BUKTI PRA EKSISTENSI DAN KEKEKALAN KRISTUS DI ALKITAB

Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.

PENGERTIAN PRA EKSISTENSI DAN KEKEKALAN KRISTUS

Ada dua fakta penting berhubungan dengan keadaan pra-inkarnasi Kristus, yaitu : (1) fakta yang berhubungan dengan pra-eksistensi-Nya, dan (2) fakta yang berhubungan dengan kekekalan-Nya. Kristologi yang benar dan Alkitabiah harus dimulai dari keyakinan tentang pra eksistensi dan kekekalan-Nya. 
BUKTI PRA EKSISTENSI DAN KEKEKALAN KRISTUS DI ALKITAB
gadget, tutorial
Tanpa adanya keyakinan yang demikian maka ajaran tentang Kristus (Kristologi) yang dibangun sebaik apa pun akan merupakan ajaran yang sesat (bidat) yang bertentangan dengan kebenaran Allah dan Alkitab. Dapat dipastikan bahwa penolakan terhadap pra eksistensi dan kekekalan Kristus pada akhirnya akan membawa kepada penolakan terhadap keilahian-Nya.

Pertanyaannya, “apakah yang dimaksud dengan pra eksistensi dan kekekalan Kristus itu?” Charls C. Ryrie menyatakan demikian, “Pra eksistensi Kristus berarti bahwa Kristus telah ada sebelum dilahirkan.”  Rick Cornish menyatakan, Kristus sudah ada (pra eksis) dalam kekekalan jauh sebelum kelahiran-Nya sebagai Yesus”. 

Hal itu berarti bahwa sebelum inkarnasi-Nya, Kristus telah ada! Tidak ada seorang pun manusia yang memiliki pra eksistensi sebelum ia dilahirkan dan hidup di dunia ini. Setiap manusia baru ada (eksis) ketika ia dilahirkan. Karena itulah istilah pra eksistensi hanya dikenakan / dipakai kepada Kristus untuk menunjukkan keunikan dan keilahian-Nya. 

J. Knox Camblin menyatakan, “Sebelum menjadi manusia, Kristus berada ‘dalam rupa Allah’ (Filipi 2:6a), yaitu ‘serupa dengan Allah’ (Filipi 2:6b). Kedua istilah ini menyatakan perbedaan Kristus dari Allah (Theos) sekaligus menegaskan keilahian-Nya. Ekspresi ayat 6a ‘melukiskan pra eksistensi Kristus dalam jubah kemuliaan dan kemegahan ilahi”.

Sedangkan kekekalan Kristus menurut Charls C. Ryrie adalah bahwa “kekekalan tak hanya berarti bahwa Kristus sudah ada sebelum kelahiran-Nya atau bahkan sebelum penciptaan, dan adanya waktu, tetapi bahwa Ia selalu ada, selama-lamanya”. Bagi beberapa ahli teologi, pra eksistensi berarti bahwa Kristus telah ada sebelum Ia dilahirkan di Betlehem, sebelum penciptaan, dan sebelum adanya waktu. Namun, dalam arti sempit pra eksistensi Kristus tidaklah sama dengan kekekalan-Nya, walaupun dalam arti luas konsep keduanya hampir sama. 

Penolakan pengakuan terhadap pra eksistensi Kristus hampir selalu mengandung penolakan terhadap kekekalan-Nya, demikian juga sebaliknya, yang pada akhirnya berujung pada penolakan terhadap keilahian Kristus. Paul Enns mengatakan, “Kekekalan dan keilahian Kristus tidak dapat dipisahkan. Mereka yang menyangkali kekekalan-Nya juga menyangkali keilahian-Nya. 

Apabila keilahian Kristus diakui, maka tidak ada masalah untuk menerima kekekalan-Nya”. Dengan demikian saya setuju dengan Charles C. Ryrie dan Paul Enns di atas yang menyatakan bahwa, biasanya ajaran tentang kekekalan dan pra eksistensi Kristus berdiri atau jatuh bersama-sama. Dan kedua ajaran ini (pra eksistensi dan kekekalan Kristus ) tidak dapat dipisahkan dari ajaran tentang Keilahian-Nya.

Meskipun seseorang mengakui bahwa Kristus telah ada sebelum (pra eksistensi) kelahiran-Nya di Betlehem, namun pengakuan terhadap pra eksistensi Kristus itu tidak sama dengan pengakuan akan kekekalan-Nya. Secara praktis, seperti yang dijelaskan sebelumnya, ada pihak yang menerima pra eksistensi Kristus namun menolak kekekalan-Nya. 

