TUHAN MENGEJAR YUNUS (YUNUS 1:4-7)
Pdt. Budi Asali, M.Div.
Kalau dalam pelajaran yang lalu kita melihat bagaimana Yunus mendapat perintah Allah dan lalu menolaknya, maka dalam pelajaran ini kita melihat bagaimana dan dengan cara apa Allah mengejar Yunus.
I) Badai (Yunus 1;4).
1) Badai ini tidak datang atau terjadi secara kebetulan.
Ay 4 mengatakan: “Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, ...”.
Calvin: “He then says that a tempest arose in the sea; but he at the same time tells us, that this tempest did not arise by chance, as ungodly men are wont to say, who ascribe everything that happens to fortune. God, he says, sent a strong wind on the sea.” [= Ia lalu mengatakan bahwa badai muncul di laut; tetapi pada saat yang sama ia menceritakan kepada kita bahwa badai ini tidak muncul secara kebetulan, seperti yang biasa dikatakan oleh orang-orang yang tak beriman, yang menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi sebagai kebetulan. Allah, ia berkata, mengirimkan angin yang kuat ke laut.] - hal 32.
Calvin lalu menambahkan: “Though indeed the Prophet speaks here only of one tempest, we may yet hence generally gather that no storms, nor any changes in the air, which produce rain or stir up tempests on the sea, happen by chance, but that heaven and earth are so regulated by a Divine power, that nothing takes place without being foreseen and decreed.” [= Sekalipun memang sang nabi di sini hanya berbicara tentang satu badai, tetapi kita boleh menyimpulkan secara umum bahwa tidak ada badai, ataupun perubahan apapun di udara, yang menghasilkan hujan atau menimbulkan badai di laut, terjadi secara kebetulan, tetapi bahwa langit / surga dan bumi begitu diatur oleh kuasa Ilahi, sehingga tidak ada suatu apapun yang terjadi tanpa dilihat lebih dulu dan ditentukan.] - hal 33.
Calvin: “... it is certain that not one drop of rain falls without God’s sure command.” [= ... adalah pasti bahwa tidak satu titik hujanpun yang jatuh tanpa perintah yang pasti dari Allah.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVI, No 5.
Bdk. Yeremia 14:22 - “Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu?”.
Bandingkan juga dengan:
a) Ayub 28:25-26 - “(25) Ketika Ia menetapkan kekuatan angin, dan mengatur banyaknya air, (26) ketika Ia membuat ketetapan bagi hujan, dan jalan bagi kilat guruh,”.
b) Ayub 37:6,10-13 - “(6) karena kepada salju Ia berfirman: Jatuhlah ke bumi, dan kepada hujan lebat dan hujan deras: Jadilah deras! ... (10) Oleh nafas Allah terjadilah es, dan permukaan air yang luas membeku. (11) Awanpun dimuatiNya dengan air, dan awan memencarkan kilatNya, (12) lalu kilatNya menyambar-nyambar ke seluruh penjuru menurut pimpinanNya untuk melakukan di permukaan bumi segala yang diperintahkanNya. (13) Ia membuatnya mencapai tujuannya, baik untuk menjadi pentung bagi isi bumiNya maupun untuk menyatakan kasih setia.”.
c) Mazmur 68:10 - “Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah; Engkau memulihkan tanah milikMu yang gersang,”.
d) Mazmur 147:8 - “Dia, yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi, yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput.”.
e) Amos 4:7 - “‘Akupun telah menahan hujan dari padamu, ketika tiga bulan lagi sebelum panen; Aku menurunkan hujan ke atas kota yang satu dan tidak menurunkan hujan ke atas kota yang lain; ladang yang satu kehujanan, dan ladang, yang tidak kena hujan, menjadi kering;”.
f) Amos 9:5,6 - “(5) Tuhan ALLAH semesta alamlah yang menyentuh bumi, sehingga bergoyang, dan semua penduduknya berkabung, dan seluruhnya naik seperti sungai Nil, dan surut seperti sungai Mesir; (6) yang mendirikan anjungNya di langit dan mendasarkan kubahNya di atas bumi; yang memanggil air laut dan mencurahkannya ke atas permukaan bumi - TUHAN itulah namaNya.”.
