YUNUS 1:8-16 (YUNUS DILEMPARKAN KE LAUT)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Bacaan Alkitab : Yunus 1:8-16

I) Pengaturan Tuhan sehingga Yunus dilempar ke laut.

1) Percakapan antara Yunus dengan para awak kapal (Yunus 1:8-12).
YUNUS DILEMPARKAN KE LAUT (YUNUS 1:8-16)
a) Orang-orang di kapal menanyai Yunus.

Dalam Yunus 1: 7 kita melihat bahwa dalam pengundian Yunuslah yang kena undi. Karena itu, sekarang dalam ay 8 kita melihat orang-orang di kapal menanyai dia.

Yunus 1:  8: “Berkatalah mereka kepadanya: ‘Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?’”.

b) Yunus menjawab.

Yunus 1: 9: “Sahutnya kepada mereka: ‘Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan.’”.

1. ‘aku takut akan TUHAN’.

Calvin: “By the word ‘fear’ is meant worship:” [= Yang dimaksudkan dengan kata ‘takut’ adalah ‘penyembahan’:] - hal 51.

Jadi maksud Yunus: ‘aku menyembah Tuhan / YAHWEH’.

2. ‘Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan’.

Ini mirip sekali dengan kata-kata ‘Aku percaya kepada Allah, Bapa yang maha kuasa, khalik langit dan bumi’ dari 12 Pengakuan Iman Rasuli, atau dengan kata-kata ‘Aku percaya kepada satu Allah Bapa yang maha kuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan’ dari Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople.

Leslie C. Allen (NICOT): “The wonder is that Jonah can recite such a creed and yet show disrespect to the commands of the God whose sovereignty it celebrates.” [= Hal yang mengherankan adalah bahwa Yunus bisa mengucapkan pengakuan iman seperti itu, tetapi menunjukkan ketidak-hormatan pada perintah Allah, yang kedaulatanNya dinyatakan oleh pengakuan iman itu.] - hal 210.

Penerapan: jangan asal mengucapkan pengakuan iman, tetapi hiduplah sesuai pengakuan itu!

3. Jawaban Yunus dalam ay 9 tidak dicatat secara lengkap; ini terlihat dari ay 10b - “orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka.”.

Jadi jelas bahwa ia juga memberitahu mereka bahwa ia melarikan diri dari Tuhan.

c) Orang-orang dalam kapal lalu mengucapkan 2 hal kepadanya:

1. Yunus 1:10a: “Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: ‘Apa yang telah kauperbuat?’”.

NIV: “What have you done?” [= Apakah yang telah kaulakukan / kauperbuat?].

KJV: “Why hast thou done this?” [= Mengapa engkau telah melakukan ini?].

NASB: “How could you do this?” [= Bagaimana engkau bisa melakukan ini?].

RSV: “What is this that you have done!” [= Apakah ini yang telah engkau lakukan!].

Sekalipun kalimat ini ada dalam bentuk pertanyaan, tetapi sebetulnya ini merupakan teguran / celaan terhadap Yunus.

