where prayer in Jesus’ name seems to bring no results. There is no power of Jesus and his name in any charm. These are only subtle, cunning means of the devil himself by which he holds men’s minds and makes them turn from God. And no charm ever healed a disease or drove out a demon.” [= Karena berkenaan dengan setan-setan, kami memperhatikan bahwa ‘nama’ itu tidak digunakan sebagai suatu mantera. Mantera meninggalkan Allah, menggunakan nama-nama kudus dengan cara-cara yang dilarang, dan karena itu digunakan dalam kasus-kasus dimana doa dalam nama Yesus kelihatannya tidak membawa hasil. Di sana tidak ada kuasa Yesus dan namaNya dalam mantera apapun. Ini hanyalah cara-cara yang licik dari setan sendiri dengan mana ia menguasai pikiran-pikiran manusia dan membuat mereka berbalik dari Allah. Dan tidak ada mantera pernah menyembuhkan suatu penyakit atau mengusir setan.].
Bdk. Kisah Para Rasul 19:11-17 - “(11) Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa, (12) bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat. (13) Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: ‘Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus.’ (14) Mereka yang melakukan hal itu ialah tujuh orang anak dari seorang imam kepala Yahudi yang bernama Skewa. (15) Tetapi roh jahat itu menjawab: ‘Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?’ (16) Dan orang yang dirasuk roh jahat itu menerpa mereka dan menggagahi mereka semua dan mengalahkannya, sehingga mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka. (17) Hal itu diketahui oleh seluruh penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus.”.
Ay 13b: “Aku menyumpahi kamu”. Ini salah terjemahan.
NASB/RSV: ‘I adjure you’ [= Aku memerintah kamu dengan sungguh-sungguh].
NIV: ‘I command you to come out’ [= Aku memerintahkan kamu untuk keluar].
Ini menunjukkan penggunaan kata-kata ‘dalam nama Yesus’ sebagai semacam mantera, dan ini jelas merupakan penggunaan yang salah!
Bdk. Matius 12:22-26 - “(22) Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. (23) Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: ‘Ia ini agaknya Anak Daud.’ (24) Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: ‘Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.’ (25) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. (Matius 12:26) Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?”.
Memang setan bisa berpura-pura berperang melawan setan (misalnya dukun menyembuhkan orang yang disantet), dengan tujuan mendapat lebih banyak pengikut. Tetapi tidak mungkin mereka betul-betul berperang satu sama lain. Pada waktu Yesus mengusir setan, setan tidak mendapat keuntungan apa-apa. Jadi, ini bukan berpura-pura perang, tetapi betul-betul perang. Karena itu, tidak mungkin Yesus mengusirnya dengan kuasa setan.
William Hendriksen: “3. Upon their return the seventy (or seventy-two) exclaim, ‘Lord, even the demons were subject to us in thy name.’ Jesus purifies his disciples’ emotions by telling them that their chief rejoicing should be over the fact that their names are recorded in heaven (10:17–20).” [= 3. Pada waktu ketujuh puluh (atau tujuh puluh dua) murid itu kembali mereka berteriak dengan sukacita ‘Tuhan, bahkan setan-setan tunduk kepada kami dalam namaMu’. Yesus memurnikan emosi murid-muridNya dengan memberitahu mereka bahwa sukacita utama mereka seharusnya adalah karena fakta bahwa nama-nama mereka dicatat di surga (10:17-20).] - hal 533.
Ini menunjukkan bahwa ‘keberhasilan’ dalam pelayanan tidak ada gunanya kalau kita sendiri tidak selamat!
