EKSPOSISI YOHANES 4:1-42 (6 POLA PENGINJILAN YESUS)

Dari nats Yohanes 4:1-42 dapat dibagi 6 (enam) point, yaitu:

Model Pendekatan Yesus Kepada Perempuan Samaria

Perjalanan Misi Yesus, tidak berfokus di kalangan orang Israel atau bangsa Yahudi. Yesus melakukan pelayanan multikultural kepada semua orang. Salah satunya pelayanan Yesus kepada perempuan Samaria. Komunikasi Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria merupakan percakapan yang tidak lazim terjadi dalam kebudayaan Israel
EKSPOSISI YOHANES 4:1-42 (POLA PENGINJILAN YESUS)
bisnis, tutorial
1. Mencari Orang Yang Membutuhkan

Yesus melintasi daerah Samaria, karena orang Yahudi biasanya tidak pernah melintasi daerah tersebut. Orang Yahudi bertindak seperti itu, disebabkan adanya permusuhan yang terjadi di antara mereka belum terselesaikan. Yesus justru melewati tempat yang tidak biasa dilewati oleh orang Yahudi, karena ada orang yang ingin Ia selamatkan meskipun hanya satu jiwa. Ellis mengatakan “Yesus benar-benar memahami kelakuan dan kehidupan manusia....”

Tenney berpendapat “Ia harus melintasi daerah Samaria”, kata “harus” lebih menyiratkan keharusan logis yang menyatakan Kristus memang sengaja lewat dari tempat yang tidak biasanya, karena dorongan Ilahi yang ingin mencari domba Samaria.” Jadi dapat disimpulkan bahwa inisiatif yang dilakukan Yesus dengan sengaja melintasi daerah Samaria untuk pergi mencari orang yang membutuhkan-Nya

Perempuan Samaria yang bertemu dengan Yesus, bukanlah orang yang terpandang di daerah tempat ia berada, Selanjutnya, Tenney menjelaskan bahwa wanita ini adalah kebalikan dari Nikodemus, seorang yang sering melakukan dosa, tidak terpelajar, seorang miskin dan hampir terbuang dari dari masyarakat. Perempuan ini menghindari masyarakat umum sehingga ketika hendak menimba air di sumur ia pergi pada siang hari, karena pada saat itulah situasi sumur sepi. 

Demikian juga Hagelberg menjelaskan bahwa “Tidak biasa orang pergi ke sumur untuk menimba air pada jam dua belas siang hari”. Hal di atas disimpulkan bahwa wanita ini sengaja menghindari orang lain karena ia merasa tertolak dan merasa terhina, terbukti dari caranya yang datang sendirian ke sumur itu.

Setiap orang pasti memiliki kebutuhan baik secara sosial, persahabatan dan ekonomi, seperti yang dialami oleh perempuan Samaria ini. Ia menghindar dari orang lain, merasa tertolak, terhina dan itu terbukti dari caranya yang datang mengambil air disiang hari, dan kebiasaan ini tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh perempuan lain yang sekota dengannya. 

Baik pada zaman itu maupun saat ini sesungguhnya ada banyak orang mengalami hal yang sama seperti perempuan Samaria ini. Untuk itu sebagai seorang pemberita Injil perlu mencari tahu tentang informasi kebutuhan terkait dengan sosial, persahabatan dan ekonomi dan lain sebagainya, supaya melalui hal itu Injil dengan mudah diberitakan kepada mereka yang belum percaya secara khusus orangorang yang membutuhkan keselamatan. Gereja harus jeli melihat kesempatan ini untuk menjadikannya sebuah peluang yang baik dalam memberitakan Injil

2. Membangun Persahabatan

Ketika Yesus di daerah Samaria dan memulai percakapan dengan seorang perempuan Samaria, dengan tujuan ingin membangun persahabatan dengan orang-orang yang tidak dikenal sebelumnya. Persahabatan yang dibangun Yesus dimulai dengan sikap yang rendah hati yaitu meminta tolong kepada perempuan itu. Tenney berpendapat kata “Berilah Aku minum” yaitu permintaan yang Yesus ajukan itu tidak mungkin ditolak oleh perempuan Samaria ini, karena Ia meminta atas dasar kebaikannya. 

Yesus tidak datang seperti seorang yang mengajar atau mendikte apa yang ingin disampaikan, tetapi menempatkan diri-Nya di bawah sehingga wanita ini menjadi heran, karena biasanya sorang Yahudi tidak ingin bergaul dengan orang Samaria dan justru sebaliknya membenci mereka. Kristus mengetahui tentang hal itu, oleh karena itu Ia menempatkan diri sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, supaya perempuan Samaria itu tidak merasa terancam atau tertolak, karena Ia adalah seorang Yahudi dan telah diketahui bahwa tidak biasa seorang Yahudi meminta minum kepada seorang Samaria. Yesus melakukan hal yang demikian karena ingin menunjukan sikap berbeda yaitu datang sebagai pembawa damai.