a. Pulpit Commentary: “‘Why hast thou done this?’ was the question that pierced deepest of all. It was unanswered. Jonah could not attempt excuses, and reason for his flight was none. Backslider, once you could find time for Christian service; you had joy in it; you were a blessing; you were blest. Not so now. You have withdrawn from Christian work. ‘Why hast thou done this?’ What valid reason can you give? Once you were in fellowship with God’s people. Not so now. The world’s spell is on you. You are intent on making a position, pushing the fortune of your family; pleasure is your pursuit, ambition your aim. But were you not happier in the former days than in these? ‘Why hast thou done this?’ Once you tasted that the Lord was gracious; now you are far out on the godless, reckless deep, where there is no peace. Why is this? ‘Speechless’ you must be. For such guilty flight reason there can be none.” [= ‘Mengapa engkau telah melakukan ini?’ merupakan suatu pertanyaan yang menusuk paling dalam dari semua. Pertanyaan itu tidak dijawab. Yunus tidak bisa mengusahakan alasan-alasan, dan tidak ada alasan bagi pelariannya. Orang yang mundur dalam kerohanian, dulu engkau bisa mencari waktu untuk pelayanan Kristen; engkau mempunyai sukacita di dalamnya; engkau menjadi berkat dan engkau diberkati. Tidak demikian sekarang. Engkau telah menarik diri / mundur dari pekerjaan Kristen. ‘Mengapa engkau telah melakukan ini?’ Alasan sah / benar apa yang bisa engkau berikan? Dulu engkau ada dalam persekutuan dengan umat Allah. Tidak demikian sekarang. Dunia ini telah mempesonakan engkau. Engkau bermaksud dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan kedudukan, mengusahakan kekayaan keluargamu; kesenangan merupakan sesuatu yang kaukejar, ambisi adalah tujuanmu. Tetapi apakah engkau tidak lebih bahagia pada waktu yang lalu dari pada sekarang ini? ‘Mengapa engkau telah melakukan ini?’ Dulu engkau mengecap / merasakan bahwa Tuhan itu pemurah; sekarang engkau berada jauh di tempat yang dalam yang penuh dengan kesembronoan dan kejahatan, dimana tidak ada damai. Mengapa demikian? Engkau pasti tidak bisa berkata apa-apa. Untuk pelarian yang bersalah seperti itu, tidak bisa ada alasan.] - hal 34-35.

Catatan: komentar Pulpit Commentary di atas diberikan berdasarkan terjemahan KJV.

b.  Yunus 1:10a ini menunjukkan bahwa Yunus ditegur orang-orang di atas kapal. Tadinya dalam ay 6 ia sudah ditegur karena tidur dan tidak berdoa; sekarang ia ditegur lagi karena lari dari Tuhan yang adalah pencipta langit dan bumi.

Seorang nabi biasanya memberitakan Firman Tuhan untuk menegur orang, tetapi pada waktu ia lari / memberontak terhadap Tuhan, Tuhan membuat ia justru ditegur habis-habisan oleh orang kafir.

Calvin: “with regard to the reproof which the sailors and other passenger gave to Jonah, the Lord returned to him this as a reward which he had deserved. ... Since Jonah then sought to shun God, he was now placed before men. There were present heathens, and even barbarians, who rebuked him for his sin, who were his censors and judges. And the same thing we see happening often. ... If at any time the same thing should happen to us, if God should subject us to the reproaches of men when we seek to avoid his judgment, let us not wonder. But as Jonah here calmly answers, and raises no clamour, and shows no bitterness, so let every one of us, in the true spirit of meekness, acknowledge our own sins; when charged with them, were even children our condemners, or were even the most contemptible of the people to rise up against us, let us patiently bear all this; and let us know that these kinds of censors befall us through the providence of God.” [= berkenaan dengan teguran / celaan yang diberikan oleh para pelaut dan penumpang yang lain kepada Yunus, Tuhan memberikan ini kepadanya sebagai upah yang layak ia dapatkan. ... Karena Yunus berusaha untuk menghindari Allah, sekarang ia ditempatkan di hadapan manusia. Di sana ada ada orang-orang kafir, dan bahkan orang-orang barbar / biadab, yang menegur dia karena dosanya, yang menjadi pemeriksa / pengkritik dan hakim baginya. Dan kita sering melihat hal yang sama terjadi. ... Jika pada suatu saat hal yang sama terjadi pada diri kita, jika Allah membiarkan kita menjadi sasaran celaan manusia pada waktu kita berusaha menghindari penghakiman-Nya, janganlah kita heran. Tetapi seperti Yunus di sini menjawab dengan tenang, dan tidak berteriak dengan jengkel, dan tidak menunjukkan kepahitan, maka hendaknya setiap kita, dalam roh kelemah-lembutan yang benar, mengakui dosa-dosa kita sendiri; pada waktu dosa-dosa itu dituduhkan kepada kita, bahkan sekalipun anak-anak adalah pengecam kita, ataupun orang yang paling hina bangkit menentang kita, hendaknya kita dengan sabar menanggung semua ini; dan hendaknya kita tahu bahwa kritik-kritik ini menimpa kita melalui providensia Allah.] - hal 53-54.