Penerapan: kalau saudara sedang lari dari Tuhan, dan saudara lalu mengalami kesialan / bencana / hal yang tidak menyenangkan apapun, atau sekedar mengalami ‘badai’ di dalam hati saudara, jangan menganggapnya sebagai ‘kebetulan’, tetapi anggaplah itu sebagai tangan Tuhan yang memanggil saudara untuk kembali pada jalan yang benar! Juga kalau pada saat seperti itu tahu-tahu saudara mendapatkan bacaan Saat Teduh atau pemberitaan khotbah yang menegur saudara, jangan menganggap itu sebagai ‘kebetulan’, tetapi anggaplah sebagai panggilan Tuhan bagi saudara untuk bertobat!
Barnes’ Notes: “Tell me, Fleest thou the Lord? Wait then a little, and thou shalt learn from the event, that thou canst not escape the hands of His servant, the sea.” [= Katakan kepadaku, apakah engkau lari dari Tuhan? Tunggulah sebentar, dan engkau akan belajar dari kejadian / peristiwa ini, bahwa engkau tidak bisa lolos dari tangan pelayanNya, yaitu laut.] - hal 399.
Barnes’ Notes: “He had let him have his way, as He often deals with those who rebel against Him. He lets them have their way up to a certain point. He waits, in the tranquility of His Almightiness, until they have completed their preparations; and then, when man has ended, He begins, that man may see the more that it is His doing” [= Ia telah membiarkan Yunus melakukan apa yang diinginkannya, seperti yang sering Ia lakukan terhadap mereka yang memberontak terhadapNya. Ia membiarkan mereka melakukan apa yang diinginkannya sampai pada titik tertentu. Ia menunggu, dalam ketenangan dari kemahakuasaanNya, sampai mereka telah menyelesaikan persiapan-persiapan mereka; dan lalu, pada saat manusia sudah selesai, Ia mulai, supaya manusia bisa lebih melihat bahwa itu adalah perbuatanNya] - hal 399.
2) Badai itu bukan hanya mengenai Yunus, tetapi juga semua orang yang ada dalam kapal tersebut (ay 4-5a).
Yunus 1:4-5a: “(4) Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. (5a) Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya.”.
a) Ini menyebabkan kita harus berpikir 2 x sebelum menentang perintah / panggilan Tuhan.
J. C. Metcalfe: “It is frightening to realize that our disobedience never affects ourselves alone, but also always brings trouble to those about us.” [= Merupakan sesuatu yang menakutkan bahwa ketidak-taatan kita tidak pernah mempengaruhi diri kita sendiri saja, tetapi juga selalu membawa problem bagi mereka di sekitar kita.] - ‘The Angry Prophet’, hal 7.
Pulpit Commentary: “The prophet, so far from getting out of trouble himself, got others into it (vers. 4,5).” [= Sang nabi, bukannya menjauhkan dirinya dari kesukaran tetapi menyebabkan orang-orang lain masuk ke dalam kesukaran (Yunus 1:4-5).] - hal 14.
Karena itu pikirkanlah keluarga saudara / orang-orang yang saudara cintai, yang akan terkena bencana tersebut, kalau saudara ingin lari dari perintah Tuhan.
b) Adilkah Allah pada waktu ia menimpakan badai itu kepada seluruh orang di kapal, padahal Ia hanya mengejar satu orang, yaitu Yunus?
Calvin menjawab pertanyaan ini sebagai berikut: “though God had a regard only, in a special manner, to the case of Jonah, yet there were hidden reasons why he might justly involve others in the same danger. ... though the Lord may involve many men in the same punishment, when he especially intends to pursue only one man, yet there is never wanting a reason why he might not call before his tribunal any one of us, even such as appear the most innocent. ... God can punish one man, as to humble some others at the same time, and to chastise others for their various sins, and also to try their patience.” [= sekalipun Allah hanya memperhatikan, dengan cara yang khusus, kepada kasus Yunus, tetapi di sana ada alasan-alasan tersembunyi mengapa Ia bisa secara benar / adil melibatkan orang-orang lain dalam bahaya yang sama. ... sekalipun Tuhan bisa melibatkan banyak orang dalam hukuman yang sama, pada waktu Ia secara khusus bermaksud mengejar satu orang saja, tetapi Ia tidak pernah kekurangan alasan mengapa Ia tidak memanggil ke depan pengadilanNya setiap orang di antara kita, bahkan yang kelihatannya paling tidak bersalah. ... Allah bisa menghukum seseorang, dengan maksud merendahkan beberapa orang lain pada saat yang sama, dan menghajar yang lain untuk bermacam-macam dosa mereka, dan juga untuk menguji kesabaran mereka.] - hal 33.