Jadi model persahabatan yang dibangun oleh Yesus ketika menginjili perempuan Samaria ini perlu dicontoh. Ketika membangun persahabatan dengan orang yang belum percaya Injil pun dapat diberitakan dengan baik. Makmur Halim mengatakan: Di dalam persahabatan ini kita akan menemukan kesempatan-kesempatan untuk memberitakan Injil, sebab melalui persahabatan bisa menemukan adanya kebutuhan khusus dari sahabat atas keterbukaan bersama, ada jalur dalam pembicaraan untuk pemberitaan Injil

Dari penjelasan Halim di atas, penulis menyimpulkan bahwa sebelum Yesus menginjili perempuan Samaria ini, Ia terlebih dahulu membangun persahabatan. Melalui persahabatan adanya suatu sikap yang saling terbuka, sehingga perempuan Samaria semakin heran dan ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang apa yang Yesus ingin katakan kepadanya.

3. Melibatkan Orang Lain

Pada waktu Yesus menawarkan kasih karunia Allah kepada seorang perempuan Samaria terlebih dahulu Ia menyuruh memanggil suaminya. Susanto menerjemahkan sebagai berikut: “Pergilah, panggil suamimu, lalu kembalilah ke sini” kata Yesus. “Saya tidak punya suami” jawab wanita itu.” Di sini jelas bahwa Yesus tidak memberitakan kasih karunia Allah hanya kepada perempuan itu saja, tetapi juga melibatkan sanak keluarganya terutama orang yang paling berpengaruh yaitu suaminya. 

Menurut adat orang Yahudi dan Samaria, seorang suami memiliki peran penting, baik dalam kehidupan berkeluarga demikian juga di masyarakat. Sedangkan wanita dianggap sebagai penolong dan pendamping dan urutan dalam tatanan keluarga adalah nomor dua. Jadi Yesus melibatkan suaminya untuk ikut mendengarkan kabar baik itu, supaya pengambilan keputusan dalam keluarga memahami apa yang Yesus hendak beritakan, dan tentunya juga supaya kelak tidak menghambat, bahkan mendukung perubahan kepercayaan iman yang akan terjadi di dalam keluarga besarnya, demikian juga dengan orang yang diinjili.

4. Meluruskan Pemahaman Yang Keliru

Kehadiran Yesus di Samaria sangat jelas yaitu ingin merubah pemahaman seorang perempuan Samaria yang masih keliru dalam menilai sebuah kehidupan, terutama dalam memahami tentang menyembah kepada Allah masih tidak jelas. Maka dari itu Yesus mau merekonstruksi paradigma berpikir perempuan tersebut, karena dari pemahaman yang keliru tentang penyembahan kepada Allah menyebabkan cara hidup yang dijalaninya juga salah, jadi penting bagi Yesus untuk meluruskan kekeliruan yang terjadi pada perempuan itu.

Rekonstruksi Ulang Pemahaman Kepercayaan Ketika Yesus bertemu dengan perempuan Samaria itu, Dia tidak langsung mengubah paradigma kepercayaannya yang keliru tentang menyembah Allah. Tenney mengatakan tentang pemahaman perempuan yang keliru itu sebagai berikut: “nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan Yerusalemlah tempat orang menyembah.” 

Tenney dengan jelas mengatakan bahwa paradigma kepercayaanya orang Samaria dan orang Yahudi yang keliru sudah merupakan konsep pemahaman dari turun-temurun. Kemudian Yesus mengarah langsung kepada rasa kepercayaannya, dengan cara meluruskan pemahaman yang keliru tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Tenney lagi yaitu: Jika engkau sungguh ingin untuk mengetahui kebenaran tentang penyembahan, engkau tidak akan menemukannya dalam garis leluhur kita, tetapi dalam relasi antara hatimu sendiri dengan Allah. Engkau mesti berhubungan dengan Dia melalui Roh-Nya, dan atas dasar kebenaran

Yesus memulai dengan kalimat yang luar biasa “Mengenal Allah yang benar adalah mengenal Dia dalam roh dan kebenaran.” Artinya, Allah itu roh, bukan fisik (benda). Jadi tidak perlu ke gunung mencari Allah, sebab Allah itu Roh, tidak mungkin manusia dapat menjamah atau membuat-Nya menjadi satu wujud yang kemudian di sembah. Kebenaran adalah Allah, firman hidup itu, firman yang membenarkan. Maka kebenaran, yaitu firman, berhubungan dengan Dia. Memahami Dia, memahami kebenaran-Nya. Penjelasan ini mengarah pada bagaimana Yesus sedang merekonstruksi pemahaman perempuan itu.

5. Memulihkan Cara Hidup Yang Salah

Pertemuan Yesus dengan perempuan Samaria itu, selain meluruskan pemahaman yang keliru Ia juga memulihkan cara hidupnya yang salah. Perempuan ini sesungguhnya tidak senang dalam keberadaannya sendiri itulah sebabnya ia sering-kali menghindar dan lebih senang menyendiri.

