5 PERSPEKTIF ALKITAB TENTANG KASIH SEJATI

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.

“Setiap manusia diciptakan untuk memiliki tiga relasi, yaitu relasi dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya, dan dengan Allah”. ( J. Knox Chamblin, profesor Perjanjian Baru Reformed Theological Seminary, Jackson, Missisipi)
5 PERSPEKTIF ALKITAB TENTANG KASIH SEJATI
gadget, asuransi, bisnis
Manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Manusia dalam hal tertentu merupakan refleksi nyata dari Allah. Manusia diciptakan sebagai yang cerdas, bermoral, dan memiliki kasih, yang bisa respon serta menerima kasih Tuhan. Manusia memiliki kehendak dan kecerdasan untuk mengasihi. Tanpa kasih ini hati manusia kosong dan hampa.

Lalu, apakah kasih itu dan bagaimana persepektif Alkitab tentang kasih sejati?

1. Pertama, kasih dalam pengertian insani atau pun ilahi adalah ungkapan paling dalam dari kepribadian sekaligus hubungan pribadi paling akrab dan paling dekat. 

Kata Ibrani Perjanjian Lama yang paling dominan untuk kasih adalah אָהַב ('aheb) berkonotasi beragam makna sesuai dengan konteksnya. 

Perjanjian Baru kebanyakan menggunakan dua kata Yunani yaitu αγαπαω (agapaô,kt kerja) atau αγαπη (agape,kt benda) untuk menyatakan kasih Allah, kasih sejati, tidak mementingkan diri, dan kasih dari hati yang peduli pada orang lain. Kata lainnya adalah φιλεω (phileô,kt kerja) yaitu kasih sayang antar sahabat atau teman. 

Kata Yunani Klasik tetapi tidak digunakan dalam Alkitab untuk kasih adalah εραω (eraô,kt kerja) atau εραν (eran, kt benda) seringkali ditulis 'eros', menunjukkan cinta dengan daya tarik seksual atau erotika. Sedangkan kata stôrge berarti kasih alami antara keluarga, seperti kasih seorang ibu dan anaknya.

2. Kedua, kasih sejati hanya dimiliki oleh Allah (1 Yohanes 4:16). 

Kasih Allah itu bersifat pribadi, kekal, sudah ada sebelum dunia dijadikan dan kasih itu begitu besarnya. (Yeremia 31:3; Yoh 3:16; Efesus 1:4-5). Karena kasih Kristus yang tidak berdosa rela menjadi dosa ganti kita, Ia mati di salib untuk dosa-dosa kita supaya kita selamat (1 Ptr 2:23,24); dari orang berdosa kita menjadi orang benar; dari kematian kekal mendapat hidup kekal; dari musuh Allah kita diangkat menjadi anak Allah.

3. Ketiga, kasih sejati berasal dari Allah. 

Kasih lainnya (phileo, eraô dan storge) adalah alamiah bahkan manusia yang telah jatuh dapat memilikinya, tetapi kasih agapaô seperti yang dimiliki Allah tidak dimiliki manusia yang telah jatuh dalam dosa sampai anugerah Roh Kudus dalam Kristus melahir barukannya. Kasih Allah ini dicurahkan dalam hati kita oleh Roh Kudus (Roma 5:5). Dengan demikian tidaklah mungkin bagi manusia memiliki kasih sejati di luar relasinya dengan Tuhan.

4. Keempat, kasih merupakan suatu tindakan aktif yang harus dinyatakan. 

Kristus dalam Matius 22:34-40 meringkas tugas orang Kristen dengan hukum kasih, yaitu kasih kepada Tuhan, kepada diri sendiri dan kepada sesama. Kasih agapaô perlu memenuhi hidup kita dan mengontrol kasih yang lainnya. Semua kasih yang lain hanya dapat diperbaiki dan berfungsi dengan benar dalam proporsi yang tepat bila kasih agapaô mengontrolnya. Kasih ini mengatur relasi kita dalam keluarga, sesama, di tempat kerja (Yohanes 13:34), dan bagi mereka yang membutuhkan bahkan mereka yang memusuhi (Lukas 10:25-37)

5. Kelima, hanya dengan menerima kasih Tuhan barulah kita bisa mengasihi dengan kasih sejati. 

Setiap orang secara pribadi akan mempertanggung-jawabkan hidup dan perbuatannya kepada Tuhan. Menerima kasih Allah dalam Kristus adalah keputusan paling serius dan paling penting. Ketika kita datang pada Tuhan dan percaya pada Kristus, kita di satukan dengan Dia dan diselamatkan. 

Ini membawa kita dalam relasi yang telah diperbaharui dengan Tuhan, di mana kita mengasihi Tuhan, mengasihi sesama dan mengasihi (bukan mementingkan) diri sendiri dalam cara yang baru. Kasih ini adalah kekuatan yang memotivasi dan merupakan pola kehidupan Kristen.


Akhirnya, bersama Paulus saya berdoa “… oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih... supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan” (Efesus 3:16-19). Amin!
Next Post Previous Post