3) Awak kapal sangat ketakutan, mereka berdoa kepada allahnya masing-masing, dan mereka membuang muatan kapal ke laut untuk meringankan kapal supaya tidak tenggelam.
Yunus 1:5a: “Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya.”.
Ada beberapa hal yang ingin saya bahas dalam persoalan ini:
a) Ini menunjukkan bahwa badai itu adalah badai yang luar biasa hebatnya.
Pelaut adalah orang yang sudah biasa menghadapi badai dan karena itu seharusnya tidaklah terlalu takut terhadap badai. Bahwa pada saat itu pelaut-pelaut itu sampai ketakutan, berdoa kepada allah mereka masing-masing, membuangi muatan kapal ke laut, menunjukkan bahwa itu merupakan badai yang sangat hebat!
b) Dalam problem yang hebat, orang yang paling brengsekpun akan berdoa / mencari Allah.
Pulpit Commentary: “‘No man,’ it has been said, ‘was ever an atheist in a shipwreck.’” [= Dikatakan bahwa ‘tidak seorangpun adalah seorang ateis dalam suatu kecelakaan kapal’.] - hal 26.
Henry More: “In agony or danger, no nature is atheist. The mind that knows not what to fly to, flies to God.” [= Dalam penderitaan yang hebat atau bahaya, tidak ada manusia yang atheis. Pikiran yang tidak tahu harus lari kemana, akan lari kepada Allah.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 25.
Seorang lagi berkata: “An atheist is one who prays when he can think of no other way out of his trouble.” [= Seorang atheis adalah orang yang berdoa pada waktu ia tidak bisa memikirkan jalan keluar dari problemnya.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 26.
Banyak orang yang baru sungguh-sungguh mencari Allah / datang kepada Yesus / berdoa kalau ada problem yang luar biasa hebat.
Kalau saudara adalah orang seperti itu maka renungkan Maz 32:9 yang berbunyi: “Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.”.
Karena itu, sekalipun saudara tidak mengalami problem yang terlalu berarti, tetap datanglah kepada Tuhan!
c) Karena kebutaan rohani mereka, maka mereka mencari Allah secara salah.
Dalam komentarnya tentang bagian ini Calvin mengatakan bahwa dalam hati setiap orang ada perasaan akan adanya Tuhan / Allah, dan dalam keadaan bahaya / takut, perasaan itu dibangkitkan. Tetapi mereka buta secara rohani sehingga mereka mencari allah yang salah, karena dalam ay 5a dikatakan mereka masing-masing berteriak kepada allahnya, yang jelas bukan Allah yang benar, melainkan berhala / dewa.
Calvin: “As, then, this passage teaches, that men are constrained by necessity to seek God, so also, on the other hand, it shows, that men go astray in seeking God, except they are directed by celestial truth, and also by the Spirit of God.” [= Sebagaimana text ini mengajarkan bahwa manusia didesak oleh kebutuhan yang hebat untuk mencari Allah, demikian juga di sisi yang lain text ini menunjukkan bahwa manusia tersesat dalam mencari Allah kecuali mereka dipimpin oleh kebenaran surgawi, dan juga oleh Roh Allah.] - hal 36.
Bagian terakhir kata-kata Calvin itu menunjukkan bahwa manusia bisa menemukan Allah / kebenaran, dari Kitab Suci dan pimpinan Roh Kudus. Karena itu banyaklah berdoa untuk pimpinan Roh Kudus tersebut, dan banyaklah belajar Kitab Suci / Firman Tuhan, dan tunduklah pada Kitab Suci / Firman Tuhan.
4) Di tengah-tengah apa yang dilakukan orang-orang dalam kapal itu, Yunus terus tidur.
Yunus 1: 5b: “Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak.”.
a) Dalam ay 5b dikatakan bahwa Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah, dan lalu tidur dengan nyenyak.
