PENGUDUSAN ORANG BERIMAN
Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.
Bacaan: 1 Petrus 1:14-16
Bacaan: 1 Petrus 1:14-16
(1 Petrus 1:14) Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, (1 Petrus 1:15) tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, (1 Petrus 1:16) sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
gadget, otomotif, bisnis |
PROLOG
Penggilan untuk hidup kudus merupakan keharusan bagi setiap orang percaya. Ingatlah, pembenaran orang percaya (yang diperhitungkan dalam kematian Kristus) dibuktikan oleh kekudusan hidup. Artinya, kita yang benar-benar telah diselamatkan (dibenarkan) tentulah akan menunjukkan buah dari kehidupan yang kudus.
Ketika Allah mengumumkan bahwa kita benar saat kita masih dalam keadaan tidak benar (pembenaran), Dia secepatnya – dengan kata yang sama tersebut – memulai proses pembaharuan batin yang sungguh membuat kita benar (penyucian). Namun, keputusan muncul terlebih dahulu! Pertama, Allah mengumumkan kita benar, berdasarkan atas ketaatan, kematian, dan kebangkitan Kristus, dan kemudian Dia mulai membentuk kita serupa dengan gambar dan rupa Kristus.
ARTI PENGUDUSAN
Kata Inggris “sanctify” berasal dari dua kata Latin, yaitu “sanctus” yang berarti “kudus”; dan “facere” yang berarti “menjadikan atau membuat”. Dengan demikian, kata “sanctify” atau “pengudusan” berarti “menjadi kudus”.
Alkitab menggunakan dua kata utama untuk kata “kudus”. Kata Ibrani di Perjanjian Lama untuk kudus adalah “qadesh” yang mengandung dua pengertian yaitu menyediakan dan cemerlang.
Yang pertama menekankan kekudusan atau penyucian dalam arti posisi, status, yang kemudian diterjemahkan dalam arti dipisahkan dan diasingkan atau disucikan untuk suatu penggunaan khusus.
Yang pertama menekankan kekudusan atau penyucian dalam arti posisi, status, yang kemudian diterjemahkan dalam arti dipisahkan dan diasingkan atau disucikan untuk suatu penggunaan khusus.
Sedangkan arti kedua mengarah kepada pengertian dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru “hagios” yang berarti menjadikan suci, bersih atau menahbiskan. Kata ini menekankan penggunaan berkaitan dengan keadaan atau proses yang terjadi di dalam batin secara berangsur-angsur menghasilkan kemurnian, kebenaran moral dan pemikiran suci yang dinyatakan dalam perbuatan.
Dengan demikian pengudusan didefinisikan sebagai pemisahan atau diasingkannya seseorang bagi suatu pelayanan yang kudus. Dalam hubungannya dengan keselamatan, pengudusan berarti Allah memisahkan atau mengasingkan seseorang yang percaya kepada Kristus dari sifat jahatnya supaya menjadi murni dipakai melayani bagi kemuliaanNya.
PENGAMPUNAN MENDAHULUI PEMBENARAN DAN PEMBENARAN MENDAHULUI PENGUDUSAN
Pesan Injil sepenuhnya harus mencakup pengampunan, pembenaran dan pengudusan. Tidak ada pengudusan tanpa pembenaran dan tidak ada pembenaran tanpa pengampunan. Semua berakar pada karya pendamaian Kristus di kayu Salib meliputi: pengorbanan, pengantaraan, pencurahan darah, pengganti,penebusan, peredaan murka dan penghapusan kesalahan.
Allah mengubah orang berdosa menjadi orang benar (Roma 3:21-26) dengan cara menjadikan kita benar dalam Kristus (2 Korintus 5:21) dan memberikan anugerah kebenaran kepada orang percaya (Roma 5:17). Pada saat kita menerima Kristus, kita ditempatkan dalam Kristus, dan seketika itu juga kita dibenarkan! Jadi pembenaran bukan karena kita melainkan karena Kristus. Kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada kita telah memenuhi segala tuntutan Allah, dan kita menerima kebenaran ini dengan iman (Roma 5:1-2).