Bdk. Matius 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (Matius 7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
William Hendriksen: “they returned with joy and expressed their elation over the fact that even the demons had been subject to them in Christ’s name. Evidently they had been successful in their mission: probably both in their preaching and in their healing and, what surprised them - because as far as we know it had not even been included in the task that had been assigned to them (see verse 9) - also in the matter of demon-expulsion!” [= mereka kembali dengan sukacita dan menyatakan kegembiraan hati mereka karena fakta bahwa bahkan setan-setan telah tunduk kepada mereka dalam nama Yesus. Jelas bahwa mereka telah sukses dalam missi mereka: mungkin baik dalam pemberitaan dan dalam penyembuhan dan, apa yang memberikan kejutan kepada mereka - karena sejauh yang kita ketahui itu bahkan tidak termasuk dalam tugas yang telah ditetapkan kepada mereka (lihat ay 9) - juga dalam persoalan pengusiran setan!].
Baca Juga: Sikap Terhadap Utusan Sama Dengan Sikap Terhadap Yang Mengutus (Lukas 10:16)
Kembalinya ke 70 murid (Lukas 10: 17-20).
otomotif, tutorial, gadget |
Lukas 10: 17: “Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: ‘Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.’”.
J. C. Ryle: “How long the mission of the seventy lasted we do not know. It may be safely conjectured that it was of short duration.” [= Kita tidak tahu berapa lama misi dari 70 murid itu berlangsung. Bisa ditebak secara aman bahwa itu hanyalah suatu durasi yang singkat.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).
Matthew Henry: “Though only the healing of the sick was mentioned in their commission (v. 9), yet no doubt the casting out of devils was included, and in this they had wonderful success. ... They give Christ the glory of this: It is ‘through thy name.’ Note, all our victories over Satan are obtained by power derived from Jesus Christ.” [= Sekalipun hanya penyembuhan orang-orang sakit yang disebutkan dalam pengutusan mereka (ay 9), tetapi tidak diragukan pengusiran setan-setan juga termasuk, dan dalam hal ini mereka mendapatkan sukses yang luar biasa. ... Mereka memberi Kristus kemuliaan dari hal ini: itu adalah ‘demi namaMu’. Perhatikan, semua kemenangan-kemenangan kita atas Iblis didapatkan oleh kuasa yang didapatkan dari Yesus Kristus.].
Lukas 10:8-9 - “(8) Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, (9) dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”.
J. C. Ryle: “We learn, from this passage, how ready Christians are to be puffed up with success. It is written, that the seventy returned from their first mission with joy, ‘saying, Lord, even the devils are subject unto us through thy name.’ There was much false fire in that joy. There was evidently self-satisfaction in that report of achievements. The whole tenor of the passage leads us to this conclusion. The remarkable expression which our Lord uses about Satan’s fall from heaven, was most probably meant to be a caution. He read the hearts of the young and inexperienced soldiers before Him. He saw how much they were lifted up by their first victory. He wisely checks them in their undue exultation. He warns them against pride.” [= Kita mempelajari dari text ini betapa siap orang-orang Kristen untuk menjadi sombong karena kesuksesan. Dituliskan bahwa ketujuh puluh murid itu kembali dari misi pertama mereka dengan sukacita, ‘sambil berkata, Tuhan, bahkan setan-setan tunduk kepada kami melalui / demi namaMu’. Di sana ada banyak api / semangat yang palsu dalam sukacita itu. Di sana jelas ada kepuasan diri sendiri dalam laporan tentang pencapaian-pencapaian itu. Seluruh nada dari text itu membimbing kita pada kesimpulan ini. Pernyataan yang luar biasa / patut diperhatikan yang Tuhan kita gunakan tentang kejatuhan Iblis dari surga, sangat mungkin dimaksudkan sebagai suatu peringatan. Ia membaca hati dari prajurit-prajurit yang muda dan tak berpengalaman di hadapanNya. Ia melihat betapa mereka ditinggikan / dijadikan sombong oleh kemenangan pertama mereka. Ia dengan bijaksana mengekang mereka dalam keadaan sukacita mereka yang berlebihan itu. Ia memperingatkan mereka terhadap kesombongan.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).