Ini terjadi lebih dulu dari pada ay 4-5a, sehingga kalau ay 5b diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, maka seharusnya diterjemahkan ke dalam bentuk past perfect, seperti terjemahan NIV: ‘But Jonah had gone below deck’ [= Tetapi Yunus telah pergi / turun ke bawah geladak].
b) Dalam Septuaginta (Perjanjian Lama yang berbahasa Yunani), ay 5 ini diterjemahkan ‘tidur dan mendengkur’.
Barnes (hal 378) mengatakan bahwa Yunus tidur karena:
1. Ia lelah setelah melakukan perjalanan ke Yafo.
2. Merupakan sesuatu yang biasa bagi orang yang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan untuk berusaha melupakan dirinya.
Penerapan: untuk melupakan suatu tindakan yang bertentangan dengan Firman Tuhan kita bisa tidur, jalan-jalan, bekerja, olah raga, mencari hiburan, dsb, tetapi itu tidak akan bisa melepaskan kita dari kejaran Allah!
c) Tidurnya Yunus di sini menyebabkan ada orang yang menafsirkan bahwa seluruh cerita Yunus mulai saat ini adalah mimpi dari Yunus.
Adam Clarke: “Others have thought that the whole of the account of Jonah’s being swallowed by a great fish, his praying in its belly, and being cast on dry land, was a dream which he had while fast asleep in the ship.” [= Orang-orang lain menganggap bahwa seluruh cerita tentang Yunus yang ditelan ikan besar, doanya dalam perut ikan, dan dimuntahkannya Yunus ke darat, merupakan mimpi dari Yunus pada waktu ia tertidur dalam kapal.] - hal 698.
Ada 3 hal yang menunjukkan bahwa tafsiran / pandangan ini sangat tidak masuk akal, yaitu:
1. Perhatikan bahwa badai diceritakan lebih dulu (ay 4) dari cerita tentang tidurnya Yunus dalam kapal (ay 5b). Sekalipun di atas telah saya katakan bahwa sebetulnya ay 5b terjadi lebih dulu dari ay 4-5a, tetapi kalau semua itu adalah mimpi Yunus, maka adalah aneh kalau mimpinya diceritakan lebih dulu dari tidurnya.
2. Perhatikan juga bahwa dalam ay 6 diceritakan kalau nakhoda membangunkan dia, dan baru setelah itu ada cerita tentang ikan yang menelan Yunus (ay 17). Apakah peristiwa nakhoda membangunkan Yunus itu juga merupakan mimpi Yunus?
3. Dalam Matius 12:40-42 Yesus berkata: “(40) Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. (41) Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus! (42) Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!”.
Cara Yesus menggunakan cerita Yunus dan Niniwe ini jelas menunjukkan bahwa ini merupakan cerita sejarah, bukan sekedar perumpamaan, ilustrasi atau mimpi.
Memang banyak orang, termasuk Martin Luther, yang tidak mau menganggap cerita Yunus sebagai cerita sejarah.
Leslie C. Allen (NICOT): “Luther viewed the story as nonhistorical.” [= Luther memandang cerita ini sebagai tidak bersifat sejarah.] - hal 178.
Saya berpendapat ini salah satu blunder dari Luther. Cerita Yunus harus dianggap sebagai cerita sejarah.
‘Unger’s Bible Dictionary’: “This book is certainly designed to be viewed as historical. There is nothing in it to suggest otherwise.” [= Kitab ini pasti direncanakan untuk dipandang sebagai kitab yang bersifat sejarah. Tidak ada apapun di dalamnya yang menunjuk pada sesuatu yang lain.] - hal 601.
d) Tidurnya Yunus ini kontras / bertentangan dengan tidurnya Kristus dalam kapal (Matius 8:24 Markus 4:38).
Pulpit Commentary: “Contrast this sleep in the storm with that of Christ (Mark 4:38),” [= Bandingkan / kontraskan tidur dalam badai ini dengan tidurnya Kristus (Mark 4:38),] - hal 3.
Markus 4:38 - “Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: ‘Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’”.
Jadi, bahwa seseorang bisa tidur pada waktu ada dalam problem yang hebat, belum tentu menunjukkan bahwa ia orang yang beriman.
e) Di sini terlihat betapa tidak pekanya Yunus, sehingga bisa tidur dalam badai tersebut.