2. Yunus 1:11: “Bertanyalah mereka: ‘Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora.’”.

d) Yunus menjawab (ay 12).

Yunus 1:12: “Sahutnya kepada mereka: ‘Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.’”.

1. Satu hal yang bagus dari Yunus adalah bahwa ia tahu dan mengakui bahwa badai itu merupakan hajaran Tuhan kepadanya.

Penerapan: sering kali kita dihajar oleh Tuhan karena suatu dosa tertentu, tetapi kita tidak mempunyai kejujuran / ketulusan seperti Yunus, sehingga kita tetap berkeras bahwa penderitaan itu bukanlah karena dosa kita, tetapi merupakan serangan setan atau ujian Tuhan dan sebagainya.

2. Tetapi di sini jelas juga ada kesalahan dari Yunus.

Barnes mengatakan bahwa Yunus tidak mempunyai hak untuk ‘menjatuhkan hukuman mati’ atas dirinya sendiri, tanpa perintah dari Allah. Ia seharusnya pergi ke Niniwe dan bukannya mati di Laut Tengah.

2) Para awak kapal tidak mau menuruti kata-kata Yunus; mereka berjuang untuk membawa kapal itu ke darat.

 Yunus 1:13a: “Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat,”.

a) Hal yang baik dalam diri orang-orang ini adalah bahwa mereka menghargai nyawa manusia, dan mereka berbelas kasihan terhadap Yunus.

b) Kebaikan orang-orang kafir ini juga merupakan suatu teguran bagi Yunus, yang tidak mau memberitakan Firman Tuhan kepada orang kafir / Niniwe.

Daily Bible Commentary (vol 2): “The sheer goodness and humanity of these heathen sailors, in not blaming Jonah for bringing such trouble upon them and then in trying their hardest to save his life, are a silent condemnation of Jonah’s unwillingness to take the word of the Lord to the heathen Ninevites.” [= Kebaikan dan perikemanusiaan yang murni dari para pelaut kafir ini, yang ditunjukkan dengan tidak menyalahkan Yunus karena mendatangkan problem seperti itu kepada mereka, dan dengan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan hidupnya, merupakan kecaman yang tidak bersuara terhadap ketidak-mauan Yunus untuk membawa firman Tuhan kepada orang-orang Niniwe yang kafir.] - hal 458.

c) Tetapi bagaimanapun juga ini merupakan belas kasihan / tindakan menolong yang salah, karena di sini mereka kasihan dan melindungi orang yang sedang dihajar oleh Tuhan.

Menolong orang yang dihukum / dihajar Tuhan bukan hanya salah, tetapi bahkan bisa-bisa menyebabkan hajaran itu menimpa kita. Tetapi ini merupakan suatu prinsip yang dalam faktanya sukar dipraktekkan, karena kita sukar sekali untuk bisa tahu bahwa seseorang itu memang dihukum / dihajar oleh Tuhan. Jangan sembarangan menghakimi dalam persoalan seperti ini!

Contoh lain dari belas kasihan / tindakan menolong / kebaikan yang salah:

1. Tidak menghukum anak yang salah, karena kasihan.

2. Menolong teman dalam ulangan, karena kasihan.

3. Menolong mengabsenkan teman yang bolos kuliah.

4. Memberi rokok sebagai tanda terima kasih. Ini sama seperti menyuruh orang itu bunuh diri pelan-pelan!

5. Melindungi seseorang / menutupi kesalahan seseorang dengan jalan berdusta.

d) Ditinjau dari sudut Yunus, kebaikan orang-orang itu terhadap dia tidak berarti bahwa ia ada di jalan yang benar / diberkati Tuhan.

Adanya orang-orang yang baik kepada kita tidak menjamin bahwa kita sedang ada di jalan yang benar. Itu bukan berkat Tuhan tetapi berkat setan!

3) Tuhan memaksa mereka untuk melempar Yunus ke laut (Yunus 1:13b-15).

a) Yunus 1:13b: “tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka.”.