J. C. Ryle: “The lesson is one which all who work for Christ should mark and remember. Success is what all faithful laborers in the Gospel field desire. The minister at home and the missionary abroad, the district visitor and the city missionary, the tract distributor and the Sunday-school teacher, all alike long for success. All long to see Satan’s kingdom pulled down, and souls converted to God. We cannot wonder. The desire is right and good. Let it, however, never be forgotten, that the time of success is a time of danger to the Christian’s soul. The very hearts that are depressed when all things seem against them are often unduly exalted in the day of prosperity. Few men are like Samson, and can kill a lion without telling others of it. (Judges 14:6.) No wonder that St. Paul says of a bishop, that he ought not to be ‘a novice, lest being lifted up with pride, he fall into the condemnation of the devil.’ (1 Tim. 3:6.) Most of Christ’s laborers probably have as much success as their souls can bear.” [= Pelajaran ini adalah salah satu yang semua orang yang bekerja untuk Kristus harus perhatikan dan ingat. Sukses adalah apa yang semua pekerja dalam ladang Injil inginkan. Pendeta di rumah / tempat kediamannya dan misionaris di luar negeri, pengunjung daerah dan misionaris kota, distributor traktat dan guru Sekolah Minggu, semua secara sama menginginkan kesuksesan. Semua menginginkan kerajaan Iblis dirobohkan, dan jiwa-jiwa dipertobatkan bagi Allah. Kita tidak bisa merasa heran akan hal itu. Keinginan itu benar dan baik. Tetapi janganlah pernah dilupakan bahwa SAAT KESUKSESAN ADALAH SAAT BERBAHAYA BAGI JIWA ORANG KRISTEN. Hati yang menjadi sedih pada waktu segala sesuatu kelihatan menentang mereka, sering ditinggikan secara berlebihan pada saat kemakmuran / kesuksesan. Sedikit orang seperti Simson, dan bisa membunuh seekor singa tanpa memberitahu orang-orang lain tentang hal itu (Hakim 14:6). Tak heran bahwa Santo Paulus berkata tentang seorang Uskup / Penatua, bahwa ia tidak boleh merupakan ‘seorang yang baru (bertobat) / seorang pemula, supaya jangan karena ditinggikan dengan kesombongan, ia jatuh dalam penghukuman dari setan’ (1Tim 3:6). Kebanyakan dari pekerja dari Kristus mungkin mendapatkan sukses sebanyak yang jiwa mereka bisa pikul / tahan.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).
Hakim 14:5-6 - “(5) Lalu pergilah Simson beserta ayahnya dan ibunya ke Timna. Ketika mereka sampai ke kebun-kebun anggur di Timna, maka seekor singa muda mendatangi Simson dengan mengaum. (6) Pada waktu itu berkuasalah Roh TUHAN atas dia, sehingga singa itu dicabiknya seperti orang mencabik anak kambing - tanpa apa-apa di tangannya. Tetapi tidak diceriterakannya kepada ayahnya atau ibunya apa yang dilakukannya itu.”.
1Timotiua 3:6 - “Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.”.