Charles C. Ryrie menyatakan, “Biasanya kekekalan dan pra-eksistensi berdiri atau jatuh bersama-sama, meskipun Arius mengajarkan praeksistensi dari Anak Allah, tetapi tidak mengajarkan kekekalan-Nya”. Namun, fakta tentang pra eksistensi dan kekekalan Kristus merupakan kebenaran mutlak yang tak terbantahkan. Ini terbukti bahwa sejak perselisihan dengan Arius dan pengikut-pengikutnya pada abad keempat hingga kini belum pernah ada orang atau kelompok yang berhasil membekukan secara total kebenaran tentang pra eksistensi dan kekekalan Kristus.

BUKTI-BUKTI PERJANJIAN BARU BAGI PRA EKSISTENSI DAN KEKEKALAN KRISTUS

Ada banyak bukti yang dapat ditemukan dalam Alkitab, baik di dalam Perjanjian Lama, dan secara Khusus di dalam Perjanjian Baru yang mendukung konsep pra eksistensi Kristus. Kenyataan ini menyebabkan adanya kesulitan bagi seseorang untuk menolak bukti-bukti tersebut tanpa menyangkal kebenaran dan ketidaksalahan Alkitab. 

Maksudnya hanya orang-orang yang menyangkal Alkitab yang dapat meragukan kekekalan Kristus, sedangkan orang-orang yang menerima Firman Allah sebagai wahyu Allah senantiasa menerima dan mempercayai kekekalan Yesus.

Berikut ini disajikan sejumlah bukti Perjanjian Baru mengenai pra eksistensi dan kekekalan Kristus sebagai pribadi kedua Allah Tritunggal.

1. Kristus Datang Dari Surga

Yesus sendiri yang menyatakan, “Akulah roti hidup” (Yohanes 6:35,48), “Akulah roti yang telah turun dari surga” (Yohanes  6:50), “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga” (Yohanes 6:51). Mendengar perkataan Yesus itu, orang-orang Yahudi bersungut-sungut, karena mereka mengerti bahwa Yesus mengklaim pra eksistensi diri-Nya. dan Yesus membuat hal ini menjadi lebih jelas lagi kepada murid-murid-Nya ketika Ia mengatakan kepada mereka “Adakah perkataan itu mengguncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?’ (Yohanes 6:61-62).

Sebelumnya, kepada Nikodemus Yesus pernah mengatakan “ Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain dari pada Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia” (Yohanes 3:13). Di sini Kristus mengakui diri-Nya sebagai Anak Manusia yang telah turun dari surga. 

Tentang ayat ini Paul Enns berargumen, “Apabila Kristus datang dari surga maka Bethlehem tidak dapat menjadi awal-Nya. Ayat ini mengindikasikan bahwa Ia tinggal di surga sebelum datang ke bumi, oleh karena itu, ia adalah kekal”.Seandai-nya Kristus bukan Pribadi ilahi maka tentunya Ia tidak akan memberikan pernyataan-pernyataan semacam itu yang berakibat Ia dimusuhi oleh pemuka agam dan orang-oran Yahudi.

Perlu diketahui, pernyataan-pernyataan “Akulah” hanya ada di dalam Injil Yohanes. Sebagai pernyataan orang pertama yang diucapkan oleh Yesus, itu merupakan bagian penting dari pernyataan diri-Nya. 

Menurut W. Hall Harris pernyataan-pernyataan itu penting karena dua alasan : 

(1) Sejumlah dari padanya mengemukakan pernyataan penting tentang Yesus dengan menggunakan metafora (misalnya, “Akulah roti hidup, Yohanes 6:35). 

(2) Kata “Akulah” dipakai dalam Perjanjian Lama sebagai gambaran tentang Allah sendiri (Keluaran 4:13; Bandingkan Yesaya 46:4). Beberapa pernyataan “Akulah” dalam Injil Yohanes (8:24, 28, 58; 13:19; dan mungkin 18:5) bersifat mutlak (yaitu tanpa satu predikat) dan kuat sekali menyiratkan rujukan pada keluaran 3:14. 

