7 ALASAN KEPASTIAN KESELAMATAN ORANG PERCAYA

Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.

Kepastian keselamatan hanya dapat dimiliki melalui keyakinan terhadap jaminan bahwa keselamatan itu bersifat kekal dan tidak bisa hilang, karena Allah yang memelihara, menjaga dan melindungi orang percaya sehingga mereka tetap aman selamanya. 
7 ALASAN KEPASTIAN KESELAMATAN ORANG PERCAYA
Berikut ini 7 (tujuh) alasan kepastian keselamatan bagi orang percaya / Kristen.

1. Pemilihan Allah yang Berdaulat Atas Orang Percaya / Kristen. 

Paulus, dalam Efesus 1:4-6 mengatakan “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya, supaya terpujilah kasih karuniaNya yang mulia, yang dikaruniakanNya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihiNya”. Disini rasul Paulus menekankan bahwa keselamatan orang percaya terjamin karena Bapa yang telah memilih mereka untuk keselamatan sejak kekekalan dan menurut kehendakNya yang berdaulat. 

Kata Yunani “memilih” dalam ayat 4 adalah “eklego” yang berarti “memanggil keluar dari antara orang banyak”. Kata tersebut menekankan arti sekali untuk selamanya dan bentuknya middle voice menunjukkan bahwa Allah memilih untuk diriNya sendiri. Selanjutnya dalam Roma 8:30 mengatakan, “Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya” 

Ayat ini memberitahukan kita bahwa dari sejak saat Allah memilih kita, kita seperti dipermuliakan di hadapanNya di surga. Tidak ada yang dapat mencegah orang percaya dipermuliakan karena Tuhan sudah terlebih dahulu merencanakannya. Sekali seseorang dibenarkan, keselamatannya terjamin, sama terjaminnya seperti dia sudah dipermuliakan di surga.

2. Kematian Kristus Yang Efektif Bagi Orang Percaya. 

Dalam Roma 8:33-34 Paulus menanyakan dua pertanyaan penting, “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?” (Roma 8:33-34). Siapa yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Tidak ada seorangpun, karena Kristus adalah Pembela bagi mereka. Siapa yang akan menghukum mereka? Tidak ada seorangpun, karena Kristus, Dia yang telah mati bagi mereka, dan menjadi Pembela mereka. 

Keselamatan orang percaya terjamin karena Kristus telah mati bagi mereka. Sebab jika keselamatan orang percaya dapat hilang maka karya Kristus tidak efektif dan menjadi sia-sia. Ini tidak benar, karena menurut rasul Paulus, kematian Kristus telah membayar dosa itu. Kristus menjamin bahwa setiap orang yang percaya kepadaNya pasti selamat dan tidak akan pernah terhilang, karena hal itu merupakan kehendak Allah, “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yohanes 6:39-40).

3. Roh Kudus Yang Melahirbarukan Orang Percaya. 

Rasul Paulus menyatakan dalam Titus 3:5, “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus”. 

Disini rasul Paulus menegaskan bahwa seorang yang telah lahir baru oleh Roh Kudus adalah seorang yang telah diselamatkan dan keselamatan itu adalah pemberian Allah. Selanjutnya rasul Paulus juga menyatakan, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17). 

Jikalau orang Kristen dapat kehilangan keselamatannya, maka itu berarti sama dengan “lahir baru” yang dibatalkan. Tidak ada bukti dalam Alkitab bahwa lahir baru dapat diambil kembali atau dibatalkan. Pemberian kelahiran baru adalan tindakan Allah yang terjadi secara seketika, sekali, dan untuk selamanya. 

Paulus mengatakan, “telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan -” (Efesus 2:5). Disini, kata kerja yang diterjemahkan “menghidupkan” adalah “synezoopoiesen”, memakai bentuk aorist tense yang berarti tindakan yang seketika atau sekejap.

4. Roh Kudus Yang Berdiam Di Dalam Orang Percaya. 

Roh Kudus yang melahirbarukan adalah Roh Kudus yang juga berdiam di dalam orang percaya. Setiap orang percaya memiliki Roh Kudus yang berdiam dalam diri mereka, dan karena itulah mereka adalah milik Kristus. Rasul Paulus mengatakan, “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (Roma 8:9; Bandingkan Yohanes 14:17). 

Roh Kudus yang berdiam dalam setiap orang percaya ini membaptiskan orang percaya ke dalam Tubuh Kristus. Rasul Paulus menjelaskan demikian, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh” (1 Korintus 12:13). 

Dalam 1 Korintus 12:13 ini kalimat yang digunakan rasul Paulus dalam bentuk aorist tense (past principle tense), yaitu menunjuk kepada suatu peristiwa yang sudah lewat, yang terjadi hanya satu kali dan tidak akan pernah terulang lagi. Baptisan Roh Kudus itu hanya terjadi satu kali, yaitu pada hari Pentakosta di Yerusalem. 