Jadi, kebenaran yang dimiliki orang Kristen adalah anugerah (Roma 5:17). Namun, saat membicarakan tentang pembenaran maka tidak terlepas dari pengampunan.
Pengampunan dan pembenaran walaupun merupakan dua ide yang terpisah, namun di dalam keselamatan yang dikemukakan Alkitab merupakan aspek positif dan aspek negatif dalam satu tindakan Allah membersihkan pendosa dari dosa-dosanya.
Pengampunan dan pembenaran walaupun merupakan dua ide yang terpisah, namun di dalam keselamatan yang dikemukakan Alkitab merupakan aspek positif dan aspek negatif dalam satu tindakan Allah membersihkan pendosa dari dosa-dosanya.
Pengampunan adalah penghapusan atau penarikan ganjaran hukuman atas dosa, dan pembenaran adalah pernyataan secara hukum tentang kedudukan yang benar dihadapan Allah.
Pengampunan merupakan tindakan legal dari Allah dimana Ia mengangkat tuduhan-tuduhan yang diberikan kepada orang berdosa karena pemuasan atau penebusan yang tepat untuk dosa-dosa itu telah dilakukan. Dasar obyektif yang menjamin pengampunan semua orang percaya adalah pencurahan darah Kristus melalui kematianNya di kayu salib yang mendamaikan, karena “tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibrani 9:22).
Sementara itu, pembenaran merupakan tindakan hukum Allah sebagai hakim yang mendeklarasikan orang berdosa yang percaya sebagai orang yang dibenarkan.
Membenarkan berarti menyatakan benar. Baik Kata Ibrani (sadaq) maupun kata Yunani (dikaioo) berarti mengumumkan putusan yang menyenangkan, meyatakan benar. Konsep ini tidak berarti menjadikan benar, tetapi menyatakan kebenaran. Hal itu merupakan konsep dalam persidangan, sehingga membenarkan berarti memberikan putusan benar. Dibenarkan artinya anda selamanya benar dengan Allah, telah masuk dalam kekekalan.
ASPEK PENGUDUSAN
Alkitab mengajarkan bahwa penyucian bersifat segera dan berkembang; bersifat posisi dan praktis; meliputi baik status maupun keadaan; bersifat hukum dan pengalaman; suatu tindakan dan suatu proses”.
Alkitab menunjukkan dua aspek pengudusan yang dihubungkan dengan waktu pengudusan, yaitu: Pengudusan kedudukan atau disebut juga pengudusan posisi (positional sanctification) dan Pengudusan pengalaman, yang disebut juga pengudusan progresif (progressive sanctification).
Para teolog biasanya ketika membicarakan pengudusan (sanctification), selain membicarakan pengudusan judikacal atau posisi (positional sanctification) dan pengudusan pengalaman atau progresif (progressive sanctification), juga menyertakan pengudusan akhir dan lengkap (perfected sanctification).
Namun, pengudusan akhir dan lengkap (perfected sanctification), yang merupakan pengudusan penyempurnaan bagi orang percaya akan terjadi pada saat Yesus Kristus datang kembali. Pada saat itu segala ketidaksempurnaan kita dan kehadiran dosa dihapuskan dari hidup kita (1 Tesalonika 3:13; 5:23,24; Ibrani 6:1,2).
Penting untuk memperhatikan bahwa pengudusan bukan berarti harus tanpa dosa.
Sama seperti pembenaran bukan berarti orang percaya harus benar dalam semua yang dilakukannya, demikian juga pengudusan bukan berarti orang percaya harus suci dalam semua yang dilakukannya.
Paulus menulis surat kepada orang-orang Korintus sebagai orang-orang kudus, namun jika seseorang membaca surat tersebut ia akan terkejut melihat betapa berdosanya orang-orang kudus tersebut.