Selanjutnya Marris menyatakan bahwa “banyak konsep abstrak tentang Logos yang disebutkan dalam pendahuluan Injil Yohanes menjadi konkret oleh pernyataan-pernyataan ‘Akulah’ di bagian berikutnya. Pernyataan-pernyataan ini penting untuk memahami siapa Yesus dan apa yang hendak Dia kerjakan, itu semua tidak lagi secara eksplisit memperkenalkan Dia dengan nama Yahweh yang ditemukan dalam Perjanjian Lama. 

Namun, pernyataan-pernyataan ‘Akulah’ yang mutlak (tanpa predikat) berfungsi lebih jauh. Empat pernyataan ini membuat klaim-klaim eksplisit untuk menyamakan Yesus dengan Allah (Yohanes 8:24, 28, 58; 13:19)”. Karena itu saya sependapat dengan Charles C. Ryrie menyimpulkan demikian, “Nas-nas yang menyatakan asal Kristus yang surgawi memberikan kesaksian pada pra eksistensi sebelum kelahiran-Nya”.

2. Kristus Ada Sebelum Abraham

Yesus sendiri yang menegaskan tentang kekekalan-Nya dengan mengatakan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada” (Yohanes 8:58). Tampak bahwa orang-orang Yahudi bukan hanya mengerti bahwa Ia mengklaim memiliki pribadi yang telah berkeberadaan (pra eksis) sebelum Abraham yang hidup dua ribu tahun sebelum mereka, tetapi Ia mengklaim berpraeksistensi Ilahi, karena mereka mengambil batu untuk melempari-Nya, seperti yang mereka lakukan ketika Ia mengklaim diri-Nya serupa dengan Bapa (Yohanes 10:30,31).

Perkataan Kristus tersebut bukan saja menjelaskan bahwa Ia sudah ada sebelum Abraham, melainkan menyatakan bahwa diri-Nya adalah “Aku yang kekal, yaitu Yahweh dalam Perjanjian Lama sebagai Allah pencipta” (Keluaran 3:14).

Melalui kalimat tersebut Yesus hendak menjelaskan kepada orang Yahudi dan semua orang, bahwa Abraham tidak ada sejak Allah Tritunggal ada dalam kekekalan. Tetapi ketika Yesus lahir secara insani, Kristus sudah ada secara ilahi, sebagai Allah yang datang dari kekekalan, sedangkan Abraham datang sebagai makhluk insani saja.

Sehubungan dengan Yohanes 5:58 tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 

(1) Ketika Yesus mengatakan “Aku telah ada (Yunani : εγω ειμι - egô eimi)”, maka frase yang digunakan-Nya merupakan gelar Keallahan. Paul Enns mengatakan bahwa frase “Aku telah ada” itu “merujuk pada Keluaran 3:14 yang mana Allah mengidentifikasikan diri-Nya sebagai ‘Aku adalah Aku’(Bandingkan Keluaran 3:14; Yesaya 41:4; 43:1 1-13; Yohanes 8:28)”. 

Charles C. Ryrie menyatakan dengan tegas, “Kristus menyatakan kekekalan-Nya ketika Ia menyatakan, ‘Sebelum Abraham ada, AKU TELAH ADA’ (Terjemahan yang tepat adalah AKU ADA (ego eimi). ‘Aku telah ada’ mungkin menunjukkan bahwa Ia ada beberapa abad sebelum Abraham, tetapi “AKU ADA (egô eimi) menyatakan kekekalan”]

(2) Kata Yunani “γενεσθαι-genesthai” yang artinya “menjadi” dalam Yohanes 8:58 dipakai untuk menjelaskan eksistensi Abraham. Istilah tersebut dalam konteks ini menekankan makna dijadikan dalam keberadaan temporal atau dilahirkan di dalam dimensi waktu. 

Dengan demikian Abraham dilahirkan di dalam waktu, sehingga ia memiliki keterbatasan dan tidak lebih besar dari Yesus. Atau dengan kata lain, istilah tersebut hendak menjelaskan bahwa Abraham adalah makhluk yang dijadikan secara alami atau sebagai ciptaan yang berasal dari dunia. Sedangkan istilah Yunani egô eimi artinya “Aku Ada” berasal dari Keluaran 3:14, dipakai untuk menyatakan status ilahi Kristus sebagai Yahweh yang kekal, karena Dia adalah Tuhan (Yohanes 13:13-14). 