Artinya, setiap orang percaya secara status telah dibaptiskan ke dalam tubuh Kristus bersama-sama dengan orang-orang pilihan atau yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus di segala zaman, sejak hari Pentakosta itu. Tetapi secara pribadi, baptisan Roh Kudus itu diterima ketika seseorang percaya kepada Kristus dan menerima Roh Kudus, pada saat kelahiran baru. 

Dan, agar seorang percaya dapat kehilangan keselamatannya, itu berarti Roh Kudus harus dikeluarkan dan orang itu dan ia diputuskan dari Tubuh Kristus. Ini mustahil karena kalahiran baru itu dijamin oleh Allah dan jaminan kekal ini didasarkan atas kasih karunia Allah dan fakta bahwa kehidupan kekal merupakan suatu karunia dan bersifat abadi (Roma 8:28-39).

5. Pemeteraian Oleh Roh Kudus Atas Orang Percaya. 

Roh Kudus yang membaptis, melahirbarukan, dan yang mendiami orang percaya adalah Roh Kudus yang menjadi jaminan bagi keselamatan mereka. Paulus mengajarkan “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2 Korintus 1:21-22). 

Selanjunya, “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan” (Efesus 4:30). Pemeteraian merupakan uang muka untuk menjamin warisan orang percaya di masa depan. Kata Yunani yang diterjemahkan dengan “jaminan” adalah “arrabon”.

Kata ini pada dasarnya merupakan istilah dagang. Artinya ialah pembayaran pertama atau angsuran pertama dari suatu pemberian atau dari sejumlah uang yang harus dibayar, yang diserahkan sebagai jaminan bahwa sisanya akan dilunasi kemudian. Dengan membayar jaminan orang harus membayar sisanya. Dalam hubungannya dengan keselamatan, jaminan didefinisikan sebagai tindakan Allah memelihara untuk selama-lamanya orang percaya kepada Kristus dan telah lahir baru oleh Roh Kudus yang berdiam di dalam mereka.

6. Anugerah Hidup Kekal Di Dalam Kristus. 

Rasul Yohanes menuliskan demikian, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). 

Kata “binasa” dalam ayat ini adalah “apolêtai” yang berarti “hilang, terbuang, menjadi kebinasaan, dan kematian”. Kata “apolêtai” dalam ayat ini tidak hanya menunjuk pada kematian jasmani, tetapi pada perpisahan kekal dengan Allah dan pada hukuman kekal di neraka. Jadi yang dimaksud dengan frase Yunani “tidak binasa” dalam ayat ini adalah “mê apolêtai” yang berarti “tidak menjadi binasa dalam kekekalan di neraka”. 

Sedangkan frase Yunani “beroleh hidup yang kekal” dalam Yohanes 3:16 adalah “all ekhê zôên aiônion”. Kata “ekhê” berarti “mempunyai” atau “memiliki” dan kata “zôên” berasal dari kata “zôê” berarti “hidup yang baru” atau “hidup yang telah diperbaharui”. Sedangkan kata “aiônion” menujukkan “keabadian” atau “ketiadaan akhir”. 

Jadi menurut Yohanes 3:16, Allah memberikan AnakNya yang tunggal, Kristus itu bukan hanya supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi untuk menyelamatkan dan memberikan hidup kekal kepada mereka. Allah memberikan (mengorbankan) AnakNya yang tunggal dan mati di kayu salib, dengan tujuan untuk mengaruniakan hidup kekal (zôên) kepada manusia sebagai kontras dari kebinasaan (apolêtai). Bagi orang percaya, hidup itu bukan hanya “kronos”, yaitu saat hidup di dunia ini di masa kini, tetapi juga “aiônios” yaitu di masa depan di dalam kekekalan. 

Alkitab mengatakan “... tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23). Dan lagi, “... Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yohanes 5:11-13).

Jadi, jika seseorang percaya kepada Yesus hari ini dan mendapatkan hidup kekal, dan kemudian hilang di hari berikutnya, itu bukanlah hidup kekal yang Alkitab maksudkan. Karena itu kalau ada orang kehilangan keselamatannya, itu berarti janji hidup kekal dalam Alkitab adalah suatu kepalsuan. 

Sebaliknya, Kristus menjamin keselamatan kita “dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa” (Yohanes 10:28-29).

7. Pemeliharaan Allah Atas Orang Percaya

Argumen yang paling menentukan dikatakan oleh Alkitab sendiri, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:38-39). 