Sama seperti pembenaran bukan berarti orang percaya harus benar dalam semua yang dilakukannya, demikian juga pengudusan bukan berarti orang percaya harus suci dalam semua yang dilakukannya.
Paulus menulis surat kepada orang-orang Korintus sebagai orang-orang kudus, namun jika seseorang membaca surat tersebut ia akan terkejut melihat betapa berdosanya orang-orang kudus tersebut.
Kenyataan ini kelihatannya seperti kontradiksi, tetapi sebenarnya tidak demikian apabila kita memperhatikan dua aspek berbeda dari pengudusan seperti yang disebutkan di atas, yaitu pengudusan posisional dan pengudusan progresif.
Baca Juga: Pengantar Kepada Teologi Salib
Jadi, setelah lahir baru, saat di mana orang percaya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya secara pribadi, posisi orang percaya disebut sebagai orang kudus. Itulah sebabnya sekalipun jemaat di Korintus masih jatuh bangun dalam dosa, Paulus tetap menyebut mereka sebagai orang kudus (1 Korintus 1:1-2).
IMAN SEBAGAI SARANA PENGUDUSAN
Mengapa iman dikatakan adalah sarana pengudusan orang percaya?
(1) Oleh iman orang percaya berpegang kepada kesatuannya dengan Kristus yang merupakan inti dari pengudusan (Galatia 2:19-20; Efesus 3:17).
(2) Oleh iman kita menerima fakta bahwa di dalam Kristus dosa tidak lagi berkuasa atas diri kita. Orang percaya tidak hanya tahu secara intelektual tetapi juga menyambut dengan iman kebenaran bahwa “Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa” (Roma 6:6), dan bahwa dosa tidak lagi berkuasa atas mereka karena mereka berada di bawah anugerah bukan lagi dibawah hukum Taurat (Roma 6:14).
(3) Oleh iman orang percaya berpegang pada kuasa Roh Kudus yang memampukan mereka untuk mengalahkan dosa dalam hidup dan hidup untuk Allah ((Efesus 5:18; Galatia 5:16,24).
(4) Iman bukan hanya alat untuk menerima, tetapi juga kuasa untuk bertindak. Iman menghasilkan buah-buah rohani dan perbuatan iman (1 Tesalonika 1;3; Yakobus 2:26). Paulus mengatakan “hanya iman yang bekerja oleh kasih” (Galatia 5:5). Kata “yang bekerja” dalam ayat ini adalah kata Yunani “energio” yang menunjukkan pada “kuasa atau tindakan”. Jadi, orang percaya tidak hanya dibenarkan oleh iman, tetapi juga dikuduskan oleh iman yang membawa kepada kemenangan (1 Yohanes 5:4).
EPILOG
Alkitab mengajarkan bahwa terdapat suatu pengertian dimana pengudusan merupakan proses seumur hidup dan karenannya bersifat progresif. Walau pun pengudusan pada keseluruhannya merupkan karya Allah dari awal sampai akhir, tetapi partisipasi aktif dari orang percaya juga diwajibkan.
Orang Percaya tidak hanya secara formal dipisahkan, atau menjadi milik Kristus, tetapi bahwa perilaku mereka harus sesuai dengan kedudukan mereka. Kehidupan mereka harus murni dan penuh dengan kebajikan.
Rasul Paulus meminta kepada jemaat di Roma supaya mereka “demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1).
Baca Juga: 14 Dampak Negatif Gadget Bagi Anak Usia Dini
Selanjutnya, rasul Paulus mengingatkan “..karena kamu telah menanggalkan (apekdysamenoi) manusia lama (palaion anthropos) serta kelakuannya, dan telah mengenakan (endysamneoi) manusia baru (kainon anhtropos) yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10).
Jadi, orang-orang percaya yang telah lahir baru dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus masih diperintahkan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging dan segala sesuatu yang berdosa di dalam diri mereka berupa keinginan-keinginan daging (Roma 8:13; Kolose 3:5), serta menyucikan diri dari segala sesuatu yang mencemari tubuh dan roh (2 Korintus 7:1).