BUNYI DOA BAPA KAMI

Pdt. Yakub Tri Handoko.

Ada banyak doa yang dicatat di dalam Alkitab. Salah satu yang paling terkenal dan sering kita lafalkan adalah Doa Bapa Kami. Jika saya bertanya: Apakah bunyi Doa Bapa Kami?, banyak orang Kristen dengan cepat akan menghafalkannya demikian: “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.” Banyak orang menghafalnya, bahkan di beberapa gereja, doa syafaat diakhiri dengan Doa Bapa Kami.
BUNYI DOA BAPA KAMI
otomotif, asuransi kendaraan
Tetapi tahukah kita bahwa Doa Bapa Kami juga dicatat di tempat yang lain dalam Alkitab dengan sedikit perbedaan. Kita biasanya menghafalnya dari Matius 6. Tetapi ada perbedaan dengan Lukas 11 yang berbunyi demikian: “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Ada kesamaan tapi juga ada perbedaan di antara kedua bagian Alkitab yang sama-sama diajarkan oleh Tuhan Yesus ini. Pertanyaannya: Manakah yang asli di antara keduanya? Sulit untuk memastikan mana yang asli dan mana yang tidak asli. Mungkin saja Yesus mengajarkan doa ini beberapa kali dengan pengalimatan /peredaksian yang sedikit berbeda.

Tetapi menurut pendapat saya, versi Lukas 11 mungkin lebih asli dibandingkan dengan versi Matius 6, karena versi Lukas 11 bentuknya lebih pendek. Kita tahu bahwa orang itu cenderung untuk memberikan penjelasan atau menerangkan sesuatu dengan lebih panjang dan jelas. Hal ini terlihat dari bentuk uraian Matius 6 yang tampak lebih indah daripada di Lukas 11. Misalnya setelah kalimat Bapa Kami yang ada di Surga, lalu ada tiga permohonan yang berkaitan dengan Allah: dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan dan jadilah kehendak-Mu. Lalu ada tiga permohonan yang berkaitan dengan kita: makanan, pengampunan dan kelepasan dari Iblis. Kemudian bagian ini ditutup dengan puji-pujian kepada Allah. Sangat indah sekali, dan sangat wajar jika kita menduga bahwa Doa Bapa Kami yang dicatat Lukas lebih mirip dengan apa yang dikatakan Yesus dan Matius meredaksi ulang Lukas 11 tersebut dengan tujuan tertentu.

Alasan lain mengapa saya setuju bahwa versi Lukas mungkin lebih dekat dengan yang asli adalah karena konteks dalam Injil Lukas lebih alamiah. Di dalam Lukas 11 murid-murid meminta Tuhan Yesus mengajarkan doa tertentu kepada mereka sebagaimana pengikut-pengikut Yohanes dan orang-orang Farisi memiliki rumusan doanya masing-masing. Jadi konteks ini lebih alamiah. Mengapa Tuhan Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami? Karena murid-murid-Nya meminta Dia untuk mengajarkan sebuah doa bagi mereka.

Sedangkan dalam Injil Matius kita menemukan bahwa Doa Bapa Kami muncul dalam konteks Khotbah di Bukit (Matius 5-7) yang berisi khotbah-khotbah Tuhan Yesus dan di kelompok-kan dengan pembagian yang sangat baik dan indah. Misalnya, di awal pasal ke-5 Tuhan Yesus berkata “berbahagialah . . . berbahagialah . . . berbahagialah”. Lalu setelah berkata “Aku datang untuk menggenapi hukum Taurat”, kemudian Yesus menerangkan esensi hukum Taurat: “Kamu telah mendengar . . . tetapi Aku berkata kepadamu . . .” Selanjutnya Dia mulai mengajarkan kita tentang menjalankan ritual keagamaan dengan nilai yang benar. Jadi wajar jika berpikir bahwa Doa Bapa Kami ditulis oleh Lukas dalam konteks yang alamiah; sementara Matius menuliskannya dalam konteks pembicaraan tentang khotbah-khotbah Tuhan Yesus yang berkaitan dengan ritual keagamaan dan secara khusus tentang doa dan dia menyelipkan Doa Bapa Kami di sana.

Apakah hal ini menunjukkan bahwa Rasul Matius tidak setia dengan pengajaran Tuhan Yesus? Tentu saja tidak! Rasul Yohanes di akhir Injilnya mengatakan: “masih banyak hal lain lagi yang dilakukan oleh Yesus yang tidak dicatat di dalam Injil ini” (Yohanes 20:30-31). Bahkan di pasal 21:25 Rasul Yohanes mengulang sekali lagi bahwa kalau semuanya dicatat pasti tidak akan cukup. 

Karena itu para penulis Alkitab harus membuat seleksi mana yang akan dimasukkan dan mana yang tidak. Pada waktu para penulis Injil memutuskan untuk memasukkan di dalam kitab mereka, mereka juga tidak mungkin memasukkan kata per kata. Mereka harus meredaksi sedemikian rupa sesuai dengan tujuan penulisan. Selama yang mereka tuliskan tidak bertentangan dengan ajaran Tuhan Yesus maka hal itu tidak ada masalah.

Baca Juga: Arti Datanglah Kerajaan-Mu

Itulah cara para penulis sejarah kuno untuk menuliskan kitab mereka. Ada seleksi, interpretasi dan peredaksi-an yang sesuai dengan tujuan. Kalau Alkitab dipersoalkan hanya karena memakai proses semacam ini, maka kita harus mempersoalkan semua kitab sejarah kuno. Karena semua ditulis dengan cara yang sama dengan kitab-kitab Injil ditulis. 

Bahkan kitab-kitab Injil memiliki reliabilitas dan kredibilitas sejarah yang lebih bagus daripada kitab-kitab yang lain. Jadi, Doa Bapa Kami yang dituliskan Lukas tampak lebih mirip aslinya, dan Matius karena kebutuhan tertentu, mencoba untuk meredaksi dan memaparkannya dengan cara yang lebih indah. Tuhan memberkati!
Next Post Previous Post