Orang yang bisa tidur tidak selalu lebih baik dari orang yang tidak bisa tidur! Kalau ada 2 orang yang sama-sama berkeras dalam dosa / meninggalkan Tuhan, dan yang pertama tidak bisa tidur, tetapi yang kedua bisa tidur, maka mungkin sekali orang yang pertama masih lebih baik dari orang yang kedua. Mengapa? Karena kasus kedua itu menunjukkan orangnya keras hati, dan acuh tak acuh terhadap dosanya.
Pulpit Commentary: “The iron that has been heated soft, and cooled again in water, is harder than ever. The process has simply tempered it. So the man who has been softened in the fires of grace, and plunged again into the waters of sin, is a harder man that he was at first (Heb. 6:4).” [= Besi yang telah dipanaskan sehingga lunak, dan didinginkan lagi dalam air, lebih keras dari sebelumnya. Proses itu hanya mengeraskannya. Demikian juga dengan orang yang telah dilunakkan dalam api kasih karunia, dan mencebur lagi ke dalam air dosa, menjadi orang yang lebih keras dari ia semula (Ibr 6:4).] - hal 15.
Catatan: Saya kira Ibr 6:4 itu harus dibaca terus sampai dengan Ibr 6:6.
Ibrani 6:4-6 - “(4) Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, (5) dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6) namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum.”.
Penerapan: karena itu kalau saudara memang sudah pernah mengenal Allah, jangan bermain-main dengan dosa / tindakan yang melawan Allah / meninggalkan Allah! Itu bisa membuat saudara menjadi keras seperti Yunus
II) Nakhoda (Yunus 1:6).
Ay 6: “Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata: ‘Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa.’”.
Andaikata nakhoda tidak turun ke bawah, melihat Yunus yang tidur, dan membangunkan dia, maka tidak akan ada cerita tentang Yunus yang ditelan ikan dan sebagainya, dan juga tidak akan ada pemberitaan Firman Tuhan dan pertobatan di Niniwe. Jadi jelas bahwa turunnya nakhoda ke bawah, dan juga tindakannya membangunkan Yunus dan menyuruhnya berdoa (ay 6), merupakan pekerjaan Allah, yang mengejar Yunus.
1) Baik ‘kata-kata nakhoda’ (ay 6a) maupun ‘doa yang sungguh-sungguh dari para awak kapal’ (ay 5a) merupakan suatu teguran terhadap Yunus yang tidak berdoa.
Pulpit Commentary: “Prayerless Jonah (how can the backslider pray?) is reproved by those praying sailors. ... And how the heathen’s passionate cries to his god rebuke our restraint of and coldness in prayer! How the full-hearted earnestness of (it may be) the illiterate Christian reproves our heartless accuracies and formal worship!” [= Yunus yang tidak berdoa (bagaimana seseorang yang mundur dari Tuhan bisa berdoa?) ditegur oleh pelaut-pelaut yang berdoa. ... Dan betapa teriakan yang sungguh-sungguh dari orang kafir kepada allahnya, menegur sikap kita yang tidak berdoa atau sikap kita yang dingin dalam doa! Betapa kesungguhan yang sepenuh hati dari orang Kristen yang buta huruf menegur ibadah kita yang cermat dan formil tetapi tanpa hati!] - hal 34.
Penerapan: bagaimana kehidupan doa / saat teduh saudara? Kalau orang beragama lain, orang kristen dari gereja-gereja yang tidak karuan, para penganut sekte, dan bahkan para penganut gereja setan, bisa berdoa dengan serius, sedangkan saudara tidak, tidakkah saudara merasakan itu sebagai sesuatu yang memalukan?
2) Nakhoda itu mengakui bahwa hidup tergantung Tuhan.
Ay 6b: “berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa”.
Calvin: “Here the pilot clearly owns, that he thought the life of man to be in the power of God; for he concluded, that they must perish, unless the Lord brought aid. ... Now what excuse can we have, if we think our safety to be in our own hands, if we depend not wholly on God, and if we neglect him in prosperity, as though we could be safe without his help?” [= Di sini sang nakhoda dengan jelas mengakui bahwa ia beranggapan bahwa hidup manusia ada dalam kuasa Allah; karena ia menyimpulkan, bahwa mereka pasti binasa, kecuali Allah memberi pertolongan. ... Sekarang, alasan apa yang kita punyai, jika kita beranggapan bahwa keamanan / keselamatan kita ada dalam tangan kita sendiri, jika kita tidak bergantung sepenuhnya kepada Allah, dan jika kita mengabaikan Dia dalam kemakmuran, seakan-akan kita bisa aman / selamat tanpa pertolonganNya?] - hal 43.