J. C. Ryle: “Let us pray much for humility, and especially for humility in our days of peace and success. When everything around us seems to prosper, and all our plans work well, - when family trials and sicknesses are kept from us, and the course of our worldly affairs runs smooth, - when our daily crosses are light, and all within and without like a morning without clouds, - then, then is the time when our souls are in danger! Then is the time when we have need to be doubly watchful over our own hearts. Then is the time when seeds of evil are sown within us by the devil, which may one day astound us by their growth and strength. There are few Christians who can carry a full cup with a steady hand. There are few whose souls prosper in their days of uninterrupted success. We are all inclined to sacrifice to our net, and burn incense to our own drag. (Hab. 1:16.) We are ready to think that our own might and our own wisdom have procured us the victory. The caution of the passage before us ought never to be forgotten. In the midst of our triumphs, let us cry earnestly, ‘Lord, clothe us with humility.’” [= Hendaklah kita banyak berdoa untuk kerendahan hati, dan khususnya kerendahan hati dalam hari-hari damai dan sukses kita. Pada waktu segala sesuatu di sekitar kita kelihatannya makmur, dan semua rencana kita bekerja dengan baik, - pada waktu ujian-ujian dan penyakit-penyakit keluarga dijauhkan dari kita, dan perjalanan dari urusan-urusan duniawi kita berjalan lancar, - pada waktu salib-salib harian kita ringan, dan semua di dalam dan di luar seperti suatu pagi tanpa awan, - maka itulah saat dimana jiwa kita berada dalam bahaya. Maka itulah saat dimana kita perlu untuk berjaga-jaga secara dobel atas hati kita sendiri. Itulah saat dimana benih-benih dari kejahatan ditaburkan di dalam diri kita oleh setan, yang pada suatu hari bisa mengherankan kita oleh pertumbuhan dan kekuatan mereka. Di sana ada sedikit orang-orang Kristen yang bisa membawa suatu cangkir yang penuh dengan tangan yang teguh. Di sana ada sedikit orang yang jiwanya makmur pada hari-hari sukses mereka yang terus menerus. Kita semua cenderung untuk mempersembahkan korban bagi pukat / jala kita, dan membakar kemenyan bagi penarik (jala) kita sendiri. (Hab 1:16). Kita siap berpikir bahwa kekuatan dan hikmat kita sendiri telah mendapatkan / menghasilkan kemenangan bagi kita. Peringatan / nasehat dari text di depan kita seharusnya tidak pernah dilupakan. Di tengah-tengah kemenangan-kemenangan kita, hendaklah kita berteriak dengan sungguh-sungguh, ‘Tuhan, pakaianilah kami dengan kerendahan hati’.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: Luke, Vol I’ (Libronix).
Hab 1:16 - “Itulah sebabnya dipersembahkannya korban untuk pukatnya dan dibakarnya korban untuk payangnya; sebab oleh karena alat-alat itu pendapatannya mewah dan rezekinya berlimpah-limpah.”.
Catatan:
a) ‘payang’ = pukat (KBBI).
b) KJV: “their drag” [= jala mereka].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Hab 1:16): “‘Therefore they sacrifice unto their net’ - i.e., their arms, power, and military skill, wherewith they gained their victories; instead of to God. ... They idolize themselves for their own cleverness and might (Deut 8:17; Isa 10:13; 37:24-25).” [= ‘Karena itu mereka membuat korban untuk jala mereka’ - artinya, senjata-senjata, kuasa / kekuatan, keahlian militer mereka, dengan mana mereka mendapatkan kemenangan-kemenangan mereka; alih-alih kepada Allah. ... Mereka mengidolakan diri mereka sendiri untuk kepandaian dan kekuatan mereka sendiri (Ul 8:17; Yesaya 10:13; 37:24-25).].
Ulangan 8:17-18 - “(17) Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. (18) Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.”.
Yesaya 10:13 - “Sebab ia telah berkata: ‘Dengan kekuatan tanganku aku telah melakukannya dan dengan kebijaksanaanku, sebab aku berakal budi; aku telah meniadakan batas-batas antara bangsa, dan telah merampok persediaan-persediaan mereka, dengan perkasa aku telah menurunkan orang-orang yang duduk di atas takhta.”.
Yesaya 37:24-25 - “(24) Dengan perantaraan hamba-hambamu engkau telah mencela Tuhan, dan engkau telah berkata: Dengan banyaknya keretaku aku naik ke tempat-tempat tinggi di pegunungan, ke tempat yang paling jauh di gunung Libanon; aku telah menebang pohon-pohon arasnya yang tinggi besar, pohon-pohon sanobarnya yang terpilih; aku telah masuk ke tempat tinggi yang paling ujung, ke hutan pohon-pohonannya yang lebat. (25) Aku ini telah menggali air dan telah minum air; aku telah mengeringkan dengan telapak kakiku segala sungai di Mesir!”.