Calvin: “But the Lord so turned their hearts, that they now saw more clearly how grievous a sin it was to flee away from the call of God, and not to yield obedience, as we have before observed, to his command. Many think that this is a light offence, and readily indulge themselves in it: but it is not in the power of men to weigh sins; the balance is deceitful when men estimate their sins according to their own judgment. Let us then learn to ascribe to God his own honour, - that he alone is Judge, and is far above us, and can alone determine how grievous or how slight any sin is.” [= Tetapi Tuhan membalikkan hati mereka sedemikian rupa sehingga sekarang mereka melihat dengan lebih jelas betapa menyedihkannya dosa melarikan diri dari panggilan Allah, dan tidak memberikan ketaatan, seperti yang kita amati sebelumnya, pada perintahNya. Banyak orang beranggapan bahwa ini merupakan pelanggaran yang ringan, dan mereka siap menuruti hatinya untuk hidup di dalamnya: tetapi manusia tidak bisa menimbang dosa; timbangan itu bersifat menipu pada waktu manusia menilai dosa-dosa mereka menurut penghakiman mereka sendiri. Biarlah kita belajar untuk memberikan kepada Allah kehormatanNya sendiri, - bahwa hanya Ia sendiri yang adalah Hakim, dan ada jauh di atas kita, dan hanya Ia sendiri bisa menentukan betapa menyedihkan atau betapa ringan suatu dosa itu.] - hal 58.

Calvin: “The Lord, then, designed to show here, that his displeasure could not be otherwise pacified than by drowning Jonah in the sea; ... the Lord intended to make Jonah an example, that all may now know that he is not to be trifled with, but that he ought to be obeyed as soon as he commands any thing.” [= Maka, di sini Tuhan hendak menunjukkan bahwa ketidak-senanganNya tidak bisa diredakan oleh hal lain kecuali dengan menenggelamkan Yunus di dalam laut; ... Tuhan bermaksud untuk menjadikan Yunus suatu contoh, supaya semua bisa tahu bahwa Ia tidak boleh diremehkan, tetapi harus langsung ditaati begitu Ia memerintahkan suatu apapun.] - hal 59.

Manusia memang sering kacau dalam memandang berat ringannya suatu dosa.

Contoh: kalau saudara melihat seseorang mencuri dan seorang lain membolos dari kebaktian / bekerja pada hari Sabat, yang mana yang saudara anggap lebih jahat / lebih memalukan? Saya yakin bahwa hampir semua orang di dunia ini akan menganggap bahwa yang mencuri itulah yang dosanya lebih berat / lebih memalukan.

Tetapi Kitab Suci / Perjanjian Lama tidak menjatuhkan hukuman mati kepada pencuri, melainkan hanya hukuman denda (Keluaran 22:1), sedangkan terhadap pelanggar peraturan Sabat, Kitab Suci / Perjanjian Lama menjatuhkan hukuman mati (Keluaran 31:14-15 Bilangan 15:32-36). Karena itu jelaslah bahwa Kitab Suci / Tuhan menganggap bahwa pelanggaran peraturan Sabat adalah dosa yang lebih besar dari pada mencuri! Karena itu jangan remehkan pelanggaran terhadap hukum ini, dan banyaklah belajar Firman Tuhan supaya saudara bisa mengetahui berat ringannya suatu dosa dalam pandangan Tuhan.

b) Akhirnya mereka terpaksa melempar Yunus ke laut.

 Yunus 1:14-15: “(14) Lalu berserulah mereka kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki.’ (15) Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk.”.

1. Ada yang mengalegorikan sebagai berikut (Pulpit, hal 29): ‘mendayung dengan sekuat tenaga’ menunjuk pada ‘usaha untuk selamat dengan kekuatan sendiri’; sedangkan ‘melemparkan Yunus ke laut’ menunjukkan ‘penggunaan korban / substitute, seperti Kristus’.

Orang yang mengeluarkan tafsiran ini memang kreatif, tetapi jelas salah! Cerita sejarah tidak boleh diartikan sebagai lambang / dialegorikan!