Di dalam melaksanakan penginjilan, sangatlah diperlukan suatu pemahaman yang searah dari orang yang diberitakan Injil, yaitu dengan pemahaman penginjil yang alkitabiah. Dengan demikian, maka diperlukan suatu perubahan pemahaman, karena pemahaman yang salah akan berpengaruh pada cara atau praktik hidup seseorang. Dengan demikian cara hidup yang salah, dikarenakan oleh pemahaman yang keliru.

Cara Yesus mengkomunikasikan cara hidup yang salah kepada perempuan tersebut dengan mengingatkannya akan pengalaman yang pernah ia lakukan sebelumnya. Selain itu, Yesus juga merekonstruksikan cara pandangnya terhadap peribadatan kepada Allah. Dengan cara seperti itu, perempuan Samaria menyadari bahwa ia sedang berkomunikasi dengan Sang Mesias yang di nanti-nantikan oleh orang Israel. Sehingga ia dengan penuh keberanian menyampaikan berita tersebut kepada orang banyak.

6. Memberitakan Yesus Sebagai Mesias

Pada waktu Ia menyatakan diri-Nya dan meluruskan pandangannya yang keliru dari kehidupan wanita itu. Yesus tidak langsung menanamkan konsep orang Yahudi mengatakan Mesias akan datang sebagai raja, tetapi Yesus perlahan-lahan menyampaikan sesuai dengan konsep dan pemahaman perempuan itu tentang “Mesias” seperti jawaban wanita itu kepada-Nya: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami” (band. ayat 25). 

Tenney mengatakan: …Kata-kata ini sekaligus merupakan pengakuan akan ketidaktahuan dan pengharapan wanita sedang menunggu terang dan walau pun ternoda ia bergantung kepada janji Allah dari purbakala bahwa Pelepas akan datang dan membuang kegelapan dari matanya.

Baca Juga: Yohanes 4:10-18 (Karunia Allah)

Dalam memberitaan Injil dibutuhkan suatu tujuan jelas. Inti berita yang ingin disampaikan adalah mengenai pribadi Krisus sebagai jalan menuju keselamatan. Sebab Dialah jalan satu-satunya yang dapat menjamin keselamatan setiap orang yang percaya kepada-Nya agar memperoleh hidup kekal.

KESIMPULAN

Hasil penelitian yang penulis lakukan terkait dengan pola Penginjilan Yesus dalam Injil Yohanes 4:1-42, ada beberapa kesimpulan yaitu:

Pertama, perjalanan Yesus melintasi Samaria ialah ingin mencari orang yang membutuhkan keselamatan, dimana orang Samaria merupakan suku yang tidak baik menurut orang Israel.

Kedua, komunikasi Yesus dengan perempuan Samaria melalui persahabatan yang dibangun ketika percakapan mereka di tepi sumur.

Ketiga, selain membangun persahabatan, juga melibatkan orang yang berpengaruh dalam lingkungan tersebut.

Keempat, dalam kebudayaan Samaria dan orang Israel, terdapat perbedaan kebudayaan yang mengakibatkan pemahaman-pemahaman yang keliru dalam mengerti kebenaran tentang Mesias. Dalam pemahaman tersebut, Yesus merekonstruksi ulang pemahaman yang keliru dari perempuan Samaria. 


Sebelum bertemu dengan Yesus, paradigma perempuan tersebut tentang Konsep keselamatan bahwa Mesias yang dinantikan oleh orang Israel akan menyampaikan segala sesuatu kepada mereka, demikian juga konsep penyembahan kepada Allah di jelaskan yaitu orang Yahudi menyembah Allah di Yerusalem sedangkan orang Samaria menyembah Allah di Gunung Gerizim. Dalam percakapan tersebut, perempuan Samaria menyampaikan argumenttasinya tentang konsep pemahamannya akan keselamatan didasarkan pada kebiasaan dan budaya orang Israel pada umumnya.

Dari penjelasan perempuan tersebut, Yesus memberikan sebuah pemahaman yang benar tentang Mesias bahwa untuk menyembah Allah bukan persoalan lokasi melainkan berkaitan dengan ketulusan hati karena Allah adalah Roh maka manusia haruslah menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran. Selain itu Yesus juga dalam kesempatan itu sekaligus memulihkan cara hidup yang salah. Terakhir Yesus memberitakan diri-Nya sebagai Mesias yang dinantikan oleh orang Israel.

Metode penginjilan yang digunakan oleh Yesus dalam konteks kepada perempuan Samaria ini menggunakan pendekatan lintas budaya atau multicultural yaitu melalui konteks budaya perempuan tersebut. Dalam pendekatan ini Yesus melihat pemahaman perempuan Samaria tentang keselamatan ini dari perspektif budaya orang Samaria. Kemudian dari pemahaman tersebut Yesus memasukkan berita keselamatan di dalam Injil. -Harming. Otomotif
Next Post Previous Post