EKSPOSISI EFESUS 5:1-21 (HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK TERANG)

Eksposis Efesus 5 :1-21

1. Hidup Berpadanan sebagai Anak Kekasih (Efesus 5:1-2)

Posisi kita sebagai anak kekasih harus hidup di dalam kasih yaitu berjalan dalam kecintaan kepada Bapa di surga atau berjalan dalam pengabdian kepada Tuhan secara terus-menerus. Seorang anak wajib melakukan disiplin yang sepadan dengan ketaatan atau kepatuhan pada peraturan tata tertib, aturan, atau norma dan lain sebagainya. 

EKSPOSISI EFESUS 5:1-21 (HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK TERANG)
bisnis, gadget
Melihat posisi tersebut, tidak seharusnya umat Kristen menjadi kejam terhadap sesamanya, terlebih kejam dan keras terhadap anak-anak. Berpadanan sebagai anak kekasih, maka seharusnya pola pikir umat Tuhan dapat tetap menjadi pribadi yang ramah dan baik terhadap sesama maupun anak-anak.

2. Hidup Berpadanan dalam posisi sebagai Orang Kudus di tengah Dosa Kecemaran di Masyarakat (Efesus 5:3-7)

Ayat Efesus 5:3-7 memiliki makna bahwa Rasul Paulus mengajak jemaat Efesus untuk bertindak dan melakukan kebenaran supaya iman kekristenan tidak terpengaruh oleh hal yang negatif, sebab Paulus menyatakan bahwa pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. 

Dalam ayat tersebut posisi sebagai orang kudus meliputi banyak hal yang harus diperhatikan, dan pada ayat ketiga, tidak dapat dipisahkan dengan posisi sebagai anak kekasih baik sebagai peniru Tuhan dan berjalan dalam kecintaan kepada Tuhan. 

Jadi sikap atau perilaku dalam bagian ayat ketiga merupakan larangan atau penilaian moral yang tepat sekali untuk tidak disebutkan atau dilakukan oleh orang-orang kudus. Karena kata “disebutkan saja jangan” menekankan, menggambarkan as making use of a name because of the significance attached to it mention, artinya seperti menggunakan nama karena signifikansi melekat padanya. 

Jadi kata inilah yang menunjukkan untuk jangan melekat pada hal-hal atau nama-nama orang yang tidak baik. Hal ini merupakan implication of moral judgment it is fitting, bagi posisi sebagai orang kudus

Pada ayat keempat implication of moral disebutkan: Tidak pantas bagi orang kudus, dalam bahasa aslinya ἃ οὐκ ἀνῆκεν, diterjemahkan sebagai to pertain to what is due, duty, as was fitting.  Artinya untuk berhubungan dengan apa yang tidak semestinya. 

Pada ayat kelima dan keenam ada bagian penting yang menunjukkan implication of moral judgment: “jangan disesatkan” yang diterjemahkan sebagai not to deceive artinya jangan ditipu karena implication of moral judgment it is fitting bagi orang-orang kudus.

Pada ayat ketujuh “Jangan berkawan”. Jadi hal ini menekankan bahwa jangan bekerja bersama-sama, hal ini merupakan implication of moral judgment it is fitting bagi orang-orang kudus. Jadi posisi sebagai orang kudus berbicara tentang jangan melekat, jangan berhubungan, jangan ditipu, jangan bekerja bersama-sama dalam implication of moral judgment

Sebagai pribadi yang menjaga kekudusan, maka orang percaya dapat mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Tuhan hanya jika mereka tidak menjadi serupa dengan dunia, tetapi diubahkan oleh pembaharuan budinya; perubahan ini mencakup moral, mental dan motivasional.

Setiap orang percaya diminta untuk senantiasa mempersembahkan tubuhnya kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, dengan sembari mengalami pembaharuan budi setiap hari. Orang percaya mempersembahkan tubuhnya kepada Tuhan sebagai sesuatu yang baru, bernilai atau bermartabat dalam kehidupannya.

Hidup dalam kekudusan merupakan kehendak Tuhan pada manusia. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah (Kejadian1:26). Sehingga adalah hal yang paling esensial dalam hidup orang yang telah mengalami pembaharuan hidup yang tahu posisinya untuk terus mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Tuhan di dalam kebenaran dan kekudusan yang sebenarnya. 

Dan kekudusan secara progresif merupakan hal penting untuk menyadarkan manusia, khususnya orang percaya, untuk hidup dalam kehendak Tuhan, walaupun di sisi lain mereka tetap memiliki keterbatasan kedagingan atau manusiawi. Namun hidup berpadanan dengan panggilannya sebagai pribadi orang kudus, maka segala bentuk dosa dan kecemaran dalam masyarakat sosial tidak perlu dikompromikan baginya

3. Hidup Berpadanan dengan posisi sebagai Anak Terang (Efesus 5:8-14) 

Dalam Efesus 5:8-12, makna manusia sebagai anak terang sangat ditekankan dalam ayat ini. Banyak hal yang harus dilakukan dalam posisi sebagai anak terang yang dapat ditelusuri dalam bagian-bagian kata penting yang terdapat dalam ayat-ayat ini, antara lain: hiduplah sebagai anak-anak terang (Efesus 5: 8 dan 9), yang diterjemahkan to walk in light, yang merupakan kata kerja imperatif present aktif artinya sebagai perintah untuk berjalan dalam terang.  