Lenski: “All alike returned with joy; there is no note of failure or of disappointment in their report. What elated them especially was the fact that even the demons were submitting to them in Jesus’ name. Καί, ‘even,’ shows that diseases also yielded to Jesus’ name. Jesus had not laid such stress on expelling demons, in v. 9 only the healing of diseases is mentioned, the expulsion of demons was apparently tacitly included.” [= Semua secara sama kembali dengan sukacita; di sana tidak ada catatan kegagalan atau kekecewaan dalam laporan mereka. Apa yang menyebabkan mereka gembira / berbesar hati khususnya adalah fakta bahwa bahkan setan-setan tunduk kepada mereka dalam nama Yesus. KAI, ‘bahkan’ menunjukkan bahwa penyakit-penyakit juga menyerah pada nama Yesus. Yesus tidak memberikan penekanan seperti itu tentang pengusiran setan-setan, dalam ay 9 hanya penyembuhan penyakit-penyakit yang disebutkan, pengusiran setan-setan kelihatannya dicakup / termasuk secara implicit.].
Lenski: “They rejoice, not so much because they were received with open arms, or because their message about the kingdom and its nearness found ready acceptance, or because they were accounted worthy to be the missionaries of Jesus, or because they themselves felt the full blessedness of the kingdom, but because devils obeyed them.” [= Mereka bersukacita bukan karena mereka diterima dengan tangan terbuka, atau karena berita mereka tentang kerajaan dan kedekatannya mendapatkan penerimaan yang siap, atau karena mereka dianggap layak sebagai misionaris-misionaris Yesus, atau karena mereka sendiri merasakan keberkatan yang penuh dari kerajaan, tetapi karena setan-setan mentaati mereka.].
Lenski: “Since demons are concerned, we note that the ‘name’ was not used as a charm. Charms forsake God, use the holy names in forbidden ways, and are, therefore, employed in cases where prayer in Jesus’ name seems to bring no results. There is no power of Jesus and his name in any charm. These are only subtle, cunning means of the devil himself by which he holds men’s minds and makes them turn from God. And no charm ever healed a disease or drove out a demon.” [= Karena berkenaan dengan setan-setan, kami memperhatikan bahwa ‘nama’ itu tidak digunakan sebagai suatu mantera. Mantera meninggalkan Allah, menggunakan nama-nama kudus dengan cara-cara yang dilarang, dan karena itu digunakan dalam kasus-kasus dimana doa dalam nama Yesus kelihatannya tidak membawa hasil. Di sana tidak ada kuasa Yesus dan namaNya dalam mantera apapun. Ini hanyalah cara-cara yang licik dari setan sendiri dengan mana ia menguasai pikiran-pikiran manusia dan membuat mereka berbalik dari Allah. Dan tidak ada mantera pernah menyembuhkan suatu penyakit atau mengusir setan.].
Bdk. Kisah Para Rasul 19:11-17 - “(11) Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa, (12) bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat. (13) Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: ‘Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus.’ (14) Mereka yang melakukan hal itu ialah tujuh orang anak dari seorang imam kepala Yahudi yang bernama Skewa. (15) Tetapi roh jahat itu menjawab: ‘Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?’ (16) Dan orang yang dirasuk roh jahat itu menerpa mereka dan menggagahi mereka semua dan mengalahkannya, sehingga mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka. (17) Hal itu diketahui oleh seluruh penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus.”.
Ay 13b: “Aku menyumpahi kamu”. Ini salah terjemahan.
NASB/RSV: ‘I adjure you’ [= Aku memerintah kamu dengan sungguh-sungguh].
NIV: ‘I command you to come out’ [= Aku memerintahkan kamu untuk keluar].
Ini menunjukkan penggunaan kata-kata ‘dalam nama Yesus’ sebagai semacam mantera, dan ini jelas merupakan penggunaan yang salah!