Penerapan: banyaklah berdoa untuk perlindungan dan berkat Tuhan, khususnya pada saat ini dimana hidup itu begitu berbahaya. Dan kalau saudara makmur janganlah lalu mengabaikan Dia, karena tanpa Dia jangankan makmur, sekedar hiduppun saudara tidak akan bisa.
Bandingkan dengan Kis 17:28 - “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.”.
III) Undian.
Yunus 1:7: “Lalu berkatalah mereka satu sama lain: ‘Marilah kita buang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini.’ Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi.”.
1) Pembuangan undi dilakukan karena doa mereka tidak berguna dan mereka kehabisan akal.
Tadi masing-masing berdoa kepada allahnya. Ini seperti doa bersama seperti yang banyak dilakukan di Indonesia, dimana setiap orang berdoa menurut kepercayaannya masing-masing.
Tetapi ternyata tidak ada hasilnya, sehingga sekarang mereka memutuskan untuk membuang undi untuk menentukan siapa yang salah. Jadi, bahwa mereka membuang undi, itu disebabkan karena mereka sudah kehabisan akal.
2) Kesalahan mereka dalam pembuangan undi ini adalah: mereka ingin mencari kambing hitam.
Calvin mengatakan bahwa pembuangan undi ini menunjukkan bahwa mereka beranggapan bahwa hanya satu orang saja yang salah. Dengan kata lain mereka ingin melemparkan kesalahan hanya kepada satu orang, seakan-akan semua yang lain tidak salah.
Calvin: “But it must at the same time be observed, that through error they cast lots; for they did not know, that if God intended to punish each of them, they were worthy even of heavier punishment. They would not indeed have thrown the blame on one man, if each had well considered what he deserved before God. When a calamity happens, it is the duty of every one to examine himself and his whole life before God: then every one, from first to the last, must confess that he bears a just judgment.” [= Tetapi pada saat yang sama harus diperhatikan bahwa mereka membuang undi melalui suatu kesalahan, karena mereka tidak tahu bahwa jika Allah bermaksud menghukum setiap orang dari mereka, mereka bahkan layak mendapatkan hukuman yang lebih berat. Mereka tidak akan melemparkan kesalahan pada satu orang, seandainya setiap orang dari mereka merenungkan apa yang layak ia dapatkan di hadapan Allah. Pada waktu terjadi suatu bencana, merupakan kewajiban dari setiap orang untuk memeriksa dirinya sendiri dan seluruh kehidupannya di hadapan Allah: lalu setiap orang, dari yang pertama sampai yang terakhir, harus mengaku bahwa ia memikul hukuman yang adil.] - hal 45.
Penerapan: pada saat negara kacau, keluarga / rumah tangga kacau, perusahaan kacau, atau gereja kacau, jangan mencari kambing hitam kepada siapa saudara bisa melemparkan kesalahan / tanggung jawab, seakan-akan saudara sendiri tidak salah. Ini sudah dilakukan manusia sejak jaman Adam, dimana Adam melemparkan kesalahan kepada Hawa, dan Hawa melemparkan kepada setan (Kej 3:12-13). Jangan mengikuti teladan mereka dalam hal itu. Setiap orang harus mengintrospeksi dirinya sendiri, dan bertobat!
Sebagai contoh, mari kita soroti satu hal, yaitu gereja yang kacau / tidak maju. Salah siapa? Salah pendeta? Mungkin. Tetapi apakah hanya salah pendeta? Mustahil. Setiap saudara ambil bagian dalam hal ini. Mungkin gereja tidak maju karena saudara kurang atau tidak berdoa. Mungkin gereja tidak maju karena saudara kurang / tidak memberikan persembahan. Mungkin gereja tidak maju karena saudara tidak mau bersekutu dengan sesama saudara seiman, tetapi sebaliknya ada sentimen, ada penyebaran gosip, dan sebagainya. Mungkin gereja tidak maju karena saudara tidak melayani Tuhan atau kurang punya beban / komitmen dalam melayani Tuhan. Mungkin gereja tidak maju karena saudara kurang atau tidak memberitakan Injil. Intinya, semua orang harus introspeksi dan bukannya mencari kambing hitam.