2. Kata-kata ‘darah orang yang tidak bersalah’ dalam ay 14 mungkin menunjukkan bahwa mereka takut kalau-kalau tindakan mereka melempar Yunus ke laut itu merupakan tindakan yang salah.

c) Begitu Yunus dilempar ke laut, badai langsung berhenti (Yunus 1:15b).

Calvin: “this sudden change sufficiently proved that Jonah was the only cause why they were so nearly shipwrecked. For if the sea had not calmed immediately, but after some interval of time, it might have been ascribed to chance: but as the sea instantly rested, it could not be otherwise said than that Jonah was condemned by the judgment of God.” [= perubahan mendadak ini merupakan bukti yang cukup bahwa Yunus merupakan satu-satunya penyebab mengapa mereka hampir mengalami bencana kapal. Karena jika laut itu tidak langsung tenang, tetapi setelah beberapa waktu, maka itu bisa dianggap sebagai kebetulan: tetapi karena laut langsung tenang, maka tidak bisa dikatakan sesuatu yang lain selain dari pada bahwa Yunus dihukum oleh penghakiman Allah.] - hal 63.

4) Akibat dari semua ini, orang-orang di kapal menjadi sangat takut kepada TUHAN / YAHWEH, dan mereka lalu mempersembahkan korban sembelihan.

Yunus 1:16: “Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar.”.

Calvin mengatakan bahwa mungkin sekali segera setelah semua bahaya ini berakhir, maka para awak kapal itu meninggalkan Allah lagi.

Calvin: “It is indeed probable that, shortly after, they relapsed into their former indifference; after having been freed from their danger, they probably despised God, and all religion was regarded by them with contempt. And so it commonly happens as to ungodly men, who never obey God except when they are constrained.” [= Adalah mungkin bahwa segera sesudahnya mereka kembali pada sikap acuh tak acuh yang semula; setelah dibebaskan dari bahaya, mereka mungkin meremehkan Allah, dan memandang semua agama dengan sikap jijik. Dan demikianlah yang biasanya terjadi dengan orang jahat, yang tidak pernah mentaati Allah kecuali mereka didesak.] - hal 36-37.

Calvin juga mengatakan bahwa kalau Kitab Suci mengatakan ‘takut kepada Tuhan’ itu bisa menunjuk pada ibadah lahiriah, atau kesalehan, dan kadang-kadang pada ‘rasa takut yang bersifat perhambaan’. Dan mungkin yang terakhir inilah yang merupakan rasa takut dari orang-orang ini.

Sekalipun apa yang dikatakan oleh Calvin itu memang merupakan sesuatu yang sering terjadi, tetapi mayoritas penafsir beranggapan bahwa tindakan para awak kapal dalam ay 16 itu merupakan pertobatan yang sejati. Sebagai contoh perhatikan komentar Albert Barnes di bawah ini.

Baca Juga: Yunus 1:1-3 (Perintah Allah Dan Penolakan Yunus)

Barnes’ Notes: “And so they were doubtless enrolled among the people of God, first-fruits from among the heathen, won to God Who overrules all things, through the disobedience and repentance of His Prophet. Perhaps, they were the first preachers among the heathen, and their account of their wonderful deliverance prepared the way for Jonah’s mission to Nineveh.” [= Dan demikianlah mereka tidak diragukan lagi terdaftar di antara umat Allah, buah pertama dari antara orang kafir, dimenangkan bagi Allah yang menguasai segala sesuatu, melalui ketidak-taatan dan pertobatan dari NabiNya. Mungkin, mereka adalah pengkhotbah-pengkhotbah pertama di antara orang-orang kafir, dan cerita mereka tentang penyelamatan mereka yang luar biasa mempersiapkan jalan untuk misi Yunus ke Niniwe.] - hal 406.

Tuhan mengizinkan Yunus berdosa / memberontak, salah satu tujuannya adalah untuk mempertobatkan orang-orang di kapal ini. Bahkan mungkin pertobatan Niniwe tidak akan terjadi kalau tidak ada pemberontakan Yunus, badai, pelemparan Yunus ke laut dsb, seperti yang dikatakan Albert Barnes di atas.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post