Kuasa Allah lebih dari cukup untuk memelihara orang percaya dari awal hingga akhir, dan membawa mereka dalam kekekalan, sebagaimana yang dikatakan Yudas, “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supayajangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin” (Yudas 1:24-25). Bahwa Allah yang menyelamatkan kita juga adalah Allah yang akan memelihara kita. Karena itu, sekali selamat tetap selamat. Keselamatan kita terjamin dalam kekekalan!

PENUTUP

Ajaran tentang kepastian keselamatan memberi keyakinan bahwa keselamatan dan hidup kekal di dalam Kristus itu dijamin dan tidak bisa hilang bagi orang percaya. 

Namun sayang, masih ada beberapa orang yang meragukan keselamatannya, bahkan meyakini bahwa keselamatan dan hidup kekal di dalam Yesus yang telah mereka terima ada kemungkinan bisa hilang. Hal ini terutama di dasarkan pada Ibrani 6:4-6 dan beberapa ayat lainnya dengan menyimpulkan bahwa seseorang dapat jatuh secara total dari anugerah dan kehilangan keselamatannya. Terhadap Teks Ibrani 6:4-6 ada dua tafsiran umum yang yaitu: 

(1) bahwa orang-orang yang dimaksud dalam teks ini benar-benar telah diselamatkan tetapi kini kehilangan keselamatannya; 

(2) bahwa orang-orang yang dimaksud dalam teks ini belum pernah diselamatkan. Namun, dari penjelasan sebelumnya berdasarkan (Yohanes 5:24; 6:37-40; 10:27-30; Roma 8:29-39; Ibrani 7:24-25; 10:14-15; 13 :5b-6; 1 Petrus 1:3 -5; 1 Yohanes 5:11-13) bahwa orang-orang yang telah diselamatkan dan memiliki hidup kekal tidak akan pernah kehilangan keselamatannya, melainkan keselamatannya itu terjamin oleh Allah, maka saya menyimpulkan bahwa teks Ibrani 6:4-6 tersebut jelas membicarakan tentang orang-orang yang belum diselamatkan, dengan demikian tafsiran kedua yang saya anggapan paling sesuai.

Selanjutnya, bahwa ciri-ciri Alkitabiah dari orang-orang yang diselamatkan berdasarkan ayat-ayat (Yohanes 5:24; 6:37-40; 10:27-30; Roma 8:29-39; Ibrani 7:24-25; 10:14-15; 13 :5b-6; 1 Petrus 1:3 -5; 1 Yohanes 5:11-13) di atas antara lain: beriman, lahir baru, milik Kristus, dipilih, dibenarkan, dikuduskan, dan dimuliakan. Tetapi jika memperhatikan ciri-ciri orang-orang yang disebut dalam Ibrani 6:4-6 yaitu: 

(1) pernah diterangi (hapax phōtisthentas) hatinya; 

(2) pernah mengecap karunia surgawi (dōrea, yang tidak sama artinya dengan “charisma atau karunia rohani); pernah mendapat bagian (metochous genèthentas) dalam Roh Kudus; pernah mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, maka dalam Ibrani 6:4-6 tersebut tidak satupun disebutkan ciri-cari dari orang-orang yang telah diselamatkan. 

Jadi, walaupun mereka pernah diterangi hatinya, mengecap karunia surgawi, mendapat bagian dalam Roh Kudus, mengecap firman yang baik, dan karunia-karunia yang akan datang, tetapi mereka belum diselamatkan karena mereka belum percaya (beriman) dan belum memiliki hidup yang kekal di dalam Kristus.

R.C. Sproul menjelaskan bahwa jika seseorang memiliki iman yang menyelamatkan, maka ia tidak akan pernah kehilangan iman itu.Dan jika ia sampai kehilangan, maka artinya sejak semula ia memang tidak pernah memilikinya, sebagaimana yang ditulis oleh rasul Yohanes, “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita. Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya” (1 Yohanes 2:19-20).

Berdasarkan penjelasan rasul Yohanes tersebut kita mengerti bahwa adalah hal yang mungkin bagi seseorang untuk tertarik pada unsur-unsur tertentu dari Kekristenan tanpa pernah menerima Kristus sendiri. Orang-orang seperti itu tidak sungguh-sungguh memiliki iman yang menyelamatkan dan hidup kekal dalam Kristus, sehingga mereka disebut sebagai “orang-orang yang tidak termasuk pada kita”, atau dengan kata lain memang belum pernah diselamatkan. 

Rick Cornish mengatakan, “Mereka tidak kehilangan keselamatan karena mereka tidak pernah memilikinya”. Dengan lain kata, mereka yang belum diselamatkan itu tidak mungkin kehilangan apa yang tidak pernah mereka miliki!. Otomotif
Next Post Previous Post