3) Undi mengenai Yunus (ay 7b).
a) Ini tidak berarti bahwa pada jaman Perjanjian Baru ini undi boleh digunakan secara sembarangan.
Calvin: “when lots are cast, the event is not by chance but by God’s providence. ... But we must yet remember that lots are not to be used indiscriminately. ... when any one adopts the lot without any reason, he is no doubt superstitious, and differs not much from the magician or the enchanter. ... Were we continually to imitate such examples, such a liberty would not certainly be pleasing to God, nor consistent with his word. We must therefore bear in mind, that there were some peculiar influences whenever God’s servants used the lot in doubtful and extreme cases.” [= pada waktu undi dibuang, peristiwa itu terjadi bukan karena kebetulan, tetapi karena Providensia Allah. ... Tetapi kita harus ingat bahwa undi tidak boleh digunakan secara sembarangan. ... ketika seseorang menggunakan undi tanpa alasan / akal, tak diragukan ia mempercayai tahyul, dan tidak terlalu berbeda dengan tukang sulap atau tukang sihir. ... Jika kita terus menerus meniru contoh tersebut, kebebasan seperti itu pasti tidak akan menyenangkan bagi Allah, dan tidak konsisten dengan FirmanNya. Karena itu kita harus ingat bahwa ada pengaruh-pengaruh yang khusus kapanpun hamba-hamba Allah menggunakan undi dalam kasus-kasus yang meragukan dan extrim.] - hal 47-48.
Saya berpendapat bahwa sejak Kitab Suci lengkap (akhir abad pertama), maka mencari kehendak Tuhan melalui pengundian ini sudah tidak boleh lagi dilakukan.
b) Tetapi dalam kasus ini, dan juga dalam kasus-kasus lain seperti kasus Akhan (Yos 7), kasus Yonatan (1Samuel 14:40-43), kasus Matias (Kis 1:26), jelas bahwa hasil pengundian tersebut merupakan pekerjaan Tuhan.
Amsal 16:33 - “Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN.”.
Kesimpulan / penutup.
Hasil undian ini menunjukkan kepada Yunus bahwa ia tidak bisa lari / bersembunyi dari Tuhan! Tadi dalam ay 5b dikatakan bahwa Yunus turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah, dan lalu tidur dengan nyenyak. Tetapi tempat yang tersembunyi ini tidaklah menyembunyikan Yunus dari Tuhan yang maha tahu.
Pulpit Commentary: “No hiding from God (Jer. 23:24; Rev. 6:16). Only hiding-place in God (Ps. 32:7).” [= Tidak ada persembunyian dari Allah (Yeremia 23:24 Wahyu 6:16). Yang ada hanya tempat bersembunyi di dalam Allah (Mazmur 32:7).] - hal 25.
1. Mazmur 139:7-12 - “(7) Ke mana aku dapat pergi menjauhi rohMu, ke mana aku dapat lari dari hadapanMu? (8) Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. (9) Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, (10) juga di sana tanganMu akan menuntun aku, dan tangan kananMu memegang aku. (11) Jika aku berkata: ‘Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,’ (12) maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagiMu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.”.
2. Yeremia 23:24 - “Sekiranya ada seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia? demikianlah firman TUHAN. Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN.”.
3. Wahyu 6:16 - “Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: ‘Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.’”.
4. Mazmur 32:7 - “Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. Sela”.
Apakah ada saudara yang sedang lari dari Tuhan? Tidak ada kemungkinan untuk lari / bersembunyi dari Tuhan. Saudara hanya bisa bersembunyi di dalam Tuhan. Karena itu bertobatlah dan kembalilah kepada Tuhan.
Dan kalau ini mau diterapkan pada penginjilan, maka terlihat bahwa penolakan Yunus dalam memberitakan Injil tidak dianggap remeh ataupun dibiarkan oleh Tuhan. Karena itu janganlah tidak memberitakan Injil, tetapi sebaliknya aktiflah dalam menunaikan Amanat Agung Tuhan Yesus. Asuransi kesehatan
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-