Jadi posisi sebagai anak terang menekankan bahwa hidup itu berarti berjalan di dalam Tuhan. Posisi sebagai anak terang juga harus diuji, yang tertulis dalam Efesus 5:10, sehingga anak-anak terang menjadi berkenan kepada Tuhan. Kata ujilah, dalam bahasa yang diterjemahkan as testing or proving the will of God, artinya menguji atau membuktikan kehendak Tuhan. Jadi posisi sebagai anak terang membuktikan kehendak Tuhan. 

Bagian penting selanjutnya pada kata Singkapkanlah (Efesus 5:11-13) yang mesti dimaknai dalam posisi sebagai anak terang adalah, dalam bahasa aslinya diterjemahkan generally as showing someone that he has done something wrong and summoning him to repent bring to light, expose. Artinya menjadi seseorang yang mengajak orang bertobat, menegur kesalahannya, meyingkapkan kesalahan dan sebagainya. Jadi inilah yang menjadi posisi sebagai anak-anak terang

Bagian penting lainnya terdapat dalam kata bangunlah dan bangkitlah (Efesus 5:14), yang dalam bahasa aslinya diterjemahkan to raise up. Jadi posisi sebagai anak terang adalah melaksanakan perintah untuk bangkit dan berdiri dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.

Hal-hal di atas menunjukkan adanya hal-hal yang harus dilaksanakan dalam posisi sebagai anak-anak terang, antara lain: berjalanlah di dalam Tuhan, membuktikan kehendak Tuhan, hidup membawa pertobatan, dan melaksanakan perintah Kristus untuk bangkit dan berdiri dari antara orang mati, sehingga Kristus bercahaya di dalam diri umst percaya. 

Posisi inilah yang menjadi gaya hidup yang disukai oleh Tuhan dan manusia, dan merupakan panggilan Tuhan dalam membawa orang-orang kepada Kristus. Sehingga orang-orang percaya semakin mencintai Tuhan, dan juga mencintai pengajaran firman Tuhan, persekutuan, komunitas Kristen, suka berdoa, sehingga membawa dampak bagi lingkungan masyarakat. Orang-orang percaya berkomitmen bersama untuk memiliki gaya hidup yang menjadi terang Kristus bagi sesama

Kehidupan kekristenan tidak lain merupakan suatu ibadah. Ibadah ini tidak sekedar menunjuk pada aktivitas rohani seseorang pada ritual keagamaan, tetapi merupakan aplikasi atas ajaran Kekristenan yang diyakininya hari demi hari. Sehingga kemajuan rohani adalah keadaan rohani seseorang yang sedang berkembang dan mengalami peningkatan rohani dari sebelumnya; sehingga kemajuan rohani dari anakanak Tuhan menjadi nyata dan membawa dampak yang positif bagi lingkungan sekitar

Hidup sebagai orang percaya yang identik dengan memposisikan sebagai anak terang berarti orang percaya tidak mengambil bagian atau ikut dalam kejahatan "...turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa…. (Efesus 5:11). 

Terlebih orang percaya tidak lagi hidup menuruti keinginan daging seperti yang dinyatakan dalam Galatia pasal 5: "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Galatia 5:19-21).

Panggilan berpadanan sebagai pribadi yang berjalan dalam terang Tuhan membawa peran untuk tidak mengambil segala bentuk kejahatan namun harus hidup dalam pertobatan setiap hari dengan menjauhi segala dosa dan kejahatan

4. Hidup Berpadanan dalam posisi sebagai Orang Arif (Efesus 5:15-21)


Dalam bagian ayat 15-21, setiap ayat menyampaikan perintah untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan posisi sebagai orang arif. 

Pertama pada Efesus 5:15 yang mengajarkan tentang memperhatikan bagaimana cara hidup. Jadi harus berjalan dengan kebenaran dan ketelitian. 

Kedua, tertera pada Efesus 5:16, dengan pengertian pergunakanlah waktu, artinya memanfaatkan peluang sebaik-baiknya

Ketiga, tertera pada Efesus 5: 17, dalam perintah untuk usahakanlah yang berarti sikap mempengaruhi kemampuan untuk memahami dan mengerti. 

Keempat, tertera pada Efesus 5:18 “hendaklah” yang diterjemahkan: dipenuhi kuasa Allah. 

Kelima, tertera pada Efesus 5:19 “bersoraklah” dalam bahasa aslinya yang diterjemahkan sebagai sing praise artinya menyanyikan pujian. 

Keenam, tertera pada Efesus 5:20: “mengucaplah syukur” diterjemahkan sebagai to give thanks. 

Ketujuh, tertera pada Efesus 5:21 “diterjemahkan sebagai with a component of voluntary submission be submissive yang artinya dengan komponen penyerahan sukarela menjadi tunduk.