Dengan demikian, sebelum Abraham dilahirkan, bahkan sebelum dunia diciptakan, Kristus sudah ada dalam kekekalan masa lampau sebagai pencipta (Yohanes 1:3). Rasul Paulus juga turut membuktikan kekekalan Mesias dengan mengumumkan bahwa Kristus adalah Sang Pencipta (Kolose 1:16-17). Jika Kristus ada sebelum segala ciptaan, maka tentunya secara pasti Ia tidak berasal dari penciptaan itu, melainkan sudah ada sebelum segala yang diciptakan tersebut ada. Karena Dia adalah pencipta yang ada sejak kekekalan (Yohanes 1:3).

3. Alfa Dan Omega

Beberapa bukti lain tentang kekekalan Yesus dipertegas melalui ungkapan-ungkapan ilahi yang Kristus sendiri nyatakan, seperti “Aku adalah Alfa dan Omega atau Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 1:8, 17; 21:6; 22:13). Frase “Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir” merupakan kata-kata yang persis sama dengan yang digunakan Yahweh dalam Yesaya 48:12. "Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian!”. 

Istilah yang berasal dari huruf pertama dan terakhir alfababet bahasa Yunani ini mengungkapkan sifat kekekalan Kristus, bahwa Ia telah ada dari kekekalan masa lampau sampai kekekalan masa datang. Untuk mempertegas kebenaran kekekalan Mesias, maka Yohanes selanjutnya menjelaskan bahwa Kristus adalah Pribadi yang sudah ada dari kekekalan, dan yang ada pada saat ini, bahkan terus ada pada masa yang akan datang, yaitu kekekalan di masa mendatang (Wahyu 4:8; 11:17).

4. Kristus Lebih Unggul dari Para Malaikat

Para murid Kristus mengakui bahwa Kristus lebih unggul manusia, bahkan percaya bahwa Dia lebih besar dari pada Mahluk ciptaan lainnya, termasuk para malaikat. Penulis kitab Ibrani mengatakan, “1:5 Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?’ 

Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia’. Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: ‘Yang membuat malaikat-malaikat-Nya menjadi badai dan pelayan-pelayan-Nya menjadi nyala api’. Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran’ (Ibrani 1:1-5)”. 

Disini, penulis Kitab Ibrani memberikan argumen yang lengkap mengenai keunggulan Kristus atas para malaikat, dan tidak ada pengajaran yang lebih jelas dari pada ayat ini yang menyatakan bahwa Kristus bukan seorang malaikat, melainkan Allah yang harus disembah oleh para malaikat.

BUKTI-BUKTI PERJANJIAN LAMA BAGI PRA EKSISTENSI DAN KEKEKALAN KRISTUS

Tidak sedikit fakta alkitabiah yang dapat ditemukan di Perjanjian Lama yang menjelaskan tentang kekekalan Kristus. Karena itu, setelah menyebutkan beberapa bukti dari Perjanjian Baru tentang pra eksistensi dan kekekalan Kristus, berikut sejumlah fakta Perjanjian Lama mengenai pra eksistensi dan kekekalanNya.

1. Kristus Datang Dari Kekekalan

Melalui sebuah nubuatan, nabi Mikha menyatakan bahwa Kristus telah ada sejak kekekalan masa lampau, sebagaimana ditegaskannya melalui ungkapan “permulaan-Nya sejak purbakala” (Mikha 5:1). Nubuat Mesianis ini jelas menyatakan bahwa Anak yang akan dilahirkan di Betlehem, sebagai seorang Putra, telah ada sejak kekekalan. 

Kata purbakala dalam ayat ini diterjemahkan dari kata Ibrani “olam” artinya kekekalan. Secara etimologis, kata “olam” berasal dari kata “lm” berarti tersembunyi. Dengan demikian kata olam menunjuk kepada periode ilahi yang tersembunyi atau tidak memiliki asal dan batas waktu normal, itulah yang dimaksud dengan kekekalan masa lampau. 

Karena itu Mikha menubuatkan tentang kedatangan Mesias yang lahir di Bethlehem dengan menyatakan bahwa Raja itu berasal dari kekekalan masa lampau. Secara ilahi Kristus tidak memiliki awal dan batas waktu atau permulaan kejadian. Dia tidak dicipta, tetapi Ia ada dengan sendirinya seperti Bapa dan Roh Kudus, karena Dia adalah Alfa dan Omega (Wahyu 1:8).