Bdk. Matius 12:22-26 - “(22) Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. (23) Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: ‘Ia ini agaknya Anak Daud.’ (24) Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: ‘Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.’ (25) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. (Matius 12:26) Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?”.
Memang setan bisa berpura-pura berperang melawan setan (misalnya dukun menyembuhkan orang yang disantet), dengan tujuan mendapat lebih banyak pengikut. Tetapi tidak mungkin mereka betul-betul berperang satu sama lain. Pada waktu Yesus mengusir setan, setan tidak mendapat keuntungan apa-apa. Jadi, ini bukan berpura-pura perang, tetapi betul-betul perang. Karena itu, tidak mungkin Yesus mengusirnya dengan kuasa setan.
William Hendriksen: “3. Upon their return the seventy (or seventy-two) exclaim, ‘Lord, even the demons were subject to us in thy name.’ Jesus purifies his disciples’ emotions by telling them that their chief rejoicing should be over the fact that their names are recorded in heaven (10:17–20).” [= 3. Pada waktu ketujuh puluh (atau tujuh puluh dua) murid itu kembali mereka berteriak dengan sukacita ‘Tuhan, bahkan setan-setan tunduk kepada kami dalam namaMu’. Yesus memurnikan emosi murid-muridNya dengan memberitahu mereka bahwa sukacita utama mereka seharusnya adalah karena fakta bahwa nama-nama mereka dicatat di surga (10:17-20).] - hal 533.
Ini menunjukkan bahwa ‘keberhasilan’ dalam pelayanan tidak ada gunanya kalau kita sendiri tidak selamat!
Bdk. Matius 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (Matius 7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
William Hendriksen: “they returned with joy and expressed their elation over the fact that even the demons had been subject to them in Christ’s name. Evidently they had been successful in their mission: probably both in their preaching and in their healing and, what surprised them - because as far as we know it had not even been included in the task that had been assigned to them (see verse 9) - also in the matter of demon-expulsion!” [= mereka kembali dengan sukacita dan menyatakan kegembiraan hati mereka karena fakta bahwa bahkan setan-setan telah tunduk kepada mereka dalam nama Yesus. Jelas bahwa mereka telah sukses dalam missi mereka: mungkin baik dalam pemberitaan dan dalam penyembuhan dan, apa yang memberikan kejutan kepada mereka - karena sejauh yang kita ketahui itu bahkan tidak termasuk dalam tugas yang telah ditetapkan kepada mereka (lihat ay 9) - juga dalam persoalan pengusiran setan!].
Baca Juga: Sikap Terhadap Utusan Sama Dengan Sikap Terhadap Yang Mengutus (Lukas 10:16)
A. T. Robertson: “‘Even the demons.’ ... This was a real test. The Twelve had been expressly endowed with this power when they were sent out (Luke 9:1), but the Seventy were only told to heal the sick (Luke 10:9). It was better than they expected. The Gospel worked wonders and they were happy. The demons were merely one sign of the conflict between Christ and Satan. Every preacher has to grapple with demons in his work.” [= ‘Bahkan setan-setan’. ... Ini sungguh-sungguh merupakan suatu ujian. 12 murid secara explicit telah diberi kuasa ini pada waktu mereka diutus (Lukas 9:1), tetapi 70 murid ini hanya diberi tahu untuk menyembuhkan orang-orang sakit (Lukas 10:9). Itu lebih baik dari pada yang mereka harapkan. Injil mengerjakan keajaiban / pencapaian yang luar biasa dan mereka berbahagia. Setan-setan itu semata-mata merupakan satu tanda dari konflik antara Kristus dan Iblis. Setiap pengkhotbah harus bergumul dengan setan-setan dalam pekerjaannya.].
Lukas 9:1 - “Maka Yesus memanggil kedua belas muridNya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit.”.
Lukas 10:9 - “dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”.
Lukas 9:1 - “Maka Yesus memanggil kedua belas muridNya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit.”.
Lukas 10:9 - “dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America