Jadi ketujuh bagian di atas merupakan bagian yang harus dilakukan dalam posisi sebagai orang arif antara lain: harus memperhatikan karakter hidup yaitu berjalan dengan kebenaran dan ketelitian, harus memanfaatkan peluang sebaik-baiknya, memiliki kemampuan untuk memahami,mengerti sesuatu, dipenuhi kuasa Allah, menyanyikan pujian, mengucapkan syukur, dan memiliki komponen penyerahan sukarela untuk menjadi tunduk kepada otoritas firman.

Yang menjadi persoalan saat ini adalah ketika umat kristen dituntut untuk menjadi arif akan keadaan yang semakin egois dari kebanyakan manusia, dan segala hal keduniawian sekarang tidak memiliki penghargaan dan penghormatan terhadap sesamanya. Dalam tulisan Rasul Paulus disebut waktu yang jahat. 

Maka sejatinya umat Kristen harus hidup berlandaskan takut akan Tuhan dengan menyadari akan kemahakuasaan-Nya, kekudusan-Nya, Kemahahadiran-Nya dan kemahatahuan-Nya dalam setiap aspek kehidupan manusia lewat tindakan dan perilaku manusia, dan secara sadar menggunakan hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan.

Oleh sebab itu nilai-nilai pendidikan kristiani yang diajarkan tentunya perlu bersumber pada Alkitab yang harus diajarkan dan diperdengarkan kepada siapa saja tanpa memandang bulu, dengan harapan apa yang diajarkan tersebut akan didengar, dipahami, dan pada akhirnya dilakukan oleh orang percaya. Terlebih lagi mesti mengikuti keteladanan Yesus dalam mengajar, supaya orang percaya benar-benar mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus dan firman-Nya.

Hal itu menjadi keberhasilan Yesus dalam mentransformasi pendengar dan murid-murid-Nya di kala itu, disebabkan oleh otoritas-Nya, dan keteladanan Yesus menjadi dasar untuk orang percaya bertindak. Hal inilah yang harus dilakukan oleh orang percaya ketika menghadapi setiap ancaman dan egoisnya dunia serta kejamnya keadaan saat ini.

Untuk itu sebagai manusia yang berhikmat dalam Tuhan perlu untuk tetap bersandar pada Tuhan yang berarti mengenal Dia melalui firman-Nya, doa, dan melalui nasihat orang lain, akan membuat setiap umat Kristen tahu posisinya sebagai orang yang arif dalam Tuhan. Dan hal itu akan membawa pada paradigma bahwa orang yang tidak menyadari ketidakberdayaannya akan bersandar kepada Allah sedangkan orang yang percaya kepada kemampuannya sendiri dan bersandar kepada kemampuannya sendiri dan tidak mencari Allah.

Jika banyak umat mulai sadar akan posisi dalam diri orang percaya maka akan membawa pada pertumbuhan rohani gereja Tuhan dan bertumbuh ke arah pengenalan akan pribadi Allah; dengan membaca firman Tuhan dan melakukan-Nya, membedakan setiap pengajaran yang benar dan yang salah, senantiasa mengandalkan Tuhan dan berserah penuh kepada kehendak Tuhan. Dan di segala keadaan apapun gereja Tuhan masih tetap bisa mengucap syukur, sehingga gereja Tuhan menghasilkan buah dalam kehidupannya dan menjadi saksi Kristus bagi dunia ini.

KESIMPULAN

Demikian dapat disimpulkan bahwa pola hidup yang berpadanan dengan posisi orang percaya sesuai dengan kebenaran Allah adalah sesuatu yang perlu terus diperjuangkan. Melalui eksposisi di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa posisi orang percaya. 

Yang pertama, posisi sebagai anak kekasih yang diaplikasikan berjalan dalam kecintaan kepada Sang Bapa atau berjalan dalam pengabdian kepada Tuhan secara terus-menerus. 

Kedua, posisi sebagai orang kudus berarti tidak bisa disesatkan karena tidak bergaul atau berkawan untuk mengadopsi pengajaran sesat. 


Selanjutnya posisi sebagai anak terang yakni orang percaya berjalan dalam kehendak Tuhan sehingga semakin mencintai Tuhan dan berdampak bagi sesama. 

Lalu posisi sebagai orang arif memiliki makna harus memperhatikan karakter hidup yang berjalan dengan kebenaran Tuhan. Posisi tersebut seharusnya melekat pada orang percaya sebagai pertanggungjawaban hidup yang berpadanan dengan panggilan mereka.

Untuk itu orang percaya perlu terus melawan keberadaan hal-hal yang mengikis rasa kemanusiaan termasuk perdagangan manusia dan kekerasan pada anak-anak. Orang yang terpanggil oleh Tuhan, memang berada di tengah-tengah “serigala,” namun mau tidak mau harus berusaha membungkam setiap kejahatan dan bersuara keras menentang segala praktik kejahatan yang melanggar martabat manusia yang diciptakan Tuhan. -Kristien Oktavia

Asuransi, Gadget, Otomotif, Tutorial, Kesehatan, Keuangan
Next Post Previous Post