Istilah “olam” menjelaskan sesuatu yang misteri, yaitu menunjuk pada kekekalan masa lampau dan masa datang. Kata tersebut telah digunakan lebih dari 300 kali dalam Perjanjian Lama untuk menerangkan gagasan keberlangsungan ilahi tanpa awal dan batas waktu. Istilah olam dalam Septuaginta diterjemahkan dengan kata Yunani “aion” yang memiliki gagasan serta makna ketakterbatasan atau selama-lamanya. 

Karena itulah istilah “purbakala” atau “olam” dalam ayat tersebut menyatakan eksistensi ilahi Mesias yang datang dari kekekalan masa lampau, namun Ia lahir secara Manusia di kota kecil yang bernama Bethlehem. Ia akan memerintah dengan kekuasaan dan ototritas penuh sebagai Raja kekal dalam kerajaan milenium hingga pada kerajaan abadi yang akan datang.

2. Bapa Yang Kekal

Yesaya 9:5 menjelaskan bahwa Kristus bukan hanya sebagai Allah yang perkasa, Penasehat, Ajaib, dan Raja Damai, melainkan juga sebagai “Bapa yg kekal”. Kata “Bapa” dalam ayat tersebut bukan menunjuk kepada Bapa sebagai Pribadi pertama Allah Tritunggal, melainkan mengacu pada Kristus. Istilah Bapa dalam ayat tersebut menyatakan karakter keilahian dan kekekalan Kristus sebagai Allah. 

Paul Enns menjelaskan, “Kristus disebut ‘Bapa Yang kekal’. Hal itu tidak berarti Kristus adalah Bapa, karena mereka adalah dua Pribadi yang berbeda dalam Trinita. Hal itu tidak berarti bahwa Kristus juga memiliki sebutan Bapa. Sebutan itu mengusulkan pra eksistensi dan kekekalan Kristus”.

Sedangkan gelar-Nya Pribadi kedua Allah Tritunggal disebut Bapa yang kekal dalam teks itu menjelaskan tentang hubungan Mesias dengan periode kekekalan, bukan menyatakan hubungan Ketritunggalan. Sejumlah gelar ilahi tersebut tidak akan mungkin diberikan kepada Kristus, jika Ia hanya sebagai pribadi biasa yang tidak memiliki kekekalan, atau apabila Dia bukan Allah yang kekal. 

Demikian juga Alkitab Perjanjian Baru turut menyaksikan kekekalan Sang Mesias melalui terminologi atau istilah-istilah yang lebih tegas dari Perjanjian Lama, sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan berikut ini.

3. Malaikat Yahweh

Charles C. Ryrie menyatakan, “Malaikat TUHAN (Yahweh) adalah suatu pernyataan diri Yahweh sendiri, karena Ia berbicara selaku Allah, menyamakan diri-Nya sendiri dengan Allah, dan memiliki hak istimewa Allah (Kejadian 16:7-14; 21:17-18; 22:11-18; 31:11-13; Keluaran 3:2; Hakim-hakim 2:1-4; 5:23; 6:11-22; 13:3-22; 2 Samuel 24:16; Zakharia 1:12; 3:1;12:8). Namun demikian Ia dibedakan dari Yahweh (Kejadian 24:7; Zakharia 1:12-13). 

Bahwa Dia adalah salah satu Pribadi dari Trinitas dinyatakan oleh fakta bahwa penampilan-penampilan Malaikat Yahweh berhenti setelah Inkarnasi. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Perjanjian Lama bahwa Malaikat Yahweh menemani Israel ketika mereka meninggal Mesir (Keluaran 14:19; Bandingkan 23:20). Dan pernyataan Perjanjian Baru bahwa Batu Karang yang mengikuti Israel adalah Kristus (1 Korintus 10:4)”. Paul Enns menyimpulkan bahwa “Theofani membuktikan eksistensi-Nya yang kekal”.

4. Ia disebut “Imanuel”

Dalam Perjanjian Lama sebelum kelahiran Kristus di Betlehem, nabi Yesaya menyebut Kristus dengan gelar “Imanuel” yang berarti “Allah beserta kita” (Yesaya 7:14). Nubuatan nabi Yesaya ini dipandang secara teologis bersifat double reference (referensi ganda), yaitu sebuah nubuatan yang mengandung dua penggenapan dalam kurun waktu yang berbeda, yakni penggenapan yang satu bersifat presensia (kekinian), sedangkan yang lainnya terjadi secara futuristik (masa depan). 

Makna presensia tentang Imanuel bagi Israel pada saat itu ditandai oleh kelahiran anak nabi Yesaya yang bernama Maher-Syahlah Hasi-Bas (Yesaya 7:15-17; 8:1-10). 

Kelahiran anak tersebut menyatakan dan melukiskan penyertaan Allah bagi umat-Nya itu, yaitu untuk melindungi dan membebaskan Yehuda dari semua musuh mereka. Sedangkan penggenapan Imanuel secara futuristik (dimasa depan) menyatakan bahwa, perempuan muda dalam nubuat itu menunjuk kepada Maria ibu Yesus, dan anak yang dilahirkan bernama Imanuel menunjuk kepada Kristus. Yesus Kristus berinkarnasi di dalam tubuh insani untuk membawa terang serta pemulihan kekal bagi bangsa Israel dan seluruh dunia (Yesaya 9:1-6).

Injil Matius 700 tahun kemudian mencatat pernyataan para malaikat yang memberitahukan peristiwa kelahiran Kristus, sambil menyatakan bahwa bayi yang lahir di dalam palungan adalah ‘Imanuel” itu (Matius 3:17). Jadi, Anak yang bernama Imanuel itu sudah digenapi dalam Matius 1:23 melalui kelahiran Yesus. Mark Tabb mengatakan, “memberi gelar seperti itu kepada manusia biasa merupakan bentuk terburuk dari penghujatan, tetapi Yesus bukan hanya seorang manusia. Dia adalah Tuhan yang menjadi manusia”. Dengan demikian, karena Ia adalah Tuhan maka tentu saja Ia pra eksis dan kekal adanya.

PENUTUP

Sejumlah pernyataan ilahi, seperti yang telah dijelaskan di atas tidak mungkin dapat Kristus katakan sendiri, apabila Ia hanya sebagai manusia biasa, namun bukan sebagai Allah yang Mahakekal. Sebab jika demikian, Ia akan dituduh sebagai pembohong besar di dalam sejarah. 

Chales C. Ryrie mengatakan, “Jika Kristus menjadi ada (eksis) ketika dilahirkan, akan tak ada Tritunggal yang kekal. Jika Kristus tidak pernah ada sebelumnya (pra eksistensi), maka Ia bukanlah Allah, karena salah satu gelar-Nya ialah ‘Allah adalah kekal” adanya. Jika Kristus tidak pernah ada sebelumnya, maka Ia berbohong, karena Ia telah mengaku demikian”.

Hal yang sama ditekankan juga oleh Rick Cornish demikian, “Doktrin ini sangat penting sekali. Kekristenan jatuh atau bangkit pada doktrin pra eksistensi Kristus. Jika Kristus hanya ada pada saat kelahiran Yesus, Ia berbohong dan tidak kekal, sehingga bukanlah Allah dan Sang Trinitas tidak ada”. Tetapi Alkitab telah menegaskan bahwa Kristus tidak pernah berdosa dan tipu atau dusta tidak terdapat pada mulut-Nya (1 Petrus 2:22).

Karena itu hanya ada satu kepastian yang dapat diterima dari Yesus, yaitu bahwa apa yang dikatakanNya adalah benar dan sempurna. Dengan demikian fakta alkitabiah yang dijelaskan di atas secara logis dan teologis harus diakui dan diterima kebenarannya, karena Kristus yang mengatakan semuanya itu adalah Allah yang kekal dan benar (1 Yohanes 5:20).

Rasul Petrus menegaskan keilahian Kristus ketika ia mengatakan, “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir” (1 Petrus 1:20). Di sini Petrus menyatakan bahwa Kristus sudah ditentukan oleh Bapa sebelum dunia diciptakan untuk menyatakan diri kepada umat-Nya melalui inkarnasi. 

Keilahian dan kekekalan Kristus dalam ayat ini dinyatakan oleh kata kerja “prosginosko” yang artinya “sebelumnya”, maksudnya “pro kataboles kosmou artinya “sebelum permulaan dunia” atau “sebelum dunia dicipta”. 

Fakta tersebut menyuguhkan gagasan kristologi yang penting, yaitu bahwa sesungguhnya Kristus telah ada sebelum dunia diciptakan, sebagaimana yang sudah Ia tegaskan, bahwa telah ada sebelum Abraham, yaitu sejak kekekalan (Mikha 5:1; Yohanes 1:1; 8:58 atau “Aku adalah Alfa dan Omega” Wahyu 1:8).  BUKTI PRA EKSISTENSI DAN KEKEKALAN KRISTUS DALAM ALKITAB. Gadget
Next Post Previous Post